SKRIPSI
Oleh :
KARINA BALGIS PRASTIKA
0843010071
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Disusun Oleh :
Kar ina Balgis Pr astika 0843010071
Telah disetujui untuk mengikuti ujian skr ipsi
Menyetujui,
Pembimbing Utama
J uwito, S.Sos, M.Si NPT. 367049500361
Mengetahui,
DEKAN
Dr a. Ec. Hj. Supar wati, M.Si NIP. 195507181983022001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(Studi Deskr iptif Kualitatif Pola Komunikasi Or ang Tua dengan Anak yang Pengemis)
Disusun Oleh :
Kar ina Balgis Pr astika 0843010071
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Sk r ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univer sitas Pembangunan Nasional
“Veter an” J awa Timur Pada tanggal 13 J uni 2012
Pembimbing Utama Tim Penguji :
Ketua
J uwito, S.Sos, M.Si J uwito, S.Sos, M.Si
NPT. 367049500361 NPT.367049500361
Seker tar is
Dr s. Saifuddin Zuhr i, M.Si NPT. 370069400351
Anggota
Dr .Catur Suratnoaji, M.Si NPT.368049400281
Mengetahui, DEKAN
Dr a. Ec. Hj. Supar wati, M.Si
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
KARINA BALGIS PRASTIKA, POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskr iptif Kualitatif Pola Komunikasi Or ang Tua dengan Anak yang Pengemis)
Penelitian ini berdasarkan pada banyaknya fenomena-fenomena yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat Kota Surabaya, salah satunya adalah anak yang mengemis di jalan-jalan tetapi orang tua mereka tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh anaknya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anaknya yang mempunyai profesi sebagai pengemis atau peminta-minta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
menggunakan cara wawancara secara mendalam (Depth Interview) dan observasi dengan
para informan untuk mendapatkan hasil yang peneliti inginkan. Sedangkan teori yang digunakan adalah teori tentang pola komunikasi orang tua dengan anak yang terdiri dari tiga bagian diantaranya : Authoritarian, permissive, dan Authoritative dengan teori ini peneliti bisa mendapatkan hasil dari para informan, bahwa pola komunikasi yang manakah yang dipakai oleh para informan yang peneliti temui.
Dalam hal ini peneliti mengambil 6 infroman yang terdiri dari 3 orang tua yang tidak mengetahui yang anak meminta-minta dan 3 orang anak yang meminta-minta. Berdasarkan hasil analisis bahwa informan 1 menggunakan pola komunikasi Authoritative (Cenderung dari Kegelisahan dan kekacauan) dan informan 2 dan 3 menggunakan pola komunikasi Authoritarian (cenderung bermusuhan).
Kata Kunci : Pola komunikasi, Orang Tua dan Anak yang pengemis
ABSTRACT
KARINA BALGIS PRASTIKA, PATTERNS OF COMMUNICATION WITH PARENTS (Qualitative Descr iptive Study of Communication Patter ns with Beggar s Par ent Child)
This study is based on the number of phenomena that often occur in the middle of the Surabaya CITY, one of which is children begging on the streets but their parents do not know what was done by his son. The purpose of this study was to determine how patterns of communication that occurs between parents and children who have a profession as a beggar or beggars.
The method used in this study is a qualitative method by using in-depth interviews (Depth Interview) and observation by the informant to get the results that the researchers want. While the theory used is the theory about the communication patterns of parents with children consisting of three parts are: Authoritarian, permissive, and authoritative with this theory researchers can get the results of the informants, that the communication patterns which are used by the informants that researchers encounter.
In this case the researchers took 6 infroman consisting of three parents who do not know which children to beg and 3 children who beg. Based on the results of an analysis that informants use communications patterns Authoritative (Tends from anxiety and chaos) and informants 2 and 3 using Authoritarian communication patterns (likely hostile).
Keywords: Patterns of communication, the Parent and Child beggars
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “POLA
KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskr iptif Kualitatif Pola
Komunikasi Or ang Tua dengan Anak yang Pengemis)”. Dapat Terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku
dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
nasehat, serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual mauapun materil.
Untuk itu penulis juga menyampaikan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini,
diantaranya :
1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesabaran serta keikhlasan dalam
segala situasi.
2. Prof. Dr.Ir. H.Teguh Suedarto, Mp Selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra.Ec.Hj.Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “ Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Juwito S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “ Veteran” Jawa Timur dan pembimbing saya.
5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orang tua saya yang tercinta dengan penuh kesabaran membimbing,
memotivasi, serta mendoakan saya agar cepat menyelesaikan kuliah.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
8. Seseorang yang sudah menemani saya selama beberapa tahun ini, yang selalu
memberikan dukungan, motivasi, support, semangat dan doanya bagi penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar.
9. Terima kasih teman-teman KKN yang selama ini support penulis, terutama Ayu
dan Eny yang memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tugas
akhir ini.
Penulis menyadari bahwa didalam skripsi ini akan ditemukan banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan
demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.
Surabaya, 27 Maret 2012
Penulis
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
HALAMAN PERSETUJ UAN... ii
1.1 Latar Belakang Masalah………... 1
1.2 Perumusan Masalah...………... 10
2.1.1 Pengertian Komunikasi………...………...… 12
2.1.2 Fungsi Komunikasi………. 14
2.1.3 Pengertian Komunikasi Interpersonal………. 16
2.1.3.1 Tujuan Komunikasi Interpersonal………....…… 19
2.1.4 Pengertian Keluarga……….... 21
2.1.4.1 Pengertian Orang Tua...……... 22
2.1.4.2 Pengertian Anak... 23
2.1.5 Fungsi Keluarga...………... 26
2.1.6 Komunikasi Keluarga………... 28
2.1.6.1 Kualitas Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga.……... 30
2.1.6.2 Aspek Kualitas Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga.... 31
2.1.7 Pengertian Pola Komunikasi...………... 35
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
2.1.9.2 Dampak Eksploitasi Terahadap Anak... 43
2.10 Kerangka Berpikir... 44
BAB III METODE PENELITIAN...……… 46
3.1 Metode Penelitian...………. 46
3.2 Subyek dan Objek Penelitian ……….. 51
3.2.1 Informan Penelitian...……….. 51
3.3 Lokasi Penelitian…...………. 53
3.4 Teknik Pengumpulan Data...………. 53
3.4.1 Data Sekunder………... 53
3.4.2 Data Primer...……… 53
3.4.3 Wawancara Mendalam………...………. 54
3.5 Teknik Analisis Data...………... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...56
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ...56
4.1.1 Gambaran Umum Surabaya ...56
4.1.2 Gambaran Umum Meminta-Minta (Pengemis) ...57
4.1.3 Identitas Informan...58
4.2 Analisis Data ...61
BAB V PENUTUPAN ...80
5.1 Kesimpulan ...80
5.2 Saran ...80
DAFTAR PUSTAKA
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak bayi manusia menjadi Homo Sociologius (makhluk hidup), atau
barang kali lebih sering didengar sebagai makhluk sosial, yaitu manusia
yang hidup bersama dengan orang lain di dalam masyarakat, dia telah
melakukan komunikasi dengan sesamanya untuk memenuhi
kepntingan-kepentingan dirinya maupun bagi kepntingan-kepentingan orang lain. Makhluk muda
itu mulai mengerti siapa dirinya, siapa orang yang dihadapinya, apa saja
peran mereka, dan apa pula peran dirinya dalam berintaraksi dengan pihak
lain tersebut, setelah itu manusia muda akan semakin berkembang itu justru
tidak akan pernah dapat menghindari diri dari yang namanya komunikasi.
