KURANG GIZI
(Studi kualitatif tentang Pola Komunikasi Orang Tua Yang Mempunyai
Anak Kurang Gizi di Kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng
Kecamatan Kenjeran)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
AYU KARTIKA WARDIANI 0643010101
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG MEMPUNYAI ANAK KURANG GIZI
(Studi kualitatif tentang Pola Komunikasi Orang Tua Yang Mempunyai Anak Kurang Gizi di Kelurahan Kedinding dan Bulak
Banteng Kecamatan Kenjeran)
Disusun Oleh:
Ayu Kartika Wardiani NPM 0643010101
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui Pembimbing
Drs. Kusnarto, M.Si NIP. 19580801 198402 1 00 1
Mengetahui DEKAN
(Studi kualitatif pola Komunikasi Orang Tua Yang Mempunyai Anak Kurang Gizi di Kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng Kecamatan
Kenjeran ) Disusun Oleh : Ayu Kartika Wardiani
0643010101
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena telah memberi
rahmat dan karunia-Nya serta petunjuk-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi dengan judul “POLA KOMUNIKASI DAN POLA ASUH
ORANG TUA YANG MEMPUNYAI ANAK KURANG GIZI” (Studi Kualitatif
tentang Pola Komunikasi dan Pola asuh Orang Tua Yang Mempunyai Anak
Kurang Gizi di Kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran)
Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan akademis bagi
mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini atas
bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito S.Sos, M.Si, Ketua program studi Ilmu Komunikasi.
3. Bapak Drs. Kusnarto, M.Si, sebagai dosen pembimbing utama yang
senantiasa memberikan waktu pada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh staf dosen Program Studi Ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
kesabarannya yang begitu besar yang telah memberikan bantuan baik
materiil maupun moril dengan tulus ikhlas dan tanpa pamrih.
6. My best friends, Mbak May, Dea, Adisty, Zuli dan teman-temanku yang
lain yang tidak bisa aku sebutin satu persatu. Terima kasih kalian sudah
banyak memberikan support buat aku.
7. Buat cayangku, Anton Winarno, makasih atas supportnya selama ini dan
juga doanya.
8. Berbagai pihak yang telah membantu terselaikannya skripsi ini dengan
baik.
Semoga Tuhan YME melimpahkan rahmat serta karuniahNya atas
jasa-jasanya yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Karena
apabila terdapat kekurangan didalam menyusun skripsi ini, peneliti dengan senang
hati menerima segala saran dan kritik demi sempurnanya skripsi ini.
Surabaya, Juli 2010
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii
KATA PENGANTAR ………...………... iii
ABSTRAKSI ... v
DAFTAR ISI …….………... vi
DAFTAR GAMBAR ………..….………...…... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah …………...………... 1
1.2. Perumusan Masalah ...………... 9
1.3. Tujuan Penelitian .………....…………... 9
1.4. Kegunaan Penelitian …...…………... 9
1.4.1 Praktis ... 9
1.4.2 Teoritis ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Ladasan teori ...….…….……...……...…. 11
2.1.1 Pengertian komunikasi ...………..………... 11
2.1.2 Komunikasi Interpersonal ...…...…………...…... 14
2.1.3 Pengertian Keluarga ... 22
2.1.4 Fungsi Keluarga ... 23
2.1.5 Kualitas Komunikasi Interpersonal dalam keluarga ... 25
2.1.6 Faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga ... 27
2.1.9 Pengertian Gizi Buruk ... 33
2.2 Kerangka Berpikir ... 35
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional ...…………... 37
3.1.1 Pengertian Pola Komunikasi …………...……….…... 37
3.1.2 Pengertian Gizi Buruk ... 40
3.2 Jenis Penelitian ... 41
3.3 Pembatasan Masalah ... 41
3.4 Lokasi Penelitian ... 42
3.5 Unit Analisis ... 42
3.5.1 Obyek Penelitian ... 42
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 43
3.6.1 Data Sekunder ... 43
3.6.2 Data Primer ... 43
3.6.3 Melakukan Wawancara Mendalam ... 44
3.7 Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Data ... 46
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 46
4.1.2 Identitas Informan ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 60
5.2 Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
ABSTRAKSI
AYU KARTIKA WARDIANI, POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG MEMPUNYAI ANAK KURANG GIZI (Studi kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Yang Mempunyai Anak Kurang Gizi di Kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pola Komunikasi Orang Tua Yang Mempunyai Anak Kurang Gizi.Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti; bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau dari anak ke anak. Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan. Siapa yang berkepentingan untuk menyampaikan pesan berpeluang untuk memulai komunikasi. Yang tidak berkepentingan untuk menyampaikan suatu pesan cenderung menunda komunikasi. Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak. Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh yang baik. Pentingnya pola asuh orang tua dalam keluarga dalam upaya untuk mendidik anak. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta didasari dengan cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai subjek yang harus dibina, dibimbing dan dididik, dan bukan sebagai objek semata.(Djamarah, 2004 : 2) Pengetahuan gizi membantu orang tua dalam merawat bayinya, agar tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin dengan kecerdasan yang sempurna. Pertumbuhan dapat dilihat dari perubahan ukuran tubuh dari waktu ke waktu, sedang perkembangan dapat dilihat dari pertumbuhan dan kesempurnaan komposisi otak. Kualitas dari pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat menentukan penyiapan sumber daya manusia (SDM).
Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pola komunikasi orang tua yang mempunyai anak kurang gizi di kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng kecamatan kenjeran. Untuk mengetahui faktor faktor yang mendukung dan menghambat pola komunikasi orang tua terhadap anak kurang gizi di kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng. Adapun lokasi penelitian adalah di Kecamatan Kenjeran Surabaya.
Hasil penelitian ini adalah Pola komunikasi yang diterapkan orang tua dalam meningkatkan gizi di kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran adalah menggunakan Pola Komunikasi seimbang, dimana keterlibatan kedua orang tua dalam mengasuh anaknya sangat diperlukan orang tua dalam meningkatkan gizi anak, namun masih ada beberapa responden yang menerapkan pola komunikasi monopoli dimana masalah orang tua tidak terlalu terlibat dalam mengasuh anak dan anak lebih diserahkan kepada orang lain.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hasil pemantauan status gizi pada balita di Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2005, dari 8012 balita yang disurvey terdapat 6,5% balita mengalami Gizi
Buruk dan 20% Gizi Kurang (WHO, 2007). Sementara itu gambaran gangguan
pertumbuhan balita di Jawa Timur hasil Pemantauan Status Gizi tahun 2006
menunjukkan adanya peningkatan persentase balita yang mengalami gangguan
pertumbuhan seiring dengan bertambahnya umur balita. Umur 0-5 bl 1,9%; 6-11
bl 7,8%; 12-23 bl 18,0%; 24-35 bl 22,2%; 36-47 bl 21,4% dan 48-59 bl 21,2%.
Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi proses pengasuhan yang salah
terhadap anak balita sejak kelahirannya. Tingginya angka-angka kurang gizi
tersebut selain karena faktor-faktor sosial ekonomi dan faktor penyakit infeksi
juga karena faktor yang berkaitan dengan pola asuh anak balita, baik yang
dilakukan oleh orang tua kandung, anggota keluarga maupun pengasuh yang lain
(Tuti Soenardi, 2006). Dengan kata lain, pengasuhan atau komunikasi orang tua
merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak balita selain faktor gizi (Neti Hernawati, 2003).
(www.google.co.id, diakses tanggal 17 Maret 2010).
