• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA KELUARGA DALAM BALUTAN CERITA FANTASTIK PADA KUMPULAN CERPEN BIDADARI YANG MENGEMBARA KARYA AS LAKSANA. Uhtia Fajrihati O.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKNA KELUARGA DALAM BALUTAN CERITA FANTASTIK PADA KUMPULAN CERPEN BIDADARI YANG MENGEMBARA KARYA AS LAKSANA. Uhtia Fajrihati O."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA KELUARGA DALAM BALUTAN CERITA FANTASTIK PADA KUMPULAN CERPEN BIDADARI YANG MENGEMBARA

KARYA AS LAKSANA Uhtia Fajrihati O.

Penelitian ini berjudul “Makna Keluarga dalam Balutan Cerita Fantastik pada Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya AS Laksana” dan bertujuan untuk mengetahui struktur cerita fantastik dan makna keluarga dalam kumpulan cerpen tersebut. Alasan penelitian ini hanya mengambil sembilan dari dua belas cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen tersebut adalah: pertama, menghadirkan cerita-cerita dengan isu tentang keluarga yang tidak diceritakan secara realis. Kedua, narator dalam beberapa cerpen diposisikan sebagai pihak yang mendengar kisah-kisah melalui pihak lain yang kemudian mengisahkannya kembali kepada pembaca.

Penelitian ini menggunakan metode content analysis (analisis isi) dengan memanfaatkan teori fantastik yang dikemukakan oleh Tzvetan Todorov, untuk mendeskripsikan dan meneliti struktur fantastik yang meliputi narator, tokoh, alur, dekor realis, dan peristiwa-peristiwa aneh dalam kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara.

Setelah menemukan aspek-aspek fantastik dalam teks, kemudian dilakukan pemaknaan tekstual mendalam terhadap teks tersebut.

Dalam penelitian ini terlihat bahwa teks-teks dalam kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara menggunakan cerita fantastik untuk menyampaikan makna keluarga.

Cerita fantastik dimanfaatkan untuk mengungkap absurditas dalam keluarga. Imajinasi- imajinasi absurditas yang dihadirkan adalah rangkaian untuk mengungkap makna keluarga tersebut. Absurditas dalam cerpen-cerpen dihadirkan melalui problem keluarga yang kompleks. Selain itu, berdasarkan analisis tentang makna keluarga dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga menghadirkan dua sisi makna, positif dan negatif. Makna pertama keluarga adalah sumber masalah. Keluarga tidak menghadirkan kedamaian bagi masing-masing anggota keluarganya, akan tetapi justru menghadirkan berbagai maslah yang justru merugikan anggota keluarga lainnya. Dilain pihak, keluarga dapat dimaknai sebagai tempat belajar. Lingkungan keluarga adalah tempat belajar pertama kali dan sebagai pembentukan karakter individu.

Kata-kata kunci: cerita fantastik, struktur, makna keluarga.

Pendahuluan

Tema fantastik sebenarnya sudah sejak lama dihadirkan dalam karya-karya sastra penulis Indonesia. Cerita seram adalah istilah yang digunakan oleh H.B. Jassin untuk menyebut karya dengan genre yang sama dengan fantastik (Djokosujatno, 2005:33).

Fantastik secara umum berarti segala aktivitas imajiner, dengan kata lain bahwa semua karya sastra termasuk ke dalam fantastik. Secara khusus, fantastik adalah sastra yang tidak disajikan secara realis seperti dongeng, teks-teks surrealis, dan cerita horor.

Salah satu karya yang mengusung tema cerita fantastik adalah kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara (selanjutnya disebut BYM) karya AS Laksana. Kumpulan cerpen ini pernah terpilih sebagai buku sastra terbaik tahun 2004 versi Majalah Tempo (http://id.wikipedia.org/wiki/A.S._Laksana). Seluruh cerpen yang terdapat di dalamnya

(2)

pernah diumumkan terlebih dahulu dalam halaman sastra koran-koran ibukota, antara tahun 1990-an dan 2000-an.

Membaca cerpen-cerpen dalam BYM, pembaca akan dihadapkan pada kebimbangan antara yang logis dan tidak logis. Fantastik menghadirkan dua kemungkinan, yaitu penjelasan natural atau logis dan penjelasan supranatural yang tidak rasional dan dianggap tidak logis, keduanya harus disajikan sama kuat yang dapat menimbulkan efek kebimbangan pembaca. Cerita fantastik juga menyimpan pesan yang ingin disampaikan melalui cara bercerita yang unik. Cerita tidak berhenti sebagai cerita fiksi, akan tetapi memiliki makna di luar cerita itu sendiri.

Kumpulan cerpen BYM menjadi problematik dan dijadikan bahan material dalam penelitian ini karena, pertama menghadirkan cerita-cerita dengan isu tentang keluarga yang tidak diceritakan secara realis. Kedua, narator dalam beberapa cerpen diposisikan sebagai pihak yang mendengar kisah-kisah melalui pihak lain yang kemudian mengisahkannya kembali kepada pembaca.