(Sutaryo, 2005 : 1).
Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, sejak pertama manusia itu dilahirkan manusia sudah
melakukan kegiatan komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial, artinya
manusia itu hidup dengan manusia lainnya yang satu dengan yang lain
saling membutuhkan, untuk tetap melangsungkan kehidupannya, manusia
perlu berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan antara manusia akan
tercipta melalui komunikasi, baik itu komunikasi verbal ataupun
komunikasi non verbal.
1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal
dari kata latim Communication dan bersumber dari kata Communis yang
artinya sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna mengenai suatu
hal (Effendy,2002:3). Komunikasi mempunyai banyak makna namun dari
sekian banyak definisi yang diungkapkan oleh para ahli dapat disimpulkan
secara lengkap dengan makna hakiki yaitu komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu
atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung
(lisan) ataupun secara tidak langsung (melalui media) (Effendy, 2005:5).
Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
menanam nilai-nilai. Komunikasi didalam keluarga antara orang tua dan
anak sangatlah penting untuk membentuk kepribadian anak, apabila terjadi
komunikasi yang baik maka anak akan memiliki sikap kemandirian.
Kemandirian adalah sifat seseorang tidak bergantung pada orang lain, anak
akan berusaha menggunakan segenap kemampaun inisiatif, daya kreasi,
kecerdasan, dengan baik. Dengan kemampuan ini justru merupakan
tantangan untuk membuktikan kreatifitasnya. Dengan hal ini akan
mendorong diri dapat mengaktualisasikan dirinya dengan sebaik-baiknya
(Dariyo, 2002:82).
Komunikasi juga merupakan salah satu aktivitas yang sangat
fundamental dalam kehidupan bagi umat manusia. Kebutuhan manusia
untuk berhubungan dengan sesamanya, diakui oleh hampir semua agama,
bahkan sejak adanya adam dan hawa.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Komunikasi dalam keluarga perlu dibangun secara harmonis dalam rangka
membangun pendidikan yang baik.
Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi perkembangan
jiwa dan pola pikir anak, serta mempengaruhi kondisi kejiwaan anak, secara
langsung dan tidak langsung.
Sebuah kelurga akan berfungsi optimal apabila di dalamnya terdapat
pola komunikasi yang terbuka, ada sikap saling menerima, mendukung,
rasa aman dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang terjaga
(Kriswanto, 2005:9).
Pola komunikasi yang di bangun akan mempengaruhi pola asu orang
tua terhadap anak. Dengan pola komunikasi yang baik di harapakn akan
tercipta pola asuh yang baik. Pentingnya pola asu orang tua dalam keluarga
dalam upaya mendidik anak. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil
dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta didasari dengan cinta dan
kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai subjek yang harus dibina,
dibimbing dan dididik dan bukan sebagai objek semata. (Djamarah, 2004:2)
Dari pengertian di atas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk
atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman
dan penerimaan pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran
atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas, dengan
komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya
hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Terdapat tiga pola komunikasi hubungan orang tua dan anak , yaitu :
Authoritarian (cenderung bersikap bermusuhan), Permissive (cenderung
berperilaku bebas), Authoritative (cenderung terhindar dari kegelisahan dan
kekacauan) (Yusuf,2001:51).
Melalui komunikasi yang efektif baik secara verbal maupun non
verbal orang tua harus memberikan pendidikan berupa pengarahan dan
bimbingan serta pengarahan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan,
norma, agama, dan tata krama yang dapat menentukan perkembangan anak
(Gunarsa, 2002).
Suasana harmonis dalam keluarga bisa tercapai apabila setiap anggota
nya dari dan menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing sambil
menikmati haknya sebagai anggota keluarga. (Gunarsa, 2002:207).
Berdasarka uraian yang telah dijelaskan di atas salah satu fenomena
yang terjadi adalah kekerasan pada anak dibawah umur yang menjadi
pengemis atau peminta-minta dijalanan. Sekitar 200 pengemis dan
gelandangan mulai dari orang dewasa hingga anak-anak berhasil diamankan
oleh Satpol PP Surabaya. Menurut kepala Satpol PP Surabaya Arief
Budiarto pengemis di Surabaya semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Sedangkan menurut ibu Ariani yang menangani masalah pengemis di Dinas
Sosial Surabaya saat diwawancarai terdapat 300 pengemis 200 orang yang
sedang dibina diliponsos keputih sedangkan yang 100 telah dipulangkan ke
asalanya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Sedangkan menurut badan yang dibentuk oleh Dinas Sosial yang
diberi nama TKSK (Tenaga Kesejaterahan Sosial Kecamatan) Sesurabaya
beberapa bulan terkakhir tahun 2011 ada 120 orang pengemis mulai dari
anak-anak sampai orang dewasa. Bahkan dari pengalaman pribadi peneliti
pengemis atau peminta-minta yang dilakukan oleh anak-anak berkedok
dengan menjual koran.
Dengan menjajakan koran yang mereka bawa mereka meminta-minta
kepada para pengunjung yang memarkirkan sepadanya di Plaza Surabaya
(Delta Plaza Surabaya) bagian belakang dekat WTC (Wolrd Trend Center)
mereka tidak akan pergi sebelum para pengunjung yang didatangi
memberikan uang kepada anak tersebut, bahkan terkadang mereka sampai
memaksa para pengunjung. Setelah mendapatkan uang dari pengunjung
yang didatanginya anak si peminta-minta tersebut langsung memberikan
koran yang mereka bawa kemudian anak peminta-minta tersebut langsung
pergi meninggalkan pengunjung yang menjadi sasaran mereka, tak
disangka-sangka koran yang diberikan anak pemint-minta tersebut adalah
koran bekas yang terkadang sudah usang.
Tak hanya itu saja terkadang banyak oknum-oknum nakal yang
memperdayakan anak-anak untuk bekerja meminta-minta demi kepentingan
pribadinya. Bahkan fenomena yang banyak terjadi akhir-akhir ini adalah
anak-anak kecil diperdaya oleh orang dewasa yang tidak bertanggung jawab
untuk bekerja mengais rejeki demi kepentingan dirinya sendiri. Bahkan
anak yang diperdaya tersebut terkadang masih memiliki orang tua yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
mampu membiayai mereka. Tak hanya itu saja karena lingkungan juga bisa
membuat anak-anak mengais rejeki dengan meminta-minta untuk
memenuhi kebutuhan mereka yang masih bisa ditangung oleh orang tua
mereka.
Tak seharusnya anak-anak mereka diperlakukan seperti itu. Dunia
anak adalah dunia yang khas, bukan miniatur dunia orang dewasa, maka
semangat berkomunikasi kepada anak adalah bukan memberitahukan
sesuatau yang dianggap baik dari sudut pandang orang dewasa, malainkan
duduk sejajar bersama anak, berempati dan menemani anak (Ekomadyo,
2005:6)
Meminta-minta juga tidak diperbolehkan oleh agama, lebih baik
tangan diatas dari pada tangan dibawa. Meminta-minta adalah meminta
bantuan atau meminta sumbangan kepada perorangan atau lembaga.
