PENGGUNAAN MODEL JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PRESTASI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn
DI KELAS VIII B SMPN 1 SEKAMPUNG UDIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh DESILAWATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGGUNAAN MODEL JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PRESTASI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn
DIKELAS VIIIB SMPN I SEKAMPUNG UDIK TAHUN PELAJARAN 2011-2012
Oleh DESILAWATI
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar pada mata pelajara Pkn Siswa kelas VIII B SMPN I Sekampung Udik.
Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bersifat siklus dan terdiri dari empat rangkaian kegiatan dalam setiap siklusnya. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas siswa kelas VIII B SMPN 1 Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur, hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan prestasi belajar dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus 1, siklus 2 dan siklus 3. Pada Siklus 1 peningkatan prestasi belajar 64%, Siklus 2 67% dan Siklus 3 72%. Aktivitas siswa pada Siklus 1 59%, Siklus 2 79% dan Siklus 3 83% .
PENGGUNAAN MODEL JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PRESTASI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn
DI KELAS VIII B SMPN 1 SEKAMPUNG UDIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh DESILAWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PENGGUNAAN MODEL JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PRESTASI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DI SMPN 1
SEKAMPUNG UDIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Nama Mahasiswa
:
DESILAWATI
Nomor Pokok Mahasiswa
: 1013132002
Program Studi
: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan
: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1.
Komisi Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr.Irawan Suntoro,M.S
Hermi
Yanzi,S.Pd,M.Pd
NIP.19560323 198403 1 003
NIP.19820727 200604 1 002
2.
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan
Ketua Program Studi
Ilmu Pengetahuan Sosial
Pendidikan PKn
Drs.Hi.Buchori Asyik, M.Si
Drs. Holilluloh,M.Si
MENGESAHKAN
1.
Tim pengujiKetua : Dr. Irawan Suntoro,M.S ...
Sekertaris : Hermi Yanzi,S.Pd.,M.Pd ...
Penguji bukan pembimbing : Drs. Holilulloh, M.Si ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi Bujang Rahman, M.Si NIP: 19600315 198503 1 003
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah:
Nama : Desilawati
N P M : 1013132002
Program Studi : PPKn
Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS / FKIP UNILA
Alamat : Pugung Raharjo, Lampung Timur
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Januari 2013
Desilawati
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Desilawati, dilahirkan di Prabumulih Sumatra Selatan, pada 19 Desember 1965 dan merupakan anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Remasan Achmad dan Saodah Thaib. Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:
1. SDN 8 Tanjung Karang, yang diselesaikan pada tahun 1977 2. SMPN 2 Tanjung Karang yang diselesaikan pada tahun 1981 3. SPGN 2 Tanjung Karang yang diselesaikan pada tahun 1984 4. Diploma 1 / Akta 1 PMP &KN UNILA pada tahun 1985
Pada Tahun 1986 penulis diangkat sebagai PNS dan ditugaskan pada SMPN 1 Pugung Raharjo yang kini menjadi SMPN 1 Sekampung Udik sampai dengan sekarang.
PERSEMBAHAN
Dengan hati yang bersyukur, rasa haru dan bahagia
Kupersembahkan karya tulis ini untuk :
Suami
Sainudin
Dan anak anak tercinta
Dewi Putri Sandi
Ade Gunawati Sandi
Rizki Afrizal Sandi
Diki Rahmad Sandi
Orang Tua Dan Saudara - Saudara Tercinta
Program Studi PPKn
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
Keluarga Besar SMP N
1
Sekampung Udik
Lampung Timur
Teman-Teman Seangkatan S
1
Jabatan PPKn
OTTO
Dusta Tak Selamanya Merugikan Orang Lain Tetapai Merugikan Diri Sendiri
Baik Menurut Manusia Belum Tentu Baik Menurut Allah
Katakan Kebenaran Meskipun MenyakitKan
SANWACANA
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Model Jigsaw Dalam Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas VIII B SMPN 1 Sekampung Udik Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Dalam penulisan ini, peneliti banyak menghadapi kesulitan hingga menuju tahap penyelesaian. Berkat bimbingan, saran serta bantuan baik moral maupun spiritual serta arahan dan motivasi dari berbagai pihak, segala kesulitan dapat terlewati dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Lampung.
2. Dr. M Thoha B.S. Jaya, M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Drs. Arwin Ahmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus Pembahas.
7. Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S selaku Pembimbing 1, terimakasih atas pengarahan Dan bimbingan kepada penulis.
8. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd.,M.Pd. selaku Pembimbing II, terimakasih atas pengarahan Dan bimbingan kepada penulis.
9. Ibu Yunischa Nurmalisa, S.Pd., M.Pd selaku pembahas II, terimakasih atas masukan Saran dan kritikannya kepada penulis.
10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PPKn Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
11. Bapak dan Ibu staf Administrasi Program Studi PPKn Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
12. Bapak Drs. Sunyoto, M.M , selaku Kepala SMPN 1 Sekampung Udik beserta Dewan Guru dan staf Tata Usaha.
13. Ibu Sri Astuti, S.Pd dan Ibu Dalimah, S.Pd, Sebagai Observer
14. Seluruh Rekan-rekan mahasiswa S1 dalam Jabatan Progran Studi PPKn Fakultas keguruan dan Ilmu Pendikan Universitas Lampung.
Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I berikan akan selalu mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
HALAMAN JUDUL... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
SURAT PERNYATAAN... v
RIWAYAT HIDUP... vi
PERSEMBAHAN ... vii
MOTO ... viii
SANWACANA... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah... 8
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 12
A. Pengertian Belajar ... 12
B. Pengertian Proses Pembelajaran ... 15
C. Pengertian Cooperative Learning ... 16
D. Pembelajaran Cooperative Learning Model Jigsaw ... 18
E. Prestasi Belajar... 23
F. Pengertian Aktivitas... 27
G. Pendidikan Kewarganegaraan... 30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33
A. Metode Penelitian ... 33
B. Subjek Penelitian ... 36
C. Objek Penelitian... 36
D. Data Penelitian ... 36
E. Teknik Pengumpulan Data... 37
F. Teknik Analisa Data ... 38
G. Prosedur Pelaksanaan Tindakan ... 38
H. Kriteria Keberhasilan ... 40
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 41
A.Langkah-langkah penelitian ... 41
Siklus 1... 44
Siklus 2... 52
B. Pembahasan Dari Setiap Siklus ... 70
Siklus 1... 70
Siklus 2... 71
Siklus 3... 70
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
A. Kesimpulan ... 75
DAFTAR LAMPIRAN
SIKLUS 1
Lampiran 1 : Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus 1 Lampiran 2 : Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus 1
Lampiran 3 : Hasil Pengamatan Perbaikan Pemberajaran Siklus 1
Lampiran 4 : Hasil Prestasi Belaja rSiswa Kelas VIII B Siklus 1 SMPN 1Sekampung Udik Hari /Tanggal :Selasa / 24 Januari 2012
Lampiran 5 : Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa VIII B Siklus 1 SMPN 1 Sekampung Udik , Hari / Tanggal: Selasa / 17 Dan 24 Januari 2012 Lampiran 6 : Kegiatan Pembelajaran Siklus 1
Lampiran 7 : Lembar Kerja Siswa Siklus 1
Lampiran 8 :Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus 1
SIKLUS 2
Lampiran 1 : Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus 2 Lampiran 2 : Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus 2
Lampiran 3 : Hasil Pengamatan Perbaikan Pemberajaran Siklus 2
Lampiran 4 :Hasil Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII B Siklus 2 SMPN 1 SekampungUdik Hari /Tanggal :Selasa / 24 Januari 2012
Lampiran 5 : Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa VIII B Siklus 2 SMPN Negeri 1 Sekampung Udik, Hari / Tanggal: Selasa / 7 Dan 8 Febuari 2012
Lampiran 6 : Kegiatan Pembelajaran Siklus 2 Lampiran 7 : Lembar Kerja Siswa Siklus 2
SIKLUS 3
Lampiran 1 : Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus 3 Lampiran 2 : Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus 3
Lampiran 3 : Hasil Pengamatan Perbaikan Pemberajaran Siklus 3
Lampiran 4 : Hasil Prestasi Belajar Siswa Kelas VIIIB Siklus 3 SMPN 1Sekampung Udik Hari /Tanggal :Selasa / 15 Febuari 2012
Lampiran 5 : Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa VIII B Siklus3 SMPN Negeri 1 SekampungUdik, Hari / Tanggal: Selasa / 14 Dan 15 Febuari 2012 Lampiran 6 : Kegiatan Pembelajaran Siklus 3
Lampiran 7 : Lembar Kerja Siswa Siklus 3
DAFTAR TABEL
Tabel 1
: Hasil Ulangan Harian Di Kelas VIII B SMPN 1 Sekampung Udik
Tabel 2
: Lembar Pengamatan Guru Siklus 1
Tabel 3
: Hasil Prestasi Belajar Siswa Kelas VIIIB Siklus 1
Tabel 4
: Hasil Penelitian Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1
Tabel 5
: Lembar Pengamatan Guru Siklus 2
Tabel 6
: Hasil Penelitian Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2
Tabel 7
: Hasil Prestasi Belajar Siswa KelasVIIIB Siklus 2
Tabel 8
: Lembar Pengamatan Guru Siklus 3
Tabel 9
: Hasil Penelitian Aktivitas Belajar Siswa Siklus 3
Tabel 10 : Hasil Prestasi Belajar Siswa KelasVIIIB Siklus 3
DAFTAR GAMBAR
SIKLUS I
Guru sedang memberikan kartu pesan
Siswa sedang berdiskusi dalam kelompok ahli
Siswa sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompok ahli SIKLUS II
Siswa sedang berdiskusi dalam kelompok ahli
Menyampaikan hasil diskusi kepada kelompok ahli pada kelompok asal Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok ahli di depan kelas SIKLUS III
Siswa sedang berdiskusi dalam kelompok ahli
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan memegang unsur penting untuk membentuk pola pikir, ahlak, dan prilaku manusia agar sesuai dengan norma-norma yang ada. Sedangkan Pkn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak–hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan standar isi tahun 2006 tujuan mata pelajaran Pkn agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokrasi untuk membentuk diri berdasarkan karakter Indonesia agar masyarakat dapat hidup bersama dengan bangsa -bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa– bangsa lainya dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi, informasi dan komunikasi.
2
Secara lebih terperinci, materi pengetahuan pendidikan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasar hukum dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
Untuk mewujudkan tujuan mata pelajaran Pkn, guru harus bekerja keras, karena pelajaran Pkn cenderung dianggap pelajaran yang tidak penting banyak hafalan dan tidak menarik. Guru yang efektif perlu memahami pertumbuhan dan perkembangan siswa secara komprehensif. Pemahaman ini akan memudahkan guru untuk menilai kebutuhan murid dan merencanakan tujuan, bahan, metode belajar mengajar dengan tepat.
3
mengaktifkan siswa untuk belajar yang bertumpu pada 2 hal yakni:
1 . Optimalisasi interaksi antar semua komponen pembelajaran. 2 . Optimalisasi keikut sertaan seluruh siswa.
Optimalisasi dalam pembelajaran dapat dicapai dengan penerapan dan pemaduan berbagai metode yang tepat, karena kreativitas guru Pkn untuk menerapkan metode dalam setiap penyajian sangat diperlukan. Pemilihan metode yang tepat disesuaikan dengan bahan kajian dan keadaan yang cocok .
Fakta di lapangan menunjukan kurangnya minat belajar siswa dalam pelajaran Pkn disebabkan oleh metode yang tidak sesuai dan media yang tidak mendukung. Hal ini yang menyebabkan kurangnya aktifitas siswa dalam pembelajaran Pkn. Pelajaran Pkn biasa disampaikan secara monoton dan itu – itu saja tanpa ada variasi ( kreatifitas guru ).
Secara umum nilai rata–rata pada pelajaran Pkn sering rendah bila dibanding mata pelajaran lain. Oleh karena itu guru Pkn perlu merubah metode yang biasa digunakan serta mengasah keterampilan mengajarnya. Untuk meningkatkan hasil belajar Pkn, dalam penyampaiannya harus menarik sehingga siswa termotivasi dan aktivitas belajar pun jadi menyenangkan.
