PENENTUAN TEMPAT EVAKUASI KORBAN BENCANA GEMPA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
DAN VIŠEKRITERIJUMSKO KOMPROMISNO RANGIRANJE (VIKOR) (STUDI KASUS: KOTA MEDAN)
SKRIPSI
PURWANDITA 161401074
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KOMPUTER
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2021
PENENTUAN TEMPAT EVAKUASI KORBAN BENCANA GEMPA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
DAN VIŠEKRITERIJUMSKO KOMPROMISNO RANGIRANJE (VIKOR) (STUDI KASUS: KOTA MEDAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Sarjana Ilmu Komputer
PURWANDITA 161401074
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KOMPUTER
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2021
PERNYATAAN
PENENTUAN TEMPAT EVAKUASI KORBAN BENCANA GEMPA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
DAN VIŠEKRITERIJUMSKO KOMPROMISNO RANGIRANJE (VIKOR) (STUDI KASUS: KOTA MEDAN)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2021
Purwandita 161401074
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Program Studi S-1 Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini, antara lain kepada:
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Maya Silvi Lidya, B.Sc., M.Sc. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Poltak Sihombing, M.Kom sebagai Ketua Program Studi S-1 Ilmu Komputer, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Sajadin Sembiring, S.Si., M.Comp.Sc. (Alm.) dan Bapak Herriyance, S.T., M.Kom. sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, kritik, saran, dan motivasi kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini.
5. Bapak Fauzan Nurahmadi, S.Kom., M.Cs. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan, kritik, saran, dan motivasi kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.
6. Seluruh dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran terhadap skripsi ini.
7. Seluruh dosen serta pegawai di Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Sumatera Utara.
8. Kedua orang tua tersayang penulis Bapak Purwahedi dan Ibu Daryati, kakak penulis Purwandari, serta keluarga besar penulis yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan, kasih sayang, nasihat, dan motivasi yang sangat bernilai
dan berharga kepada penulis.
9. Minter P. Rajagukguk, Riski M. Ardi, Arif Iskandar, Masmur Sijabat, Dyo Jaya Dila, Perdana P. Darmayana, Sulaiman, Kevin Hartanto, Chris Nadiya D.
Siregar, Indah P. Syahnan, Charity, Jihan C. Ritonga, Seri Andi Yani, serta teman-teman seperjuangan angkatan 2016 yang telah memberikan banyak semangat, dukungan, nasihat, motivasi, inspirasi, dan pengalaman yang berharga kepada penulis selama perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini.
10. Teman-teman di Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi yang telah memberikan dukungan dan hiburan kepada penulis.
11. Teman-teman organisasi IMILKOM dan DSC USU yang telah memberikan pengalaman yang luar biasa berharga bagi penulis.
12. Teman-teman di Transformice yang selalu memberi hiburan, dukungan, motivasi, nasihat, dan pengalaman yang sangat bernilai bagi penulis.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu-persatu.
Semoga semua pihak yang memberi dukungan, motivasi, kebaikan, kasih sayang, serta bantuan kepada penulis mendapatkan rahmat, karunia, dan berkah yang melimpah dari Allah SWT.
Medan, Juni 2021 Penulis,
Purwandita
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kerawanan bencana gempa bumi yang sangat tinggi sehingga kebutuhan tempat evakuasi sebagai tempat berlindung merupakan hal yang penting dalam mitigasi bencana gempa. Untuk memudahkan proses penentuan tempat evakuasi, diperlukan sebuah sistem pendukung keputusan yang dapat memberikan rekomendasi tempat evakuasi yang paling optimal berdasarkan kriteria tertentu. Dalam penelitian ini, diterapkan gabungan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Višekriterijumsko Kompromisno Rangiranje (VIKOR) yang mana metode AHP digunakan untuk penentuan bobot kriteria dan metode VIKOR digunakan untuk pemeringkatan alternatif. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran, aksesibilitas, akses infrastruktur, jarak dari area berbahaya, bahaya geologis, kemiringan tanah, jarak dari pusat medis, dan jarak dari pusat keamanan. Sistem diharapkan dapat memberikan hasil rekomendasi tempat evakuasi berdasarkan nilai indeks VIKOR (Qi) terkecil dan solusi kompromi dengan metode VIKOR. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji-t, diketahui bahwa persentase hipotesis nol (H0) diterima adalah sebesar 100% dari seluruh pengujian sebanyak 30 kali untuk masing-masing hasil uji-t utility measure (Si), regret measure (Ri) dan indeks VIKOR (Qi) yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perhitungan dengan aplikasi dan secara manual baik perhitungan nilai Si, Ri, dan Qi. Running time pada sistem akan cenderung meningkat apabila jumlah alternatif yang diproses lebih banyak dan cenderung menurun apabila lebih sedikit.
Kata Kunci: Sistem Pendukung Keputusan, Analytical Hierarchy Process, Višekriterijumsko Kompromisno Rangiranje, Gempa Bumi, Tempat Evakuasi.
EARTHQUAKE VICTIMS SHELTER SELECTION WITH ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AND VIŠEKRITERIJUMSKO
KOMPROMISNO RANGIRANJE (VIKOR) METHOD (CASE OF STUDY: MEDAN CITY)
ABSTRACT
Indonesia is one of the countries with a very high level of earthquake disaster risk, so the need for an evacuation place as a shelter is important in earthquake disaster mitigation. To facilitate the shelter selection process, a decision support system is needed that can provide recommendations for the most optimal evacuation sites based on certain criteria. In this study, a combination of Analytical Hierarchy Process (AHP) and Višekriterijumsko Kompromisno Rangiranje (VIKOR) methods was applied, in which the AHP method was used to determine the criteria weights and the VIKOR method was used for alternative ranking. The criteria used in this study are size, accessibility, infrastructure access, distance from hazardous areas, geological hazards, ground slope, distance from medical center, and distance from security center. The system is expected to provide recommendations for evacuation places based on the smallest VIKOR index (Qi) value and a compromise solution with the VIKOR method. Based on the results of hypothesis testing with the t-test, it is known that the percentage of accepted null hypothesis (H0) is 100% of all 30 tests for each utility measure (Si), regret measure (Ri) and VIKOR index (Qi) of t- test results, which means that there is no significant difference between calculations with the application and manual in each of Si, Ri, and Qi values. Running time in the system will tend to increase if the number of alternatives processed is greater and tends to decrease if there are fewer.
Keywords: Decission Support System, Analytical Hierarchy Process, Višekriterijumsko Kompromisno Rangiranje, Earthquake, Shelter.