Meminta-minta itu identik dengan penampilan yang serba kusam, hal ini
yang dijadikan suatu alat untuk mengais rejeki dari orang lain.
Hal-hal yang mendorong seseorang untuk meminta-minta, dikarenakan
mudah dan cepatnya hasil yang didapatkannya, cukup dengan mengulurkan
tangan kepada orang yang di jumpainya.
Dalam islam tidak mensyari’atkan meminta-minta dengan berbohong
dan menipu. Alasannya bukan hanya karena melanggar dosa, tetapi juga
karena perbuatan tersebut dianggap mencemari perbuatan baik dan
merampas hak orang-orang miskin yang memang membutuhkan bantuan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Bahkan hal itu merusak citra baik orang-orang miskin yang tidak mau
minta-minta dan orang-orang yang mencintai kebajikan. Karena mereka
dimasukkan dalam golongan orang-orang yang meminta bantuan.
Sebenarnya mereka tidak berhak menerimanya, terlebih kalau sampai kedok
mereka terungkap. http://almanhaj.or.id/content/2981/slash/0
Banyak dalil yang menjelaskan haramnya meminta-minta dengan
menipu dan tanpa adanya kebutuhan yang mendesak. Diantara hadits-hadits
tersebut ialah sebagai berikut : Hadits Pertama, diriwayatkan dari Sahabat
‘Abdullah bin ‘Umaria, berkata: Rasulullah bersabda: Seseorang senantiasa
meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari Kiamat
dalam keadaan tidak ada sekerat dagingpun diwajahnya.
Hadis kedua, diriwayatkan dari Hubsyi bin Junaada, ia berkata :
Rasulullah bersabda: Barang siapa meminta-minta kepada orang lain tanpa
adanya kebutuhan, maka ia seolah-olah memakan bara api.
Tidak seharusnya orang tua mempekerjakan anak mereka seperti itu,
karena hal tersebut termasuk bentuk kekerasan pada anak atau biasa disebut
eksploitasi. Eksploitasi disini memiliki arti memperkerjakan seorang anak
dengan tujuan ingin meraih keuntungan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa eksploitasi anak adalah pemanfaatan untuk keuntungan sendiri
melalui anak dibawah umur. Dengan kata lain anak-anak digunakan sebagai
media untuk mencari uang.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Mengeksploitasi anak dengan alasan apapun, apalagi untuk alasan
ekonomi adalah tindakan kejahatan yang dapat di pidanakan. Menurut
undang-undang ketenagakerjaan No 13 tahun 2003 adalah pengusaha yang
mempekerjakan anak dibawah umur akan mendapat tindakan pidana.
www.Anneahira.com/ekploitasi-anak.htm.
Tidak hanya itu saja, melanggar hak-hak anak, dengan bekerja juga
membawa dampak yang buruk bagi anak-anak baik secara fisik maupun
secara psikis. Bahkan dampak yang lebih jauh lagi, dengan bekerja
dikhawatirkan akan mengganggu massa depan anak-anak untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik, terlebih lagi anak-anak merupakan
generasi penerus bangsa (Usman dan Nachrowi, 2004).
Menurut Suharto (2005), mengatakan mengekploitasi anak
menunjukkan pada sikap diskriminatif atau perlakuan yang
sewenag-wenang.
Dalam undang-undang RI No 23 tahun 2002 tentang perlindungan
anak, yakni pada pasal 13 ayat 1 yang berbunyi : setiap anak selama dalam
pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung
jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan
diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi ataupun seksual, penelantaran,
kekerasan, kekejaman, ketidakadilan, dan perlakuan salah lainnya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Sedangkan pada ayat 2 disebutkan : dalam hal orang tua, wali, atau
pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat 1 diatas, maka mereka perlu dikenakan pemberatan
hukuman. http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=17485
Dengan hukuman yang telah diberlakukan, para orang tua ataupun
orang dewasa tidak memperdulikan semua itu. Bahkan ada yang
beranggapan “Undang-undang dibuat untuk dilanggar” atau sebagian ada
yang mengatakan eksploitasi ekonomi terhadap anak-anak adalah salah satu
cara “darurat” untuk mengatasi kesulitan hidupan. Kekerasan yang dialami
oleh anak dapat berakibat langsung pada diri sang anak. Apabila seorang
anak mengalami kekerasan secara fisik, dampak langsung yang akan
dialaminya diantaranya dapat mengakibatkan kematian, patah
tulang/luka-luka dan pertumbuhan fisiknya pun akan berbeda dengan teman sebayanya.
Sedangkan dampak jangka panjang yang dapat dialami anak yang
mendapatkan kekerasan adalah munculnya perasaan malu atau
menyalahkan diri sendiri, cemas, depresi, kehilangan minat untuk
bersekolah, stres pasca trauma seperti terus-menerus memikirkan peristiwa
traumatis yang dialaminya dan dapat pula tumbuh sebagai anak yang
mengisolasi diri sendiri dari lingkungan disekitarnya.
Kehidupan meminta-minta tentunya akan mempunyai dampak
terhadap perkembangan kepribadian anak. Anak akan berperilaku sesuai
dengan apa yang dia lihat sehari-hari, apa yang menurut kelompoknya
dianggap baik dan apa yang dapat digunakan untuk mempertahankan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
kelangsungan hidupnya, sehingga tidak jarang sesuatu yang dianggap salah
dan terlarang dalam masyarakat menjadi hal yang biasa dalam
kehidupannya.
Orang tua sebagai pimpinan adalah faktor penentu dalam
menciptakan keakraban hubungan dalam keluarga. Tipe kepemimpinan
yang diberlakukan dalam keluarga akan memberikan suasana tertentu
dengan segala dinamikanya. Oleh karena itu, tak terbantah, bahwa
karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi yang
berlangsung dalam keluarga.
Orang tua mempunyai peran yang sangat besar bagi perkembangan
dan pembentukan moral sang anak. Komunikasi sangat penting bagi
manusia, manusia tidak bisa hidup tanpa komunikasi. Hal ini juga berlaku
bagi orang tua dengan anak, orang tua harus sering melakukan komunikasi
dengan anak agar dapat mengenal satu sama lain.
Dengan demikian orang tua seharusnya juga bisa melindungi,
menjaga, merawat, mendidik, serta memberikan kasih sayang kepada
anak-anaknya tanpa perlu melakukan kekerasan sedikitpun.
1.2 Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
Bagaimana pola komunikasi orang tua dengan anak yang
meminta-minta (pengemis).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola
komunikasi antara orang tua dengan anak yang meminta-minta (pengemis).
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teor itis
Untuk menambah kajian dalam bidang ilmu komunikasi terutama
yang menggunakan metode kualitatif pada khususnya, penelitian ini
diharapkan dapat memperoleh pengetahuan tentang pola komunikasi
antara orang tua dengan anak yang meminta-minta (pengemis).