4
melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pandangan, penglihatan dan psikomotor
Proses pembelajaran hendaknya merupakan kegiatan yang bernilai edukatif, yang mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi bernilai
edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sitimatis dengan memanfaatkan sesuatunya guna kepentingan pengajarannya.
Harapan yang selalu diinginkan oleh guru adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didiknya secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai mahluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada 3 aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu intelektual , psikologis , dan biologis.
Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Akibat salah menetukan metode pengajaran tujuanpun sukar untuk dicapai.
5
hanya menggunakan metode itu–itu saja, bahan pelajaran yang satu mungkin cocok untuk satu metode tapi belum tentu untuk bahan ajar yang lain. Maka adalah penting mengenal suatu bahan untuk kepentingan metode, pendekatan dan alat bantu pelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kelas VIII B SMPN 1 Sekampung Udik ditemukan masalah:
1. Hasil belajar siswa rendah (banyak yang tidak tuntas ).
2. Pada perjalanan guru memasuki ruang kelas ada saja siswa yang keluar kelas dengan berbagai alasan ( ke kamar kecil, pinjam buku di kelas sebelah ). 3. Setiap ada pertanyaan dari guru mengenai pelajaran tidak satupun siswa yang menjawab.
4. Sebaliknya bila diberi kesempatan bertanya hanya siswa itu – itu saja yang mengajukan pertanyaan dan pertanyaannyapun tidak berbobot.
5. Pada Proses belajar aktivitas siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan guru.
6. Bila diberi tugas siswa selalu menunda menyelesaikannya.
7. Bila ada tugas kelompok hanya sebagian siswa yang ikut bekerja sebagian lainnya hanya jadi pendengar.
8. Guru biasanya menggunakan metode konvensional seperti ceramah. 9. Siswa memiliki aktivitas rendah.
6
Rendahnya prestasi belajar di kelas VIII B dapat dilihat dari hasil ulangan hariannya.
Dibawah ini adalah Daftar nilai siswa, hasil test pada tanggal 10 Oktober 2011 dengan KKM (Kriteria ketuntasan minimal) 65.
Tabel 1: Hasil Ulangan Harian di Kelas VIII B SMPN 1 Sekampung Udik
No Nama siswa NH %
Ketercapaian Keterangan
1 Abdul R 65 65% Tuntas
2 Aisah 60 60% Tidak Tuntas
3 Aldi Riski K 75 75% Tuntas
4 Andreal Ega S 60 60% Tidak Tuntas
5 Anisa Kinanti 65 65% Tuntas
6 Ari Wahyudi 55 55% Tidak Tuntas
7 Ayu Novita S 50 50% Tidak Tuntas
8 Cahya Aprita 55 55% Tidak Tuntas
9 Chaerul 75 75% Tuntas
10 Diky Afryzal 40 40% Tidak Tuntas
11 Dwi Ari S 40 40% Tidak Tuntas
12 Eka Robi H 55 55% Tidak Tuntas
13 Ela Fitriana 55 55% Tidak Tuntas
14 Elan Monica S 45 45% Tidak Tuntas
15 Estri Nur I S 50 50% Tidak Tuntas
16 Firza Zunaidi 75 75% Tuntas
17 Fitra Rahma D 40 40% Tidak Tuntas
18 Gemma M J 35 35% Tidak Tuntas
19 Handra 50 50% Tidak Tuntas
20 Jamilah 70 70% Tuntas
21 Linda H 75 75% Tuntas
22 Maliki 45 45% Tidak Tuntas
23 Marfiroh 35 35% Tidak Tuntas
24 Maryani 55 55% Tidak Tuntas
25 Musa 55 55% Tidak Tuntas
26 Nur Dwi Astuti 40 40% Tidak Tuntas
27 Piut Johan 50 50% Tidak Tuntas
28 Retno Pujiati 55 55% Tidak Tuntas
29 Rika Adellia 40 40% Tidak Tuntas
30 Septi H 75 75% Tuntas
31 Siti Aminah 85 85% Tuntas
32 Siti M 40 40% Tidak Tuntas
33 Solehatin 40 40% Tidak Tuntas
7
35 Usman J 70 70% Tuntas
36 Riki Kurnia S 25 25% Tidak Tuntas
Data di atas menunjukan hasil prestasi belajar siswa atau ketuntasan belajar hanya mencapai 30,6% (11 orang siswa dari 36 orang siswa). Hal ini peneliti menduga disebabkan oleh kondisi pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak kondusif dan aktivitas belajar yang rendah.
Melihat dari data di atas dapat diperkirakan masalah tersebut muncul oleh kurang tepatnya metode pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Efektifitas penerapan metode pembelajaran PKn juga perlu dipertanyakan. Oleh karena itu peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran jigsaw untuk meningkatkan prestasi dan aktivitas siswa kelas VIII B SMPN 1 Sekampung udik lampung timur.
Alasan peneliti memilih model pembelajaran jigsaw karena model jigsaw memiliki kelebihan sebagai berikut:
Kelebihan Model jigsaw
1. Mempermudah Pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan – rekannya.
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih Singkat.
8
Dengan mengetahui kelebihan model jigsaw tersebut diduga dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas siswa.
Untuk itu peneliti mencoba merumuskan masalah tersebut dalam sebuah penelitian tindakan kelas yang diberi judul:
Penggunaan Model Jigsaw dalam meningkatkan Prestasi dan Aktivitas siswa pada Mata pelajaran PKn di Kelas VIII B SMPN 1 Sekanpung Udik Tahun Pelajaran 2011-2012
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasimasalah sebagai berikut:
1. Prestasi belajar rendah banyak siswa yang tidak tuntas.
2. Aktivitas belajar siswa hanya mendengar ceramah guru.
3. Latar belakang siswa yang berbeda membuat guru kesulitan dalam menentukan metode mengajar.
4. Siswa sering melakukan aktivitas yang tidak ada kaitannya dengan materi pembelajaran.
5. Kurangnya keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
6. Kebiasaan guru menggunakan metode konvensional seperti ceramah saja.
C. Pembatasan Masalah
9
1. Model pembelajaran jigsaw. 2. Prestasi belajar.
3. Aktivitas siswa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Pkn dengan menggunakan model jigsaw.
2. Bagaimanakah prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Pkn menggunakan model jigsaw.
3. Bagaimana penggunaan model jigsaw dalam pembelajaran Pkn.
4. Apakah Model jigsaw dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas siswa dalam mata pelajaran Pkn kelas VIII B SMPN 1 Sekampung Udik tahun pelajaran 2011/2012.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian tindakan kelas ini untuk:
1. Memberi gambaran aktivitas siswa dalam pembelajaran Pkn menggunakan model jigsaw.
10
3. Memberikan gambaran tentang penerapan model jigsaw dalam pembelajaran Pkn.
4. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan model jigsaw dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas siswa.
2. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Guru:
Dengan dilaksanakan penelitian ini, guru dapat lebih trampil menggunakan Model Jigsaw dan guru akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang tentu sangat bermanfaat bagi proses belajar mengajar.
b. Bagi Siswa:
Siswa yang bermasalah di kelas akan berusaha meningkatkan aktivitas belajarnya sehingga menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik lagi.
c. Bagi Sekolah:
Penelitian ini akan memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan kualitas sekolah.
F. Ruang Lingkup Penelitian
11
pelaksanaannya dilakukan pada bulan januari sampai dengan maret tahun pelajaran 2011/2012.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
Belajar juga diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku individu
melalui interaksi dengan lingkungan. Sedangkan menurut kamus besar bahasa
Indonesia belajar diartikan berusaha (berlatih dsb) supaya mendapat suatu
kepandaian ( purwadaminta,1983 :22 ).
Dari pengertian di atas disimpulkan belajar bukanlah suatu tujuan tetapi
merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.
Robert M.Gagne (Syaiful bahri zamarah,2001:12) membedakan pola–pola
belajar siswa ke dalam delapan tipe.
a. Tipe Signal Learning ( Belajar isarat )
Belajar tipe ini merupakan tahap belajar paling dasar. Jadi tidak menuntut
peryaratan, namun merupakan hierarki yang harus dilalui untuk tipe belajar yang
paling tinggi. Signal learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola
dasar perilaku bersifat involuntary (tidak sengaja dan tidak disadari tujuannya).
13
Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini, adalah diberikan
stimulus(signal) secara serempak, perangsang-perangsang tertentu secara berulang
kali.
b. Tipe Stimulus – Respons Learning (Belajar Stimulus Respons)
Tipe ini digolongkan dalam jenis classical condition, maka tipe ini termasuk
ke dalam instrumental conditioning atau belajar dengan trial and error
( mencoba – coba ).
c. Tipe Chaining ( Rantai atau Rangkaian )
Chaining adalah belajar menghubungkan satuan ikatan S–R ( Stimulus–Respons )
yang satu dengan yang lain. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe
belajar ini antara lain, secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah
satuan pola S–R, baik psikomotorik maupun verbal. Prinsip kesinambungan dan
pengulangan tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining.
d. Tipe Verbal Association ( Asosiasi Verbal )
Tipe Chaining maupun tipe Verbal association, kedua tipe ini setaraf, yaitu
belajar menghubungkan satuan ikatan S–R yang satu dengan yang lain. Hubungan
itu terbentuk, bila unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu segera
mengikuti yang satu lagi ( contiguity ).
e. Tipe Discrimination Learning ( Belajar Diskriminasi )
14
Pada tipe ini anak didik mengadakan seleksi dan penguji diantara dua perangsang
atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian memilih pola-pola respons
yang dianggap paling sesuai. Kodisi utama bagi berlangsungnya proses belajar ini
adalah anak didik sudah mempunyai kemahiran melakukan chaining dan
association. Contoh anak dapat mengenal merk mobil walau tanpak mobil itu
banyak bersamaan.
f. Tipe Concept Learning ( Belajar Konsep )
Concept learning adalah belajar pengertian. Dengan berdasarkan kesamaan
ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian
atau konsep. Proses belajar konsep memakan waktu dan berlangsung secara
beragsur-angsur.
g. Tipe Rule Learning ( Belajar aturan )
Rule learning belajar membuat generalisasi, hukum, dan kaidah. Pada tingkat ini
siswa belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoperasikan
kaidah–kaidah logika formal ( induktif, deduktif, analisis, sintesis, asosiasi,
difernsia, sintesis, asosiasi, difernsia, komparasi dan kausalitas ). Sehingga anak
didik dapat menemukan konklusi tertentu yang mungkin selanjudnya dapat
dipandang sebagai “rule”: prinsip, dalil, aturan, hukum, kaidah, dan sebagainya.
Belajar aturan adalah tipe belajar yang banyak terdapat di sekolah.
h. Tipe Problem Solving ( Pemecahan Masalah )
15
Pada tingkat ini para anak didik belajar merumuskan masalah, memberi respons
terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi
problematik, yang mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya.
Dengan proses pengidentifikasian pola – pola belajar, guru akan dapat
mengidentifikasi pada tahap belajar atau tipe belajar apa yang telah dijalaninya.
Atas dasar itu guru dapat memlih alternatif strategi pengorganisasian bahan,
metode, alat di dalam kegiatan belajar mengajarnya.
B. Pengertian Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu Usman dan
Setiaji ( Andrian, 2006 : 14 ) dikutip dari www.carapedia.com
Kegiatan pembelajaran merupakan pola interaksi peserta didik dengan
keseluruhan lingkungan belajar yang sengaja dirancang dan dilaksanakan oleh
pendidik. Kegiatan pembelajaran merupakan upaya memberikan pengalaman
belajar kepada peserta didik, oleh karenanya kegiatan pembelajaran harus
menunjukan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri
siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut
Slameto (2003 : 54 - 72) dikutip dari www.carapedia.com.
Faktor - faktor yang mempengaruhi belajar adalah :
16
- Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan)
- Kelelahan
2. Faktor-faktorEksternal
- Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang
kebudayaan)
- Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran
di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah)
- Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,
bentuk kehidupan masyarakat) oleh Slameto ( 2003 : 54 - 72) dikutip dari
yogoz.wordpress.com
Mengacu dari pendapat tersebut pembelajaran mencakup proses dan hasil belajar.
