• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN EKSEKUTIF Sekretariat Jenderal bertugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada selur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RINGKASAN EKSEKUTIF Sekretariat Jenderal bertugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada selur"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

10

(2)
(3)
(4)
(5)

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sekretariat Jenderal bertugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian. Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian menyelenggarakan fungsi sebagai pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian. Tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan berdasarkan pada tujuan, sasaran strategis, dan target kinerja yang tertuang dalam Rencana Strategis Sekretariat Jenderal tahun 2015-2019 serta Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal tahun 2019.

Dalam mencapai tujuan yaitu mewujudkan pelayanan prima bagi stakeholder, Sekretariat Jenderal belum mencapai hasil sesuai dengan yang telah ditetapkan. Untuk indikator kinerja tujuan peningkatan kepuasan stakeholder eksternal, capaian hanya 73,35 persen. Hasil ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan tingkat kepuasan stakeholder eksternal namun peningkatan tersebut belum mencapai maksimal. Adapun indikator kinerja tujuan peningkatan kepuasan stakeholder internal, capaiannya adalah – 11,65 persen. Hasil ini menunjukan adanya penurunan tingkat kepuasan stakeholder internal di lingkungan Kementerian Perindustrian terhadap pelayanan Sekretariat Jenderal.

Terlepas dari pencapaian indikator kinerja tujuan yang belum maksimal, pada sasaran strategis pemangku kepentingan dan proses bisnis internal sebagian besar indikator kinerja telah mencapai target kinerja. Dari 2 (dua) indikator kinerja utama dan 17 (tujuh belas) indikator kinerja yang telah ditetapkan terdapat 1 indikator kinerja utama dan 16 (enam belas) indikator kinerja yang dinyatakan “berhasil” dengan capaian ≥ 90% sedangkan 2 (dua) indikator lainnya, yaitu indeks tingkat kepuasan stakeholder internal dan penurunan konsumsi energi dikategorikan belum berhasil.

Berdasarkan hasil survei yang telah dilaksanakan, realisasi IKU tingkat kepuasan stakeholder internal 2,93 dari target yang ditetapkan 3,7 (skala 1-4). Penyebab ketidak tercapainya IKU ini adalah data industri dari Pusdatin masih kurang spesifik karena adanya lag tahun dan belum menginformasikan data kondisi tahun terakhir dimana hal ini juga dikarenakan baru sedikit perusahaan yang terdaftar di system SiINAS, informasi program karir pegawai dilingkungan Kemenperin yang belum sesuai terutama terkait pola karis sesuai Permenperin Nomor 65 Tahun 2014 tentang Pola Karir Pegawai Kementerian Perindustrian, penyelesaian sengketa pengadaan pada Unit layanan, buku pedoman pencairan sebagai pedoman pencairan dirasa cukup membantu dalam proses pencairan namun terdapat beberapa pertanggungjawaban yang belum detail dijelaskan dalam buku pedoman tersebut, dan tanggung jawab serta penempatan pegawai sesuai kebutuhan unit kerja yang belum sesuai dengan Analisa jabatan dan formasi awal penerimaan pegawai. Tindak lanjut yang

(6)

iii perlu dilaksanakan adalah membentuk wadah komunikasi disetiap Eselon II di bawah Sekretariat Jenderal setiap periodik untuk melaporkan kinerja yang sudah dilakukan serta meminta masukan dari Direktorat selaku stakeholder untuk perbaikan selanjutnya.

Indikator selanjutnya yang belum mencapai hasil maksimal adalah penurunan konsumsi energi. Realisasi indikator ini adalah -3,65 persen dengan target penurunan konsumsi energi 7,5 persen. Hasil ini menunjukan adanya peningkatan konsumsi energi sebesar 3,65 persen. Kenaikan konsumsi energi ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah meningkatnya volume kegiatan diluar jam kantor, proyek pekerjaan (pengecatan gedung dan penggantian ACP) dan bertambahnya peralatan-peralatan elektronik seperti video wall, videotron, pendingin ruangan (AC Split), penambahan server, penambahan komputer di ruangan CAT dan penambahan sarana olahraga (ruang senam).

Konsumsi dimungkinkan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya peralatan elektronik. Tindak lanjut yang perlu dilaksanakan adalah penerapan sistem manajamen penggunaan energi agar dapat mengontrol dan memantau penggunaan energi secara lebih baik dan lebih efisien.

Capaian kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian tahun 2019 secara keseluruhan dapat dicapai dengan baik. Berdasarkan aplikasi OM-SPAN Kementerian Keuangan, jumlah anggaran yang digunakan untuk mencapai kinerja tersebut sebesar Rp.229.833.745.000,- dengan capaian 94,73 persen.

(7)

iv DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 5

A. Latar Belakang ... 5

B. Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Jenderal ... 6

C. Struktur Organisasi ... 7

BAB II PERENCANAAN KINERJA ... 9

A. Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Tahun 2015-2019………..….9

B. Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2019 ... 12

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 14

A. Analisis Capaian Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2019 ... 14

B. Akuntabilitas Keuangan Sekretariat Jenderal Tahun 2019 ... 42

BAB IV PENUTUP ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Permasalahan dan Kendala ... 45

C. Rekomendasi dan Tindak Lanjut ... 46 LAMPIRAN

(8)

5 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang sangat fundamental menuntut perlunya sistem perencanaan pembangunan yang komprehensif dan mengarah kepada perwujudan transparansi, akuntabilitas, demokratisasi, desentralisasi, dan partisipasi masyarakat, yang pada akhirnya dapat menjamin efisiensi, efektivitas, dan keberlanjutran pemanfaatan maupun pengalokasian sumber dana pembangunan.

Salah satu upaya untuk merespon tuntutan tersebut adalah diberlakukannya Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Berdasarkan sistem tersebut, tahapan perencanaan pembangunan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu: (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana merupakan bagian-bagian dari fungsi manajemen, yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Keempatnya saling melengkapi dan masing-masing memberi umpan balik serta masukan kepada yang lainnya.

Perencanaan yang telah disusun dengan baik, tidak ada artinya jika tidak dapat dilaksanakan. Setiap pelaksanaan rencana tidak akan berjalan lancar jika tidak didasarkan kepada perencanaan yang baik. Sejalan dengan itu, dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas alokasi sumber daya, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan program pembangunan, perlu dilakukan upaya pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana pembangunan. Pengendalian dilakukan dengan maksud untuk dapat menjamin bahwa pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan pemantauan dimaksudkan untuk mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan; mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin.

Sedangkan evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output), hasil (outcomes), dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indikator kinerja pelaksanaan rencana, yang sekurang-

(9)

6 kurangnya meliputi; (i) indikator masukan, (ii) indikator keluaran, dan (iii) indikator hasil/manfaat.

Sebagai salah satu upaya menjamin transparansi dan akuntabilitas proses pelaksanaan anggaran diperlukan proses pelaporan untuk memberikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat kepada pemangku kepentingan sebagai bahan pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi yang terjadi serta penentuan kebijakan yang relevan. Di dalam pelaksanaannya, kegiatan pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang.

Setiap Pimpinan Kementerian/Lembaga melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Renja-KL yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Pemantauan pelaksanaan program dan kegiatan tersebut dilakukan terhadap perkembangan realisasi penyerapan dana, realisasi pencapaian target keluaran (output), dan kendala yang dihadapi.

B. Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Jenderal

Sesuai Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata kerja Kementerian Perindustrian, tugas Sekretariat Jenderal adalah melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian. Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian menyelenggarakan fungsi sebagai pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian. Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian menyelenggarakan fungsi:

1. Koordinasi kegiatan Kementerian Perindustrian;

2. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian Perindustrian;

3. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi Kementerian Perindustrian;

4. Pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;

5. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan advokasi hukum;

6. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan pengadaan barang/jasa; dan 7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri.

Dalam rangka mewujudkan arah kebijakan serta sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai, Sekretariat Jenderal, melaksanakan program dukungan manajemen dan

(10)

7 pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian Perindustrian serta program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kementerian Perindustrian.

Berdasarkan Renstra Sekretariat Jenderal Tahun 2015-2019, Sekretariat Jenderal mempunyai visi “Mewujudkan Pelayanan Prima kepada Stakeholders dengan misi Melayani Stakeholders secara Profesional dan Pro Bisnis serta Menyelenggarakan Tata Kepemerintahan yang Baik dan Profesional. Dalam mewujudkan visi dan misi tersebut, Sekretariat Jenderal pada tahun 2019 telah menetapkan beberapa sasaran strategis yang pencapaiannya dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian.

C. Struktur Organisasi

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata kerja Kementerian Perindustrian, Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal yang membawahi 8 (delapan) Unit Eselon II, yang terdiri atas 6 (enam) Biro dan 2 (dua) Pusat, yaitu:

1. Biro Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan perencanaan program dan anggaran di bidang ekosistem inovasi industri, ekosistem manufaktur, komersialisasi produk industri, dukungan administrasi dan pengawasan Kementerian serta evaluasi dan pelaporan Kementerian Perindustrian.

2. Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi, perencanaan, penataan, dan evaluasi organisasi dan tata laksana serta pengelolaan manajemen sumber daya manusia.

3. Biro Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi urusan keuangan dan barang milik Negara Kementerian, pengelolaan dan pengendalian risiko serta pelaksanaan reformasi birokrasi.

4. Biro Hukum mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi, dan fasilitasi penyusunan dan evaluasi peraturan perundang-undangan dan perjanjian kerja sama, advokasi hokum serta pengelolaan jaringan informasi dan dokumentasi hokum.

5. Biro Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi, pemberian dukungan administrasi hubungan masyarakat.

6. Biro Umum mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, pembinaan, dan pengelolaan program dan ketatausahaan pimpinan, keprotokolan, kearsipan, administrasi, perpustakaan, kerumahtanggaan serta pengelolaan barang milik Negara Sekretariat Jenderal dan pengadaan barang/ jasa di lingkungan Kementerian.

(11)

8 7. Pusdatin mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengelolaan sistem informasi, kerja sama, manajemen data, serta analisis dan penyajian data dan informasi.

8. Pusat P3DN mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, rencana, program, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan penggunaan produk dalam negeri.

Struktur organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian, dapat dilihat pada dibawah ini:

Gambar 1.1

Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal

(12)

9 BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Tahun 2015-2019

Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian telah menyusun Rencana Strategis Tahun 2015-2019 yang memuat hal-hal pokok seperti arah kebijakan, peta strategi serta program kerja.

1. Arah Kebijakan Sekretariat Jenderal

Visi dan misi Sekretariat Jenderal sebagai arah dalam mengambil kebijakan, penetapan program dan kegiatan selama kurun waktu 5 (lima) Tahun (2015-2019) adalah sebagai berikut:

Visi Sekretariat Jenderal untuk tahun 2015 – 2019 adalah:

“Menjadi Penggerak Utama Terwujudnya Visi Kementerian Perindustrian”

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan misi sebagai berikut:

1. Menyediakan saran-saran strategis yang berwawasan ke depan;

2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan peningkatan kompetensi SDM aparatur dan SDM industri;

3. Membangun sistem informasi manajemen yang terintegrasi;

4. Menyediakan layanan sarana-prasarana, administrasi, dan teknis yang cepat, efektif, dan akuntabel.

Berlandaskan pada visi dan misi tersebut, maka ditetapkan tujuan yang ingin dicapai Sekretariat Jenderal sebagai berikut: “Terwujudnya Pelayanan Prima bagi stakeholder Sekretariat Jenderal”. Keberhasilan Sekretariat Jenderal dalam mencapai tujuan tersebut diukur dengan indikator kinerja berupa :

1. Peningkatan kepuasan stakeholder eksternal 2. Peningkatan kepuasan stakeholder internal.

2. Peta Strategi Sekretariat Jenderal

Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran-sasaran industri yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategi Kementerian Perindustrian, telah dibangun Peta Strategi Sekretariat Jenderal yang mengacu pada visi dan misi Kementerian Perindustrian. Berikut ini peta strategis Seketariat Jenderal yang menggambarkan hubungan antara tujuan, sasaran strategis dan faktor-faktor yang mendukung pencapaiannya.

(13)

10 Gambar 2.1 Peta Strategi Sekretariat Jenderal Tahun 2015 – 2019

Sasaran Strategi 1

Mewujudkan manajemen Kementerian Perindustrian yang andal dan profesional, dengan indikator kinerja sasaran strategi yang merupakan indikator kinerja utama (IKU) yaitu:

1. tingkat kepuasan stakeholder eksternal (skala 1-4);

2. tingkat kepuasan stakeholder internal (skala 1-4);

Sasaran Strategi 2

Mewujudkan sistem perencanaan yang berkualitas, dengan indikator kinerja sasaran strategi yaitu:

1. Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen Trilateral Meeting (persen);

2. Anggaran Kementerian Perindustrian yang masuk dalam Catatan Halaman IV Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau persentase anggaran Kementerian Perindustrian yang dibintangi akibat kesalahan dalam perencanaan (persen);

3. Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kementerian Perindustrian (nilai);

Sasaran Strategi 3

Layanan administrasi yang profesional dan akuntabel, dengan indikator kinerja sasaran strategi yaitu:

1. Akuntabilitas laporan keuangan dan BMN (nilai);

2. Nilai BMN Kementerian Perindustrian yang ditetapkan status penggunaannya (persen);

3. Hasil audit kearsipan (nilai);

(14)

11 4. Pemberitaan negatif sektor industri (persen);

Sasaran Strategi 4

Layanan hukum yang andal, dengan indikator kinerja sasaran strategi yaitu:

1. Peraturan perundang-undangan yang diselesaikan (PP/Perpres/Permen);

2. Kasus hukum yang diselesaikan (persen);

Sasaran Strategi 5

Tata kelola Barang Milik Negara (BMN) Kementerian yang efektif dan efisien, dengan indikator kinerja sasaran strategi yaitu:

1. Sarana-prasarana yang dapat dimanfaatkan (persen);

2. Penurunan konsumsi energi (persen);

Sasaran Strategi 6

Meningkatkan Kinerja ASN dan Efektivitas Organisasi, dengan indikator kinerja sasaran strategi yaitu :

1. Rata-rata nilai prestasi kerja pegawai Kementerian Perindustrian (nilai);

2. Rata-rata produktivitas kinerja minumum pegawai Kementerian Perindustrian (jam kerja dalam setahun);

3. tingkat efektivitas organisasi Kementerian Perindustrian (persen);

Sasaran Strategi 7

Informasi Industri yang mudah diakses dan relevan, dengan indikator kinerja sasaran strategi yaitu :