Menanggapi persoalan masalah gizi buruk yang marak pada beberapa
puskesmas cukup memprihatinkan khususnya di kecamatan kenjeran yang banyak
ditemukan kasus anak kekurangan gizi atau gizi buruk. (Jawa Pos, 21 November
2009). Untuk kasus-kasus seperti itu kita tidak bisa menyalahkan salah satu pihak
karena masalah gizi buruk yang terjadi di kecamatan kenjeran seharusnya menjadi
perhatian khusus bagi semua pihak. Bukan hanya tanggung jawab dinas kesehatan
maupun orang tua saja untuk meningkatkan gizi balita, maka juga diperlukan dana
yang tidak sedikit untuk mengatasi gizi buruk tersebut.
Keadaan gizi dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, ekonomi, sosial,
politik, dan budaya. Pada saat ini selain dampak krisis ekonomi yang masih
terasa, juga keadaan dampak dari bencana nasional mempengaruhi status
kesehatan pada umumnya dan stastus gizi khususnya. Kemampuan ekonomi serta
minimnya pengetahuan orang tua menyebabkan komunikasi antara anak dan
orang tua kurang baik, pengetahuan orang tua mengenai kesehatan anak sangat
kurang sehingga banyak membiarkan anaknya makan yang kurang bergizi.
Dengan hal tersebut maka peneliti ingin tahu bagaimana pola komunikasi
dan pola asuh orang tua yang mempunyai anak kurang gizi.
Dunia anak adalah dunia yang khas, bukan miniatur dunia orang dewasa,
maka semangat berkomunikasi kepada anak adalah bukan memberitahukan
sesuatu yang dianggap baik dari sudut pandang orang dewasa, melainkan duduk
sejajar bersama anak, berempati, dan menemani anak (Ekomadyo,2005:6).
Bimbingan adalah proses komunikasi terhadap anak untuk mencapai pemahaman
3
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan
silih berganti; bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau dari
anak ke anak. Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin
disampaikan. Siapa yang berkepentingan untuk menyampaikan pesan berpeluang
untuk memulai komunikasi. Yang tidak berkepentingan untuk menyampaikan
suatu pesan cenderung menunda komunikasi.
Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam
kehidupan umat manusia. Kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan
sesamanya, diikuti oleh hampir semua agama telah ada sejak Adam dan Hawa.
Hubungan antar manusia tercipta melalui komunikasi, baik komunikasi itu
komunikasi verbal (bahasa) maupun non verbal (simbol, gambar, atau media
komunikasi lainnya). Selain itu komunikasi dilakukan karena mempunyai fungsi
untuk mempertahankan kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan
memperoleh kebahagiaan
Fungsi bahasa yang mendasar bagi manusia adalah untuk menamai atau
menjuluki objek, orang, dan peristiwa.
Komunikasi Antarpersonal (Interpersonal Communication) adalah
komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Ini dianggap paling
efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku.
Karena sifatnya dialogis berupa percakapan arus balik bersifat langsung.
Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat
komunikasi dilancarkan komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu
positif atau negatif, berhasil atau tidak, jika tidak ia dapat meyakinkan komunikan
ketika itu juga karena ia dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk
bertanya seluas-luasnya.
Pentingnya situasi komunikasi interpersonal seperti itu bagi komunikator
ialah karena ia dapat mengetahui diri komunikan selengkap-lengkapnya. Ia dapat
mengetahui namanya, pekerjaannya, pendidikannya, agamanya, pengalamannya,
cita-citanya dan yang penting artinya untuk mengubah sikap, pendapat atau
perilakunya. Dengan demikian komunikator dapat mengarahkannya ke suatu
tujuan sebagaimana ia inginkan (Onong Uchjana 2008 :8)
Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang tua
terhadap anak. Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola
asuh yang baik. Pentingnya pola asuh orang tua dalam keluarga dalam upaya
untuk mendidik anak. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika
pola komunikasi yang tercipta didasari dengan cinta dan kasih sayang dengan
memposisikan anak sebagai subjek yang harus dibina, dibimbing dan dididik, dan
bukan sebagai objek semata.(Djamarah, 2004 : 2)
Interaksi sosial yang berlangsung dalam keluarga tidak terjadi dengan
sendirinya, tetapi karena ada tujuan atau kebutuhan bersama antara ibu, ayah dan
anak. Adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai atau kebutuhan yang berbeda
menyababkan mereka saling berhubungan dan berinteraksi. Keinginan untuk
berhubungan dan berinteraksi tidak terlepas dari kegiatan komunikasi antara
orang tua dan anak. Karena itulah, komunikasi adalah suatu kegiatan yang
berlangsung dalam kehidupan keluarga sampai kapan pun. Tanpa komunikasi,
5
berbicara, berdialog, bertukar pikiran, dan sebagainya, sehingga kerawanan
hubungan antara orang tua dan anak sukar untuk dihindari. Oleh karena itu,
komunikasi merupakan sesuatu yang esensial dalam kehidupan
keluarga.(Djamarah, 2004 : 4)
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara vertikal maupun
horisontal. Dari dua jenis komunikasi ini berlangsung secara silih berganti
komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara ayah, ibu dan anak,
komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi antara ibu dan anak, dan
komunikasi antara anak dan anak. Dalam rangka mengakrabkan hubungan
keluarga, komunikasi yang harmonis perlu dibangun secara timbal balik dan silih
berganti antara orang tua dan anak dalam keluarga.(Djamarah, 2004:4)
Orang tua sebagai pemimpin adalah faktor penentu dalam menciptakan
keakraban hubungan dalam keluarga. Tipe kepemimpinan yang diberlakukan
dalam keluarga akan memberikan suasana tertentu dengan segala dinamikanya.
Interaksi yang berlangsung pun bermacam-macam bentuknya. Oleh karena itu,
hampir tak terbantah, bahwa karakteristik seorang pemimpin akan menentukan
pola komunikasi yang berlangsung dalam keluarga. Kehidupan keluarga yang
dipimpin oleh seorang pemimpin otoriter akan melahirkan suasana kehidupan
keluarga yang berbeda dengan keluarga yang dipimpin oleh seorang demokratis
(laissez faize). Perbedaan itu disebabkan adanya perbedaan karakteristik yang
dimiliki oleh kedua tipe kepemimpinan di atas.
Persoalan muncul ketika kepemimpinan yang diterapkan oleh orang tua
tidak mampu menciptakan suasana kehidupan keluarga yang kondusif. Suasana
kehidupan keluarga yang tidak kondusif itu, misalnya seringnya terjadi konflik
antara ibu dan ayah. Implikasinya adalah renggangnya hubungan kedua orang tua
yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap anak sehingga mempengaruhi
pola asuh. Kesenjangan demi kesenjangan selalu terjadi. Komunikasi yang baik
pada akhirnya sukar diciptakan. Inilah awal kehancuran hubungan antara kedua
orang tua dengan anak. Kegagalan orang tua dalam mengasuh anak selama ini
terjadi, bukan tidak mungkin disebabkan komunikasi yang dibangun beralaskan
kesenjangan tanpa memperhatikan sejumlah etika komunikasi. Padahal etika
komunikasi sangat penting dalam rangka membangun hubungan kedua orang tua
dengan anak sehingga tercipta pola asuh yang sehat. (Djamarah, 2004 :5)
Kelemahan dalam berkomunikasi merupakan masalah serius baik bagi
orang tua maupun bagi posyandu. Orang tua yang berkomunikasi dengan
menunjukkan raut wajah yang tegang akan berdampak serius bagi anak. Anak
akan merasa tidak nyaman bahkan terancam dengan sikap orang tua atau petugas
posyandu. Kondisi ini tentunya akan berpengaruh terhadap proses pertumbuhan
gizi anak. Komunikasi yang efektif merupakan sukses orang tua dalam membantu
mengatasi masalah gizi anak. Orang tua tidak lepas dari proses komunikasi karena
dalam menjalankan perannya orang tua perlu berkolaborasi dengan tim posyandu
maupun dengan petugas kesehatan yang lain.