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN ... ii
PENGHARGAAN ... iii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
1.6 Metode Penelitian ... 5
1.7 Sistematika Penulisan ... 5
BAB 2 LANDASAN TEORI ... 7
2.1 Sistem Pendukung Keputusan ... 7
2.1.1 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan... 7
2.2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 8
2.2.1 Prinsip dasar dalam Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 8
2.2.2 Langkah-langkah Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 9
2.3 Metode Višekriterijumsko Kompromisno Rangiranje (VIKOR) ... 12
2.3.1 Langkah-langkah Metode Višekriterijumsko Kompromisno Rangiranje (VIKOR) ... 13
2.4 Gempa Bumi ... 15
2.5 Tempat Evakuasi pada Bencana Gempa Bumi ... 15
2.6 Basis Data (Database) ... 22
2.7 Uji-t ... 24
2.8 Running Time ... 25
2.9 Penelitian Yang Relevan ... 25
BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN ... 27
3.1 Analisis Sistem ... 27
3.1.1 Analisis Masalah ... 27
3.1.2 Analisis Kebutuhan ... 28
3.1.2.1. Kebutuhan Fungsional ... 28
3.1.2.2. Kebutuhan Non-fungsional ... 29
3.1.2 Analisis Proses ... 29
3.1.3 General Architecture ... 35
3.2 Pemodelan Sistem ... 366
3.2.1 Use Case Diagram ... 366
3.2.2 Activity Diagram ... 40
3.2.3 Sequence Diagram ... 42
3.3 Flowchart ... 43
3.3.1 Flowchat Sistem ... 43
3.3.2 Flowchart Gabungan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Višekriterijumsko Kompromisno Rangiranje (VIKOR) ... 44
3.4 Perancangan Interface ... 45
3.4.1 Halaman Beranda ... 45
3.4.2 Halaman Input Wilayah dan Kriteria ... 46
3.4.3 Halaman Daftar Rekomendasi Tempat Evakuasi ... 47
3.4.4 Halaman Peta Lokasi Tempat Evakuasi ... 48
3.4.5 Halaman Proses Perhitungan ... 49
3.5 Perancangan Database ... 50
3.5.1 Entity Relationship Diagram (ERD) Sistem ... 52
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ... 53
4.1 Implementasi ... 53
4.1.1 Halaman Beranda ... 53
4.1.2 Halaman input wilayah dan kriteria ... 54
4.1.3 Halaman Daftar Rekomendasi Tempat Evakuasi ... 55
4.1.4 Halaman Peta Lokasi Tempat Evakuasi ... 55
4.1.5 Halaman Perhitungan ... 56
4.2 Pengujian ... 56
4.2.1 Pengujian Sistem Penentuan Tempat Evakuasi ... 57
4.2.2 Pengujian Manual Gabungan Metode AHP dan VIKOR ... 58
4.2.3 Pengujian Hipotesis dengan Uji-t ... 72
4.2.4 Pengujian Running Time Sistem ... 106
BAB 5 PENUTUP ... 109
5.1 Kesimpulan ... 109
5.2 Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA ... 111
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Bobot Perbandingan Kepentingan Metode AHP... 9
Tabel 2.2. Nilai Random Index (RI) ... 11
Tabel 2.3. Kriteria-kriteria Hasil Analisa oleh Ahmad Soltani, dkk (2014) ... 18
Tabel 3.1. Data Kriteria ... 30
Tabel 3.2. Data Nilai Parameter Kriteria Kualitatif ... 31
Tabel 3.3. Data Mentah Alternatif dan Nilai Parameter Kriteria ... 32
Tabel 3.4. Narrative Use Case Menu Pemilihan Wilayah dan Kriteria ... 37
Tabel 3.5. Narrative Use Case Daftar Rekomendasi Tempat Evakuasi ... 38
Tabel 3.6. Narrative Use Case Proses Perhitungan dan Perankingan Alternatif . 39 Tabel 3.7. Narrative Use Case Peta Lokasi ... 40
Tabel 3.8. Tabel Data Alternatif ... 50
Tabel 3.9. Tabel Data Kriteria ... 52
Tabel 4.1. Matriks Bobot Perbandingan Berpasangan Kriteria ... 59
Tabel 4.2. Matriks Bobot Perbandingan Berpasangan Kriteria yang Disederhanakan ... 59
Tabel 4.3. Matriks Nomalisasi AHP ... 60
Tabel 4.4. Matriks Nomalisasi dan Nilai Prioritas ... 61
Tabel 4.5. Nilai Bobot Kriteria ... 62
Tabel 4.6. Parameter Kriteria Pilihan Pengguna ... 62
Tabel 4.7. Data Nilai Parameter Alternatif ... 63
Tabel 4.8. Nilai Terbaik (fj+) dan Terburuk (fj-) untuk Setiap Kriteria ... 63
Tabel 4.9. Matriks Normalisasi VIKOR ... 67
Tabel 4.10. Matriks Normalisasi, Nilai Utility Measure (Si), dan Nilai Regret Measure (Ri) ... 69
Tabel 4.11. Nilai Utility Measure (Si), Regret Measure (Ri), dan Indeks VIKOR (Qi) Alternatif ... 70
Tabel 4.12. Hasil Perankingan Alternatif ... 71
Tabel 4.13. Parameter Kriteria Pengujian I ... 73
Tabel 4.14. Hasil Uji-t Pengujian I ... 73
Tabel 4.15. Parameter Kriteria Pengujian II ... 73
Tabel 4.16. Hasil Uji-t Pengujian II ... 74
Tabel 4.17. Parameter Kriteria Pengujian III ... 74
Tabel 4.18. Hasil Uji-t Pengujian III ... 75
Tabel 4.19. Parameter Kriteria Pengujian IV ... 75
Tabel 4.20. Hasil Uji-t Pengujian IV ... 75
Tabel 4.21. Parameter Kriteria Pengujian V ... 76
Tabel 4.22. Hasil Uji-t Pengujian V ... 76
Tabel 4.23. Parameter Kriteria Pengujian VI ... 77
Tabel 4.24. Hasil Uji-t Pengujian VI ... 77
Tabel 4.25. Parameter Kriteria Pengujian VII ... 78
Tabel 4.26. Hasil Uji-t Pengujian VII ... 78
Tabel 4.27. Parameter Kriteria Pengujian VIII ... 78
Tabel 4.28. Hasil Uji-t Pengujian VIII ... 79
Tabel 4.29. Parameter Kriteria Pengujian IX ... 79
Tabel 4.30. Hasil Uji-t Pengujian IX ... 80
Tabel 4.31. Parameter Kriteria Pengujian X ... 80
Tabel 4.32. Hasil Uji-t Pengujian X ... 80
Tabel 4.33. Parameter Kriteria Pengujian XI ... 81
Tabel 4.34. Hasil Uji-t Pengujian XI ... 81
Tabel 4.35. Parameter Kriteria Pengujian XII ... 82
Tabel 4.36. Hasil Uji-t Pengujian XII ... 82
Tabel 4.37. Parameter Kriteria Pengujian XIII ... 83
Tabel 4.38. Hasil Uji-t Pengujian XIII ... 83
Tabel 4.39. Parameter Kriteria Pengujian XIV ... 84
Tabel 4.40. Hasil Uji-t Pengujian XIV ... 84
Tabel 4.41. Parameter Kriteria Pengujian XV... 85
Tabel 4.42. Hasil Uji-t Pengujian XV ... 85
Tabel 4.43. Parameter Kriteria Pengujian XVI ... 86
Tabel 4.44. Hasil Uji-t Pengujian XVI ... 86
Tabel 4.45. Parameter Kriteria Pengujian XVII ... 87
Tabel 4.46. Hasil Uji-t Pengujian XVII... 87
Tabel 4.47. Parameter Kriteria Pengujian XVIII... 88
Tabel 4.48. Hasil Uji-t Pengujian XVIII ... 88
Tabel 4.49. Parameter Kriteria Pengujian XIX ... 89
Tabel 4.50. Hasil Uji-t Pengujian XIX ... 89
Tabel 4.51. Parameter Kriteria Pengujian XX... 90
Tabel 4.52. Hasil Uji-t Pengujian XX ... 90
Tabel 4.53. Parameter Kriteria Pengujian XXI ... 91
Tabel 4.54. Hasil Uji-t Pengujian XXI ... 91
Tabel 4.55. Parameter Kriteria Pengujian XXII ... 92
Tabel 4.56. Hasil Uji-t Pengujian XXII... 92
Tabel 4.57. Parameter Kriteria Pengujian XXIII... 93
Tabel 4.58. Hasil Uji-t Pengujian XXIII ... 93
Tabel 4.59. Parameter Kriteria Pengujian XXIV ... 94
Tabel 4.60. Hasil Uji-t Pengujian XXIV ... 94