1. Kesesuaian ketersediaan data dan informasi industri dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) terhadap kebutuhan/permintaan stakeholder (persen);

Sasaran Strategi 8

Meningkatkan Penggunaan Produk dalam Negeri, dengan indikator kinerja sasaran strategi yaitu :

1. Perusahaan tersertifikasi TKDN yang menjalankan kontrak PBJ pemerintah (persen);

2. Rekomendasi penyelesaian perselisihan TKDN (persen).

Sasaran Strategi 9

Meningkatkan kinerja ASN Sekretariat Jenderal, dengan indikator kinerja sasaran strategi yaitu :

1. Perusahaan tersertifikasi TKDN yang menjalankan kontrak PBJ pemerintah (persen);

2. Rata-rata produktivitas kinerja minimum pegawai Sekretariat Jenderal ( jam kerja dalam setahun);

Sasaran Strategi 10

Meningkatkan efektivitas organisasi Sekretariat Jenderal, dengan indikator kinerja sasaran strategi yaitu :

1. Tingkat efektivitas organisasi Sekretariat Jenderal (persen);

(15)

12 Sasaran Strategi 11

Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana Sekretariat Jenderal, dengan indikator kinerja sasaran strategi yaitu :

1. Persentase sarana-prasarana Sekretariat Jenderal yang dapat dimanfaatkan (persen);

2. Persentase efisiensi penggunaan energy di lingkungan Sekretariat Jenderal (persen).

B. Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2019

Perencanaan kinerja Sekretariat Jenderal tahun 2019 disusun melalui (dua tahapan perencanaan, yaitu penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2019 dan tahapan penyusunan Perjanjian Kinerja (Perkin) tahun 2019. Sesuai dengan pedoman penyusunan dokumen akuntabilitas kinerja di lingkungan Kementerian Perindsutrian, dokumen RKT Sekretariat Jenderal tahun 2019 disusun pada tahun 2018 dan dokumen Perjanjian Kinerja (Perkin) Tahun 2019 ditetapkan pada awal tahun anggaran 2019.

Tabel 2.1. Perjanjian Kerja Sekretariat Jenderal Tahun 2019

No. Sasaran Strategis

(SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Satuan

Tujuan

1

Mewujudkan

Pelayanan Prima Bagi Stakeholder

1 Peningkatan kepuasan stakeholder eksternal 20 Persen 2 Peningkatan kepuasan stakeholder internal 20 Persen

Perspektif Pemangku Kepentingan

2

Mewujudkan Manajemen Kementerian Perindustrian yang Andal dan Profesional

1 Tingkat kepuasan stakeholder eksternal 3,7 Indeks

2 Tingkat kepuasan stakeholder internal 3,7 Indeks Perspektif Proses Bisnis Internal

No. Sasaran Strategis

(SS) Indikator Kinerja (IK) Target Satuan

3

Mewujudkan Sistem Perencanaan yang Berkualitas

1 Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas

dengan dokumen Trilateral Meeting 95 Persen

2

Anggaran Kementerian Perindustrian yang masih tercantum dalam Catatan Halaman IV Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

5 Persen

3 Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP) Kementerian Perindustrian 76-80 Nilai

4

Layanan Administrasi yang Profesional dan Akuntabel

1 Akuntabilitas laporan keuangan dan BMN

Capaian Standard Tertinggi

Nilai

2 Nilai BMN Kementerian Perindustrian yang

ditetapkan status penggunaannya 13 Persen

3 Hasil audit kearsipan 80 Nilai

4 pemberitaan negatif sektor Industri 1 Persen

5 Layanan Hukum yang Andal

1 Peraturan perundangan yang diselesaikan 3 PP/Perpres/

Permen

2 Kasus hukum yang diselesaikan 95 Persen

(16)

13

No. Sasaran Strategis

(SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Satuan

6

Tata Kelola BMN Kementerian Perindustrian yang Efektif dan Efisien

1 Sarana-prasarana yang dapat dimanfaatkan 95 Persen

2 Penurunan konsumsi energi 7,5 Persen

7

Meningkatkan Kinerja ASN dan Efektivitas Organisasi

1 Rata-rata nilai prestasi kerja pegawai Kementerian

Perindustrian 82 Nilai

2 Rata-rata produktivitas kinerja minumum pegawai

Kementerian Perindustrian 1200 Jam Kerja

3 Tingkat efektivitas organisasi Kementerian

Perindustrian 90 Persen

8

Informasi Industri yang Mudah Diakses dan Relevan

1

Kesesuaian ketersediaan data dan informasi industri dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) terhadap kebutuhan/permintaan stakeholder

70 Persen

9

Meningkatkan Penggunaan Produk dalam Negeri

1 Perusahaan tersertifikasi TKDN yang menjalankan

kontrak PBJ pemerintah 25 Perusahaan

2 Rekomendasi penyelesaian perselisihan TKDN 2 Rekomendasi

(17)

14 BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Analisis Capaian Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2019

Laporan kinerja Sekretariat Jenderal tahun 2019 memberikan gambaran terhadap pencapaian kinerja seluruh jajaran Sekretariat Jenderal dalam melakukan berbagai upaya melalui program dan kegiatan guna mencapai target yang telah ditetapkan seperti yang telah tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja.

Analisis pencapaian dilengkapi dengan perbandingan capaian tahun 2019 dengan tahun sebelumnya serta dengan kinerja lainnya. Bab ini ini hanya menyajikan perbandingan capaian dari tahun 2017 sd 2019 sedangkan untuk capaian dari tahun 2015 sd 2019 disajikan dalam lampiran. Terdapat sasaran strategis maupun indikator kinerja yang tidak dapat diperbandingkan. Hal ini dikarenakan adanya reorganisasi pada tahun sebelumnya sehingga tidak ditetapkan sebagai sasaran strategis atau indikator kinerja serta ketidak tersediaan data. Perubahan sasaran strategis dan indikator kinerja ini merupakan bentuk dari pemanfaatan laporan kinerja dalam mengevaluasi sasaran dan indikator yang telah ditetapkan. Berikutnya akan disajikan capaian kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2019.

1. Tujuan beserta Indikator Kinerja Tujuan

Tujuan Sekretariat Jenderal dalam Renstra 2015 – 2019 adalah mewujudkan pelayanan prima bagi stakeholder. Terdapat 2 (dua) Indikator Kinerja Tujuan (IKT) untuk mewujudkan tujuan tersebut, yaitu (1) Peningkatan kepuasan stakeholder eksternal dan (2) Peningkatan kepuasan stakeholder internal.

Peningkatan kepuasan stakeholder eksternal merupakan peningkatan tingkat kepuasan stakeholder eksternal. Diukur melalui pembandingan tingkat kepuasan tahun ini dengan baseline 75% (skala 3). Dimana tingkat kepuasan merupakan hasil penilaian kepuasan masyarakat melalui survey yang dilakukan satuan kerja yang memberikan pelayanan publik.

Peningkatan kepuasan stakeholder internal merupakan peningkatan tingkat kepuasan stakeholder internal. Diukur melalui pembandingan tingkat kepuasan tahun ini dengan dengan baseline 75% (skala 3). Dimana tingkat kepuasan merupakan hasil penggabungan semua variabel kepuasaan layanan di unit Eselon II Sekretariat Jenderal.