Cerita tentang keluarga adalah tema yang dominan dalam kumpulan cerpen ini.

Objek material dalam penelitian ini adalah sembilan cerpen yaitu, ”Menggambar Ayah”,

”Seorang Ibu yang Menunggu”, ”Seekor Ular dalam Kepala”, ”Telepon dari Ibu”,

”Buldoser”, ”Bangkai Anjing”, ”Rumah Unggas”, ”Peristiwa Pagi Hari”, dan ”Cerita tentang Ibu yang Dikerat”. Dipilihnya sembilan cerpen ini disebabkan kesembilan cerpen tersebut menggambarkan isu-isu tentang keluarga dengan balutan cerita fantastik.

Berdasarkan uraian tersebut, kedua karya akan dianalisis dengan menggunakan teori fantastik Tzvetan Todorov, untuk mengetahui fakta-faka fantastik yang diungkapkan dalam kumpulan cerpen tersebut dan klasifikasi berdasarkan genre dan subgenre fantastik.

Kemudian dilanjutkan dengan analisis makna tekstual dalam BYM khususnya tentang makna keluarga.

Dengan terungkapnya struktur cerita fantastik dalam kumpulan cerpen BYM karya AS Laksana diharapkan dapat memperkaya khasanah intelektual. Artinya, terungkapnya struktur dalam kumpulan cerita ini akan menambah pengetahuan masyarakat bahwa cerita fantastik bukanlah cerita tidak bermutu dan tidak mengandung amanat di dalamnya.

Adanya tema fantastik justru semakin menarik minat pembaca untuk tetap membaca hingga akhir cerita. Bahkan memiliki tujuan dan makna tertentu dibalik cerita fantastik tersebut.

Bidadari Yang Mengembara dalam Kerangka Cerita Fantastik

Penelusuran ciri struktur fantastik dalam sembilan cerpen Bidadari yang Mengembara, memberikan objek material yang lengkap dalam penelitian ini. Analisis tersebut tidak berhenti pada unsur intrinsik, melainkan juga memiliki jalinan pemaknaan di luar teks yang dihadirkan. Lebih lanjut akan dilakukan analisis mengenai jalinan makna tekstual yang menjadi interpretasi atasnya.

Cerita fantastik menghadirkan hal-hal yang tidak mungkin ditemukan di dalam dunia nyata. Peristiwa tidak nyata tersebut adalah metode untuk menilai dunia nyata itu sendiri yang justru berpeluang membuka batas-batas kenyataan sebuah realitas yang lain.

Cerita fantastik dipandang sebagai cerita yang menggunakan cara yang berbeda untuk menyampaikan sebuah realitas.

Analisis yang pertama dilakukan adalah analisis struktur fantastik atas sembilan cerpen dalam kumpulan cerpen berdasarkan unsur intrinsiknya, sehingga pada akhirnya

(3)

secara keseluruhan tidak sepenuhnya berada pada tataran dunia supranatural. Dalam artian, penjelasan logis atau penjelasan menurut hukum natural sedikit banyak selalu ada dalam tiap cerpen. Peristiwa-peristiwa fantastik yang dihadirkan hanya sebagai pendamping cerita.Hal tersebut ditunjukkan melalui hasil analisis yang tampak pada tabel sebagai berikut ini.

Tabel 2

Klasifikasi Genre dan Subgenre dalam Bidadari yang Mengembara

Judul Cerpen

Kategori (Genre dan Subgenre)

Marvellous Fantastik Marvellous

Fantastik Murni

Fantastik

Uncanny Uncanny

“Menggambar Ayah” X

“Seorang Ibu yang Menunggu” X

“Seekor Ular dalam Kepala” X

“Telepon dari Ibu” X

“Buldoser” X

“Bangkai Anjing” X

“Rumah Unggas” X

“Peristiwa Pagi Hari” X

“Cerita tentang Ibu yang Dikerat” X

Berdasarkan analisis struktur fantastik di atas ditemukan beberapa hal. Diantaranya, tokoh-tokoh yang dihadirkan pada sebagian besar cerpen adalah tokoh anak-anak yang sekaligus sebagai narator dalam cerpen. Tokoh anak sebagai pencerita cenderung menonjolkan kondisi kejiwaan yang dialami oleh si anak. Sehingga dalam penceritaannya sering kali “semaunya sendiri”. Dalam artian bahwa pembaca diajak kepada pola pikir anak-anak yang sering berfantasi dan sibuk dengan imajinasinya. Hal tersebut kemudian menimbulkan efek fantastik yang dirasakan oleh pembaca.