Pengetahuan gizi membantu orang tua dalam merawat bayinya, agar
tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin dengan kecerdasan yang sempurna.
Pertumbuhan dapat dilihat dari perubahan ukuran tubuh dari waktu ke waktu,
7
komposisi otak. Kualitas dari pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat
menentukan penyiapan sumber daya manusia (SDM).
Banyak faktor yang berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia.
Salah satunya adalah faktor gizi, yang akan berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan manusia, mulai dari dalam kandungan sampai mencapai dewasa.
Dan makanan sejak bayi merupakan landasan untuk membangun manusia yang
sehat dan berkualitas.
Kebutuhan akan informasi bagi orang tua sangat diperlukan untuk
menyesuikan diri dengan lingkungannya. Khususnya informasi tentang gizi dan
pola asuh anak. Orang tua harus tahu bagaimana cara mengolah dan menyimpan
bahan makanan agar nilai gizinya tetap terjaga. Umumnya seorang ibu tertarik
pada penampilan makanan sebelum sempat mencicipinnya. Oleh karena itu, agar
masyarakat tidak tertipu dengan penampilan luar suatu makanan, perlu adanya
informasi sederhana tentang pengetahuan bahan makanan. Pengetahuan ini
meliputi jenis bahan makanan bergizi, cara mengolah, dan susunan hidangan
(menu) makanannya. Sebaiknya orang tua sebelum mengkonsumsi makanan
terlebih dahulu bahan makanan diolah agar menjadi hidangan bercita rasa lezat
sehingga menimbulkan nafsu makan. Bahan makanan yang dimasak lebih mudah
dicerna dan zat-zat makanan yang diperlukan tubuh menjadi lebih mudah diserap
serta dipergunakan tubuh. Akan tetapi, mengolah dan memasak bahan makanan
dapat pula menyebabkan kehilangan sebagian zat gizi, terutama vitamin. Beberapa
jenis vitamin mudah larut dalam air pencuci hingga hilang dan beberapa lagi dapat
rusak oleh pemanasan dan penyinaran matahari.
Dalam penelitian ini yang menjadi informannya adalah orang tua yang
berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Alasan peneliti memilih ibu rumah karena
yang pertama kali dijumpai si anak adalah ibu dan ibu merupakan seorang
manusia yang penuh dengan rasa dan kasih sayang (Partowisastro, 1983 : 96).
Hubungan ibu dan anak ini merupakan hubungan yang paling mesra di dunia. Jadi
tidak terlalu melebihkan kenyataan kalau dikatakan bahwa ibulah yang memegang
peranan terhadap kesehatan anaknya.
Penelitian ini memilih orang tua yang mempunyai anak balita penderita
gizi buruk. Orang tua merupakan pengasuh yang dalam kesehariannya dapat
berhubungan langsung dengan anaknya. Ada orang tua yang berkerja di rumah
dan ada yang bekerja di luar rumah (di kantor, perusahaan, pedagang, dan
lain-lain). Kategori orang tua sebagai informan dalam penelitian ini, yaitu orang tua
yang tidak bekerja sedangkan orang tua yang dimaksud adalah ibu dan ayah yang
telah menikah dan mempunyai anak balita, mengatur penyelenggaraan berbagai
macam pekerjaan rumah.
Peneliti memilih penelitian tersebut karena peneliti ingin mengetahui pola
komunikasi orang tua yang mempunyai anak kurang gizi setelah maraknya kasus
gizi buruk yang terjadi di Surabaya khususnya di kelurahan Kedinding dan Bulak
Banteng kecamatan kenjeran.
Peneliti memilih daerah Kedinding dan Bulak Banteng karena daerah
tersebut banyak anak yang kurang gizi (sumber: kecamatan Kenjeran, Jawa Pos
9
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Bagaimana pola komunikasi orang tua yang mempunyai anak kurang gizi
di kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng kecamatan kenjeran?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pola komunikasi orang tua yang mempunyai anak
kurang gizi di kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng kecamatan
kenjeran.
2. Untuk mengetahui faktor faktor yang mendukung dan menghambat pola
komunikasi orang tua yang mempunyai anak kurang gizi di kecamatan
kenjeran.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pada orang tua
dibidang kesehatan khususnya tentang gizi melalui pola
komunikasi dalam keluarga.
b. Masyarakat dapat memperoleh masukan berupa pengetahuan
mengenai pola komunikasi orang tua yang mempunyai anak
dalam sebuah rumah tangga, sehingga mendidik anak agar
menerapkan pola hidup sehat.
c. Bagi institusi swasta atau pemerintah yang ingin
mengembangkan dan mempertahankan budaya hidup sehat
yang dimulai dari sejak lahir, diharapkan dapat memperoleh
pola treatment (perlakuan) yang tepat mengenai berkomunikasi
dengan anak.
1.4.2 Teoritis
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menambah
kontribusi bagi ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmu
komunikasi, khususnya pola komunikasi orang tua dengan anak
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris communication, yang berasal dari
kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama
disini artinya “sama makna” (Onong Uchjana dalam prasetyo, 2000:60).
Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui komunikasi manusia
dapat menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain. Pendek kata dengan
melakukan komunikasi manusia dapat berhubungan atau berinteraksi antara satu
dengan yang lain.
Menurut (Widjaya, 1987:27) komunikasi pada umumnya diartikan sebagai
hubungan atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan atau
diartikan pula saling tukar-menukar pendapat. Komunikasi dapat pula diartikan
sebagai hubungan kontak antara manusia baik individu atau kelompok.
Menurut Edward Depari (Onong, 2000:62) komunikasi adalah proses
penyampaian gagasan harapan dan pesan melalui lambang tertentu, mengandung
arti dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Secara
terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain. Pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan
sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Dalam
dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media. Pengertian lain
komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang
lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik
langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Dalam definisi
tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau mengubah sikap (attitude),
pendapat (opinion), atau perilaku (behavior).
Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de vito,
K. Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang
tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.
Kalau unsur-unsur komunikasi yang dikemukakan di atas dilukiskan dalam
gambar, kaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya dapat dilihat seperti
berikut.
Lingkungan
Gambar 2.1 Unsur-Unsur Komunikasi
Di dalam komunikasi terjadi hubungan interpersonal. Melalui komunikasi
interpersonal manusia dapat menyampaikan pesan atau informasi kepada orang
lain. Dengan melakukan komunikasi manusia dapat berhubungan, berinteraksi
satu dengan yang lain. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik
kesimpulan pengertian komunikasi adalah suatu proses penyampaian pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain, dengan mengandung tujuan tertentu,
Sumber pesan Media penerimaan Efek
13
memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung
secara lisan maupun tidak langsung melalui media.
Menurut (Rahmad, 1999:129) faktor-faktor yang menumbuhkan
Hubungan Interpersonal dalam komunikasi interpersonal adalah:
a. Percaya (trust)
Percaya disini merupakan faktor yang paling penting sejauh mana
percaya kepada orang lain dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional.
Dengan adanya percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena
membuka hubungan komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan
informasi.
b. Sikap suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi, seseorang bersikap defensif apabila tidak menerima, tidak jujur,
tidak empatis. Dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal.
c. Sikap terbuka (open mindedness)
Dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong
timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan yang paling penting yaitu
saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.
Dapat dikatakan bahwa komunikasi orang tua dan anak bersifat dua arah,
disertai dengan pemahaman bersama terhadap suatu hal dan setiap pihak berhak
menyampaikan pendapat perasaan, pikiran, informasi ataupun nasehat, sehingga
menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang lebih
baik.