(18)

15 Kedua indikator kinerja tujuan tersebut menggambarkan adanya peningkatan tingkat kepuasan stakeholder eksternal dan tingkat kepuasan stakeholder internal yang dijelaskan dalam sub bab sasaran strategis perspektif stakeholder. Adapun capaian dari masing- masing indikator kinerja tujuan tersebut disajikan dalam tabel 3.1

Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Tujuan

Tujuan (Tj) Indikator Kinerja

Tujuan Satuan

2015 2016 2017 2018 2019

T R C T R C T R C T R C T R C

Terwujudnya Pelayanan Prima bagi stakeholder Sekretariat Jenderal

Peningkatan Kepuasan Stakeholder Eksternal

Persentase Belum menjadi

IKT Belum menjadi

IKT

7,5 10 133 15 6 40 20 14,67 73,35

Peningkatan Kepuasan Stakeholder Internal

Persentase Belum menjadi

IKT Belum menjadi

IKT

7,5 12,67 126,7 15 -6 -40 20 -2,33 -11,65

Indikator peningkatan kepuasan stakeholder eksternal didapatkan melalui peningkatan hasil pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Layanan Unit Pelayanan Publik Kementerian Perindustrian. Peningkatan kepuasan stakeholder eksternal menunjukkan peningkatan kualitas pelayanan publik yang diberikan. Untuk tahun 2019, capaian indikator ini sebesar 14,67 persen atau 3,44 (skala 1-4) dengan target peningkatan sebesar 20 persen atau 3,6 (skala 1-4). Realisasi ini hanya 73,35 persen dari target yang telah ditetapkan. Namun hasil ini sudah menunjukan peningkatan dari tahun 2018 yang hanya tercapai 40 persen atau sebesar 3,18 (skala 1-4). Penjelasan lebih lanjut mengenai upaya - upaya peningkatan kepuasan stakeholder eksternal dijelaskan dalam IKU tingkat kepuasan stakeholder eksternal.

Indikator peningkatan kepuasan stakeholder internal didapatkan melalui peningkatan hasil pengukuran kepuasan pegawai di lingkungan Kementerian Perindustrian terhadap pelayanan yang dilaksanakan oleh unit-unit kerja dilingkungan Sekretariat Jenderal yang meliputi pelayanan perencanaan dan evaluasi, kepegawaian, keuangan, hubungan masyarakat, hukum dan organisasi, fasilitas umum, serta pelayanan data dan informasi.

Tingkat kepuasan diukur dengan menggunakan kuesioner kepada para responden yang dipilih.

Untuk tahun 2019, realisasi indikator ini adalah terdapat penurunan kepuasan stakeholder internal sebesar 2,33 persen atau 2,93 (skala 1-4) dengan target peningkatan sebesar 20 persen atau 3,6 (skala 1-4). Capaian indikator tujuan ini mengalami penurunan tingkat kepuasan sebesar 11,65 dari target yang telah ditetapkan. Penjelasan lebih lanjut mengenai upaya - upaya peningkatan kepuasan stakeholder internal dijelaskan dalam IKU tingkat kepuasan stakeholder internal.

(19)

16 2. Sasaran Strategis Perspektif Stakeholders

Sasaran Strategis Pemangku Kepentingan adalah mewujudkan manajemen Kementerian Perindustrian yang andal dan profesional. Terdapat 2 (dua) Indikator kinerja Utama (IKU) pada Sasaran Strategis tersebut, yaitu (1) tingkat kepuasan stakeholder eksternal dan (2) tingkat kepuasan stakeholder internal, yang dihitung berdasarkan persepsi dari responden.

a. Tingkat kepuasan stakeholder eksternal

Tingkat kepuasan stakeholder eksternal Kementerian Perindustrian merupakan hasil penilaian kepuasan masyarakat melalui survey yang dilakukan satuan kerja yang memberikan pelayanan publik. Diukur dengan Indeks Kepuasan Masyarakat (skala 1-4).

Pengukuran dilakukan 1 kali dalam setahun.

Survey Kepuasan Masyarakat dilakukan dengan menggunakan 9 ruang lingkup berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 mengenai Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Ruang lingkup tersebut telah dikembangkan menjadi variabel/unsur sesuai dengan karakteristik pelayanan Pusat Kementerian Perindustrian:

(1) Kemudahan prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;

(2) Kesesuaian Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya;

(3) Keberadaan petugas pelayanan, yaitu ada atau tidaknya petugas di lokasi pelayanan yang tersedia pada masing-masing tahapan pelayanan pada saat jam pelayanan berlangsung;

(4) Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu rasa tanggung jawab dan kejelasan wewenang petugas dalam menjalankan pekerjaannya;

(5) Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat;

(6) Ketepatan waktu penyelesaian pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;

(7) Kesopanan petugas pelayanan, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan serta saling menghargai dan menghormati;

(8) Keramahan petugas pelayanan, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara ramah serta saling menghargai dan menghormati;

(20)

17 (9) Kesesuaian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan

biaya yang telah ditetapkan;

(10) Kenyamanan pelayanan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan;

(11) Maklumat Pelayanan adalah dipenuhinya pernyataan kesanggupan dan kewajiban penyelenggara untuk melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan;

(12) Ketanggapan petugas pelayanan adalah respon petugas pelayanan terhadap keluhan masyarakat. Kemudian terdapat juga penilaian terhadap kesesuaian tindak lanjut atas pengaduan yang disampaikan oleh penerima layanan.

Selain variabel-variabel di atas, terdapat pertanyaan terbuka yaitu mengenai:

(1) Media dalam memperoleh informasi pelayanan (2) Kejelasan informasi pelayanan

(3) Keterangan status wajib pajak (4) Sistem pemantauan pada website (5) Pengajuan keluhan/pengaduan

Pelaksanaan Survei Kepuasan Masyarakat pada Unit Pelayanan Publik (UPP) Pusat Kementerian Perindustrian dilakukan terhadap responden yang telah menerima pelayanan berupa layanan penerbitan Rekomendasi/Pertimbangan Teknis pada Unit Pelayanan Publik (UPP) Pusat Kementerian Perindustrian, di Direktorat Industri Kimia Hulu, Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi, Direktorat Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki, Direktorat Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam, Direktorat Industri Logam, Direktorat Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan, Direktorat Industri Elektronika dan Telematika, Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian, Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan, Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar, Direktorat Perwilayahan Industri, yang dilakukan melalui Ruang Pelayanan Unit Pelayanan Publik (UPP) Pusat Kementerian Perindustrian dan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS).

Pengumpulan data untuk pengukuran indeks kepuasan masyarakat ini dilakukan melalui survei secara elektronik yaitu penyebaran kuesioner lewat aplikasi google form serta wawancara. Jumlah responden untuk survei indeks kepuasan masyarakat pada tahun 2019 adalah sebanyak 108 responden yang merupakan pengguna Layanan Unit Pelayanan Publik Kementerian Perindustrian. Hasil dari pengukuran capaian Indikator Kinerja Utama Tingkat kepuasan stakeholder eksternal disajikan dalam tabel 3.2 berikut ini.

(21)

18 Tabel 3.2

Capaian Sasaran Strategis Perspektif Pemangku Kepentingan Untuk Tingkat Kepuasan Stakeholder Eksternal

Indeks Kepuasan Masyarakat tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018 yaitu dari 3,18 menjadi 3,44 (skala 1-4). Namun, capaian tahun 2019 belum mencapai target yang telah ditetapkan yaitu hanya 92,97 persen.