Tabel 4.61. Parameter Kriteria Pengujian XXV ... 95
Tabel 4.62. Hasil Uji-t Pengujian XXV ... 95
Tabel 4.63. Parameter Kriteria Pengujian XXVI ... 96
Tabel 4.64. Hasil Uji-t Pengujian XXVI ... 96
Tabel 4.65. Parameter Kriteria Pengujian XXVII ... 97
Tabel 4.66. Hasil Uji-t Pengujian XXVII ... 97
Tabel 4.67. Parameter Kriteria Pengujian XXVIII ... 98
Tabel 4.68. Hasil Uji-t Pengujian XXVIII ... 99
Tabel 4.69. Parameter Kriteria Pengujian XXIX ... 100
Tabel 4.70. Hasil Uji-t Pengujian XXIX ... 100
Tabel 4.71. Parameter Kriteria Pengujian XXX ... 101
Tabel 4.72. Hasil Uji-t Pengujian XXX ... 101
Tabel 4.73. Hasil Pengujian Hipotesis Uji-t untuk 30 Kali Pengujian ... 102
Tabel 4.74. Hasil Running Time Sistem ... 106
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Diagram Ishikawa ... 28
Gambar 3.2. General Architecture Sistem ... 35
Gambar 3.3. Use Case Diagram Sistem ... 36
Gambar 3.4. Activity Diagram Sistem ... 41
Gambar 3.5. Sequence Diagram Sistem ... 42
Gambar 3.6. Flowchart Sistem ... 43
Gambar 3.7. Flowchart Gabungan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Višekriterijumsko Kompromisno Rangiranje (VIKOR)... 44
Gambar 3.8. Halaman Beranda ... 46
Gambar 3.9. Halaman Input Wilayah dan Kriteria ... 47
Gambar 3.10. Halaman Daftar Rekomendasi Tempat Evakuasi ... 48
Gambar 3.11. Halaman Peta Lokasi Tempat Evakuasi ... 49
Gambar 3.12. Halaman Proses Perhitungan ... 50
Gambar 3.13. Entity Relationship Diagram (ERD) Sistem ... 52
Gambar 4.1. Implementasi Halaman Beranda ... 54
Gambar 4.2. Implementasi Halaman Input Wilayah dan Kriteria ... 54
Gambar 4.3. Implementasi Halaman Daftar Rekomendasi Tempat Evakuasi ... 55
Gambar 4.4. Implementasi Halaman Peta Lokasi Tempat Evakuasi ... 56
Gambar 4.5. Implementasi Halaman Perhitungan ... 56
Gambar 4.6. Penginputan Wilayah dan Kriteria ... 57
Gambar 4.7. Hasil Pengujian Sistem ... 58
Gambar 4.8. Grafik Selisih Mean Utility Measure (Si) ... 104
Gambar 4.9 Grafik Selisih Mean Regret Measure (Ri) ... 104
Gambar 4.10. Grafik Selisih Mean Indeks VIKOR (Qi) ... 105
Gambar 4.11. Grafik Pengaruh Jumlah Alternatif Terhadap Selisih Mean Utility Measure (Si), Regret Measure (Ri) dan Indeks VIKOR (Qi) ... 105
Gambar 4.12. Grafik Perbandingan P-Value untuk Utility Measure (Si), Regret Measure (Ri) dan Indeks VIKOR (Qi) ... 106
Gambar 4.13. Grafik Running Time Sistem ... 108
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A: Listing Program ... A-1 Lampiran B: Curriculum Vitae ... B-1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kerawanan bencana alam tertinggi di dunia (Djalante, et al., 2017). Indonesia yang terletak di daerah pertemuan tiga lempeng, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik, yang apabila terjadi pergeseran lempeng dapat berpotensi menimbulkan gempa bumi (Natapraja, 2014). Guncangan gempa bumi yang cukup kuat dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan sehingga rentan roboh.
Untuk Kota Medan sendiri, terletak dengan jarak ±300 kilometer dari pertemuan dua lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia di dasar samudera Hindia sekitar pantai barat Pulau Sumatera, serta terletak ±80 kilometer dari sesar geser mendatar (strike-slip) di sepanjang jalur pegunungan Bukit Barisan, tetapi tidak ditemukan patahan aktif yang melintasi Kota Medan (Faisal, A., 2007).
Namun, sejarah mencatat bahwa gempa bumi pernah terjadi pada tahun 1936 silam dengan magnitudo 7,2 di Kutacane yang berjarak ±135 kilometer dari Kota Medan yang telah menimbulkan sejumlah kerusakan pada bangunan-bangunan di kota tersebut, serta gempa bumi dengan magnitudo 6,75 pernah terjadi di Tapanuli pada tahun 1921 yang mana guncangan dari gempa bumi tersebut terasa hingga mencapai Kota Medan yang berjarak ±131 kilometer dari episenter gempa (Untang, M., et al., 1985). Berdasarkan catatan sejarah tersebut, diketahui bahwa Kota Medan belum dapat dipastikan aman dari resiko dan dampak dari gempa bumi meskipun terjadi pada jarak yang cukup jauh.
Tidak ada orang yang dapat memprediksi kapan sebuah bencana gempa bumi terjadi pada suatu wilayah tertentu. Oleh sebab itu, perlu dipikirkan sebuah metode atau pendekatan untuk melakukan sebuah antisipasi jika terjadi gempa bumi pada suatu wilayah yang padat penduduk di mana bencana gempa bumi tersebut dapat menimbulkan banyak korban, baik korban harta maupun korban nyawa.
Untuk meminimalisir korban dari bencana gempa bumi, maka diperlukan sebuah
kajian atau penelitian untuk menetapkan tempat evakuasi dari korban bencana gempa bumi, sehingga korban yang meninggal dunia dapat diminimalisir.
Penentuan tempat evakuasi yang paling optimal bukan lah persoalan yang mudah, ada kriteria yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah kemudahan akses menuju lokasi, kapasitas tempat evakuasi untuk menampung korban bencana, kondisi geografis lokasi, dan kriteria-kriteria lainnya.
Penggunaan metode dalam penentuan tempat evakuasi korban bencana telah diusulkan dalam berbagai literatur. Ahmad Soltani, dkk (2014) dalam artikel penelitian yang berjudul “Site Selection Criteria for Sheltering after Earthquakes:
A Systematic Review” melakukan analisa terhadap 273 jurnal dan artikel yang dianggap relevan dengan pemilihan lokasi untuk evakuasi korban bencana gempa bumi, dan menjaringnya menjadi 26 jurnal dan artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang kemudian diulas lebih lanjut lagi hingga didapatkan hasil akhir berupa 7 jurnal dan artikel. Analisa tersebut dilakukan untuk mengetahui metode-metode dan kriteria-kriteria yang digunakan oleh penulis jurnal dan artikel dalam penelitian penentuan lokasi untuk tempat evakuasi korban bencana gempa.
Hasil analisa dari kumpulan jurnal dan artikel tersebut, didapati metode yang paling banyak digunakan adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mempertimbangkan kriteria dalam penentuan lokasi tempat evakuasi korban bencana gempa.
Metode AHP memiliki kelebihan dalam membandingkan tingkat kepentingan kriteria atau alternatif satu sama lain sehingga dapat memperoleh nilai bobot yang lebih jelas. Namun, kekurangan dari metode AHP adalah prosesnya yang rumit dan kurang efisien untuk jumlah kriteria dan alternatif yang besar (Chamid, A. A., & Murti, A. C., 2017).
