• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA GHIBAH DALAM FILM PENDEK TILIK DI YOUTUBE RAVACANA FILMS SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA GHIBAH DALAM FILM PENDEK TILIK DI YOUTUBE RAVACANA FILMS SKRIPSI"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh : Tika Destiana NIM : 11170510000065

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

Nama : Tika Destiana NIM : 11170510000065

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA GHIBAH DALAM FILM PENDEK TILIK DI YOUTUEB RAVACANA FILMS adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan melakukan kegiatan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutpannya dalam skripsi saya. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Tangerang Selatan, 19 Juli 2021

Tika Destiana NIM. 11170510000065

(3)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Pe

Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Tika Destiana NIM. 11170510000065 Di Bawah Bimbingan Drs. Masran, M.Ag. NIP. 19601202 1995503 1 001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN P

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442H/ 2021 M Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar jana Sosial (S.Sos)

Oleh: Tika Destiana NIM. 11170510000065 ah Bimbingan Drs. Masran, M.Ag. NIP. 19601202 1995503 1 001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

AH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442H/ 2021 M

(4)
(5)

Seiring perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju pada saat ini, film menjadi salah satu media komunikasi massa yang paling efektif. Film sebagai media komunikasi juga berfungsi sebagai media untuk berdakwah. Film pendek yang berjudul Tilik, sempat viral pada Agustus 2020 diberbagai media sosial. Selain mendapat pujian, film ini juga tentu banyak sekali mendapat berbagai kritikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuI makna ghibah yang ada dalam film Tilik.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan pendekatan menggunakan analisis semiotika Rolland Barthes yaitu mencari scene-scene yang mengandung ghibah yang terdapat pada film tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan melihat adegan-adegan film yang terdapat dialog ghibah serta menganalisis data kemudian mencari makna denotasi, konotasi dan mitos sebagai acuan penelitian, kemudian penulis menarik kesimpulan dari hasil informasi yang relevan.

Hasil yang diperoleh dari penelitian pada film pendek Tilik, menemukan temuan-temuan sebagai berikut: (1). Makna denotasi yang menjelaskan tentang potongan-potongan gambar yang menggambarkan tentang kepercayaan atau budaya yang berlaku di masyarakat, khususnya daerah pedesaan. (2). Makna konotasi yang menjelaskan tentang pandangan Islam mengenai kepercayaan atau budaya yang berlaku di masyarakat yang berkaitan dengan agama Islam dan juga tentang stereotip masyarakat, hal ini nampak jelas dibeberapa scene seperti masyarakat khususnya dipedesaan yang menganggap abha perempuan yang sering keluar masuk mall bersama laki-laki dianggap mempunyai pekerjaan yang tidak benar. (3). Makna mitos yang menjelaskan tentang mitos secara bahasa dan teori mengenai kepercayaan yang bersifat kultural yang bersumber dari budaya yang berlaku di masyrakat setempat khususnya di pedesaan.

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan atas berkat rahmat Allah SWT., yang telah memberikan kesehatan, kenikmatan, kesabaran, keberkahan dan ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Analisis Semiotika Makna Ghibah Dalam Film Pendek Tilik Di Youtube Ravacana Films”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., kepada para sahabat, keluarga dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam proses menyelesaikan skripsi ini tentu tidak luput dari berbagai macam kesulitan beragam yang penulis lalui baik itu dari segi internal maupun eksternal, dan juga dari segi materi maupun non materi. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Semua ini tentu tidak akan menjadi sebuah kenyataan tanpa usaha, doa, dan semangat dari semua pihak yang berkontribusi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Maka penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A, sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabbudin Noor, M.Ag sebagai Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Dr. Cecep Sastraijaya, MA sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan.

(7)

Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Drs. Masran, M.Ag, selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan masukan, arahan, serta kritik terkait penulisan skripsi ini sehingga dapat penulis selesaikan dengan baik.

5. Drs. S. Hamdani, M.Ag., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah membantu penulis dalam memberikan saran-saran terbaik untuk perkulihan dan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta pengalamannya kepada penulis. Dengan harapan ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat bagi penulis dan mayarakat luas.

7. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pelayanannya dengan baik sehingg apenulis dapat menyelesaikan sidang dengan lancar.

8. Seluruh Crew Film Tilik, khususnya kepada Script Writer yaitu Bagus Sumartono yang senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan yang melimpah.

9. Keluarga yang penulis cintai, Ayahanda Mukhtar Murad dan Ibunda Hamidah atas segala kasih sayang dan doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis sehingga bisa menyelesaikan pendidikan diperguruan tinggi ini serta bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk abang tercinta Febri Setiawan yang senantiasa

(8)

Fauziah, dan Tyas yang menjadi penyemangat penulis dan selalu bersama penulis baik dalam kondisi susah maupun senang semasa kuliah.

11. Teman-teman satu pengabdian Desvi, Karin, Waya, Ade, Arie, Nailul, Rifqi, Reza, Imam, dan Iib yang selalu membersamai demi sebuah proses dan menemani dikala susah dan senang.

12. Semua pihak lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih untuk semuanya atas motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

13. Last but not least, I wanna thank me, for believing in me, for doing all of this hard work, for having no days off, for never quitting, for just being me at all times.

(9)

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 9

F. Teknik Analisis Data ... 13

G. Tinjauan Pustaka ... 14

H. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORI ... 19

A. Tinjauan Tentang Semiotika ... 19

(10)

A. Penulis Skenario ... 38

B. Sinopsis Tilik ... 40

C. Tim Produksi Film Tilik ... 41

D. Productoin House ... 43

E. Pemeran Film Tilik ... 45

F. Youtube ... 53

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA... 55

1. Scene 1 ... 55 2. Scene 2 ... 56 3. Scene 3 ... 58 4. Scene 4 ... 60 5. Scene 5 ... 63 BAB V PEMBAHASAN ... 65

A. Analisis Semiotika Denotasi Makna Ghibah dalam Film Pendek Tilik ... 65

B. Analisis Semiotika Konotasi Makna Ghibah dalam Film Pendek Tilik ... 70

C. Analisis Semiotika Mitos Makna Ghibah dalam Film Pendek Tilik ... 78

(11)

DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN ... 89

(12)

Tabel 4.2 scene 2 ... 56

Tabel 4.3 scene 3 ... 58

Tabel 4.4 scene 4 ... 60

(13)

Gambar 3.1 Cover Tilik ... 40

Gambar 3.2 Tokoh Bu Tejo ... 45

Gambar 3.3 Tokoh Yu Ning ... 46

Gambar 3.4 Tokoh Dian ... 48

Gambar 3.5 Tokoh Bu Tri ... 48

Gambar 3.6 Tokoh Yu Sam ... 49

Gambar 3.7 Tokoh Fikri ... 50

Gambar 3.8 Tokoh Minto (Ayah Fikri) ... 50

Gambar 3.9 Tokoh Gotrek ... 51

Gambar 3.10 Tokoh Yati ... 52

(14)

Perkembangan zaman yang semakin maju dengan pesat, membuat media komunikasi semakin berkembang, begitupun dengan media dan strategi berdakwah yang mengalami kemajuan. Agama Islam merupakan salah satu agama yang mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan esensi aslinya. Maka dari itu, tidak akan sulit kita jumpai media-media online yang menyampaikan ajaran Agama Islam. Fenomena ini dinamakan mediatisasi agama, dimana media dijadikan sebagai alat untuk menyampaikan ajaran agama khususnya Agama Islam. 1

Berdakwah tidak hanya dilakukan melalui tatap muka, atau dengan menghadiri majelis taklim. Dakwah di era yang sekarang, dikemas dengan berbagai sarana, agar dakwah menjadi lebih efektif dan tidak ketinggalan zaman. Banyak sekali media yang dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan dakwah. Bisa melalui media massa, televisi, radio dan juga bisa melalui media cetak atau pers, seperti koran, majalah dan buku.