Monks, dkk (1994, 269-271) mengatakan bahwa kualitas hubungan
dengan orang tua memegang peranan yang penting. Adanya komunikasi antara
orang tua dan anak pada masa remaja akan menimbulkan kedekatan. Hubungan
antara ibu dan anak lebih dekat dari pada antara ayah dan anak. Komunikasi
dengan ibu meliputi permasalahan sehari-hari, sedangkan komunikasi dengan
ayah meliputi persiapan remaja hidup dalam masyarakat.
Komunikasi merupakan sebuah kata yang abstrak dan memiliki sejumlah
arti. Kata “komunikasi” berasal dari bahasa latin yaitu communis, yang berarti
“sama” atau communicare yang berarti “membuat sama” (Mulyana, 2001: 41).
Demikian pula pakar komunikasi mencoba untuk mendefinisikan komunikasi,
diantaranya adalah (Effendi, 2000:10)
Harrold Lasswell (Pakar Ilmu Komunikasi) menyatakan bahwa cara yang
baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagi berikut
“Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect” (komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui
media yang menimbulkan efek tertentu). Carl L Hovland menyatakan:
“Communication is the process to modify the behavior of other individuals”
(komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain).
2.1.2 Komunikasi Interpersonal
Definisi komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah
proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang, atau diantara
15
seketika. Selain itu, komunikasi antarpribadi juga didefinisikan sebagai
komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang
terlihat jelas diantara mereka, misalnya: percakapan guru dengan murid dan lain
sebagainya. Dalam definisi ini setiap komponen baru dipandang dan dijelaskan
sebagai bahan-bahan yang terintegrasi dalam tindakan komunikasi antarpribadi
(Devito, 2007:5)
Para ahli komunikasi mendefinisikan komunikais interpersonal secara
berbeda-beda, dan berikut tiga sudut pandang definisi utama, diantaranya :
1. Berdasarkan Komponen
Komunikasi interpersonal didefinisikan dengan mengamati
komponen-komponen utamanya, yaitu mulai dari penyampaian pesan oleh satu orang dan
penerima pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai
dampak hingga peluang untuk memberikan umpan balik.
2. Berdasarkan Hubungan Diadik
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua
orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas. Sebagai contoh
komunikasi interpersonal antara anak dengan orang tua, guru dengan murid,
dan lain-lain. Definisi ini disebut juga definisi diadik, yang menjelaskan bahwa
selalu ada hubungan tertentu yang terjadi antara dua orang.
3. Berdasarkan Pengembangan
Komunikasi interpersonal dilihat sebagai akhir perkembangan dari komunikan
yang bersifat tak pribadi (impersonal) menjadi komunikasi yang lebih intim
(Devito, 1997: 231)
Ketiga definisi membantu dalam menjelaskan yang dimaksud dengan
komunikasi interpersonal dan bagaimana komunikasi tersebut berkembang, bahwa
komunikasi interpersonal dapat berubah apabila mengalami suatu perkembangan.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua
orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.
Dalam komunikasi antarpribadi dapat dilihat adanya umpan balik seketika
karena proses komunikasinya dilakukan dengan bertatap muka, sehingga dalam
komunikasi antarpribadi ini juga harus diperhatikan mengenai umpan balik yang
akan terjadi; seperti yang telah dijelaskan oleh teori atribusi bahwa pihak yang
memulai komunikasi antarpribadi harus mempunyai kemampuan untuk
memprediksi perilaku atau umpan balik yang akan terjadi, karena kualitas dan
komunikasi dapat dililhat dalam bagaimana proses yang terjadi dapat
menimbulkan umpan balik yang posotif atau juga dapat juga disebut dalam istilah
“how to communicate”.
Adapun fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan
hubungan insani (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik
pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan
pangalaman orang lain.
Komunikasi antarpribadi, dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan di
antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang
bisa memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidupnya kerna memiliki banyak
sahabat. Melalui komunikasi anatarpribadi, juga kita dapat berusaha membina
konflik-17
konflik di antara kita, apakah dengan tetangga, teman kantor, atau dengan orang
lain.
Lebih khususnya dalam komunikasi antarpribadi arus komunikasi yang
terjadi adalah sirkuler atau berputar, artinya setiap individu mempunyai
kesempatan yang sama untuk menjadi komunikator dan komunikan dalam proses
komunikasi. Karena dalam komunikasi antarpribadi efek atau umpan balik dapat
terjadi seketika. Untuk dapat mengatahui komponen-komponen yang terlibat
dalam komunikasi antarpribadi dapat dijelaskan melalui gambar berikut :
Bidang pengalaman
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa komponen-komponen komunikasi
antarpribadi adalah sebagai berikut (Devito, 2007:10) : EFEK
Pengirim ‐ Penerima Encoding ‐ Decoding
Pengirim‐Penerima
Gangguan Pesan‐pesan
1. Pengirim-Penerima
Komunikasi antarpribadi paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang
terlibat dalam komunikasi antarpribadi memfokuskan dan mengirimkan
pesan dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan. Istilah
pengirim-penerima ini digunakan untuk menekankan bahwa fungsi
pengirim dan penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat
dalam komunikasi antarpribadi. Contoh: komunikasi antar orangtua dan
anak, guru dengan murid dan sebagainya.
2. Encoding-Decoding
Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan-pesan yang
akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan
menggunakan kata-kata, simbol dan sebagainya. Sebaliknya, tindakan
untuk menginterpretasikan dan memahami pesan-pesan yang diterima,
disebut decoding. Dalam komunikasi antarpribadi, karena pengirim juga
bertindak sekaligus sebagai penerima, maka fungsi encoding-decoding
dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi.
Contoh : penggunaan bahasa daerah.
3. Pesan-pesan
Dalam komunikasi antarpribadi, pesan-pesan ini bisa berbentuk verbal
(seperti kata-kata) atau non verbal (gerak tubuh, simbol) atau gabungan
19
4. Saluran
Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan antara
pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi
persoanal baik yang bersifat langsung perorangan maupun kelompok
lebih persuasif dibandingkan dengan saluran media massa.
Hal ini disebabkan karena, pertama, penyampaian pesan melalui saluran
komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung kepada khalayak
yang dituju, bersifat pribadi dan manusiawi. Kedua, penyampaian melalui
komunikasi personal dapat dilakukan secara rinci dan lebih fleksibel
dengan kondisi nyata khalayak. Ketiga, keterlibatan khalayak dalam
komunikasi cukup tinggi. Keempat, pihak komunikator atau sumber dapat
langsung mengetahui reaksi, umpan balik dan tanggapandari pihak
khalayak atas isi pesan yang disampaikannya. Kelima, pihak komunikator
atau sumber dapat dengan segera memberikan penjelasan apabila terdapat
kesalahpahaman atau kesalahan persepsi dari pihak khalayak atas pesan
yang disampaikannya. Contoh dalam komunikasi antarpribadi kita
berbicara dan mendengarkan (saluran tentang indera pendengar melalui
suara). Isyarat visual atau sesuatu yang tampak (seperti gerak tubuh,
wajah, dan lain sebagainya).
5. Gangguan atau Noise
Seringkali pesan-pesan yang dikirim berbeda dengan pesan yang diterima.
Hal ini dapat terjadi karena gangguan saat berlangsungnya komunikasi,
yang terdiri dari :
a. Gangguan Fisik
Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi fisik
pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak dan sebagainya.
b. Gangguan Psikologis
Gangguan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian
subyektif diantara orang yang terlibat dalam komunikasi seperti: emosi,
perbedaan nilai-nilai, sikap dan sebagainya.
c. Gangguan Simatik
Gangguan ini terjadi karena kata-kata atau simbol yang digunakan
dalam komunikasi, sering kali memiliki arti ganda, sehingga
menyebabkan penerima gagal dalam menangkap dari maksud-maksud
pesan yang disampaikan. contoh: perbedaan bahasa yang digunakan
dalam berkomunikasi.