Proses pembelajaran hendaknya dengan sengaja diorganisasikan secara baik, agar
dapat menumbuhkan proses belajar yang baik, sehingga pada akhir proses akan
menghasilkan hasil belajar yang optimal. Proses belajar dan hasil belajar
hendaknya menjadi pusat perhatian dalam menentukan metode pembelajaran.
C. Pengertian Cooperative Learning
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model
pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran
17
yang terstruktur. yang termasuk di dalam struktur ini ada lima unsur pokok
(Johnson & Johnson, 1993) dikutip dari blog.elearning.unesa.ac.id, yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian
bekerja sama, dan proses kelompok.
Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran
gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang
menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Cooperative Learning dikutip dari akmadsudrajat.wordprees.comadalah suatu
strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang
teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif (Anonim. 2011. Coperatif Learniang. http://unhalu.ac.id)
adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar
kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian
18
bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning(Anonim.
2011. Coperatif Learniang. http://unhalu.ac.id) Untuk itu harus diterapkan lima
unsur model pembelajaran gotong royong yaitu:
1. Saling ketergantungan positif .
2. Tanggung jawab perseorangan .
3. Tatap muka .
4. Komunikasi antar anggota .
5. Evaluasi proses kelompok
D. Pembelajaran Cooperative Learning Model Jigsaw
Jigsaw (www.carapedia.com) adalah sebuah teknik pembelajaran kooperatif
dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam
pembelajaran.
Model pembelajaran jigsaw memiliki tujuan untuk mengembangkan kerja tim,
keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam
yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk mempelajari semua
materi sendirian(www.carapedia.com).
Model cooperative learning dapat digunakan pada mata pelajaran PKn. Dalam
model ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa
dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi
19
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab
atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut
kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997) dikutip dari
www.carapedia.com
Siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen
dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan
materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997) dikutip dari
www.carapedia.com
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain menurut Anita Lie
(2005) dikutip dari blog akmadsudrajad.wordpres.com. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 2005)
dikutip dari blog akmadsudrajad.wordpres.com
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk
diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran
20
/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang
apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan
siswa dengan kemampuan asal dan latar belakang keluarga yang beragam.
Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok
ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997): (www.carapedia.com).
Gambar1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Langkah-langkah dalam penerapan model pembelajara jigsaw adalah sebagai
21
1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4–6 siswa dengan kemampuan yang berbeda (kelompok ini
disebut kelompok asal).
Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian
materi pembelajaran. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar
bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli,
siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun
rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok
asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji).
2. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli
maupun kelompok asal.
3. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
Selanjutnya dilakukan presentasi.
4. Guru memberikan test untuk siswa secara individual.
Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru
maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan
mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat
menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran
22
1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran
cooperative learning.
2. Jumlah siswa yang terlalu banyak mengakibatkan perhatian guru
terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga hanya segelintir orang
yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran
cooperative learning.
4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang
dapat mendukung proses pembelajaran.
Agar pelaksanaan pembelajaran cooperative learning dapat berjalan dengan baik,
maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran
cooperative learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan
diajarkan.
2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan
kelas heterogen.
3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran
cooperative learning.
4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.
Berikut ini beberapa kelebihan pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw:
23
ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan – rekannya.
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara
dan berpendapat.
Selain itu pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw mempunyai kelemahan
sebagai berikut:
Siswa yang memiliki kemampuan akan lebih mendominasi diskusi dan cenderung
mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar
benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para
anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli
kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti. Dikutip dari
weblogask.blogspot.com
E. Prestasi Belajar
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002 : 895), prestasi belajar
didefinisikan sebagai penguasaan pengetahuan/ keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes/angka nilai yang
diberikan guru. Hasil belajar dan prestasi belajar merupakan akibat dari
proses belajar mengajar. Namun kedua istilah tersebut memiliki perbedaan.
Perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar disebut sebagai
hasil belajar.
24
yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual yang diukur dalam prestasi
belajar, sikap siswa, dan keterampilan siswa. Bloom (Munaf, 2001: 67) dikutip dari akmadsudrajad.wordpress.com
mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga kategori yaitu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa
“Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat
secara relatif dan berbekas”.
diharapkan, yang dihasilkannya ditunjukkan oleh skor/angka. Tinggi
rendahnya prestasi belajar dapat menjadi indikator sedikit banyaknya
pengetahuan dan penguasaan materi fisika yang dimiliki siswa.
Winkel (1996: 162) dikutip dari akmadsudrajad.wordpress.com,
mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan
belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Dalam bidang pendidikan, terutama dalam pembelajaran, prestasi belajar
mempunyai kedudukan yang penting. Menurut Wingkel (1980: 13) dikutip dari akmadsudrajad.wordpress.com, fungsi prestasi belajar diantaranya :
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah diketahui anak didik.
25
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari situasi institusi
pendidikan.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap kecerdasan anak
didik.
Prestasi belajar dapat dikatakan sebagai tingkat kemanusiaan yang dimiliki
siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh
dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar dan tingkat keberhasilan seseorang
dalam mempelajari materi pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai setelah
mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah
diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau
rendahnya prestasi belajar siswa.
Pusat Pengujian Balitbang Depdikbud menyatakan bahwa : “Prestasi belajar tidak
hanya meliput aspek pengetahuan dan ketrampilan, namun meliputi pula aspek
pembentukan watak seorang siswa”. Dari pendapat-pendapat tersebut, pengertian
Prestasi belajar adalah (a) sesuatu yang didapat atau dicapai seseorang setelah
mengalami proses belajar yang dinyatakan dengan berubahnya pengetahuan,
tingkah laku, dan ketrampilan, (b) Prestasi belajar yang dicapai oleh tiap-tiap anak
setelah belajar atau usaha yang diandalkan oleh guru berupa angka-angka atau
skala (c) Prestasi yang diperoleh murid berupa pengetahuan, ketrampilan,
normatif watak murid yang dikembangkan di sekolah melalui sejumlah mata
26
Jenis-jenis Prestasi Belajar
E. Usman Effendi dan Juhaya S. Praja (http://hipni.blogspot.com/2011/10/html)
menyatakan bahwa: Prestasi belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang
bulat. Prestasi belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku yaitu
aspek motorik, aspek kognitif sikap, kebiasaan, ketrampilan maupun
pengetahuannya. Ditandai dengan hafalnya seseorang kepada sesuatu materi yang
dipelajarinya yang dimanifestasikan dalam bentuk-bentuk : (1) pengetahuan, (2)
pengertian, (3) kebiasaan, (4) ketrampilan (skill), (5) apresiasi, (6) emosional, (7)
hubungan sosial, (8) jasmani, (9) etika atau budi pekerti, dan (10) sikap (attitude).
