KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK DI JORONG KOTO HILING NAGARI SUNGAI TARAB
SKRIPSI
Ditulis sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Oleh:
TRY HANDOKO NIM. 153 016 000 27
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR
2020
i Batusangkar, tahun Akademik 2019/2020.
Pokok permasalahan dalam SKRIPSI ini adalah Komunikasi Orang Tua dan Anak di Jorong Koto Hiling Nagari Sungai Tarab. Tujuan pembahasan ini untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak di Jorong Koto Hiling Nagari Sungai Tarab.
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Pengelolaan data yang dilakukan secara deskriptif kualitatif.
Dari penelitian ini yang penulis lakukan dilapangan dapat disimpulkan bahwa: pertama, Komunikasi orang tua dan anak menggunakan dua model pola komunikasi dalam penelitian ini yaitu pola komunikasi permissive dan Pola komunikasi Autthorithive. Pola komunikasi yang paling banyak digunakan dalam penelitian ini yaitu pola komunikasi permissive yang membebaskan anak untuk melakukan apapun dan sikap orang tua untuk menerima tinggi namun kontrolnya rendah. Berbeda dengan pola komunikasi Authoritive sikap menerima orang tua rendah namun kontrolnya tinggi, namun dalam penelitian ini lebih dominan kepada pola komunikasi permissive yang terbukti dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan orang tua dan anak di Jorong Koto Hiling Nagari Sungai Tarab.
Kata Kunci: Pola Komunikasi, Orang Tua , Anak
ii PENGESAHAN TIM PENGUJI
ABSTRAK ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 5
C. Sub Fokus ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 6
F. Definisi Istilah ... 6
BAB II KAJIAN TEORI ... 8
A. Komunikasi ... 8
1. Pengertian Komunikasi ... 8
2. Unsur - Unsur Komunikasi ... 9
3. Tujuan Komunikasi ... 10
4. Ciri-ciri Komunikasi ... 11
5. Fungsi Komunikasi ... 12
6. Bentuk-Bentuk Komunikasi ... 12
7. Dampak Komunikasi ... 15
8. Komunikasi Efektif ... 15
9. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi ... 18
10. Komponen Komunikasi ... 21
11. Komunikasi Dalam Pandangan Islam ... 24
B. Pola Komunikasi... 25
1. Pengertian Pola Komunikasi ... 26
2. Pola Komunikasi Orang Tua pada Anak ... 27
3. Macam-Macam Pola Komunikasi ... 29
iii
1. Pengertian Orang Tua ... 43
2. Peran Orang Tua ... 43
E. Anak... 45
F. Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga... 46
1. Komunikasi Orang Tua dan Anak ... 47
2. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Orang Tua dan Anak ... 47
G. Penelitian yang Relevan ... 48
BAB III METODE PENELITIAN ... 50
A. Jenis Penelitian ... 50
B. Latar dan Waktu Penelitian ... 50
C. Instrumen Penelitian ... 51
D. Sumber Data ... 51
E. Teknik Pengumpula Data ... 52
F. Teknik Analisis Data ... 53
G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data ... 54
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
A. Temuan Penelitian ... 56
B. Bagaimana Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Mahasiswa IAIN Batusangkar di Jorong Koto Hiling Nagari Sungai Tarab ... 57
C. Faktor yang Mendukung dan Menghambat Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak di Jorong Koto Hiling Nagari Sungai Tarab. ... 63
BAB V PENUTUP ... 68
A. Kesimpulan ... 68
B. SARAN ... 68
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang kebiasaannya tidak lepas dari interaksi dan harus dipenuhi sebagai kebutuhan hidup sehari-hari, salah satunya adalah komunikasi. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.
Kehidupan akan tampak hampa bahkan sama sekali tidak ada komunikasi.
Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada komunikan. Pikiran berupa gagasan, informasi, yang muncul dari benaknya. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan komunikasi antara satu dengan lainnya melalui komunikasi seseorang mampu mempengaruhi prilaku, sikap dan pendapat apabila komunikasi itu komunikatif sehingga melalui komunikasi seseorang tidak akan terasing dari lingkungan sekitarnya (Canggara, 2014: 2).
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang menjadi sarana atau saluran untuk menjalin hubungan antara sesama manusia, baik ketika dirumah, pasar atau dimanapun tempat mereka berada. Disadari sepenuhnya bahwa komunikasi yang dilakukan oleh manusia selalu mengandung potensi dan hambatan dalam proses berkomunikasi. Pada dasarnya komunikasi merupakan proses penyampaian pesan antara komunikator dengan komunikan atau antara seorang pembicara dengan pendengar, baik dari konteks pribadi ataupun lainnya, yang dapat menimbulkan feedback antara keduanya, sehingganya dapat membuat kebersamaan antara orang tua dan anaknya.
Dalam melakukan komunikasi yang baik akan menghasilkan umpan balik
yang baik pula. Komunikasi diperlukan untuk mengatur tata krama pergaulan
antar manusia, sebab berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh
langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat
(Canggara, 2012: 3).
Peranan orang tua terhadap anak ialah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada anak dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan mempersiapkan anak menjadi lebih dewasa. Hubungan anak dan orang tua dalam perkembangan pendidikan anak sangat penting. Anak menginginkan orang tua yang menaruh perhatian dan siap membantu apabila anak membutuhkan bantuan serta mendengarkan dan berusaha mengerti sebagai anak, menunujukan bahwa mereka menyetujui anak, menerima apa adanya, memperlakukan sang anak dengan dewasa dan yang paling penting menjadi teladan baik bagi anak.
Dalam setiap keluarga ada nilai-nilai atau aturan yang harus dipegang atau ditaati oleh setiap anggota keluarga termasuk anak itu sendiri. Namun bila setiap aturan tidak tersampaikan. Keluarga yang memiliki kekurangdekatan hubungan antar anggota keluarga, hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga, akan sangat sulit membicarakan hal ini dalam keluarga dan memungkinkan timbulnya pada anak.
Hal diatas berbanding terbalik dengan apa yang dijelaskan didalam undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Pada prinsipnya perildungan anak tersebut dilakukan berdasarkan pancasila dan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak tersebut dilakukan berdasarkan pancasila undang-undang dasar 1945. Adapun prinsip- prinsip perlidungan tersebut diatur dalam ayat ke empat tentang penghargaan terhadap pendapat anak yang dimaksud dengan asas penghargaan pendapat anak adalah penghormatan atas hak-hak untuk berpatisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan tersebut menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya (Sudrajat, 2011: 8-9).
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui, penghargaan terhadap
pendapat seorang anak sangat dibutuhkan karena hal ini akan menjadikan
komunikasi antara anak dengan orang tuanya berjalan dengan baik. Karena
komunikasi yang paling intens dilakukan oleh setiap individu ialah ketika
mereka berada dengan orang tua mereka, sekedar berbagi informasi dan
bertukar pesan tentang permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi pada
hari itu. Keluarga menjadi tempat berbagi cerita yang dapat menenangkan jiwa ketika mendapatkan suatu persoalan. Karena orang yang paling pertama kita jumpai dalam kehidupan ini adalah keluarga atau orang tua.
Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus dari orang tua terhadap anak dalam pengawasan, peningkatan dalam proses belajar di bangku perkuliahan. Hal inilah yang kurang diperhatikan oleh sebagian orang tua sehingga mengakibatkan anak merasa tidak nyaman dalam mengikuti proses perkuliahan serta mengakibatkan anak merasa senang dengan pergaulan serta lingkungan. Kurangnya ko,munikasi antara orang tua dan anak menjadi salah satu alasan mengapa anak lebih memilih peragulan daripada perkuliahan.
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti melakukan wawancara dengan ibu Yasnidar, mengatakan bahwa komunikasi dengan anak tidak efektif karena faktor dari saya sendiri sibuk dengan pekerjaan saya sebagai seorang pegawai yang memiliki tugas penuh di setiap harinya di kantor.
Sedangkan anak saya sibuk dengan perkuliahannya di kampus dan kegiatan bersama teman-temannya. Sehingga menimbulkan kurangnya perhatian dari saya terhadap anak saya sendiri, terkadang saya tidak menanyakan bagaimana kondisi perkuliahan yang dihadapi oleh anak saya.
Sedangkan berkomunikasi memiliki tujuan di dalam keluarga ditinjau dari kepentingan orang tua adalah untuk memberikan informasi, nasehat mendidik, menyenangkan anak-anak dan anggota keluarga lainnya, sedangkan anak berkomunikasi dengan orang tua adalah untuk mendapatkan nasehat, saran, masukan atau memberikan respon dari pertanyaan orang tua.
Faktor komunikasi merupakan modal pokok dalam mengelola keluarga.
Adanya komunikasi yang baik dan efektif maka akan menimbulkan hal yang positif.
Komunikasi yang baik antar keluarga menjadikan hubungan tersebut
dapat bekerja sama dalam artian saling mengingatkan dan saling menasehati,
dengan begitu tingkat keterbukaan dalam sebuah proses komunikasi
tergantung dari seberapa dekat orang tua terhadap anaknya sehingga anak
merasa aman ketika ia mencurahkan isi hatinya secara menyeluruh kepada
orang tua. Setiap anak dengan orang tua mengehendaki kedekatannya antara satu sama lain, bahkan kalau bisa setiap saat.
Namun didalam suatu proses komunikasi pasti dapat ditemukan hambatan yang menyebabkan pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan menjadi tidak sampai atau tidak efektif sehingga tidak terjadinya feedback yang mengakibatkan gagalnya proses komunikasi. Hambatan komunikasi menjadi salah satu faktor penyebab gagalnya pesan yang disampaikan oleh orang tua kepada anaknya.
Menurut Shannon dan Weaver dalam Cangara (2009: 153) Gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang menganggu salah satu elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif. Sedangkan rintangan komunikasi dimaksud ialah adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung sebagaimana harapan komunikator dari penerima. Hambatan komunikasi atau communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Ketidak sepemahaman antara komunikator dan komunikan menjadi salah satu faktor penghambat dalam proses komunikasi. Komunikasi yang seharusnya disertai feedback nyatanya tidak ada sehingga gagalnya proses komunikasi.
Menurut Effendy dalam Chandra (2015: 3) menyatakan bahwa beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidaklah mungkin seorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang dapat merusak komunikasi. Kemudian Menurut Devito dalam Chandra (2015: 3) menyatakan bahwa hambatan komunikasi memiliki pengertian bahwa segala sesuatu yang dapat mendistorsi pesan, hal apapun yang menghalangi penerima menerima pesan.
Dari pendapat diatas dapat kita pahami bahwa setiap proses komunikasi
yang kita lakukan tidak semuanya tergolong kedalam komunikasi yang baik,
karena hambatan dalam proses komunikasi pasti sering kita jumpai, dengan
salah satunya ditandai dengan berhentinya proses komunikasi yang sedang
berlangsung secara mendadak.
Selanjutnya berdasarkan observasi yang peneliti lakukan peneliti melihat adanya kendala dalam cara berkomunikasi Orang Tua dan Anak baik dari segi waktu, maupun pesan yang disampaikan. Kendala tersebut dapat mengakibatkan kegagalan komunikasi yang terjalin, sehingga akan mengakibatkan hal-hal yang dapat merugikan anak, serta terjadinya keributan yang sering didengarkan oleh tetangga karena faktor komunikasi yang tidak baik antara anak dan orang tua tersebut, dalam hal anak meminta kewajiban kepada orang tua dan orang tua menanyakan kegiatan yang dilakukan oleh anak di kampus yang menyebabkan anak tersebut pulang larut malam serta hanya berkomunikasi kepada orang tua ketika membutuhkan uang saja.
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik ingin mengetahui dan mengungkap perihal pola komunikasi yang digunakan orang tua dan anak. Diharapkan akan terciptanya komunikasi yang diinginkan dalam hubungan antara mahasiswa IAIN Batusangkar dengan orang tuanya. Oleh karena itu mengingat pentingnya komunikasi anak dan orang tua maka peneliti tertarik untuk meneliti hambatan komunikasi mahasiswa IAIN Batusangkar dan orang tua. Sehingga peneliti tertarik mengambil judul skripsi
“Komunikasi Orang Tua dan Anak di Jorong Koto Hiling Nagari Sungai Tarab”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti memfokuskan masalah yaitu Komunikasi Orang Tua dan Anak di Jorong Koto Hiling Nagari Sungai Tarab.
C. Sub Fokus
Untuk memperjelas dan mempermudah mencari data, maka penulis merumuskan masalah penelitian yaitu:
1. Bagaimana pola komunikasi orang tua dan anak di Jorong Koto Hiling Nagari Sungai Tarab?
2. Apa faktor yang mendukung dan menghambat Komunikasi Orang
Tua dan Anak di Jorong Koto Hiling Nagari Sungai Tarab?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk mendekripsikan komunikasi orang tua dan anak di Jorong Koto Hiling Nagari Sungai Tarab.
E. Manfaat dan Luaran Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan pola komunikasi orang tua dan anak, serta teori-teori yang berhubungan dengan pola komunikasi dan hambatan komunikasi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam menamabah pengaetahuan dan memperoleh wawasan terkait dengan masalah yang peneliti angkat. Untuk memahami pola komunikasi, hamabatan serta solusi dalam hal berkomunikasi.
3. Luaran Penelitian
Luaran penelitian atau target yang ingin dicapai dari penelitian ini selanjutnya adalah sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S. Sos di IAIN Batusangkar.
F. Definisi Istilah
Untuk menghindari adanya kesalahan dalam pemahaman mengenai judul proposal ini maka perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut:
1. Pola Komunikasi, yang penulis maksud disini adalah Pola komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-unsur yang di cakup beserta keberlangsungannya, guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis.
2. Orang Tua, yang penulis maksud disini adalah orang tua yang memberikan
kesempatan kepada anaknya untuk melanjutkan pendidikannya di IAIN
Batusangkar.