1.4.2 Manfaat Pr aktis
a. Dapat menjadi bahan pembelajaran dan masukan kepada
para orang tua dalam melakukan komunikasi kepada
anaknya.
b. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa ilmu komunikasi
yang tertarik dengan penelitian pola komunikasi khususnya
yang menggunakan metode kualitatif.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teor i
2.1.1 Penger tian Komunikasi
Secara ontologis dapat dilihat, bahwa komunikasi itu adalah
perhubungan atau proses pemindahan, pengoperan arti, nilai, pesan melalui
media atau lambang-lambang, apakah itu dengan bahasa lisan, tulisan,
ataupun isyarat. Sedangkan secara aksiologis komunikasi diperlihatkan
sebagai suatu proses pemindahan pesan dari komunikator kepada
komunikan. Komunikator memberikan rangsangan (stimulus), sehingga
sikap, ide, atau pemahaman dapat dimengerti oleh komunikator ataupun
komunikan. Adapun secara epistomologis nampak bahwa komunikasi
bertujuan untuk merubah tingkah laku seseorang, merubah pola pikir atau
sikap orang lain (komunikan) untuk dapat membangun kebersamaan,
mencapai ide yang sama demi tujuan yang sama pula.
Komunikasi adalah suatu proses penerimaan pesan atau berita antara
dua orang atau lebih dengan cara yang tepat secara timbal balik sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami oleh kedua belah pihak (Djamara,
2004:2).
Menurut (Widjaya, 1987:27) komunikasi pada umumnya diartikan
sebagai hubungan atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah
hubungan atau diartikan pula saling tukar-menukar pendapat. Komunikasi
dapat pula diartikan sebagai hubungan kontak antara manusia baik individu
Komunikasi adalah peristiwa sosial yaitu peristiwa yang terjadi ketika
manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Ilmu komunikasi apabila
dipublikasikan secara benar akan mampu mencegah dan menghilangnya
konflik antar pribadi, antar kelompok, antar suku, antar bangsa, dan juga
antar ras sehingga bisa membina kesatuan dan persatuan umat manusia
penghuni bumi. (Effendy, 2002:27)
Komunikasi terjadi antara satu orang dengan lainnya yang
mempunyai tujuan untuk mengubah atau membentuk perilaku orang
menjadi sasaran komunikasi. Disamping itu komunikasi merupakan proses
yang penyampaiannya menggunakan simbol-simbol dalam kata-kata,
gambar-gambar, dan angka-angka.
Menurut Edward Depari (Onong, 2000:62) komunkisi adalah proses
penyampaian gagasan harapan dan pesan melalui lambang-lambang tertentu
yang mengandung arti dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada
penerima pesan. Secara terminologis komunikasi berarti proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.
Pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana
seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Dalam pengertian
paradigmatis, komunikasi mengadung tujuan tertentu, ada yang dilakukan
secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media. Pengertian lain
komunikasi adalah proses penyampain pesan oleh seseorang kepada orang
lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku,baik langsung secra lisan ataupun tidak langsung melalui media.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dalam definisi tersebut tersimpulakn tujuan, yakni memberi tahu atau
mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior).
Komunikasi juga memiliki arti sebagai proses pertukaran pesan verbal
maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk
mengubah tingkah laku. Dalam hal perubahan tingkah laku yang mungkin
dapat mempengaruhi aspek kognitif, afektif, atau psikomotor.
Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph De
Vito, K. Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan
unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses
komunikasi.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa komunikasi memiliki
pengertian yang luas dan beragam walaupun secara singkat komunikasi
merupakan suatu proses pembentukan, penyampain, penerimaan, dan
pengelolahan peasan yang terjadi dalam diri sendiri seseorang atau diantara
dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa komunikasilah yang berhubungan dengan manusia itu,
dimana tidak mungkin manusia hidup tanpa berkomunikasi.
2.1.2 Fungsi Komunikasi
Komunikasi merupakan hal yang terpenting bagi kehidupan manusia,
maka menurut Harold D. lasswell mengemukakan bahwa fungsi
1. Manusia dapat mengontrol lingkungannya.
2. Dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada.
3. Dapat melakukan transfomasi warisan sosial kepada generasi
penerus.
Menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar mengutip kerangka pikir William I Gorden mengenai
fungsi-fungsi komunikasi yang dibagi menjadi empat bagian.
Fungsi-fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication event)
tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan berkaitan dengan
fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi dominan diantarnya :
1. Fungsi Komunikasi sosial
Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita,
aktualisasidiri, kelangsungan hidup untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan. Pembentukan konsep diri
adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa
kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada
kita. Pernyataan eksistensi diri orang berkomunikasi untuk
menunjukkan dirinya eksis, inilah yang disebuk aktualisasi diri
atau pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya
menyatakan bahwa kita ada.
2. Fungsi Komunikasi Ekpresif
Komunikasi ekpresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut
menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(emosi kita) melalui pesan non verbal.
3. Fungsi Komunikasi Ritual
Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif. Suatau
komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang
tahun dalam acara tersebut orang mengucapkan kata-kata dan
menampilakan perilaku yang bersifat simbolik.
4. Fungsi Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum :
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan
kayakinan serta mengubah perilaku atau tindakan dan bertujuan
untuk membujuk (persuasif). Suatau peristiwa komunikasi
sesungguhnya sering kali mempunyai fungsi-fungsi tumpang
tindih meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan
mendominasi.
2.1.3 Penger tian Koumunikasi Inter per sonal
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara
seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua
orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan bertambahnya
orang yang terlibat dalam komunikasi, menjadi bertambahlah persepsi
orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah
komunikasi tersebut. Komunikasi interpersonal adalah membentuk
hubungan dengan orang lain. Hubungan itu dapat diklasifikasikan dalam
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah
proses pengiriman dan penerimaan pesan antar dua orang atau diantar
sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan
balik seketika. Komunikasi interpersonal merupakn komunikasi di dalam
diri sendiri, didalam diri manusia yang terdapat komponen-komponen
komunikasi seperti sumber, pesan, saluran penerima dan balikan. Dalam
komunikasi interpersonal hanya seorang yang terlibat. Pesan mulai berakhir
dalam diri individu masing-masing. Komunikasi interpersonal dapat
mempengaruhi komunikasi dan hubungan dengan orang lain. Suatu pesan
yang dikomunikasikan itu bermula dari diri seseorang (Muhammad,
2005:158).
Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal
Communication Book” mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai
berikut : “Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang
atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dari
beberapa umpan balik seketika”
Berdasarkan definisi di atas, komunikasi antar pribadi dapat
berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua-duaan atau
antara dua orang dalam suatu pertemuan. Pentingnya komunikasi antar
pribadi ialah karena prosesnya memungkinkan berlansung secara dialogis,
dimana selalu lebih baik dari pada secara monologis. Monolog
menunjukkan suatu bentuk komunikasi dimana seorang berbicara, yang lain
hanya mendengarkan, jadi tidak dapat berinteraksi.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Edna Rogers (2002:1) mengenukakan bahwa pendekatan hubungan
dalam menganalisis proses komunikasi antar pribadi mengasumsikan,
bahwa hubungan komunikasi antar pribadi dapat membentuk struktur sosial
yang diciptakan melalui proses komunikasi. Pembentukannya mencakup
konteks perkembangan proses komunikasi tersebut (Wiryanto, 2004:35).