Sepintas dari judul-judul dalam kumpulan cerpen BYM banyak menggunakan diksi ibu, ayah dan rumah. Pilihan diksi tersebut bukan tanpa alasan. Kumpulan cerpen BYM banyak mengangkat tema tentang keluarga yang diceritakan dengan fantastik. Tema keluarga yang menjadi tema dominan dalam cerpen-cerpen tersebut didukung dengan penghadiran anak-anak sebagai narator. Dengan demikian, narator merangkap sebagai tokoh yang terlibat di dalam cerita. Meskipun tetap ada cerita yang menggunakan narator di luar cerita itu sendiri. Tema keluarga yang dihadirkan seputar permasalahan orang tua dengan anak-anaknya dan problematika dalam rumah tangga. Lebih lanjutnya hal tersebut akan dibahas pada analisis makna tekstual selanjutnya .

Setelah mengetahui struktur fantastik dan beberapa temuan pada masing-masing cerpen BYM, analisis akan dilanjutkan pada penelusuran makna tekstual khususnya tentang isu-isu keluarga dan problem dalam rumah tangga. Hal itu dilakukan karena penelitian ini tidak membiarkan analisis hanya berhenti pada tataran struktur. Struktur yang dianalisis pada bab ini nantinya akan dimanfaatkan untuk penelusuran makna keluarga.

(4)

Wujud Khayalan dan Pemberontakan Anak terhadap Orang Tua

Cerpen “Menggambar Ayah” dikategorikan dalam subgenre fantastik uncanny.

Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa hal-hal supranatural yang terjadi dalam cerita hanyalah khayalan tokoh semata. Tokoh Aku terobsesi oleh keinginannya bertemu dengan sang ayah. Sejak lahir dan sepanjang cerita, sang tokoh hanya hidup berdua dengan ibunya yang mengandung dirinya di luar nikah. Begitu kerasnya obsesi itu, di suatu hari, sang tokoh mulai menggambar sebatang penis di dinding kamarnya yang dia analogikan sebagai ayah. Meskipun pada akhirnya ibu melarangnya untuk menggambar ‘ayah’ tersebut. Dia berbincang-bincang dengan gambar tersebut, berguru dan belajar banyak hal. Makin hari, sang tokoh merasa semakin dekat dengan gambar tersebut dan ingin selalu bersama, maka dia lalu menggambar ‘ayahnya’ di setiap dinding rumah hingga tembok-tembok kota.

Untuk menghilangkan kerinduan tersebut tokoh Aku mulai berkhayal.

Khayalan dirasa menjadi solusi terbaik dari masalah yang dihadapi. Khayalan-khayalan yang diciptakan seolah mampu menggantikan kehadiran ayah yang sebenarnya. Khayalan tentang sosok ayah dihadirkan dalam gambar-gambar yang berbentuk penis. Gambar

‘ayah’ dikhayalkan memiliki kesempurnaan sebagai seorang ayah yang perhatian dengan anaknya. Seperti pada kutipan berikut: “Aku ingin selalu berdekatan dengan bapakku sehingga ia bisa selalu mengawasi pertumbuhanku. Bapak yang baik katanya harus bisa menjadi ayah, guru, dan kawan bermain bagi anaknya.” (Laksana, 2004:15). Dari kutipan tersebut digambarkan sosok ayah yang diidamkan kehadirannya oleh seorang anak.

Dengan demikian khayalan dapat diartikan sebagai sesuatu yang belum atau tidak dimiliki.

Khayalan tersebut dapat berupa harapan dan kesempurnaan yang ingin dimilikinya.

Sebagai seorang anak yang terus-menerus mendapat perlakuan buruk dari orang tuanya, pemberontakan digunakan sebagai salah satu solusi. Tokoh Aku memberontak melalui identifikasinya mengenai sosok ayah secara mandiri. Puncak kemarahannya adalah saat dia tidak dapat mentolerir intervensi orang luar terhadap hubungan dia dengan ayahnya, termasuk ibunya sendiri. Akumulasi dari kemarahan anak akhirnya dituangkan dalam bentuk pemberontakan. Pemberontakan dijadikan sebagai hukuman untuk orang tua.

Seperti pada cerpen sebelumnya, “Rumah Unggas” dikategorikan dalam kelompok cerita uncanny. Ketidakmungkinan dalam cerpen adalah bagian dari dramatisasi cerita.

Seperti dalam “Menggambar Ayah”, tokoh dalam cerpen ini juga sering berkhayal. Jono sebagai seorang ayah seringkali bercerita tentang leluhur-leluhurnya. Akan tetapi kebenaran tentang leluhur-leluhur tersebut tidak dapat dibuktikan. Cerita tentang leluhur dan warisan yang ditinggalkannya hanya imajinasi tokoh, atau cerita yang sengaja dibuat untuk menarik simpati anak-anaknya.