Untuk saat ini film sangat penting dalam menyajikan sisi pendidikan dan sisi dakwah. Karena ilmu tidak hanya dapat diterima melalui pendidikan di sekolah saja, tetapi juga bisa kita dapatkan melalui menonton film. Karena di era yang sekarang, film menjadi media yang baik untuk menyampaikan dakwah. Sebagai media

1Efa Rubawati, “Media Baru : Tantangan dan Peluang Dakwah”, Jurnal Studi Komunikasi,

(15)

dakwah, film juga merupakan salah satu penunjang suksesnya penyampaian pesan dakwah, karena dakwah melalui film lebih komunikatif dan tidak terkesan menggurui.

Menonton film merupakan salah satu hobi masyarakat kebanyakan. Karena dengan menonotn film, kita akan mendapatkan hiburan tersendiri bahkan tidak hanya itu, dari menonton film kita akan mendapat banyak informasi serta motivasi yang baru.

Fenomena yang terjadi dalam perfilman merupakan tontonan yang menghibur dan dengan sedikit kreatif kita bisa memasukkan pesan-pesan dakwah pada tontonan tersebut. Dengan adanya dakwah melalui media massa terutama film, diharapkan perfilman Indonesia bisa semakin berkembang dan film-film Indonesia banyak mengandung nilai dan pesan dakwah yang tentunya dapat mendidik juga.

Perkembangan film di Indonesia cukup baik. Bisa kita lihat ada beberapa genre dan judul film yang semakin menarik untuk di tonton. Semakin banyak film yang diproduksi, maka semakin banyak pula genre dan tema film yang ditawarkan seperti horor, drama romantis, komedi, drama keluarga yang bertema edukasi dan lain sebagainya.

Keharusan umat manusia untuk tetap melakukan dan menyebarluaskan ajaran Islam ditengah-tengah masyarakat, adalah tugas sebagai umat muslim karena dakwah menjadi sebuah tanggungjawab seluruh umat Nabi Muhammad SAW, sebagaimana

(16)

firman Allah SWT yang tercantum dalam Qur’an Surah Ali Imran ayat 104 :2

ُمُھَءۤا َج اَم ِد ْعَب ْۢنِم ا ْوُفَلَت ْخا َو ا ْوُق َّرَفَت َنْيِذَّلاَك ا ْوُن ْوُكَت َلا َو

ۙ ٌمْي ِظَع ٌباَذَع ْمُھَل َكِٕٮ

ٰۤلوُا َو ۗ ُتٰنِّيَبْلا

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”

Dari Firman Allah diatas, maka kita dapat sama-sama menarik kesimpulan bahwa setelah kita memperbaiki diri sendiri, kita tidak boleh lupa atau acuh dengan nasib orang lain. Oleh karena itu, Allah perintahkan kepada kita untuk senantiasa menyerukan kebaikan dan menjauhi segala kemunkaran yang Allah tidak sukai.

Dakwah juga merupakan aktivitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan dakwah, Islam dapat tersebar dengan luas dan diterima oleh manusia. Dalam kehidupan masyarakat, dakwah berfungi sebagai alat yang bisa menata kehidupan yang agamis agar bisa mewujudkan masyarakat yang harmonis dan bahagia.

Ajaran Islam yang disiarkan melalui dakwah dapat menyelamat manusia dari kehancuran.3

2

(17)

Tujuan utama dakwah yakni untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang di ridhai oleh Allah SWT. Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan maupun perbuatan.

Seiring dengan kemajuan teknologi, tentu saja ikut mempengaruhi cara kita dalam berdakwah yang bisa dilakukan melalui sosial media seperti Instagram, Facebook, Twitter, Youtube dan lain sebagainya.

Akan tetapi, banyak dari mereka yang menggunakan sosial media tidak lagi mengindahkan apa yang dilarang agama, menulis sesuatu tanpa bukti dan hanya mengikuti hawa nafsunya saja. Salah satu bahaya tulisan yang sedang merebak atau heboh pada saat ini yang juga kebanyakan digemari oleh kaum hawa yakni tentang ghibah. Padahal sudah sangat jelas dalam Al-Qur’an dan hadits yang menjelaskan tentang larangan dan dosa akibat berghibah.

Karena media sosial tidak bisa lepas dari keseharian masyarakat di era sekarang ini, oleh karena itu sangat memungkinkan sekali untuk menjadikan sosial media sebagai sarana untuk berdakwah.

Objek utama dakwah adalah manusia. Semua pernyataan, larangan dan perintah yang ada di dalamnya berisikan pesan dakwah yang ditujukan kepada seluruh manusia, yang dalam fitrahnya

3

(18)

memiliki potensi yang dapat diarahkan dan diwujudkan dalam tindakan nyata.4

Menurut Toto Tasmara yang dikutip oleh Onong Uchjana, pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber, amanat yang harus dilakukan atau disampaiakn oleh komunikator, atau juga bisa berupa lambang. Lambang yang dimaksudkan adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain-lainnya, yang secara langsung dapat menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi karena memang sudah jelas bahasalah yang paling mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain.5

Pesan yang dapat dengan mudah diterima dan dipahami oleh komunikan adalah hal yang paling penting dalam komunikasi. Oleh karena itu, pesan yang baik tidak boleh sembarangan dikemas hanya agar informasi bisa tersampaikan, namun dikaji menggunakan sebuah proses produksi pesan agar pesan terkemas dengan baik, menarik, dan mudah dipahami.

Belum lama ini, jagat dunia maya dihebohkan dengan keramaian netizen yang memperbincangkan tentang film pendek yang berjudul Tilik. Film pendek Tilik dirilis pada kanal Youtube Ravacana Films yang sukses ditonton lebih dari 25juta kali.6

4 Murtadha Mutahhari, Perspektif Al-Qur’an tentang Manusia dan Agama, (Bandung: CV Pustaka

Setia, 2002), h.123

5

Onong Uchjana Efendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994),

h.18 6

Youtube Ravacana Films, “Tilik”, https://www.youtube.com/watch?v=GAyvgz8_zV8 , dikases pada 23 Mei 2021

(19)

Film ini merupakan hasil produksi dari Ravacana Films yang bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Film ini menjadi viral karena kisahnya yang dianggap relate dengan kehidupan saat ini.

Film Tilik menceritakan tentang ibu-ibu yang sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk menjenguk Bu Lurah. Dalam perjalanan, salah satu tokoh yang dominan yaitu Bu Tejo, sedang asyik membicarakan tentang Dian, yang merupakan kembang desa di desa tersebut. Merujuk dari informasi yang didapatkan Bu Tejo dari

Facebook, ia menyebut Dian sebagai perempuan tidak benar. Karena parasnya yang cantik, tidak sedikit laki-laki yang mendekatinya dan juga banyak para suami di desa tersebut yang selalu memandanginya. Bahkan Bu Tejo menyebut Dian menggunakan pelet dan juga susuk.

Film yang berdurasi 34 menit 37 detik ini berhasil meraih penghargaan sebagai pemenang untuk Kategori Film Pendek Terpilih pada Piala Maya 2018. Selain itu, film garapan sutradara Wahyu Agung Prasetyo ini juga menjadi Official SelectioJogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2018 dan Official Selection World Cinema Amsterdam 2019.7

Hadirnya film ini tentunya menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Pihak yang pro berpendapat bahwa film ini mengandung nilai edukasi dan pesan moral bagi masyarakat, yaitu menjadi pribadi yang tidak mudah percaya dan terbakar isu, dapat mencerna informasi

7

Akuratnews.com, “Menilik Film Tilik : Ghibah Yang Mengandung Fitnah”,

https://akuratnews.com/menilik-film-tilik-ghibah-yang-mengandung-fitnah/ diakses pada 27 September

(20)

yang didapatkan serta tidak membahasnya sebelum melakukan kroscek tentang kebenarannya, dan juga jangan gemar menebar fitnah serta aib sesama. Sedangkan bagi pihak yang kontra, menganggap bahwa film ini justru memperlihatkan sosok perempuan yang direndahkan atas nama kearifan lokal.