Adapun faktor-faktor yang dapat menumbuhkan hubungan
interpersonal dalam komunikasi interpersonal adalah :
a. Percaya (trust)
Percaya disini merupakan faktor yang paling penting sejauh mana
percaya kepada orang lain dipengaruhi oleh fator personal dan
situasional. Dengan adanya percaya dapat meningkatkan
komunikasi interpersonal karena membuka hubungan komunikasi,
memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi.
b. Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi, seseorang bersikap defensif apabila tidak menerima,
tida jujur, tidak empatis. Dengan sikap defensif komunikasi
interpersonal akan gagal.
c. Sikap terbuka (open mindedness)
Dengan sikap percaya, dan sikap tidak suportif, sikap terbuka
dapat mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai,
dan paling yaitu saling mengembangkan kualitas hubungan
2.1.3.1 Tujuan Komunikasi Inter per sonal
Komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan.
Tujuan komunikasi ini tidak perlu disadari pada saat terjadinya
pertemuan dan juga tidak perlu dinyatakan. Tujuan itu boleh disadari
dan boleh tidak disadari dan disengaja atau tidak disengaja. Diantara
tujuan-tujuan itu adalah sebagai berikut :
a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan
personal atau pribadi. Komunikasi interpersonal memberikan
kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita
sukai atau mengenai diri kita. Melalui komunikasi kita juga
dapat belajar bagaimana kita menghadapi yang lain, apakah
kekuatan dan kelemahan kita dan siapakah yang menyukai dan
tidak menyukai kita dan mengapa.
b. Menemukan Dunia luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat
memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang
berkomunikasi dengan kita. Hal itu menjadikan kita memahami
lebih baik lagi dunia luar, dunia objek, kejadian-kejadian dan
orang lain.
c. Membentuk dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah
membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain.
Banyak waktu dari kita pergunakan dalam komunikasi.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga
hubungan sosial dengan orang lain.
d. Berubah Sikap dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita gunakan untuk mengubah sikap dan tingkah
laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Komunikasi
interpersonal menarik untuk mencatat bahwa studi mengenai
keefektifan media massa, bertentangan dengan situasi
interpersonal dalam mengubah tingkah laku tertentu. Kita lebih
sering membujuk melalui komunikasi interpersonal dari pada
komunikasi media massa.
e. Untuk Bermain dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan
utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman
atau bercerita dengan teman, walaupun kegiatan tersebut tidak
sangat penting. Dengan melakukan komunikasi interpersonal
semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting
dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di
lingkungan kita.
f. Untuk Membantu
Ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan professional mereka
untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi
hari. Memberikan bantuan bisa dikatakan apakah professional
dan tidak professional, keberhasilan memberikan bantuan
tergantung kepada pengetahuan dan keterampilan komunikasi
interpersonal.
Berdasarkan tujuan-tujuan komunikasi interpersonal dapat
memunkgkinkan kita untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tentang
diri, membentuk hubungan yang baik dengan orang lain dan
menembah pengetahuan dunia luar (Muhammad, 2005:165-168).
2.1.4 Penger tian Keluarga
Keluarga merupakan suatu unit terkecil yang bersifat universal,
artinya terdapat pada setiap masyarakat didunia atau suatu sistem sosial
yang terbentuk dalam sistem sosial yang lebih besar. Ada dua macam
keluarga, yaitu keluarga inti (muclear family) dan keluarga besar (extended
family).
Keluarga inti adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak yang belum dewasa atau belum kawin, sedangkan keluarga besar
adalah suatu satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan
lingkungan kaum keluarga yang lebih luas dari pada ayah, ibu dan
anak-anak (Yusuf,2007:36).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat
tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan
batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, saling
menyerahakan diri yang dijalin oleh kasih sayang (Djamarah, 2004:16).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dalam sutau keluarga terdapat anggota keluarga yang menjalankan
fungsi-fungsi keteladanan. Adapun yang diucapkan harus selaras dengan
orang tua yang menjadi teladan bagi anak-anaknya. Suami juga menjdi
teladan bagi istrinya, begitu juga dengan istri yang menjadi teladan bagi
anak-anaknya kelak (AL-FALAH edisi 237). Dapat juga dikatakan orang
tua lengkap merupakan keutuhan suatu keluarga, adanya ayah dan ibu
(Gerungan, 2002:185). Orang tua menjadi teladan anak-anaknya, oleh
karena itu dari masing-masing sifat disajikan dalam satu ikatan pernikahan
yang bertujuan untuk mendapatkan suatu keturunan. Orang tua merupakan
bagian inti dari suatu keluarga, orang tua menjadi fasilitator buat
anak-anaknya di rumah sebab keluarga merupakan tempat peletakan dasar-dasar
kepribadian anak selanjutnya. Oleh karena itu orang tua terkadang tidak
mengetahui maksud dan keinginan anak sebenarnya, mereka (orang tua)
hanya ingin didengar, hanya ingin dituruti, dan di taati tetapi pada dasarnya
tugas utama orang tua dalam keluarga adalah menjadi fasilitator langsung
dan menjadi sahabat buat anak-anaknya. Orang tua menjadi fasilitator wajib
menciptakan iklim demokratis, pengertian dan kestabilan emosi (Murtiasih
dan Atmojo, 2001:86-88).
2.1.4.1 Penger tian Or ang tua
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia orang tua ayah dan ibu
kandung. Sedangkan menurut Wright (1991:12), orang tua dibagi
a. Orang Tua Kandung
Orang tua kadung adalah ayah dan ibu yang mempunyai
hubungan dara secara biologis (yang melahirkan).
b. Orang Tua Angkat
Pria dan wanita yang bukan kandung tapi dianggap
sebagai orang tua sendiri berdasarkan ketentuan hukum
atau adat yang berlaku.
c. Orang Tua Asuh
Orang yang membiayai hidup seseorang yang bukan anak
kandung atas dasar kemanusiaan.
Dasar dari pengertian di atas maka orang tua adalah pria dan
wanita yang mempunyai hubungan ikatan baik itu secara biologis
maupun sosial dan mampu mendidik, merawat, membiayai serta
membimbing hidup orang lain yang dianggap anak secara
kesinambungan.
2.1.4.2 Penger tian Anak
Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa.
Menurut John Locke (dalam Gunarsa,1986), anak adalah pribadi yang
masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal
dari lingkungan.
Sedangkan menurut Department of Child and Adolescent
Health and Development, mendefinisikan anak-anak sebagai orang
yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention on the
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang
berusia di bawah 18 tahun. WHO (2003), mendefinisikan anak-anak
antara usia 0–14 tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi
besar.ht tp:/ / reposit ory.usu.ac.id/ bit stream/ 123456789/ 20820/ 4/ Chapt er
%20II.pdf
Anak adalah fase tumbuh kembang secara fisik maupun
emosi setiap manusia, Menurut Hurlock (dalam yusuf, 2001:21)
bahwa usia yang dapat disebut sebagai anak yaitu diantara usia 11
sampai 24 tahun. Periode anak ini dipandang sebagai masa “storm
and stress”, frustasi, konflik dan penyesuaian diri, mimpi dan
melamunkan cinta, dan perasaan terisolasi atau tersisishkan dari
kehidupan sosial budaya kerap muncul pada diri seorang anak.
Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia
menyatakan bahwa pengertian anak dibagi menjadi empat macam
yaitu :
1. Anak Kandung
Anak kandung adalah pria atau wanita yang mempunyai
hubungan darah secara biologis (lahir) dalam sebuah
keluarga.
2. Anak Angkat
Pria dan wanita yang bukan kandung tetapi dianggap
Anak yang mencari biaya hidup dengan meminta bantuan
pada orang tua yang bukan orang tua kandungnya atas
dasar kemanusiaan.
4. Anak Tiri
Anak dari hasil hubungan dari istri suami yang telah
bercerai namun dianggap sebagi anak sendiri oleh
keluarga istri mupun keluarga suami yang telah menikah
lagi.
Anak merupakan mahkluk sosial, yang membutuhkan
pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak
juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang
kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur
yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa
kanak-kanak (anak). Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi
fase selanjutnya.
http://www.duniapsikologi.com/pengertian-anak-sebagai-makhluk-sosial/
Seseorang yang dianggap sebagai anak bilamana memenuhi
persyaratan sebagaiman yang dilandaskan oleh hukum, dalam hal
kepentingan perlindungan anak, maka berlaku Undang-undang No 4
tahun 1979, pasal 1 ayat 2 yaitu : anak adalah seseorang yang belum
mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin. Jadi dapat
disimpulkan bahwa anak adalah orang yang berusia 0-21 tahun.
http://www.pelangibiru.net/2011/02/anak-pengertian-anak.html.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
2.1.5 Fungsi Keluar ga
Yusuf (2001:39) menyebutkan beberapa fungsi keluarga dari sudut
pandang sosiologis, fungsi keluarga dapat diklasifikasikan kedalam
fungsi-fungsi berikut :
1. Fungsi Biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memebrikan
legalita, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk
memenuhi; (a) pangan, sandang, papan, (b) hubungan sexual
suami istri dan (c) reproduksi atau pengembangan keturunan.
2. Fungsi Ekonomi
Keluarga merupakan unit ekonomi dalam sebagian besar
masyarakat primitif. Para anggota keluarga bekerja sama sebagai
tim untuk menghasilkan sesuatu.
3. Fungsi Pendidikan (Educatif)
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama
bagi anak. Keluarga berfungsi sebagai “transmitter budaya atau
mediator” sosial budaya bagi anak. Fungsi keluarga dalam
pendidikan adalah menyangkut penanaman, pembimbingan atau
pembinasaan nilai-nilai agama, budaya dan
keterampilan-keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak.
4. Fungsi Sosialisasi
Lingkungan keluarga merupakan faktor penentuan (determinant
datang. Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang
harus dilaksanakan oleh para anggotanya. Keluarga merupakan
lembaga yang mempengaruhi perkembangan kemampuan anak
untuk menaati peraturan (disiplin) mau bekerjasama dengan
orang lain, bersikap toleransi, mengharagi pendapat gagasan
orang lain, mau bertanggung jawab dan bersikap matang dalam
kehidupan heterogen (etnis, ras, agama, budaya).
5. Fungsi Perlindungan
Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota
keluarganya dari gangguan, ancaman, atau kondisi yang
menimbulkan ketidaknyamanan (fisik psikologi) bagi para
anggotanya.
6. Fungsi Rekreatif
Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memebrikan
kenyamanan, keceriaan, kehangatan, dan penuh semangat bagi
anggotanya. Maka dari itu, keluarga harus ditata sedemikian rupa,
seperti yang menyangkut aspek dekorasi interior rumah,
komunikasi yang tidak kaku, makan bersama, bercengkrama
dengan penuh suasana humor dan sebagainya.
7. Fungsi Agama (Religius)
Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai-nilai agama kepada
anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Keluarga
berkewajiban mengajar, membimbing, atau membiasakan anggota
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
keluarga yang memiliki keyakinan yang kaut terhadap tuhan yang
memiliki mental yang sehat, yakni mereka terhindar dari
beban-beban psikologi dan mampu menyesuaiakan dirinya secara
harmonis dengan orang lain, serta berpartisipasi aktif dalam
memberikan kontribusi secara konstruktif terhadap kemajuan serta
kesejahteraan masyarakat.
2.1.6 Komunikasi Keluar ga
Komunikasi keluarga adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam
kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari
kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran akan hilang. Akibatnya
kerawanan bubungan antara anggota keluarga sukar dihindari, oleh karena
itu komunikasi antara suami dan istri,komunikasi antara orang tua dan anak
perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun hubungn yang
baik dalam keluarga (Djamarah, 2004:38).
Dalam dunia modern ini menyebabkan perubahan dalam berbagai
aspek kehidupan keluarga. Akibatnya pola komunikasi keluarag telah
berubah secara radikal (darstis). Dari sekian banyak perubahan yang terjadi
pada keluarga tersebut dampaknya dapat terjadi pada seluruh komponen
keluarga yang ada yaitu dipihak ayah, ibu, anak maupun keluarga yang ikut
didalamnya seperti kakek, nenek atau anggota keluarga lainnya. Dilihat
pada uraian diatas, maka anakpun memikul dampak dari perubahan yang
Keterbukaan komunikasi antar orang tua dan anak sangat diperlukan
dalam proses sosialisasi dan bermanfaat dalam menghindarkan konflik yang
terjadi pada remaja maupun pada hubungan orang tua dan anak. Sehingga
dengan adanya komunikasi antar orang tua dan anak dapat membantu
memecahkan maslah anak (Gunarsa, 2000:206).
Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena
yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada
sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Demikian juga dalam
lingkungan keluarga diharapkan terbina komunikasi yang efektif antara
orang dan anak, sehingga akan terjadi hubungan yang penuh kasih sayang
dan dengan adanya hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak,
diharapkan adanya terbukaan antara irang tua dan anak dalam
membicarakan masalah dan kesulitan yang dialami oleh anak (Munandar,
1993:23). Disinilah diperlukan komunikasi dalam keluarga yang sering
disebut komunikasi keluarga
Kegiatan komunikasi dalam keluarga biasanya berlangsung secara
tatap muka dan memungkinkan adanya dialog antar anggota-anggota dalam
keluarga pada umumnya bersikap akrab dan terbuka (Pratiko, 1987:23).
Namun untuk mengadakan komunikasi yang baik antara orang tua dengan
anak usia remaja tidak mudah, karena ada factor-faktor yang menjadi
penghambat, yaitu :
1. Orang tua biasanya merasa kedudukannya lebih tinggi dari pada
kedudukan anaknya yang menginjak usia remaja.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
2. Orang tua dan anak tidak mempergunakan bahasa yang sama sehingga
meninggalkan salah tafsir atau salah paham.
3. Orang tua hanya memberikan informasi, akan tetapi tidak ikut serta
memecahkan masalah yang dihadapi anak.
4. Hubungan antara orang tua dan anak hanya terjadi secara singkat dan
formal, karena selalu sibuknya orang tua.
5. Anak tidak diberi kesempatan mengembangkan kretivitasnya serta
memberikan pandangan-pandanganya secara bebas (Soekanto,
1993:15).
2.1.6.1 Kualitas Komunikasi Inter per sonal Dalam Keluar ga
Komunikasi interpersonal dalam keluarga harus berlangsung
secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orang tua dengan anak
atau dari anak keorang tua. Awal terjadinya komunikasi kerana ada
sesuatu pesan yang ingin disampaikan, sehingga kedua belah pihak
tercipta komunikasi yang efektif (Djamarah, 2004:1).
