• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar dimana tempat bertemunya para pencari modal dengan pihak yang memiliki uang dengan tujuan untuk berinvestasi. Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan suatu bursa dimana hasil penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki misi untuk membangun bursa efek yang mudah diakses serta dapat memfasilitasi mobilisasi dana untuk jangka panjang, baik seluruh industri maupun bisnis perusahaan di seluruh Indonesia (www.idx.co.id). Perusahan publik yang telah mecatatkan sahamnya pada Bursa Efek Indonesia (BEI) telah dikategorikan menjadi 9 sektor. Adapun ke 9 sektor tersebut adalah ; Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar dan Kimia, Aneka Industri, Industri Barang Konsumsi, Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan, Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi , Keuangan , Perdagangan, Jasa dan Investasi (www.idx.co.id).

Objek penelitian pada penelitian ini adalah perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2015-2019. Berdasarkan data perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2015-2019 terdapat 41 perusahaan pada sektor pertambangan (www.idx.co.id). Daftar perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 1. Sektor pertambangan dibagi menjadi beberapa sub sektor diantaranya adalah pertambangan batu bara, pertambangan minyak mentah dan gas bumi, pertambangan logam dan mineral lainnya, pertambangan tanah dan batu galian (invesnesia.com, 2020). Perusahaan pertambangan adalah perusahaan yang bergerak dibidang yang berhubungan dengan kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak dan bijih

(2)

2

mangan. Tahapan kegiatan pertambangan meliputi: prospeksi dan penelitian umum, eksplorasi, persiapan penambangan dan pembangunan, eksploitasi dan pengolahan/

pengilangan/ pemurnian (bps.go.id).

Sektor pertambangan mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena sebagian besar sumber daya energi yang dipakai dalam perekonomian Indonesia berasal dari pertambangan, yakni minyak bumi dan batubara. Berkat tersedianya hasil-hasil pertambangan tersebut tidak diperlukan impor sumber daya energi, bahkan sebagian besar daripada yang dihasilkan dapat diekspor (bappenas.go.id). Kegiatan ekspor - impor dapat menimbulkan risiko mata uang karena perbedaan nilai mata uang setiap negara, maka dari itu perusahaan perlu melakukan manajemen risiko. Bank Indonesia (BI) telah merumuskan cara yang dipandang cukup efektif dalam rangka melindungi industri berbasis ekspor impor dari pengaruh gejolak nilai tukar mata uang. Cara yang paling efektif dan sudah terbukti adalah dengan mewajibkan perusahaan berbasis ekspor - impor (terutama yang memiliki utang luar negeri) untuk melakukan hedging (lindung nilai) (indopremier.com).

1.2 Latar Belakang Penelitian

Mata uang suatu negara mencerminkan kondisi ekonomi suatu negara.

Setiap mata uang negara memiliki harga yang beragam jika dikonversikan menjadi mata uang negara lainnya. Istilah lain dari rasio pertukaran suatu mata uang untuk memperoleh mata uang lain adalah nilai tukar (exchange rate) atau disebut juga kurs valuta asing. Nilai tukar (kurs) valuta asing akan berubah bila terjadi kenaikan harga umum (inflasi), perubahan harga barang ekspor dan impor, dan perubahan citrarasa masyarakat (Sukirno, 2016:402). Perubahan nilai tukar (kurs) valuta asing merupakan asal dari terjadinya risiko mata uang asing.

Menurut Tandelilin (2017), risiko nilai tukar mata uang atau risiko mata uang asing merupakan risiko yang berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik (negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang negara lainnya.

Risiko mata uang asing biasanya sering terjadi pada perusahaan yang melakukan perdagangan atau transaksi internasional. Seperti saat perusahaan memiliki utang

(3)

3 luar negeri, ketika mata uang domestik mengalami depresiasi atau apresiasi maka nilai saat utang diterima dengan saat harus dikembalikan, akan berubah sesuai dengan nilai mata uang asing tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa mata uang asing memang sangat sulit diprediksi nilainya untuk masa depan.

Gambar 1. 1 Pergerakan Nilai Tukar USD Terhadap IDR Tahun 2015-2019 Sumber: bi.go.id

Berdasarkan gambar 1.1 yang bersumber dari Bank Indonesia menunjukkan grafik kondisi pergerakan nilai tukar USD terhadap IDR tahun 2015-2019, yang mana apabila dilihat dari pergerakan grafik nilai tukar USD terhadap IDR dominan naik (depresiasi). Puncaknya yaitu saat tahun 2018 dimana nilainya mencapai kurang lebih Rp 15.000 per dollar AS. Menurut VP Economist PT Bank Permata Tbk Josua Pardede, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS selain dipicu oleh penguatan dollar AS terhadap seluruh mata uang dunia pada perdagangan waktu AS tempo hari. Ini juga diikuti oleh kenaikan imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS dan harga minyak dunia. Di sisi lain, isu perang dagang antara AS dan China kembali memanas setelah AS mencapai kesepakatan perdagangan baru dengan Kanada dan Meksiko yang mengisyaratkan pembatasan barang-barang dari China (ekonomi.kompas.com).