Dari hasil pengkajian awal serta melihat adanya indikasi menarik terkait Film Pendek yang berjudul Tilik. Film ini menarik untuk dibahas karena banyaknya masyarakat yang menonton film ini hingga mencapai 25juta viewers.

Film pendek Tilik memang tidak terdapat unsur dakwah didalamnya. Akan tetapi, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian apakah terdapat unsur dakwah dalam film pendek tersebut, dan mengkaji isi dakwah pada film pendek ini dengan judul Analisis Semiotika Makna Ghibah Dalam Film Pendek Tilik di Youtube Ravacana Films.

B. Identifikasi Masalah

Ada beberapa masalah yang terdapat di dalam film pendek Tilik, seperti masalah ghibah, berita bohong, menyebarkan fitnah, kontroversi di masyarakat dan lain sebagainya.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar pembahasan ini terfokus pada satu permasalahan, maka peneliti membatasi masalah yang ingin diteliti yaitu hanya pada adegan atau scene yang mengandung ghibah. Dan masalah ini akan dikaji menggunakan teori Semiotika Rolland Barthes.

(21)

2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut :

a. Bagaimana makna denotasi tentang ghibah dalam film pendek Tilik?

b. Bagaimana makna konotasi tentang ghibah dalam film pendek Tilik?

c. Bagaimana makna mitos tentang ghibah dalam film pendek Tilik?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui makna denotasi tentang ghibah dalam Film Pendek Tilik.

b. Untuk mengetahui makna konotasi tentang ghibah dalam Film Pendek Tilik.

c. Untuk mengetahu makna mitos tentang ghibah dalam film Pendek Tilik.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah dapat berguna secara akademis yaitu untuk menambah wawasan keilmuan dakwah, khususnya tentang aktivitas dakwah untuk menambah ilmu pengetahuan, terutama dibidang dakwah dan komunikasi bagi civitas akademika Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

(22)

b. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif dalam perkembangan studi tentang komunikasi dan juga tentang ilmu dakwah terhadap anak. Khususnya bagi peneliti dan akademisi serta umumnya bagi masyarakat luas.

Dan penelitian ini juga bisa menjadi referensi untuk mengembangkan kreatifitas agar dakwah yang disampaikan dapat dikemas dengan menarik, sehingga dakwah dapat diterima oleh masyarakat.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori yang dikonstruksi sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, dan kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah dalam penelitan. 8

Dalam penelitian ini paradigama yang digunakan yaitu paradigma konstruktivisme. Paradigma ini memandang realitas sosial yang kebenarannya bersifat relatif dan dilihat sebagai hasil dari konstruksi sosial yang dipandang bagaimana memaknai suatu

8

(23)

peristiwa yang terjadi dibuat sehingga akan terlihat nilai yang ada dalam sebuah realitas sosial.9

Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan emmelihara atau mengelola dunia sosial mereka (Hidayat, 2003:3)

2. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan seperangkat cara yang sistematik, logis dan rasional yang digunakan oleh peneliti ketika merencanakan mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menarik sebuah kesimpulan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif. Menurut Gogdan dan Guba pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.10

Kriyanto menyatakan bahwa, “riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.”

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan analisis isi media kualitatif yang bersifat deskriftif. Format deskriptif yang memiliki tujuan menjelaskan, meringkas berbagai

9

Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), h.5

10 Imam Supryogo, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),

(24)

kondisi, situasi atau variabel yang timbul di masyarakat menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.11 Data yang diperoleh dari hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, dan catatan lapangan.

Dengan kata lain, pendekatan analisis deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan. Kemudian hasil penelitian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.

Ciri-ciri dari jenis penelitian deskriptif yang dikemukakan oleh Nasution (2003) adalah sebagai berikut :

a. Memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang atau masalah-masalah yang aktual.

b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa, oleh karena itu, jenis penelitian ini sering disebut jenis penelitian analisa.

c.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dan objek penelitian merupakan sumber atau tempat memperoleh data. Dan dalam penelitian ini subjek yang akan diteliti adalah film pendek Tilik. Dan objek penelitiannya yaitu makna ghibah dalam tayangan film pendek Tilik.

11 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Prenada media Group, 2005),

(25)

5. Teknik Pengumpulan Data a. Studi Pustaka

Dengan melakukan pengumpulan informasi sebagai data teoritis dari berbagai literatur keilmuan yang bersangkutan. Kegiatan yang dilakukan yaitu dengan mengkaji dan menganalisis literatur yang diperoleh sehingga dapat memberikan pencerahan berupa informasi, inspirasi, dan data-data untuk penulisan penelitian ini.

b. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengataman yang dilakukan dari hasil melihat, menyaksikan aktivitas yang dilakukan oleh responden atau mendengarkan apa yang dilakukan para responden.

Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu menonton dan melakukan pengamatan dengan teliti terhadap adegan atau scene yang mengandung ghibah. Pengamatan langsung terhadap film pendek Tilik yang berdurasi 34 menit 37 detik, berarti peneliti harus menyortir adegan-adegan yang mungkin tidak dibutuhkan.

c. Dokumentasi

Menurut Sugiyono, dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu dalam bentuk tulisan, gambar atau karya menumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.

(26)

Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen.12

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi berupa screenshot scene yaitu potongan-potongan adegan yang mengandung ghibah yang bersumber langsung dari film pendek Tilik, dan buku atau internet mengenai data yang diperlukan tentunya yang sesuai dengan penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data, penulis menggunakan metode analisis isi kualitatif. Teknik analisis isi kualitatif ini peneliti gunakan dengan tujuan untuk menemukan, mengidentfikasi, mengolah dan menganalisis scene yang mengandung makna ghibah yang terdapat pada film pendek Tilik, untuk mengetahui dan memahami makna ghibah yang terdapat pada tiap adegan dalam film pendek Tilik.

Menurut Miles dan Huberman (1992) mengemukakan tiga tahapan dalam melakukan analisis data di antaranya :13

a. Reduksi data, merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan mencari tema dan polanya.

b. Paparan data, yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun dan memungkinkan penarikan kesimpulan serta pengambilan tindakan.

12

Imam Suprayoga dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial dan Agama, (Bandung: Remaja rosdakarya, 2003), h.191

13 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek (Jakarta: Bumi Aksara,

(27)

c. Verifikasi/penarikan kesimpulan, merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian.

7. Keabsahan Data

Untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian, maka peneliti menggunakan teknik Triangulasi. Dimana dalam pengertiannya, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moloeng, 2004:330).

Denzin (dalam Moloeng, 2004) membedakan empat triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam penelitian ini, validitas data akan dilakukan setelah proses analisis data. Artinya setelah semua data telah dianalisis, peneliti kemudian akan melakukan validitas teori.

8. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di channel Youtube Ravacana Films. Dan waktu penelitian akan dilaksanakan di bulan September 2020.

