• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL AUDIT PROGRAM POSBINDU PTM DAN PROGRAM TUBERKULOSIS TAHUN EDWARD HAREFA, SE, MM Plh. INSPEKTUR III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HASIL AUDIT PROGRAM POSBINDU PTM DAN PROGRAM TUBERKULOSIS TAHUN EDWARD HAREFA, SE, MM Plh. INSPEKTUR III"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

EDWARD HAREFA, SE, MM Plh. INSPEKTUR III

HASIL AUDIT PROGRAM POSBINDU PTM DAN PROGRAM TUBERKULOSIS

TAHUN 2017

(2)

TUGAS & FUNGSI

2

Permenkes No. 64/Menkes/Per/XI/2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI pasal 653

Tugas: melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan pengawasan intern serta penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkup Direktorat Jenderal Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Fungsi:

1. Penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkup Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

2. Penyusunan rencana program pengawasan intern di lingkup Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

3. Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya di lingkup Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

4. Pelaporan hasil pengawasan, dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat III.

(3)

HASIL PELAKSANAAN AUDIT

Realisasi Sasaran Audit Inspektorat III Tahun 2017

Audit Ditjen P2P

Balitba

ngkes Jumlah Audit

Operasional 25 3 28

Audit Program 47 - 47

Jumlah 72 3 75

(4)

Audit Program

Audit Program Prioritas Kemenkes

Ditjen P2P

P2PTM P2PML

Program PTM di Pos Pembinaan Terpadu

(Posbindu)

Program Pencegahan &

Pengendalian TB

(5)

Audit Program Pencegahan dan Pengendalian PTM di Posbindu dan Program Pencegahan dan

Pengendalian Tuberkulosis pada tahun 2017 dilaksanakan di 47 Kabupaten/kota yang tersebar di 6 provinsi, dengan rincian sebagai berikut:

• a) Kota Serang

• b) Kab. Tangerang

• c) Kota Tangerang

• d) Kab. Tangerang Selatan

1. Provinsi Banten

• a) Kab. Sleman

• b) Kab. Bantul

• c) Kab. Kulon Progo

• d) Kab. Gunungkidul

2. Provinsi Yogyakarta

(6)

• a) Kab. Bogor f) Kab. Kerawang k) Kab. Majalengka

• b) Kab. Purwakarta g) Kab. Garut l) Kab. Cirebon

• c) Kab. Cianjur h) Kab. Ciamis m) Kab. Indramayu

• d) Kab. Bandung i) Kab. Tasikmalaya

• e) Kab. Bekasi j) Kab. Subang

3. Provinsi Jawa Barat

• a) Kab. Semarang f) Kab. Banjarnegara k) Kab. Karanganyar

• b) Kab. Boyolali g) Kota Pekalongan l) Kab. Klaten

• c) Kab. Sragen h) Kabupaten Batang m) Kota Salatiga

• d) Kab. Banyuwangi i) Kota Surakarta

• e) Kab. Purwokerto j) Kab. Sukohardjo

4. Provinsi Jawa Tengah

• a) Kota Surabaya g) Kab Magetan

• b) Kab. Malang h) Kab Madiun

• c) Kab. Nganjuk i) Kab Ponorogo

• d) Kab. Mojokerto j) Kab Sidoarjo

• e) Kab. Jombang

• f) Kab. Kediri

5. Provinsi Jawa Timur

6. Provinsi Lampung

• a) Kota Metro

• b) Kab. Pesawaran

• c) Kota Bandar Lampung

(7)

Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Pos Pembinaan Terpadu (PTM di Posbindu)

Alokasi dan Realisasi Tahun 2015 – 2017

Hasil Audit dikelompokkan berdasarkan Sub Kelompok Temuan sesuai Permenpan RB No. 42 Tahun 2011:

1. Temuan Kelemahan Ekonomis, Efisien & Efektif (3E): 74 temuan (83%) 2. Temuan Kelemahan SPI: 15 temuan (17%)

3. Temuan Kepatuhan terhadap Peraturan: 0

Alokasi Realisasi % Alokasi Realisasi % Alokasi Realisasi %

1 APBD 2.484.035.097 2.237.965.402 90,1% 3.823.394.312 3.426.503.265 89,62% 6.302.805.000 4.575.658.860 72,60%

2 APBD II 397.568.250 386.166.650 97,1% 1.004.436.550 976.734.950 97,24% 4.495.695.400 1.108.689.400 24,66%

3 DAK (BOK) 14.860.000 14.860.000 100,0% 443.304.400 443.304.400 100,00% 1.691.243.500 1.423.110.200 84,15%

4 Lain-lain 563.045.500 442.045.500 78,5% 128.430.000 89.930.000 70,02% 831.835.000 661.941.967 79,58%

Total 3.459.508.847 3.081.037.552 89,1% 5.399.565.262 4.936.472.615 91,42% 13.321.578.900 7.769.400.427 58,32%

No 2015 2016 2017

Sumber Dana

(8)

PERMASALAHAN YANG SERING DIJUMPAI PADA AUDIT PROGRAM POSBINDU PTM

• Alat Kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan di Posbindu belum dikalibrasi.