(4)

4

Dengan kondisi dimana nilai tukar sulit diprediksi kapan akan naik atau turun, maka perusahaan akan sulit untuk menghindari risiko nilai tukar mata uang, sehingga pihak manajemen perusahaan perlu untuk menerapkan manajemen risiko.

Manajemen risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, dan memonitor dan mengendalikan penanganan risiko (Djohanputro, 2008:

43). Tujuannya yaitu agar perusahaan dapat memilimalisir risiko kerugian yang mungkin akan dihadapi perusahaan. Sedangkan risiko itu sendiri merupakan sesuatu yang mungkin terjadi yang tidak dapat diduga/ tidak diinginkan dimasa yang akan datang (Mulyawan, 2015: 30). Ada pun beberapa cara untuk menghadapi risiko itu sendiri, salah satunya yaitu dengan cara menekan risiko dengan menerapkan kebijakan lindung nilai (hedging).

Hedging atau lindung nilai merupakan menukar mata uang asing di masa depan dengan mata uang lokal untuk melindungi uang tersebut dari perubahaan nilai tukar (Fahmi, 2016 :14). Menurut Peraturan Bank Indonesia No.15/8/PBI/2013 dalam Fitriani & Khairunnisa (2020) tentang Transaksi Lindung Nilai Kepada Bank, Lindung Nilai diartikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk meminimalisir adanya risiko yang akan terjadi yang disebabkan oleh fluktuasi harga di pasar keuangan. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan transaksi lindung nilai atau hedging ini sangat pentingnya dilakukan bagi perusahaan, institusi, maupun BUMN yang menggunakan valuta asing dalam bertransaksi (finansial.bisnis.com). Dengan adanya lindung nilai (hedging) dapat memberikan manfaat bagi perusahaan yang dalam bertransaksi menggunakan mata uang asing terutama perusahaan pertambangan dimana perusahaan pertambangan banyak melakukan aktivitas ekspor dan impor.

Perusahaan pertambangan sering melakukan transaksi bisnis dengan menggunakan mata uang asing sehingga perusahaan mudah terkena risiko nilai tukar mata uang asing. Perusahaan pertambangan yang cenderung melakukan kegiatan impor maupun utang dalam bentuk mata uang asing akan mengalami kerugian ketika mata uang lokal terdepresiasi, depresiasi tersebut akan

(5)

5 menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan mata uang lokal lebih banyak dan akan mengurangi laba perusahaan. Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang memiliki utang luar negeri terbesar. Menurut BI dalam rilis informasi Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) periode Juli 2020 menuliskan bahwa “Beberapa sektor dengan pangsa ULN terbesar, yakni mencapai 77,2% dari total ULN swasta, adalah sektor jasa keuangan & asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas & udara dingin (LGA), sektor pertambangan & penggalian, dan sektor industri pengolahan” (cnbcindonesia.com). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa perusahaan pertambangan merupakan salah satu sektor yang memiliki utang luar negeri terbesar. Oleh karena itu, perusahaan pertambangan perlu menerapkan lindung nilai (hedging) karena besarnya utang luar negeri dan fluktuasi nilai mata uang dapat membuat perusahaan perlu membayar lebih banyak dari jumlah yang seharusnya sehingga dapat menyebabkan perusahaan mengalami kerugian.

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 16/21/PBI/2014 Tentang Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri Korporasi Nonbank, menyebutkan bahwa “… penggunaan instrumen Lindung Nilai, sejalan dengan upaya pendalaman pasar keuangan di Indonesia.“. Konsep lindung nilai sama seperti konsep polis asuransi, yaitu perusahaan melakukan kontrak dengan menjamin pembayaran tertentu tanpa memandang dorongan pasar.

Instrumen-instrumen keuangan seperti future, kontrak opsi, dan swap biasa digunakan dalam transaksi lindung nilai. Instrumen keuangan tersebut selanjutnya dikenal dengan istilah instrumen keuangan derivatif. Derivatif (derivative) merupakan instrumen keuangan yang nilainya diturunkan dari nilai aset lainnya, kelompok aset, atau variabel ekonomi seperti saham, obligasi, harga komoditas, suku bunga, atau kurs (Subramanyam, 2017 : 325).

