• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PENGGUNA GADGET AKTIF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Sekolah Dasar pengguna gadget aktif; handphone, playstation, dan laptop di Sidoarjo).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PENGGUNA GADGET AKTIF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Sekolah Dasar pengguna gadget aktif; handphone, playstation, dan laptop di Sidoarjo)."

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

Sekolah Dasar pengguna gadget aktif; handphone,playstation, dan laptop di Sidoar jo)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Memperoleh Gelar Sar jana Pada Progr am Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” J awa

Timur

Oleh :

MADE WITRIANTI NPM. 0943010259

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Sekolah Dasar Pengguna Gadget Aktif; handphone, playstation, dan laptop )

Disusun oleh :

MADE WITRIANTI NPM. 0943010259

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui,

PEMBIMBING

Dra. DYVA CLARETTA, Msi NPT. 3 6601 94 00251

Mengetahui,

DEKAN

(3)

Disusun Oleh : MADE WITRIANTI

NPM : 0943010259

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

“Veteran” J awa Timur Pada tanggal 14 September 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji : 1. Ketua

Dra. DYVA CLARETTA, MSi. J UWITO, S.Sos., Msi NPT. 3 6601 94 00251 NPT. 367049500361

2. Sekr etaris

Dr. Catur Sur atnoadji, M. Si NPT. 3 6804 94 00281 3. Anggota

Dra. DYVA CLARETTA, MSi. NPT. 3 6601 94 00251

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Hyang Widi Wasa, karena berkat anugerah dan kebaikannya yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pengguna Gadget Aktif”. Penulisan skripsi ini, merupakan salah satu kewajiban bagi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur, khusunya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam rangka memenuhi tugas akademik guna melengkapi syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana.

Hasil skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis semata, namun terwujud karena bantuan dan bimbingan dari Ibu Dra. Dyva Claretta, MSi selaku dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur. 2. Bapak Juwito, S.Sos., MSi sebagai Ketua Progdi Ilmu Komunikasi

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

3. Bapak dan Ibu Dosen Progdi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dalam materi perkuliahan.

(5)

lulus serta kedua keponakan yoga dan yogi yang memberikan inspirasi untuk mengambil permasalahn ini.

5. Semua teman-teman Ikom’09 khususnya Martha dan Rezita, yang kemana-kemana selalu bertiga. Harapannya bisa lulus dan wisuda bareng.

6. Terimakasih juga untuk geng ricuh yang terbentuk saat kkn, atas motifasi dan selalu merefresh kembali penulis, Novi, Dica, dan juga Anna, Indri yang sudah lebih dulu lulus.

7. Untuk para alumni komunikasi, terimakasih atas masukan, semangat, dan motifasinya, dan seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Biarlah Tuhan memberikan kasih karunia kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan proposal ini.

Penulis menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Harapan penulis semoga dengan terselesainya laporan proposal ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin.

Surabaya, September 2013

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 16

1.3 Tujuan Penelitian ... 16

1.4 Kegunaan Penelitian ... 16

1.4.1 Kegunaan Praktis ... 16

1.4.2 Kegunaan Teoritis ... 16

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 17

2.1 Penelitian Terdahulu ... 17

2.2 Landasan Teori ... 20

2.2.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 20

(7)

2.2.3 Model Komunikasi Interpersonal... 26

2.2.4 Teori atribusi ... 30

2.3 Pengertian Pola Komunikasi ... 31

2.4 Pengertian Keluarga ... 34

2.4.1 Komunikasi Keluarga ... 34

2.4.2 Kualitas Komunikasi Dalam Keluarga ... 37

2.5 Anak Sekolah Dasar ... 40

2.6 Pengertian Gadget ... 43

2.7 Kerangka Berpikir... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

3.1 Definisi Operasional Konsep ... 49

3.1.1 Pola Komunikasi Dalam Keluarga ... 50

3.2 Lokasi Penelitian ... 51

3.3 Informan ... 52

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.5 Teknik Analis Data ... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 56

4.2 Penyajian Data ... 58

4.2.1 Identitas Informan ... 59

4.2.2 Pola Komunikasi Orang Tua ... 62

(8)

4.3.1 Hasil Wawancara Informan 1 ... 64

4.3.2 Hasil Wawancara Informan 2 ... 77

4.3.3 Hasil Wawancara Informan 3 ... 88

4.4 Pembahasan ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

5.1 Kesimpulan ... 102

5.2 Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

ABSTRAKSI

MADE WITRIANTI, POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK

PENGGUNA GADGET AKTIF (Studi Deskr iptif Kualitatif Pola Komunikasi Or ang

Tua Dengan Anak Sekolah Dasar Pengguna Gadget Aktif; Handpone, Playstation,

dan Laptop)

Perkembangan teknologi sudah menyebar dikalangan masyarakat termasuk anak-anak. Saat ini, tidak sedikit anak-anak yang mempunyai dan pandai mengoperasikan gadget. Gadget dapat memberikan dampak positif dan negative bagi anak. Karena itu perlu bagi orang tua untuk memberikan pengarahan kepada anak agar tidak terpengaruh dampak negative dari gadget dengan menggunakan pola komunikasi yang efektif. Pola komunikasi diperlukan untuk menganalisa bagaimana gambaran komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anak sekolah dasar sebagai pengguna gadget aktif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan

disertai in-depth interview (wawancara mendalam) dalam mengumpulkan data yang

diperlukan untuk penelitian.

Hasil dari penelitian ini diperoleh melalui analisis dari rekap hasil wawancara mendalam dengan setiap informan. Ditunjukan bahwa memang setiap orang tua memiliki cara mereka sendiri dalam mendidik anaknya khususnya dalam bermain gadget. Diperoleh dari 3 informan, 2 bersikap permissive (membebaskan), dan 1 bersikap

authoritative yang cenderung demokratis dengan anak

Kata kunci : Pola komunikasi, anak sekolah Dasar pengguna gadget.

ABSTRACT

MADE WITRIANTI, THE PATTERN OF PARENTS COMMUNICATION WITH CHILDREN AS THE ACTIVE GADGET USER (Qualitative Descriptive Study On The Patterns Of Parents Communication With Elementary School Children As The Active Gadget User; Handphone, Playstation, and Laptop)

Technology development has spread among the public, including to the children. Currently, there are many children who have and can operate gadgets smartly. Gadgets can provide positive and negative impacts for the children. Therefore, it is necessary for the parents to provide the direction to the child in order not to be affected by negative impacts of the gadget using with the effective communication patterns. Communication patterns that needed to analyze is how about description of the communication that occurs between parents and elementary school children as the active gadget users.

The method that used in this research is descriptive qualitative, accompanied by in-depth interviews to collect the necessary data for the research.

The results of this research are obtained through analysis from recapitulation of in-depth interviews with each informant. It is indicated that every parents indeed has their own ways in educating their children especially in playing the gadget. It is obtained from 3 informants, 2 informants be permissive (be free), and 1 informant be authoritative that tends to democratic with their children.