Cerpen ini mengungkap seseorang yang sudah tidak tahan dengan tingkah laku keluarganya, khususnya sang ayah. Kebencian terhadap anggota keluarga yang lain semata-mata disebabkan oleh sang ayah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ayah adalah sumber dari segala masalah dan kebencian dalam keluarga. Kebencian yang berlebihan terhadap ayahnya menjadikan tokoh mencari jalan lain sebagai solusi. Solusi yang diambil dimanfaatkan sebagai sarana balas dendam dan wujud pemberontakan anak. Jalan yang ditempuh tersebut adalah dengan mengganti air yang diminum oleh ayahnya setiap pagi dengan air yang diambil dari genangan di ceruk kakus. Tokoh mendapat kepuasan dan merasa rileks setelah melakukan hal tersebut.

(5)

Berdasarkan seluruh penjelasan tersebut dapat disimpulkan, bahwa wujud pemberontakan yang dilakukan oleh anak disebabkan oleh kebenciannya terhadap orang tua, atau salah satu diantaranya. Meskipun beberapa diantaranya tidak benar-benar melakukan pemberontakan. Akan tetapi hanya sebatas khayalan sebagai cerminan harapan yang belum atau tidak dimiliki. Khayalan mampu mewujudkan gambaran keinginan seseorang. Khayalan tersebut pada akhirnya menjadi solusi untuk memperoleh kepuasan, atau bentuk lain dari realitas yang diinginkan.

Perempuan yang Mendominasi dalam Rumah Tangga

BYM tidak hanya menghadirkan problem orang tua dan anak, akan tetapi juga masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan berumah tangga. Cerpen “Seekor Ular dalam Kepala” adalah cerpen yang mengisahkan tentang kehidupan rumah tangga dan problematikanya. “Seekor Ular dalam Kepala” bercerita tentang kehidupan sebuah keluarga yang terdiri atas suami dan istri yaitu Rob dan Lin. Kehidupan rumah tangga mereka baik-baik saja. Akan tetapi lama kelamaan istri merasakan kebosanan dengan kehidupan yang sedang dijalaninya sehingga dia berhalusinasi tentang ular dalam kepala.

Alasan tersebut dimanfaatkan oleh istri untuk dapat berselingkuh.

Tokoh dalam cerpen ini merasakan seekor ular masuk ke dalam kepalanya. Lalu ular tersebut menjadi berpengaruh dalam kehidupan sehari-harinya. Ular dalam kepala bukanlah ular dalam artian yang sebenarnya. Akan tetapi ular tersebut dimaknai sebagai sisi pemberontakan dari tokoh sebagai seorang istri. Tokoh tersebut tiba-tiba menjadi perempuan yang bebas, bebas bertindak dan mengatakan apa saja yang ada dalam pikirannya.

Tokoh istri menggambarkan perempuan yang lebih mendominasi suaminya. “Di depan pintu, perempuan itu menciumnya. Setiap hari seperti itu, bukan Rob yang mencium istrinya, tetapi istrinyalah yang mencium Rob.” (Laksana, 2004:54). Suami selalu menjadi objek dari sang istri. Istrinya lebih memiliki inisiatif dari pada suami. Rob lebih banyak diam dan Lin selalu menguasai pembicaraan. Lin lebih bebas mengutarakan pikirannya dibandingkan suaminya. Dengan kata lain, Lin secara tidak sadar mendominasi dalam rumah tangga.

Cerpen ini mencoba mengkritisi perbedaan-perbedaan yang sering terjadi antara suami dan istri dalam kehidupan berumah tangga. Sikap superior laki-laki yang memaksa istri untuk selalu menjadi inferiornya sering menjadi masalah dalam rumah tangga. Fakta tersebut justru didobrak dalam cerpen ini. Suami yang cenderung pasif pada akhirnya dapat dikendalikan oleh sang istri.

Ayah sebagai Pemimpin dalam Keluarga

Sebagian besar cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen BYM, menghadirkan tokoh ayah dengan berbagai macam karakter. Berkaitan dengan ayah sebagai pemimpin dalam keluarga, beberapa cerpen dalam BYM mampu menghadirkan sosok ayah sebagai seorang pemimpin. Cerpen-cerpen yang menunjukkan sosok ayah sebagai seorang pemimpin yang baik dalam keluarga meskipun sedang dilanda musibah, yaitu “Buldoser” dan “Bangkai Anjing”.

“Buldoser” berada pada ketegangan antara natural dan supranatural dan menjadikannya masuk dalam subgenre fantastik marvellous. Hingga akhir cerita tidak ditemukan penjelasan secara natural. Keberadaan mimpi dianggap sebagai peringatan

(6)

tentang datangnya bahaya. Dengan kehadiran mimpi tersebut, tokoh digiring untuk mengetahui peristiwa selanjutnya yang akan menimpa ayahnya.