Untuk mengatasi kekurangan dari metode AHP, ada yang mengusulkan penggabungan metode AHP dengan metode Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang lain. Salah satunya adalah jurnal oleh Zhiliang Ren, dkk (2019) dengan judul “The Strategy Selection Problem on Artificial Intelligence with an Integrated VIKOR and AHP Method Under Probabilistic Dual Hesitant Fuzzy Information” yang mengusulkan penggabungan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) dengan Višekriterijumsko Kompromisno Rangiranje (VIKOR) untuk menyelesaikan masalah dalam pemilihan strategi kecerdasan buatan untuk perusahaan karena ketidakpastian dan kompleksitas informasi. Metode AHP digunakan untuk menentukan bobot dari pembuat keputusan dan kriteria dengan memanfaatkan perbandingan berpasangan yang dapat memberikan hasil evaluasi yang lebih akurat dan aktual (Ren, et al., 2019). Metode AHP tersebut kemudian digabungkan dengan metode VIKOR untuk mendapatkan hasil keputusan. Metode VIKOR memiliki kelebihan untuk melakukan solusi kompromi yang dapat memberikan keputusan akhir berupa satu atau beberapa alternatif daripada hanya satu alternatif yang optimal sehingga memberikan pilihan yang lebih fleksibel.
Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, penulis akan menerapkan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk melakukan pembobotan kriteria dan metode Višekriterijumsko Kompromisno Rangiranje (VIKOR) untuk perankingan alternatif dalam penentuan di mana tempat evakuasi korban bencana gempa bumi yang paling optimal. Selain itu, penulis juga akan melakukan pengujian hipotesis dengan metode uji-t untuk mengetahui perbedaan signifikansi antara perhitungan dengan aplikasi dan secara manual.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk perhitungan nilai bobot kriteria dan metode Višekriterijumsko Kompromisno Rangiranje (VIKOR) untuk pemeringkatan alternatif dalam penentuan tempat evakuasi korban bencana gempa bumi.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode AHP yang digunakan untuk mencari nilai bobot kriteria yang selanjutnya dengan menggunakan metode VIKOR nilai tersebut akan digunakan dalam perankingan alternatif.
2. Jenis tempat evakuasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tempat evakuasi akhir.
3. Penelitian yang dilakukan adalah untuk bencana gempa bumi secara umum dan tidak terikat dengan magnitudo gempa dan bencana sekunder gempa bumi.
4. Wilayah yang dijadikan studi kasus dalam penelitian ini adalah Kota Medan.
5. Kriteria yang digunakan dalam penentuan tempat evakuasi bencana gempa bumi adalah ukuran, aksesibilitas, akses infrastruktur, jarak dari area berbahaya, bahaya geologis, kemiringan tanah, jarak dari pusat medis, dan jarak dari pusat keamanan (Soltani, et al., 2014).
6. Jenis tempat yang digunakan sebagai objek atau alternatif dalam penelitian ini adalah area terbuka (BNPB, 2017).
7. Implementasi sistem berbasis web dan menggunakan bahasa pemograman yang bersifat open-source yaitu PHP, dan menggunakan Database Management System yang bersifat free yaitu MySQL.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menerapkan metode AHP untuk penentuan nilai bobot kriteria dan metode VIKOR untuk pemeringkatan alternatif dalam penentuan tempat evakuasi korban bencana gempa bumi.
2. Mengetahui lamanya proses penentuan nilai bobot dengan metode AHP hingga pemeringkatan dengan metode VIKOR melalui running time dalam satuan milisecond.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengetahui proses dan kinerja penentuan nilai bobot kriteria dengan metode AHP dan perankingan alternatif dengan metode VIKOR dalam penentuan tempat evakuasi korban bencana gempa bumi.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi Pustaka
Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan berbagai referensi dari beragam sumber yang diperlukan dalam penelitian ini. Referensi yang dikumpulkan dapat berupa buku, skripsi, jurnal, makalah, artikel, situs internet, dan lainnya yang relevan dengan penelitian, di antaranya adalah metode AHP dan VIKOR.
2. Analisis dan Perancangan
Pada tahap ini, penulis melakukan analisa terhadap apa saja yang dibutuhkan dalam penelitian yang nantinya dilakukan perancangan sistem dalam bentuk Ishikawa diagram, use case diagram, activity diagram, sequence diagram, flowchart, dan interface.
3. Implementasi
Pada tahap ini, dilakukan pembangunan sistem yang berbasis web dengan menggunakan bahasa PHP berdasarkan hasil perancangan.
4. Pengujian
Pada tahap ini, dilakukan pengujian tehadap sistem untuk mengetahui apakah sistem dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan.
5. Dokumentasi
Pada tahap akhir ini, penelitian tersebut akan didokumentasikan dalam bentuk skripsi.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bagian utama yang diantaranya adalah seperti yang dijelaskan sebagai berikut.
BAB 1 PENDAHULAN
Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian yang berjudul
“Penentuan Tempat Evakuasi Korban Bencana Gempa dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Višekriterijumsko Kompromisno Rangiranje (VIKOR) (Studi Kasus: Kota Medan)”, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Bab ini berisi penjelasan secara teori mengenai sistem pendukung keputusan, metode AHP, metode VIKOR, langkah-langkah metode AHP dan VIKOR, gempa bumi, tempat evakuasi pada bencana gempa bumi, running time, dan uji-t.
BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN
Bab ini berisi analisa pada permasalah dalam penelitian dan perancangan sistem yang akan dibangun.
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
Bab ini berisi implementasi dari perancangan sistem, dan pengujian dari sistem yang dibuat, dan hasil dari analisa pengujian sistem.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari penelitian secara keseluruhan dan saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan atau yang disingkat SPK merupakan salah satu bagian sistem informasi berbasis komputer atau pun tidak yang digunakan untuk membantu atau mendukung dalam pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau pun bukan organisasi terhadap suatu masalah yang terdapat berbagai alternatif keputusan yang terstruktur maupun tidak terstruktur. Menurut Mann dan Watson (1984), sistem pendukung keputusan adalah sistem interaktif yang memberikan pengguna akses mudah ke model keputusan dan data untuk mendukung tugas pengambilan keputusan yang terstruktur dan tidak terstruktur.
Ada pun model proses pengambilan keputusan yang dibuat oleh Herbert A.
Simon (1960), terdiri dari tiga langkah utama sebagai berikut:
1. Intelligence
Dalam tahap ini, dilakukan pencarian masalah yang ingin dicari solusinya yang kemudian mengumpulkan data-data mentah yang selanjutnya diproses dan diperiksa sebagai petunjuk dalam mengidentifikasi masalah.
2. Design
Dalam tahap ini, dilakukan pengembangan dan analisa tindakan yang mungkin dilakukan. Ini melibatkan proses untuk memahami masalah, menghasilkan solusi, dan menguji kelayakan solusi.
3. Choice
Memilih tindakan tertentu dari pilihan tindakan yang tersedia. Pilihan dibuat dan diimplementasikan.
2.1.1 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan
Menurut H. J. Watson (2018), terdapat beberapa karakteristik dalam sistem pendukung keputusan, yaitu sebagai berikut:
1. Fokus pada tugas-tugas pengambilan keputusan yang semi-terstruktur dan tidak terstruktur dari para manajer dan eksekutif
2. Mendukung pengambilan keputusan yang independen dan saling bergantung dan semua fase proses pengambilan keputusan.
3. Penggunaan model terintegrasi dengan akses data tradisional dan teknik pengambilan
4. Fokus pada fitur yang membuat sistem cepat dan mudah digunakan secara interaktif oleh spesialis non-komputer
5. Penekanan pada fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dalam lingkungan dan pendekatan pengambilan keputusan pengguna, dan 6. Dibangun dengan metodologi pengembangan evolusioner dan berulang.
2.2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang diperkenalkan oleh Thomas L.
Saaty merupakan sebuah model dalam sistem pendukung keputusan multi-kriteria yang menguraikan sebuah permasalahan kompleks menjadi serangkaian perbandingan berpasangan yang direpresentasikan dalam bentuk hierarki yang terdiri dari sebuah tingkatan strukur yang terdiri dari tiga buah komponen utama, yaitu tujuan dari pengambilan keputusan, kriteria pemilihan alternatif, dan alternatif pilihan sehingga dengan menggunakan metode tersebut, permasalahan menjadi lebih terstruktur (Syaifullah, 2010). Metode ini menggabungkan teknik untuk memeriksa konsistensi evaluasi pembuat keputusan, sehingga dapat mengurangi bias dalam proses pengambilan keputusan. Metode AHP memiliki kelebihan dalam membandingkan tingkat kepentingan kriteria atau alternatif satu sama lain sehingga dapat memperoleh nilai bobot yang lebih jelas. Namun, kekurangan dari metode AHP adalah prosesnya yang rumit dan kurang efisien untuk jumlah kriteria dan alternatif yang besar (Chamid, A. A., & Murti, A. C., 2017). Dalam penelitian ini, metode AHP hanya digunakan untuk menentukan nilai bobot pada kriteria.
2.2.1 Prinsip dasar dalam Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Metode AHP memiliki tiga buah prinsip dasar yang mendasarinya, antara lain (Saaty, 1986):
1. Dekomposisi
Prinsip dekomposisi diterapkan untuk menyusun masalah yang kompleks menjadi hierarki kelompok
2. Penilaian Komparatif
Prinsip penilaian komparatif diterapkan untuk membangun perbandingan berpasangan dari semua kombinasi elemen dalam sebuah cluster sehubungan dengan induk dari cluster. Perbandingan berpasangan ini digunakan untuk memperoleh prioritas lokal unsur-unsur dalam suatu kelompok sehubungan dengan induknya.
3. Sintesis Prioritas
Prinsip sintesis prioritas diterapkan untuk melipatgandakan prioritas lokal unsur-unsur dalam sebuah kelompok dengan prioritas global unsur induk, menghasilkan prioritas global di seluruh hierarki dan kemudian menambahkan prioritas global untuk unsur-unsur tingkat terendah (alternatif).
2.2.2 Langkah-langkah Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Adapun langkah-langkah dalam menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebagai berikut (Syaifullah, 2010):
1. Membangun matriks perbandingan berpasangan untuk kriteria dengan ukuran n x n yang di mana n adalah jumlah kriteria yang digunakan. Pada matriks tersebut urutan kriteria pada baris adalah sama dengan urutan kriteria pada kolom.
2. Menentukan bobot kepentingan setiap kriteria dengan membandingkan secara berpasangan setiap kriteria dengan sebuah nilai berupa angka dari 1 hingga 9 sebagai sebuah skala dengan keterangan tiap nilai perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty (1986) adalah seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.1. Bobot Perbandingan Kepentingan Metode AHP
Bobot Kepentingan Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya
7 Elemen yang satu jelas lebih mutlak penting daripada elemen yang lainnya
9 Elemen yang satu mutlak lebih penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan- pertimbangan yang berdekatan
Jika elemen yang satu dibandingkan dengan dirinya sendiri, maka diberi nilai 1 karena tidak ada yang perlu dibandingkan karena merupakan elemen yang sama. Jika elemen yang satu dibandingkan dengan elemen yang lain mendapat nilai bobot tertentu, maka perbandingan elemen sebaliknya adalah bernilai kebalikan dari nilai tersebut atau satu per nilai bobot tersebut. Adapun rumus pengisian nilai bobot berpasangan adalah:
𝑥𝑖𝑗 = 1, 𝑖 = 𝑗 ... (2.1) dan
𝑥𝑖𝑗 = 1
𝑥𝑗𝑖, 𝑖 ≠ 𝑗 ... (2.2) Keterangan:
xij = elemen dari matriks
3. Menjumlahkan nilai tiap kolom matriks dengan rumus berikut:
𝐽𝐾𝑗 = ∑𝑛𝑖=1𝑥𝑖𝑗 ... (2.3) Keterangan:
JK = Jumlah kolom matriks
4. Membuat matriks eigen dan menghitung nilai eigen dengan membagi nilai masing-masing elemen pada matriks perbandingan berpasangan dengan hasil penjumlahan kolom matriksnya atau dengan rumus berikut:
𝑥𝑖𝑗′ = 𝑥𝑖𝑗
𝐽𝐾𝑗 ... (2.4)
Keterangan:
𝑥𝑖𝑗′ = elemen matriks yang dinormalisasi
5. Menghitung matriks nilai prioritas dengan mencari nilai eigen rata-rata per baris atau vektor eigen dengan cara mebagikan hasil penjumlahan nilai eigen pada baris matriks eigen dengan jumlah kriteria atau dengan rumus berikut:
𝐸𝑉𝑖 =∑ 𝑥𝑖𝑗
𝑛 ′ 𝑗=1
𝑘 ... (2.5) Keterangan:
EV = nilai vektor eigen k = jumlah kriteria
6. Menguji konsistensi dengan cara menghitung nilai rasio konsistensi dari matriks perbandingan berpasangan dengan cara berikut:
a. Mencari nilai λmax dengan cara mengalikan jumlah kolom matriks perbandingan berpasangan yang telah berisi nilai bobot kepentingan dengan matriks nilai prioritas dengan rumus berikut:
𝜆𝑚𝑎𝑥 = (𝐽𝐾1 ∗ 𝐸𝑉1) + (𝐽𝐾2∗ 𝐸𝑉2) + ⋯ + (𝐽𝐾𝑛∗ 𝐸𝑉𝑛) ... (2.6) b. Kemudian mencari nilai Consistency Index (CI) dengan rumus berikut:
𝐶𝐼 = 𝜆𝑚𝑎𝑥−𝑘
𝑘−1 ... (2.7) c. Setelah mendapatkan nilai Consistency Index (CI), kemudian dicari nilai
Consistency Ratio (CR) dengan rumus berikut:
𝐶𝑅 = 𝐶𝐼
𝑅𝐼 ... (2.8) Random Index (RI) adalah nilai indeks random yang dimana daftar nilainya yang diperkenalkan oleh Saaty (1986) adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2. Nilai Random Index (RI)
n 1,2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nilai RI 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59
Keterangan:
n = ukuran matriks perbandingan berpasangan
d. Jika CR < 0,1, maka konsisten. Jika CR > 0,1, maka tidak konsisten sehingga pemberian nilai pembobotan dan perhitungan matriks perbandingan berpasangan harus diulang.
7. Jika terdapat sub-kriteria, maka mengulangi langkah 1 sampai 6 untuk seluruh tingkatan sub-kriteria hingga hirarki paling bawah dari sub-kriteria.
8. Membuat matriks perbandingan berpasangan untuk alternatif untuk tiap kriteria dengan ukuran m x m yang di mana m adalah jumlah alternatif yang ada, kemudian mengulangi langkah seperti langkah 2 sampai 6, hanya saja untuk alternatif, bukan kriteria.
9. Setelah semua langkah selesai dilakukan, dilakukan perhitungan nilai prioritas keseluruhan dengan menyatukan semua hasil matriks nilai prioritas alternatif untuk setiap kriteria secara berurutan menjadi satu matriks final, kemudian matriks final tersebut dikalian dengan matriks nilai prioritas kriteria
10. Didapatkan matriks nilai prioritas keseluruhan yang selanjutnya digunakan pihak pengambil keputusan dalam mengambil keputusan.
2.3 Metode Višekriterijumsko Kompromisno Rangiranje (VIKOR)
Metode Višekriterijumsko Kompromisno Rangiranje atau disingkat VIKOR adalah metode perankingan dengan menggunakan indeks peringkat multikriteria berdasarkan ukuran tertentu dari kedekatan dengan solusi yang ideal (Suwardika, et al., 2018).
Metode VIKOR memiliki keunggulan untuk memperoleh solusi kompromi pada alternatif. Solusi kompromi adalah satu atau beberapa alternatif yang layak yang terdekat dengan solusi ideal (Ren, et al., 2019). Solusi kompromi dalam metode VIKOR dapat memberikan keputusan akhir yang bisa berjumlah satu atau beberapa alternatif daripada hanya satu alternatif optimal, dan itu akan memberikan pembuatan keputusan akhir dengan opsi yang lebih fleksibel.
Dengan asumsi bahwa setiap alternatif dievaluasi menurut setiap fungsi kriteria, pengurutan kompromi dapat dilakukan dengan membandingkan ukuran kedekatan dengan alternatif ideal (Opricovic, et al.,2004).
2.3.1 Langkah-langkah Metode Višekriterijumsko Kompromisno Rangiranje (VIKOR)
Adapun langkah-langkah dalam menunggunakan metode VIKOR adalah sebagai berikut (Lengkong, S.P., et al., 2015):
1. Menyusun kriteria dan alternatif ke dalam bentuk matriks Fij dengan rumus sebagai berikut:
𝐹 = 𝐴1 𝐴2 𝐴3
⋮ 𝐴𝑖
𝐶1 𝐶2 𝐶3 ⋯ 𝐶𝑗
[
𝑓11 𝑓12 𝑓13 ⋯ 𝑓1𝑗 𝑓21 𝑓22 𝑓23 ⋯ 𝑓2𝑗 𝑓31 𝑓32 𝑓33 ⋯ 𝑓3𝑗
⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮
𝑓𝑖1 𝑓𝑖2 𝑓𝑖3 ⋯ 𝑓𝑖𝑗]
... (2.10)
Keterangan:
Aj = alternatif ke-i, i = 1, 2, ..., n Cj = kriteria ke-j, j = 1, 2, ..., m fij = elemen dari matriks
2. Menentukan nilai terbaik (fj+) dan terburuk (fj-) untuk semua kriteria.
Jika fungsi kriteria ke-j berupa kriteria keuntungan (benefit) maka,
𝑓𝑗+ = 𝑚𝑎𝑥𝑖(𝑓𝑖𝑗) ... (2.11) 𝑓𝑗− = 𝑚𝑖𝑛𝑖(𝑓𝑖𝑗) ... (2.12) sedangkan jika kriteria ke-j merupakan kriteria kerugian (cost), maka,
𝑓𝑗+ = 𝑚𝑖𝑛𝑖(𝑓𝑖𝑗) ... (2.13) 𝑓𝑗− = 𝑚𝑎𝑥𝑖(𝑓𝑖𝑗) ... (2.14) 3. Menghitung nilai normalisasi matriks dengan rumus berikut
𝑁𝑀𝑖𝑗 = 𝑤𝑗(𝑓𝑗
+−𝑓𝑖𝑗)
(𝑓𝑗+−𝑓𝑗−) ... (2.15) NMij = nilai normalisasi matriks
wj = bobot kriteria
4. Menghitung nilai utility measure (Si) yang mengukur seberapa dekat entitas i dari alternatif ideal positif (Ouenniche, J., et al., 2019). Si merupakan penjumlahan dari semua nilai normalisasi dari alternatif yang mencerminkan kinerja rata-rata entitas dengan rumus berikut:
𝑆𝑖 = ∑𝑛𝑗=1𝑁𝑀𝑖𝑗 ... (2.16) Keterangan:
Si= nilai utility measure
5. Menghitung nilai regret measure (Ri) yang yang mengukur seberapa jauh entitas i dari alternatif ideal positif (Ouenniche, J., et al., 2019). Ri merupakan maksimum atas semua normalisasi dari alternatif yang mencerminkan pengukuran terburuk dari entitas dengan rumus berikut:
𝑅𝑖 = 𝑚𝑎𝑥𝑗(𝑁𝑀𝑖𝑗) ... (2.17) Keterangan:
Ri= nilai regret measure
maxj = nilai maksimum pada baris Aj
6. Menentukan nilai minimum utility measure (S*), nilai minimum regret measure (R*), nilai maksimum utility measure (S-), dan nilai maksimum regret measure (R-) dengan rumus berikut:
𝑆∗= 𝑚𝑖𝑛𝑖(𝑆𝑖) ... (2.18) 𝑅∗ = 𝑚𝑖𝑛𝑖(𝑅𝑖) ... (2.19) 𝑆− = 𝑚𝑎𝑥𝑖(𝑆𝑖) ... (2.20) 𝑅− = 𝑚𝑎𝑥𝑖(𝑅𝑖) ... (2.21) 7. Menghitung indeks VIKOR (Qi) yang dibangun oleh Si dan Ri merupakan nilai indeks dari perankingan yang merepresentasikan ukuran kedekatan dengan solusi ideal positif. Nilai indeks VIKOR diperoleh dengan rumus berikut:
𝑄𝑖 = 𝑣 (𝑆𝑖−𝑆∗)
(𝑆−−𝑆∗)+ (1 − 𝑣) (𝑅𝑖−𝑅∗)
(𝑅−−𝑅∗) ... (2.22) Keterangan:
Qi= nilai indeks VIKOR
v = bobot strategi dari kriteria mayoritas atau utilitas kelompok maksimum, dalam hal ini v = 0,5.
8. Melakukan perankingan alternatif. Setelah Qi dihitung, maka akan terdapat 3 jenis perankingan yaitu Si, Ri, dan Qi. Solusi kompromi dilakukan pada perankingan Qi. Alternatif terbaik yang dirangking oleh Q adalah alternatif
dengan nilai Q minimum. Perankingan alternatif dapat diperiksa menggunakan kondisi berikut:
a. Alternatif A1 adalah pilihan terbaik jika Q(A2) – Q(A1) ≥ DQ, dimana Q(A2) merupakan alternatif dengan posisi ranking kedua dari Q, serta A1
juga harus menjadi ranking terbaik oleh Si dan/atau Ri. Nilai DQ didapatkan dengan rumus:
𝐷𝑄 = 1
(𝑎−1) ... (2.23) Keterangan:
a = jumlah alternatif
b. Alternatif A1 dan A2 adalah pilihan terbaik jika hanya Q(A2) – Q(A1) ≥ DQ yang terpenuhi
c. Alternatif A1, A2, … AM adalah pilihan terbaik jika Q(AM) – Q(A1) < DQ dimana M adalah posisi alternatif yang berada pada kondisi yang saling berdekatan.
2.4 Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan suatu bencana yang di mana terjadi guncangan atau getaran di permukaan bumi dengan kekuatan kecil hingga besar yang disebabkan oleh aktivitas alam atau buatan. Penyebab terjadinya gempa bumi cukup beragam, dapat disebabkan oleh pergeseran lempeng bumi, letusan berapi, tumbukan meteor, dan tanah longsor (Nur, A.M., 2010). Gempa bumi juga dapat terjadi akibat perbuatan manusia, misalnya ledakan bom nuklir (Yulaelawati, et al., 2008).
2.5 Tempat Evakuasi pada Bencana Gempa Bumi
Tempat evakuasi merupakan tempat berkumpul sementara untuk berlindung atau menyelamatkan diri dari suatu bahaya atau bencana. Tempat evakuasi juga dapat digunakan sebagai tempat tinggal sementara bagi para pengungsi yang terdampak selama beberapa waktu ke depan hingga kondisi yang telah memungkinkan untuk dapat kembali ke tempat tinggal mereka atau dipindahkan ke tempat yang aman secara permanen (UNICEF, 2008).