Selanjutnya Abin Syamsudin(http://hipni.blogspot.com/2011/10/html)) secara
garis besar membagi Prestasi belajar menjadi tiga golongan, yaitu (1) aspek
kognitif meliputi pengetahuan hafalan, pengamatan, pengertian, aplikasi, analisis,
sintesis, evaluasi, (2) aspek efektif meliputi penerimaan, sambutan, penghargaan,
apresiasi, internalisasi, karakterisasi, (3) aspek psikomotor meliputi keterampilan
bergerak dan ketrampilan verbal dan non verbal.
Prestasi belajar merupakan tujuan utama dari kegiatan belajar mengajar. Prestasi
belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang. Maka prestasi
belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah
melaksanakan usaha-usaha belajar.
Prestasi belajar dibidang pendidikan merupakan hasil dari pengukuran terhadap
peserta didik yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor setelah
mengikuti proses bembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes
27
penelitian ini dilihat dari ketuntasan belajar siswa yang diukur dengan
menggunakan test tertulis yang ditujukan dengan angka dengan pencapaian KKM.
F. Pengertian Aktivitas
Aktivitas dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang.
Pendidikan tradisional dengan “sekolah dengar” tidak mengenal, bahkan
sama sekali tidak menggunakan asas aktivitas dalam proses pembelajarannya.
Para siswa mendengarkan hal- hal yang dipompakan oleh guru. Pada
waktu itu cara mengajar yang populer adalah metode imposisi. Para
siswa hanya menelan saja hal-hal yang direncanakan dan disampaikan oleh
guru(Oemar hamalik,2001:170) dalam buku proses Belajar Mengajar
Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya karena guru adalah orang yang
serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Sistem
penuangan lebih mudah pelaksanaannya bagi guru tidak ada masalah atau
kesulitan, guru cukup mempelajari materi dari buku lalu disampaikan kepada
siswa. Di sisi lain siswa hanya bertugas menerima dan menelan, mereka diam
dan bersikap pasif atau tidak aktif .
Adanya temuan baru dalam psikologi perkembangan dan psikologi belajar yang
menyebabkan pandangan tersebut harus berubah. Dari penelitian para ahli
ternyata siswa adalah suatu organisme yang hidup. Didalam dirinya terdapat
prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Pendidikan perlu
mengarahkan tingkah laku dan perbuatan itu menuju ke tingkat perkembangan
yang diharapkan. Berson menemukan suatu konsep atau teori yang disebut Elan
28
menyebabkan manusia berbuat segala sesuatu. Seorang yang memiliki elan vital
yang besar/kuat memiliki kemampuan berbuat lebih banyak dan luas, begitu juga
sebaliknya (Oemar hamalik, 2001 : 170. Dalam Proses Belajar Mengajar).
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar
sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.
Pengajaran tradisional aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas semu.
Pengajaran modern lebih menitik beratkan pada aktivitas sejati. Siswa belajar
sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memproleh pengetahuan,
pemahaman, dan aspek tingkah laku lainnya serta mengmbangkan
keterampilan yang bermakna. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini
aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit activity. Sehingga
kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar
yang lebih memadai.
Berdasarkan beberapa referensi yang peneliti temukan aktivitas memiliki
beberapa jenis, seperti pendapat Paul D Dierich.
Paul D.Dierich membagi aktivitas belajar kedalam 8 kelompok kegiatan–kegiatan
visual: Kegiatan – kegiatan lisan, kegiatan– kegiatan mendengarkan, kegiatan –
kegiatan menulis, kegiatan – kegiatan menggambar, kegiatan – kegiatan
metric, kegiatan – kegiatan mental, kegiatan – kegiatan emosional (Oemar
hamalik, 2001 : 172. Dalam Proses Belajar Mengajar).
J .Dewey dengan sekolah kerjanya menggunakan asas aktivitas dalam proyek
kerja dan metode problem solving (Oemar hamalik, 2001 : 176. Dalam Proses
29
Dalam penelitian ini asas aktivitas akan digunakan dengan menggunakan teknik
jigsaw. Karena peneliti melihat nilai aktivitas bagi siswa sangat bermanfaat.
Nilai – nilai aktivitas itu adalah :
1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa
secara integral .
3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa .
4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri .
5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.
6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat dan hubungan antara orang
tua dengan guru .
7. Pengajaran diselenggarakan secara realitas konkrit sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan
verbalitas .
8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan
di masyarakat.
G. Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan dalam bahasa latin disebutkan “civis”, selanjutnya
dari kata “civis” ini dalam bahasa Inggris timbul kata ”civic” artinya mengenai
warga negara atau kewarganegaraan. Dari kata “civic” lahir kata “civics”, ilmu
kewarganegaraan dan civic education( pendidikan kewarganegaraan).
30
rangka “mengamerikakan bangsa Amerika” atau yang terkenal dengan nama
“Theor of Americanization”(http://andriezll1980.blogspot.).
Pendidikan kewarganegaraan menurut para ahli memiliki pengertian:
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas
tentang pemerintahan konstitusi lembaga-lembaga demokrasi rule of law, HAM,
hak dan kewajiban warganegara serta proses demokrasi pengertian menurut
Azzumardi Azra. ”(http://andriezll1980.blogspot).
Sedangkan menurut Zamroni : “Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan
demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis
dan bertindak demokratis” ”(http://andriezll1980.blogspot).