3. Anak, yang penulis maksud disini adalah mahasiswa Institut Agama Islam
Negeri yang aktif sebagai mahasiswa IAIN yang melakukan dan tidak
melakukan komunikasi dengan orang tuanya.
8 BAB II KAJIAN TEORI
A. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi pada hakikatnya adalah sebuah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan lain Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersasmaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico yang artinya membagi (Cangra, 2012: 20).
Pada dasarnya komunikasi merupakan proses penyampaian pesan antara komunikator dengan komunikan atau antara seorang pembicara dengan pendengar, baik dari konteks pribadi ataupun lainnya, yang dapat menimbulkan feedback antara keduanya, sehingganya dapat membuat kebersamaan antara orang tua dan anaknya..
Dalam melakukan komunikasi yang baik akan menghasilkan umpan balik yang baik pula. Komunikasi diperlukan untuk mengatur tata krama pergaulan antar manusia, sebab berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat (Cangra, 2012: 3).
Menurut pendapat di atas komunikasi yang dijalin antara seseorang dengan orang lain akan efektif apabila pesan yang disampaiakan sesuai dengan tata krama pergaulan sehingga menghasilkan umpan balik yang baik pula. Hal itulah yang menjadi faktor utama keberhasilan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Menurut Cherry dalam Shoelhi, dipandang dari segi perspektif
psikologi komunikasi sebagai upaya untuk membuat satuan sosial yang
terdiri dari individu-individu dengan menggunakan bahasa atau tanda
(Shoelhi, 2009: 3).Berdasarkan pendapat di atas interaksi sosial akan tercipta dengan adanya proses komunikasi, baik secara verbal (bahasa) dan non verbal (simbol, gambar, atau media komunikasi lainnya). Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Komunikasi merupakan aktivitas dasar yang dilakukan manusia.
Tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam komunikasi. Melalui komunikasi kita menemukan diri kita, mengembangkan konsep diri dan menetapkan hubungan kita dengan dunia di sekitar kita (Rakhmat, 2007:
13).
2. Unsur - Unsur Komunikasi
Dalam komunikasi terdapat beberapa unsur yang merupakan syarat, unsur- unsur kedalam lima bagian berikut :
a. Komunikator
Komunikator adalah orang atau sekelompok orang yang menyampaikan pesan dengan tujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal.
Komunikator dalam penelitian ini yaitu seorang komunikator dalam hal ini adalah pemandu Museum Provinsi Sulawesi Tengah merupakan sumber komunikasi yang salah satu faktor paling penting dalam keberhasilan komunikasi persuasif. Kemungkinan terjadinya perunahan sikap akan semakin besar bila komunikator memiliki keahlian, kredibilitas dan disukai oleh penerima pesan.
b. Komunikan
Komunikan adalah orang atau sekelompok orang yang menjadi
tujuan penyampaian dan penyaluran pesan oleh komunikator bak secara
verbal maupun nonverbal. Variabel kepribadian dan ego yang rumit
merupan dua kelompok konsep yang berpengaruh terhadap penerimaan
komunikan terhadap komunikasi.
c. Pesan
Pesan adalah segala sesuatu yang memberikan pengertian kepada penerima. Pesan bisa berbentuk verbal maupun nonverbal.
Pesan verbal terdiri dari pesan verbal yang disengaja dan tidak disengaja. Pesan nonverbal juga terdiri dari pesan noverbal disengaja dan tidak disengaja. Isi pesan merupakan kemampuan untuk menimbulkan rasa ceman ataupun rasa takut pada penerima pesan juga merupakan unsur yang tak kala penting dalam komunikasi.
d. Media
Media adalah alat yang digunakan untuk penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan.
e. Efek
Efek atau pengaruh merupakan perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah penerima pesan. Efek dapat terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang.
f. Feedback/ Umpan balik
Umpan balik merupakan salah satu bentuk dari pengaruh yang berasal dari penerima pesan.
3. Tujuan Komunikasi
Manusia merupakan makhluk sosial yang sangat membutuhkan orang lain dalam berkehidupan sehari-hari. Untuk itu perlulah sebuah komunikasi yang harus terjalin antara individu agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dalam melakukan aktivitas. Menurut Suryanto (2015: 27) secara singkat dapat ditegaskan bahwa komunikasi bertujuan mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan.
Menurut Suryanto dalam hakekatnya komunikasi memiliki tujuan, sebagai berikut:
a. Informasi yang disampaikan dapat dipahami orang lain. Menurut Deddy
Mulyana dalam Suryanto komunikator yang baik pada komunikan
(penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan memahami hal-hal yang dimaksudkan
b. Memahami orang lain. Komunikator harus mengerti aspirasi komunikan tentang hal-hal yang diinginkan, tidak menginginkan kemaunnya.
c. Agar gagasan dapat diterima orang lain, komunikator harus berusaha menerima gagsan orang lain dengan pendekatan yang persuasif, bukan memaksakan kehendak.
d. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, dengan kegiatan yang mendorong orang lain untuk melakukan sesuatu yang dilakukan denga cara yang baik (Suryanto, 2015: 27)
4. Ciri-ciri Komunikasi
Komunikasi yang baik dan efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Silvia Mass dalam Rakhmat adalah:
a. Pengertian: komunikator dapat memahami mengenai pesan-pesan yang disampaikan kepada komunikan.
b. Kesenangan: menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan.
c. Mempengaruhi sikap: dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa.
d. Hubungan sosial yang baik: menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi.
e. Tindakan: membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan pesan yang diinginkan. (Rakhmat, 2000: 13-16)
Dari uraian diatas terdapat beberapa ciri-ciri dalam komunikasi.
Dengan komunikasi kita bisa menjalin silaturrahmi dengan orang,
mempererat hubungan sosial dan menetapkan hubungan dengan dunia
luar. Pada umumnya komunikasi memiliki ciri-ciri pengertian,
kesenangan, mempengaruhi sikap, hubungan sosial yang baik dan
tindakan. Yang akan berpengaruh dengan bagaimana cara kita berinteraksi
dengan dunia luar.
5. Fungsi Komunikasi
Fungsi utama komunikasi itu adalah menyampaikan informasi dari komunikator kepada komunikan. Menurut Willian I. Gorden dalam Mulyana ada empat (4) fungsi komunikasi yaitu:
a. Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep- konsep diri kita aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagian, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.
b. Komunikasi Ekspresif
Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok.
Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi).
c. Komunikasi Ritual
Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Komunikasi ritual sering bersifat ekspresif, menyatakan perasaan terdalam seseorang.
d. Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum:
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dankeyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. (Mulyana, 2010: 5)
6. Bentuk-Bentuk Komunikasi
Suryanto (2015: 101) mengemukaka bahwa pemahaman mengenai
bentuk komunikasi bertujuan untuk membedakan antara bentuk
komunikasi yang satu dan yang lain dengan tujuan efektivitas komunikasi.
Adapun bentuk-bentuk komunikasi yang perlu diketahui agar pemahaman mengenai ilmu komuikasi menjadi efektif, diantarnya:
a. Komunikasi Personal 1) Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapribadi atau komunikasi intrapersonal adalah proses penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi dalam diri komunikator, antara diri sendiri. Komunikasi inrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemprosesan simbolis dari pesan-pesan yang diproduksi melalui proses pemikiran internal individu (Suryanto, 2015: 102).
