• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA MATERI GELOMBANG BUNYI DI SMA NEGERI 9 SINJAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA MATERI GELOMBANG BUNYI DI SMA NEGERI 9 SINJAI"

Copied!
205
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HARNI 105391108416

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2021

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan

OLEH HARNI 105391108416

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2021

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

“(Be Yourself) Jadilah diri sendiri dan bantulah orang yang membutuhkan”

Kupesembahkan karya ini untuk:

Kedua orangtuaku, saudara, sahabatku, dan teman-temanku atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis

(8)

(Dibimbing oleh Djajadi dan Andriani).

Kemampuan berpikir kreatif merupakan perkara penting yang tertuang secara tidak langsung dalam tujuan pembelajaran fisika di dalam kerangka kurikulum 2013 yakni menguasai konsep dan prinsip serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri peserta didik. Namun, kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang masih rendah, di mana hanya ada sejumlah peserta didik yang dapat mengembangkan kemampuan atau keterampilan berpikir mereka dalam mengerjakan pertanyaan fisika. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kevalidan, keefektifan dan kepraktisan suatu instrumen tes kemampuan berpikir kreatif peserta didik materi gelombang bunyi. Jenis penelitian yang digunakan adalah R & D (Research and Development) dengan mengadopsi model ADDIE yaitu Analysis, Design, Development, Implementation dan evalution yang memiliki desain penelitian melalui tujuh tahap. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 9 Sinjai dengan jumlah 28 peserta didik dengan asumsi bahwa seluruh kelas homogen. Adapun instrumen penelitian yang digunakan ialah tes berbasis kemampuan berpikir kreatif yang berjumlah 30 butir soal dalam bentuk essay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen tes kemampuan berpikir kreatif pada uji validasi yang dilakukan oleh dua validator yang memiliki rata rata 3,19 dengan persentase penilaian yaitu 79,69 % yang termaksud kedalam valid dan layak digunakan dengan sedikit revisi. Untuk analisis kepraktisan dilihat dari respon 2 pendidik mengenai instrumen yaitu 96 % yang masuk dalam kategori sangat layak. Kemudian respon dari 28 peserta didik mengenai instrumen melalui angket yaitu 88,28 % yang masuk dalam kategori sangat layak. Untuk analisis keefektifan instrumen tes kemampuan berpikir kreatif menggunakan indeks N-Gain diperoleh nilai rata-rata 0,51 dalam kategori sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan instrumen tes kemampuan berpikir kreatif peserta didik valid dan efektif digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Akhirnya, untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif senantiasa mengikuti apa yang disarankan pendidik sehingga peserta didik lebih mudah dalam mengerjakan pertanyaan yang bertujuan untuk mempertajam keterampilan berpikir kreatif mereka. Kata Kunci : Berpikir Kreatif, Gelombang Bunyi, Instrumen, Pengembangan

(9)

pencipta alam semesta penulis panjatkan kehadirat-Nya, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah pada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa istiqamah untuk mencari Ridha-Nya hingga di akhir zaman.

Skripsi dengan judul “Pengembangan Instrumen Tes Kemampuan

Berpikir Kreatif Pada Materi Gelombang Bunyi Di SMA Negeri 9 Sinjai”

diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Berbekal dari kekuatan dan ridha dari Allah SWT semata, maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan meski dalam bentuk yang sangat sederhana. Tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, akan tetapi penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada keberhasilan tanpa kegagalan.

Teristimewa dan terutama sekali penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada kedua oran tua yang tercinta ayahanda Lukman dan Ibunda

Rosni atas segala pengorbanan dan doa restu yang telah diberikan demi

keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu sejak kecil sampai sekarang ini. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadikan kebaikan dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat. Dengan pertolongan Allah SWT, yang hadir lewat uluran tangan serta dukungan dari berbagai pihak. Karenanya, penulis menghaturkan terima kasih yang tiada terhingga atas segala bantuan modal dan spritual yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan istimewa juga penulis sampaikan kepada Bapak Muhammad Djajadi, M. Pd., Ph.D dan Ibu Andi Arie Andriani,

S.Si.,M.Pd selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan dan semangat kepada penulis sejak penyusunan proposal hingga terselesainya skripsi ini.

(10)

2. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Ibu Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd dan Bapak Ma’ruf S.Pd., M.Pd , selaku Ketua dan Sekertaris Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak dan Ibu dosen Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah mengajar dan mendidik mulai dari semester awal hingga penulis menyelesaikan studinya di Perguruan Tinggi ini. 5. Bapak Sunardi, M.Si selaku Kepala SMA Negeri 9 Sinaji yang telah

memberikan izin penulis mengadakan penelitian sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Muliati, S.Pd dan Ibu Haerul Bariah S.Pd, selaku guru mata pelajaran fisika SMA Negeri 9 Sinjai yang telah memberikan izin penulis mengadakan penelitian dan sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Peserta didik kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 9 Sinjai atas kesediaannya menjadi subjek penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kak Irmawati S.Kep atas segala bantuannya, saran dan dukungan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa prodi Fisika terkhusus angkatan 2016, serta teman-teman yang tidak sempat saya sebut namanya yang telah banyak membantu dalam menyelesaiakan tugas akhir ini.

10. Teman-temanku Kuker Deli Anggraeni Lubis dan Sri Restika atas segala bantuan, dukungan dan perhatiannya yang tak akan pernah telupakan.

Akhirnya, sebagai penutup penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,”Manusia adalah kejadian sempurna, tetapi kebanyakan dari perbuatannya adalah tidak sempurna”, oleh karena itu penulis masih serta-merta mengharapkan kritikan demi pengembangan wawasan penulis kedepannya.

(11)

Makassar, Juni 2020 Penulis

(12)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

SURAT PERNYATAAN ...iv

SURAT PERJANJIAN ...v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK………...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL...xiii DAFTAR GAMBAR...xiv DAFTAR LAMPIRAN...xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...6 C. Tujuan Penelitian...6 D. Manfaat Penelitian...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka...9

1. Instrumen Tes...9

2. Kemampuan Berpikir Kreatif…...10

3. Pengembangan Instrumen Berpikir Kreatif...13

4. Model ADDIE ...………15

5. Materi Gelombang Bunyi...19

B. Hasil Penelitian Relevan……….……...26

C. Kerangka Pikir...27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...30

(13)

G. Teknik Analisis Data………...35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...42 B. Pembahasan ...64 BAB V PENUTUP A. Simpulan ...69 B. Saran ...69 DAFTAR PUSTAKA...70 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...73 RIWAYAT HIDUP

(14)

Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu...26

Tabel 3.1 Aturan Pemberian Skor………..36

Tabel 3.2 Skala Kelayakan Instrumen Tes Kemampuan Bepikir Kreatif……...32

Tabel 3.3 Kriteria Kevalidan………...…...36

Tabel 3.4 Kriteria Presentase Skor……….………...37

Tabel 3.5 Kriteria Uji Reliabelitas………...39

Tabel 3.6 Kriteria Kesukaran Soal……….39

Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda………..40

Table 3.8 Kriteria Nilai N-Gain………...………..41

Tabel 4.1 Hasil Validasi Instrumen Berbasis KBK ...45

Tabel 4.2 Menyajikan Saran Perbaikan dari Validator...48

Tabel 4.3 Saran dan Hasil Perbaikan ...48

Tabel 4.4 Hasil Uji Coba Instrumen KBK pada Pendidik ...52

Tabel 4.5 Hasil Uji Coba Instrumen KBK pada Peserta Didik...54

Tabel 4.6 Presentase Nilai Peserta Didik ...57

Tabel 4.7 Reliability Statistics...58

Tabel 4.8 Analisis Tingkat Kesukaran Soal ...59

Tabel 4.9 Analisis Daya Pembeda Instrumen KBK ...61

(15)

Gambar 3.1 Desain Pengembangan ADDIE………..30

Gambar 3.2 Tahapan Pengembangan……….32

Gambar 4.1 Presentasi Hasil Validasi Instrumen Para Ahli...47

Gambar 4.2 Presentasi Hasil Respon Instrumen Pada Guru...54

(16)

1. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Sebelum Revisi…………..75

2. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Setelah Revisi…………..108

LAMPIRAN B 1. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif………..142

2. Soal Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif……….145

LAMPIRAN C 1. Uji Validitas Para Ahli………151

2. Hasil Uji Coba Produk Oleh Peserta Didik………152

3. Daya Pembeda………153

4. Data Lengkap Penelitian……….155

5. Indeks N-Gain……….158

LAMPIRAN D Dokumentasi………160

LAMPIRAN E Persuratan………164

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika sebagai salah satu cabang dari sains merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari materi dan energi serta interaksi antara keduanya. Mata pelajaran fisika menjadi salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan dihindari dihindari peserta didik karena membutuhkan keseriusan, ketekunan dan banyak latihan. Salah satu tujuan fisika di sekolah menengah adalah bahwa peserta didik dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip-prinsip fisika dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Depdiknas (2006) Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari gejala alam dan menerangkan bagaimana gejala tersebut terjadi. Selain itu fisika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting karena fisika dapat melatih dan meningkatkan pola pikir peserta didik menjadi lebih cermat, kreatif serta kritis. Melalui pembelajaran fisika, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerja sama secara efektif .