Konsep Pendidikan Kewarganegaraan
Konsep pendidikan kewarganegaraan sebagai citizenship education, secara
substantif dan pedagogis didesain untuk mengembangkan warganegara yang
cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan.
Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegara
Hakikat pendidikan kewarganegaraan (Standar isi, 2006. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan) adalah upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati
diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban
dalam belanegara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan
bangsa dan negara.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar
31
mengembangkan jati diri dan bangsa dalam perikehidupan bangsa ( Standar
isi,2006. departemen pendidikan dan kebudayaan).
Standar isi pendidikan kewarganegaraan adalah pengembangan: 1.Nilai-nilai cinta
tanah air; 2. Kesadaran berbangsa dan bernegara;3. Keyakinan terhadap Pancasila
sebagai ideologi negara; 4.Nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan
lingkungan hidup;5. Kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan negara,
serta 6. Kemampuan awal belanegara ( BNSP, Model Silabus dan
RPP, 2006.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).
Sebagaimana lazimnya semua mata pelajaran, mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan memiliki visi, misi, tujuan dan ruang lingkup isi. Visi mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata pelajaran
yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa dan pemberdayaan warga
negara. Adapun Misi mata pelajaran ini adalah membentuk warga negara yang
baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan UUD 1945 ((BNSP,
Model Silabus dan RPP, 2006. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (UU nomor 2 tahun 1989)
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusi Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang maha
esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Maka pelajaran Pkn idealnya
32
mencoba menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw untuk mencapai
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penilitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas(Classroom
action research), model Kurt Lewin. Konsep inti PTK model Kurt Lewin
adalah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu:
a) Perencanaan(planing)
b) Aksi atau tindakan (acting),
c) Observasi (observing),
d) Refleksi (reflecting) .
Peneliti berkolaborasi dengan partisipan (teman sejawat atau dari praktisi lain)
mencari informasi untuk mengenali dan mengetahui kondisi awal dari
permasalahan yang akan dicari solusinya. Kegiatan ini dilakukan dengan cara
menelaah kekuatan atau kelemahan dari suatu proses pembelajaran yang telah
dilakukan baik dari aspek diri sendiri, siswa, sarana belajar atau
sumber/lingkungan belajar. Berdasarkan temuan - temuan awal, penelitian
difokuskan pada identifikasi masalah yang nyata, jelas dan mendesak untuk
dicari solusinya.
Khususnya masalah alur pembelajaran yang sudah dilakukan, sarana yang
34
diperlukan siswa.
Kemudian peneliti memasuki tahap perencanaan. Dalam tahap ini, peneliti
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan yang akan dilakukan. Apabila peneliti telah yakin terhadap kebenaran
rumusan masalah, maka selanjutnya adalah menyusun rencana tindakan.
Setelah tahap perencanaan dilakukan maka peneliti memasuki tahap pelaksanaan
tindakan. Tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rencana, yaitu
melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan langkah-langkah tindakan yang
telah direncanakan pada tahap perancangan. Skenario tindakan yang telah
direncanakan dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Dalam waktu yang sama
peneliti melakukan pengamatan dan interpretasi terhadap jalannya pelaksanaan
tindakan itu.
Tahap berikutnya yang dilakukan peneliti adalah Observasi, Observasi dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang
telah disusun sebelumnya, dan seberapa jauh proses yang terjadi dapat diharapkan
menuju sasaran yang diharapkan. Setelah melakukan Observasi tahap selanjudnya
refleksi dan evaluasi.
Refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi, dan eksplanasi
terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Evaluasi
dilakukan dengan menggunakan suatu kriteria, Evaluasi dilakukan untuk menilai
pencapaian tujuan pembelajaran.
Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai
35
[image:52.595.146.445.134.689.2]Prosedur pelaksanaan PTK digambarkan dengan diagram sebagai berikut:
Gambar 2. Model Penelitian Kurt Lewin (Arikunto,2006:16)
Perencanaan
SIKLUS I Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS III Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
36
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMPN 1 sekampung Udik Tahun
Pelajaran 2011/2012, yang terdiri dari 36 siswa. Kelas ini dipilih sebagai subjek
penelitian karena berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa
pada kelas ini merupakan kelas yang paling bermasalah dalam proses
pembelajaran dengan prestasi belajar paling rendah.
C. Objek Penelitian
1. Aktivitas belajar yaitu: kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses
pembelajaran.
2. Prestas belajar yaitu: perubahan yang ditandai pencapaian aspek
pengetahuan, ketrampilan dan aspek pembentukan watak seorang siswa
3. Model pembelajaran jigsaw yaitu: model pembelajaran yang anggotanya
herogen terdiri dari 4-6 orang yang mempunyai kelompok asal dan kelompok
ahli.
Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
Aktivitas dan Prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Pkn yang dilihat
dari hasil ulangan harian dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan mitra
(kolabulator ).
D. Data Penelitian
1. Kuantitatif yaitu prestasi belajar.
2. Kualitatif yaitu aktivitas belajar siswa dengan penerpan model jigsaw.
37
Data kuantitatif, merupakan data hasil observasi yang terjadi di dalam kelas pada
siklus I,II,III terdiri dari data hasil belajar siswa. Data hasil belajar siswa
dimunculkan dari nilai tes siswa yang relevan yang diberikan setiap akhir siklus I ,
II dan III dengan sebelumnya dilakukan dengan model pembelajaran jigsaw.
Data kualitatif aktivitas siswa yang diamati oleh peneliti dengan menggunakan
lembar pengamatan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Oservasi / Pengamatan
Observasi adalah metode atau cara-cara untuk menganalisa dan
melakukan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dan
melihat, mengamati individu atau kelompok secara langsung. Metode
ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan
di lapangan tentang aktivitas belajar siswa dan penerapan model
pembelajaran jigsaw oleh guru.
2. Tes
Tes hasil belajar siswa, teknik ini digunakan dalam penelitian untuk
memproleh hasil prestasi belajar siswa,tes disusun oleh penulis
sesuai dengan kopetensi dasar yang disajikan. Tes ini dilakukan
untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model
pembelajaran jigsaw. Nilai diambil dari hasil tes yang dilakukan
38
3. Dokumentasi
Tehnik dokumentasi ini untuk mengumpulkan data tentang jumlah siswa
dengan keadaan sekolah tempat peneliti.