(12)

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi masyarakat saat ini semakin modern, ini menyebabkan tuntutan manusia terhadap kebutuhan informasi semakin tinggi. Hal itu turut melahirkan kemajuan yang cukup signifikan dalam bidang teknologi. Peningkatan dibidang teknologi, informasi, serta komunikasi mengakibatkan dunia tidak lagi mengenal batas, jarak, ruang, dan waktu. Seseorang dapat dengan mudah mengakses informasi penting tentang fenomena kejadian di belahan dunia lain, tanpa harus berada di tempat tersebut. Padahal untuk mencapai tempat itu memakan waktu berjam-jam, namun hanya dengan seperangkat komputer yang memiliki konektivitas internet, informasi dapat diperoleh dalam hitungan detik. Dan internet kini juga semakin marak digunakan sebagai media komunikasi yang instan dan praktis oleh masyrakat. Jumlah pengguna internet di Indonesia bertambah sebanyak 58 persen menjadi 55 juta orang dibandingkan dengan tahun lalu. Ini membuat Indonesia bertengger di peringkat ketiga dalam daftar pertambahan pengguna internet tertinggi dunia (04/12/12). www.tempo.com

(13)

mobile seperti ponsel cerdas sebanyak 27 juta. Ini tumbuh 36 persen dibandingkan dengan tahun lalu. www.tempo.com

Kemajuan teknologi saat ini, memberikan pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan dan dikelilingi teknologi hampir dalam setiap gerak kehidupannya. Pada pagi hari, banyak orang yang dibangunkan dari tidur oleh alarm jam, banyak juga kemudian langsung menghidupkan televisi, menyalakan handphone atau computer untuk memeriksa email, atau facebook (Morisson MA, 30 : 2010).

Manusia menggunakan teknologi ketika bekerja sepanjang hari dan bahkan menjelang tidur. Kita sadar atau tidak sadar, menjadi tergantung kepada teknologi. Kata "Gadget" sering sekali digunakan di media massa maupun media elektronik. Kalau kita mencarinya dalam kamus, biasanya diartikan sebagai alat yang praktis. Dalam bahasa Indonesia kira-kira pengertian gadget tersebut artinya :Sebuah gadget adalah sebuah obyek (alat atau barang elektronik) teknologi kecil yang memilki fungsi khusus, tetapi sering diasosiasikan sebagai sebuah inovasi atau barang baru.

www.beritanet.com

(14)

Manusia yang hidup dijaman sekarang ini berada pada masa yang serba canggih, banyak informasi dari belahan dunia manapun bisa di akses dengan mudah hanya dengan alat atau barang elektronik yang mempunyai fungsi khusus. Sangat menguntungkan memang bisa melakukan aktivitas seperti browsing atau berkomunikasi di dunia maya hanya dengan sebuah perangkat canggih yang bisa dengan mudah kita operasikan. Perangkat gadget juga sudah menjamur di lingkungan kita bahkan pengguna usia anak-anak pun sudah bisa mengaksesnya.

Seperti fenomena yang terjadi saat ini. Bukan hal yang luar biasa lagi, saat ini kita sering melihat anak-anak membawa dan pandai mengoperasikan perangkat gadget. Mulai dari handphone, smartphone, playstasion, laptop, komputer ataupun tablet dengan jenis dan harga yang variatif. Gadget tidak hanya dapat digunakan sebagai sarana komunikasi tetapi juga dapat digunakan sebagai sarana mendapatkan informasi dan hiburan. Terdapat berbagai macam aplikasi yang canggih didalam perangkat gadget atau elektronik komunikasi tersebut. Seperti fasilitas internet, video game, mp3, dan video player. Akan tetapi belakangan muncul kontrofersi berita di media massa yang mulai menanyakan seberapa perlu gadget dikalangan anak-anak, mengingat kecanggihan teknologi saat ini sering digambarkan sebagai pisau bermata dua. Disisi lain gadget memberikan dampak positif pada anak, tapi disisi lain gadget juga memberikan dampak negatif.

(15)

menggunakan gadget, ia akan mengandalkan gadget untuk mengerjakan berbagai hal, atau lebih senang berimajinasi seperti tokoh game yang sering dimainkan dengan gadget-nya. Hal ini menyebabkan konsentrasi anak menjadi lebih pendek, dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Ini dapat menyebabkan anak sulit berkonsentrasi saat belajar, yang berdampak pada penurunan prestasi di Sekolah. http://artikelduniawanita.com

Saat ini kecanggihan teknologi memungkinkan manusia berinteraksi secara bebas dalam skala global. Sayangnya, kemajuan teknologi ini kerap kurang diimbangi dengan sikap kewaspadaan akan risiko penyalahgunaannya. Alhasil, kasus demi kasus penyalahgunaan dikalangan anak saat ini banyak terungkap ke masyarakat. Dari beberapa macam-macam gadget, yang paling sering dimainkan dan dimiliki oleh anak-anak adalah handphone, playstation, dan laptop atau komputer. Untuk itu dalam penelitian penulis lebih memfokuskan anak yang menggunakan secara aktif 3 macam gadget tersebut. Gadget Handphone, playstation dan laptop difasilitaskan anak dari orang tua dengan berbagai maksud dan tujuan.

(16)

itu, gadget yang biasanya di fasilitasi oleh orang tua untuk anak adalah laptop atau computer, tujuannya yaitu agar anak dapat mempeljari teknologi atau pelajaran yang berhubungan dengan tugas disekolahnya. akan tetapi orang tua sering lalai untuk memeriksa atau memantau aktivitas lain yang dilakukan anak dengan menggunakan gadgetnya. Seperti game atau file gambar, dan video yang mempunyai unsur pornografi dan kekerasan yang terdapat dalam gadget anak. Belum lagi, gadget yang dapat mengakses internet secara bebas. Tentu dalam hal ini, orang tua harus memberikan bimbingan atau pengarahan anak untuk berinternet sehat.

(17)

dianggap anak tersebut telah memasuki fase dewasa. Padahal kenyataannya, 52 persen anak perempuan menstruasi pada usia 9 tahun, 48 persen anak laki-laki mimpi basah umur 10-11 tahun, sehingga tidak masuk kategori di atas," katanya.

Berdasarkan suatu penelitian terhadap anak-anak sekolah pada 2012, sebanyak 67 persen anak kelas 4 sampai 6 mengaku sudah melihat pornografi. Sekitar 24 persen di antaranya diakses dari komik dan 22 persen dari internet. Sementara di antara mereka yang melihat pornografi, sebanyak 44 persen mengaku merasa jijik, sedangkan 22 persen merasa sudah biasa.

http://female.kompas.com

Banyaknya pemberitaan yang menyorot perlakuan anak yang menyimpang karena terpengaruh dari gadget. Baik gadget yang telah difasilitasi orang tua maupun dari teman pergaulan di lingkungan. Seharusnya orang tua dapat membimbing dan mengarahkan anak dalam menggunakan perangkat gadget tersebut agar tidak merugikan dan dapat menghindarkan anak dari pengaruh negatif gadget. Terutama pada saat anak mulai ketagihan memainkan gadget yang mereka miliki. Anak sering terlalu asik bermain tanpa memperdulikan sekitar.

(18)

sekitar 69.000 pejalan kaki terluka setiap tahun, 11.000 diantaranya lebih muda dari 14 tahun. Sekitar 4.400 kasus dari jumlah tersebut termasuk cedera yang fatal. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa ada sekitar 39 persen remaja berjalan sambil mengirim pesan teks atau memakai headphone; 20 persen sambil berbicara di ponsel; dan 2 persen sambil bermain video game. Remaja wanita juga ditemukan 1,2 kali lebih mungkin untuk teralihkan oleh gadget saat menyeberang jika dibandingkan dengan remaja pria. Safe Kids Worldwide kemudian melakukan kampanye untuk mengingatkan para remaja dan anak-anak untuk tidak menggunakan gadget sambil berjalan atau menyeberang. Kampanye ini diluncurkan untuk mengenang Christina Morris-Ward, seorang remaja berusia 15 tahun yang mengenakan headphone dan menelepon saat melintasi jalan dua blok dari sekolahnya tahun lalu. Tak hanya dari remaja dan anak-anak itu sendiri, dibutuhkan peran serta orang tua untuk membantu mengalihkannya. Carr menegaskan bahwa orang tua yang tidak menggunakan gadget saat sedang berjalan dapat memberikan pesan positif kepada anak-anak mereka. http://health.detik.com/read/2013/08/31/

(19)

Penelitian Anderson dan Dill (2000 : 772-790) menunjukkan bahwa tayangan kekerasan di video game meningkatkan pemikiran dan perilaku agresif (Rifa Hidayah, 2009 : 88).