Tujuan dari komunikasi intrapersonal adalah agar komunikator dapat memahami lebih dalam mengenai kemampuannya, dan berbicara lebih dalam dengan dirinya agar memahami simbol simbol dan proses penggunaan bahasa dalam diri komunikator.
2) Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain (pihak lain). Komunikasi interpersonal menghendaki informasi atau pesan dapat tersampaikan dan hubungan diantara orang yang berkomunikasi dapat terjalin.
Komunikasi interpersonal diartikan Mulyana dalam Suryanto sebagai komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Suryanto, 2015:110).
Komunikasi interpersonal bertujuan agar adanya saling
pemahaman antara komunikator dengan komunikannya sehingga
terjalinnya komunikasi yang efektif karena komunikasi yang terjalin
ialah secara tatap muka.
b. Komunikasi Transdental
Komunikasi trasndental secara luas dapat diartikan sebagai proses komunikasi antara manusia dan sang penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Komunikasi jenis ini dapat berupa aktivitas yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dan Sang Khalik (Suryanto, 2015: 133).
Tujuan dari komunikasi transdental adalah agar manusia dapat melakukan komunikasi yang lebih mendalam dengan sang penciptanya dan lebih dekat dengan sang pencipta.
c. Komunikasi Kelompok
Menurut Deddy Mulyana dalam Suryanto kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Oleh karena itu, banyak teori komunikasi yang berlaku juga bagi komunikasi kelompok (Suryanto, 2015: 135).
d. Komunikasi Massa
Komunikasi masa adalah proses komunikasi dengan menggunakan media masa. Joseph R. Dominick dalam Suryanto mendefenisikan komunikasi masa sebagai proses yang di dalamnya suatu organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen dan tersebar. (Suryanto, 2015: 144).
Komunikasi massa ialah salah satu bentuk komunikasi yang
menggunakan media untuk menjangkau khalayak ramai baik suatu
golongan atau kelompok baik yang berada disekitar maupun jauh dari
jangkauan. Komunikasi massa ini menggunakan suatu alat pembantu
yang dapat memproduksi pesan secara masal.
7. Dampak Komunikasi
Hal yang paling penting dalm komunkasi adalah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan efek atau dampak tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan kadarnya, berdasarkan klasifikasi berikut ini;
a. Dampak kognitif. Dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan ia menjadi tahu meningkatnya intelektualnya pesan yang disampaikan komunikator ditunjukan kepada pemikiran komunikan, tujuannya mengubah pikiran dari tidak tahu menjadi tahu.
b. Dampak efektif. Dampak ini lebih tinggi keadaanya dibandingkan dengan dampak kognitif. Tujuan komunikator disini bukan hanya sekedar untuk informasi dapat dimengerti, tetapi tetapi dapat menggerakkan hati si komunikan.
c. Dampak behaviour. Dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perubahan prilaku, tindakan, atau kegiatan (Yulia, 2010; 12-13).
Dalam hal ini, ketiga dampak tersebut menentukan bagaimana efek yang ditimbulkan oleh proses komunikasi. Untuk menentukan keberhasilan dari proses komunikasi, seorang komunikator harus menentukan apa tujuan akhir dari komunikasi yang dilakukan dan apa efek atau dampak yang ingin dicapai dalam melakukan komunikasi kepada komunikator.
8. Komunikasi Efektif
Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu dalam bahasa asing orang menyebutnya “The Communication is in tune”. Yaitu kedua belah pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang di sampaikan.
Pentingnya memiliki fondasi utama dalam membangun komunikasi
yang efektif patut kita ketahui. Lima hukum komunikasi efektif (The Five
Inevitable Laws of Effective Communication) yang dirangkum dalam satu
kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH (Respect, empathy, audible, clarity, humble), yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. (Robby Galih, 2010:29) a. Hukum pertama adalah respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita.
b. Hukum kedua adalah empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita
pada situasi atau kondisi yang di hadapi oleh orang lain. Salah satu
upaya dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk
mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain. Secara khusu Covey menaruh kemampuan
untuk mendengarkan sebagai salah satu dari tujuh kebiasaan manusia
yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu,
baru dimengerti (Seek First to Understand-understand then be
understood to build the skills of empathetic listening than inspires
openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan komunikasi
empatik. Dengan memahami orang lain kita mampu mengetahui kondisi
atau situasi yang dihadapi oleh orang lain.
c. Hukum ketiga adalah audiable
Makna dari audiable antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik, audaible pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik olegh penerima pesan.
d. Hukum keempat adalah clarity
Clarity dapat pula diartikan sebagai keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutup-tutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan.
e. Hukum kelima adalah humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya diasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap rendah hati pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani, sikap menghargai, sikap menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain.
Menurut Stewart L. Tubbs dan Slyvia Moss dalam Riswandi mengemukakan bahwa komunikasi efektif dapat menimbulkan 5 hal, diantaranya, pengertian, kesenangan, mempengaruhi sikap, Hubungan Sosial yang baik, dan tindakan (Riswandi, 2013:10).
Komunikasi yang terjalin secara efektif diyakini dapat menimbulkan umpan balik yang efektif juga, beda halnya dengan komunikasi yang kurang efektif terjadi diantara komunikator dan komunikan, hal tersebut dapat memicu terjadinya perpecahan diantara mereka, permusuhan dan bahkan yang lebih sadisnya adalah pembunuhan antara satu sama lain.
Syarat utama dari komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh
dan dibangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat. Integritas pribadi
yang kuat akan menghasilkan kepercayaan dan merupakan dasar dari
komunikasi yang efektif. Jadi apabila kita berbicara didepan kahalayak
maka yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara kita membentuk
kepercayaan diri seefektif dan seefisien mungkin agar pesan yang disampaikan mudah dipahami oleh orang banyak dan menjadi efektif.
Sebaik apapun pesan yang ingin di sampaikan tanpa adanya kepercayaan diri yang dimiliki itu semua hanya sia sia, karena orang yang akan mendengar atau komunikan menjadi tidak paham dengan apa yang akan disampaikan.
9. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi
Dalam berkomunikasi terdapat faktor-faktor pendukung agar pesan yang disampaikan dapat secara efektif dan mudah dipahami oleh komunikan atau orang yang mendengar. Menurut Lunandi (2011: 35-44) ada beberapa faktor pendukung komunikasi diantaranya:
a. Mendengarkan
Mendengarkan komunikasi harus dilakukan dengan fikiran dan hati serta segenap indra yang diarahkan pada si pendengar.
b. Pernyataan
Komunikasi pada hakikatnya kegiatan mnyatakan suatu gagasan (isi hati dan fikiran) dan menerima umpan balik yang berarti menafsirkan pernyataan tentang gagasan orang lain.
c. Keterbukaan
Orang yang senantiasa tumbuh, sesuai dengan zaman adalah orang yang terbuka untuk menerima masukan dari orang lain, merenungkan dengan serius dan mengubah diri bila perubahan dianggap sebagai peerumbuhan kearah kemajuan.
d. Kepekaan
Kepekaan adalah kemahiran membaca badan, komunikasi yang tidak diucapkan dengan kata-kata.
e. Umpan balik
Sebuah komunikasi baru bernama timbal balik lalu pesan yang
dikirim berpantulan, yakni mendapat tanggapan yang dikitim kembali
Komunikasi yang terjalin tidak selamanya lancar, melainkan kadang kala terjadi suatu penghambat atau noise sehingga pesan yang tersampaikan tidak maksimal dan membingungkan, misalkan anda berbicara dengan kawan di tempat terbuka yang penuh keramaian sehingga suara yang terdengar tidak maksimal anda dengar dan lain lain sebagainya.