F. Tinjauan Pustaka

Beberapa penelusuran dan telaah terhadap berbagai hasil kajian yang terkait dengan hal yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

(28)

1. Skripsi dengan judul “Representasi Konflik Sosial Dalam Film Pendek Tilik” Oleh Alfiyah (UIN Sunan Ampel Surabaya 2021). Persamaan penelitian, sama-sama menggunakan analisis semiotika dan metode yang digunakan yaitu kualitatif. Perbedaannya terletak pada objek penelitian, yaitu fokus penelitian ini berfokus pada representasi konflik sosial yang digambarkan dalam film Tilik, sedangkan saya hanya menggunakan berfokus pada makna ghibah

2. Thesis dengan judul “Feminisme Dalam Film Tilik” Oleh Ela Indah Dwi (IAIN Ponorogo). Persamaannya menggunakan teori yang sama yaitu semiotika.. Perbedaannya terdapat pada objek penelitiannya. Penelitiannya berfokus bagaimana penggambaran ideologi feminisme sedangkan saya tentang akna ghibah.

3. Skripsi dengan judul “Representasi Fenomena Kontrol Sosial Gosip Dalam Film Pendek Tilik” Oleh Achmad Hufad (Universitas Pendidikan Indonesia 2021). Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metodologi kualitatif dan subjek penelitian yitu Tilik. Perbedaan dalam peneltian ini yaitu terletak pada objek penelitian dan teori yang digunakan. Pada penelitian ini, objek penelitiannya yaitu dialog-dialog dari pemeran yang mencerminkan salah satu kontrol sosial non formal yaitu desas desus atau gosip dan menggunkaan analisis sosiologi sastra untuk menghubungkan isi dari film dengan realitas fenomena masyarakat yang ada. Sedangkan pada penelitian saya mengambil objek penelitian mengenai makna ghibah dan menggunakan teori analisis semiotika dari Rolland Barthes.

(29)

4. Skripsi dengan judul “Pesan Dakwah Dalam Film Pendek Tilik” Oleh Fransiska Nilapravitasari (IAIN Salatiga 2021). Persamaan dalam penelitian ini terdapat pada objek penelitiannya yaitu tentang film pendek Tilik dan menggunakan metodologi kualitatif. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada teori yang digunakan. Dalam peneltian ini menggunakan teori semiotika Charles Sanders Pierce.

(30)

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi nantinya diperlukan adanya uraian mengenai susunan penulisan yang dibuat agar pembahasan teratur dan terarah pada pokok permasalahan yang sedang dibahas. Adapun teknik penulisan yang digunakan mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh Surat Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun 2017.

Dengan susunan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada Bab ini peneliti akan mencoba memaparkan tentang tinjauan semiotika, tinjauan tentang ghibah dan tinjauan tentang Film.

BAB III GAMBARAN UMUM

Bab ini membahas tentang penulis skenario, sinopsis Tilik, tim produksi film Tilik, Production House, pemeran film Tilik dan youtube.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini menjelaskan tentang hasil temuan analisis data yang terjadi selama peneliti melakukan observasi, dan analisis semiotika makna “ghibah” dalam film pendek Tilik.

BAB V PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti akan membahas tentang analisis semiotika makna konotasi, denotasi, dan mitos tentang ghibah dalm film pendek Tilik.

(31)

BAB VI PENUTUP

Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan tentang kesimpulan makna ghibah dalam film pendek Tilik dan juga saran untuk peneliti.

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Semiotika

1. Analisis Semiotika (Semiotical Analysis)

Semiotika merupakan studi ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda-tanda, seperti tanda-tanda dalam kehidupan sehari-hari. Secara etimologis, Semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.

Secara terminologis, semiotika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda (sign). Suatu tanda menandakan dirinya sendiri dan makna (meaning) yaitu berhubungan antara suatu objek atau ide suatu tanda. Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang sangat luas, berurusan dengan simbol, bahasa, wacana dan bentu-bentuk nonverbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun.1

Preminger mengemukakan tentang batasan yang lebih jelas, dikatan bahwa semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini

1

(33)

menganggap baha fenomena-fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda.

Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-atuaran, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.2

Semiotika sebagai model dari ilmu pengetahuan sosial yang memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan tanda. Oleh karena itu, semiotika mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. Tanda adalah basis dari komunikasi. Manusia dengan perantara tanda-tanda bisa melakukan komunikasi dengan sesamanya.

2. Semiotika Rolland Barthes

Dalam istilah Barthes, ia menggunakan ”orders of

signification”. First order sginification adalah denotasi,

sedangkan konotasi adalah second order of signification. Melalui model ini, Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Itulah yang disebut Barthes sebagai denotasi yaitu makna yang paling nyata dari tanda (sign).3

2

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, h. 96

3 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian

(34)

Gambar 2.1

Sumber: https://www.harjasaputra.com/teori/pengertian-dan-metode-semiotika/

Dari peta Barthes diatas dapat kita lihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, tanda denotatif (3) adalah penanda konotatif (4) lalu digabungkan dengan petanda konotatif (5) yang menghasilkan tanda konotatif (6). Dengan demikian, hal tersebut merupakan unsur materil. Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan yang melandasi keberadaannya. Dan ini merupakan pengetahuan yang sangat penting bagi penyempurnaan semiologi saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif.4

Dalam penelitian ini, menggunakan teori Semiotika dari Rolland Barthes. Yang terdiri dari dua sistem pemaknaan, yaitu denotasi dan konotasi. Detonasi adalah makna sebenarnya, sedangkan konotasi makna ganda yang lahir dari personal dan kultural.

4

(35)

Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dipahami sebagai makna harfiah atau makna yang sebenarnya. Bahkan kadang di rancukan dengan referensi atau acuan. Proses signifikasi yang secara tradisional disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu pada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap.5

Sedangkan konotasi adalah istilah yang digunakan oleh Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca atau penonton serta nilai-nilai kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan oleh tanda terhadap suatu objek, sedangkan konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya.6

Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. Dengan kata lain, pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos (myth) merupakan rujukan bersifat kultural (bersumber dari budaya yang ada) yang digunakan untuk menjelaskan gejala atau realitas yang ditunjuk dengan lambang-lambang. Kata mitos berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti “kata” atau “ujaran”.7

Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas dan gejala alam.

5

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 69

6 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 70

7 Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori

(36)

Dengan kata lain, mitos berfungsi sebagai deformasi dari lambang yang kemudian menghadirkan makna tertentu dengan berpijak pada nilai-nilai sejarah dan budaya yang ada di masyarakat.8

Semiotika dalam perfilman digunakan untuk mengkaji tanda dalam suatu konteks skenario, gambar, teks, dan adegan di film menjadi sesuatu yang dapat dimaknai. Memaknai berarti bahwa obyek-obyek tidak hanya membawa informasi, dalam hal ini obyek-obyek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda yang digunakan dalm film tersebut.

8

(37)

B. Tinjauan Tentang Ghibah

1. Pengertian Ghibah

Ghibah atau yang biasa kita sebut dengan bergosip atau bergunjing, adalah satu aktivitas yang saat ini lumrah dilakukan oleh banyak orang. Kebiasaan ini sudah menjadi suatu hal yang sangat melekat bagi sebagian banyak orang, lebih khususnya di Indonesia.

Secara etimologi, ghibah berasal dari kata ghaabaha yaghiibu ghaiban yang berarti ghaib, tidak hadir.9 Asal kata ini memberikan pemahaman unsur “ketidakhadiran seseorang” dalam ghibah yakni orang yang menjadi objek pembicaraan.