Hasil survei IKM tahun 2019, tiga kriteria ukur yang memiliki IKM tertinggi adalah kemudahan aplikasi SIINAS, kesesuaian biaya pelayanan, dan dilaksanakannya maklumat pelayanan oleh para petugas pelayanan. Sedangkan variabel yang mendapatkan penilaian rendah adalah ketepatan waktu penerbitan rekomendasi melalui aplikasi SIINAS dan efisiensi aplikasi SIINAS

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 67 Tahun 2016, jangka waktu penyelesaian permohonan Pertimbangan Teknis, Rekomendasi, atau Tanda Pendaftaran adalah 5 hari kerja setelah dokumen dinyatakan lengkap. Namun selama tahun 2019 banyak proses penerbitan rekomendasi yang melebihi ketentuan 5 hari kerja tersebut.

Tentu saja hal ini menyebabkan rendahnya nilai kepuasan pelanggan UPP. Untuk itu diperlukan komitmen unit kerja terkait untuk mematuhi standar yang telah ditetapkan.

Terkait variabel efisiensi aplikasi SIINAS, para pelaku industri merasa aplikasi SIINAS masih kurang efisien. Hal ini disebabkan meskipun pengajuan dilakukan secara online melalui aplikasi SIINAS tapi perusahaan masih tetap harus mengambil rekomendasi ke loket UPP di Gedung Kementerian Perindustrian. Untuk saat ini rekomendasi yang sudah full online tanpa harus mengambil surat ke Loket UPP hanya Pertimbangan Teknis Besi/Baja, Baja Paduan dan Turunannya, sisanya perusahaan tetap harus datang ke UPP.

Agar tingkat kepuasan stakeholder eksternal dapat meningkat, perlu dilakukan evaluasi secara berkelanjutan untuk meningkatkan efisiensi dari aplikasi SIINAS termasuk dalam hal ketepatan waktu terkait penyelenggaraan atau pemberian rekomendasi. Selain itu diperlukan komitmen petugas UPP dalam hal pelayanan prima sehingga kepuasan pengguna UPP semakin meningkat.

Selain itu, Sekretariat Jenderal juga melaksanakan langkah-langkah strategis dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik. Salah satunya melalui pendampingan

Sasaran Strategis (SS)

Indikator

Kinerja Utama Satuan

2015 2016 2017 2018 2019

T R C T R C T R C T R C T R C

Mewujudkan manajemen Kementerian Perindustrian yang andal

dan profesional

Tingkat kepuasan stakeholder

eksternal

Skala

1-4 Belum menjadi IKU Belum menjadi IKU 3,3 3,3 100 3,5 3,18 90,85 3,7 3,44 92,97

(22)

19 SINOVIK 2019 yang bertujuan untuk menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam pelayanan publik. Peserta SINOVIK diikutsertakan dalam kompetisi SINOVIK yang diadakan oleh Kemenpen-RB. Pendampingan SINOVIK 2019 dilakukan sejak satker mendaftar SINOVIK penulisan konsep proposal SINOVIK dan meliput video SINOVIK

b. Tingkat kepuasan stakeholder internal

Tingkat kepuasan stakeholder internal unit Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian diukur dengan menilai kepuasan pegawai di lingkungan Kemenperin terhadap pelayanan yang dilaksanakan oleh unit-unit kerja dilingkungan Sekretariat Jenderal, seperti perencanaan dan evaluasi, kepegawaian, keuangan, hubungan masyarakat, hukum dan organisasi, fasilitas umum, serta pelayanan data dan informasi. Tingkat kepuasan diukur dengan menggunakan kuesioner kepada para responden yang dipilih yang merupakan stakeholder dari unit kerja Sekretariat Jenderal. Kuesioner menggunakan skala pengukuran 1 s.d 4, semakin besar skornya semakin memberikan informasi kepuasan. Jumlah responden yang terlibat sebanyak 99 orang. Adapun aspek yang dinilai melalui kuesioner tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan Perencanaan dan Evaluasi - Pembinaan penyusunan Renstra - Pembinaan penyusunan laporan LAKIP - Pembinaan Penyusunan RKA

- Peningkatan kapasitas SDM yang menangani akuntabilitas kinerja 2. Pelayanan SDM dan Organisasi

- Fasilitasi penyusunan formasi jabatan tiap satuan kerja yang sesuai tupoksi - Pengembangan sistem kompetensi pegawai

- Layanan administrasi kepegawaian seperti kenaikan pangkat, pensiun, perbaikan absensi

- Penempatan pegawai dan penilaian kinerja - Proses monitoring dan evaluasi SOP - Pembinaan Organisasi dan Tata Laksana 3. Pelayanan Keuangan

- Penyediaan buku pedoman pencairan dan pertanggung jawaban anggaran - Pelayanan pengelolaan administrasi, penghapusan BMN, tindak lanjut TP/TGR - Pembinaan evaluasi pelaksanaan anggaran

4. Pelayanan Hubungan Masyarakat

- Koordinasi penanggung jawab PPID dalam menjawab pertanyaan masyarakat melalui web kemenperin

- Penyediaan berita sektor industri yang sudah dipublikasikan di media - Penyediaan Unit Pelayanan Publik

(23)

20 5. Pelayanan Hukum

- Konsultasi hukum dan penelaahan rancangan peraturan

- Pengelolaan dokumentasi peraturan dan penyediaan informasi peraturan pada website Kemenperin/JDIH

- Fasilitasi penyusunan rancangan perjanjian kerjasama 6. Pelayanan Fasilitas Umum

- Implementasi pedoman tata naskah dinas dan proses pendistribusian surat - Koordinasi penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RBMN) - Penyediaan sarana prasarana gedung, keamanan, layanan kesehatan - Penyelesaian sengketa pengadaan

- Fasilitasi proses lelang di Unit Layanan Pengadaan (ULP) 7. Pelayanan Data dan Informasi

- Penyediaan layanan data dan informasi sektor industri - Penyediaan buku panduan tentang sistem informasi

- Penyediaan layanan koneksi internet dan layanan dukungan teknis jaringan - Kemudahan menggunakan sistem informasi (intranet)

Adapun capaian indikator kinerja tingkat kepuasan stakeholder internal dicantumkan dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3.

Capaian Sasaran Strategis Perspektif Pemangku Kepentingan Untuk Indikator Tingkat Kepuasan Stakeholder Internal

Sasaran Strategis (SS)

Indikator Kinerja Utama

Satuan

2015 2016 2017 2018 2019

T R C T R C T R C T R C T R C

Mewujudkan manajemen Kementerian Perindustrian yang andal

dan professional

Tingkat kepuasan stakeholder

internal

Skala

1-4 Belum menjadi IKU Belum menjadi IKU 3,3 3,38 91,35 3,5 2,82 80,57 3,7 2,93 79,18

Secara menyeluruh rata-rata kepuasan pelanggan untuk pelayanan tingkat Sekretariat Jenderal adalah 2,93 dari skala 1-4 (kategori Baik). Terjadi peningkatan tingkat kepuasan stakeholder internal jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 yang hanya sebesar 2,82. Namun, capaian IKU ini hanya sebesar 79,18 persen dari target yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil pengolahan data hasil survei, terdapat 5 (lima) kriteria ukur dengan nilai yang cukup rendah yaitu data dari Pusdatin masih kurang spesifik, informasi program karir pegawai di lingkungan Kemenperin, penyelesaian sengketa pengadaan, buku pedoman pencairan dan tanggung jawab serta penempatan pegawai sesuai kebutuhan unit kerja.