Menurut Orbe dan Bruess dalam Suryanto noise dapat berbentuk fisik, psikologis dan semantik. Ada beberapa jenis hambatan (noise), yaitu sebagai berikut:
a. Fisik, meliputi kebisingan yang bersumber dari suara, seperti kebisingan lalu lintas, musik yang keras, badai atau angin, ombak, sensor atau gergaji mesin, mesin-mesin mobil di bengkel, hingga bau badan atau bau mulut.
b. Jarak, misalnya anda tidak bebas berkomunikasi dengan seseorang karena dipisahkan oleh sebuah meja besar didepan anda.
c. Psikologis, meliputi semua jenis gangguan yang bersumber dari faktor- faktor psikologis, seperti self-awareness, self-perception, persepsi, motivasi, hambatan mental yang mengganggu kelancaran pengiriman dan penerima pesan.
d. Sosiologis, misalnya hambatan status sosial, stratifikasi sosial, kedudukan atau peran yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan. Faktor-faktor ini mengurangi tingkat kebebasan berkomunikasi antarpersonal.
e. Antropologis, melalui hambatan kultural, seperti perbedaan latar belakang budaya, kebiasaan, adat istiadat dan lain-lain antara pengirim dan penerima yang mempengaruhi komunikasi.
f. Hambatan fisiologis, yaitu hambatan yang mencakup semua aspek fisik yang dapat mengganggu komunikasi.
g. Semantik, yaitu hambatan yang muncul dalam bentuk kata-kata yang
dapat mengganggu perhatian pengirim dan penerima pesan (Suryanto,
2015: 67)
Adapun macam-macam hambatan dalam proses komunikasi yaitu:
a. Hambatan teknis/mekanis, yaitu hambatan yang timbul pada alat penyampaian (medium) komunikasi. Hambatan ini dapat dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi.
b. Hambatan psikologis, yaitu gangguan atau hambatan yang bersifat kejiwaan yang cenderung negatif. Dalam proses komunikasi, aktivitas manusia ketika berkomunikasi didasarkan pada proses berpikir sehngga berpikir merupakan dasar dari tindakan komunikasi.
c. Hambatan biogenetis, yaitu gangguan komunikasi yang disebabkan oleh pengaruh berikut ini:
1) Pancaindra. Gangguan yang bersumber dari organisme manusia sebab tiap-tiap indra manusia memiliki kemampuan berbeda dalam merespons stimulus yang diterimanya.
2) Faktor naluri. Menurut Serger Chakotin (Jalaludin Rahmat, 1982) dalam Suryanto, ada empat naluri manusia yaitu: naluri berjuang, makan minum, seksualitas dan keibubapakan.
3) Sistem saraf, yang secara umum terdiri dari saraf pusat (otak besar dan kecil), saraf tepi (urat saraf dari pancaindra ke otak), dan saraf simpatis (saraf yang mengatur jasmani).
d. Hambatan sosiologis, hambatan yang akan dipengaruhi oleh lingkungan sosial.
e. Hambatan antropologis, pemahaman tentang latar belakang sasaran komunikasi sangat berpengaruh terhadap keefektifan proses komunikasi.
f. Hambatan ekologis. Hambatan ini dapat terjadi disebabkan kondisi
lingkungan yang ada pada saat terjadinya proses komunikasi. Misalnya
suara, tempat yang dekat dengan jalan raya dan lain sebagainya
(Suryanto, 2015: 68-70).
10. Komponen Komunikasi
Menurut Suryanto (2015: 159) bahwa pembahasan tentang komponen komunikasi bertujuan untuk memahami komunikasi secara komperhensif sehingga dapat mengidentifikasi berbagai hal yang harus ada dan terlibat dalam proses komunikasi. Komponen sangat diperlukan agar tidak terjadinya kesalah pahaman dalam memahami komunikasi khususnya ilmu komunikasi.
Dalam komunikasi terdapat beberapa komponen-komponen yang berkaitan dengan komunikasi, Suryanto menggemukakan ada beberapa komponen komunikasi, diantaranya:
a. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang memulai proses komunikasi, sumber pernyataan umum, pihak yang menyampaikan pesan kepada orang lain (Suryanto, 2015: 160).
Dari penjelasan diatas komunikator ialah seseorang baik dari golongan tertentu yang memulai proses komunikasi, memberikan sebuah gagasan, informasi, pesan baik dalam bentuk lambang-lambang, kode dan sebagainya.
b. Pesan
Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa gagasan, pendapat, dan sebagainya yang sudah dituangkan dalam suatu bentuk dan melalui lambang komunikasi diteruskan pada orang lain (Suryanto, 2015: 175).
Apa yang dibicarakan, yang disebutkan dan yang digambarkan lewat ucapan mapun tulisan oleh komunikator itu dinamakan pesan.
Pesan tidak hanya berupa tulisan tanpa arti, melainkan sebuah gagasan dan informasi yang perlu diketahui oleh khalayak pendengar.
c. Media
Media komunikasi adalah semua sarana yang dipergunakan
untuk memproduksi, mengolah, mendistribusikan atau menyebarkan
dan menyampaikan informasi (Suryanto, 2015: 185).
Menurut Burgon dan Huffner dalam Suryanto (2015: 185) menjelaskan bahwa secara sederhana, media komunikasi adalah perantara dalam penyampaian infromasi dari komunikator kepada komunikan yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi atau pesan tersebut.
d. Komunikan
Komunikan adalah pihak yang menjadi sasaran/penerima pesan dalam proses komunikasi (Suryanto, 2015: 192). Secara sederhana komunikan ialah orang yang menerima pesan baik berupa informasi maupun gagasan yang disampaikan komunikator menggunakan media.
e. Efek
Efek adalah hasil akhir dari proses komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang yang dijadikan sasaran komunikasi, sesuai atau tidak sesuai dengan yang dilakukan (Suryanto, 2015: 194). Efek komunikasi adalah segala bentuk ekspresi yang dihasilkan dari proses komunikasi yang diterima oleh komunikan.
f. Umpan Balik
Seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada komunikannya, pada pelaksanaannya merupakan komunikan ketika komunikan tersebut memberikan tanggapan kepadanya. Tanggapan ini disebut sebagai umpan balik atau feedback (Suryanto, 2015: 199)
Setelah komunikator menyampaikan pesan secara tatap muka,
hal yang paling inti dalam proses komunikasi yang dilakukan adalah
umpan balik atau feedback dari komunikan, karena tanpa adanya umpan
balik pesan terasa hambar seperti makan sayur tanpa garam. Pesan
tanpa umpan balik sama halnya kita berbicara sendiri tanpa didengar
secara maskimal oleh komunikator. Untuk itu perlu pemahaman
mengenai komunikasi efektif yang mesti dilakukan oleh komunikator
jika ingin berbicara dengan lawan bicaranya.