Hal ini ditunjukkan dengan adanya pemberitaan mengenai Berbagai kasus terjadi akibat dari pengaruh video game yang sarat kekerasan. Seperti kasus di Indonesia Februari 2008. Kasus penusukan siswa SD terhadap temannya yang sempat menggegerkan warga setempat. Penusukan tersebut terjadi karena pelaku yang berinisial AM tersebut menginginkan HP temannya yang berinisial SM. AM juga diketahui menyukai video gamePoint Blank (Zepetto, 2008) yang sarat akan kekerasan. Kemungkinan besar ia mencontoh perbuatan tersebut dari video game tembak-menembak online yang memang banyak unsur kekerasan senjata didalamnya.

http://prastistransformers.wordpress.com

Contoh kasus lain yang ditayangkan Reportase Sore, Trans TV pada 5 maret 2013 yang memberitakan kasus lima anak SD mencabuli teman sekelasnya karena terpengaruh dari video porno yang terdapat dalam gadget tersangka.

(20)

hukum. "Untung juga orangtua korban cepat melapor, sehingga lima terlapor langsung kita amankan. Kalau tidak, dia bisa menjadi korban amukan massa," kata Andry. Kabarnya, keluarga korban sangat marah dan berniat menghakimi lima terduga pelaku. Beruntung bisa ditangani polisi. Polisi juga telah menurunkan beberapa personel untuk berjaga-jaga di wilayah Bontonompo, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Ustad Alim Bahri, dai asal Gowa, menyesalkan kejadian ini. Ia berharap polisi menuntaskan kasus amoral ini karena bisa sangat berbahaya. ''Dampaknya bisa sangat luas. Ini benar-benar memiriskan hati," katanya. Ia mengimbau para orangtua, untuk lebih meningkatkan perhatian dan pengawasan kepada anak-anaknya. "Kikis budaya serba cuek terhadap aktivitas anak. Sekarang warnet menjamur, HP yang memiliki aplikasi mudah mengakses internet utamanya situs porno. Orangtua harus mengawasi itu, kalau tidak anak-anak kita rusak," ucapnya. Efek dari fasilitas internet ini memang banyak manfaatnya tapi juga ingat banyak pengaruh buruk yang bisa diperoleh anak dengan mudah kata ustad. Hal senada dikatakan Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Gowa Hj Hasniaty Hayat. Ibu tiga anak ini mengaku prihatin dengan peristiwa pencabulan murid dengan murid ini. ''Kami mengimbau peran orangtua dalam mendidik anak-anaknya utamanya di luar sekolahan. Masalah ini perlu kita pikirkan bersama, agar tidak banyak anak-anak di bawah umur yang menjadi korban perbuatan tak senonoh seperti itu,'' terang aktivis perempuan yang juga legislator PDK Gowa ini.

(21)

Seperempat rumah tangga di Inggris kini penghuninya masing-masing memiliki tablet sendiri. Yang memilukan, rata-rata seorang anak menghabiskan hampir dua jam sehari di gadget favoritnya. Nahas memang, banyak anak-anak kini meninggalkan makan malam agar bisa langsung masuk ke kamarnya masing-masing dan memainkan gadget favoritnya tersebut. Jelas, hal seperti ini merupakan satu bentuk kesalahan yang teramat fatal. Dalam sebuah survei terhadap 2.000 orangtua, delapan dari 10 anak-anak yang telah berusia 14 tahun atau di bawah usia itu, mengatakan bahwa dirinya sekarang membatasi penggunaan gadget sebagai metode pilihan hukumannya. Penemuan ini menemukan bahwa rata-rata seorang anak menghabiskan hampir dua jam sehari pada gadget favoritnya, sementara lebih dari seperempat menghabiskan lebih dari empat jam sehari menatap layar gadgetnya. Gadget paling populer yang dibelikan untuk anak-anaknya adalah Xbox dan PlayStation, dan presentasenya sebanyak 46 persen. Diikuti sebanyak 30 persen membelikan anak-anaknya dengan pemutar musik MP3 dan Smartphone. www.Liputan6.com

(22)

timbulnya perilaku tidak disiplin dan nakal pada anak. Berbagai permasalahan yang dihadapi, menyebabkan sebagaian anak mengalami depresi, kegoncangan nilai dan perilaku nakal, termasuk kurang efektifnya komunikasi agar orang tua dapat memantau dan mengarahkan anak pengguna gadget agar dapat memanfaatkan gadget dengan positif.

Komunikasi Interpersonal dalam keluarga yang terjalin dengan orang tua dan anak merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan perkembangan individu komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Demikian juga dengan lingkungan keluarga yang diharapkan terbina komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anaknya. Sehingga akan terjadi hubungan yang harmonis. (Effendy, 2002 : 8)

Komunikasi interpersonal sangat penting karena memungkinkan berlangsung secara dialogis dibandingkan dengan bentuk – bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan dan perilaku komunikan, maka bentuk komunikasi interpersonal acapkali digunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif yaitu komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes, berupa ajakan, bujukan atau rayuan (Effendy, 2002:59).

(23)

Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan dapat dipahami (Bahri, 2004:1)

Dalam hal pola komunikasi dalam keluarga dapat dioperasionalkan dengan bentuk atau pola hubungan antara orang tua dan anak dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan baik secara verbal maupun nonverbal.

Terdapat tiga pola komunikasi didalam hubungan orang tua dengan anak menurut Braumrind, yaitu (Yusuf, 2010 : 51) :

a. Authotarian (otoriter)

Dalam pola hubungan ini sikap “acceptance” (penerimaan) orang tua rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap mengkomando (mengharuskan/memeritah anak untuk melakukan sesuatu tnpa kompromi), bersikap kaku (keras), cenderung emosional dan bersikap menolak.

b. Permissive (Cenderung berprilaku bebas)

Dalam hal ini sikap acceptance orang tua tinggi, namu kontrolnya rendah, memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya.

c. Authoritative (Cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan/ demokratis)

(24)

pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk.

Fungsi keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu sebagai orang tua adalah sebagai tempat untuk pengajaran tentang nilai dan norma pada pribadi anak. Oleh karena itu penyimpangan perilaku anak adalah tergantung dari kualitas komunikasi didalam keluarganya. Apabila komunikasi tidak terjalin maka kerugian yang akan dialami oleh kedua belah pihak, baik dipihak keluarga sendiri dan dipihak masyarakat. Pembinaan terhadap anak harus secara signifikan bertingkah laku sesuai dengan garis – garis keluarga atau dengan kata lain faktor internal didalam keluarga harus lebih dominan dari pada faktor eksternal.

(25)

menaruh curiga terhadap anak laki-laki SD tersebut setelah melihat adanya luka dikemaluan korban. Sebelum divisum, anak tersebut dicuriga bisa saja melakukan pencabulan karena terpengaruh gadget yang dia mainkan. Seperti gambar, video, dan browsing internet yang berbau pornografi yang tersimpan dalam gadget tanpa sepengetahuan orang tua.

Peneliti akan meneliti pola komunikasi orang tua yang profesi dan Latar belakang keluarganya berbeda-beda baik dari status sosial maupun ekonomi, seperti ada dalam satu keluarga yang ayahnya bekerja dan ibunya menjadi seorang guru, informan ke dua merupakan dari keluarga yang hanya ayahnya bekerja sebagai pepimpin perusahaan dan ibunya sebagai ibu rumah tangga, informan yang ke tiga dari keluarga yang kedua orang tuanya berwirausaha atau berdagang di rumahnya. Anak-anak dalam masing-masing keluarga, juga memiliki karakter yang berbeda-beda, seperti ada yang menjadi pembangkang akan tetapi tetap berprestasi meskipun menggunakan gadget hampir sepanjang hari, ada yang tetap patuh dan displin, dan ada pula anak yang tidak patuh dan tidak displin. Dalam penelitian ini, akan diteliti pola komunikasi orang tua dengan anak pengguna gadget aktif agar anak tidak berbuat kenakalan atau perilaku yang menyimpang.