Yusuf Al Qardhawi mendefinisikan ghibah sebagai suatu keinginan untuk menghancurkan orang, suatu keinginan untuk menodai harga diri, kemuliaan dan kehormatan orang lain, sedang mereka itu tidak ada dihadapannya.10

Kata ghibah dalam bahasa Indonesia mengandung arti sebagai umpatan, yang diartikan sebagai perkataan yang memburuk-burukan atau menjelek-jelekkan orang.11

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ghibah diartikan sebagai membicarakan aib atau keburukan orang lain. Dari segi bahasa, ghibah artinya membicarakan mengenail hal negatif atau positif tentang orang lain yang kehadirannya tidak ada diantara yang berbicara. Dari segi istilah, ghibah berarti pembicaraan antar

9

Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1998), hal. 304 10

Yusuf al Qardhawi, Al Halal a al Haram Fi al Islam (Kairo: Maktabah abbah, 1993), hal. 305

11

W.J.S. Poerwardarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), ha. 1336

(38)

sesama muslim tentang muslim lainnya dalam hal yang bersifat kejelekan, keburukan atau yang tidak disukai.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda :

اَنَثَّد َح اوُلاَق ٍر ْجُح ،ُنْبا َو ،ُةَبْيَتُق َو ، َبوُّيَأ ُنْب ىَي ْحَي اَنَثَّدَح

َّنَأ ،َة َرْي َرُھ يِبَأ ْنَع ،ِهيِبَأ ْنَع ،ِءَلاَعْلا ِنَع ،ُليِعاَمْسِإ

َلاَق ملسو هيلع = ىلص ِ َّ= َلوُس َر

"

ُةَبيِغْلا اَم َنوُر ْدَتَأ

."

ُلوُس َر َو ُ َّ= اوُلاَق

ُمَلْعَأ ُه

.

َلاَق

"

ُه َرْكَي اَمِب َكاَخَأ َكُرْكِذ

"

َلاَق ُلوُقَأ اَم يِخَأ يِف َناَك ْنِإ َتْيَأَرَفَأ َليِق

"

ِهيِف َناَك ْنِإ

ْدَقَف ِهيِف ْنُكَي ْمَل ْنِإ َو ُهَتْبَتْغا ِدَقَف ُلوُقَت اَم

هَّتَھَب

Artinya :

‘Tahukah kalian, apakah itu ghibah? Para sahabat menjawab, ‘Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘engkau membicarakan sesuatu yang terdapat dalam diri saudaramu mengenai sesuatu yang tidak dia sukai. Salah seorang sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah SAW, bagaimana pendapatmu jika yang aku bicarakan benar-benar ada pada diri saudaraku? Rasulullah SAW menjawab, jika yang kau bicarakan ada pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mengghibahinya. Sedangkan jika yang engkau bicarakan tidak

(39)

terdapat pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mendustakannya.” (H. R. Muslim)12

Berdasarkan hadist diatas, ghibah diartikan menyatakan tentang sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim disaat ia tidak berada ditempat dan apa yang dibicarakan memang ada pada orang tersebut, tetapi ia tidak suka hal yang tersebut dibicarakan. Jika apa yang dibicarakan tidak ada pada dirinya, maka hal tersebut bisa dikatakan sebagai fitnah. Namun jika kita membicarakan orang lain didepannya langsung itu berarti disebut dengan namimah. Namimah ada perbuatan mengutip suatu perkataan dengan tujuan untuk mengadu domba antara seseorang dengan pihak lain.

Setelah memahami hadits diatas, dapat disimpulkan bahwa ghibah yaitu menyebutkan sesuatu yang sebenarnya tentang seseorang, baik tentang agamanya, akhlaknya, ataupun tentang yang lainnya, disaat orang tersebut tidak hadir ditempat tersebut atau tidak mendengarnya secara langsung, dan jika ia tau ia tidak menyukainya.

Sebagaimana Imam Al-Qurthubi ungkapkan dalam kitab Al Jami’ li Ahkam Al Qur’an, bahwasanya ghibah itu sebanding dengan dosa zina, pembunuhan, dan dosa besar lainnya. Sedangkan menurut Hasan Al Bashri, perbuatan bergunjing lebih cepat merusak agama dibandingkan dengan penyakit yang menggerogoti tubuh.13

12

Muslim, Shahih Muslim (Beirut: Dar-al Kitab Araby, 2004), h. 128

13

Al-Qurthubi, “al Jami al Ahkam il Qur’an Juz XVI” (Beirut: Darul al Ilmiyah, 1993), h. 219

(40)

Ghibah sendiri membahayakan baik bagi orang yang dibicarakan, diri sendiri, bahkan masyarakat. Ghibah bisa memicu terjadinya pertikaian dan perpecahan, amal ibadah ditolak oleh Allah SWT, bahkan bisa mendapat murka Allah SWT.

Ghibah adalah perkara yang diharamkan sebagaimana firman Allah SWT :

ﱠنِإ ﱢنﱠظلا َنِم اًريِثَك اوُبِنَتْجا اوُنَمآ َنيِذﱠلا اَھﱡيَأ اَي

ْمُكُضْعَب ْبَتْغَي َلاَو اوُسﱠسَجَت َلاَو ۖ ٌمْثِإ ﱢنﱠظلا َضْعَب

اًتْيَم ِهيِخَأ َمْحَل َلُكْأَي ْنَأ ْمُكُدَحَأ ﱡبِحُيَأ ۚ اًضْعَب

ٌميِحَر ٌباﱠوَت َ ﱠﷲ ﱠنِإ ۚ َ ﱠﷲ اوُقﱠتاَو ۚ ُهوُمُتْھِرَكَف

Artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah kamu mencari kesalahan orang lain dan jangan di antara kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah di antara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentu kalian akan merasa jijik. Bertakwalah kalian pada Allah,

sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 12)14

Sebagaimana yang telah dijelaskan, haram hukumnya dan

mendapatkan dosa besar bagi orang yang gemar bergunjing tentang hidup orang lain. Dan larangannya pun sudah tertulis pula

14

(41)

dalam dalil yang sudah Allah SWT jelaskan dan peringkatkan dalam Al-Quran, agar manusia tidak berlarut dalam dosa besar tersebut.

Hukum ghibah adalah haram, namun dihalalkan atau dibolehkan pada kasus tertentu sebagai pengecualian. Muhammad bin ‘Alan dalam kitab Dalil Dalil al-Falihin, Syarah kitab Hadits Riyadhush Shalihin, menyebutkan ada enam macam ghibah yang dibolehkan karena tidak ada jalan lain yang bisa dilakukan kecuali dengan ghibah tersebut. Keenam hal tersebut adalah sebagai berikut :15

1. At-Tazhallum (Terzalimi) yaitu seseorang yang dizalimi oleh orang lain boleh menceritakan atau memberitahukan kezaliman orang yang menzaliminya kepada penguasa.

2. Taghyir al-Munkar (Membasmi Kemungkaran) yaitu untuk mencegah dan menghentikan terjadinya kemungkaran dan kemaksiatan, maka seseorang boleh menceritkan (melaporkan keburukan yang dilakukan orang lain kepada pihak berajib agar dapat dicegah. Misal kita memberitahu orangtua dari teman kita baha anaknya telah berbuat yang tidak baik, lalu kita meminta tolong kepada orangtuanya untuk memperingkatkan anaknya agar tidak melakukan perbuatan tersebut.

3. Al-Istifa’ (Minta Nasihat) yaitu untuk memperoleh dalam menghadapi suatu masalah, maka seseorang diperbolehkan

15

Muhammad bin ‘Alan “Dalil Dalil al-Falihin, Syarah kitab Hadits Riyadhush Shalihin” bab 256

(42)

ghibah (menceritakan aib orang lain kepada orang yang dipandang mampu memberikan solusi).

4. Tahdzir al-Muslimin min al-Syarr (Menyelamatkan orang lain) dari kemungkinan tertipu atau terjerumus kedalam kejahatan. Misal ada teman kita yang ingin menikah dengan seorang laki-laki yang dikenalnya, dan boleh kita mengatakan “tidak baik kamu menikah denganya” atau menjelaskan secara jelas mengenai keburukan calon suaminya tersebut.

5. Al-Mujahir bifisqih (Orang yang secara terang-terangan menampakkan keburukan dirinya). Misal orang-orang yang minum kahmr secara terang-terangan, boleh kita menyebutkan perbuatannya itu kepada orang lain.