Dalam mitigasi bencana di Indonesia, terdapat dua jenis tempat evakuasi, yaitu tempat evakuasi sementara (TES) dan tempat evakuasi akhir (TEA). Tempat evakuasi sementara (TES) merupakan tempat evakuasi yang menjadi tempat berkumpul untuk mendapatkan perlindungan sementara saat terjadi bencana sebelum dipindahkan ke tempat evakuasi akhir (TEA). TES harus berada di lokasi dan memiliki akses yang mudah dijangkau orang-orang dengan cepat untuk berlindung dari bencana (Dewi, et al., 2014). TES bergantung pada kerawanan bencana yang terjadi di wilayah tersebut. Contohnya TES pada wilayah rawan tsunami dan banjir adalah sebuah tempat atau struktur yang memiliki ketahanan dan tinggi yang cukup dan TES pada wilayah rawan gempa adalah sebuah area atau lapangan terbuka.
Sedangkan tempat evakuasi akhir (TEA) merupakan tempat akhir pengungsi berkumpul untuk bertempat tinggal, mendapatkan bantuan, dan beraktivitas selama beberapa waktu ke depan hingga kondisi yang telah memungkinkan untuk dapat kembali ke tempat tinggal mereka atau dipindahkan ke tempat yang aman secara permanen. Pengungsi yang tinggal di TEA adalah pengungsi yang kehilangan harta benda akibat dari bencana yang terjadi. TEA harus dapat berfungsi untuk menyediakan bantuan dan fasilitas berupa pelayanan kesehatan, penyediaan logistik, akomodasi, dan berbagai kebutuhan primer yang diperlukan bagi orang- orang yang terkena dampak dari bencana (Trivedi, et al., 2017).
Dalam penentuan tempat evakuasi bencana, terdapat kriteria-kriteria yang perlu diperhatikan sehingga tempat tersebut layak digunakan sebagai tempat evakuasi. Namun, kriteria-kriteria yang telah ditentukan tidak selalu dapat digunakan untuk segala jenis bencana. Ada kriteria yang penting untuk suatu bencana namun kurang sesuai untuk bencana yang lainnya, sehingga pemilihan kriteria bergantung dari jenis bencana yang difokuskan karena memiliki perbedaan dalam kriteria-kriteria yang diperlukan.
Dalam penentuan tempat evakuasi bencana gempa di Indonesia, penulis belum menemukan prosedur resmi yang mengatur penentuan tempat evakuasi bencana alam terutama gempa bumi oleh pihak atau lembaga yang terlibat terhadap mitigasi bencana alam di Indonesia.
Dalam buku yang berjudul “Buku Panduan Latihan Kesiapsiagaan Bencana” yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) (2017), tidak menjelaskan secara detail prosedur penentuan tempat evakuasi korban bencana. Namun dalam penjelasannya, berbagai jenis bangunan atau tempat dapat dimanfaatkan sebagai tempat evakuasi korban bencana, seperti sekolah, kantor, tempat ibadah, gedung, dan area terbuka lainnya berdasarkan keamanan, aksesibilitas, dan lingkungan lokasi. Pada umumnya pasca terjadinya gempa di Indonesia, untuk ketersediaan fasilitas dan logistik disediakan oleh pihak lembaga mitigasi bencana, instansi, militer, atau pun pihak relawan di Indonesia.
Ali Soltani, dkk (2019) dalam penelitian yang berjudul “A Two-Stage Process for Emergency Evacuation Planning: Shelter Assignment and Routing”
melakukan pengumpulan kriteria-kriteria untuk penentuan tempat evakuasi yang diperoleh dari berbagai literatur dan pengalaman peneliti. Hasil dari pengumpulan tersebut, diperoleh kriteria-kriteria yaitu kepadatan populasi, jarak dari jalan utama, jarak dari kantor polisi, jarak dari stasiun pemadam kebakaran, jarak dari pusat medis, kemiringan tanah, jarak dari fasilitas yang rentan, dan penggunaan lahan.
Erman Şentürk dan Arzu Erener (2017) dalam penelitian yang berjudul
“Determination of Temporary Shelter Areas in Natural Disasters by GIS: A Case Study, Gölcük/Turkey” menjelaskan kriteria-kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi tempat evakuasi bencana antara lain jarak dari fasilitas yang mudah terbakar, jarak dari jalan utama, jarak dari pusat keamanan, jarak dari bangunan, kemiringan tanah, jarak dari transmisi listrik, jarak dari garis patahan, jarak dari area beresiko longsor, struktur geologis, jarak dari pusat medis, jarak dari industri berpolusi, jarak dari warisan budaya, jarak dari suplai air, jarak dari area rawan banjir, dan jarak dari suplai listrik.
Shaoqing Geng, dkk (2020) dalam penelitian yng berjudul “Optimization of Urban Emergency Refuge Location Based on the Needs of Disaster Victims”, menyebutkan berdasarkan premis untuk memenuhi kapasitas dan batas pemanfaatan minimum, juga mempertimbangkan faktor kenyamanan lalu lintas, keamanan lingkungan, kelengkapan fasilitas, dan efisiensi layanan. Dalam konstruksi pemodelan, penentuan tempat evakuasi menggunakan parameter jarak
tempat evakuasi dengan titik pemukiman, gudang, jalan, institusi medis, dan sumber berbahaya.
Yijun Shi, dkk (2019) dalam penelitian yang berjudul “Planning Emergency Shelters for Urban Disasters: A Multi-Level Location–Allocation Modeling Approach” menyebutkan faktor pengaruh dalam pemilihan tempat evakuasi yaitu kondisi lahan, kemiringan tanah, tipe tempat, kemudahan lalu lintas, ukuran tempat, kemungkinan dampak bencana, dan kondisi infrastruktur.
Ashish Trivedi dan Amol Singh (2020) dalam penelitian yang berjudul “A Multi-Objective Approach for Locating Temporary Shelters Under Damage Uncertainty” menyebutkan kriteria yang digunakan dalam pemilihan tempat evakuasi yaitu jarak klaster, kapasitas, jumlah rumah tangga terdampak, jarak dari pusat medis, dan jarak dari pasar untuk bantuan.
Ahmad Soltani, dkk (2014) dalam artikel penelitian yang berjudul “Site Selection Criteria for Sheltering after Earthquakes: A Systematic Review”
melakukan analisa terhadap 273 jurnal dan artikel yang dianggap relevan dengan pemilihan lokasi untuk evakuasi korban bencana gempa bumi, dan menjaringnya menjadi 26 jurnal dan artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang kemudian diulas lebih lanjut lagi hingga didapatkan hasil akhir berupa 7 jurnal dan artikel. Analisa tersebut dilakukan untuk mengetahui metode-metode dan kriteria- kriteria yang digunakan oleh penulis jurnal dan artikel dalam penelitian penentuan lokasi untuk tempat evakuasi korban bencana gempa. Hasil analisa dari kumpulan jurnal dan artikel tersebut, didapati kriteria-kriteria yang digunakan dalam penentuan lokasi tempat evakuasi korban bencana gempa sejumlah 27 buah kriteria yang dikelompokkan menjadi 6 kategori atau kelompok utama dengan defenisi setiap kriteria dalam tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.3. Kriteria-kriteria Hasil Analisa oleh Ahmad Soltani, dkk (2014) Kategori
Utama
Kriteria Defenisi Jumlah
Artikel Ukuran dan
Lokasi
Kelayakan ukuran
Mengacu pada area umum dan area perlindungan efektif dari situs.
6
Ukuran dan Lokasi
Aksesibilitas Mengacu pada kemudahan untuk mendapatkan perlindungan dari area yang terkena dampak.
7
Ukuran dan Lokasi
Kedekatan dengan rumah terdampak
Hunian harus didistribusikan secara merata sehingga warga dapat tiba di sana dengan cepat sebelum bencana.
7
Ukuran dan Lokasi
Kondisi infrastruktur
Area penampungan harus memiliki infrastruktur listrik, pasokan air, jalan evakuasi, dan pembuangan limbah.
3
Ukuran dan Lokasi
Drainase tanah
Drainase air permukaan dan air limbah adalah kriteria utama terutama di mana air tersedia.