Menurut Mondry unsur-unsur komunikasi yaitu:
a. Komunikator
Komunikator, menurut Meinando (1981) dalam mondry merupakan individu atau kelompok yang mengambil prakarsa dalam mengadakan komunikasi dengan individu atau kelompok lain. Syarat umum sumber pesan atau komunikator yang baik meliputi berikut ini:
1) Harus memiliki pengetahuan luas.
2) Tidak menyembunyikan fakta (jujur).
3) Berpendidikan (formal atau in formal).
4) Mengetahui tentang yang dikomunikasikan.
b. Pesan
Pesan merupakan inti atau perumusan tujuan dan maksud dari komunikator kepada komunikan. Pesan ini merupakan unsur yang sangat menentukan dalam keberhasilan komunikasi. Supaya bisa diterima dengan baik, pesan harus memenuhi syarat harus mudah dimengerti.
c. Saluran
Supaya pesan yang diterima mudah dimengerti komunikan bisa terwujud, harus dipertimbangkan secara tepat saluran yang digunakan melaksanakan komunikasi tersebut. Saluran itu meliputi berikut ini:
1) Metode (cara) yang ditempuh. Dapat menggunakan komunikasi verbal yang bersifat langsung (tatap muka)atau tidak langsung (melalui surat kabar, dan lain-lain). Bisa juga dengan komunikasi non verbal.
2) Media atau alat yang digunakan. Media atau alat yang digunakan juga mempertimbangkan kebutuhan dan sasaran (mungkin juga pertimbangan biaya).
d. Komunikan
Komunikan (receiver) atau penerima memang diharapkan
minimal punya pengetahuan tentang masalah yang dikomunikasikan
memiliki pengetahuan luas.
e. Efek (effect)/ Dampak
Harapan dari proses komunikasi, informasi atau pesan yang disampaikan komunikator bisa dimengerti komunikan secara baik dan akhirnya membawa dampak sesuai dengan yang diharapkan. Dampak itu biasanya diketahui dari feedback yang muncul dari komunikan yang juga berlangsung melalui komunikasi atau bentuk lain yang
“diperlihatkan” komunikan.
f. Umpan Balik (Feedback)
Setelah proses komunikasi berlangsung. Salah satu unsurnya menyangkut umpan balik. Arus umpan balik tersebut selalu diharapkan seseorang atau kelompok orang yang melakukan kegiatan komunikasi.
Dengan umpan balik tersebut, komunikator akan dapat informasi tentang bagaimana komunikan menginterpretasikan pesan yang disampaikan komunikator atau yag diterima komunikan. (Mondry, 2016: 7-9).
11. Komunikasi Dalam Pandangan Islam
Komunikasi islam terbilang baru, sehingga beberapa pakar komuikasi yang memberikan defenisi sangat terbatas. Secara universal komunikasi islam adalah penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam islam.
Pesan yakni risalah atau nilai-nilai islam dengan menggunakan retorika yang meliputi bahasa dan gaya bicara yang santun. Pesan keislaman yang disampaikan meliputi ajaran islam, aqidah, syariah, dan akhlaq, iman islam dan ihsan yang mnjelaskantentangsegala yang diharuskandalamislam (Wiryanto, 2006: 36).
Muliadi (dalam Gimawati, 2012: 6) Makna komunikasi islami secara singkat dapat didefinisikan bahwa komunikasi islami adalah proses penyampaian pesan antara manusia yang didasarkan pada ajaran islam.
Pengertian komunikasi yang bersifat alami adalah cara berkomunikasi
yang bersifat islami (tidak bertentangan denga ajaran islam).
Dengan demikian pada hakikatnya terjadi konvergensi (pertemuan) atau pengertian komunikasi islam dengan komunikasi isalami. Dapat dikatakan komunikasi islami adalah implementasi komunikasi islam.
Sebagaimana perintah Allah SWT yang dijelaskan dalam QS. An-Nahl/16:
125,
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantanlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih baik mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa semua macam komunikasi islam tersebut pada dasarnya tidak bertentangan dengan komunikasi non islam dalam hal model, proses dan efeknya yang membedakannya lebih pada filosofinya. Landasan teori dan filososinya tentu al-qur’an dan hadits nabi. Dengan sedirinya komunikasi islam terikat pada pesan khusus, yakni dakwah karena al-qur’an adalah petunjuk bagi sesi alam dan juga merupakan peringatan, warning dan reward bagi manusia yang beriman dan berbuat baik.
B. Pola Komunikasi
Pola komunikasi sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan
komunikasi adalah proses pengeiriman dan penerimaan pesan antara dua
orang atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud dap[at
dipahami. Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi adalah
hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman
pesan dengan cara yang tepat sehingga dapat dipahami (Fajarwati, 2011: 10- 11).
Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan manusia baik individu maupun kelompok. Menurut Onong Uchjana Effendy komunikasi adalah proses penmyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung ( melalui media).
Harold Lasswell telah memberin kita model awal lain yang juga dikutip secara luas. Meskipun demikian, pemikirannya spesifik pada konteks komunikasi massa. Dia beragumen bahwa untuk memahami proses komunikasi massa kita perlku untuk mempelajari masing- masing dari tahap model Lasswell, yaitu : siapa, berkata apa, melalui siaran apa, untuk siapa, dengan efek seperti apa. Model ini adalah versi verbal dari model awal shannon dan Wheaver. Modeli ini masih liner, melihat komunikasi sebagai transmisi pesan, memunculkan “efek” bukan makna. Efek menunjukan sebab perubahan yang dapat diamati dan diukur dari penerima yang disebabkan oleh elemen-elemen darin proses komunikasi yang bisa diidentifikasikan.
Perubahan satu dari elemen tersebut akan mengubah efek, kita mengubah pengirim, kita bisa mengubah pesan, kita bisa mengubah saluran, perubahan dari masing-masing elemen tersebut akan menciptakan perubahan yang sesuai terhadap efek (Hapsari, 2012: 49-50).
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang atau symbol, bahasa gerak (non verbal) untuk perilaku orang lain dan memberikan rangsangan berupa suara/bunyi atau bahasa lisan, maupun gerakan dan tindakan atau simbol-simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain.
1. Pengertian Pola Komunikasi
Kata pola komunikasi dibangun oleh dua suku kata yaitu pola dan
komunikasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pola berarti bentuk
atau struktur yang tetap. Sedangkan dalam Kamusn Ilmiah pola berarti
model, dalam komunikasi ini dapat dimaknai sebagai bentuk gambaran,
rancangan suatau komunikasi yang dapat dilihat dari jumlah komunikasi.