• Sasaran belum sesuai dengan target penduduk usia produktif (15 – 59 tahun), sebagian besar yang hadir adalah kelompok usia lanjut (usila).

• Terdapat petugas pengelola program PTM di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang belum mendapatkan sosialisasi/pelatihan terkait Program Posbindu PTM

• Terdapat petugas puskesmas yang belum mendapatkan sosialisasi/pelatihan terkait Program Posbindu PTM

• Kader Posbindu PTM belum mendapatkan sosialisasi/pelatihan terkait Program Posbindu PTM.

(9)

PERMASALAHAN YANG SERING DIJUMPAI PADA AUDIT PROGRAM POSBINDU PTM...(2)

• Terdapat puskesmas yang belum menyelenggarakan kegiatan Posbindu PTM.

• Jadwal pelaksanaan Posbindu PTM belum dilakukan secara rutin setiap bulan, ada yang 3 bulan sekali dan ada pula yang 1 tahun sekali.

• Puskesmas belum mempunyai buku pedoman tentang Penyelenggaraan Posbindu PTM tahun 2016.

• Peserta kegiatan Posbindu PTM yang teridentifikasi penyakit tidak menular tidak diberikan formulir rujukan ke puskesmas.

• Posbindu PTM belum memiliki data tentang jumlah populasi yang teridentifikasi risiko penyakit tidak menular (obesitas, hipertensi, Diabetes Melitus, merokok, dll).

(10)

PERMASALAHAN YANG SERING DIJUMPAI PADA AUDIT PROGRAM POSBINDU PTM...(3)

• Terdapat pembayaran atas pemeriksaan gula darah/kolesterol pada kegiatan Posbindu PTM dan dananya dikelola oleh Petugas Program Posbindu PTM Puskesmas.

• Puskesmas tidak menyampaikan laporan secara rutin hasil kegiatan Posbindu PTM kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten.

• Pelaporan kegiatan Posbindu PTM secara online (pptm.dataonline.id) belum berjalan secara optimal.

• Terdapat alat Tes Cepat Molekuler (TCM) yang belum diinstal dan

dimanfaatkan.

(11)

PENYEBAB TERJADINYA PERMASALAHAN PELAKSANAAN PROGRAM POSBINDU PTM

• Kurangnya pembinaan, monitoring dan evaluasi dari pengelola program kabupaten ke puskesmas.

• Kurangnya pembinaan, monitoring dan evaluasi dari pengelola program puskesmas ke kader Posbindu PTM.

• Tidak semua Posbindu PTM mempunyai alat kesehatan untuk melakukan pemeriksaan risiko PTM.

• Kurangnya sarana dan prasarana untuk melakukan pelaporan secara online.

• Terbatasnya buku pedoman Penyelenggaraan Posbindu PTM yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

• Kurangnya sinergi secara rutin antara Dinas Kesehatan kabupaten/Kota dengan Puskesmas dan lintas sektor terkait.

• Kurangnya sosialisasi petugas Pengelola Program Posbindu PTM Kabupaten/Kota dan Puskesmas kepada masyarakat.

(12)

Program Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis

Merupakan salah satu program prioritas Kementerian Kesehatan RI, selain program Imunisasi dan Stunting.

• Alokasi dan Realisasi Tahun 2015 – 2017

Alokasi Realisasi % Alokasi Realisasi % Alokasi Realisasi %

1 APBN 193,740,000 185,040,000 95.5 - - - - - - 2 APBD 4,086,012,525 3,927,254,291 96.1 4,041,827,625 3,445,839,855 85.3 5,742,748,784 3,939,583,759 68.6 3 APBD II 879,135,250 858,418,250 97.6 885,943,000 845,392,500 95.4 1,469,589,500 932,033,395 63.4 4 DAK (BOK) 472,355,000 230,075,000 48.7 516,923,383 493,423,383 95.5 522,096,500 359,560,470 68.9 5 Hbah GF 2,824,908,045 2,913,612,695 103.1 2,347,859,873 2,434,487,773 103.7 1,954,895,459 1,526,401,659 78.1 6 Lain-lain - - - - - - 42,650,000 33,087,500 77.6 Total 8,456,150,820 8,114,400,236 96.0 7,792,553,881 7,219,143,511 92.6 9,731,980,243 6,790,666,783 69.8

No Sumber alokasi 2015 2016 2017

Tahun

(13)

PERMASALAHAN YANG SERING DIJUMPAI PADA AUDIT PROGRAM TUBERKULOSIS

• Belum seluruh Rumah Sakit terdaftar sebagai Rumah Sakit yang telah melakukan Metode DOTS dalam penanggulangan penyakit Tuberkulosis.

• Belum semua dokter praktek swasta bersedia kerja sama dengan puskesmas untuk melaksanakan metode DOTS.

• Belum seluruh puskesmas mengirim sampel secara rutin setiap triwulan untuk dilakukan uji silang pemeriksaan mikroskopis BTA pada Laboratorium RUS-1 (Labkesda, BKPM) terkait Pemantapan Mutu Eksternal (PME).