(26)

Hal ini dibenarkan oleh masyarakat sehingga tidak ada orang tua yang bertindak melebihi atas diri anaknya.

Siswa Sekolah Dasar dipilih oleh penulis karena pada umumnya anak-anak memerlukan tingkat pengawasan atau pengarahan yang baik. Pada usia masa kanak-kanak dan akhir, anak-anak mudah terpengaruh atau masih belum mampu membedakan mana yang benar dan salah sehingga peran orang tua dalam pembentukan sikap anak sangat penting.

Masa kanak-kanak tengah dan akhir (middle and late childhood) merupakan periode perkebangan yang dimulai dari sekitar usia 6 hingga usia 12 tahun; kadang periode ini disebut sebagai tahun-tahun sekolah dasar. Anak menguasai keterampilan dasar membaca, menulis, aritmatik, dan secara formal dihadapkan pada dunia yang lebih besar budayanya. Prestasi menjadi tema sentral yang lebih dari dunia anak, dan control diri meningkat. (John W. Santrock, 2007 : 20)

(27)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka perumasan masalahnya yaitu “Bagaimanakah pola komunikasi orang tua dengan anak pengguna gadget aktif ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi orang tua dengan anak pengguna gadget aktif.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan pr aktis

Hasil penelitian ini dapat memberi masukan pada orang tua yang mempunyai anak pengguna gadget yang masih bersekolah dasar tentang pola asuh agar gadget tidak berdampak negative terhadap anak dengan menerapkan pola komunikasi dalam keluarga.

1.4.2 Kegunaan Teoristis

(28)

2.1 Penelitian Terdahulu

(29)

atau demokratis. Hasil dari penelitian ini juga mengungkapkan bahwa pemahaman dan kesadaran keluarga mengenai pentingnya komunikasi keluarga dan pengaruhnya terhadap perkembangan emosi anak masih tergolong rendah. Banyak keluarga yang lebih mengutamakan kemampuan kognitif anak daripada kemampuan emosionalnya dan banyak keluarga tidak memiliki batasan serta komitmen yang jelas mengenai komunikasi keluarga dan perkembangan emosi anak, sehingga komunikasi keluarga sering hanya dipahami sebagai rutinitas, bukan sebagai sesuatu yang memiliki arti bagi perkembangan anak. Pengaruh penerapan pola komunikasi keluarga terhadap perkembangan emosi anak akan bersifat positif apabila didalam keluarga terdapat budaya komunikasi yang demokratis. Kesimpulan dari penelitian ini pola komunikasi yang demokratis dan interaktif secara cultural pada akhirnya akan menentukan keberhasilan proses sosialisasi pada anak. Proses sosialisasi menjadi penting karena dalam proses tersebut akan terjadi transmisi sistem nilai yang positif kepada anak.

(30)

mengakibatkan anak kehilangan tokoh yang menjadi identifikasi bagi mereka. Komunikasi adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan orang tua yang menginginkan anaknya mandiri, bagaimana cara ibu tunggal berkomunikasi dengan anak menentukan apakah tumbuh mandiri atau sebaliknya. Pola yang menjadi tolok ukur dalam penelitian ini adalah aksi atau hanya satu arah, interaksi yang memungkinkan pihak ibu dengan anak saling berkomunikasi, serta transaksi yang memungkinkan keduanya melibatkan unsur lainnya sehingga menimbulkan dampak tertentu bagi anak. Penelitian ini menggunakan survey dengan pendekatan kualitatif, yaitu survai yang digunakan dalam penelitian deskriptif. Kesimpulan hasil dari penelitian ini pola komunikasi lebih berperan dominan dalam membentuk kemandirian anak melalui penanaman kesadaran anak untuk mandiri, faktor lingkungan yang ada hubungannya dengan kemandirian adalah keluarga luas, sekolah, teman sebaya, dan media massa.

(31)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi antarpribadi (interpersonal) dapat berlangsung secara tatap muka atau menggunakan media komunikasi antarpribadi (nonmedia massa), seperti telepon. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator relatif cukup mengenal komunikan, dan sebaliknya, pesan dikirim dan diterima secara stimultan dan spontan, relatif kurang terstruktur, demikian pula halnya dengan umpan balik yang dapat diterima dengan segera. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah laku (efek kognitif) dari komunikannya, memanfaatkan pesan verbal dan nonverbal, serta mengubah atau menyesuaikan pesannya apabila didapat umpan balik negatif. (Daryanto, 2010:30)

(32)

yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.

Definisi lain dikemukakan oleh Arni Muhammad (2005), komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang dengan seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang langsung diketahui balikannya (komunikasi langsung). Selanjutnya indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono (2001 : 205) memaparkan, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal, serta saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antarindividu di dalam kelompok kecil. (Suranto AW, 2011 : 4)

(33)

Komunikasi interpersonal merupakan komunikiasi yang mempunyai efek besar dalam mempengaruhi orang lain terutama perindividu. Hal ini disebabkan, biasanya pihak-pihak terlibat dalam komunikasi bertemu secara langsung, tidak langsung menggunakan media dalam penyampaian pesannya sehingga tidak ada jarak yang memisahkan antara komunikator dengan komunikan (face to face). (Suranto AW, 2011:71)

2.2.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal merupakan suatu action oriented, ialah suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Tujuan komunikasi interpersonal itu bermacam-macam, beberapa diantaranya dipaparkan berikut ini.

a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain.

(34)

b. Menemukan diri Sendiri.

Artinya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan informasi dari orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk berbicara apa yang disukai dan apa yang dibenci. Dengan saling membicarakan keadaan diri, minat, dan harapan maka seseorang memperoleh informasi berharga untuk menganai jati diri, atau dengan kata lain menemukan diri sendiri.

c. Menemukan dunia luar.

Dengan komunikasi interpersonal diperoleh kesempatan untuk mendapatkan informasi dari orang lain, termasuk informasi penting dan actual. Misalnya komunikasi interpersonal dengan dokter mengantarkan seseorang untuk mendapatkan informasi tentang penyakit dan penanganannya. Jadi, dengan komunikasi interpersonal diperoleh informasi, dan dengan itu dapat dikenali dan ditemukan keadaan dunia luar yang sebelumnya tidak diketahui. Jadi komunikasi merupakan “jendela dunia”, karena dengan komunikasi dapat mengetahui berbagai jenis kejadian di luar negeri.

(35)

dengan orang lain. Pepatah mengatakan, “mempunyai seorang musuh terlalu banyak, mempunyai teman seribu terlalu sedikit”. Maksudnya kurang lebih, bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, perlu bekerja sama dengan orang lain.semakin banyak teman yang diajak bekerja sama, maka semakin lancarlah pelaksanaan kegiatan didalam hidup sehari-hari sebaliknya pabila ada seorang saja sebagai musuh, kemungkinan akan menjadi kendala. Oleh karena itu setiap orang telah menggunakan banyak waktu untuk komunikasi interpersonal yang diabdikan untuk membangun dan memelihara hubungan social dengan orang lain. e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku.

(36)

mengurangi ketergantungan “kutak-kutik” handphone dan internet.

f. Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu.

Adakalanya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal sekedar mencari kesenangan atau hiburan. Berbicara dengan teman mengenai acara perayaan hari ulang tahun, berdiskusi mengenai olahraga, bertukar cerita-cerita lucu adalah merupakan pembicaraan untuk menghabiskan waktu. Disamping itu juga dapat mendatangkan kesenangan, karena komunikasi interpersonal semacam itu memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan suasana rileks, ringan, dan menghibur dari semua keseriusan berbagai kegiatan sehari-hari.

g. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi.

Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi (mis communication) dan salah interpretasi (mis interpretation) yang terjadi antara sumber dan penerima pesan. Mengapa? Karena dengan komunikasi interpersonal dapat dilakukan pendekatan secara langsung, menjelaskan berbagai pesan yang rawan menimbulkan kesalahan interpretasi.

h. Memberikan bantuan (konseling).

(37)

dapat dipakai sebagai pemberian bantuan konseling bagi orang yang memerlukan. Tanpa disadari setiap orang ternyata sering bertindak sebagai konselor maupun konseli dalam interaksi interpersonal sehari-hari. Misalnya remaja “curhat” kepada sahabatnya mengenai putus cinta. Tujuan melakukan “curhat” tersebut adalah untuk mendapatkan bantuan pemikiran sehingga didapat solusi yg baik.

2.2.3 Model Komunikasi Interpersonal.

Dalam proses komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal arus komunikasi yang terjadi adalah sirkuler atau berputar, artinya setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi komunikator dan komunikan. Karena dalam komunikasi atarpribadi efek atau umpan balik dapat terjadi seketika. Untuk dapat mengetahui komponen – komponen yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi dapat dijelaskan melalui gambar berikut :

(38)

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa komponen – komponen komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut : (Devito, 2007 : 10)

1. Pengirim – Penerima

Komunikasi antarpribadi paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang terlibat dalam komunikasi antarprbadi memfokuskan dan mengirimkan serta mengirimkan pesan dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan. Istilah pengirim – pengirim ini digunakan untuk menekankan bahwa, fungsi pengirim dan penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi, contoh komunikasi antara orang tua dan anak.

2. Encoding – Decoding

(39)

3. Pesan – Pesan

Dalam komunikasi antarpribadi, pesan – pesan ini bsa terbentuk verbal (seperti kata – kata) atau nonverbal (gerak tubuh, simbol) atau gabungan antara bentuk verbal dan nonverbal.

4. Saluran

Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan antara pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal baik yang bersifat langsung perorangan maupun kelompok lebih persuasif dibandingkan dengan saluran media massa.

Hal ini disebabkan pertama, penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal dapat dilakuka secara langsung keada khalayak. Contoh dalam komunikasi antarpribadi kita berbicara dan mendengarkan (saluran indera pendengar dengan suara). Isyarat visual atau sesuatu yang tampak (seperti gerak tubuh, ekpresi wajah dan lain sebagainya).

5. Gangguan atau Noise

(40)

a. Gangguan Fisik

Gangguan ini biasanyaberasaldari luar dan mengganggu transmisi fisik pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak dan sebagainya.

b. Gangguan Psikolgis

Ganggan ini timbul karna adanya perbedaan gagasan dan penilaian subyektif diantara orang yang terlibat diantara orang yang terlibat dalam komunikasi seperti emosi, perbedaan nilai – nilai, sikap dan sebagainya.

c. Gangguan Semantik

Gangguan ini terjadi kata – kata atau simbol yag digunakan dalam komunikasi, seringkali memiliki arti ganda, sehingga menyebabkan penerima gagal dalam menangkap dari maksud – makusud pesan yang disampaikan, contoh perbedaan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.

6. Umpan Balik

(41)

7. Bidang Pngalaman

Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku yang terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang sama.

8. Efek

Dibanding dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku kepercayaan dan opini komunikasn. Hal ini disebabkan komunikasi dilakukan dengan tatap muka (Devito, 2007 : 10).

2.2.4 Teori Atr ibusi

Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dam karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (Baron dan Byne, 1979:56). Atribusi boleh juga ditunjukan pada diri sendiri (self attribution), tetapi di sini kita hanya membicarakan atribusi pada orang lain. Atribusi merupakan masalah yang cukup popular pada dasawarsa terakhir dikalangan psikologi social, dan agak menggeser focus pembentukan perubahan sikap. Secara garis besar ada dua macam atribusi, yaitu atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran (Rakhmat, 2005:93)

(42)

Heider, bila kita mengamati perilaku social, pertama-tama kita menentukan dahulu apa yang menyebabkannya: factor situasional atau personal; dalam teori atribusi lazim disebut kausalitas eksternal dan kausalitas internal (Jones dan Nisbett, 1927).

Kedua yaitu atribusi kejujuran, Robert A. Baron dan Donn Byrne (1979:70-71) yang dikutip Rakhmat (2005:95) mengemukakan, ketika seseorang melihatkan atribusi kejujuran maka ada dua hal yang harus diamati, yaitu:

1. Sejauh mana pernyataan orng itu menyimpang dari pendapat umum.

2. Sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan dari anda akibat pernyataan anda.

Makin besar jarak antara pendapat pribadi dengan pendapat umum maka makin percaya bahwa ia jujur (Eisinger dan Mills, 1968: Jones et al., 1971).

2.3 Pengertian Pola Komunikasi.

(43)

Dalam hal pola komunikasi dalam keluarga dapat dioperasionalkan dengan bentuk atau pola hubungan antara orang tua dan anak dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan baik secara verbal maupun nonverbal.

Terdapat tiga pola komunikasi didalam hubungan orang tua dengan anak menurut Braumrind, yaitu (Yusuf, 2010 : 51) :

a. Authotarian (otoriter)

Dalam pola hubungan ini sikap “acceptance” (penerimaan) orang tua rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap mengkomando (mengharuskan/memeritah anak untuk melakukan sesuatu tnpa kompromi), bersikap kaku (keras), cenderung emosional dan bersikap menolak. Sedangkan di pihak anak, anak mudah tersinggung, penakut, pemurung dan merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, stres, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas tidak bersahabat.

b. Permissive (Cenderung berprilaku bebas)

Dalam hal ini sikap acceptance orang tua tinggi, namu kontrolnya rendah, memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya. Sedang anak bersikap impulsif serta agresif, kurang memiliki rasa percaya diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya dan prestasinya rendah.

c. Authoritative (Cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan/ demokratis)

(44)

pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk. Sedangkan anak bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri (self control) bersikap sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin taunya tinggi, mempunyai tujuan / arah hidup yang jelas dan berorientasi pada prestasi.

Mengkaji hal yang sama, weiten dan Lioyd (1994 : 361) mengemukakan lima prinsip “effective parenting” (perlakuan orang tua yang efektif), yaitu:

a) Menyusun atau membuat standar (aturan perilaku) yang tinggi namun dapat dipahami. Dalam hal ini, anak diharapkan untuk berperilaku dengan cara yang sesuai dengan usianya.

b) Menaruh perhatian terhadap perilaku anak yang baik dan memberikan reward atau ganjaran. Perlakuan ini perlu dilakukan sebagai pengganti dari kebiasaan orang tua pada umumnya, yaitu bahwa mereka suka menaruh perhatian kepada anak pada saat anak berperilaku menyimpang, namun membiarkannya ketika melakukan hal yang baik.

c) Menjelaskan alasannya (tujuannya), ketika meminta anak untuk melakukan sesuatu.

d) Mendorong anak untuk menelaah dampak perilakunya terhadap orang lain.

(45)

2.4 Pengertian Keluar ga.

Sudaradja Adiwikarta (1988 : 66-67) dan Sigelman Shaffer (1995 : 390-391) berpendapat bahwa “keluarga merupakan unit social terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat di dunia (universe) atau suatu system social yang terperancang (terbentuk) dalam system social yang lebih besar”. Bentuk atau pola keluarga yaitu keluarga batin/inti (nuclear family), terdiri atas suami/ayah, istri/ibu, dan anak yang lahir dari pernikahan antara keduanya dan yang belum berkeluarga (termasuk anak tiri jika ada). (Yusuf, 2010:36)

2.4.1 Komunikasi Keluar ga

Komunikasi keluarga adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran akan hilang. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota keluarga sukar dihindari, oleh karena itu komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara orang tua dengan anak perlu dibangun secara harmonis dalam rangaka membangun hbungan yang baik dalam keluarga (Djamarah, 2004 : 38).