Penerapan kebijakan hedging pada suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor internal, salah satunya yaitu growth opportunity. Pada penelitian ini Growth Opportunity diukur dengan proksi Market to Book Value Equity (MBVE). Salah satu alasan pengambilan proksi MBVE untuk mengukur growth opportunity karena MBVE dapat menggambarkan kesempatan perusahaan dengan

(6)

6

baik. Perusahaan yang dapat mengelola modal (equity) dengan baik akan meningkatkan growth opportunity perusahaan yang ditunjukan dengan nilai pasar sahamnya (market value). MBVE diperoleh dengan membandingkan nilai pasar perusahaan (Market Value of Equity) dengan nilai bukunya (book value of equity).

Menurut beberapa penelitian terdahulu bahwa tingkat semakin tinggi tingkat MBVE suatu perusahaan, maka perusahaan penerapan kebijakan hedging semakin diminati dan sebaliknya apabila tingkat MBVE suatu perusahaan rendah, maka perusahaan akan tidak menyukai kebijakan hedging. Pada penelitian yang dilakukan oleh Lesmana & Musdholifah (2019) menunjukan hasil bahwa MBVE tidak berpengaruh terhadap kebijakan hedging. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayah & Prasetiono (2016), Kussulistyanti & Mahfudz (2016), Ahmad & Haris (2012), dan Ameer (2010) menunjukan hasil bahwa MBVE berpengaruh terhadap kebijakan hedging.

Leverage menjadi salah satu faktor perusahaan menerapkan kebijakan hedging. Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya (Subramanyam, 2017:46). Pada penelitian ini leverage diukur dengan proksi Debt to Equity Ratio (DER). DER dihitung dengan membandingkan total utang (debt) dengan total ekuitas (equity) yang dimiliki perusahaan. Alasan pemilihan DER sebagai proksi untuk mengukur leverage yaitu karena DER dapat menunjukan sejauh mana pendanaan dari hutang digunakan jika dibandingkan dengan pendanaan ekuitas (Kasmir, 2013). Semakin tinggi DER, maka semakin tinggi risiko yang didapatkan oleh suatu perusahaan, hal ini akan semakin memperkuat suatu perusahaan untuk melakukan kebijakan hedging atau lindung nilai, Pada penelitian yang dilakukan oleh Lesmana & Musdholifah (2019), Kussulistyanti & Mahfudz (2016), Kinasih & Mahardika (2019), dan Fitriani &

Khairunnisa (2020) menunjukan hasil bahwa DER tidak berpengaruh terhadap kebijakan hedging. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2019), Sofia & Yuneline (2019), dan Hidayah & Prasetiono (2016) menunjukan hasil bahwa DER berpengaruh terhadap kebijakan hedging.

(7)

7 Penerapan kebijakan hedging juga dapat dipengaruhi oleh liquidity.

Liquidity merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancarnya tepat waktu atau saat jatuh tempo. Pada penelitian ini liquidity diukur dengan proksi current ratio (CR). CR dihitung dengan membandingkan aktva lancar (current asset) dengan utang lancar (current liabilities). Semakin tinggi likuiditas perusahaan maka penerapan kebijakan hedging rendah. Hal ini dikarenakan jika perusahaan memiliki likuiditas yang bagus berarti perusahaan mampu memenuhi utang lancar sehingga perusahaan mampu menghadapi risiko dan memilih untuk tidak menerapkan kebijakan hedging. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kussulistyanti & Mahfudz (2016), Lesmana & Musdholifah (2019), dan Fransisca

& Natsir (2019) menunjukan hasil bahwa CR berpengaruh negatif terhadap kebijakan hedging. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ameer (2010), Ahmad & Haris (2012), Sofia & Yuneline (2019), dan Hidayah & Prasetiono (2016) menunjukan hasil bahwa CR berpengaruh terhadap kebijakan hedging.

Dari penjelasan latar belakang serta adanya hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten antar peneliti. Maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan konsisten, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti kembali mengenai faktor internal perusahaan yang mendasari perusahaan menerapkan kebijakan hedging, dengan judul “Pengaruh Growth Opportunity, Leverage, dan Liquidity terhadap Penerapan Kebijakan Hedging pada

Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2019”

1.3 Perumusan Masalah

Hedging merupakan suatu cara untuk mengurangi risiko yang timbul akibat fluktuasi nilai tukar mata uang. Banyak perusahaan pertambangan yang melakukan transaksi valuta asing namun masih belum melakukan hedging. Hal ini dapat menimbulkan kerugian selisih kurs terhadap perusahaan.