(24)

21 Maka, rekomendasi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pelayanan dapat ditindaklanjuti dengan: 1) Membuat wadah komunikasi di setiap Eselon II di bawah Sekretariat Jenderal perperiodik bertujuan melaporkan kinerja yang sudah dilakukan dan meminta masukan dari Direktorat selaku stakeholder untuk perbaikan selanjutnya; 2) Perlu dilakukan sampling kepuasan disaat-saat telah melakukan pelayanan kepada stakeholder diluar dari Survey Kepuasan Pelanggan regular sehingga hasil dari sampling survey tersebut dapat menjadi tools pencegahan apabila terindikasi adanya penurunan kualitas pelayanan.

3. Sasaran Strategis Perspektif Proses Bisnis Internal

Pengukuran capaian kinerja Sekretariat Jenderal berdasarkan sasaran pada Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2019 dari perspektif proses bisnis internal dapat dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Mewujudkan Sistem Perencanaan yang Berkualitas

Terdapat 3 (tiga) indikator kinerja pada sasaran ini dengan realisasi dari masing-masing indikator dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 3.4.

Capaian Sasaran Strategis Mewujudkan Sistem Perencanaan yang Berkualitas

*merupakan angka penilaian SAKIP sementara

1) Persentase kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen trilateral meeting.

Indikator ini digunakan sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan yang memang sesuai dengan kebutuhan dalam rangka pembangunan industri. Indikator kinerja ini diukur dengan melakukan penilaian atas kegiatan yang diajukan oleh seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian. Target indikator ini meningkat dari tahun 2015 - 2017 sebesar 90 persen menjadi 95 persen di tahun 2018 - 2019.

Capaian untuk tahun 2019 ini merupakan hasil dari penilaian atas rencana program dan kegiatan prioritas kegiatan unit kerja di lingkungan Kementerian

Indikator Kinerja Satuan

2017 2018 2019

T R C T R C T R C

Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan

dokumen Trilateral Meeting Persen 90 98 108,8 95 98 103.15 95 95,7 100,73 Anggaran Kementerian

Perindustrian yang masuk dalam Catatan Halaman IV Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

Persen 10 5,03 198,8 5 2,77 180,5 5 2,28 219,29

Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kementerian Perindustrian

Nilai 76 76,34 100,45 78 76,75* 98,39* 75-80 77,12* 101,47

(25)

22 Perindustrian TA 2020 yang tercantum dalam dokumen Trilateral Meeting (TM) dibandingkan dengan DIPA Induk Tahun 2020.

Berdasarkan Trilateral Meeting yang dilaksanakan pada tahun 2019 antara Kementerian Perindustrian dengan Bappenas, dan Kementerian Keuangan terdapat 115 kegiatan prioritas, sedangkan pada DIPA Kementerian Perindustrian TA 2020 terdapat 110 kegiatan prioritas. Realisasi indikator tingkat kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen trilateral meeting adalah 95,70 persen sehingga capaiannya adalah 100,73. Tabel 3.5 menunjukkan daftar kegiatan program dan kegiatan prioritas yang tidak sesuai dengan dokumen trilateral meeting. Adapun kegiatan-kegiatan yang mendukung pencapaian kinerja ini antara lain adalah:

a. Penyempurnaan dokumen perencanaan

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk menganalisis, mengevaluasi, memperbaiki serta menyusun perencanaan program dan kegiatan yang dibutuhkan oleh sektor industri. Disamping mengintensifkan koordinasi dengan unit kerja internal di lingkungan Kementerian Perindustrian, penyempurnaan penyusunan dokumen perencanaan ini juga dilakukan melalui diskusi dengan instansi terkait seperti Kementerian Bappenas, Kementerian PAN&RB, dan Kementerian Keuangan.

Selain itu, dalam rangka penguatan program dan kegiatan, dilaksanakan kegiatan penilaian program/kegiatan yang ditujukan untuk meneliti dan menelaah kesesuaian program/kegiatan yang diajukan oleh seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian dengan dokumen perencanaan strategis atau perencanaan jangka menengah/panjang yang telah ditetapkan.

b. Menyusun Perencanaan Jangka Panjang, Menengah dan Pendek

Kegiatan penyusunan program Kementerian Perindustrian dilakukan dalam rangka menyusun dokumen perencanaan baik jangka panjang, jangka menengah maupun jangka pendek yang nantinya digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam penyusunan kegiatan dan anggaran guna mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Untuk mendukung tugas penyusunan perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan stakeholder, telah dilaksanakan kegiatan yang mencakup penyusunan Renja Kementerian Perindustrian, Renstra Kementerian Perindustrian 2020–2024, Kebijakan Industri Nasional.

(26)

23 Tabel 3.5 Daftar Kegiatan Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Yang Tidak Sesuai dengan Dokumen Trilateral Meeting

KDPROGRAM KDGIAT

RKA K/L DOKUMEN TM

KDOUTPUT VOL SAT.

OUTPUT Total KDOUTPUT VOL SAT.

OUTPUT Total 09 Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil, Menengah, dan Aneka

1838 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, Kerajinan, dan Industri Aneka

017 IKM Kimia, Sandang, Aneka Dan Kerajinan Yang Mendapatkan Partisipasi Pameran IKM Dalam Dan Luar Negeri

150 IKM 6,950,000,000 1838.017 IKM Kimia, Sandang, Aneka Dan Kerajinan Yang Mendapatkan Partisipasi Pameran IKM Dalam Dan Luar Negeri

180 IKM 9,200,000,000

12 Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri 4936 Penelitian dan

Pengembangan Teknologi Industri Kimia, Farmasi, Tekstil, Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika

002 Teknologi Industri Yang Dikembangkan Pada Sektor Industri KFTLMATE

6 Paket

Teknologi 800,000,000 4936.002 Terlaksananya Pelaksanaan Litbangyasa Prioritas Industri KFTLMATE

2 Laporan perencan aan &

pengawal an litbangya

sa prioritas

800,000,000

13 Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri 4957 Peningkatan Kualitas SDM

Industri 001 Tenaga Kerja Industri Kompeten Lulusan Diklat Sistem 3 in 1 (Pelatihan, Sertifikasi, dan Penempatan)

26,000 Orang 183,854,391,000 4957.001 Tenaga Kerja Industri Kompeten Lulusan Diklat Sistem 3 in 1 (Pelatihan, Sertifikasi, dan Penempatan)

35,000 orang 186,188,500,000

007 Kelembagaan Pendidikan Non Formal Industri

10 Unit 1,193,551,000 4957.007 Kelembagaan Pendidikan Non Formal Industri

3 Dokumen 1,193,551,000

4959 Peningkatan Kualitas Pendidikan Menengah Kejuruan Industri Berbasis Kompetensi Menuju Dual Sistem

002 Kelembagaan Pendidikan Menengah Kejuruan Industri

36 Dokumen 8,173,222,000 4959.002 Kelembagaan Pendidikan Menengah Kerjuruan Industri

9 unit 7,685,222,000

(27)

24 2) Anggaran Kementerian Perindustrian yang masih tercantum dalam Catatan

Halaman IV Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

Dalam rangka peningkatan kualitas perencanaan dan pelaksanaan program serta kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan industri maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk mencapainya, antara lain penyusunan, penelitian dan pelaksanaan finalisasi program dan kegiatan sehingga diharapkan program dan kegiatan yang tidak sesuai dapat terdeteksi sedini mungkin.