• Terdapat Tenaga Pengelola Program Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis di Puskesmas (dokter, perawat dan analis) yang belum mengikuti Pelatihan Program Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis

(14)

PERMASALAHAN YANG SERING DIJUMPAI PADA AUDIT PROGRAM TUBERKULOSIS.... (2)

• Terdapat reagen yang tidak dimanfaatkan karena dropping reagen lebih banyak dari perencanaan yang diminta, sehingga banyak reagen yang kadaluarsa.

• Alat pemeriksaan TB belum dikalibrasi.

• Terdapat reagen ziehl neelsen program TB yang telah melewati masa kadaluarsa namun masih dipergunakan.

• Sering terjadi pergantian Petugas (mutasi pegawai) di daerah

terutama dokter (melanjutkan pendidikan) sehingga harus melatih

Petugas baru.

(15)

PERMASALAHAN YANG SERING DIJUMPAI PADA AUDIT PROGRAM TUBERKULOSIS...(3)

• Belum seluruh penderita TB dilakukan pemeriksaan Test HIV.

• Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT) pada puskesmas belum berjalan secara optimal.

• Terdapat Penderita TB Anak namun persediaan stok obat TB Anak sempat terjadi kekosongan dan terdapat pengobatan TB Anak yang belum sesuai standar.

• Capaian indikator Program TB belum sesuai dengan target yang ditetapkan yaitu Cakupan Pengobatan Semua Kasus TB yang Diobati (CDR), Angka Notifikasi Semua Kasus TB (CNR), Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien TB Semua Kasus, dll.

• Adanya Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Kategori I yang kadaluwarsa.

(16)

PENYEBAB TERJADINYA PERMASALAHAN PELAKSANAAN PROGRAM TUBERKULOSIS

• Kurangnya pembinaan, monitoring dan evaluasi dari pengelola program kabupaten ke puskesmas.

• Kurangnya pembinaan, monitoring dan evaluasi dari pengelola program puskesmas ke kader TB.

• Kurangnya sarana dan prasarana untuk melakukan pelaporan secara online.

• Kurangnya sinergi secara rutin antara Dinas Kesehatan kabupaten/Kota dengan Puskesmas dan lintas sektor terkait.

• Kurangnya sosialisasi petugas Pengelola Program TB Kabupaten/Kota dan Puskesmas kepada masyarakat, sehingga kesadaran masyarakat untuk datang ke fasyankes rendah.

• Puskesmas kurang aktif dalam melakukan kegiatan pelacakan kasus TB.

• Penyelidikan Epidemiogi kurang maksimal.

(17)

Kendala- kendala dalam

Pelaksanaan Audit

• Pada saat audit petugas yang berwewenang sedang tidak ditempat sehingga mempersulit atau menghambat proses audit.

• Adanya mutasi para pejabat/pegawai menyebabkan pelimpahan tanggung jawab dari yang lama ke yang baru tidak ada, sehingga menyebabkan sulit untuk dilakukan klarifikasi data dan dokumen.

• Pemenuhan permintaan data oleh auditi tidak tepat waktu dan bahkan tidak terpenuhi.

• Pada audit program masih banyak kendala yang ada antara lain:

kesibukan petugas Wasor karena beban kerjanya yang cukup tinggi sehingga data-data sulit didapatkan; buku pedoman terkait audit program yang belum ada di tingkat kab/kota, puskesmas dan petugas kader sehingga pemahannya kurang optimal dan sulitnya letak geografi lokasi audit.

• Sulitnya jaringan internet sehingga tidak dapat mengambil/mengakses data yang ada di Web/Portal yang ada.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

LAPORAN KASUS LAPORAN KASUS Ca Mammae Ca Mammae Dokter Pembimbing Dokter Pembimbing :  : Dr. Budi Suanto Sp.B Dr.. &EMERISAAN III.. &on invasive carcinoma. a. &on

walaupun teori utama tentang gangguan adalah psikososial, kenyataan bahwa orang yang terkena adalah didalam keluarga yang sama pada lebih dari 95 persen kasus

Terdapat empat makna hasil penelitian yaitu pengalaman kehidupan penderita TB paru terindikasi buruk, makna hidup penderita TB paru adalah penderitaan, hambatan kehidupan yang

Pembinaan Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Kualitas Pelaksanaan Program Supervisi di Gugus Hasanudin Kebonagung Demak, Program Pascasarjana Magister Managemen

Keputusan Panitera Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 002.A/SK/PAN/I/2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 03 Tahun

52 menyatakan bahwa laba atau rugi transaksi selisih kurs merupakan hasil dari pengaruh perubahan nilai tukar mata uang asing yang berbeda dengan mata uang

Hasil ini hampir serupa dengan hasil penelitian Bailey et al (1995) yang menempatkan rasamala dalam indeks nilai guna tertinggi. Berdasarkan kajian lapangan dan wawancara, tentu

Dalam rangka memperingati Hari Lanjut Usia Nasional ke-20 yang jatuh pada tanggal 29 Mei 2016, maka pada Ibadah Hari Minggu, tanggal 29 Mei 2016 pukul 09.00 WIB di gedung Gereja