Beberapa penelitian terdahulu mengenai hedging dan faktor yang mempengaruhinya digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini. Namun ditemukan hasil penelitian yang berbeda-beda atau tidak konsisten. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

(8)

8

hedging, yaitu growth opportunity, leverage, dan liquidity pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2019.

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana growth opportunity, leverage, liquidity, dan penerapan kebijakan hedging pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2015-2019?

2. Apakah growth opportunity, leverage, dan liquidity berpengaruh terhadap penerapan kebijakan hedging pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2015-2019 secara simultan?

3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial, yaitu:

a. Growth opportunity terhadap penerapan kebijakan hedging pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2015- 2019?

b. Leverage terhadap penerapan kebijakan hedging pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2015-2019?

c. Liquidity terhadap penerapan hedging pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2015-2019?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui growth opportunity, leverage, liquidity, dan penerapan kebijakan hedging pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2015-2019.

2. Untuk mengetahui pengaruh growth opportunity, leverage, dan liquidity terhadap penerapan kebijakan hedging pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2015-2019 secara simultan.

(9)

9 3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial, yaitu:

a. Variabel growth opportunity, terhadap penerapan kebijakan hedging pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2015-2019.

b. Variabel leverage, terhadap penerapan kebijakan hedging pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2015-2019.

c. Variabel liquidity, terhadap penerapan kebijakan hedging pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2015-2019.

1.5 Manfaat Penelitian 1.6.1 Aspek Akademis

Dari aspek teoritis, manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan pengetahuan dan wawasan

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hedging yang berkaitan dengan growth opportunity, leverage, dan liquidity pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan growth opportunity, leverage, dan liquidity.

1.6.2 Aspek Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, antara lain :

1. Bagi perusahaan penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pertimbangan dalam melakukan hedging dengan memperhatikan growth opportunity, leverage, dan liquidity.

2. Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam menekan penerapan hedging bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya, sehingga terhindar dari adanya risiko nilai tukar mata uang yang tidak dapat diprediksi.

(10)

10

1.6 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Lokasi Dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian ini berada pada Bursa Efek Indonesia (BEI) .Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan yang termasuk sektor pertambangan.

1.7.2 Waktu Dan Periode Penelitian

Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah selama 6 bulan. Periode yang digunakan untuk penelitian ini selama lima tahun, dari tahun 2015-2019 yang digunakan untuk meneliti pengaruh growth opportunity, leverage, dan liquidity terhadap penerapan kebijakan hedging di perusahaan sektor pertambangan.

1.7.3 Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel. Pertama, variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hedging. Kedua, Penelitian menggunakan tiga variabel independen yaitu growth opportunity, leverage, dan liquidity.

1.7 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab yang saling terkait, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan atas permasalahan yang diangkat. Secara garis besar, sistematika penulisan penelitian ini terbagi menjadi:

a. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang uraian gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara teoritis dan praktis, ruang lingkup penelitian serta sistematika penulisan tugas akhir.

b. BAB II TINAJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang teori-teori relevan yang dengan penelitian, khususnya tentang hedging dan tentang growth opportunity, leverage, dan liquidity.. Pada bab

(11)

11 ini penulis akan menguraikan peneliti-peneliti terdahulu, kerangka pemikiran untuk mengembangkan teori yang ada serta hipotesis sebagai jawaban sementara atas masalah yang dibahas.

c. BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan karakteristik penelitian, alat pengumpulan data, pelaksanaan penelitian, variabel operasional, populasi dan sampel yang akan digunakan serta teknik analisis pengujian hipotesis.

d. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai deskripsi objek penelitian, analisis data, dan interpretasi hasil yang menguraikan hasil analisis sesuai teknik analisis yang digunakan. Bab ini menjabarkan hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian.

e. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan atas penelitian dan saran untuk yang diberikan untuk peneliti selanjutnya.

(12)

12

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Gambar

Gambar 1. 1 Pergerakan Nilai Tukar USD Terhadap IDR Tahun 2015-2019  Sumber: bi.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki

Metode yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif dan (one-shot) model yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data dengan cara

Kepuasan perkawinan tidak lepas dari adanya kesepakatan dan komitmen kedua belah pihak yakni suami istri dalam hal mengatur peran, tugas dan kewajiban masing-masing,

Penelitian ini merupakan extended replication dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widyastuti, dkk (2004) di enam Perguruan Tinggi yaitu UPN, STIE YKPN,