F. Teknik Analisis Data
1. Data Kualitatif
Data kualitatif diproleh dari data aktivitas siswa , aktivitas siswa
selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Jigsaw diamati dengan menggunakan lembar pengamatan oleh peneliti.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif diproleh dari data prestasi hasil belajar siswa yang
dikumpulkan dari hasil tes tertulis selama proses penelitian setelah
diterapkan model Pembelajaran jigsaw.
G. Prosedur Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini akan dilakukan dalam 3 siklus: yaitu siklus1, siklus2, dan siklus3.
Tahap-tahap tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:
a. Tahap Pra Penelitian ( Persiapan Penelitian )
1. Memberikan tes awal yang skornya dijadikan skor awal dan selanjutnya akan
digunakan untuk poin peningkatan individu.
2. Skor yang diperoleh dari tes awal diurutkan kemudian dilakukan pembentukan
kelompok dengan pengaturan sehingga terbentuk kelompok hetrogen.
3. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model
39
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini menggunakan model yang
dikembangkan oleh Kemis & Tanggart ( As ari,2003: 7 ) yang terdiri dari
beberapa tahap, yaitu: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) pengamatan, dan
(d) refleksi. Tahap-tahap tersebut akan membentuk siklus.
Tahap-tahap dari tiap siklus diuraikan sebagaiberikut:
1. Perencanaan
Kegiatan dalam perencanaan ini:
a. Mendiskusikan dan menerapkan pembelajaran yang akan diterapkan di kelas
Sebagai tindakan dalam siklus 1.
b. Menyusun rencana pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
Jigsaw sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.
c. Menyusun materi yang akan diberikan kepada siswa dalam kelompok asal dan
kelompok ahli.
d. Menyiapkan lembar pengamatan untuk memantau aktivitas siswa.
e. Mempersiapkan perangkat penilaian untuk mengukur prestasi belajar siswa.
2. Pelaksanaan
Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun
dalam pembelajaran. Adapun urutan kegiatan secara garis besar adalah
1) Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4–6 siswa dengan kemampuan yang berbeda (kelompok
ini disebut kelompok asal).
40
maupun kelompok asal.
3) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentasi.
4) Guru memberikan test untuk siswa secara individual.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan mendekontasikan segala sesuatu yang berkaitan
dengan pelaksanaan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar
observasi yang dipersiapkan peneliti.
4. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan menganalisis,memahami dan membuat berdasarkan hasil
pengamatan dan catatan lapangan. Refleksi dilakukan dengan mengamati hasil tes
dan observasi serta menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang
terjadi sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya.
H. Kriteria Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah:
1. Minimal 75% siswa aktif dalam pembelajaran.
2. Siswa yang memproleh nilai ≥ 65 mencapai 70%.
75
BAB V
KESIMPULAN, SARAN, DAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dari penelitian
tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
jigsaw dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas siswa pada mata pelajaran Pkn
di kelas VIII b SMPN 1 Sekampung Udik. Penerapan model pembelajaran jigsaw
berdampak positif terhadap peningkatan aktivitas dan prestasi belajar pada mata
pelajaran pendidikan moral pancasila apabila dilakukan dengan langkah-langkah
yang tepat, seperti untuk meningkatkan aktivitas secara maksimal dibentuk
kelompok asal yang lebih banyak dengan jumlah anggota kelompok sesuai dengan
indikator pembelajaran. Dengan demikian memaksa setiap orang menjadi anggota
tim ahli yang bertanggung jawab menjelaskan hasil diskusi kepada teman mereka
pada kelompok asal. Untuk materi baru sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu.
Materi akan lebih lengkap bila didukung buku pelajaran lebih dari satu macam.
Dalam penelitian ini model pembelajaran jigsaw dapat mewujudkan kegiatan
pembelajaran yang kondusif dan efektip, hal tersebut dapat dilihat dari adanya
peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Pada siklus kesatu aktivitas siswa
59 %, siklus kedua 79 % dan siklus ketiga 83 %. Sedangkan peningkatan prestasi
belajar siswa dapat dilihat dari kemajuan dari setiap siklusnya, siklus kesatu 64 %,
siklus kedua 67 % dan siklus 72 %.
Dari data tersebut maka dapat disimpulkan model pembelajaran jigsaw dapat
76
kelas VIII b SMPN1 Sekampung Udik dengan tercapainya indikator keberhasilan.
B. Saran
Berdasarkan hasil peneltian tindakan kelas yang telah dilakukan maka penulis
menyarankan kepada:
a) Guru
Sebagai acuan meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar dalam
menggunakan berbagai macam model pembelajaran cooperative, salah
satunya tipe jigsaw.
b) Pihak Sekolah
Agar lebih intensif menyertakan guru untuk mengikuti pelatihan / work
DAFTAR PUSTAKA
Andriez. 2007. Tujuan Pkn. http://Andriezl1980,blogspot.com/2007/07/01/tujuan-pkn.html. 14 Januari 2012.
Anonim. 2000. Materi Latihan Kerja guru PPKn. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Anonim. 2006. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Anonim. 2011. Definisi Pengeretian Pendidikan. http://hipni.blogspot.com /2011/09/definisi-pengertian-pendidikan.html. 14 Januari 2012.
Anonim. 2011. Coperatif Learning. http://unhalu.ac.id. 20 Desember 2011.
Anonim. 2011. Model Pembelajaran Jigzaw. http://carapedia.com/model pembelajaran-zigzaw.html. 14 Januari 2012.
Anonim. 2012. Proses Pembelajaran. http://www.carapedia.com. 14 Januari 2012.
Anonim. 2012. Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar.
http://yogoz.wordpress.com/2012/07/faktor-yang-mempengaruhi-proses-belajar.html. 14 Januari 2012.
Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Renika Cipta.
Purwadarminta. 1998. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaini. 2010. Startegi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka cipta.
Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Nurhadi. 2009. Pembelajaran Kontektual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK.
Malang : UM.
Sudrajat. Akmad. 2012. Definisi Pendidikan.