6. Umpan balik
Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses
komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus
menerus dan bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara
baik secara verbal maupun nonverbal. Umpan balik ini bersifat positif
apabila dirasa saling menguntungkan. Bersifat netral apabila tidak
21
7. Konteks
Komunikasi selalu terjadi dalam sebuah konteks yang mempengaruhi isi,
bentuk dan pesan yang disampaikan. ada 2 dimensi konteks dalam
komunikasi antarpribadi, yaitu :
a. Dimensi Fisik, mencakup tempat dimana komunikasi berlangsung,
misalnya komunikasi antar guru dengan murid di dalam kelas. Kelas
disini berperan sebagai dimensi fisik.
b. Dimensi Sosial Psikologis, mencakup hubungan yang memperhatikan
masalah status, peranan yang dimainkan, norma-norma kelompok
masyarakat, keakraban, formalitas dan sebagainya.
8. Bidang pengalaman
Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam
komunikasi antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku
yang terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang
sama.
9. Efek
Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi
antarpribadi dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku,
kepercayaan dan opini komunikan. Hal ini disebabkan komunikasi
dilakukan dengan tatap muka. (Devito, 2007:10)
2.1.3 Pengertian Keluarga
Menurut Sigelman dan Shafler (dalam yusuf, 2001: 36), bahwa keluarga
unit terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap di dunia
(universe) atau suatu sistem sosial yang terpancang (terbentuk) dalam sistem yang
lebih besar. Ada dua macam keluarga atau yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak yang belum dewasa atau belum kawin. Sedangkan keluarga luas adalah
satuan keluarga yang meliputi lebih dari satru generasi dan lingkungan kaum
keluarga yang lebih luas dari pada ayah, ibu dan anak-anak.
Kegiatan komunikasi keluarga biasanya berlangsung secara tatap muka
dan menggunakan adanya dialog antar angota-anggota dalam keluarga dan
idealnya bersifat akrab dan terbuka (Praktikno, 1987:23). Suatu proses
komunikasi akan berjalan dengan baik apabila terdapat Overlaping of Interest
dituntut adanya persamaan dalam frame of Reference, yang menunjukkan pada
pengetahuan latar belakang, budaya dan kepentingan (Sendjaja, 1999; 33).
Dengan adanya kesamaan pandangan akan timbul pemahaman antar orang tua
sehingga orang tu a saling terbuka berterus ternag dalam membicarakan masalah
yang sedang dihadapi. (Conger, 1997; 234). Keterbukaan komunikasi antar orang
tua sangat diperlukan dalam proses sosialisasi dan bermanfaat dalam
menghindarkan konflik yang terjadi sehingga dengan adanya komunikasi antar
orang tua maka madsalah yang terjadi dapat terselesaikan.(Gunarsa, 2000;206)
Dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang menjalankan
fungsi-fungsi keteladanan. Apapun yang diucapkan harus selaras orang tua menjadi
23
bagi anak-anaknya kelak (AL-FALAH, edisi 237). Dapat juga dikatakan orang tua
lengkap merupakan keutuhan suatu keluarga, adanya ayah dan ibu (Gerungan,
2002;185). Orang tua menjadi teladan anak-anaknya, oleh karena itu dari
masing-masing. Dari masing-masing sifat tersebut disajikan satu dalam ikatan pernikahan,
yang bertujuan mendapatkan suatu keturunan. Orang tua merupakan inti dari
suatu keluarga, orang tua menjadi fasilitator anak-anaknya di rumah sebab
keluarga merupakan tempat peletakan dasar-dasar kepribadian anak selanjutnya.
Oleh karena itu orang tua terkadang tidak mengetahui maksud dan keinginan anak
sebenarnya, mereka (orang tua) hanya ingin di dengar, hanya ingin dituruti dan di
taati tetapi pada dasarnya tugas utama orang tua dalam keluarga menjadi
fasilitator langsung dan sahabat anaka-anak. Orang tua menjadi fasilitator wajib
menciptakan iklim demokrasi, pengertian dan kestabilan emosi (Mutiarsih dan
Atmojo, 2007;86-88)
2.1.4 Fungsi Keluarga
Yusuf (2001: 39) menyebutkan beberapa fungsi keluarga dari sudut
pandang sosiologi, fungsi keluarga dapat di klasifikasi kedalam fungsi-fungsi
berikut :
1. Fungsi Biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalita,
kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi; (a)
pangan, sandang, papan, (b) hubungan sexual suami istri dan (c) reproduksi
atau pengembangan keturunan.
2. Fungsi Ekonomis
Keluarga merupakan unit ekonomi dasar dalam sebagian besar masyarakat
primitif. Para anggota kelurga bekerja sama sebagai tim untuk menghasilkan
sesuatu.
3. Fungsi Pendidikan (Educatif)
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak.
Keluarga berfungsi sebagai “transmitter budaya atau mediator” sosial budaya
bagi anak. Fungsi keluarga dalam pendidikan adalah menyangkut penanaman,
pembimbingan atau pembiasan nilai-nilai agama, budaya dan
ketrampilan-ketrampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak.
4. Fungsi Sosialisasi
Lingkungan keluarga merupakan faktor penentuan (determinant factor) yang
sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang, Keluarga berfungsi
sebagai miniatur masyarakat yang harus dilaksanakan oleh para anggotanya.
Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi perkembangan kemampuan
anak untuk menaati peraturan (disiplin), mau berkerjasama dengan orang lain,
bersikap toleransi, menghargai pendapat gagasan orang lain, mau bertanggung
jawab dan bersikap matang dalam kehidupan heterogen (etnis, ras, agama,
budaya)
5. Fungsi Perlindungan (protektif)
Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota keluarganya dari
gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkn ketidaknyamanan (fisik
25
6. Fungsi Rekreatif
Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan kenyamanan,
keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya. Maka dari itu,
keluarga harus ditata sedemikian rupa, seperti menyangkut aspek dekorasi
interior rumah, komunikasi yang tidak kaku, makan bersama, bercengkraman
dengan penuh suasana humor dam sebagainya.
7. Fungsi Agama (religious)
Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai-nilai agama kepada anak agar
mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Keluarga berkewajiban
mengajar, membimbing atau membiasakan anggota keluarga yang memiliki
keyakinan yang kuat terhadap tuhan yang memiliki mental yang sehat, yakni
mereka terhindar dari beban-beban psikologi dan mampu menyesuikan dirinya
secara harmonis dengan orang lain, serta berpartisipasi aktif dalam
memberikan kontribusi secara konstruktif terhadap kemajuan serta
kesejahteraan masyarakat.
2.1.5 Kualitas Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga
Dalam komunikasi dikenaldengan istilah interpersonal communication
atau komunikasi interpersonal adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan
pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil dengan beberapa efek dan
umpan balik seketika. Komunikasi ini dianggap efektif dalam hal upaya untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis,
berlangsung selama tatap muka (face to face) dan menujukan suatu interaksi
sehingga terjadi kontak pribadi atau personal contac (Effendy, 2002;8). Dengan
demikian mereka terlibat dalam komunikasi ini masing-masing menjadi
pembicara dan pendengar. Nampaknya ada upaya terjadinya pengertian bersama
dan empati. Disini terjadi rasa saling menghormati berdasarkan anggapan bahwa
masing-masing adalah manusia utuh yang wajib, berhak dan pantas untuk dihargai
dan dihormati sebagai manusia.