6. Al-Ta’rif (Identifikasi diri) yaitu seseorang yang sudah populer dengan suatu sebutan karena cacat pada dirinya, maka tidak ada jaln lain untuk mengidentifikasi kecuali ghibah. Misal kita mempunyai teman yang dikenal dengan nama “si buta” “si tuli” atau sebagainya, maka kita boleh menyebut nama-nama itu dengan niat untuk memperkenalkan bukan untuk menjelek-jelekkan.

C. Tinjauan Tentang Film

1. Film

Film yang sering kita dengar sebagai movie, gambar hidup, film teater atau foto bergerak, merupakan serangkaian gambar diam yang ketika ditampilkan pada layar akan menciptakan ilustrasi gambar bergerak karena efek dari fenomena sinematographi. Ilusi optik ini memaksa penonton untuk melihat gerakan berkelanjutan antar objek yang

(43)

berbeda secara cepat dan berturut-turut.16 Dalam proses pembuatan film menggabungkan seni dan industri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Pertama, film merupakan selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Yang kedua, film di artika sebagai lakon (cerita) gambar hidup.

Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke-19. Film adalah alat komunikasi yang truang lingkungnya tidak terbatas dimana didalamnya menjadi ruang ekspersi yang bebas dalam sebuah pembelajaran massa.

Film sebagai salah satu bentuk karya seni, sangat banyak sekali maksud dan tujuan yang terkandung dalam proses pembuatannya. Hal ini dipengaruhi juga oleh pesan yang ingin disampaikan oleh si pembuat film tersebut. Meskipun cara pendekatanya berbeda-beda, tetapi setiap film mempunyai satu sasaran yang sama yaitu menarik perhatian khalayak terhadap masalah-masalah yang terkandung dalam film tersebut.

Karena film merupakan transformasi dari kehidupan manusia, dimana nilai yang ada di dalam masyarakat seringkali dijadikan bahan utama dalam pembuatan film. Seiring dengan bertambahnya seniman film, kini bnyak film

16 Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, “Film”, https://id.wikipedia.org/wiki/Film , diakses pada tanggal 25 Desembehttps://id.wikipedia.org/wiki/Film 2020 pukul 21.21

(44)

yang menjadi suatu narasi dan kekuatan besar dalm membentuk klise massa. film juga dapat digunakan sebagai sarana propaganda yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk menarik perhatian masyarakat dan membangun emosi ketika dipertontonkan. Seperti tentang kekerasan, anti sosial, mempengaruhi atau memprovokasi orang lain, dan sebagainya. Kecemasan ini muncul berasal dari keyakinan kalau isi pesan mempunyai efek moral, psikologis dan masalah sosial yang merugikan.

Misi perfilman nasional Indonesia menurut Effendy dalam bukunya, mengemukakan bhaa selain sebagai media hiburan, film juga dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character

building. Fungsi edukasi dapat dicapai apabila memproduksi

film-film dokumenter dan film yag diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.17

Film dibentuk oleh dua unsur pembentuk yaitu unsur naratif dan unsur sinematik. Kedua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membuat sebuah film. Masing-masing unsur tidak dapat membuat film jika berdiri sendiri-sendiri. Karena bisa dikatakan jika unusr naratif adalah bahan atau materi yang akan diolah, dan unsur sinematik adalah cara dan gaya untuk mengolahnya.18

17 Effendi dan Erdianto, Komunikasi Massa, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2004),

hal.1360

18

(45)

Film dapat dipecah menjadi beberapa unsur, yaitu shot, adegan dan sekuen. Pemahaman tentang shot, adegan dan sekuan akan menjadi sangat berguna untuk membagi urutan-urutan (segmentasi) plot sebuah film secara sistematik. Segmentasi plot akan banyak membantu kita untuk melihat perkembangan plot sebuah film secara menyeluruh dari awal

sampai akhir.19

Mise-en-scene: adalah segala hal yang terletak didepan

kamera yang akan diambil gambarnya dalam proses produksi film, berasal dari bahasa Prancis yang memiliki arti “putting in

the scene”. Hampir dari semua gmabar yang kita lihat adalah

bagian dari mise-en-scene. Mise-en-scene memiliki empat aspek utama yaitu setting atau latar, kostum, make up, lighting atau pencahayaan, serta pemain dan pergerakannya.

2. Jenis-Jenis Film

Menurut Effendy, terdapat beberapa ajenis film berdasarkan sifanya, yaitu sebagai berikut:

a. Film Cerita (Story Film)

Adalah film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di bioskop dengan para bintang filmnya. Biasanya film ini berdurasi panjang minimal 1 jam. Sebagai cerita, film ini harus bisa menyentuh perasaan manusia atau membangun emosi manusia. Film bersifat audio visual, yang mana dapat disajikan kepada public dalam bentuk gambar yang bisa dilihat dan suara yang bisa didengar. b. Film Pendek

19

(46)

Film pendek merupakan sebuah karya yang juga berbetuk audio visual yang mana biasanya berdurasi kurang dari 60 menit. Film pendek merupakan salah satu bentuk film yang paling simple dan paling kompleks. Secara teknik, film pendek adalah film yang mmepunyai durasi kurang dari 50 menit.

Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan kebebasan bagi para pembuat film dan penontonnya, sehingga bentuknya menjadi sangat variasi. Film pendek juga bisa berdurasi 60 detik, yang terpenting adalah ide pemanfaatan media komunikasinya dapat berlangsung secara efektif.

Pada hakikatnya film pendek bukan merupakan reduksi dari film dengan cerita yang panjang. Tapi film pendek mempunyai karakteristik atau ciri tersenidri yang membedakan dengan film cerita panjang. Bukan karena pemaknaan yang sempit atau pembuatannya yang lebih mudah dan juga anggaran yang minim, tapi karena film pendek memberikan ruang gerak ekspresi yang lebih leluasa atau lebih bebas untuk para pemainnya.

c. Film Berita

Film ini biasanya berisi tentang fakta atau peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan harus mengandung nilai berita (newsvalue).

Dengan adanya TV yang mempunyai sifat audio visual seperti film, maka berita yang difilkan bisa di tayangkan di TV agar bisa ditonton oleh publik.

(47)

Adalah film yang mendokumentasikan kenyataan, sesuatu yang nyata atau film yang menyajikan hasil rekaman realitas dari peristiwa. Titik terberat dari film dokumenter adalah mengenai fakta atau peristiwa yang terjadi. Seringkali film dokumenter berkisar pada hal-hal yang merupakan perpaduan manusia dan alam.

e. Film Kartun

Kartun adalah gambar atau animasi dengan tampilan yang lucu yang mempresentasikan suatu kejadian.20 Titik berat dalam proses pembuatan kartun adalah pada seni lukisnya. Ditemukannya sinematografi telah menimbulkan gagasan kepada para pelukis untuk menghidupkan lukisannya. Lukisan-lukisan yang hidup inilah yang dapat menimbulkan kesan lucu dan menarik, karena dapat memainkan peranan yang mungkin diperankan oleh manusia.

Tokoh dalam kartun pun bisa dibuat ajaib, atau seolah bisa terbang, menghilang, menjadi besar dan bisa mengecil secara tiba-tiba. Biasanya kartun banyak disenangi oleh-oleh anak.

20 Wikipedia, Kartun, https://id.wikipedia.org/wiki/Kartun diakses pada 10 Februari 2021,

(48)

3. Teknik Pengambilan Gambar

Ada lima hal yang harus diperhatikan dalam mengambil gambar dalam kaidah jurnalistik televisi menurut Baskin, yaitu :21

a. Camera Angle yaitu sudut pengambilan gambar dimana

posisi kamera pada saat pengambilan gambar. Masing-masing angle mempunyai makna tertentu. Camera angle terbagi menjadi lima bagian sudut pengambilan gambar, yaitu sebagai berikut :

1) Bird Eye View, yaitu teknik pengambilan gambar yang

dilakukan oleh juru kamera dengan posisi kamera berada diatas ketinggian objek yang direkam. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan objek-objek yang lemah dan seakan tak berdaya.