(46)

Dalam dunia modern ini menyebabkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan keluarga, akibatnya pola keluarga telah berubah secara radikal (drastis). Dari sekian banyak perubahan yang terjadi pada keluarga tersebut dampaknya dapat terjadi pada seluruh komponen keluarga yang ada yaitu dipihak ayah, ibu, anak maupun keluarga yang ikut didalamnya seperti nenek atau anggota lainnya. Dilihat dari uraian diatas, maka anak pun memikul dampak dari perubahan yang terjadi pada keluarga.

Ikatan dengan keluarga yang renggang dan kontak keluarga yang berkurang, berkurangnya pekerjaan yang dilakukan dirumah, anak lebih banyak menghabiskan waktuna diluar rumah dari pada didalam rumah, perceraian atau pernikahan kedua atau ketiga semakin meningkat, para ayah memegang peran lebih besar alam pengasuhan anak, orang tua mempunyai ambisi lebih besar bagi anak dan bersedia mengorbankan kepentingan pribadi mereka demi pendidikan anak dalam mempersiapkan mereka dimasa depan dan adakalanya lebih banyak interaksi dengan orang luar dar pada anggota keluarga (Hurlock, 1997 : 200).

(47)

Peranan keluarga sangat penting terhadap perkembangan sosial anak, tidak hanya terbatas pada situasi sosial ekonominya atau keutuhan struktur dan interaksinya saja. Hal ini mudah diterima apabila kelompok sosial dengan tujuan-tujuan, norma-norma, dinamika kelompok termasuk kepemimpinannya yang sangat mempengaruhi kehidupan individu yang menjadi keloompok tersebut diantara anak.

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai – nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat (Yusuf, 2007 : 37).

Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menanamkan nilai – nilai. Bila hubungan yang dikembangkan oleh orang tua tidak harmonis misalnya, ketidaktepatan orang tua dalam memilih pola asuhan, pola komunikasi yang tidak dialogis dan adanya permusuhan serta pertentangan dalam keluarga, maka akan terjadi hubungan yang tegang. Komunikasi dalam keluarga terbentuk bila hubungan timbal balik selalu terjalin antara ayah, ibu dan anak (Gunarsa, 2002 : 205).

(48)

kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan terbina komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak, sehingga akan terjadi hubungan yang penuh kasih sayang dan dengan adanya hubungan harmonis antara orang tua dengan anak, diharapkan adanya keterbukaan antara orang tua dan anak dalam membicarakan masalah dan kesulitan yang dialami oleh anak (Mulandar, 2003 : 23). Maka disinilah diperlukan komunikasi dalam keluarga yang sering disebut komunikasi keluarga.

2.4.2 Kualitas Komunikasi Interper sonal Dalam Keluarga

Komunikasi interpersonal dalam keluarga harus berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orang tua ke anak ata dari anak ke orang tua. Awal terjadina komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan, sehingga kedua belah pihak tercipta komunikasi yang efektif (Djamarah, 2004 : 1).

(49)

– masing menjadi pembicara dan pendengar. Nampaknya adanya upaya untuk terjadinya pengrtian bersama dan empati. Disini terjadi rasa saling menghormati berdasarkan anggapan bahwa masing – masing adalah manusia utuh yang wajib, berhak dan pantas untuk dihargai dan dihormati sebagai manusia.

Dalam proses komunikasi ini, ketika pesan disampaikan umpan balikpun terjadi saat itu juga (immediate feedback) sehingga komunikator tahu bagaimana reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikannya (Effendy, 2003 : 15).

Umpan balik itu sendiri memainkan peran dalam proses komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator, selain itu umpan balik dapat memberikan komunikator bahan informasi bahwa sumbangan – sumbangan pesan mereka yang disampaikan menarik atau tidak bagi komunikan (Effendy, 2003 : 14). Umpan balik dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Umpan balik dikatakan bersifat positif ketika respon dari komunikan menyenangkan komunikator, sehingga komunikasi berjalan dengan lancar, sedangkan sebaliknya umpan balik dikatakan negatif ketika respon komunian tidak menyenangkan komunikator sehingga komunikator enggan untuk elanjutan komunikasi tersebut.

(50)

nilai, norma, pengetahuan, sikap dan harapan terhadap anak – anak. Dengan komunikasi yang efektif, maka beberapa hal tersebut dapat diterima dan dipahami oleh anak. Komunikasi yang efektif akan menimbulkan hubungan dan pengertian yang makin baik antara kedua belah pihak (Irwanto, 2001 : 79).

Komunikasi yang baik didalam keluarga bersifat dialog dan bukan monolog. Komunikasi yang monolog tidak menimbulkan tantangan dalam diri anak untuk mengembangkan pikiran, kemampuan bertanggung jawab dan anak tidak dimintai pendapat atas usul bila ada masalah dalam keluarga. Jika komunikasi bersifat dialog, orang tua mendapat kesempatan mengenal anaknya atau dapat berkomunikasi secara langsung sehingga dapat memberikan pengaruh langsung kepada anak. Orang tua dapat belajar dari anaknya waktu mendegarkan dan berkomunikasi dengan anak – anak (Kartono, 1994:153).

(51)

2.5 Anak Sekolah Dasar

Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektualataul masa keserasian bersekolah. Pada umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar, sebenarnya sukar dikatakan karena kematangan tidak ditentukan umur semata-mata. Namun pada umur 6 atau 7 tahun, biasanya anak telah matang untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relative, anak-anak lebih mudah dididik daripada usia sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi dua fase, yaitu (Yusuf, 2010:24):

1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain seperti brikut.

a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi (apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diperoleh) b) Sikap tunduk kepala peraturan-peraturan permainan yang tradisional. c) Adanya kecendrungan memuji diri sendiri (menyebut nama sendiri). d) Suka membanding-bandinkan dirinya dengan anak yang lain.

e) Apabila tidak menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.

(52)

2. masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai umur 12,0 atau 13,0 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini ialah:

a) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang komkret, hal ini menimbulkan adanya kecendrungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan praktis.

b) Amat realistic, ingin mengetahui, ingin belajar.

c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori factor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya factor-faktor (bakat-bakat khusus).

d) Sampai kira-kira umur 11,0 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.

e) Pada masa ini, anak memandang nilai angka rapor (sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.

(53)

Masa keserasian bersekolah ini diakhiri dengan suatu masa yang biasanya disebut poeral. Berdasarkan penelitian para ahli, sifat-sifat khas anak-anak masa poeral ini dapat diringkas dalam dua hal, yaitu :

a. Ditujukan untuk berkuasa: sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak poeral ditujukan untuk berkuasa; apa yang diidam-idamkannya adalah si kuat, si jujur, si juara, dan sebagainya.

b. Ekstraversi: berorientasi keluar dirinya; misalnya, untuk mencari teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Anak-anak masa ini membutuhkan kelompok-kelompok sebaya, pada mereka dorongan bersaing besar sekali, karena itu massa sering diberi cirri sebagai masa “competitive socialization”.