Dalam proses komunikasi interpersonal, ketika pesan disampaikan, umpan
balikpun terjadi saat itu juga (immediated feedback) sehingga komunikator tahu
bagaimana reaksi komunikan terhadap pesan yang di sampaikannya (Effendy,
2003;15)
Umpan balik itu sendiri memainkan peranan dalam proses komunikasi, sebab
ia memainkan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang
dilancarkan oleh komunikator, selain itu umpan balik dapat memberikan
komunikator bahan informasi bahwa sumbangan-sumbangan pesan mereka yang
disampaikan menarik atau tidak bagi komunikan (Effendy, 2003:14). Umpan
balik dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Umpan balik dikatakan
bersifat positif ketika respon dari komunikan menyenangkan komunikator
sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasi tersebut. Seperti
halnya perselisihan yang terjadi di antara orang tua (suami dan istri), umpan balik
bersifat negatif sehingga komunikan tidak menyenangkan komunikator.
Selain pengelompokan di atas, umpan balik dapat pula dinyatakan secara
27
balik verbal adalah tanggapan dan komunikan yang dinyatakan dengan kata-kata,
melainkan hanya berupa isyarat tertentu.
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Keluarga Menurut (Lunandi, 1994:35), faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Citra diri
Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungan dengan orang lain di
lingkungan. Melalui komunikasi dengan orang lain seseorang akan
mengetahui apakah dirinya dibenci, dicinta, dihormati, diremehkan, dihargai
atau direndahkan.
b. Lingkungan fisik
Perbedaan tempat akan mempengaruhi pola komunikasi yang dilakukan cara
untuk menyampaikan pesan, isi, informasi disesuaikan dengan tempat dimana
komunikasi itu dilakukan karena setiap tempat mempunyai aturan, norma atau
nilainilai sendiri.
c. Lingkungan sosial
Penting untuk dipahami, sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi
dalam keluarga memiliki kepekaan terhadap lingkungan sosial. Lingkungan
sosial dapat berupa lingkungan masyarakat, lingkungan kerja, dan lingkungan
keluarga.
Ciri-ciri Komunikasi
Menurut Kumar (Widjaya, 1987:39) ciri-ciri komunikasi adalah sebagai
berikut:
a. Keterbukaan (openess)
Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk
terbuka dengan orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi
dalam komunikasi memungkinkan perilakunya dapat memberikan
tanggapan secara jelas terhadap segala pikiran dan perasaan yang
diungkapkannya.
b. Empati (Empathy)
Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang
dirasakan orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan
ataupun tanggapan orang tersebut.
c. Dukungan
Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam
melakukan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini
lebih diharapkan dari orang terdekat yaitu, keluarga.
d. Perasaan Positif (Positiveness)
Perasaan yaitu dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa
yang sudah dikatakan orang lain terhadap dirinya.
e. Kesamaan (Equality)
Kesamaan adalah sejauh mana antara pembicara sebagai pengirim pesan
29
dan pesan komunikasi. Dengan kata lain kesamaan disini dimaksudkan
individu mempunyai kesamaan dengan orang lain dalam hal berbicara dan
mendengarkan.
2.1.7 Bentuk-bentuk Komunikasi Dalam Keluarga
Bentuk – bentuk komunikasi dalam keluarga menurut Pratikto (dalam
Prasetyo, dkk. 2000: 22)
a. Komunikasi orang tua yaitu suami-istri
Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada
peran penting suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga.
Keluarga dengan anggota keluarga (ayah, ibu, anak).
b. Komunikasi orang tua dan anak
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan
keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak.
Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah,
disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara
orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi
atau nasehat. Oleh karena itu hubungan yang terjalin dapat menimbulkan
kesenangan yang berpengaruh pada hubungan yang lebih baik. Hubungan
komunikasi yang efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan,
empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang tua dan anak.
c. Komunikasi ayah dan anak
Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak. Peran
ayah dalam memberi informasi dan mengarahkan pada hal pengambilan
keputusan pada anak yang peran komunikasinya cenderung meminta dan
menerima. Misal, memilih sekolah. Komunikasi ibu dan anak Lebih
bersifat pengasuhan kecenderungan anak untuk berhubungan dengan ibu
jika anak merasa kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih menonjol.
d. Komunikasi anak dan anak yang lainnya Komunikasi ini terjadi antara
anak 1 dengan anak yang lain. Dimana anak yang lebih tua lebih berperan
sebagai pembimbing dari pada anak yang masih muda.Biasanya
dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.
Komunikasi keluarga penting dalam membentuk suatu keluarga yang
harmonis, dimana untuk mencapai keluarga yang harmonis, semua anggota
keluarga harus didorong untuk ambil bagian dalam percakapan
mengemukakan pendapat, gagasan, serta menceritakan
pengalaman-pengalaman. Komunikasi orang tua dan anak adalah suatu proses hubungan
antara orang tua yaitu ibu dan ayah dan anak yang merupakan jalinan yang
mampu memberi rasa aman bagi anak melalui suatu hubungan yang
memungkinkan keduanya untuk saling berkomunikasi sehingga adanya
keterbukaan, percaya diri dalam menghadapi masalah. Komunikasi antara
orang tua dan anak dalam keluarga merupakan interaksi yang terjadi antara
31
2.1.8 Pengertian Pola Komunikasi
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang
atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat, sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami.(Djamarah, 2004:1)
Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang
berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang mempunyai
arah hubungan yang berlainan. (Soenarto, 2006:1)
Tubbs dan Moss mengatakan bahwa pola komunikasi atau hubungan itu
dapat diciptakan oleh komplementaris atau simetri. Dalam hubunngan
komplementer, satu bentuk perilaku akan diikuti oleh lawannya. Contohnya
perilaku dominan dari satu partisipan mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya.
Dalam simetri, tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan.
Dominasi bertemu dengan dominasi, atau kepatuhan dengan kepatuhan (Tubbs
dan Moss, 2001:26). Disini kita mulai melibatkan bagaimana proses interaksi
menciptakan struktur system. Bagaimana orang merespon satu sama lain
menentukan jenis hubungan yang mereka miliki.
Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola
hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengriman dan penerimaan
pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana yang
meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas, dengan komponen-komponen yang
merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia
atau kelompok dan organisasi.
Terdapat 4 pola komunikasi suami dan istri menurut Joseph A Devito (2007 :
277-278) mempunyai empat dasar pola komunikasi akan diperkenalkan dan tiap
hubungan perorangan akan menunjukkan sebagai suatu perubahan pada satu dari
pola dasar adalah :
1. Pola Keseimbangan
Pola keseimbangan ini lebih terlihat pada teori daripada prakteknya, tetapi ini
merupakan awal yang bagus untuk melihat komunikasi pada hubungan yang
penting. Pada pola komunikasi keseimbangan ini masing-masing suami istri
membagi sama dalam berkomunikasi. Komunikasi yang terjalin antara suami
dan istri sangat terbuka, jujur, langsung dan bebas. Tidak ada pemimpin atau
pengikut, melainkan suami istri sama kedudukannya.
2. Pola Keseimbangan terbalik
Dalam pola keseimbangan terbalik, masing-masing anggota keluarga (suami
istri) mempunyai otoritas diatas daerah atau wewenang yang berbeda
masing-masing. Suami istri adalah sebagai pembuat keputusan konflik yang terjadi
antara keduanya (suami dan istri), dianggap bukan ancaman oleh si suami
atau istri, karena keduanya memiliki keahlian sendiri-sendiri untuk
menyelesaikannya.