3
Ukuran dan Lokasi
Permeabilitas tanah
Penyerapan cepat air permukaan oleh tanah merupakan faktor penting dalam pemilihan lokasi.
Juga mempengaruhi keefektifan jamban
3
Ukuran dan Lokasi
Tata letak fisik dan konfigurasi pinggiran
Untuk manajemen yang tepat dari orang-orang masuk ke tempat penampungan.
2
Pengurangan Resiko Bencana
Jarak dari area berbahaya
Tempat perlindungan harus jauh dari sesuatu yang berbahaya seperti bangunan besar, bahan mudah terbakar dan mudah meledak, bahan kimia berbahaya, zat radioaktif, saluran transmisi tegangan tinggi, dan bahaya sekunder.
6
Pengurangan Resiko Bencana
Bahaya geologis
Tempat berlindung harus dijauhkan dari sesar aktif seismik, gempa bumi, tanah longsor, kolaps, aliran puing, pencairan tanah dan depresi tanah, dll.
5
Pengurangan Resiko Bencana
Kemiringan tanah
Kemiringan lahan yang lebih curam dari 25o dianggap memiliki risiko bahaya geo yang tinggi, sedangkan yang kurang dari 5o dianggap stabil dan aman.
5
Pengurangan Resiko Bencana
Elevasi Sehubungan dengan hujan lebat, banjir, dan bahaya semburan lumpur, lokasi yang aman harus terletak setidaknya 100 meter dari tepi sungai dan teras.
2
Pengurangan Resiko Bencana
Standar proteksi bangunan
Untuk bangunan yang tersedia yang dapat digunakan sebagai tempat penampungan darurat.
1
Pengurangan Resiko Bencana
Ketersediaan peringatan dini
Memiliki sistem peringatan dini yang sesuai untuk bencana sekunder.
1
Fasilitas Bantuan dan Penyelamatan
Suplai air Tempat evakuasi harus memiliki fasilitas air yang dapat memenuhi air minum, air rumah tangga dan air api.
5
Fasilitas Bantuan dan Penyelamatan
Jarak dari pusat medis
Tempat penampungan harus dapat menyediakan layanan medis. Oleh karena itu, situs tersebut harus ditempatkan sedekat mungkin ke pusat-pusat medis.
5
Fasilitas Bantuan dan Penyelamatan
Kedekatan dengan layanan bantuan
Tempat penampungan harus didistribusikan pada akhirnya sehingga warga dapat menerima barang- barang bantuan dan layanan seperti makanan, tenda, selimut, air dan cakupan stasiun pemadam kebakaran.
5
Fasilitas Bantuan dan Penyelamatan
Layanan komunikasi
Pengembangan papan petunjuk dan fasilitas komunikasi seperti telepon dan radio, dll.
2
Kelayakan Keamanan dan proteksi
Direkomendasikan agar orang-orang yang terkena dampak diselesaikan pada jarak yang wajar dari daerah-daerah yang berpotensi sensitif, seperti instalasi militer, untuk memastikan perlindungan dan keamanan mereka.
5
Kelayakan Pertimbangan ekonomi
Situs yang dipilih umumnya harus dapat dibenarkan secara ekonomi untuk biaya pendirian dan biaya setelah pendirian.
3
Kelayakan Kepemilikan lahan
Kepemilikan dan hak penggunaan setiap area tempat tinggal harus ditentukan sebelumnya dan izin yang diperlukan harus diperoleh.
2
Kelayakan Penggunaan lahan
Penggunaan lahan sebelum gempa. 1
Aspek Lingkungan
Pertimbangan lingkungan
Kriteria ini menunjukkan variasi musiman dan segala bahaya dan penyakit lingkungan yang terkait.
5
Aspek Lingkungan
Pemulihan ekologis
Situs tidak boleh terletak di dekat area yang secara ekologis atau ramah lingkungan atau rapuh.
2
Aspek Lingkungan
Vegetasi Situs harus menyediakan penutup tanah yang cukup untuk vegetasi. Semak, rumput, dan pohon, misalnya, memasok naungan dan mengurangi debu dan erosi.
2
Aspek Lingkungan
Kemungkinan pertanian
Kondisi tanah cocok untuk pertanian. 1
Aspek Sosial Budaya, tradisi, dan komposisi kelompok populasi
Dengan menghormati kebiasaan tradisional dan kebutuhan orang-orang yang mungkin tidak memiliki komposisi yang sama, membantu manajer untuk mencegah beberapa masalah terkait di antara mereka dan memastikan bahwa hunian itu fungsional dan berkelanjutan.
3
Aspek Sosial Opini publik Berkonsultasi dengan masyarakat setempat merupakan cara penting untuk menghindari atau membatasi konflik atas lokasi lokasi penampungan.
2
Dalam penelitian ini, dari 27 kriteria yang diambil dari artikel tersebut, kemudian disaring dan diperbaharui berdasarkan perbandingan terhadap kriteria- kriteria dari beberapa literatur yang terkait dengan penentuan tempat evakuasi bencana yang termasuk untuk bencana gempa bumi (Soltani, et al., 2019; Geng, et al., 2020; Şentürk dan Erener, 2017; Shi, et al., 2019; Trivedi dan Singh, 2020) dan didapatkan kriteria akhir yaitu ukuran, aksesibilitas, akses infrastruktur, jarak dari
area berbahaya, bahaya geologis, kemiringan tanah, jarak dari pusat medis, dan jarak dari pusat keamanan.
Dalam penilaian parameter kriteria, terdapat kriteria yang bersifat kualitatif yang tidak dapat dinyatakan dengan angka nilai angka sehingga dinyatakan dengan kata atau kalimat. Jadi untuk pemberian nilai parameter kriteria yang bersifat kualitatif, umumnya ditentukan tingkatan parameter dengan kata atau kalimat untuk parameter tersebut. Sebagai contoh dalam penelitian oleh Jianyu Chu dan Youpo Su (2011) dalam penelitian yang berjudul “Comprehensive Evaluation Index System in the Application for Earthquake Emergency Shelter Site”, menyatakan tingkatan parameter untuk kriteria kualitatif yaitu bahaya geologis, kondisi topografi, jarak dari sumber bahaya, konfigurasi pinggiran, suplai air, suplai energi, dan debit polusi dengan good (baik), better (lebih baik), general (umum), worse (lebih buruk), dan bad (buruk). Sedangkan untuk kriteria posisi tempat, ukuran, akses masuk, dan jalur evakuasi dinyatakan dengan nilai angka. Selain itu, oleh Erman Şentürk dan Arzu Erener (2017) dalam penelitian yang berjudul
“Determination of Temporary Shelter Areas in Natural Disasters by GIS: A Case Study, Gölcük/Turkey”, pemberian tingkatan parameter dilakukan untuk kriteria kualitatif dengan reklasifikasi berdasarkan jenis kriterianya. Namun, kriteria yang menggunakan nilai atau tidak bersifat kualitatif juga diberikan tingkatan parameter dengan melakukan pengelompokan rentang nilai. Namun, pada proses penentuan tempat evakuasi dengan sistem pendukung keputusan untuk beberapa metode, parameter untuk setiap kriteria harus dinyatakan dengan nilai angka sehingga dapat dilakukan proses perhitungan sehingga kriteria. Pada umumnya, parameter kriteria kualitatif dikonversikan ke dalam bentuk nilai angka dimulai dari 1, 2, 3, dan seterusnya untuk setiap tingkatan parameter yang di mana nilai 1 adalah untuk parameter terendah (Parrangan, et al., 2018).
2.6 Basis Data (Database)
Database atu basis data adalah kumpulan data dan informasi yang terorganisir atau terstruktur dalam bentuk file yang saling berhubungan serta disimpan secara