Suatu hal pada masa ini ialah sikap anak terhadap otoritas (kekuasaan), khususnya otoritas orang tua dan guru. Anak-anak poeral menerima otoritas orang tua dan guru sebagai suatu hal yang wajar. Justru karena hal tersebut, anak-anak mengharapkan adanya pihak orang tua dan guru serta pemegang otoritas orang dewasa yang lain (Yusuf, 2010:26)

(54)

Masa anak-anak akhir berlangsung antara usia 6-12 tahun dengan ciri-ciri utama sebagai berikut :

1. Memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya.

2. Keadaan fisik yang memungkinkan untuk mendorong anak memasuki dunia permainan dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani. 3. Memiliki dorongan mental yang memasuki dunia konseling logika

symbol, dan komunikasi yang luas. (kartono, 1995:133)

2.6 Pengertian Gadget

Gadget adalah suatu peranti atau instrumen yang memiliki tujuan dan fungsi praktis spesifik yang berguna yang umumnya diberikan terhadap sesuatu yang baru. Gawai dianggap dirancang secara berbeda dan lebih canggih dibandingkan teknologi normal yang ada pada saat penciptaannya.

http://id.wikipedia.org/wiki/Gawai

(55)

berita tertentu melalui televisi, dan sebagainya. Piranti-piranti yang saat ini ada, dibuat untuk memudahkan dan memenuhi keinginan pemakainya dengan menghadirkan teknologi yang lebih canggih dan juga tujuan dan fungsi yang lebih spesifik.

Dengan semakin membanjirnya piranti baru dengan berbagai jenis, ukuran, dan fungsi, orang mulai terbiasa mendengarkan istilah umum gadget yang digunakan untuk mengacu ke piranti canggih yang memiliki fungsi praktis spesifik dengan kegunaan tertentu. MP3 player, laptop, netbook, kamera, TV 3D, E-Reader, Xbox, playstation tablet, dan berbagai macam yang lain dapat disebut sebagai gadget. Salah satu jenis gadget yang paling akrab dalam kehidupan sehari-hari adalah handphone. Gadget jenis ini mengalami kemajuan dan pertumbuhan yang cukup signifikan. Penemuan baru selalu menjadi daftar spesifikasi yang dihadirkan. Sekarang ini handphone tidak semata-mata hanya digunakan untuk berkomunikasi, teknologi baru yang diterapkan memungkinkannya sebagai kamera, perekam video, peta digital, pemutar musik, jaringan internet, dan lain sebagainya.

http://www.termasmedia.com/

Dalam penelitian ini peneliti memilih beberapa gadget yang sering digunakan atau dimiliki anak-anak, yaitu: Handphone, playstation, dan laptop.

1. Handphone

(56)

kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa kemana-mana dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon dengan menggunakan kabel. Saat ini, Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu GSM (Global System for Mobile Telecommunications)dan juga system CDMA (Code Division Multiple Access). Selain berfungsi untuk melakukan dan menerima panggilan telepon, ponsel umumnya juga mempunyai fungsi pengiriman dan penerimaan pesan singkat (Short Message Service/SMS). Saat ini handphone menjadi gadget yang multifingsi yang dilengkapi dengan berbagai pilihan fitur seperti menangkap siaran radio, siaran televisi, pemutar audio, pemutar video, dan berbagai fitur lainnya. Format file audio yang dapat dimainkan hampir seluruh merk handphone adalah MP3. Untuk memainkan Video, format file video yang diukur hampir seluruh merk handphone adalah 3GP (untuk operator GSM) dan 3G2 (Untuk operator CDMA). (Feri Sulianta, Yudhi Wicaksono, 2010:155) 2. Playstation

(57)

Racer, wipEout, Gran Turismo, Crash Bandicoot, Spyro, dan seri Metal Gear Solid. Pada 18 Mei 2004, Sony telah memproduksi 100 juta PlayStation dan PSOne ke seluruh dunia. Pada Maret 2004, sebanyak 7.300 judul permainan telah tersedia dengan jumlah akumulasi 949 juta.

http://id.wikipedia.org/wiki/PlayStation

3. Laptop

Laptop atau atau komputer jinjing, atau notebook, merupakan sebuah mobile computer yang berukuran kecil dan ringan. Beratnya berkisar 1-3 kg, tergantung ukuran, bahan dan spesifikasi laptop tersebut. Sumber daya laptop berasal dari baterai atau adaptor A/C. Baterai laptop pada umumnya dapat bertahan sekitar 1 hingga 6 jam sebelum akhirnya habis, tergantung dari cara pemakaian, spesifikasi, dan ukuran baterai.

(58)

mengakses internet, sehingga sangat bergantung pada keberadaan internet. (Jarot Setyaji, 2010:6)

2.7 Kerangka Berpikir

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, gadget adalah sebuah obyek (alat atau barang elektronik) teknologi kecil yang memilki fungsi khusus, tetapi sering diasosiasikan sebagai sebuah inovasi atau barang baru. Di zaman serba canggih belakangan ini, memang penting untuk mengenalkan gadget pada anak. Akan tetapi, penggunaan gadget pada anak sebaiknya diimbangi dengan pengetahuan dan pengawasan orang tua agar anak tidak mendapatkan pengaruh buruk dari gadget yang mereka mainkan. Oleh karena itu, orang tua seharusnya tidak hanya memberikan fasilitas kepada anaknya untuk mengikuti gaya hidup tetapi juga memberikan pengarahan anak-anak mereka agar tetap dapat disiplin dan mengerjakan tugas-tugas sekolah atau kewajiban mereka dengan melakukan komunikasi dan pola asuh yang efektif.

(59)

berunsur pornografi dan kekerasan yang terdapat pada handphone anak. Kemudian gadget selanjutnya yang sangat akrab dengan anak-anak adalah playstation. Tidak sedikit anak yang menjadi pembangkang, tidak displin, melakukan kebohongan bahkan kenakal-kenakalan lainnya karena terlalu sering, asyik dan ketagihan memainkan gadget. Dalam hal ini orang tua mempunyai peran penting dalam mengasuh, mengontrol dan mengarahkan anaknya agar dampak buruk gadget dapat terhindarkan dan membuat gadget menjadi barang elektronik yang bersahabat dengan anak dengan manfaat yang positif.

(60)

3.1 Definisi Operasional Konsep

Penelitian ini menggunakan metode diskripstif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendiskripsikan secara kualitatif pola komunikasi orang tua dengan anak pengguna gadget aktif di sidoarjo.

Tipe penelitian deskriptif bertujuan membuat gambaran atau deskripsi secara sistematis, factual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Peneliti sudah memiliki konsep dan kerangka konseptual. Melalui kerangka konseptual (landasan teori), peneliti melakukan operasional konsep yang akan menghasilakan variable beserta indikatornya. (Rachmat, 2006:69)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang suatu pendekatan yang tidak menggunakan statistic atau angka-angka tertentu. Hasil dari penelitian kualitatif ini tidak dapat digeneralisasikan (membuat kesimpulan yang bersifat umum) atau bersifat universal, jadi hanya berlaku pada situasi dan keadaan yang sesuai dengan situasi dan keadaan dimana penelitian serupa dilakukan. (Kountur, 2003:29)

(61)

3.1.1 Pola Komunikasi Dalam Keluarga

Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara tepat sehingga pesan dapat dipahami (Bahri, 2004 : 1)

Dalam hal pola komunikasi dalam keluarga dapat dioperasionalkan dengan bentuk atau pola hubungan antara orang tua dan anak dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan baik secara verbal maupun nonverbal.

Yang dimaksud keluarga pada penelitian ini yaitu keluarga batin/inti (nuclear family), terdiri atas suami/ayah, istri/ibu, dan anak yang lahir dari pernikahan antara keduanya dan yang belum berkeluarga (termasuk anak tiri jika ada). (Yusuf, 2010:36)

Terdapat tiga pola komunikasi didalam hubungan orang tua dengan anak menurut Braumrind, yaitu (Yusuf, 2010 : 51) :

a. Authotarian (otoriter)

(62)

mudah terpengaruh, stres, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas tidak bersahabat.

b. Permissive (Cenderung berprilaku bebas)

Dalam hal ini sikap acceptance orang tua tinggi, namu kontrolnya rendah, memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya. Sedang anak bersikap impulsif serta agresif, kurang memiliki rasa percaya diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya dan prestasinya rendah.

c. Authoritative (Cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan/ demokratis)

Dalam hal ini acceptance orang tua dan kontrolnya tingg, bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk. Sedangkan anak bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri (self control) bersikap sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin taunya tinggi, mempunyai tujuan atau arah hidup yang jelas dan berorientasi pada prestasi.