2) High Angle, yaitu pengambilan gambar dari atas objek.

Selama kamera diatas objek maka hal ini sudah dianggap high angle. Kesan yang dtimbulkan dari pengambilan gambar menggunakan high angle yaitu kesan ‘lemah’. ‘tak berdaya’, ‘kesendirian’ dan kesan lain yang mengandung konotasi ‘dilemahkan’.

3) Low Angle, yaitu teknik sudut pengambilan gambar

dari arah bawah objek. Teknik ini meggambarkan kesan seseorang yang berwibawa atau berkuasa. Seseorang yang ditampilkan dengan sudut pengambilan gambar ini akan mempunyai kesan yang dominan.

21 Askurifai Baskin, Jurnalistik Telvisi: Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama

(49)

4) Eye Level, adalah teknik pengambilan gambar dimana

posisi kamera sejajar dengan objek. Hasil dari teknik ini yaitu memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang yang berdiri sejajar atau untuk seseorang yang mempunyai ukuran tubuh yang sama dengan objek. Dan teknik ini bisa dikatakan tidak mengandung kesan tertentu.

5) Frog Eye, yaitu teknik pengambilan gambar yang

dilakukan dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar atau alas kedudukan objek. Teknik ini menghasilkan kesan yang dramatis, gunanya yaitu untuk memperlihatkan suatu pemandangan yang aneh, ganjil bahkan mengerikan dan penuh misteri.

b. Frame Size (ukuran gambar), yaitu ukuran shot untuk

memperlihatkan situasi objek yang bersangkutan. Terdapat dua belas bagian dalam frame size, yaitu sebagai berikut : 1) Close-up, yaitu teknik pengambilan gambar dengan

jarak dari batas kepala hingga bagian bawah leher. Fungsi dari pengambilan gambar menggunakan teknik ini yaitu untuk memberi gambaran objek secara jelas.

2) Medium close-up (MCU), yaitu teknik pengambilan

gambar dengan jarak dari batas kepala hingga bagian atas dada. Teknik ini memiliki fungsi untuk menegaskan profil seseorang.

3) Big Close-Up (BCU), pengambilan gambar dengan

(50)

berfungsi untuk menonjolkan objek sehingga menimbulkan kesan atau ekspresi tertentu.

4) Extreme Close-up (ECU), pengambilan gambar yang

ukurannya dari jarak yang sangat dekat sekali. Fungsinya untuk menunjukkan detail suatu objek. 5) Mid Shot, pengambilan gambar dengan jarak dari atas

kepala hingga perut bagian bawah. Fungsinya untuk memperlihatkan seseorang dengan sosoknya.

6) Knee Shot, yaitu pengambilan gambar dari batas kepala

hingga lutut. Fungsinya untuk memperlihatkan sosok objek.

7) Full Shot, pengambilan gambar dari batas kepala

hingga kaki. Fungsinya untuk memperlihatkan objek dengan lingkan sekitarnya.

8) Long Shot, pengambilan gambar secara keseluruhan

objek penuh dengan latar belakangnya. Fungsinya untuk memperlihatkan objek dengan latar belakangnya. 9) One Shot, teknik pengambilan gambar dengan satu

objek. Fungsinya untuk memperlihatkan seseorang dalam frame.

10) Two Shot,. Teknik pengambilan gambar dengan dua

objek. Fungsinya untuk menampilkan dua objek yang sedang berinteraksi

11) Three Shot, teknik pengambilan gambar tiga objek.

Fungsinya untuk menunjukkan tiga orang yang sedang berinteraksi

(51)

12) Group Shot, teknik pengambilan gambar dengan

memperlihakan objek yang terdiri dari 3 orang atau lebih.

c. Gerakan Kamera, yaitu posisi kamera diam, sementara objek bidikannya bergerak. Dalam hal ini, terdapat tiga jenis gerakan kamera, antara lain :

1) Zoom and zoom out (yaitu gerakan mendekat dan

menjauh)

2) Tilting/till up and till down (yaitu gerakan dari bawah keatas dan dari atas ke bawah)

3) Panning right and panning left (yaitu gerakan kamera

dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri)

d. Gerakan Objek, yaitu posisi kamera diam, sementara objek bidikannya bergerak. Terdapat tiga gerakan objek, antara lain yaitu :

1) Objek sejajar dengan kamera

2) Walk in? walk away (gerakan objek menjauh dan

mendekat)

3) Framing (masuknya objek ke dalam frame film yang

sebelumnya kosong)

e. Komposisi, yaitu seni menempatkan gambar pada posisi yang baik dan enak untuk diliat. Ada tiga faktor yang menentukan komposisi dalam sebuah frame, yaitu :

1) Headroom, yaitu teknik pengaturan frame di bagian atas

hingga bagian bawah kepala objek.

2) Noseroom, yaitu jarak pandang seseorang terhadap objek

(52)

3) Looking space, yaitu bagian ruangan depan atau

(53)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Penulis Skenario

Bagus Sumartono adalah seorang penulis naskah kelahiran 5 Maret 1977, di Yogyakarta. Merupakan lulusan S1 Manajemen, Universitas Gadjah Mada. Ia juga merupakan Staff Akademik FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Pria yang akrab disapa Bacep ini memulai karir sebagai Desain Grafis pada tahun 1998, ia juga pernah menjadi Penata Artistik pada tahun 2003, dan sampai sekarang menjadi penulis lepas sekaligus Content Creator.1

Tak hanya menjadi seorang penulis naskah, tetapi juga pernah menjadi Director di film Indonesia River Restoration Movement yang mana ia juga sekaligus sebagai Penulis Naskah dalam film tersebut.

Prestasi

a. 2005 - Juara 1 Lomba Penulisan Naskah Panggung yang diadakan oleh Taman Budaya Yogyakarta.

b. 2007 - Film Pendek Terbaik Kompetisi Nasional Film Pendek untuk film: “Jalan Sepanjang Kenangan”, Fourcolours Film sebagai Penulis Naskah.

c. 2016 - Film Dokumenter Terbaik di “Okayama Award” untuk film: “Indonesia River Restoration Movement” sebagai Director dan Penulis Naskah.

1

(54)

d. 2018 - Film Pendek Terbaik di Piala Maya untuk film: “Tilik” sebagai Penulis Naskah.

(55)

B. Sinopsis Tilik

Gambar 3.1

Tilik yang mempunyai arti yaitu menjenguk adalah sebuah film pendek berbahasa Jawa yang diproduksi oleh Ravacana Films. Tilik merupakan salah satu film pendek yang lolos kurasi pada dana istimewa Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2018. Film yang di sutradarai oleh Wahyu Agung Prasetyo dan berdasarkan pada sebuah skenario buatan Bagus Sumartono tersebut dirilis pada September 2018.2

Ravacana Films merilis Tilik di kanal youtube secara gratis untuk khalayak umum. Tilik menceritakan tentang serombongan ibu-ibu yang pergi menggunakan truk untuk menjenguk Bu Lurah yang sedang dirawat di rumah sakit. Di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, diisi oleh ocehan Bu Tejo yang tidak henti mengumbar gosip tentang Dian, kembang desa yang cantik dan mandiri. Dengan luwesnya Bu Tejo membeberkan berbagai hal yang dianggap fakta

2

"Kisah di Balik Viralnya Film Tilik, Buah Penantian 2 Tahun". Radar Jogja. 22 Agustus 2020.

https://radarjogja.jawapos.com/2020/08/22/kisah-di-balik-viralnya-film-tilik-buah-penantian-2-tahun/ Diakses tanggal 30 September 2020

(56)

bahwa Dian yang merupakan calon menantu Bu Lurah itu adalah perempuan tidak benar, dan meresahkan warga terutama keutuhan rumah tangga karena dicurigai sering menggoda laki-laki terutama yang sudah berkeluarga.

Bu Tejo membicarakan hal-hal yang kurang baik tersebut karena ia melihat berita-berita yang ada di media sosial Facebook yang memuat tentang Dian. Namun tidak semua yang disampaikan oleh Bu Tejo diterima begitu saja, karena ada yang mengingatkannya yaitu Yu Ning, untuk tidak menelan informasi mentah-mentah tanpa mengetahui keakuratan sumbernya.

Tetapi di akhir cerita, digambarkan Dian memasuki sebuah mobil sedan yang di dalamnya ada seorang lelaki paruh baya yang dipanggil dengan sapaan “Mas”. Kepada lelaki tersebut Dian menumpahkan kegelisahannya dan mengungkapkan kalau ia sebenaranya tidak sanggup lagi untuk menjalani hubungan sembunyi-sembunyi dan ingin segera menikah. Dia juga khawatir tentang Fikri, apakah Fikri bisa menerima kenyataan bila mengetahui ayahnya akan menikah dengannya

C. Tim Produksi Film Tilik

Sutradara : Wahyu Agung Prasetyo Produser : Elena Rosmeisara Penulis : Bagus Sumartono Musik : Redy Afrians Sinematografi : Satria Kurnianto Penyunting : Indra Sukmana

(57)

Egha Harismina Rumah Produksi : Ravacana Films Tahun rilis : 2018 (Indonesia)

2020 (Youtube) Durasi : 32 menit Negara : Indonesia

Bahasa : Jawa

Pemeran :

Siti Fauziah sebagai Bu Tejo Briliana desy sebagai Yu Ning Angelina rizky sebagai Bu Tri Dyah Mulani sebagai Yu Sam Lully Syahkisrani sebagai Dian

Hardiansyah Yoga Pratama sebagai Fikri Tri Sudarsono sebagai Minto (Ayah Fikri) Tri Widodo sebagai Gotrek

Ratna Indviastuti sebagai Yati

(58)

D. Production House

Film pendek Tilik di produksi oleh sebuah Production House yang berdomisili di Yogyakarta yang bernama Ravacana Films dan terbentuk sejak 2015. Ravacana Films lahir atas asas kolektif oleh beberapa orang yang memiliki visi yang sama utuk menggali potensi kolektif di bidang perfilman.3 Ravacana Films hadir atas semangat anak muda untuk mengehadirkan karya-karya film maupun video yang dapat bersaing di kancah nasional masupun internasional.

Dalam proses pengkaryaan, Ravacana Films selalu melibatkan orang-orang yang memilki ketertarikan di bidang film, baik dari klanagan profesional maupun pemula. Hingga kini, Ravacana Films telah memproduksi lebih dari sepuluh karya audio visual yang meliputi film pendek, serial film dan iklan.

Adapun film pendek yang telah di produksi oleh Ravacana Films yaitu Nilep, Singsot, Kodhok, Anak Lanang, Tamasya Mencari Senja, Tilik, Rooftop & Afternoon Talks, Setengah Hari Kurang Sedikit, Sebuah Sinag Dan Perdebatan Dalam Lingkaran, Lamun Sumelang, Geladiresik, dan Ubag-Ubag. Kemudian ada juga series atau serial yang berjudul Truly Manly.

Tidak hanya memproduksi film pendek ataupun serial film, Ravacana Films juga banyak sekali memproduksi iklan layanan masyarakat, yaitu Pocongan, Jogja Berhati Nyaman, Guyub, Tertindas Identitas, Hompimpa, Dialogue, Jihad, Hala Indonesia dan Legenda Rompi Baru. Selain itu, Ravacana Films juga memproduksi musik video yang berjudul A Story of The Sun & The Moon.

3 Deskripsi Ravacana Films, https://ravacanafilms.com/history/ , diakses pada 19 Januari

(59)

Sebagai Production House, Ravacana Films tentu saja memiliki program acara4, diantaranya yaitu PMR (Program Magang Ravacana) merupakan program berbagi pengalaman bersama teman-teman yang memiliki ketertarikan pada dunia films. Dan program ini dilaksanakan dua kali setiap tahunnya, dengan satu periode PMR selama tiga-empat bulan. Selain itu ada juga Radiasi (Ravacana Edukasi) yaitu program yang membahas tentang sisi teknis dalam pembuatan sebuah film. Baik dari sisi visual atau hal-hal yang berkaitan dengannya. Dalam program Radiasi biasanya menyuguhkan informasi secara lugas dan informatif.

Kemudian ada Brochill (Ngobrol sambil Chill) adalah program yang berisi obrolan ringan bersama para sineas dan pelaku seni Yogyakarya. Brochill biasanya menyajikan cerita-cerita di balik layar, proses penggarapan karya, dan perjalanan sineas pilihan pemirsa. Selanjutnya ada Spoiler, program yang membahas tentang film dan hal-hal yang ada disekitarnya. Diinisiasi atas dasar pelepasan penat, dan spoiler menjadi tempat untuk diskusi bersama. Dalam program Spoiler, biasanya menyuguhkan ulasan film dan berita-berita terbaru mengenai dunia perfilman.

Program selanjutnya yaitu Drakor (Drama Komedia Ravacana) adalah program yang menyajikan sketsa komedia seputar kehidupan yang lucu dan menghibur. Program Drakor memuat konten tematik yang dapat menyegarkan di akhir pekan. Dan program yang terakhir yaitu Collab (Program Kolaborasi) adalah salah satu upaya

4

Ravacana Film, “Program Acara” https://ravacanafilms.com/programs/ diakses pada 26 Juni 2021 pukul 14.40

Gambar

Gambar 3.2 Tokoh Bu Tejo
Gambar 3.3 Tokoh Yu Ning
Gambar 3.4 Tokoh Dian
Gambar 3.6 Tokoh Yu Sam
+6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pengetahuan Pajak, Sosialisasi Pajak, Dan Sanksi Denda, Terhadap Kepatuhan Pajak Bumi Dan Bangunan Dengan Variabel Moderating Tingkat Ekonomi”.(Studi kasus Di

Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui dampak modernisasi terhadap kehidupan geisha (芸者) dan menjelaskan proses perubahan kehidupan geisha (芸 者) menuju

Stimulan psikomotor merupakan golongan obat yang dapat menstimulasi susunan saraf pusat sehingga dapat mengurangi kelelahan akibat aktivitas tubuh yang berlebihan, serta

Setelah adanya strategi dan sub-sub strategi yang dilaksanakan oleh BNN Kota Samarinda yakni pencegahan, pemberdayaan masyarakat, rehabilitasi, dan pemberantasan dalam

pun jenis stresor nya.. mengaktifkan sistem saraf  simpatis. Mengeluarkan CRH untuk merangsang sekresi ACTH dan kortisol, dan memicu  pengeluaran Vasopresin. Stimulasi

Dari beberapa provinsi di wilayah Sulawesi itu sendiri , salah satu daerah yang memiliki struktur geologi yang kompleks adalah Sulawesi itu sendiri , salah satu

Indikator-indikator peningkatan profesionalisme guru melalui implementasi lesson study, adalah pengembangan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang selalu

Itu saja menurut saya sudah cukup, tidak perlu mencatat karena uang juga sedikit, waktunya juga Cuma satu minggu, orang tua tidak pernah meminta catatan ataupun melihat nota