Penyusunan rencana kerja yang baik dan benar dilakukan dengan mengacu kepada arah kebijakan dan direktif presiden melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional sehingga diharapkan dapat meminimalisir blokir anggaran.

Indikator ini dihitung berdasarkan persentase dari anggaran tahun 2019 yang diblokir dibagi total pagu Kementerian Perindustrian. Adapun realisasi indikator ini adalah 2,28 persen dengan capaian 219,29 persen. Pencapaian target ini didukung oleh berbagai program kegiatan seperti penyempurnaan sistem penganggaran sehingga dapat meminimasi terjadinya pemblokiran anggaran. Penyempurnaan sistem penganggaran ini mencakup peningkatan kualitas koordinasi dan jejaring yang dilaksanakan melalui rapat kerja serta rapat koordinasi dalam penyusunan rencana penganggaran.

Pada tahun 2019, Biro Perencanaan telah melaksanakan penelitian dan reviu RKA-K/L TA 2019 dan RKA-K/L RAPBN-P TA 2019 yang diikuti oleh setiap unit kerja di Lingkungan Kementerian Perindustrian. Disamping itu juga dilaksanakan rapat pembahasan penghematan dan pemotongan anggaran belanja Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran 2019.

Anggaran Kementerian Perindustrian pada tahun 2019 sebesar Rp. 3.617.664.738..000 dan anggaran yang bintangi sebesar Rp. 82.430.999.000 (2.77%). Target ini dapat dicapai melalui kegiatan penelitian dan reviu RKA-K/L TA 2018. Beberapa penyebab anggaran masuk dalam Catatan Halaman IV DIPA atau dibintangi, antara lain data dukung yang kurang lengkap, proporsi anggaran yang kurang tepat, penelahaan dilakukan secara on-line dan waktu yang singkat yang mengakibatkan penjelasan pada waktu pendalaman terhadap kegiatan-kegiatan yang disampaikan belum maksimal. Adapun rincian blokir tahun anggaran 2019 disajikan dalam tabel 3.6

(28)

25 Tabel 3.6

Rincian Blokir Anggaran Tahun 2019

No Nama Eselon 1 Pagu (Rp) Jumlah Blokir

(Rp)

Persentase (%) 1. Sekretariat Jenderal 240.738.215.000 - 0 2. Ditjen Industri Agro 111.016.300.000 6.033.686.000 5,43 3. Ditjen IKTA 125.338.006.000 17.000.000.000 13,56 4. Ditjen ILMATE 123,079,282,000 2.869.480.000 2,33 5. Ditjen IKM 379.810.561.000 - 0

6. Itjen 48.987.942.000 0

7. BPPI 677,179,914,000 0

8. BPSDMI 1,792,712,710,000 31.827.833.000 1,78

9. Ditjen KPAII 118,801,808,000 40.000.000.000 33,67 TOTAL 3.617.664.738.000 82.430.999.000 2,28

3) Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kementerian Perindustrian.

Predikat ini diperoleh dari hasil evaluasi akuntabilitas kinerja atas implementasi SAKIP Tahun 2019 di Kementerian Perindustrian yang dilaksanakan oleh tim evaluator Kementerian PAN dan RB. Terdapat 5 (lima) aspek yang dinilai dalam evaluasi SAKIP, yaitu sebagai berikut:

• Aspek perencanaan, komponen-kompenen yang dievaluasi antara lain:

(1) perencanaan strategis; (2) perencanaan kinerja; (3) penetapan kinerja; dan keterpaduan serta keselarasan diantara subkomponen tersebut.

• Aspek pengukuran kinerja, komponen-komponen yang Idievaluasi adalah: (1) indikator kinerja secara umum dan indikator kinerja utama (IKU), (2) pengukuran, serta (3) analisis hasil pengukuran kinerja.

• Aspek pelaporan kinerja, yang dinilai adalah ketaatan pelaporan, pengungkapan dan penyajian, serta pemanfaatan informasi kinerja guna perbaikan kinerja.

• Aspek evaluasi kinerja, yang dinilai adalah pelaksanaan evaluasi kinerja dan pemanfaatan hasil evaluasi.

• Aspek capaian kinerja.

Dalam rangka peningkatan capaian indikator ini juga telah dilaksanakan kegiatan penilaian kinerja unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian, dimana salah satu komponen penilaiannya adalah implementasi SAKIP dengan indikator penilaian komponen ini adalah nilai hasil evaluasi akuntabilitas kinerja (SAKIP). Kegiatan penilaian ini dilaksanakan sebagai sarana untuk memberikan apresiasi terhadap unit kerja yang telah menerapkan implementasi SAKIP di unit kerja masing-masing.

Target indikator ini adalah nilai SAKIP Kementerian Perindustrian tahun 2019 mencapai range nilai 75 – 80. Namun, sampai akhir tahun 2019 hasil assessment oleh tim evaluator Kementerian PAN dan RB belum keluar hasilnya.

(29)

26 Adapun nilai SAKIP Kementerian Perindustrian Tahun 2019 untuk sementara menggunakan nilai hasil evaluasi tahun 2018, yaitu 77,12. Ini berarti capaian kinerja untuk tahun 2019 adalah 101,47 persen.

Berdasarkan hasil evaluasi sementara tim evaluator Kementerian PAN dan RB, catatan evaluasi SAKIP Kementerian Perindustrian Tahun 2019 adalah sebagai berikut:

1. Setiap organisasi agar menjanjikan kinerja yang seharusnya terwujud atau kondisi yang seharusnya tercapai dengan adanya organsasi tersebut, meskipun indikator kinerja tersebut tidak sepenuhnya berada dalam kewenangan organisasi tersebut  Pertumbuhan PDB industri non migas;

2. Menyusun pohon kinerja yang menggambarkan keterkaitan antara input, output, outcome hingga impact, termasuk keterkaitan kinerja dengan lembaga lain. Selain itu, pohon kinerja bisa menjadi alat untuk mengelola target kinerja yang diperjanjikan;

3. Memasukkan indikator kinerja tujuan yang ada dalam renstra ke dalam perjanjian kinerja;

4. Dalam penentuan target pada setiap indikator kinerja agar dapat disesuaikan dengan kriteria penentuan target yang realistis, namun demikian pada beberapa kasus target bisa harus selalu 100 persen atau 0 persen, misalnya pada indikator

“tingkat penyelamatan korban” dengan target harus 100 persen, atau pada indikator “tingkat kecelakaan pada operasi mudik” target harus 0 persen.

Berdasarkan hasil rekomendasi tersebut, tindak lanjut untuk perbaikan implementasi SAKIP selanjutnya adalah:

1. Reviu dan sempurnakan Indikator Kinerja Utama 2. Manfaatkan IKU dalam Renstra (yad), Renja/RKA 2020

3. Sempurnakan seluruh Perjanjian Kinerja 2019 agar menjanjikan kondisi yg seharusnya terjadi di akhir 2019

4. Melakukan evaluasi atas keberhasilan program (perubahan kondisi terukur) dan meningkatkan kualitas evaluasi akuntabilitas kinerja unit kerja

b. Layanan administrasi yang profesional dan akuntabel.