Sedangkan menurut Rahkmat (2002:129), tidak benar
anggapan orang bahwa semakin sering seseorang melakukan
komunikasi interpersonal dengan orang lain, maka makin baik
hubungan mereka. Persoalannya adalah bukan seberapa sering
komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan.
Hal ini berati bahwa dalam komunikasi yang diutamakan adalah
Dalam proses komunikasi ini, ketika pesan disampaikan
umpan balikpun terjadi saat itu juga (immediate feedback) sehingga
komunikator tahu bagaimana reaksi komunikan terhadap pesan yang
disampaikan (Effendy, 2003:15).
Umpan balik itu sendiri memainkan peran dalam proses
komunikasi, sebab ia yang menentukan berlanjutnya komunikasi atau
berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleg komunikator, selain
itu umpan balik dapat memeberikan komunikator bahan informasi
bahwa sumbangan-sumbangan pesan mereka yang disampaikan
menarik atau tidak bagi komunikan (Effendy, 2003:14). Umpan balik
bersifat positif ketika respon dari komunikan menyenangkan
komunikator, sehingga komunikasi berjalan dengan lancer, sedangkan
sebaliknya umpan balik dikatak negatif ketika respon komunikan
tidak menyenangkan komunikator sehingga komunikator enggan
untuk melanjutkan komunikasi tersebut.
2.1.6.2 Aspek-Aspek Kualitas Komunikasi Inter per sonal Dalam Keluar ga
Komunikasi yang efektif perlu dibangun dan dikembangkan
dalam keluarga. Beberapa faktor penting untuk menentukan jelas atau
tidaknya informasi yang dikomunikasikan didalam keluarga dapat
mengarahakan pada komunikasi yang efektif, yaitu : (Irwanto,
2001:85).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1. Konsistensi
Informasi yang disampaikan secara konsisten akan dapat
dipercaya dan relaif lebih jelas dibandingkan dengan
informasi yang selalu berubah. Ketidaqk konsistensian
yang membuat para remaja bingung dalam menfsirkan
informasi.
2. Ketegasan (Assertiveness)
Ketegasan berarti bukan otoriter ketegasan membantu
menyakinkan remaja atau anggota keluarga yang lain
bahwa komunikator benar-benar menyakini nilai ata
sikapnya. Bila perilaku oarng tua ingin ditiru oleh anak,
maka ketegasan akan memberi jaminan bahwa
mengharapakan anak-anak yang berperilaku yang sesuai
yang diharapakan.
3. Percaya (Thurs)
Faktor percaya adalah yang paling penting karena
percaya menetukan efektifitas komunikasi,
meningkatakan komunikasi interpersonal karena
membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman
dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang
komunikan untuk mencapai maksudnya, hilngnya
kepercayaan pada orang lain akan menghambat
Ada tiga faktor yang berhubungan dengan sikap percaya
(Rakhmat, 2002:131), yaitu :
a. Menerima
Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan
orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha
mengendalikan, sikap yang melihat orang lain sebagai
manusia, sebagai individu yang patut dihargai, tetapi
tidak berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau
rela menanggung akibat-akibat perilakunya.
b. Empati
Empati dianggap sebagai memahami orang lain dan
mengembangkan diri pada kejadian yang menimpa
orang lain, melihat seperti orang lain melihat, merasakan
seprti orang lain rasakan.
c. Kejujuran
Manusia tidak menaruh kepercayaan kepada oarng yang
tidak jujur atau sering menyembunyikan pikir dan
pendapatnya. Kejujuran juga dapat mengakibatkan
perilaku seseorang dapat diduga. Hal ini mendorong
untuk percaya antara satu dengan yang lain.
4. Sikap Sportif
Sikap sportif adalah sikap mengurangi sikap defensif
dalam komunikasi. Sikap defensif akan banyak
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
menyebabkan komunikasi interpersonal akan gagal,
karena lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang
ditanggapinya dalam situasi komunikasi dari pada pesan
dari orang lain.
5. Sikap Terbuka
Sikap terbuka mendorong terbukanya saling pengertian,
saling menghargai, saling mengembangkan kualitas
hubungan interpersonal.
6. Bersikap Positif
Bersikap secara positif mencakup adanya perhatian atau
pandangan positif terhadap diri seseorang, perasaan
positif untuk berkomunikasi dan “menyerang” seseorang
yang diajak berinteraksi. Perilaku “menyerang” dapat
dilakukan secara verbal seperti kata-kata “aku suka
kamu” atau “kamu nakal” sedangkan perilaku
“menyerang” yang bersifat non verbal atau berupa
senyuman, pelukan bahkan pukulan. Perilaku
“menyerang” dapat bersifat positif yang merupakan
bentuk penghormatan atau pujian dan mengandung
perilaku yang diharapakan dan dihargai. “Menyerang”
yang negatif bersifat menentang atau menghukum seperti
mengeluarkan perbuatan kasar yang dapat menyakiti
Kristina (dalam Kartono, 1994:153) bahwa “menyerang”
positif perlu diberikan kepada anak jika memang pantas
menerimanya. “menyerang” secara negativ juga
diperlukan asal dalam batasan yang wajar seperti
menegur atau memahami anak bila memang perlu dan
orang tua tetap memberikan penjelasan alasan demikian.
2.1.7 Penger tian Pola Komunikasi
Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan
komunikas adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua
orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan pola komunikasi adalah
pola hubnungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman pesan
dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami
(Bahri, 2004:1).
Pengertian lain dari pola komunikasi adalah gambaran yang
sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu
komponen komunikasi dengan komponen lainnya (Tarmudji, 1998:27).
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua
orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua
oang atau lebih dengan cara yang yang tepat sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami (Djamarah, 2004:1).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dari pengertian di atas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk
atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses mengaitkan
dua komponen yaitu gambran atau rencana yang menjadi langka-langkah
pada suatu aktifitas dengan komponen-komponen yang merupakan bagian
penting ata terjadinya hubungan antar organisasi ataupun juga manusia.
Terdapat tiga pola komunikasi didalam hubungan orang tua dengan
anak yaitu (Yusuf, 2001:52) :
a. Authotarian (Cenderung bersikap bermusuhan)
Dalam pola hubungan ini sikap acceptance orang tua rendah,
namun kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap
mengkomando (mengharuskan atau memerintah anak untuk
melakukan sesuatu tanpa kompromi), bersikap kaku (keras),
cenderung emosional dan bersikap menolak. Sedangkan di pihak anak
mudah tersinggung, penakut, pemurung dan merasa tidak bahagia,
mudah terpengaruh stres, tidak mempunyai arah masa depan yang
jelas tidak bersahabat.
b. Permissive (Cenderung berperilaku bebas)
Dalam hal ini sikap acceptance orang tua dan kontrolnya
rendah, memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan
atau keinginannya. Sedangkan anak bersikap implusif serta agresif,
kurang memiliki rasa percaya diri, suka mendominasi, tidak jelas arah
Dalam hal ini acceptance orang tua dan kontrolnya tinggi,
bersikap responsive terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk
menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan tentang
dampak perbuatan yang baik dan yang buruk. Sedangkan anak
bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya diri, mampu
mengendalikan diri (self control) bersikap sopan, mau bekerja sama,
memiliki rasa ingin tahunya tinggi, mempunyai tujuan atau arah hidup
yang jelas dan berorientasi pada prestasi.