Selanjutnya kata atau istilah komunikasi merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu Communication berasal dari bahasa latin yang berarti pertukuran pikiran. Makna hakikat dari communication ini adalah communi artinya sama atau sama makna (Effendy, 1992: 4).
Komunikasiberasal dari unsur surat kabar yaitu jounarlism. Jadi komuniukasi adalah pemeberitahuan atau pertukaran pikiran kepada orang lain.
Adapun defenisi komiunikasi seacra istilah atau terminologi banyak dikemukakan oleh para ahli antara lain:
a. Menurut Harlrold D Laswell, cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut : Wwho Says What in Which Channel ti whim With What Effect siapa yang mengatakan apa kepada siapa melalui media apa dan apa efeeknya.
b. William Albig komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengundang makna diantara individu-individu c. Menurut Dedi Mulyana dalam bukunya yang berjudul komunikasi Efektif bahwa komunikasi adalah proses berbagai makna melalui perilaku verbal dan non verbal.
Dari beberpa pendapat para ahli diatas penulis menarik kesimpulan, bahwa pola komunikasi merupakan bentuk penyampaian informasi bahkana merubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara langsung maupun melalui media.
2. Pola Komunikasi Orang Tua pada Anak
Menurut (Andhira, 2018: 30) adapun macam-macam pola komunikasi orangtua pada anak yaitu:
a. Pola Komunikasi Membebaskan (Peremissive)
Pola komunikasi permisif ditandai dengan adanya kebebasan
tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berprilaku sesuai dengan
keinginan anak. Pola Komunikasi permisif atau dikenal pula dengan
Pola komunikasi serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap
mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.
b. Pola Komunikasi Otoriter (Authoritarian)
Pola komunikasi otoriter ditandai dengan orang tua yang melarang anaknya dengan mengorbankan otonomi anak. Pola komunikasi otoriter mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua.
Dalam pola kamunikasi ini sikap penerimaan rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum, bersikap mengkomando, mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi, bersikap kaku atau keran cenderung emosional dan bersikap menolak.
Biasanya anak akan merasa mudah tersinggung, penakut pemurung dan merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, strees tidak mempunyai arah masa depan yang jelas serta tidak bersahabat.
c. Pola Komunikasi Demokratis (Authoritative)
Pola komunikasi orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak.
Mereka membuat semacam aturan-aturan yang disepakati bersama.
Orang tua yang demokratis ini yaitu orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.
Begitu pentingnya faktor komunikasi dalam keluarga agar membuat anak bisa mengutarakan pendaptnya. Salah satu cara terpenting untuk membantu anak menjadi orang yang lebih berarti adalah dengan belajar berkomunikasi yang positif. Karena keluarga menjadi peran yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian dan tingkah laku anak.
Pola komunikasi merupakan model dari proses komunikasi.
Pola komunikasi identik dengan proses komunikasi. Komunikasi
merupakan aktivitas menyampaikan pesan sehingga diperoleh feed back
dari penerima pesan. Kategori pola komunikasi terbagi atas empat tahap
yakni:
1) Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu simbol sebagai media atau saluran. Dalam pola ini menggunakan dua lambang yaitu lambang verbal dan nonverbal.
Lambang verbal yaitu bahasa, yang banyak digunakan, lambang nonverbal yaitu dalam berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat, gambar dan warna. Pola ini merupakan model pertama yang dikembangkan oleh Aristoteles.
2) Pola komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang. Komunikator menggunakan media kedua ini karena yang menjadi sarana komunikasi yang jauh tempatnya, atau banyak jumlahnya.
3) Pola komunikasi linear mengandung makna lurus yang berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Proses komunikasi ini terjadi dalam komunikasi tatap muka, tetapi ada juga kalanya komunikasi bermedia. Dalam proses komunikasi ini pesan yang akan disampaikan akan efektif apabila ada perencanaan sebelum melaksanakan komunikasi.
4) Pola komunikasi sirkular secara harfiah berarti bulat, bundar. Dalam proses sirkulasi terjadi feedback atau umpan balik, yakni penentu utama keberhasilan komunikasi, dari komunikan ke komunikator.
Pola komunikasi ini, proses komunikasi berjalan terus yaitu adanya umpan balik antara komunikator dan komunikan (Effendy,2013: 43) 3. Macam-Macam Pola Komunikasi
Menurut Hafied Cangara dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Ilmu Komunikasi terdapat beberapa pola komunikasi yang terdiri dari
beberapa macam yaitu pola komunikasi primer, pola komunikasi sekunder,
pola komunikasi linear dan pola komunikasi sirkular (Cangara, 2006: 36- 38).
a. Pola Komunikasi Primer
Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan simbol sebagai media atau saluran. Pola ini terbagi menjadi dua lambang, yaitu lambang verbal dan nonverbal.
Lambang verbal yaitu bahasa yang paling sering digunakan, karena bahasa mampu mengungkapkan hasil pikiran komunikator.
Lambang nonverbal yaitu lambang yang digunakan dalam proses komunikasi dalam bukan bentuk bahasa, namun merupakan isyarat dengan menggunakan anggota tubuh seperti gerakan tangan, gerakan bibir, mulut dan kepala.
Menurut Cangara (1998: 45) pola komunikasi ini dinilai sebagai model klasik, karena model ini merupakan model pemula yang dikembangkan Aristoteles, kemudian Laswell hingga Shannon dan Weaver. Aristoteles hidup dimasa retorika sangat berkembang sebagai bentuk komunikasi di Yunani, terutama keterampilan orang pidato pembelaan didepan pengadilan dan tempat-tempat umum yang dihadiri oleh rakyat yang menjadikan pesan atau pendapat yang dia lontarkan menjadi dihargai orang banyak.
Aristoteles mengembangkan idenya untuk merumuskan suatu model komunikasi yang didasari atas tiga unsur umum, yaitu : komunikator, pesan dan komunikan (Mulyana, 2000: 135).
Pada masanya pola komunikasi ini dikenal sebagai komunikasi publik atau berpidato. Pada saat itu seni berpidato merupakan suatu keterampilan yang penting, sehingga dalam komunikasi publik ini melibatkan unsur persuasi.
Komunikan Pesan
Komunikator
Indikator dari pola komunikasi primer ini adalah:
1) Komunikator
Komunikator adalah pihak yang memulai proses komunikasi, sumber pernyataan umum, pihak yang menyampaikan pesan kepada orang lain (Suryanto, 2015: 160). Dari penjelasan diatas komunikator ialah seseorang baik dari golongan tertentu yang memulai proses komunikasi, memberikan sebuah gagasan, informasi, pesan baik dalam bentuk lambang-lambang, kode dan sebagainya.
2) Pesan
Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa gagasan, pendapat, dan sebagainya yang sudah dituangkan dalam suatu bentuk dan melalui lambang komunikasi diteruskan pada orang lain (Suryanto, 2015: 175).
Apa yang dibicarakan, yang disebutkan dan yang digambarkan lewat ucapan mapun tulisan oleh komunikator itu dinamakan pesan. Pesan tidak hanya berupa tulisan tanpa arti, melainkan sebuah gagasan dan informasi yang perlu diketahui oleh khalayak pendengar.
3) Komunikan
Komunikan adalah pihak yang menjadi sasaran/penerima pesan dalam proses komunikasi (Suryanto, 2015: 192).
Secara sederhana komunikan ialah orang yang menerima pesan baik berupa informasi maupun gagasan yang disampaikan komunikator menggunakan media.
b. Pola Komunikasi Sekunder
Pola komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian
oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau
sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang pada media
pertama.
Menurut Osgood dalam Suryanto, komunikasi sekunder yaitu proses penyampaian pesan dengan menggunakan media kedua setelah menggunakan lambang sebgai media kedua (2015: 204).
Media merupakan alat atau sarana yang diciptakan untuk mempermudah terjalinnya suatu proses komunikasi sehingga pesan yang disampaikan dapat diteruskan. Pada akhirnya dengan perkembangan masyarakat berserta kebudayaan dan peradaban, komunikasi mengalami kemajuan dengan mempertimbangkan kondisi alam dan faktor geologis komunikasi dengan menggunakan media handphone dan internet melanda masyarakat di Negara manapun, agar pesan yang disampaikan tidak terhalang oleh jarak.
Pentingnya peran media dalam komunikasi sangat efisien membantu masyarakat. Akan tetapi, menurut para ahli komunikasi diakui bahwa komunikasi dengan menggunakan media hanya efektif dan efisien dalam penyampaian komunikasi secara lisan saja. Menurut mereka, yang paling efektif dan efisien dalam menyampaiakan pesan adalah komunikasi secara tatap muka (face to face) karena kerangka acuan (frame of reference) komunikan dapat diketahui oleh
komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya komunikator dapat mengetahui umpan balik atau tanggapan reaksi komunikan pada saat itu juga.
Pola komunikasi ini dikembangkan oleh Laswell yang terinspirasi dari pola komunikasi yang diterapkan oleh Aristoteles dengan lambang verbal dan nonverbal. Pola komunikasi Laswell melibatkan lima komponen komunikasi yang meliputi Who (siapa), Say what (mengatakan apa), In wich channel (menggunakan saluran apa), to whom (kepada siapa), what effect (efeknya).
Sumber. Suryanto
Siapa Mengatak
an
Melalui Apa
Kepada Siapa
Apa
Akibat
nya
Maksud dari gambar diatas adalah siapa, yaitu orang yang menyampaikan pesan atau informasi yang berarti seorang komunikator.
Mengatakan apa yang dimaksud disini adalah pesan yang akan disampaikan komunikator pada komunikan. Melalui Apa yang dimaksud disini adalah saluran, media, channel yang digunakan oleh seorang komunikator. Kepada siapa yang dimaksud disini adalah orang yang menerima pesan dalam artian seorang komunikan. Apa akibatnya yang dimaksud disini adalah effect atau umpan balik yang di ditanggapi oleh komunikator.
1) Komunikator
Komunikator adalah pihak yang memulai proses komunikasi, sumber pernyataan umum, pihak yang menyampaikan pesan kepada orang lain (Suryanto, 2015: 160). Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa komunikator ialah seseorang baik dari golongan tertentu yang memulai proses komunikasi, memberikan sebuah gagasan, informasi, pesan baik dalam bentuk lambang- lambang, kode dan sebagainya.
2) Pesan
Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa gagasan, pendapat, dan sebagainya yang sudah dituangkan dalam suatu bentuk dan melalui lambang komunikasi diteruskan pada orang lain (Suryanto, 2015: 175).
Apa yang dibicarakan, yang disebutkan dan yang digambarkan lewat ucapan mapun tulisan oleh komunikator itu dinamakan pesan. Pesan tidak hanya berupa tulisan tanpa arti, melainkan sebuah gagasan dan informasi yang perlu diketahui oleh khalayak pendengar.
3) Media
Media komunikasi adalah semua sarana yang dipergunakan
untuk memproduksi, mengolah, mendistribusikan atau menyebarkan
dan menyampaikan informasi (Suryanto, 2015: 185). Menurut Burgon dan Huffner dalam Suryanto (2015: 185) menjelaskan bahwa secara sederhana, media komunikasi adalah perantara dalam penyampaian infromasi dari komunikator kepada komunikan yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi atau pesan tersebut.
4) Komunikan
Komunikan adalah pihak yang menjadi sasaran/penerima pesan dalam proses komunikasi (Suryanto, 2015: 192). Secara sederhana komunikan ialah orang yang menerima pesan baik berupa informasi maupun gagasan yang disampaikan komunikator menggunakan media.
5) Efek
Efek adalah hasil akhir dari proses komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang yang dijadikan sasaran komunikasi, sesuai atau tidak sesuai dengan yang dilakukan (Suryanto, 2015: 194).
Efek komunikasi adalah segala bentuk ekspresi yang dihasilkan dari proses komunikasi yang diterima oleh komunikan.
6) Umpan Balik
Seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada komunikannya, pada pelaksanaannya merupakan komunikan ketika komunikan tersebut memberikan tanggapan kepadanya. Tanggapan ini disebut sebagai umpan balik atau feedback (Suryanto, 2015:
199).
c. Pola Komunikasi Linear
Linear disini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan dari satu titik ke titik yang lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.
Menurut Osgood dalam Suryanto (2015: 204) pola komunikasi
linear yaitu penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan
sebagai titik terminal. Jadi dalam proses komunikasi ini biasanya terjadi
dalam komunikasi tatap muka tetapi adakalanya komunikasi dalam bermedia.
Shannon dan Weaver menerapkan proses komunikasi manusia yang berakar dari teori matematik dalam komunikasi permesinan Shanon. Model matematik tersebut menggambarkan komunikasi sebagai proses linear. Dengan kata lain, pesan apapun yang ingin disampaikan melalui komunikasi, perlu diubah menjadi sinyal, dalam sebuah proses kerja yang disebut encoding atau pengodean (Suryanto, 2015: 235).
Sumber. Suryanto
Berdasarkan gambar diatas dapat dipahami bahwa sumber informasi mengirimkan sebuah pesan untuk dikonsumsikan kemudian pemancar mengubah pesan menjadi isyarat sesuai dengan kebutuhan.
Menurut Suryanto (2015: 237)
Sumber (source) dipandang sebagai pembuat keputusan (decision maker), yaitu sumber yang memutuskan pesan yang akan dikirim. Pesan ini diubah olehtransmiter menjadi sebuah sinyal yang dikirim melalui saluran kepada penerima (receiver). Jika diumpamakan telepon, salurannya adalah kabel, sinyalnya adalah arus istrik didalamnya, dan transmiter dan penerimanya adalah pesawat telepon.
Indikator dari Pola Komunikasi Sirkular disini adalah:
1) Komunikasi linear dalam prakteknya hanya ada pada komunikasi bermedia, tetapi dalam komunikasi tatap muka juga bisa diterapkan,
Info Source
Transmiter Receiver Destination
Cha