Sementara untuk sasaran Sekretariat Jenderal tahun 2019 pada layanan admistrasi yang professional dan akuntabel, berikut adalah realisasi dan capaian untuk setiap indikator pada sasaran dimaksud:

(30)

27 Tabel 3.7.

Capaian Sasaran Layanan Administrasi yang Profesional dan Akuntabel

Indikator Kinerja Satuan

2017 2018 2019

T R C T R C T R C

Akuntabilitas laporan keuangan dan BMN

Nilai

Capaian Standar Tertinggi

100

Capaian Standar Tertinggi

100

Capaian Standar Tertinggi

100 Nilai BMN

Kementerian Perindustrian yang ditetapkan status penggunaan-nya

Persen 11 26,56 241,45 12 40,47 337,24 13 13,11 100,84

Nilai hasil audit

kearsipan Nilai 80 70 87.5 75 86,90 115,86 80 92,4 115,5

Persentase

pemberitaan negatif sektor industri

Persen 2 0,6 333,33 1.5 0,1 1500 1 0,15 666,67

Terdapat 4 (empat) indikator kinerja pada sasaran layanan administrasi yang profesional dan akuntabel ini. Realisasi dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut:

1) Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN

Indikator ini merupakan tingkat kualitas laporan keuangan dan BMN yang dipublikasikan oleh Kementerian Keuangan. Hasil publikasi oleh Kementerian Keuangan tahun 2019 menunjukkan bahwa tingkat akuntabilitas laporan keuangan dan BMN Kementerian Perindustrian tahun 2018 memperoleh Capaian Standar Tertinggi. Capaian Standar Tertinggi diberikan kepada Kementerian /Lembaga yang berhasil menyajikan Laporan Keuangan dengan kualitas opini Wajar Tanpa Pengecualian selama 5 tahun berturut. Kementerian Perindustrian yang telah mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama 11 kali berturut-turut sejak tahun 2008. Selama kurun waktu 2017 sd 2019, Kementerian Perindustrian telah 3 kali menerima penghargaan tersebut. Dengan demikian capaian kinerja untuk indikator ini adalah 100 persen.

Pada tahun 2019, BPK telah mengaudit Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2018 terhadap 87 Kementerian/Lembaga (K/L). Hasilnya adalah 82K/L memperoleh opini WTP, 4 (empat) K/L memperoleh Wajar dengan pengecualian (WDP) dan satu Tidak Memberikan Pendapat (TMP). Kementerian/Lembaga yang memperoleh opini WDP adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU), Kemenpora, Kementerian PUPR dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sementara Kementerian atau Lembaga dengan opini TMP adalah Badan Keamanan Laut (Bakamla).

(31)

28 x 100%

x 100%

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal dalam mempertahankan capaian indikator ini adalah sebagai berikut:

1. Pembinaan yang berkelanjutan kepada Satker pusat dan daerah terkait dengan peraturan-peraturan terbaru di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan, maupun sistem/aplikasi yang terbaru.

2. Melakukan monitoring Laporan Keuangan dan BMN serta Penataan Tertib Administrasi Dan Pengelolaan Barang Milik Negara secara terus menerus.

3. Melakukan koordinasi penyusunan Laporan Keuangan dan BMN baik tingkat Eselon I maupun tingkat Kementerian.

2) Nilai BMN Kementerian Perindustrian yang ditetapkan status penggunaannya.

Indikator ini menunjukkan tingkat ketertiban administrasi pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Perindustrian, dengan target 13 persen. Realisasi kinerja dari indikator ini dilihat melalui persentase nilai penetapan status penggunaan BMN. Nilai persentase diperoleh melalui perbandingan jumlah unit BMN yang telah ditetapkan statusnya dengan jumlah unit BMN yang belum ditetapkan statusnya.

Realisasi capaian indikator ini adalah 13,11 persen dari target sebesar 13 persen sehingga capaian kinerja untuk indikator ini adalah 100,84 persen. Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, irigasi, jaringan, aset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan (PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah).

Realisasi =  Jumlah unit BMN yang telah ditetapkan statusnya  jumlah unit BMN yang belum ditetapkan statusnya

30.194

230.221 = 13,11 %

Capaian indikator ini adalah sebesar 100,89 persen dari target yang telah ditetapkan, hal ini disebabkan beberapa hal antara lain :

1. Adanya koordinasi yang dilakukan serta kecepatan Kementerian Keuangan dalam memproses Penetapan Status Penggunaan (PSP) yang diusulkan Kementerian Perindustrian.

2. Pelaksanaan sosialiasi serta monitoring terkait pemanfaatan BMN guna meningkatkan kesadaran satuan kerja untuk mengusulkan penggunaan status aset yang dimiliki sehingga satker/unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian lebih giat dalam pengusulan PSP.

(32)

29 3. Pemutakhiran data BMN Kementerian Perindustrian yang telah ditetapkan status penggunaannya untuk memetakan potensi PSP di lingkungan Kementerian Perindustrian.

3) Nilai hasil audit kearsipan.

Realisasi dari indikator kinerja ini tahun 2019 adalah 92,40 (kategori sangat memuaskan) lebih tinggi dari target kinerja yang direncanakan yaitu 80 sehingga capaian kinerja untuk indikator ini adalah 115,5 persen. Nilai ini meningkat dari realisasi tahun 2018 yaitu 86,90. Indikator tersebut diukur dari nilai hasil audit kearsipan yang dilakukan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), beberapa aspek yang diaudit di bidang kearsipan meliputi:

1. Ketaatan terhadap Peraturan Perundang-undangan bidang kearsipan dalam penetapan kebijakan kearsipan, dengan nilai standar tertinggi 230;

2. Program Kearsipan, dengan nilai standar tertinggi 210;

3. Pengelolaan Arsip Inaktif, dengan nilai standar tertinggi 190;

4. Penyusutan arsip, dengan nilai standar tertinggi 470;

5. SDM Kearsipan dengan nilai standar tertinggi 220;

6. Kelembagaan, dengan nilai standar tertinggi 100; dan 7. Prasarana dan Sarana, dengan nilai standar tertinggi 190.

Ketercapaian indikator ini antara lain dilakukan langkah-langkah strategis meliputi 1) Pembinaan dan Pengawasan Kearsipan Ke Unit Kearsipan; 2) Bimbingan Teknis Peningkatan Kompetensi Bagi Fungsional Arsiparis dan Pengelola Arsip; 3) Pendampingan Pengelolaan Arsip Dinamis di Unit Kearsipan; 4) Sosialisasi Pentingnya Arsip dan Tata Naskah Dinas bagi Pimpinan Unit Kerja Pusat dan Daerah; serta 5) Pengembangan Aplikasi Sistem Pengelolaan Arsip Dinamis Kementerian Perindustrian (SIKKA).

4) Persentase pemberitaan negatif sektor industri.

Indikator ini merupakan penilaian terhadap kinerja dari pemberitaan yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal dengan melakukan monitor terhadap pemberitaan oleh media massa tentang Kementerian Perindustrian. Maksud dari indikator ini adalah pemberitaan negatif yang dimuat di media massa terkait dengan kinerja Kementerian Perindustrian tidak boleh melampaui 1,5 persen dari total pemberitaan pada tahun 2019. Adapun media massa yang dipantau meliputi media cetak nasional, media cetak lokal, situs berita, radio dan televisi.

Gambar

Tabel 2.1. Perjanjian Kerja Sekretariat Jenderal Tahun 2019
Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Tujuan

Referensi

Dokumen terkait