“Buldoser” menghadirkan ayah sebagai pemimpin keluarga yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. Ayah adalah orang yang baik, sabar, dan pasrah dengan nasib yang diterimanya. Seperti pada kutipan berikut ini, “Ayah terus-menerus mengingatkan aku agar jangan pernah mengumpat dan menyesali nasib, bahkan untuk nasib yang paling buruk sekalipun.” (Laksana, 2004:72). Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa sebagai seorang ayah harusnya mampu memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya.

Tidak hanya memberikan nasehat, akan tetapi juga memberikan contoh langsung dengan melakukan perbuatan sesuai dengan apa yang diucapkan kepada anaknya. Jika hal tersebut dilakukan dengan benar, anak akan tetap mengingat nasehat yang disampaikan oleh ayahnya.

Cerpen “Bangkai Anjing” berada pada tataran hukum natural. Keanehan-keanehan yang dihadirkan dimanfaatkan untuk menambah efek fantastik semata. Hal tersebut menjadikan cerpen ini masuk ke dalam genre uncanny. Akhir jalinan ceritanya dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Berkisah tentang wartawan Jakarta sebagai seorang anak yang teringat akan masa lalunya tentang ayah dan masa kecilnya. Pekerjaan sebagai seorang wartawan dan latar Jakarta dimanfaatkan sebagai dekor realis dalam cerpen ini.

Ayah dalam “Bangkai Anjing” adalah seorang ayah yang dikucilkan oleh anak- anaknya karena memiliki wajah yang buruk rupa. Akan tetapi ayah mampu bertanggung jawab dan menjadi pemimpin bagi anaknya meskipun anak-anak tersebut tidak menghiraukannya. Ayah tetap sabar menghadapi perlakuan anak-anaknya. Dari cerpen ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa apapun yang terjadi seorang ayah tetaplah memiliki kewajiban untuk menghidupi anak-anaknya. Memberikan contoh yang baik kepada mereka. Meskipun mendapat perlakuan yang buruk dari anaknya. Ayah yang baik dan bertanggung jawab dalam sebuah keluarga hanya ingin membahagiakan keluarga, dan bersedia menjadi orang pertama yang menderita ketika dilanda musibah.

Berdasarkan deskripsi tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua cerpen mencoba memberikan gambaran tentang ayah yang mampu menjadi pemimpin dan contoh bagi anak-anaknya. Ayah adalah pemimpin dalam keluarga yang mengarahkan seluruh anggota keluarga. Dari ayah dapat ditemukan sosok kepahlawanan, rasa tanggung jawab, dan ketegasan. Ayah hanya berharap agar anak-anak dan istrinya mendapatkan kebahagiaan.

Gejala Emosional sebagai Salah Satu Bentuk Trauma pada Anak

Pada bab sebelumnya disebutkan bahwa pencerita cerpen “Cerita tentang Ibu yang Dikerat” mampu menghadirkan kebimbangan kepada pembaca hingga akhir cerita.

Pencerita bahkan bimbang dengan kebenaran cerita yang tengah disampaikan. Berdasar pada hal-hal tersebut, akhirnya disimpulkan bahwa cerpen ini masuk ke dalam kategori genre fantastik murni.

Cerpen “Cerita tentang Ibu yang Dikerat” menceritakan tentang seorang anak yang ditinggal mati oleh ibunya. Ibunya dibunuh dengan cara dikerat batang lehernya dengan pisau dapur oleh seseorang ketika sedang tidur dengan anak tersebut. Si anak merasa sangat kehilangan setelah kematian ibunya. Anak tersebut memiliki hubungan yang baik dengan ibunya, mereka berdua memiliki kedekatan satu sama lain.

Cerpen ini mengungkap trauma yang dialami oleh seorang anak akibat ditinggal mati oleh ibu atau keluarganya. Trauma terjadi karena kejadian eksternal yang pernah

(7)

mempengaruhi serta membingungkan anak, sehingga dia tidak tahu bagaimana menangani situasi tersebut. Dia tidak tahu bagaimana harus bereaksi terhadap perasaan-perasaan emosi yang ia alami karena kejadian tersebut.

Gejala emosional yang dialami oleh Alit memperlihatkan reaksi traumatis dengan reaksi yang berlebihan. “Kemudian aku mendengar bahwa Alit mulai membiasakan diri duduk di pojokan sendirian saja, tersenyum atau merintih atau menjerit-jerit, namun tetap seperti orang tidur.” (Laksana, 2004:147-148). Gejala emosional yang ditunjukkan Alit disebabkan dia masih merasa ketakutan. Ketakutan itu terus membayanginya, karena dia terus-menerus ingat kejadian trauma yang menimpanya.

Setelah kematian ibunya, Alit merasa dunia selalu malam hari, merah, dan sunyi.

Malam identik dengan kelam, kesedihan, dan putus asa. Sedangkan merah dapat berarti darah atau emosi. Malam dan darah menjadi perwakilan perasaan Alit atas kesedihannya.

Pada saat ibunya meninggal, di kasur tempat mereka tidur berkubang darah yang keluar dari sayatan leher ibunya. Kubangan darah dengan warna merah tersebut tidak dapat dihilangkan Alit dari ingatannya.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa trauma yang dialami oleh seorang anak susah dimengerti dan berbahaya baginya. Setelah kejadian trauma sang anak merasa tidak percaya diri sendiri, tidak tahu bagaimana harus bereaksi, dan ketakutan bahwa kejadian trauma akan terulang. Trauma dapat melukai jiwa anak, menimbulkan gejala-gejala emosional, dan bahkan mengakibatkan kelainan tingkah laku.

Peran Ibu dalam Keluarga Berbeda dengan cerpen-cerpen sebelumnya yang seakan menghadirkan pandangan negatif

tentang isu keluarga dan rumah tangga. Cerpen “Telepon dari Ibu” justru mengangkat isu tersebut secara positif. Ingatan tentang masa lalu disisipkan sebagai penguat cerita.

Seluruh peristiwa yang disajikan terbatas pada wilayah natural. Peristiwa yang nampaknya supranatural hanya terdapat pada pikiran tokoh semata. Sehingga cerpen ini masuk dalam genre uncanny.

Cerpen ini bercerita tentang kehidupan suami istri yang tengah menunggu kelahiran anak mereka. Ketika menunggu proses kehamilan, Yun sang istri teringat tentang masa lalu dengan ibunya. Ingatan akan ibu tersebut menjadi dasar cerita dalam cerpen ini. Ingatan tersebut kemudian membentuk peristiwa-peristiwa baru yang saling berkaitan.

Ibu adalah sosok yang selalu mengajarkan tentang kebaikan kepadanya. Seperti pada kutipan berikut, “….Cobalah kurangi rokokmu. Terakhir kali di sini, Ibu lihat kau terlalu banyak merokok.” (Laksana, 2004:62). Kutipan tersebut menunjukkan bahwa ibu selalu mengingatkan anaknya tentang hal-hal yang baik. Ibu mendidik anaknya juga demi kebaikan anak tersebut. Kasih sayang seorang ibu merupakan tumpuan hangat seorang anak.

Yun bersyukur bahwa nantinya bayi yang tengah dikandungnya masih memiliki seorang nenek. Yun bangga dengan ibunya. “Pada saatnya nanti ia akan bisa menceritakan kepada anaknya tentang neneknya—sebuah akar dari mana pohon keluarga mendapatkan kekuatannya—yang suka menanyakan hal-hal yang sudah berlalu bertahun-tahun yang lalu.” (Laksana, 2004:68). Seorang ibu adalah kekuatan di dalam keluarga. Peran ibu sangat penting terutama dalam mendidik anak-anak. Lingkungan keluarga merupakan ranah dasar yang sangat menentukan kehidupan anak di masa selanjutnya. Masa awal pembentukan kepribadian seorang anak dilalui dalam buaian dan kasih sayang seorang

(8)

ibu. Kebiasaan dan pola tindakan seorang ibu akan menjadi model perilaku dan kepribadian anak-anaknya.

Pentingnya Pendidikan Seks bagi Anak

Kumpulan cerpen BYM juga menghadirkan permasalahan orang tua dan anak yang berkaitan dengan masalah seksualitas, dalam hal ini tentang pendidikan seks. Dua cerpen yang mengangkat permasalahan tersebut adalah “Seorang Ibu yang menunggu” dan

“Peristiwa Pagi Hari”. Akan tetapi keduanya memiliki peran tokoh yang berbeda berkaitan dengan seksualitas. Cerpen pertama menghadirkan tokoh anak-anak, sedangkan cerpen kedua tokoh sudah beranjak dewasa atau masih remaja.

Analisis sebelumnya telah menemukan permasalahan utama dalam cerpen

“Seorang Ibu yang Menunggu” adalah pertanyaan anak perihal jalan keluar bayi dari dalam perut ibunya. Peristiwa lain yang terjadi dalam cerpen masih berada dalam tataran hukum natural. Rasa penasaran yang dialami oleh anak masih pada tataran wajar untuk anak seusianya. Oleh karena itu cerpen ini dikategorikan dalam genre uncanny.

Orang tua harus mulai mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan seputar hal tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari anak mencari tahu dari sumber yang salah sehingga bisa membuat persepsi yang salah. Menghadapi pertanyaan- pertanyaan tersebut orang tua harus dapat menjelaskan dengan kata-kata dan ilustrasi yang mudah dimengerti oleh anak seusianya.

Cerpen “Peristiwa Pagi Hari” bercerita tentang seorang anak yang membayangkan variasi kematian ayahnya untuk memicu orgasme. Seperti tampak pada kutipan berikut.

Tapi ayahnya bukan orang tua yang suka menunjukkan perhatian kepada anaknya, karena itu Alit melakukan onani sembari membayangkan kematian mendekati ayahnya, semula dalam wujud makhluk bersayap warna putih, lalu ia ubah makhluk itu menjadi loreng dan mukanya dilumuri warna peperangan. Ia juga kemudian sering membayangkan, ketika melakukan onani, orang tua itu sekarat tanpa menghadapi malaikat berbentuk apa pun sehingga nyawanya lepas dengan sendirinya dan tak tahu mana tempat yang harus dikunjungi oleh orang-orang yang sudah mati.

(Laksana, 2004:135-136) Melalui kutipan tersebut, fantasi anak dianggap sebagai bentuk protes dan pemberontakan terhadap orang tua, dalam hal ini adalah ayah. Akan tetapi fantasi yang dilakukan oleh anak tidak berdampak langsung pada ayahnya. Peristiwa tersebut hanya ada pada pikiran tokoh Alit. Dia merasa bahwa ayahnya pantas untuk dibayangkan dalam kondisi seperti itu. Karena ayahnya tidak pernah menunjukkan perhatian kepada anaknya.

Berdasarkan deskripsi tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua cerpen mencoba mengkritisi masalah yang banyak dialami oleh anak-anak dan kalangan remaja.

Membahas tentang seksualitas masih dianggap tabu oleh sebagian masyarakat dan sebagai suatu hal yang vulgar. Pendidikan seks bukan berarti mendorong untuk berhubungan seks.

Pendidikan seks sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja. Hal tersebut penting dilakukan salah satunya untuk mencegah adanya pergaulan bebas pada diri si anak. Dengan memberikan pendidikan seks secara benar kepada anak, secara otomatis anak tersebut akan memiliki keterbukaan tentang seks, sehingga tidak perlu malu untuk menyampaikannya kepada orang tua. Pendidikan agama

(9)

khususnya yang berkaitan dengan seksualitas. Cerita-cerita yang dihadirkan sesungguhnya mengungkap tentang sisi lain sebuah keluarga yang sarat akan permasalahannya.

Makna Keluarga pada Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara

Makna keluarga yang dihadirkan berkaitan dengan isu-isu keluarga dan problematika dalam kehidupan rumah tangga. Permasalahan anak dan orang tua, kehadiran sosok ayah dalam keluarga, hingga masalah rumah tangga seperti istri yang mendominasi dalam rumah tangga. Isu-isu tersebut tidak melulu dihadirkan secara negatif. Kehadiran sosok ayah sebagai pemimpin dalam keluarga adalah isu positif yang disampaikan dalam salah satu cerpen BYM. Ketika permasalahan-permasalahan tersebut hadir dalam kehidupan nyata, berhalusinasi atau berkhayal dirasa mampu menjadi solusi ketika menghadapi masalah. Berkhayal juga dimanfaatkan sebagai sarana pemberontakan tanpa berdampak langsung pada objeknya. Pemberontakan tersebut dilakukan karena kurangnya perhatian dan pendidikan, seperti pendidikan tentang seks yang seharusnya diberikan oleh kedua orang tua.

Berdasarkan hal tersebut diperoleh dua kesimpulan tentang makna keluarga.

Keluarga menghadirkan dua sisi makna, positif dan negatif. Makna keluarga yang pertama, bahwa keluarga adalah sumber masalah. Dalam artian bahwa masalah-masalah yang muncul justru berasal dari salah satu atau bahkan seluruh anggota keluarga tersebut.

Keluarga belum tentu menghadirkan kedamaian bagi setiap anggota keluarganya.

Selain itu, keluarga adalah tempat belajar. Tempat belajar anak pertama kali adalah dari keluarga. Pendidikan awal individu dan pembentukan karakternya dimulai dalam keluarga. Seseorang akan menjadi apa ditentukan dalam keluarga. Keluarga yang baik akan membentuk pribadi anak yang baik pula. Tidak terbatas pada anak, keluarga juga menjadi tempat belajar bagi seluruh anggota keluarga yang lain. Pada sebagian besar cerpen-cerpen dalam BYM, keluarga-keluarga tersebut banyak mendapatkan masalah yang berasal dari anggota keluarga sendiri. Dengan masalah tersebut masing-masing anggota keluarga dapat mengambil pelajaran.

Keluarga tidak memberikan pendidikan formal layaknya sekolah akan tetapi ilmu tentang kehidupan, bagaimana menjalaninya. Masalah-masalah tersebut dapat muncul diantaranya disebabkan oleh kurangnya komunikasi yang dapat menimbulkan kesalahpahaman. Permasalahan dalam keluarga dapat diatasi jika mampu berkoordinasi dengan baik. Diskusi dan kompromi adalah salah satu solusi yang dapat diambil. Orang tua mengajarkan hal yang baik kepada anaknya, dan anak jangan ragu untuk mengingatkan orang tua jika mereka melakukan kesalahan. Oleh karena itu yang terpenting adalah komunikasi yang terjalin di dalam keluarga tersebut. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah tempet belajar. Tidak terbatas pada anak, akan tetapi seluruh anggota keluarga dalam keluarga tersebut.