3. Pola Pemisah Tidak Seimbang
Dalam hubungan terpisah yang tidak seimbang, satu orang dalam keluarga (si
suami atau si istri) mendominasi. Maka dari itu, satu orang ini secara teratur
mengendalikan hubungan dan hampir tidak pernah meminta pendapat antara
33
suami atau si istri) yang dikendalikan membiarkannya untuk memenangkan
argumentasi ataupun membuat keputusan.
4. Pola Monopoli
Dalam pola monopoli ini, si suami atau si istri sama-sama menganggap
dirinya sebagai penguasa. Keduanya (suami istri) lebih suka memberi nasehat
daripada berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat. Konflik sering
terjadi dalam keluarga (suami istri) yang menganut pola komunikasi ini
sehingga karena tidak bisa bebas untuk berpendapat.
Menurut Hastuti (dalam Kartono, 1994:154), akibat dari pola komunikasi ini
adalah :
a. Pikiran anak akan berkembang karena anak dapat mengungkapkan isi
hatinya atau pikirannya dan dapat mengemukakan usul-usul serta
berpendapat berdasarkan penalarannya.
b. Orang tua atau anggota keluarga lainnya akan mengetahui dan
mengikuti perkembangan jalan pikiran anak dan perasaan anak
selanjutnya.
2.1.9 Pengertian Gizi Buruk
Gizi buruk adalah kurang gizi yang disebabkan keran kekurangan asupan energi dan protein, juga mikro nutrient dalam jangka waktu lama. Anak disebut gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama tiga bulan berturut‐turut tidak naik timbangannya) dan tidak disertai tanda‐tanda bahaya. (www.yahoo.com, diakses 7 April 2010)
Secara langsung masalah gizi buruk dipengaruhi oleh ketidakcukupan
asupan makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh
ketersediaan pangan tingkat rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan,
pola asuh yang tidak memadai. Lebih lanjut masalah gizi buruk disebabkan oleh
kemiskinan, pendidikan rendah, kesempatan kerja. Oleh karena itu keadaan gizi
masyarakat merupakan manifestasi keadaan kesejahteraan rakyat.
Beberapa Penyebab Gizi Buruk :
Balita tidak mendapat ASI Eksklusif atau mendapat makanan selain ASI
sebelum umur enam bulan.
Anak balita disapih sebelum umur dua tahun
Anak balita tidak mendapat makanan pendamping ASI pada umur enam bulan
atau lebih.
Makanan pendamping ASI kurang dan tidak bergizi.
Setelah umur enam bulan balita jarang disusui
Balita menderita sakit dalam waktu yang lama seperti diare, campak, TBC,
Batuk pilek.
Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor
Akibat Gizi Buruk :
Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tenaga
kesehatan.
Tidak cerdas/bodoh
Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak yang normal
35
Jajan atau penganan merupakan suatu kebiasaan (habit) yang merupakan
suatu hasil belajar, yang artinya masih bisa dimodifikasi. Bagi anak, kegiatan
jajan merupakan pengalaman yang menyenangkan. Kadang kala jajan untuk anak
merupakan suatu bentuk perlawanan terhadap orangtua, atau sebagai "lambang
pergaulan" bersama teman-teman sebayanya, atau untuk "membeli" pertemanan.
Padahal, kebiasaan jajan pada anak bisa berpengaruh terhadap gizi buruk. Karena
ini berarti si kecil memiliki kekuasaan untuk memutuskan apa yang ingin ia
makan. Padahal, apa yang ingin ia makan tidak selalu bagus untuk tubuhnya.
Jajan yang dibeli oleh anak sekarang banyak yang mengandung bahan kimia
seprti pewarna tekstil.
2.2 Kerangka Berpikir
Keberadaan orang tua sangatlah penting bagi pertumbuhan anak,
pengetahuan akan pentingnya gizi juga sangat penting bagi orang tua karena
orang tualah yang mengasuh anak-anaknya. Kurangnya pengalaman orang tua
mengenai gizi pada anak akan berdampak sangat besar terhadap pola asuh anak
karena orang tua tidak mempunyai pengalaman, ketrampilan dalam mengasuh
anak, sehingga banyak kita jumpai banyak anak kurang gizi. Komunikasi orang
tua sangatlah penting, orang tua harus pandai-pandai berkomunikasi dengan anak
sehingga anak tidak sulit makan, cerewet, atau takut pada orang tua yang
diakibatkan kurang bagusnya komunikasi ibu dengan anak.
Dari kerangka diatas, maka peneliti bermaksud ingin mengetahui pola
komunikasi orang tua yang memiliki anak kurang gizi sehingga diharapkan dapat
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional
3.1.1 Pengertian Pola Komunikasi
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang
atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat, sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami.(Djamarah, 2004:1)
Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang
berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang mempunyai
arah hubungan yang berlainan. (Soenarto, 2006:1)
Tubbs dan Moss mengatakan bahwa pola komunikasi atau hubungan itu
dapat diciptakan oleh komplementaris atau simetri. Dalam hubunngan
komplementer, satu bentuk perilaku akan diikuti oleh lawannya. Contohnya
perilaku dominan dari satu partisipan mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya.
Dalam simetri, tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan.
Dominasi bertemu dengan dominasi, atau kepatuhan dengan kepatuhan (Tubbs
dan Moss, 2001:26). Disini kita mulai melibatkan bagaimana proses interaksi
menciptakan struktur system. Bagaimana orang merespon satu sama lain
menentukan jenis hubungan yang mereka miliki.
Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau
pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengriman dan
penerimaan pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana
yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas, dengan komponen-komponen
yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar
manusia atau kelompok dan organisasi.
Terdapat 4 pola komunikasi suami dan istri menurut Joseph A Devito (2007 :
277-278) mempunyai empat dasar pola komunikasi akan diperkenalkan dan tiap
hubungan perorangan akan menunjukkan sebagai suatu perubahan pada satu dari
pola dasar adalah :
1. Pola Keseimbangan
Pola keseimbangan ini lebih terlihat pada teori daripada prakteknya, tetapi ini
merupakan awal yang bagus untuk melihat komunikasi pada hubungan yang
penting. Pada pola komunikasi keseimbangan ini masing-masing suami istri
membagi sama dalam berkomunikasi. Komunikasi yang terjalin antara suami
dan istri sangat terbuka, jujur, langsung dan bebas. Tidak ada pemimpin atau
pengikut, melainkan suami istri sama kedudukannya.
2. Pola Keseimbangan terbalik
Dalam pola keseimbangan terbalik, masing-masing anggota keluarga (suami
istri) mempunyai otoritas diatas daerah atau wewenang yang berbeda
masing-masing. Suami istri adalah sebagai pembuat keputusan konflik yang terjadi
antara keduanya (suami dan istri), dianggap bukan ancaman oleh si suami
atau istri, karena keduanya memiliki keahlian sendiri-sendiri untuk
39
3. Pola Pemisah Tidak Seimbang
Dalam hubungan terpisah yang tidak seimbang, satu orang dalam keluarga (si
suami atau si istri) mendominasi. Maka dari itu, satu orang ini secara teratur
mengendalikan hubungan dan hampir tidak pernah meminta pendapat antara
kedua belah pihak (si suami atau si istri). Sedangkan anggota keluarga (si
suami atau si istri) ysng dikendalikan membiarkannya untuk memenangkan
argumentasi ataupun membuat keputusan.
4. Pola Monopoli
Dalam pola monopoli ini, si suami atau si istri sama-sama menganggap
dirinya sebagai penguasa. Keduanya (suami istri) lebih suka memberi nasehat
daripada berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat. Konflik sering
terjadi dalam keluarga (suami istri) yang menganut pola komunikasi ini
sehingga karena tidak bisa bebas untuk berpendapat.