3.2 Lokasi Penelitian

(63)

hingga dapat dinikmati masyarakat kota pinggiran seperti sedati. Bahkan gadget kini tidak hanyak dimiliki oleh kalangan dewasa tapi anak-anak di kawasan sedatipun dapat menikmati perkembangan teknologi yang saat ini semakin maju. Hal itu membuat tidak susah menemukan toko-toko yang menjual gadget seperti handphone maupun smartphone, tablet dengan harga yang bervarian. Dan bagi anak-anak pencinta game, dikawasan sedatipun banyak terdapat tempat penyewaan playstation maupun warung internet (warnet) dan game on line. Selain itu, dikawasan sedate juga pernah terjadi satu kasus yang dituduhkan anak Sekolah Dasar telah mencabuli bocah perempuan yang masih TK. Anak TK tersebut memang biasa dititipkan ke orang tua tertuduh karena kedua orang tua bocah TK tersebut bekerja. Ketika terdapat luka pada kemaluan putrinya sontak orang tua korban menuduh anak SD itu sebagai pelaku. Terlebih lagi mendengar penjelasan dari putrinya yang menunjuk bocah SD itu sebagai pelaku. Walaupun akhirnya hasil visum menunjukan bahwa luka yang terdapat pada kemaluan korban bukanlah karena pencabulan tetapi luka yang disebabkan goresan. hal tersebut tetap menjadi pukulan tersendiri bagi keluarga tertuduh, dan kecemasan masyarakat akan perkembangan perilaku anak yang mudah terpengaruh dari pergaulan maupun gadget yang mereka mainkan.

3.3 Infor man

(64)

informan dan responden berbeda. Responden adalah jenis sumber data yang berupa manusia dalam penelitian. Posisinya sekedar untuk memberi tanggapan pada apa yang diminta atau yang ditentukan oleh peneliti. Sedangkan, informan adalah tidak sekedar memberi tanggapan pada yang diminta sipeneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang dimilikinya. Dan informan posisi sumber data yang sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasi. (HP Sutopo, 2006:57)

Pada penelitian ini, informan yang digunakan adalah keluarga, yaitu orang tua (ayah dan ibu) memiliki hubungan darah secara langsung dengan anak, baik dari orang tua single parent atau yang tidak ada hubungan darah secara langsung (orang tua angkat). Berasal dari keluarga yang aktif sebagai pekerja maupun keluarga yang bukan pekerja.

(65)

aktif atau yang sering memainkan gadgetnya lebih dari 2 jam dalam satu hari ini. Karakter anak dari informan 1 yaitu, tetap rajin meskipun sering memainkan gadgetnya. Karakter anak dari informan 2, tidak bisa lepas dari gadgetnya, sering membangkang namun tetap dapat berprestasi di sekolah, dan karakter anak dari informan 3 adalah anak yang memiliki karakter senang dimanjakan oleh tuanya, ketiga Informan memiliki latar belakang baik dari profesi maupun karakter anak yang berbeda-beda dan aktif menggunakan 3 macam gadget dalam kesehariannya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara mendalam (in-depth interview)

Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. (Bungin, 2007:108)

b. Observasi atau pengamatan

Kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta pancaindra lainnya. (Bungin, 2007:108) c. Dokumentasi

(66)

yang berbeda di luar internet, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut.

Menurut Arikunto (2006:136), teknik dokumentasi yaitu “mencari data mengenai hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.”

3.5 Teknik Analisis data

(67)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Dalam Penelitian Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Pengguna Gadget Aktif ini, yang menjadi objek penelitian adalah orang tua yang memiliki anak SD (Sekolah Dasar), yaitu sekitar berusia 6 -13 tahun atau biasa disebut dengan masa kanak-kanak tengah atau akhir yang aktif memainkan gadget seperti laptop, handphone, dan playstation. Menurut John W. Santrock dalam bukunya yang berjudul psikologi perkembangan anak, pengalaman yang terjadi setelah usia 6-7 tahun lebih penting terhadap perkembangan daripada pengalaman dini. Sikap ini berakar dari kepercayaan lama dalam budaya timur bahwa keterampilan penalaran anak mulai berkembang secara signifikan pada masa kanak-kanak tengah. Untuk itu, peran orang tua sangat penting dalam perkembangan anak dan membimbing anak agar tidak berperilaku negative terutama karena terpengaruh dari gadget yang mereka mainkan.

(68)
(69)

pola komunikasi efektif yang terapkan orang tua pada anak. Pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih, dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara tepat sehingga pesan dapat dipahami.

Komunikasi Interpersonal dalam keluarga yang terjalin dengan orang tua dan anak merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan perkembangan individu komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Demikian juga dengan lingkungan keluarga yang diharapkan terbina komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anaknya. Sehingga akan terjadi hubungan yang harmonis. (Effendy, 2002 : 8).

4.2 Penyajian Data

Dalam Penelitian yang dilakukan, peneliti melibatkan 3 informan untuk memperoleh data yang dibutuhkan melalui wawancara dan observasi di lapangan. Ketiga informan tersebut adalah orang tua yang memiliki anak SD (Sekolah Dasar) berusia sekitar 6-13 tahun yang aktif mengoperasikan gadget seperti handphone, laptop, dan playstation.

(70)

4.2.1 Identitas Infor man

Informan dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak sekolah dasar yang aktif memainkan gadget. anak pengguna gadget aktif yang dimaksud oleh penulis adalah anak-anak yang dapat memainkan beberapa macam gadget dalam waktu 2 jam lebih dalam sehari. Peneliti lebih memfokuskan penelitian ini terhadap orang tua yang memiliki anak yang menggunakan 3 jenis gadget seperti handphone, playstation, dan laptop. Karena ketiga macam gadget tersebut sudah sangat akrab dikalangan anak. Bahkan anak-anak dari keluarga kalangan bawah sampai ke atas dapat memiliki dan memainkan gadget. Untuk itu, informan dalam penelitian ini terdiri dari keluarga dengan latar belakang dan profesi maupun pekerjaan yang berbeda-beda. Karakter masing-masing anak dari 3 keluargapun berdeda.

Infor man 1

Gambar

Gambar  2.1 Bagan Model Komunikasi Interpersonal Secara Umum

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari analisis uji anova menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata diameter zona hambatan pada kesembilan kelompok perlakuan adalah signifikasn dengan α <

Dengan demikian menunjukkan kemampuan menyimak cerita kedua kelompok berbeda secara signifikan, hal tersebut juga didukung dengan perbedaan nilai rata-rata posttest hasil

Dengan menggunakan metode Servqual kita bisa mengetahui performansi atribut pelayanan yang dihasilkan dengan perhitungan gap score , dimana gap score yang

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan pelayanan prima administrasi kependudukan di Kecamatan Cinambo Kota Bandung (1) Ukuran dan tujuan

Kompensasi yang memadai yang diberikan oleh perusahaan diharapkan dapat meningkatkan etos kerja yang tinggi sehingga dapat menghasilkan kinerja unggul yang dapat

terhadap premarital intercourse dengan pengetahuan orangtua tentang pendidikan seks. Bagi

Provinsi Lampung merupakan salah satu wilayah penghasil udang terbesar di Indonesia. Rata-rata produksi dan konsumsi udang Lampung cenderung mengalami

• Siswa yang belum menguasai materi tentang hubungan simbol dengan Makna sila ketiga Pancasila dapat mengulang kegiatan bersama guru melalui group WA.. Kegiatan