Simpulan

Setelah melakukan analisis secara keseluruhan dapat dideskripsikan bahwa penelitian yang memanfaatkan teori fantastik Todorov sebagai sarana untuk menganalisis struktur cerita fantastik dalam BYM serta mencari makna tekstual dalam kumpulan cerpen tersebut. Berdasarkan penggolongan atas genre dan subgenre, maka dapat disimpulkan jika struktur cerita secara keseluruhan tidak sepenuhnya berada pada tataran dunia supranatural. Cerpen-cerpen dalam BYM didominasi oleh cerita yang dikategorikan dalam genre uncanny. Peristiwa-peristiwa fantastik yang berada pada tataran dunia supranatural

(10)

seolah dijadikan sebagai pembungkus luarnya saja. Dengan demikian cerita-cerita tersebut dekat dengan realitas yang terjadi dikehidupan nyata. Cerita fantastik digunakan utuk menggambarkan kekompleksan masalah dalam keluarga. Syarat utama fantastik adalah kebimbangan pembaca. Dengan kebimbangan tersebut cerpen-cerpen BYM seakan mewakili kompleksitas masalah keluarga yang dihadirkan.

Berdasarkan analisis tentang makna keluarga dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga menghadirkan dua sisi makna, positif dan negatif. Makna pertama keluarga adalah sumber masalah. Keluarga tidak menghadirkan kedamaian bagi masing-masing anggota keluarganya, akan tetapi justru menghadirkan berbagai masalah yang justru merugikan anggota keluarga lainnya. Dilain pihak, keluarga dapat dimaknai sebagai tempat belajar. Lingkungan keluarga adalah tempat belajar pertama kali individu.

Keluarga adalah tempat belajar bagi setiap individu di dalamnya. Orang tua belajar bagaimana mendidik anaknya dengan baik. Anak belajar tentang kehidupan dan mengenal karakter dirinya.

Kumpulan cerpen BYM ini dikaji dengan menggunakan teori fantastik karena menghadirkan makna keluarga dengan balutan cerita fantastik. Cerita fantastik dimanfaatkan untuk mengungkap absurditas dalam keluarga. Absurditas bukan berarti mengingkari adanya realitas, akan tetapi justru menggambarkan realitas dalam absurditas.

Imajinasi-imajinasi absurditas yang dihadirkan adalah rangkaian untuk mengungkap makna keluarga tersebut. Absurditas dalam cerpen-cerpen BYM dihadirkan melalui problem keluarga yang kompleks.

Referensi

Djokosujatno, Apsanti. 2005. Cerita Fantastik dalam Perspektif Genetik dan Struktural.

Jakarta: Djambatan.

Laksana, AS. 2004. Bidadari yang Mengembara. Depok: KataKita.

Oktaviani, Uhtia Fajrihati. 2012. “Makna Keluarga dalam Balutan Cerita Fantastik pada Kumulan Cerpen Bidadari yang Mengembara”. Skripsi pada Program S1

Universitas Airlangga, Surabaya (belum diterbitkan)

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Peneltian Sastra. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Todorov, Tzvetan. 1975. The Fantastic A Sructural Approach to A Literary Genre New York: Cornell University Press.

Tresidder, Jack. 1998. Dictionary of Symbols. San Francisco: Chronicle Books.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan wujud frase keterangan waktu dalam kumpulan cerpen Mata yang Enak Dipandang dan memaparkan posisi

Berdasarkan Mekanisme Mimpi ……… 163 12. Hasil Analisis Tokoh Alit dalam Cerpen Cerita Tentang Ibu yang Dikerat Berdasarkan Mekanisme Mimpi ………... Carta Kisi

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan latar belakang sosial budaya kumpulan cerpen Sepotong Hati yang Baru karya Tere Liye, (2) mendeskripsikan

Tujuan dari penelitian ini: (1) menganalisis diksi dan citraan pada kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon karya Raditya Dika; (2) mendeskripsikan makna yang

Diksi dan Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK) Sebagai Alternatif Materi Pembelajaran Menulis Cerita Pendek di SMP; Shofiah Khusnul

(3) bagaimana makna gaya bahasa kiasan yang dipakai Danarto untuk menghidupkan cerita dalam kumpulan cerpen Kacapiring.. Penelitian menggunakan pendekatan stilistika

Data dalam penelitian ini, berasal dari cerita pendek yang berbentuk kata maupun kalimat yang mengandung gaya bahasa pada kumpulan cerpen Setubuh Seribu Mawar karya Yanusa Nugroho..

9 2 Hasil analisis dalam kumpulan cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma 2016 menggunakan kajian sosiologi sastra Gramscian terdapat 5 cerpen yang berjudul: Telinga, Listrik,