Menurut Hastuti (dalam Kartono, 1994:154), akibat dari pola komunikasi ini
adalah :
a. Pikiran anak akan berkembang karena anak dapat mengungkapkan isi
hatinya atau pikirannya dan dapat mengemukakan usul-usul serta
berpendapat berdasarkan penalarannya.
b. Orang tua atau anggota keluarga lainnya akan mengetahui dan
mengikuti perkembangan jalan pikiran anak dan perasaan anak
3.1.2 Pengertian Gizi Buruk
Gizi buruk adalah kurang gizi yang disebabkan keran kekurangan asupan
energi dan protein, juga mikro nutrient dalam jangka waktu lama. Anak disebut
gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama tiga bulan
berturut-turut tidak naik timbangannya) dan tidak disertai tanda-tanda bahaya.
(www.yahoo.com, diakses 7 April 2010)
Secara langsung masalah gizi buruk dipengaruhi oleh ketidakcukupan
asupan makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh
ketersediaan pangan tingkat rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan,
pola asuh yang tidak memadai. Lebih lanjut masalah gizi buruk disebabkan oleh
kemiskinan, pendidikan rendah, kesempatan kerja. Oleh karena itu keadaan gizi
masyarakat merupakan manifestasi keadaan kesejahteraan rakyat.
Beberapa Penyebab Gizi Buruk :
Balita tidak mendapat ASI Eksklusif atau mendapat makanan selain ASI
sebelum umur enam bulan.
Anak balita disapih sebelum umur dua tahun
Anak balita tidak mendapat makanan pendamping ASI pada umur enam bulan
atau lebih.
Makanan pendamping ASI kurang dan tidak bergizi.
Setelah umur enam bulan balita jarang disusui
Balita menderita sakit dalam waktu yang lama seperti diare, campak, TBC,
Batuk pilek.
41
Akibat Gizi Buruk :
Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tenaga
kesehatan.
Tidak cerdas/bodoh
Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak yang normal
Sering sakit infeksi seperti batuk, pilek, diare, TBC dan lain lain
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah penelitian
kualitatif, penelitian ini dikembangkan untuk mengkaji kehidupan manusia dalam
kasus – kasus terbatas, atau bersifat kasuistik namun mandalam ( in depth ) dan
total/ menyeluruh (holistic), penggunaan penelitian jenis ini diperkirakan akan
mempermudah peneliti untuk dapat menerangkan data atau informasi yang
didapat sesuai dengan pernyataan – pernyataan apa adanya dari informasi
penelitian. (Bungin, Irianto, 2006:173)
Fokus penelitian ini dibutuhkan dalam membantu secara tepat di dalam
penentuan agar sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian, agar penelitian yang
dilakukan akan terarah dan berhasil dengan baik. Penelitian yang hendak
dilakukan ini lebih difokuskan pada persoalan– persoalan khususnya adalah fokus
pada masalah pola komunikasi orang tua yang mempunyai anak kurang gizi.
3.3 Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini akan lebih ditekankan pada pola komunikasi dan pola
dan ibu dalam keluarga menentukan konsep hubungan antara keduanya dan
membawa dampak didalam perubahan perilaku dan pemenuhan kebutuhannya.
Hal ini dapat diamati dalam bentuk- pola komunikiasi ibu dan anak yang mampu
memberikan komunikasi kepada anak-anaknya. Tentang bagaimana pentingnya
komunikasi orang tua dan anak tentang pentingnya gizi bagi pertumbuhan anak .
3.4 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya. Lokasi
penelitian di daerah tersebut yaitu: Kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng,
dipilih karena merupakan daerah paling banyak ditemukan kasus gizi buruk. Di
daerah kedinding kasus gizi buruk mencapai 60% sedangkan di daerah Bulak
Banteng mencapai 40%. Penelitian lebih mengutamakan pada orang tua yang
mempunyai anak kurang gizi. (Jawa Pos, 28 November 2009)
3.5 Unit Analisis
3.5.1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah orang tua yang mempunyai anak berusia 1
sampai dengan 5 tahun, baik laki-laki atau perempuan yang bertempat tinggal di
Kecamatan Kenjeran, penelitian memilih anak-anak 1 sampai dengan 5 tahun
karena pada usia ini anak dalam masa pertumbuhan. Alasan peneliti memilih
43
3.6 Teknik Pengumpulan Data 3.6.1 Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung, melalui perantara atau lembaga yang lainnya (Ruslan, 2003 : 138) data
skunder yang berkaitan dengan gizi buruk pada anak. Data sekunder ini sangat
diperlukan untuk mencari informasi berkaitan dengan jumlah anak gizi buruk,
sebab-sebab gizi buruk, usia gizi buruk,. Dengan diperolehnya informasi
pendahuluan ini maka akan dapat ditentukan subyek penelitian yang tepat.
Sedangkan yang menjadi subyek penelitian ini adalah para orang tua yang
memiliki anak gizi buruk.
3.6.2 Data Primer
Data primer adalah data diperoleh secara langsung dari tempat
penelitian (dari sumbernya) dan diolah sendiri oleh lembaga yang bersangkutan
untuk dimanfaatkan (Ruslan, 2003:138). Data primer dalam penelitian ini
diperoleh dari hasil wawancara mendalam (depth interview) dan metode
observasi (pengamatan).
Depth interview (wawancara mendalam) adalah pengumpulan data
dengan mengadakan tanya jawab kepada orang yang berkaitan dengan
penelitian. Teknik wawancara yang digunakan adalah kegiatan wawancara yang
dilakukan secara langsung yang tidak terstruktur dimana informan diperlakukan
secara pribadi, sehingga memungkinkan informan mengungkapkan opininya
3.6.3 Melakukan Wawancara Mendalam
Teknik wawancara mendalam dipakai untuk memperoleh data karena
teknik ini sangat tepat untuk memperoleh data yang berkaitan dengan perilaku
orang tua, motivasi, perasaan, perilaku dan sebagainya ( Irianto,2001) Dalam
penelitian ini wawancara mendalam kepada orang tua yang memiliki anak gizi
buruk dilakukan dengan maksud untuk menggali informasi secara mendalam
dan komprehenship Yang menjadi sumber informasi utama dalam penelitian ini
adalah orang tua yang memiliki anak gizi buruk sebagaimana disebutkan pada
poin di atas. Dari orang tua yang memiliki anak yang mengalami gizi buruk
diharapkan akan diperoleh latar belakang yang mempengaruhi perilaku
kominikasi orang tua terhadap anak gizi buruk diharapkan akan diperoleh
informasi yang mempengaruhi komunikasi orang tua dan anak yang mengalami
gizi buruk
3.7 Teknik Analisis Data
Penelitian ini adalah penelitian yang berkaitan dengan pengembangan
perilaku orang tua terhadap anak. Masalah-masalah yang berkaitan dengan
perilaku merupakan masalah yang kompleks yang harus dilihat dari berbagai
sudut pandang. Untuk menganalisis data maka perlu adanya suatu kerangka
yang jelas agar dalam menganalisis data dapat dilakukan dengan sistematis,
komprehenship, holistik dan mendalam. Sehingga dalam menganalisis
fakta-fakta di lapangan diharapkan akan dapat diperoleh jawaban berkaitan dengan
45
Dalam penelitian ini model analsisis data untuk mengindentifikasi
variabel-variabel yang mempengaruhi komunikasi orang tua maka digunakan kerangka
analisis seperti nampak dalam model. Kerangka analisis berikut ini diharapakan
dapat membantu peneliti untuk memverifikasi, mengklasifikasi dan
mengkategorikan data sehingga dapat diperoleh kesimpulan yang dapat
menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Dengan
menggunakan analsisis model maka diharapkan akan dapat menganalisis data