Pentingnya kemampuan berpikir kreatif tertuang secara tidak langsung dalam tujuan pembelajaran fisika di dalam kerangka kurikulum 2013 ialah menguasai konsep dan prinsip serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan

(18)

teknologi (Kemendikbud, 2014). Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut, maka penyelenggaraan mata pelajaran fisika harus menjadi wahana atau sarana untuk melatih para peserta didik agar dapat menguasai pengetahuan, konsep, dan prinsip fisika. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tawil dan Haris (2016), Keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan atau kemampuan kognitif untuk memunculkan dan mengembangkan ide-ide baru, ide-ide baru sebagai perkembangan gagasan dan keterampilan sebelumnya untuk memecahkan masalah dalam divergen (dari berbagai sudut pandang).

Selain itu tujuan pembelajaran fisika yaitu mengembangkan kemampuan bernalar, dimana kemampuan berpikir bernalar mencakup berpikir dasar, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Dalam prosesnya pembelajaran fisika bukan hanya menekankan pada penguasaan konsep saja (konten) tetapi juga mengandung keempat hal yaitu konten atau produk, sikap dan teknologi sehingga pemahaman peserta didik terhadap fisika menjadi utuh dan dapat berguna untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.

Ayat al-qur’an yang menerangkan perintah tentang kreativitas secara tersirat terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 219. Allah berfirman:

Artinya: “Demikianlah, Alah menerangkan kepadamu ayat-ayat –Nya, agar kamu berpikir” (QS. Al Baqarah [2]: 219)

Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa sebenarnya Islam pun dalam hal kekreativitasan memberikan kelapangan pada umatnya untuk berkreasi dengan akal pikirannya dan dengan hati nuraninya (qalbunya) dalam menyelesaikan

(19)

persoalan-persoalan hidup di dalamnya. Bahkan, tidak hanya cukup sampai di sini, dalam al Qur’an sendiri pun tercatat lebih dari 640 ayat yang mendorong pembacanya untuk berpikir kreatif.

Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik perlu pemahaman konsep yang benar sesuai aturan yang relevan yaitu sesuai dengan ilmiah. Kontribusi kemampuan berpikir kreatif terhadap pemahaman konsep sebesar 29,16% yang berarti bahwa semakin tinggi nilai kemampuan berpikir kreatif maka semakin tinggi pula pemahaman konsep (Trianggono, 2017) .

Pada proses belajar mengajar di kelas, pembelajaran fisika yang disajikan pendidik hanya memberikan pembelajaran langsung dengan memberikan contoh soal dan tugas. Keadaan ini tentu tidak akan mampu mengubah anggapan peserta didik, bahwa fisika adalah pelajaran sains terkesan sulit, sehingga peserta didik lebih dahulu merasa tidak mampu sebelum mempelajarinya. Persepsi seperti ini akan mempengaruhi motivasi peserta didik untuk mempelajari dan memecahkan masalah-masalah fisika, dan pada akhirnya akan mempengaruhi kurangnya berpikir kreatif fisika peserta didik. Peserta didik diharapkan melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dalam pembelajaran fisika, sehingga peserta didik yang pada umumnya memiliki kemampuan rendah di sekolah dapat lebih berkembang.

Berpikir kreatif diperlukan untuk peserta didik karena ini adalah dasar untuk menanggapi respons yang diterima dalam menemukan solusi untuk masalah yang mereka hadapi. Mengingat masalah yang dihadapi tidak harus diselesaikan dengan cara yang ada, tetapi membutuhkan kombinasi baru baik dalam bentuk sikap, ide, dan produk pikiran sehingga masalah dapat diselesaikan. Diharapkan

(20)

bahwa peserta didik lebih terbuka, luwes dan fleksibel dalam menyelesaikan masalah. Keterampilan berpikir kreatif dapat ditingkatkan di mana saja termasuk sekolah melalui pembelajaran. Ini sesuai dengan apa tujuan pembelajaran fisika, yaitu melalui pembelajaran fisika, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan untuk memikirkan logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, dan memiliki keterampilan kolaboratif (Depdiknas, 2003).

Namun, keterampilan berpikir kreatif bukanlah target akhir pembelajaran fisika, karena kemampuan ini juga dibutuhkan oleh peserta didik untuk menguasai fisika itu sendiri. Berdasarkan wawancara awal dengan salah satu guru kelas XI SMA Negeri 9 Sinjai ditemukan fenomena pertama yaitu kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang masih rendah, di mana hanya ada sejumlah peserta didik yang dapat mengembangkan kemampuan atau keterampilan berpikir mereka dalam mengerjakan pertanyaan fisika tetapi ini masih dikatakan ada tetapi jarang. Salah satu contohnya adalah kebanyakan peserta didik Tidak dapat menjawab lebih dari satu jawaban. Demikian juga dalam proses penyelesaian masalah, proses penyelesaian masalah masih terpaku pada apa yang pernah dijelaskan guru. Siswa belum dapat menulis jawaban dengan cara yang berbeda.

Selanjutnya fenomena kedua yaitu instrumen penilaian tes yang dilakukan guru hanya sebatas memberikan pembelajaran langsung dengan memberikan contoh soal dan tugas keadaan seperti ini tentu akan mempengaruhi motivasi peserta didik untuk mempelajari dan memecahkan masalah-masalah fisika, dan pada akhirnya akan mempengaruhi kurangnya berpikir kreatif fisika peserta didik. Peserta didik seharusnya dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat

(21)

meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya dengan cara menerapkan model pembelajaran yang sesuai.

Selain itu, penelitian dan pengembangan tes kemampuan berfikir kreatif yang terkait materi IPA juga pernah dilakukan, seperti penelitian Marwiah dkk (2015) yang mengembangkan tes kemampuan berfikir kreatif berbentuk essay, dimana hasil penelitiannya yaitu hasil validasi ahli dan uji coba kelompok kecil menyatakan produk layak digunakan. Namun produk ini hanya dapat mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa khusus pada mata pelajaran IPA materi atom, ion, dan molekul.

Adapun penelitian yang mendukung yaitu penelitian Pengembangan Instrumen Tes Nurmadinah (2017) menyatakan bahwa instrumen tes yang telah dikembangkan memenuhi kriteria kualitas yang telah ditetapkan yaitu valid, reliabel, dan tingkat kesukaran serta daya pembeda instrumen tes secara keseluruhan sudah baik. Instrumen tes secara umum dinyatakan valid dengan interpretasi tinggi dengan melihat nilai rata-rata yang dihasilkan adalah 4,13 dengan kategori Valid. Instrumen tes juga memenuhi kriteria reliabilitas yaitu 0,88 dengan interpretasi reliabilitas sangat tinggi. Dengan demikian dihasilkan instrumen tes yang baik memenuhi kriteria kualitas instrumen tes pada penelitian ini sebanyak 15 soal.

Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai Pengembangan instrumen kemampuan berpikir kreatif untuk peserta didik di SMA Negeri 9 Sinjai berkaitan dengan materi Gelombang Bunyi. Instrumen penilaian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah instrumen

(22)

penilaian yang dapat mengukur kemampuan berpikir kreatif. Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Instrumen Tes Kemampuan

Berpikir Kreatif pada Materi Gelombang Bunyi di SMA Negeri 9 Sinjai”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana validitas instrumen tes kemampuan berpikir kreatif pada materi gelombang bunyi?

2. Bagaimana kepraktisan instrumen tes kemampuan berpikir kreatif pada materi gelombang bunyi?

3. Bagaimana efektifitas instrumen tes kemampuan berpikir kreatif pada materi gelombang bunyi?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan perumusan masalah yang dinyatakan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis validitas instrumen tes kemampuan berpikir kreatif pada materi gelombang bunyi dari kesesuaian penilaian validator

2. Menganalisis kepraktisan instrumen tes kemampuan berpikir kreatif pada materi gelombang bunyi yang telah dikembangkan

3. Menganalisis efektifitas instrumen tes kemampuan berpikir kreatif pada materi gelombang bunyi dengan angket yang diberikan

(23)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan referensi bagi pihak sekolah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan terhadap peningkatan kinerja pendidik . 2. Bagi pendidik, diharapkan dapat menjadi acuan dalam proses belajar

mengajar dalam rangka mengembangkan cara mengajarnya agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik

3. Bagi peserta didik, penelitian ini merupakan acuan peserta didik untuk lebih meningkatkan kemampuan berpikirnya agar dapat memahami dan mendalami materi pelajaran fisika serta lebih aktif belajar, bersikap positif, bertanggung jawab dan suka belajar fisika.

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Instrumen Tes

a. Pengertian Instrumen Tes

Menurut Sukmadinata (2010) menyatakan bahwa instrumen penilaian berupa tes yang bersifat mengukur, karena berisi tentang pertanyaan atau pernyataan yang alternatif jawabannya memiliki standard jawaban tertentu, benar salah maupun skala jawaban. Sedangkan menurut Sugiono (2017), instrumen penilaian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian.

Jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian adalah suatu alat tes yang digunakan untuk mengukur, berisi tentang pertanyaan dan pernyataan yang jawabannya memiliki standard jawaban tertentu, benar atau salah maupun skala jawaban. Instrumen penilaian untuk mengukur kreativitas peserta didik adalah alat tes yang digunakan untuk mengukur serta memberikan nilai atau menilai kreativitas peserta didik dalam memecahkan masalah fisika, mengubah model fisika, dan mengajukan pertanyaan. Dalam mengukur kreativitas dilihat dari aspek aptitude dan non aptitude.

b. Jenis-Jenis Instrumen Tes

Menurut Jihad dan haris (2009) Tes dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Tes lisan, adalah tes yang pelaksanaanya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab

(25)

secara langsung antara pendidik dan peserta didik. 2) Tes tertulis, adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. Tes tertulis dapat berupa: pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, uraian dan isian singkat. 3) Tes perbuatan, adalah tes yang dimaksudkan untuk mengukur keterampilan peserta didik dalam melakukan suatu kegiatan.

2. Kemampuan Berpikir Kreatif

a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan yang melibatkan pengembangan intelijen pada individu, dalam bentuk sikap, kebiasaan, dan tindakan dalam melahirkan sesuatu yang baru dan asli untuk menyelesaikan masalah (Sudarma, 2013). Keterampilan berpikir kreatif dapat dinaikkan jika peserta didik diberi kesempatan untuk memikirkan ide-ide baru (Skamp & Preston, 2005). Sedangkan menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010), berpikir kreatif adalah berpikir untuk melakukan sesuatu dengan menghasilkan cara atau hasil dari sesuatu yang telah dimiliki. Indikator kelas berpikir kreatif adalah menciptakan situasi pembelajaran yang menumbuhkan kekuatan pemikiran dan bertindak secara kreatif dan adanya tugas yang menantang munculnya karya-karya otentik dan modifikasi baru.

Menurut Munandar (1999), berpikir kreatif juga disebut berpikir berbeda atau kebalikan dari pemikiran konvergen. Berpikir divergen adalah berpikir untuk memberikan berbagai jawaban atau cara yang benar untuk masalah berdasarkan informasi yang diberikan penekanan pada jumlah dan kesesuaian. Sementara itu,

(26)

konvergensi berpikir berarti memberi satu jawaban untuk masalah berdasarkan informasi yang diberikan.

Menurut Williams dan Munandar (1992), keterampilan berpikir kreatif memiliki karakteristik berikut:

1) Berpikir lancar

a) mampu memicu banyak ide, jawaban, pertanyaan atau menyelesaikan masalah

b) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal 2) Pikirkan luwes (fleksibel)

a) menghasilkan banyak ide, jawaban, pertanyaan, atau masalah resolusi yang bervariasi

b) dapat melihat masalah dari perspektif yang berbeda-beda c) Mencari berbagai arahan yang berbeda

d) sanggup mengubah cara pendekatan atau cara berpikir 3) Berpikir original

a) mampu melahirkan ekspresi baru dan unik

b) Berikan cara yang tidak biasa untuk mengekspresikan diri

c) mampu membuat kombinasi bagian atau elemen unsur yang tidak biasa 4) Elaborasi

a) dapat memperkaya dan mengembangkan ide atau produk

b) Tambahkan atau detail detail objek, ide, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik

(27)

5) Evaluasi

a) Tentukan tolok ukur nilainya sendiri

b) Mampu membuat keputusan tentang situasi terbuka

c) Tidak hanya memicu gagasan itu, tetapi juga menerapkannya

Menurut SatiAdarma & Waruwu (2003), pemikiran kreatif sebagai proses pemikiran yang memiliki langkah-langkah: (1) persiapan, (2) inkubasi, (3) iluminasi, dan (4) verifikasi. Dalam langkah persiapan seseorang yang mencoba mengumpulkan berbagai macam informasi yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Dalam langkah inkubasi, seseorang dengan sengaja untuk sementara waktu tidak memikirkan masalah yang dicari oleh solusi. Dalam langkah iluminasi, rencana kerusakan atau resolusi telah ditemukan. Namun, ide ini biasanya masih dalam bentuk ide dasar atau garis besar. Langkah terakhir adalah verifikasi, yang sedang mengevaluasi atau memastikan jawaban atas masalahnya benar, dan kemudian melaksanakan ide yang ditemukan. Jika berhasil, proses berpikir kreatif selesai.

Karakteristik kemampuan berpikir kreatif menurut Wena (2009) meliputi: keterlibatan peserta didik intelektual dan emosional dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan konsep mereka sendiri ditinjau melalui interpretasi dengan berbagai cara seperti observasi, diskusi, atau eksperimen, yang diberikan peserta didik Kesempatan untuk bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas bersama, dan menjadi kreatif seseorang harus bekerja keras, berdedikasi, antusias, dan kepercayaan diri. Karakteristik tingkat keterampilan

(28)

berpikir kreatif ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel berisi perbedaan dalam penampilan aspek berpikir kreatif di setiap level.

Tabel 2.1 Karakteristik Kemampuan Berpikir Kreatif

Tingkat kemampuan karakteristik.

Tingkat kemampuan karakteristik.

Level 4 (sangat kreatif)

Peserta didik dapat memecahkan masalah dengan lebih dari satu solusi dan dapat mengembangkan cara lain untuk menyelesaikannya. Salah satu solusi memenuhi aspek orisinalitas (hal baru). Beberapa masalah dibangun memenuhi aspek-aspek orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaborasi.

Level 3 (Kreatif)

Peserta didik dapat memecahkan masalah dengan lebih dari satu solusi, tetapi tidak dapat mengembangkan cara lain untuk menyelesaikannya. Salah satu solusi memenuhi aspek orisinalitas. Pada tingkat ini juga siswa dapat mengembangkan cara lain untuk menyelesaikan masalah (fleksibilitas), kemampuan untuk menyatakan penggunaan (elaborasi), tetapi tidak memiliki cara lain dari yang lain (orisinalitas)

Level 2 (cukup kreatif)

Peserta didik dapat memecahkan masalah dengan satu solusi yang berbeda dari yang lain (orisinalitas) tetapi tidak memenuhi aspek kefasihan, fleksibilitas dan elaborasi atau siswa dapat menyelesaikan masalah dengan mengembangkan solusi (fleksibilitas) tetapi tidak baru Non-Jawaban Lancer

level 1 (kurang kreatif

Peserta didik dapat memecahkan masalah dengan lebih dari satu solusi (kelancaran) tetapi tidak dapat mengembangkan solusi dan tidak memenuhi aspek baru.

Level 0 (tidak kreatif)

Peserta didik tidak dapat menyelesaikan masalah dengan lebih dari satu solusi dan tidak dapat mengembangkan cara lain untuk menyelesaikannya. Dia juga tidak dapat menyebabkan solusi baru.

(Sumber: Siswono, 2011: 551).

3. Pengembangan Instrumen Berpikir Kreatif

a. Pengertian Pengembangan Instrumen

Dalam penelitian, instrumen memegang peranan penting untuk menentukan apakah data yang diperoleh pada penelitian tersebut baik atau tidak. Menurut

(29)

Nasution (2003) suatu alat pengukur dikatakan valid jika alat itu mengukur apa yang harus di ukur alat itu. Dengan demikian, apabila instrumen penelitian tergolong valid, maka akan dapat memperoleh data yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Sebaliknya, apabila instrumen penelitian tergolong tidak valid maka data yang diperoleh menjadi tidak sesuai. Dalam mengembangkan instrumen penelitian terdapat Langkah langkah yang harus dilakukan sehingga memperoleh instrumen penelitian yang sesuai. Pengembangan instrumen penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D) dengan model ADDIE yang dikembangkan oleh Amri. Model ADDIE dibagi menjadi lima tahap pengembangan instruksional yaitu yakni (1) analysis, (2) design, (3) development,

(4) implementation, dan (5) evaluation.

Untuk instrumen tes yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dalam bentuk essai yang memiliki bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat.

b. Langkah-Langkah Pengembangan Instrumen Berpikir Kreatif

Pengembangan Instrumen penilaian berpikir kreatif dapat dilakukan melalui tahapan. Drapeau (2014) menyatakan bahwa langkah pengembangan instrumen penilaian berpikir kreatif dapat dilakukan melalui tiga tahapan diantaranya adalah: 1) memadukan definisi operasional kreativitas dengan isi mata pelajaran yang diajarkannya; 2) mengidentifikasi tujuan pembelajaran kreativitas; dan 3) menyusun rubrik penilaian. Instrumen penilaian tersebut masih bersifat umum sehingga pada langkah ketiga dapat diperluas dengan langkah penilaian autentik.

(30)

Abidin (2016) berpendapat pula bahwa pengembangan penilaian berpikir kreatif dilakukan melalui lima tahapan yaitu: 1) menentukan standar yang akan diukur; 2) menetapkan konstruk yang akan dinilai; 3) menetapkan tugas autentik yang akan dikerjakan peserta didik; 4) mengembangkan kriteria penilaian; dan 5) menyusun rubrik penilaian.

4. Model Pengembangan Analysis, Design, Development, Implementation,

dan Evaluation (ADDIE)

a. Pengertian model ADDIE

Model pengembangan diartikan sebagai proses desain konseptual dalam upaya peningkatan fungsi dari model yang telah ada sebelumnya, melalui Penambahan komponen pembelajaran yang dianggap meningkatkan kualitas pencapaian tujuan. ADDIE adalah singkatan dari analysis, design, development,

implementation dan evaluation. Menurut langkah pengembangan produk, model

penelitian dan pengembangan ini lebih rasional dan lebih lengkap daripada model 4D (mendefinisikan, desain, pengembangan, dan penyebaran). Model ini dapat digunakan untuk berbagai bentuk pengembangan produk seperti model, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan materi pengajaran. Model Addie dikembangkan oleh Dick dan membawa ke sistem pembelajaran desain. Addie muncul pada 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsi Addie adalah pedoman dalam membangun infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan dinamis dan kinerja pelatihan itu sendiri.

b. Langkah-Langkah Model ADDIE

(31)

1. Analysis (analisis)

Analysis (analisis) adalah membutuhkan penilaian, mengidentifikasi masalah

(kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (analisis tugas). Tahap analisis adalah proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta pembelajaran, yaitu penilaian kebutuhan (perlu analisis), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (analisis tugas). Oleh karena itu, output yang akan kami hasilkan adalah karakteristik atau profil calon peserta, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan terperinci dan analisis tugas berdasarkan kebutuhan.

2. Design (desain)

Apa yang kami lakukan dalam tahap desain ini, pertama, rumuskan tujuan pembelajaran SMAR (spesifik, terukur, berlaku, dan realistis). Kemudian buat tes, di mana tes harus didasarkan pada tujuan tujuan pembelajaran telah dirumuskan sebelumnya. Kemudian tentukan strategi pembelajaran media dan apa yang benar harus mencapai tujuan itu. Selain itu, ada juga sumber pendukung lainnya, seperti sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar seperti itu, dan lainnya. Semua itu terkandung dalam sebuah dokumen bernama Blue-Print yang jelas dan detail. Desainnya adalah langkah kedua dari model desain sistem pembelajaran ADDIE. Langkah ini adalah:

a) Inti dari langkah-langkah analisis untuk mempelajari masalah kemudian menemukan solusi alternatif yang berhasil diidentifikasi melalui kebutuhan akan analisis kebutuhan.

b) Langkah-langkah penting yang perlu dilakukan, menentukan pengalaman belajar yang perlu diderita oleh peserta didik selama kegiatan belajar.

(32)

c) Langkah-langkah yang harus dapat menjawab pertanyaan, dapatkah program pembelajaran dapat mengatasi masalah kesenjangan dalam kemampuan peserta didik?

d) Kesenjangan kemampuan di sini adalah perbedaan kemampuan peserta didik dengan kemampuan harus dimiliki oleh peserta didik. Contoh kemampuan pernyataan GAP: • peserta didik tidak dapat mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan setelah mengikuti proses pembelajaran. • peserta didik hanya mampu mencapai tingkat kompetensi 60% dari standar kompetensi yang telah diuraikan.

3. Development (Pengembangan)

Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print yang menjadi kenyataan. Artinya, jika desain diperlukan perangkat lunak dalam bentuk pembelajaran multimedia, multimedia harus dikembangkan. Salah satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah percobaan sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang bagian dari satu langkah Addie, yaitu evaluasi. Pengembangan adalah langkah ketiga dalam mengimplementasikan model desain model sistem pembelajaran ADDIE. Langkah pengembangan termasuk membuat, membeli, dan memodifikasi bahan pengajaran. Dengan kata lain termasuk memilih kegiatan, menentukan metode, media dan strategi pembelajaran yang cocok untuk digunakan dalam memberikan materi atau substansi program.

Dalam melaksanakan langkah-langkah pengembangan, ada dua tujuan penting yang perlu dicapai. Seperti:

(33)

a) memproduksi, membeli, atau merevisi materi pengajaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.

b) Pilih media atau kombinasi media terbaik yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Saat melakukan langkah pengembangan, seorang desainer akan membuat pertanyaan kunci yang harus dicari.

4. Implementation (Implementasi / Eksekusi)

Implementasi adalah langkah nyata untuk mengimplementasikan sistem pembelajaran yang kami buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan dipasang atau diatur sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsi mereka untuk diimplementasikan. Implementasi atau pengajuan bahan pembelajaran adalah langkah keempat dari model desain sistem pembelajaran ADDIE. Tujuan utama implementasi adalah sebagai berikut:

a) Pandu peserta didik untuk mencapai tujuan atau kompetensi.

b) memastikan terjadinya pemecahan masalah / solusi untuk mengatasi kesenjangan dalam hasil belajar yang dihadapi oleh peserta didik.

c) Pastikan bahwa pada akhir program pembelajaran, siswa perlu memiliki kompetensi - pengetahuan, keterampilan, dan sikap - apa yang dibutuhkan. Pertanyaan kunci yang harus dicari oleh jawaban oleh perancang program pembelajaran ketika melakukan langkah-langkah implementasi adalah sebagai berikut: • Apa metode pembelajaran yang paling efektif untuk pengajuan bahan atau materi pembelajaran? • Upaya atau strategi seperti apa yang dapat dilakukan untuk menarik dan menjaga minat pada siswa untuk tetap fokus pada zat pembelajaran atau substansi pembelajaran?

(34)

5. Evaluation (evaluasi/ umpan balik)

Evaluasi yaitu proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap di atas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Evaluasi merupakan langkah terakhir dari model desain sistem pembelajaran ADDIE. Evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program pembelajaran.

Evaluasi program pembelajaran bertujuan untuk menentukan sejumlah hal, yaitu:

a) Sikap siswa untuk kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.

b) Peningkatan kompetensi pada peserta didik, yang merupakan dampak dari partisipasi dalam program pembelajaran.

c) Manfaat yang dirasakan oleh sekolah karena peningkatan kompetensi peserta didik setelah berpartisipasi dalam program pembelajaran.

5. Materi Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal dan mekanik yang dapat merambat melalui zat padat, cair, atau gas. Gelombang longitudinal adalah getaran yang sejajar dengan arah kekerasannya (Halliday, et al. 2010). Gelombang suara perlu waktu untuk menyebar dari satu tempat ke tempat lain. Hasil dari jarak yang diambil, s, dengan interval waktu, t, didefinisikan sebagai suara pelanggaran cepat, v.

(35)

Keterangan:

v: cepat rambat bunyi (m/s) s: jarak (m)

t: waktu (s)

Adapun klasifikasi cepat rambat bunyi yaitu sebagai berikut: a. Cepat rambat bunyi di udara

Ketika garpu tala digetarkan di atas tabung, dan ketika menurunkan tabung secara perlahan maka akan terdengar bunyi dengungan. Posisi di permukaan air selalu simpul S dan pada ujung tabung selalu perut P. Jarak antara simpul dan perut yang berdekatan adalah ( adalah panjang gelombnag bunyi) sehingga . Dengan frekuensi garpu tala yang telah diketahui cepat rambat bunyi v dapat ditentukan dari persamaan dasar gelombang pada Persamaan berikut.

̅ = λ

………

(2.2)

b. Cepat rambat bunyi dalam zat padat

Cepat rambat bunyi dalam zat padat tergantung padajenis dan massa jenis logamnya. Persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan cepat rambat bunyinya adalah

̅ = √

………

(2.3)

Keterangan:

E = modulus elastisitas bahan logam (N/ atau Pa) ρ = massa jenis bahan logam (kg/ )

(36)

Cepat rambat bunyi dalam gas tidak bergantung pada tekanan. Artinya, jika hanya tekanan gas yang diubah, cepat rambat bunyi adalah tetap. Persamaan yang biasanya digunakan dalam mencari cepat rambat bunyi dalam gas adalah

̅ = √

………...

(2.4)

Keterangan:

γ = tetapan Laplace

R = tetapan umum gas = 8.300 J kmo

T = suhu mutlak (K)

M = massa molekul gas (kg kmo )

Gejala-gejala pada gelombang bunyi yaitu sebagai berikut: 1) Refleksi gelombang bunyi

Bunyi itu tercermin dari penghalang. Refleksi bunyi juga memenuhi hukum refleksi, yaitu sudut datang dan sudut pandang. Refleksi bunyi dalam ruang tertutup menyebabkan Gaung atau Kerdam, yang merupakan bagian dari refleksi bersama dengan suara asli sehingga suara asli menjadi tidak jelas.

2) refraksi gelombang bunyi

Pada malam hari suara kilat terdengar lebih sulit daripada pada siang hari. Pada siang hari udara di lapisan atas lebih dingin dari lapisan bawah. Cepat rambat bunyi pada suhu dingin lebih kecil dari suhu panas. Dengan demikian, kecepatan bunyi di lapisan udara atas lebih kecil dari kecepatan bunyi di lapisan bawah. Jadi, pada siang hari, bunyi kilat yang terlambat dari lapisan udara atas (media lebih rapat) ke lapisan bawah (media kurang rapat) akan dibiaskan menjauhi garis normal.

(37)

3) Difraksi gelombang bunyi

Gelombang terdefraksi yang mudah karena gelombang bunyi di udara memiliki panjang gelombang dalam kisaran beberapa sentimeter hingga beberapa meter (bandingkan dengan gelombang panjang gelombang mulai dari 500 nm. Dengan demikian, gelombang panjang gelombang lebih lama. lebih mudah untuk mengalami difraksi.

4) Interferensi gelombang bunyi

Gangguan antara dua gelombang bunyi yang memiliki panjang gelombang yang sama dan merambat melalui titik yang sama, tergantung pada perbedaan fase antara dua gelombang. Gangguan sepenuhnya konstruktif terjadi jika dua gelombang yang bertemu adalah sefase atau memiliki lintasan yang berbeda yang merupakan kelipatan bulat dari panjang gelombang, n. Interferensi yang sepenuhnya merusak jika kedua gelombang memenuhi tetapi fase yang berbeda atau memiliki lintasa yang berbeda, maka (n - ) λ.

5) Efek Doppler

Efek Doppler merupakan efek yang diajukan (meskipun tidak sepenuhnya berhasil) pada tahun 1842 oleh fisikawan Austria Johann Christian Doppler. Jika detektor atau sumber sedang bergerak, atau keduanya bergerakbersama, frekuensi yang dipancarkan dan frekuensi yang dideteksi berkaitan dengan

=

⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗⃗

(38)

Dimana ⃗ adalah laju bunyi melewati udara, ⃗⃗⃗⃗⃗⃗adalah laju detektor/pendengan relatif terhadap udara dan ⃗⃗⃗⃗⃗ adalah laju sumber relatif terhadap udara.

6) Pelayangan gelombang

Pelayangan timbul bilamana dua gelombang dengan frekuensi yang sedikit berbeda, dan terdengar/tertangkap secara bersamaan. Frekuensi layangan adalah

=

-

………

(2.6)

Karakteristik gelombang bunyi antara lain: a. Gelombang stasioner transversal pada senar

Superposisi antara gelombang datang transversal dan gelombang pantul transversal mencerminkan gelombang dengan ujung tetap dari tali seupas menghasilkan gelombang stasioner transversal, yang berubah amplitudo. Poin ketika amplitudo maksimum disebut lambung dan titik titik amplitudo nol disebut simpul. Dalam resonansi string stasioner transversal terdiri dari beberapa perut dan node. Frekuensi pada resonansi string adalah

=

=

⃗⃗

=

= √

………..

(2.7)

dengan n= 1,2,3,...

Dengan kata lain, frekuensi nada-nada atas senar adalah kelipatan bulat dari frekuensi nada dasarnya.

(39)

b. Pipa organa terbuka

Pipa organa dengan ujung terbuka (terkait dengan udara luar) disebut pipa organa terbuka. Pola nada dasar pipa organa terbuka adalah 2 perut dan 1 simpul. Panjang kolom udara sama dengan ½ (jarak antara 2 perut yang berdekatan).

=

⃗⃗

=

⃗⃗

………

(2.8)

Persamaan umum frekuensi alami atau frekuensi resonansi pipa organa terbuka ini adalah

=

=

⃗⃗

……….

(2.9)

dengan n=1,2,3,.... c. Pipa organa tertutup

Jika ujung pipa organa ditutup, pipa organa disebut pipa organis tertutup. Di ujung pipa tertutup, udaranya tidak bebas bergerak sehingga di ujung pipa selalu ada simpul. Pada nada dasar pipa oranye tertutup terjadi 1 perut dan 1 simpul. Panjang pipa sama dengan ¼ (jarak antara lambung dan node yang berdekatan)

.

=

⃗⃗

=

⃗⃗

………..

(2.10)

Secara umum frekuensi-frekuensi alami pipa organa tertutup adalah

=

=

⃗⃗

………

(2.11)

dengan n=1,2,3,....

Gelombang memindahkan energi dari satu tempat ke tempat lain. Ketika gelombang melalui media, energi dipindahkan dalam bentuk energi getaran dari satu partikel ke partikel lain dalam medium.

(40)

1) Intensitas gelombang

Intensitas gelombang didefinisikan sebagai kekuatan gelombang yang dipindahkan melalui bidang satu unit yang tegak lurus dengan arah uap gelombang. Ditulis secara matematis sebagai berikut:

I =

………..

(2.12)

Keterangan:

I = intensitas gelombang (W/ ) P = daya (W)

A = luas bidang ( ) 2) Taraf intensitas bunyi

Bunyi yang diukur oleh detektor suara tidak dinyatakan dalam unit WM ^ (- 2), tetapi dalam desibel (dB). Unit desibel adalah unit bel (unit yang dipanggil untuk menghargai penemu telepon, Alexander Graham Bell). Jumlah ini disebut tingkat intensitas suara atau intensitas relatif, yang secara matematis ditulis sebagai berikut

= 10 log

………..

(2.13)

Keterangan:

I = intensitas bunyi (W/ )

= intensitas standar = W/

(41)

B. Hasil Penelitian Relevan

Adapun hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini dapat diuraikan pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Hasil Penelitian

1. Siti marwiah, dkk (jurnal, 2015) Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Kreatif pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Materi Atom, Ion, dan Molekul SMP Islam Al Falah

Hasil validasi ahli dan uji coba kelompok kecil menyatakan produk layak digunakan. Namun produk ini hanya dapat mengukur

keterampilan berpikir kreatif siswa khusus pada mata pelajaran IPA materi atom, ion, dan molekul.

2. Nuni Fitriarosah (jurnal, 2016)

Pengembangan instrumen berpikir kreatif matematis untuk siswa Sekolah

Menengah Pertama

Hasil dari analisis dan diskusi, dapat disimpulkan bahwa tes instrumen keterampilan berpikir kreatif matematika yang telah diatur secara sah dalam hal konten, wajah dan dalam hal validitas empiris. Selain itu, instrumen tes berpikir kreatif ini memiliki keandalan tinggi 0,720. Perangkat pengujian instrumen ini mempunyai tingkat kekuatan yang berbeda (baik) dan tingkat kesulitan didistribusikan secara merata ke serangkaian tes ini ada pertanyaan yang sulit, sedang dan mudah. Dengan demikian, 4 tes keterampilan berpikir kreatif kreatif matematika ini dapat digunakan sebagai instrumen pengumpulan data. 3. La Moma

(jurnal, 2015)

Pengembangan instrumen berpikir kreatif matematis untuk siswa Sekolah

Menengah Pertama

Dari data analisis dan diskusi didapatkan bahwa uji

keterampilan berpikir kreatif matematika (KBKM) telah disiapkan dan di validasi di

(42)

konten. Dan mempunyai keandalan moderat, tes juga mempunyai kekuatan

Tingkat kesulitan sederhana. Jadi item diuji tentang keterampilan berpikir kreatif matematika (KBKM) dapat digunakan sebagai instrumen pengumpulan data penelitian. 4. Retno nur

iswari dkk (jurnal, 2017)

Pengembangan Instrumen Penilaian Berpikir Kreatif Pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit di Kelas X SMA/MA

Pada tahapan proses validasi dilakukan oleh ahli materi, ahli konstruk dan ahli bahasa. Dalam proses pemvalidasian terdapat revisi untuk

memperbaiki instrumen. Pada aspek materi perbaikan lebih ditekankan pada batasan pertanyaan dan jawaban yang masih mengambang, Pada aspek konstruk lebih ditekankan pada susunan aspek yang akan diukur dalam soal. Pada aspek bahasa perbaikan lebih ditekankan terkait kosakata yang terdapat pada soal dan jawaban

5. Beni saputro (skripsi, 2018)

Pengembangan

instrumen kemampuan tingkat tinggi untuk mengukur pencapaian hasil belajar fisika peserta didik kelas XI materi optika

Instrumen penilaian berupa tes pilihan ganda telah memenuhi syarat validitas isi yang didapatkan dari

penilaian ahli dengan indeks V Aiken pada rentang 0,94 sampai 1,00

C. Kerangka Pikir

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, pendidik diharapkan dapat membimbing peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir kreatif melalui proses belajar mengajar yang diterapkan. Hingga saat ini, banyak model pembelajaran telah diperkenalkan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik, tetapi temuan-temuan di lapangan menunjukkan bahwa

(43)

banyak pendidik masih menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pendidik. Pendekatan ini memicu keterampilan berpikir kreatif yang lemah dari peserta didik. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pendidik adalah pendekatan yang kurang baik untuk mendukung pengembangan keterampilan berpikir kreatif peserta didik.

Sebagai tolak ukur guna mengetahui besarnya tingkat keberhasilan dalam pembelajaran yaitu dengan melaksnakan penilaian ataupun evaluasi. Penilaian yang dilaksanakan secara berkala, berkesinambungan dan menyuluruh guna mengukur ranah kognigtif, afektif dan juga psikomotorik yang dimiliki.Untuk mengukur ketiga ranah tersebut bisa dilaksanakan dengan instrumen tes, non tes maupun dengan pengamatan. Pengembangan ini menghasilkan produk berupa instrumen penilaian berfikir kreatif. Penelitian ini dilatar belakangi dengan kondisi yang ada dilapangan saati ini, yaitu pada penilaian pendidik lebih memfokuskan kepada ranah kognigtif dengan menggunakan instrumen berupa tes esai yang tingkatanya masih rendah. Hal ini disebabkan karena kemampuan pendidik dalam menyusun instrumen penilaian ranah kognitif yang lebih tinggi masih kurang. Fasilitas yang disediakan oleh sekolah juga kurang memadai serta dana sebagai biaya operasional perangkat instrumen penilaian tidak disedikan oleh sekolah serta belum adanya instrumen penilaian ranah kognitif yang lebih tinggi secara terstruktur dan tertulis. Sehingga berdasarkan kenyataan yang ada dilapangan, peneliti merasa perlu mengembangkan instrumen berfikir kreatif.

Penelitian ini diawali dengan identifikasi potensi dan masalah yang ada dilapangan, setelah dilakukan tahap identifikasi potensi dan masalah melalui

(44)

kegiatan pra penelitian selajutnya peneliti mengembangkan produk berupa instrumen penilaian berfikir kreatif. Sebelum instrumen penilaian berfikir kreatif disusun, terlebih dahulu dilakukan analisis KI-KD, kemudian disusun kisi-kisi instrumen penilaian berfikir kreatif sesuai pada KI-KD dan juga indikator. Berdasarkan hal itu, maka dalam penelitian dapat digambarkan kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Analisis kebutuhan guru dan peserta didik

Desain instrumen tes kemampuan berpikir kreatif

Pengembangan instrumen tes kemampuan berpikir kreatif

Instrumen valid Instrumen tidak valid

Validasi pakar

Uji coba

Peserta didik Pendidik

Evaluasi Revisi

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah model penelitian dan pengembangan. Yang dimaksud penelitian dan pengembangan atau research and

development (R&D) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka

mengembangkan suatu produk baru atau melengkapkan produk yang telah wujud agar dapat dipertanggung jawabkan (Salim & Haidir, 2019: 58). Jenis produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah instrumen penilaian. Model pengembangan yang digunakan adalah model ADDIE.

B. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah pendidik fisika dan peserta didik kelas XI MIPA 3 di SMA Negeri 9 Sinjai

C. Desain Penelitian

Gambar 3.1 Desain Pengembangan Model ADDIE (Sumber: Januszewki dan

Molenda 2008) Analysis Design Evaluation Development Implementation

(46)

Adapun penjelasan dari desain penelitian adalah sebagai berikut:

1. Analyze

Langkah awal sebelum melakukan pengembangan terhadap produk adalah penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan berupa observasi awal yaitu melakukan wawancara kepada pendidik mengenai penggunaan instrumen tes kemampuan berpikir kreatif sehingga diperoleh data yang dijadikan acuan mengenai kebutuhan untuk pengembangan instrumen tes di objek penelitian sebagai sampel penelitian untuk mempraktikkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik.

2. Design

Setelah melakukan tahap analisis maka pilih perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan berupa instrumen tes. Dengan instrumen tes disusun sesuai kompetensi dasar, silabus pada materi untuk melatih kemampuan berpikir kreatif fisika peserta didik.

3. Development

Setelah dilakukan design produk, kemudian dilakukan validasi design oleh validasi ahli. Validasi ini merupakan proses penilaian rancangan produk instrumen penilaian agar efektif dan efisien dalam melatih keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Setelah desain produk divalidasi, dapat diketahui kekurangan dari instrumen penilaian yang sedang berusaha dikembangkan. Kekurangan tersebut kemudian diperbaiki untuk mendapatkan produk yang lebih baik.

(47)

Produk yang telah divalidasi kemudian diuji coba. Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui tingkat kelayakan dan efektivitas instrumen. Uji coba produk dilakukan dengan cara uji kelompok kecil. Uji kelompok kecil dilakukan dengan menguji cobakan instrumen pada salah satu validator yang dipilih.

5. Evaluation

Setelah melalui tahap validasi dan uji coba produk, maka dapat diketahui hasil penilaian mengenai kelayakan instrumen tes. Jika belum sempurna maka hasil uji coba dijadikan bahan perbaikan dan penyempurnaan agar kemudian dapat diperbaiki menjadi instrument tes yang siap digunakan disekolah

D. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian dan Pengembangan ini menggunakan Tahapan penelitian yang diajukan oleh (Sugiono, 2017: 409), Tetapi dalam penelitian ini adaptasi disajikan dalam angka-angka berikut:

Gambar 3.2 Tahapan pengembangan

Potensi masalah Pengembangan instrumen

Validasi instrumen

Revisi awal Uji coba produk

Revisi akhir

Produk instrumen akhir

(48)

E. Pelaksanaan Kegiatan

1. Potensi dan Masalah

Pada tahap ini peneliti telah mengamati permasalahan di sekolah sehingga menyebabkan keterampilan berpikir kreatif dikembangkan. Potensi untuk mengembangkan instrumen kemampuan berpikir kreatif dengan mengambil bahan gelombang bunyi di SMA 9 Sinjai.

2. Pengembangan instrumen

Pada tahap ini pengembangan keterampilan berpikir kreatif peserta didik yang menjadi titik terfokus adalah gelombang bunyi. Perkembangan Instrumen akan mengikuti indikator keterampilan berpikir kreatif dengan bentuk instrumen essay dengan 30 poin yang bertujuan menganalisis tingkat keterampilan berpikir kreatif peserta didik dalam mata pelajaran fisika.

3. Validasi

Pada tahap selanjutnya, itu untuk melaksanakan validasi instrumen yang dilakukan oleh validator yang ahli dalam bidang instrument kemampuan berpikir kreatif untuk menguji kelayakan produk yang dilakukan sebelum produk diberikan pada peserta didik di sekolah.

4. Merevisi tahap awal

Data dari validasi instrumen dari dosen, revisi atau instrumen perbaikan akan dilakukan untuk menghasilkan instrumen referensi permanen. Semua saran dan kritik dari validator digunakan sebagai referensi untuk memperbaiki instrumen. Instrumen referensi menjadi kerangka yang akan digunakan sebagai pedoman untuk mengembangkan instrumen.

(49)

5. Uji coba produk

Draf Instrumen dalam ujian individu digunakan satu subjek penelitian. Ini dilakukan untuk melihat bagaimana kelayakan instrumen ini pada tahap persidangan untuk diberikan pada peserta didik di SMA Negeri 9 Sinjai dan menunjukkan hasil yang digunakan instrumen memiliki dampak positif.

6. Merevisi tahap akhir

Dalam revisi trakhir setelah pengaplikasian dilakukan, yaitu uji coba produk di lapangan, revisi akhir akan dilakukan untuk meningkatkan instrumen dan menjadikan instrumen yang lebih baik dan siap diuji di lapangan.

7. Produk instrumen akhir

Tahapan akhir instrumen produk adalah produk dari instrumen keterampilan berpikir kreatif yang telah diperbaiki setelah penerapan produk di sekolah. Semua input beserta kritik telah diperbaiki dalam produk instrumen akhir ini.

F. Instrumen Penelitian

1. Tes Essay

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah tes essay karena tes essay mempunyai beberapa kelebihan seperti penskorannya mudah, cepat, objektif dan dapat mencakup bahan materi yang luas dalam satu tes, serta reabilitasnya lebih tinggi. Soal essay yang dibuat berjumlah total 30 soal.

(50)

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan informasi berkenaan keterbacaan instrumen penilaian keterampilan berpikir kreatif yang dikerjakan oleh peserta didik.

3. Angket

Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan guru dan peserta didik terhadap instrumen tes essay yang diberikan seperti pengetahuan peserta didik tentang penilaian keterampilan berpikir kreatif, jenis intrumen yang digunakan, kejelasan stem dan lain – lain pada materi gelombang bunyi.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kevalidan pakar, analisis kevalidan butir soal, analisis reliabilitas, tingkat kesulitan dan kekuatan yang membedakan. Teknik ini digambarkan sebagai berikut:

1. Validitas data para ahli

Validitas data instrumen dilakukan oleh dua validator yang diperoleh dengan uji validitas menggunakan skala Likert berikut: Formula untuk menghitung persentase sebagai berikut:

Keterangan:

𝑎 = Skor Maksimum ∑ = Jumlah Skor

(51)

Respons kuesioner dalam kegunaan produk ada 4 sesuai dengan konten pertanyaan, termasuk format, konten, bahasa, dan manfaat kemampuan berpikir kreatif. Ketentuan skor dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Aturan pemberian skor

(Sumber: Arikunto,2010)

Hasil skor persentase yang diperoleh dari hasil penelitian ditafsirkan dalam Tabel 3.2

Tabel 3.2 Skala Kelayakan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Presentase Kriteria

81% - 100% Sangat layak

61% - 80% Layak

41% - 60% Cukup layak

21% - 40% Kurang layak

0 – 20% Sangat kurang layak (Sumber: Asyhari & silvia, 2016)

Tabel kriteria kelayakan menganalisis presentasi digunakan sebagai referensi untuk melihat persentase uji produk dilapangan yang dikategorikan sebagai sangat layak jika x> 81%; Bernilai jika 61 & <x ≤ 80%; cukup jika 41% <x ≤ 60%; Kurang jika 21% <x ≤ 40% dan sangat kurang jika x ≤ 20%.

Tabel 3.3 Kriteria Kevalidan

Nilai Kriteria 3,5 ≤ V 4 Sangat valid 2,5 ≤ V 3,5 Valid 1,5 ≤ V 2,5 Cukup valid 0 ≤ V 1,5 Tidak valid (Sumber: Muafiah, 2019)

Keterangan: V = Nilai rata-rata kevalidan dari semua validator.

Kategori Skor

Tidak baik 1 Kurang baik 2

Baik 3

(52)

Setelah validasi oleh dua ahli, itu akan dibagikan di SMAN 9 Sinjai untuk mengetahui respons pendidik terhadap produk yang diujikan yang diberikan kepada 2 pendidik fisika, ini juga menggunakan skala Likert dalam formula di atas.

2. Analisis Tanggapan Pendidik dan Peserta Didik Untuk Instrumen Keterampilan Berpikir Kreatif / Analisis Data Kepraktisan

Data dari peserta didik menggunakan analisis instrumen kuesioner skala likert. Disini peserta didik harus memilih pilihan jawaban yang disediakan sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Untuk menentukan persentasenya digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: P = Persentase

= Jumlah skor = Skor ideal

Analisis kategori untuk menetukan kemampuan berpikir kraetif peserta didik ditentukan pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.4 Kriteria Persentase Skor Persentase (%) Kriteria

0 – 20 Sangat kurang baik

21 – 40 Kurang baik

41 – 60 Cukup baik

61 – 80 Baik

81 – 100 Sangat baik

(53)

3. Analisis Reliabilitas Instrumen Keterampilan Berpikir Kreatif

Data uji analisis yang reliabel diperoleh melalui instrumen pertanyaan yang telah divalidasi dan telah diuji untuk peserta didik, sebelum menghitung reliabilitas, perlu perhitungan variansi skor tiap soal dengan menggunakan rumus.

=

∑ ∑ (Arikunto, 2010) Keterangan = Varians total N = Jumlah peserta tes X = skor total

untuk mengukur reliabilitas tes di gunakan rumus Alpha cronbach yaitu:

= (

)( 1-

)

(Hamzah, 2014) Keterangan:

: Koefisien reliablitas alpha

K: Banyaknya Butir Soal

: Jumlah Varians Butir

: Varians Total.

(54)

Tabel 3.5 Kriteria Uji Reliabel

Uji Reliabel Kriteria

0,80 < 𝑦 ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < 𝑦 ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < 𝑦 ≤ 0,60 Sedang 0,20 < 𝑦 ≤ 0,40 Rendah 0,00 < 𝑦 ≤ 0,20 Sangat rendah (Sumber: Hamzah, 2014) 4. Tingkat Kesukaran

Perhitungan tingkat kesukaran pertanyaan adalah pengukuran seberapa besar tingkat kesukaran masalah tersebut. Dengan demikian, pada tingkat kesulitan ini dapat dibedakan antara peserta didik yang menjawab pertanyaan dengan benar dengan jumlah tes. Untuk menganalisis tingkat kesukaran dari deskripsi, formula digunakan:

=

̅ Keterangan:

TK: tingkat kesukaran

: Skor rata-rata peserta didik 𝑎𝑘 : Skor maksimum.

Tabel 3.6 Kriteria Kesukaran Soal

(

(Sumber: Faizal, 2015).

Indeks Kesukaran Soal Kriteria

0,00 - 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

(55)

5. Daya Pembeda

Pengukuran daya pembeda adalah untuk menentukan sejauh mana masalah dapat membedakan peserta didik yang mengendalikan kompetensi dengan peserta didik yang kurang mampu menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Untuk menganalisis kekuatan gangguan tes deskripsi di gunakan rumus:

DP =

̅ ̅

Keterangan:

DP: angka daya pembeda : jumlah skor kelompok atas jumlah skor kelompok bawah X maks: skor maksimum.

Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda

Besarnya indeks item

Angka

diskriminasi Klasiifikasi interpretasi

<0,20 Jelek

Butir soal yang bersangkutan daya bedanya lemah, dianggap tidak memilki

daya beda.

0,20-0,40 Cukup Butir soal yang bersangkutan telah memiliki daya yang cukup. 0,40-0,70 Baik Butir soal yang bersangkutan telah

memiliki daya pembeda yang baik 0,70-1,00 Sangat baik

Butir soal yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik

sekali

Bertanda negative - Butir soal yang bersangkutan tidak memiliki daya pembeda (Sumber: Hamzah, 2014).

6. Analisis Data Keefektifan

Data nilai yang diperoleh siswa dalam menghadapi soal tes kemampuan berpikir kritis, dapat dilihat data hasil tes yang digunakan untuk mengukur

(56)

kemampuan berpikir kritis peserta didik. Pencapaian ini adalah merupaka hasil pribadi peserta didik dari tes yang di berikan. Analisis kemampuan berpikir kritis dapat diperoleh sebagai berikut:

a) Menentukan skor rata-rata peserta didik dengan menggunakan rumus (Sugiyono, 2016:49):

∑ Keterangan:

M = Skor rata-rata

Ʃ

x =

jumlah skor total siswa N = Jumlah Responden

b) Setelah mencari nilai rata-rata peserta didik, kemudian nilai pada pre-test dan post-test dihitung dengan menggunakan rumus (Hake, 2012):

Gain ( ) =

Berikut interpertasi kriteria nilai gain pada tabel 3.8 sebagai berikut:

Tabel 3.8 Kriteria Nilai Gain

(Sumber: Hake, 2012)

Indeks Gain Kriteria

g > 0,70 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil Pengembangan Instrumen Tes Kemampuan berpikir Kreatif pada materi Gelombang Bunyi di SMA Negeri 9 Sinjai, maka dapat di kemukakan hasil penelitian yang mengacu pada model pengembangan ADDIE yang meliputi lima tahap yaitu tahap analisis (analysis), tahap desain (design), tahap pengembangan (development) tahap implementasi (implementation), dan tahap evaluasi (evaluation). Adapun hasil penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pengembangan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

a. Tahap Analisis (Analysis)

Proses produk ini terlebih dahulu dilakukan analisis atau observasi tentang masalah yang ada pada objek penelitian dan melakukan wawancara kepada guru di bidang studi fisika di SMA Negeri 9 Sinjai, terutama di kelas XI MIPA yang merupakan objek penelitian.

Dari hasil analisis dan wawancara yang dilakukan dengan guru di bidang fisika dan wali kelas di XI MIPA 3 di SMA 9 Sinjai. Didapatkan bahwa sekolah telah menerapkan kurikulum (K13). Dengan strategi pembelajaran yang heterogen atau bervariasi, metode dan strategi pembelajaran yang merupakan salah satu untuk mencapai tujuan yang semestinya, agar tercapainya hal tersebut guru memberikan tugas dalam bentuk instrumen pengujian ke peserta didik. Ini berarti bahwa sekolah memiliki potensi untuk mengembangkan jenis penelitian yang

(58)

mengacu pada pengembangan instrument tes berdasarkan keterampilan berpikir kreatif. Dari kurikulum yang digunakan menunjukkan bahwa kurikulum yang digunakan adalah potensi dalam pengembangan instrumen keterampilan berpikir kreatif. Potensi lain adalah dengan melihat kemampuan berpikir kreatif yang harus dimiliki peserta didik di XI MIPA 3 yang merupakan kelas yang dapat dikategorikan kemampuan mereka baik, berdasarkan wawancara yang dilakukan pada guru mata pelajaran fisika, sekolah memiliki potensi untuk mengembangkan instrumen dalam bentuk tes untuk melatih keterampilan berpikir kreatif pada materi gelombang bunyi.

Berdasarkan pengamatan dilakukan di SMA Negeri 9 Sinjai, ada beberapa masalah, yaitu sebagai berikut:

1) Kurangnya perhatian kemampuan berpikir kreatif pendidik dalam merancang instrumen yang akan digunakan, sehingga tidak ada penilaian dalam ranah kemampuan atau kognitif peserta didik.

2) Kurangnya instrumen berdasarkan keterampilan berpikir kreatif dengan materi gelombang bunyi di sekolah.

b. Tahap Desain (Design)

1). Pengembangan Instrumen

Pengembangan instrumen dilakukan setelah mengetahui masalah yang ada dilapangan, kemudian peneliti berdiskusi dengan dosen pembimbing dan bertukar pendapat berdasarkan masalah di sekolah kemudian peneliti merancang pengembangan instrumen tes kemampaun berpikir kreatif peserta didik dalam

(59)

mata pelajaran fisika pada materi gelombang bunyi di kelas XI MIPA 3 sesuai dengan prosedur penelitian.

Spesifikasi produk ini adalah sebagai berikut:

a) kelengkapan secara umum

Secara umum, isi instrumen didasarkan pada siswa yang berpikir kreatif dengan bahan radiasi elektromagnetik dalam bentuk:

a) Sampul produk

b) instruksi Pertanyaan, untuk memberikan langkah-langkah untuk mengerjakan masalah ini agar lebih jelas.

c) isi standar dalam bentuk KI, KD, indikator yang cocok dengan K13 d) instrumen berpikir kreatif. Berisi instrumen yang dikembangkan.

b) Kelengkapan isi secara khusus

Secara khusus, produk instrumen dalam bentuk tes essai berisikan sebagai berikut: kisi, instrumen yang dilengkapi dengan instruksi untuk penggunaan, pertanyaan Essai, kunci jawaban, lembar jawaban, dan pedoman penskoran.

Produk yang akan dikembangkan harus memenuhi empat indikator keterampilan berpikir kreatif, yaitu: berpikir lancar, luwes, terperinci dan kemampuan untuk mengelaborasi. Kemudian dikembangkan dalam bentuk tes tertulis essai.

c. Hasil Pengembangan (Development)

1). Validasi

Instrument yang telah dikembangkan akan divalidasi oleh validator. Dari hasil validasi dalam bentuk data dari penguji instrumen berdasarkan keterampilan

Gambar

Tabel 2.1 Karakteristik Kemampuan Berpikir Kreatif  Tingkat
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1. Kerangka PikirAnalisis kebutuhan guru dan
Gambar 3.1 Desain Pengembangan Model ADDIE (Sumber: Januszewki dan  Molenda 2008)  Analysis  Design Evaluation Development Implementation
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengurangi pengaruh negative dan mengoptimalkan bahan, maka perlu adanya penelitian dalam pemanfaatannya untuk usaha meningkatkan nilai guna sehingga tidak

Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-14

Pencampuran obat suntik adalah suatu proses terlarutnya 9at akti$ suatu obat dengan pelarut untuk dikembalikan ke dalam bentuk yang dapat digunakan! Pencampuran obat suntik

Pemberdayaan Dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Daerah Pesisir Melalui Penerapan Teknologi Pengolahan Ikan Sebagai Produk Unggulan Daerah Dl Kecamatan Meuraxa Banda Aceh.

Untuk itu diperlukan suatu metode baru yang jauh lebih aman dan lebih mudah, oleh sebab itu maka dibuatlah suatu peralatan robot yang dikontrol dari jarak jauh, untuk

Nodul-nodul yang terdeteksi dengan USG tersebut kemudian dievaluasi ebih lanjut dengan menggunakan modalitas pencitraan yang lain yaitu: CT scan multifase, USG abdomen dengan

Namun, pada saat sekarang ini tugas pengaturan dan pengawasan perbankan tidak lagi menjadi tugas Bank Indonesia, melainkan menjadi tugas sebuah lembaga pengawas sektor

Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh cara pengeringan terhadap perolehan kadar ekstraktif, senyawa fenolat dan aktivitas antioksidan dalam daun dewa