Suatu proses komunikasi dapat berjalan dengan baik jika antara
komunikator dan komunikan ada rasa percaya, terbuka dan sportif untuk
saling menerima satu dengan yang lain (Rakhmat, 2002:129). Adapun sikap
yang dapat mendukung kelancaran komunikasi dengan anak-anak adalah:
1. Mau mendengarkan sehingga anak-anak lebih berani membagi
perasaan sering munkgin sampai pada persaaan dan permasalahn
yang mendalam dan mendasar.
2. Menggunakan empati untuk pandangan-pandangan yang berbeda
dengan menunjukkan perhatian melalui isyarat-isyarat verbal dan
non verbal saat komunikasi berlangsung.
3. Memebrikan kebebasan dan dorongan sepenuhnya pada anak
untuk mengutarakn pikiran atau perasaan dan kebebasan untuk
menunjukkan reaksi atau tingkah laku tertentu sehingga dapat
menanggapai dengan positif tanpa adanya unsur keterpaksaan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
2.1.8 Penger tian Meminta-Minta (Pengemis)
Meminta-minta adalah orang yang mendapatkan penghasilan dimuka
umum dari belas kasihan orang lain. Orang yang meminta-minta
pekerjaanya diberi istilah mengemis dan pelakunya dinamakan pengemis.
Dalam bahasa Arab meminta-minta atau mengemis disebut Tasawwul, yang
mempunyai arti meminta-minta kepada orang lain atau meminta pemberian
dari orang lain (Al-Mu’jamul Wasith : 1/465). Meminta-minta yang
dilarang adalah meminta harta orang lain untuk kepentingan diri sendiri.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, meminta mempunyai arti
sebagai, berharap supaya diberi atau mendapatkan sesuatu dari orang lain.
Sedangkan meminta-minta dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti
meminta (mengemis) sesuatu atau sedekah kepada orang lain.
Sedangkan menurut Yazid bin Abdul Qadir J awas, Minta-minta
atau mengemis adalah meminta bantuan, derma, sumbangan, baik kepada
perorangan atau lembaga. Mengemis itu identik dengan penampilan pakaian
serba kumal, yang dijadikan sarana untuk mengungkapkan kebutuhan apa
adanya. Adapun pengertian meminta-minta atau pengemis itu sendiri
menurut Sudarianto dalam tulisan online nya adalah “orang-orang yang
kerjanya suka minta-minta kepada orang lain guna memenuhi kebutuhannya”.
R. Soesilo mendefinisikan minta-minta atau mengemis dapat
dilakukan dengan meminta secara lisan, tertulis atau memakai gerak-gerik,
termasuk juga dalam kategori pengertian ini adalah menjual lagu-lagu
menyodorkan permainan sepanjang toko-toko dan rumah-rumah yang biasa
dilakukan dikota-kota besar. Dalam pengertian lain pengemis atau
meminta-minta adalah orang-orang yang mendapat penghasilan dari
meminta-minta dimuka umum dengan berbagai alasan untuk mengharapkan
belas kasihan dari orang.
2.1.8.1 J enis Meminta-Minta (Pengemis)
Adapun jenis meminta-minta (pengemis) menurut kaca mata
kearifan, hukum dan keadilan, maka meminta-minta atau pengemis
dibagi mejadi dua kelompok diantaranya :
1. Kelompok Meminta-Minta (Pengemis) yang Benar-benar
Membutuhkan Bantuan.
Secara riil (kenyataan hidup) yang ada, para meminta-minta
(pengemis) ini memang benar-benar dalam keadaan menderita
karena harus menghadapi kesulitan mencari makan sehari-hari.
Sebagian besar mereka ialah justru orang-orang yang masih
memiliki harga diri dan ingin menjaga kehormatannya. Mereka
tidak mau meminta kepada orang lain dengan cara mendesak
sambil mengiba-iba. Atau mereka merasa malu menyandang
predikat pengemis yang dianggap telah merusak nama baik
agama dan mengganggu nilai-nilai etika serta menyalahi tradisi
masyarakat di sekitarnya. Allah Ta’ala berfirman: Artinya:
“(Apa yang kamu infakkan) adalah untuk orang-orang fakir
yang terhalang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(usahanya karena jihad) di jalan Allah sehingga dia tidak dapat
berusaha di bumi; (orang lain) yang tidak tahu, menyangka
bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga
diri (dari meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal
mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta secara paksa
kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu
infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui.
(Qs.al-Baqarah/2:273).
2. Kelompok Meminta-minta (pengemis) gadungan yang pintar
Memainkan Sandiwara dan Tipu Muslihat.
Selain mengetahui rahasia-rahasia dan trik-trik mengemis,
mereka juga memiliki kepiawaian serta pengalaman yang dapat
menyesatkan (mengaburkan) anggapan masyarakat, dan
memilih celah-celah yang strategis. Selain itu mereka juga
memiliki berbagai pola mengemis yang dinamis, seperti
bagaimana cara-cara menarik simpati dan belas kasihan orang
lain yang menjadi sasaran. Misalnya di antara mereka ada yang
mengamen, bawa anak kecil, pura-pura luka, bawa map
sumbangan yang tidak jelas, mengeluh keluarganya sakit
padahal tidak, ada yang mengemis dengan mengamen atau
bermain musik yang jelas hukumnya haram, ada juga yang
mengemis dengan memakai pakaian rapi, pakai jas dan lainnya,
dan puluhan cara lainnya untuk menipu dan membohongi
2.1.9 Penger tian Ek sploitasi
Eksploitasi anak menunjukkan pada sikap diskrimatif atau perlakuan
sewenang-wenang terhadapa anak yang dilakukan oleh keluarga atau
masyarakat. Eksploitasi anak adalah memanfaatkan anak secara tidak etis
demi kebaikan ataupun keuntungan orang tua atau orang lain
(Martaja,2005). Eksploitasi juga memiliki arti, memperalat individu lain
atau kelompok untuk tujuan kepentingan diri sendiri (Joni, 2006).
Memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi,
sosial ataupun politik tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk
mendapatkan perlindungan sesuai dengan perkembangan fisik, psikis &
status sosialnya (Suharto, 2005).
Pengertian lain dari eksploitasi anak adalah memanfaatkan anak
secara tidak etis demi kebaikan ataupun keuntungan orang tua maupun
orang lain (Karundeng, 2005). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,
pengertian ekspoitasi adalah pemanfaatan untuk kepentingan diri sendiri,
pengisapan, pemerasaan atas diri orang lain yang merupakan tindakan tidak
terpuji. Sedangkan menurut Undang- undang perlindungan anak Pasal 66
ayat 3, yang dimaksud dengan ekploitasi anak oleh orang tua yaitu :
menetampakan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut
serta melakukan ekspliotasi ekonomi atau seksual terhadap anak.
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0705756_chapter1.pdf
Bahkan Unicef telah menetapkan beberapa kriteria pekerjaan anak
yang diekploitasi, yaitu bila menyangkut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :