• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTISARI HUKUM PIDANA MATERIIL DAN FORMIL & BEDAH KASUS INTERNAL MOOTING UMCC 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTISARI HUKUM PIDANA MATERIIL DAN FORMIL & BEDAH KASUS INTERNAL MOOTING UMCC 2017"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

HUKUM PIDANA MATERIIL DAN FORMIL

&

BEDAH KASUS INTERNAL MOOTING UMCC 2017

Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH

Disusun dalam rangka pelaksanaan Rangkaian Pelatihan Peradilan Semu (RPPS)

Fakultas Hukum Universitas Udayana

2017

(2)

Arahan Materi

• Pengantar Hukum Pidana (Arahan Materi Dasar)

• Konsep Hukum Acara Pidana

• Sistem Peradilan Pidana

• Tindak Pidana Korupsi & Peradilan Tipikor

• Bedah Kasus Internal Mooting

• Potensi Pengembangan Kasus Internal Mooting (Draff Isu strategis/pertanyaan yang muncul terkait kasus)

• Diskusi Kasus

(Analisis daftar pertanyaan yang muncul)

(3)

Hukum Pidana (Ius Poenale)

Sejumlah peraturan yang mengandung

larangan-larangan atau keharusan-keharusan

dimana terhadap pelanggarnya diancam dengan

hukuman

(4)

Hukum Dari Segi Fungsinya

Hukum Pidana Materiil

berisikan peraturan-peraturan tentang perbuatan yang diancam dengan hukuman, mengatur pertanggungjawaban terhadap hukum pidana, hukuman apa yang dijatuhkan terhadap orang-orang yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang

Hukum Pidana Formil

merupakan sejumlah peraturan yang mengandung cara-cara negara mempergunakan haknya untuk mengadili serta memberikan putusan terhadap seseorang yang melakukan tindak pidana

(mengatur bagaimana cara menegakkan hukum pidana materiil)

(5)

Ruang Lingkup Hukum Pidana

Hukum Pidana memiliki ruang lingkup yang disebut dengan : peristiwa pidana atau delik atau tindak pidana

 Perbuatan salah dan melawan hukum yang diancam pidana dan dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab (simon)

Unsur-unsur peristiwa pidana :

- Sikap tindak atau perikelakuan manusia

- Masuk lingkup kaidah perumusan kaedah hukum pidana (pasal 1 ayat 1 KUHP)

- Melanggar hukum, kecuali ada dasar pembenar - Didasarkan pada kesalahan, kecuali bila ada dasar

penghapusan kesalahan

(6)

Sumber Hukum Pidana di Indonesia

- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

- Peraturan-Peraturan Tindak Pidana di luar KUHP, misalnya :

UU Tipikor, UU KDRT, UU anti Terorise, UU Anti Money Laundering

Adagium Nullum delictum nulla poena sine praevia lege

poenali  tidak ada suatu perbuatan dapat dihukum tanpa ada

peraturan yang mengatur perbuatan tersebut (Pasal 1 ayat 1

KUHP  asas legalitas)

(7)

Pidana

-> penderitaan yang sengaja dibebebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat yang diatur undang-undang  ultimum remidium

Pasal 10 KUHP, mengatur mengenai jenis hukuman pokok dan hukuman tambahan Hukuman Pokok

1. Hukuman Mati 2. Hukuman Penjara 3. Hukuman Kurungan 4. Hukuman Denda

Hukuman Tambahan

1. Pencabutan hak-hak tertentu

2. Perampasan barang-barang tertentu 3. Pengumuman keputusan Hakim

(8)

Alasan Pembenar

 Alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumannya perbuatan, sehingga apa yang dilakukan oleh terdakwa lalu menjadi perbuatan yang patut dan benar

(pembelaan terpaksa, melaksanakan ketentuan UU, melaksanakan perintah atasan dan overmacht)

Alasan Pemaaf

 Alasan yang menghapuskan kesalahan terdakwa (perbuatan yang dilaukan tetap melawan hukum tetapi tidak dipidana, karena tidak ada kesalahan)

(pembelaan yang melampaui batas, penuntutan pidana tentang perintah jabatan yang tanpa wenang, mengenai daya paksa overmacht)

(9)

Hukum Acara Pidana

Keseluruhan aturan hukum yang berkaitan dengan penyeleggaraan peradilan pidana serta prosedur penyelesaian perkara pidana meliputi :

(instrumen penegakan hukum pidana materiil)

proses pelaporan dan pengaduan  penyelidikan  penyidikan

 penuntutan  pemerikaan di sidang pengadilan  putusan

 upaya hukum pelaksanaan putusan

(10)

Proses Pemeriksaan di Sidang Peradilan Pidana

Pembacaan Surat Dakwaan  Eksepsi  Putusan Sela  Pembuktian Pasal 154 (Saksi, ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa)  Tuntutan Jaksa  Pembelaan Terdakwa  Jawaban Penuntut (Replik)  Jawaban Terdakwa  Kesimpulan

 Musyawarah Majelis  Pembacaan Putusan  Upaya Hukum

(11)

Sistem Peradilan Pidana

Suatu sistem/model/tatanan yang digunakan dalam penanggulangan pelanggaran/kejahatan yan dimulai dari proses penangkapan, penahanan, penuntutan dan pemeriksaan dimuka pengadilan serta diakhiri dengan pelaksanaan pidana atau pembebasan.

Interkoneksi antara keputusan dari setiap instansi yang terlibat dalam proses peradilan pidana

Kasus  Polisi  JPU  PN  LP (lawyer)

Masyarakat Penyelidikan dan Penyidikan  Penuntutan  Pemeriksaan

perkara  Eksekusi dan Pembinaan

(12)

Jenis Surat Dakwaan

• Dakwaan Tunggal

– Terdakwa didakwa satu delik pidana – Perkara pidana yang sifatnya sederhana

– Konsekuensi nya bila tidak terbukti, terdakwa dibebaskan

– Hakim menolak tuntutan jaksa berdasarkan asas nebis in idem (Pasal 76 KUHAP)

• Dakwaan Alternatif

– Terdakwa didakwa lebih dari satu delik pidana, tetapi hakekatnya terdakwa hanya didakwa satu tindak pidana saja

– Biasanya penuntut umum masih meragukan jenis tindak pidana nya (misal.pencurian-penggelapan, pembelian-penadahan)

Note :

– Lepas = tidak terdapat cukup alat bukti untuk dimajukan ke pengadilan – Bebas = putusan hakim menyatakan bahwa tuntutan jaksa tidak daat

dibuktikan.

(13)

• Dakwaan Subsidair (berlapis)

– Sama hal nya dengan dakwaan Alternatif

– Penyusunan urutan dakwaan adalah ancaman hukuman terberat dan seterus nya sampai pada dakwaan yang ringan (primer-subsidair-lebih subsidair)

– Hakim memeriksa dakwaan primer dahulu, bila tidak terbukti melanjutkan pada dakwaan subsidair,.dst…

• Dakwaan Komulatif

– Terdakwa didakwa beberapa tindak pidana sekaligus

– Tindak pidana tersebut harus dibuktikan keseluruhannya, sebab tindak pidana tsb merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri

– Oleh karena itu hakim harus memutuskan terbukti atau tidaknya setiap dakwaan satu demi satu

– Sehingga jika terbukti dakwaan tsb, maka dakwaan lain nya harus dibuktikan lagi, dan sebaliknya.

• Dakwaan Campuran

– Bentuk gabungan dakwaan komulatif dengan dakwaan

alternatif/dakwaan subsidair

(14)

Voeging & splitsing

• Umum nya tiap-tiap perkara diajukan sendiri-sendiri di persidangan.

• Namun PU dapat melakukan penggabungan perkara dalam satu surat dakwaan (voeging) atau pemisahan perkara (splitsing)

Kapan PU dapat melakujkan veoging ?

(Pasal 141 KUHAP)

(15)

• Bilamana PU menerima berkas perkara dalam hal :

– Beberapa Tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang sama &

kepentingan pemeriksaaan tidak menjadi halangan penggabungannya.

(misal : perampokan oleh beberapa orang)

– Beberapa tindak pidana yang berhubungan satu sama lain (oleh beberapa orang yang saling terkait).

(misal : perampokan dilakukan lebih dari satu rumah, oleh pelaku yang sama, dalam waktu yang berlainan)

– Beberapa tindak pidana yang tidak berhubungan satu dengan lain, akan tetapi tindak pidana yang satu dengan lain nya ada hubungan nya, bila dianggap perlu untuk kepentingan pemeriksaan.

(misal : perampokan-perampasan senjata api aparat-penembakan

warga-perampasan mobil untuk melarikan diri)

(16)

Pengertian Korupsi

(Terkait dengan Kasus RPPS)

korupsi berasal dari bahasa latin corrumpere

The Lexicon Webster Dictionary : korupsi adalah suatu kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau menfitnah

Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris korupsi : sebagai kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan ketidak-jujuran

Kamus Umum Bahasa Indonesia : korupsi sebagai perbuatan buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya

Pengertian korupsi sangat luas

Encyclopedia Americana : bahwa korupsi merupakan suatu hal buruk yang memiliki aneka ragam arti, bervariasi menurut waktu, tempat dan bangsa

(17)

TINDAK PIDANA KORUPSI

Korupsi dapat dilihat dari berbagai aspek

• Aspek sosiologis : nepotisme” (memasang keluarga atau teman dalam posisi pemerintahan tanpa memenuhi persyaratan untuk itu)

• Aspek politik : Pemerintahan yang korup berdampak pada wibawa pemerintah di mata masyarakat. Dukungan terhadap pemerintah menurun karena hilangnya kepercayaan masyarakat. Selanjutnya akan berdampak pada legitimasi pemerintah sebagai pengemban amanat dari masyarakat

• Aspek ekonomi: Korupsi pada aspek ekonomi dipandang sebagai

“harga pasar” yang harus dibayar oleh konsumen apabila ingin

“membeli” barang tertentu (keputusan, izin, atau secara lebih tegas

berupa tanda tangan).

(18)

• Kesimpulan

korupsi memiliki pengertian yang luas tergantung pada aspek pendekatan dan kondisi di suatu tempat tertentu.

ada kesepahaman pandangan bahwa korupsi

merupakan suatu perbuatan jahat yang harus

diberantas karena menimbulkan ketidakadilan

(19)

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Korupsi yaitu:

• Setiap orang yang melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

• Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

• Melakukan perbuatan pidana menurut pasal 209, 210, 387, 388, 415, 416, 417, 418, 419, 420, pasal 423, pasal 425, pasal 435

• Setiap orang yang memberikan hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut

(20)

• Setiap orang yang melanggar ketentuan undang-undang yang secara tegas menyatakan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang tersebut sebagai tindak pidana korupsi berlaku ketentuan yang diatur dalam undang-udang ini

• Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi, dipidana dengan pidana yang sama

• Setiap orang di luar wilayah Negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan, kesempatan, sarana, atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana korupsi dipidana dengan pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidana korupsi

• terdakwa dapat dijatuhi pidana tambahan

(21)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

• korupsi digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa.

• terdapat perubahan dan tambahan menyangkut rumusan perbuatan maupun ketentuan perihal pembuktian.

• langsung disebutkan unsurnya, tanpa menyebut KUHP

• menambahkan perbuatan gratifikasi sebagai tindak pidana korupsi

• perluasan mengenai sumber perolehan alat bukti yang sah berupa petunjuk

• “pembuktian terbalik” yang bersifat “premium remidium” dan sekaligus

mengandung sifat prevensi khusus

(22)

UU No 20 Tahun 2001 merumuskan 7 bentuk/jenis tindak pidana merugikan keuangan dan perekonomian negara

- Suap menyuap gratifikasi

- Penggelapan dalam jabatan - Pemalsuan

- Pemerasan

- Perbuatan curang

- Benturan kepentingan dalam pengadaan

(23)

Catatan Tambahan :

Tempat tindak pidana (locus delicti)

1. Teori perbuatan materiil/leer der lichamelijk daad (perbuatan jasmaniah) 2. Teori instrumen/leer van instrument

3. Teori akibat

(24)

PENYERTAAN DAN PERBANTUAN

Istilah

Penyertaan atau deelneming atau complicity

• “turut campur dalam peristiwa pidana” (Tresna)

• ”Turut berbuat delik” (Karni)

• ”Turut Serta” (Utrecht)

(25)

Pasal 55 KUHP

Ayat (1) dipidana sebagai pembuat (dader) suatu perbuatan pidana:

Ke-1. mereka yang melakukan, yang menyuruh lakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan;

Ke-2. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan

menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.

Ayat (2) terhadap penganjur hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.

Pasal 56 KUHP

Dipadana sebagai pembantu (medeplichtige) suatu kejahatan:

Ke-1. mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan;

Ke-2. mereka yang sengaja memberi kesempatan, satana atau keterangan untuk melakukan kejahatan.

(26)

Yang dapat dipidana:

1. Pelaku atau Pleger;

2. Orang yang menyuruh lakukan atau Doenpleger;

3. Orang yang turut serta atau Medepleger;

4. Orang yang menganjurkan atau Uitlokker;

1. Pembantu atau medeplichtige (1) Saat melakukan kejahatan;

(2) Sebelum melakukan kejahatan.

(27)

Plegen

Plegen→ yang melakukan Pleger → Pelaku

Pengertian Luas

Semua orang yang dikualifikasikan dalam pasal 55 KUHP, sebagai pelaku, orang yang menyuruh lakukan, orang yang turut serta melakukan maupun orang yang menggerakkan atau membujuk untuk melakukan suatu tindak pidana.

Pengertian sempit

Seseorang yang memenuhi semua unsur delik.

(28)

Doenplegen

Istilah

Doenplegen

→ menyuruh lakukan.

Deonpleger

→ orang yang menyuruh lakukan.

Middelijke Daderschap

→ “seseorang mempunyai kehendak melakukan suatu perbuatan pidana, namum tidak mau melakukannya sendiri dan

mempergunakan orang lain yang disuruh melakukan perbuatan pidana tersebut.”

Orang yang menyuruh lakukan = manus domina/middelijke dader.

Orang yang disuruh = manus ministra/onmiddelijke dader.

Adegium: qui per alium facit per seipsum facere videtur → seseorang yang menyuruh orang lain melakukan suatu perbuatan, sama halnya dengan orang tersebut melakukan perbuatan itu sendiri.

(29)

Syarat Doenplegen :

1. Alat untuk melakukan perbuatan pidana adalah orang.

2. Orang yang disuruh tidak mempunyai

kesengajaan, kealpaan atau kemampuan bertanggungjawab.

3. Orang yang disuruh melakukan tidak dapat dijatuhi pidana.

Ex: seorang ibu meyuruh anaknya (dibawah umur) melakukan perbuatan yang mengakibatkan seseorang mengalalmi luka.

(30)

Medeplegen

Medeplegen

→ Turut serta melakukan.

Tiga kemungkinan:

1. Semua pelaku memenuhi unsur dalam rumusan delik.

2. Salah seorang memenuhi unsur delik, sedangkan pelaku yang lain tidak.

3. Tidak seorang pun memenuhi rumusan delik, namun bersama-sama mewujudkan delik tersebut.

Ex: A,B dan C melakukan pencurian dengan kekerasan di bank. A dan B masuk ke bank, menodongkan pistol dan membawa sejumlah uang yang ada di brankas, sedangkan C hanya menunggu di mobil.

(31)

Syarat medeplegen:

1. Kesengajaan untuk mengadakan kerjasama dalam rangka mewujudkan suatu delik di antara para pelaku (meeting of mind) → subjectief

onrechtselement. Menggunakan istilah “bersekutu”

2. Kerjasama yang nyata dalam mewujudkan delik tersebut → objectief onrechtselement. Menggunakan istilah “bersama-sama”

Ex: A dan B sama-sama tidak senang dengan C. A berniat membunuh sementara B berniat menganiaya. A dan B bersama-sama melakukan

pemukulan, setelah C terjatuh kemudian A melempar kepala C dengan batu, C

mengalami luka-luka dan akhirnya meninggal. A dipersalahkan melakukan

pembunuhan sementara B dipersalahkan melakukan penganiayaan berat

yang mengakibatkan mati.

(32)

Uitlokking

istilah

Uitlokking → yang menganjurkan atau menggerakkan.

Uitlokker → orang yang menganjurkan atau menggerakkan.

Pengertian:

“kesengajaan menggerakkan orang lain yang dapat

dipertanggungjawabkan pada dirinya sendiri untuk melakukan suatu

perbuatan pidana dengan menggunakan cara-cara yang telah ditentukan oleh undang-undang karena telah tergerak, orang tersebut kemudian dengan

sengaja melakukan tindak pidana itu.”

1. Orang yang menganjurkan → auctor intellectualis.

2. Orang yang dianjurkan → auctor materialis atau materieele dader.

Adegium: plus peccat auctor quam actor → orang yang menggerakkan suatu kejahatan dipandang lebih buruk daripada yang melakukannya.

(33)

BEDAH KASUS

INTERNAL MOOTING 2017

(34)

Kasus Posisi :

• PT PLN Persero Distribusi Jawa Tengah dan DIY  berencana mendirikan Kantor Unit Pelayanan Jaringan di Tembalang Semarang

• 5 April 2011 Norman Junta (GM PT PLN)  mengadakan RUPS  salah satu agenda rencana pembangunan kantor UPJ di Tembalang

• Hasil rapat  menugaskan LUKAS KURNIAWAN sebagai Manager Komunikasi Hukum dan Administrasi PT.PLN  untuk melakukan survey lokasi strategis di Tembalang

• Lukas menemukan lokasi di Jalan ngesrep Semarang (12.100m2) relatif jauh dari pusat hiburan namun dekat dengan pusat pemerintahan

• Namun dilokasi telah berdiri bangunan SMA N99 status tanah milik

Pemkot semarang, hak pengunaan tanah dan bangunan oleh Dinas

Pendidikan Kota Semarang

(35)

• April  RUPS agenda pembahasan hasil survey lokasi

• Disepakati PT PLN Distribusi Jawa Tengah dan DIY akan melakukan tukar guling/ruislag tanah dan bangunan dari SMAN 99

• Tindak lanjut LUKAS membuat pengajuan permohonan untuk meruislag tanah diajukan ke walikota semarang

• Permohonan diserahkan kepada Kepala dinas pendidikan Andika Ari Muchti  kemudian dilakukan pertemuan dengan Kepala Sekolah dan Komite Sekolah SMA N 99 serta Lukas Kurniawan

• Hasilnya Dinas Pendidikan menyetujui ruislag yang diajukan

oleh PT PLN  dgn ketetntuan PT PLN harus mendirikan 3

unit bangunan baru  lokasi penukaran tanah Jati Ngaleh

(36)

• Pertimbangan untuk menyetujui : kondisi bangunan lama yang sudah tidak layak

• 6 Juni 2011  walikota semarang membentuk TIM Penilai Harga  dipimpin Ericha Veteriana  tugas mengkaji mengenai harga tanah dan bangunan

• Diperoleh harga : Rp.25.042.000.000 dengan perincian tanah

Rp.1.820.000/m2 dan bangunan Rp.1.510.000  dalam RUPS Disetujui 

harga penilaian telah disetujui Walikota Semarang

(37)

Kronologis Penyimpangan

• Juni 2011 Andika Ari Mukti  mengadakan beberapa kali pertemuan dengan Lukas Kurniawan  disepakati anjuran lukas kurniawan bahwa Andika Ari Mucti akan mengupayakan penurunan harga yang ditentukan oleh Tim Penilai Harga hanya menjadi Rp.1.470.000/m2 dan bangunan Rp.1.200.000/m2

• 12 Juli 2011 --. DI HOTEL GRAND MAHAKAM JALAN DIPONOGORO No.5 Semarang  andika melakukan pertemuan dengan Erika (Kepala Tim Penilai)  agar dapat menurunkan penilaian harga sesuai kesepakatan yang dibuat Lukas Kurniawan  dan meminta Tim Penilai agar seolah-olah harga sesuai dengan prosedur

• Dari anggaaran senilai 25 Milyar Lukas hanya mengalokasikan Rp. 20

Milyar untuk membeli tanah dan bangunan sekolah beserta isinya sesyuai

dengan harga penilaian

(38)

• Uang diserahkan ke PT Putra Panca (Pelaksana Pembangunan) yang dipimpin Putra Siregar

• Sedangkan selisih Anggaran yang tersisa dibagi bagi secara bertahap kepada Lukas Kurniawan, Andika Ari Mucti dan Ericha Veteriana

Penutup Kasus

- 10 Januari 2013 setelah sekolah selesai  KPK menerima lapiran dari Anisa Chaula (Kepala Sekolah)  terkait kejanggalan dalam orises pembelian tanah dan pembangunan sekolah

- 14 Januari 2013 KPK melakukan proses pemeriksaan - meminta tim auditor BPK untuk melakukan pemeriksaan laporan pertanggungjawaban PT Putra Panca

- Terungkap dana 20 M digunakan utk membeli tanah dan bangunan  yg tidak sesuai dengan harga penilaian yang sebenarnya

- KPK terurut memeriksa Putra Siregar dan Erika selaku kepala tim penilai.

(39)

Daftar Pertanyaan Terkait Kasus

1. Apakah jenis tindak pidana yang terdapat dalam kasus diatas...?

2. Aturan Hukum / Undang-undang apakah yang digunakan untuk menyelesaikan kasus diatas...?

3. Siapakah yang dapat dijadikan terdakwa dalam kasus diatas ? Bagaimana penjelasan status masing-masing terdakwa dikaitkan dengan Pasal 55 KUHP 4. Ketentuan Pasal berapakah yang paling tepat dipergunakan/didakwakan dalam

kasus diatas ? Jelaskan dan uraikan unsur-unsurnya

5. Tentukan dimanakah (tempus delicti) kejahatan tersebut€ terjadi dan kapan perkara tersebut terjadi ? (locus delicti)

6. Bagaimakah kejahatan tersebut dilakukan (modus operandi)..?

7. Pengadilan manakah yang berwenang dalam menangani kasus diatas..?

8. Siapakah yang berwenang melakukan penuntutan...?

9. Jenis surat dakwaan apa yang dapat dipergunakan untuk menjerat terdakwa..?

10. Apa urgensi KPK meminta bantuan BPK dalam proses pemeriksaan tersebut ? Apa dasar hukum yang menjadi kewenangan BPK dalam melakukan pemeriksaan

(40)

SEKIAN

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Dalam membahas Islamisasi di Kalimantan Timur, terlebih dahulu dijelaskan mengenai pengertian islamisasi. Secara sederhana, islamisasi dapat diartikan sebagai proses

Pera/atn Kesehatan 4asyarakat (Perkesmas) Pencatatan di 7ormat ;suhan Kepera/atan Dan Register Di kohort Keluarga Kemudian semuanya direkap di laporan bulanan perkesmas

dan n %u %u&u &u. ;ntu& itu< &ami menghara,&an &e&urangan dan masih !auh dari &esem,urnaan.. #alah satu su% sistem &esehatan nasional

Pelaksanaan kegiatan, setelah bahan dan peralatan disiapkan, maka tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan kegiatan yaitu dilakukan kegiatan berupa pengoperasian/

Terapi diare akut yang tidak disebabkan oleh infeksi (tidak ada panas dan simtom sistemik) adalah diberikan terapi simtomatik seperti terapi rehidrasi, pemberian

Sebagian besar anak yang menderita TB paru adalah anak yang memiliki status gizi yang tidak normal dan terdapat pengaruh yang signifikan antara status gizi

maksud untuk memahami makna yang terkandng dalam ajaran tersebut. b) Metode komparatif, yaitu ajaran ajaran islam itu dikomparasikan dengan fakta-fakta yang terjadi dan

para mujtahid, karena para mujtahid hanya terbatas pada memperjelas atau memunculkan hukum Allah serta menemukannya melalui jalan Istimbath (penetapan hukum yang berdasarkan