• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG MEMPUNYAI ANAK KURANG GIZI (Studi kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Yang Mempunyai Anak Kurang Gizi di Kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG MEMPUNYAI ANAK KURANG GIZI (Studi kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Yang Mempunyai Anak Kurang Gizi di Kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran)."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

KURANG GIZI

(Studi kualitatif tentang Pola Komunikasi Orang Tua Yang Mempunyai

Anak Kurang Gizi di Kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng

Kecamatan Kenjeran)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

AYU KARTIKA WARDIANI 0643010101

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG MEMPUNYAI ANAK KURANG GIZI

(Studi kualitatif tentang Pola Komunikasi Orang Tua Yang Mempunyai Anak Kurang Gizi di Kelurahan Kedinding dan Bulak

Banteng Kecamatan Kenjeran)

Disusun Oleh:

Ayu Kartika Wardiani NPM 0643010101

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui Pembimbing

Drs. Kusnarto, M.Si NIP. 19580801 198402 1 00 1

Mengetahui DEKAN

(3)

(Studi kualitatif pola Komunikasi Orang Tua Yang Mempunyai Anak Kurang Gizi di Kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng Kecamatan

Kenjeran ) Disusun Oleh : Ayu Kartika Wardiani

0643010101

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena telah memberi

rahmat dan karunia-Nya serta petunjuk-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi dengan judul “POLA KOMUNIKASI DAN POLA ASUH

ORANG TUA YANG MEMPUNYAI ANAK KURANG GIZI” (Studi Kualitatif

tentang Pola Komunikasi dan Pola asuh Orang Tua Yang Mempunyai Anak

Kurang Gizi di Kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran)

Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan akademis bagi

mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini atas

bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini,

penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang

terhormat :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito S.Sos, M.Si, Ketua program studi Ilmu Komunikasi.

3. Bapak Drs. Kusnarto, M.Si, sebagai dosen pembimbing utama yang

senantiasa memberikan waktu pada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh staf dosen Program Studi Ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial

(5)

kesabarannya yang begitu besar yang telah memberikan bantuan baik

materiil maupun moril dengan tulus ikhlas dan tanpa pamrih.

6. My best friends, Mbak May, Dea, Adisty, Zuli dan teman-temanku yang

lain yang tidak bisa aku sebutin satu persatu. Terima kasih kalian sudah

banyak memberikan support buat aku.

7. Buat cayangku, Anton Winarno, makasih atas supportnya selama ini dan

juga doanya.

8. Berbagai pihak yang telah membantu terselaikannya skripsi ini dengan

baik.

Semoga Tuhan YME melimpahkan rahmat serta karuniahNya atas

jasa-jasanya yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Karena

apabila terdapat kekurangan didalam menyusun skripsi ini, peneliti dengan senang

hati menerima segala saran dan kritik demi sempurnanya skripsi ini.

Surabaya, Juli 2010

(6)

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ………...………... iii

ABSTRAKSI ... v

DAFTAR ISI …….………... vi

DAFTAR GAMBAR ………..….………...…... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah …………...………... 1

1.2. Perumusan Masalah ...………... 9

1.3. Tujuan Penelitian .………....…………... 9

1.4. Kegunaan Penelitian …...…………... 9

1.4.1 Praktis ... 9

1.4.2 Teoritis ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Ladasan teori ...….…….……...……...…. 11

2.1.1 Pengertian komunikasi ...………..………... 11

2.1.2 Komunikasi Interpersonal ...…...…………...…... 14

2.1.3 Pengertian Keluarga ... 22

2.1.4 Fungsi Keluarga ... 23

2.1.5 Kualitas Komunikasi Interpersonal dalam keluarga ... 25

2.1.6 Faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga ... 27

(7)

2.1.9 Pengertian Gizi Buruk ... 33

2.2 Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional ...…………... 37

3.1.1 Pengertian Pola Komunikasi …………...……….…... 37

3.1.2 Pengertian Gizi Buruk ... 40

3.2 Jenis Penelitian ... 41

3.3 Pembatasan Masalah ... 41

3.4 Lokasi Penelitian ... 42

3.5 Unit Analisis ... 42

3.5.1 Obyek Penelitian ... 42

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.6.1 Data Sekunder ... 43

3.6.2 Data Primer ... 43

3.6.3 Melakukan Wawancara Mendalam ... 44

3.7 Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Data ... 46

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 46

4.1.2 Identitas Informan ... 49

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(9)

 

ABSTRAKSI

AYU KARTIKA WARDIANI, POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG MEMPUNYAI ANAK KURANG GIZI (Studi kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Yang Mempunyai Anak Kurang Gizi di Kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pola Komunikasi Orang Tua Yang Mempunyai Anak Kurang Gizi.Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti; bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau dari anak ke anak. Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan. Siapa yang berkepentingan untuk menyampaikan pesan berpeluang untuk memulai komunikasi. Yang tidak berkepentingan untuk menyampaikan suatu pesan cenderung menunda komunikasi. Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak. Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh yang baik. Pentingnya pola asuh orang tua dalam keluarga dalam upaya untuk mendidik anak. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta didasari dengan cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai subjek yang harus dibina, dibimbing dan dididik, dan bukan sebagai objek semata.(Djamarah, 2004 : 2) Pengetahuan gizi membantu orang tua dalam merawat bayinya, agar tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin dengan kecerdasan yang sempurna. Pertumbuhan dapat dilihat dari perubahan ukuran tubuh dari waktu ke waktu, sedang perkembangan dapat dilihat dari pertumbuhan dan kesempurnaan komposisi otak. Kualitas dari pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat menentukan penyiapan sumber daya manusia (SDM).

Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pola komunikasi orang tua yang mempunyai anak kurang gizi di kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng kecamatan kenjeran. Untuk mengetahui faktor faktor yang mendukung dan menghambat pola komunikasi orang tua terhadap anak kurang gizi di kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng. Adapun lokasi penelitian adalah di Kecamatan Kenjeran Surabaya.

Hasil penelitian ini adalah Pola komunikasi yang diterapkan orang tua dalam meningkatkan gizi di kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran adalah menggunakan Pola Komunikasi seimbang, dimana keterlibatan kedua orang tua dalam mengasuh anaknya sangat diperlukan orang tua dalam meningkatkan gizi anak, namun masih ada beberapa responden yang menerapkan pola komunikasi monopoli dimana masalah orang tua tidak terlalu terlibat dalam mengasuh anak dan anak lebih diserahkan kepada orang lain.  

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hasil pemantauan status gizi pada balita di Provinsi Jawa Timur pada

tahun 2005, dari 8012 balita yang disurvey terdapat 6,5% balita mengalami Gizi

Buruk dan 20% Gizi Kurang (WHO, 2007). Sementara itu gambaran gangguan

pertumbuhan balita di Jawa Timur hasil Pemantauan Status Gizi tahun 2006

menunjukkan adanya peningkatan persentase balita yang mengalami gangguan

pertumbuhan seiring dengan bertambahnya umur balita. Umur 0-5 bl 1,9%; 6-11

bl 7,8%; 12-23 bl 18,0%; 24-35 bl 22,2%; 36-47 bl 21,4% dan 48-59 bl 21,2%.

Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi proses pengasuhan yang salah

terhadap anak balita sejak kelahirannya. Tingginya angka-angka kurang gizi

tersebut selain karena faktor-faktor sosial ekonomi dan faktor penyakit infeksi

juga karena faktor yang berkaitan dengan pola asuh anak balita, baik yang

dilakukan oleh orang tua kandung, anggota keluarga maupun pengasuh yang lain

(Tuti Soenardi, 2006). Dengan kata lain, pengasuhan atau komunikasi orang tua

merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan

perkembangan anak balita selain faktor gizi (Neti Hernawati, 2003).

(www.google.co.id, diakses tanggal 17 Maret 2010).

Menanggapi persoalan masalah gizi buruk yang marak pada beberapa

(11)

puskesmas cukup memprihatinkan khususnya di kecamatan kenjeran yang banyak

ditemukan kasus anak kekurangan gizi atau gizi buruk. (Jawa Pos, 21 November

2009). Untuk kasus-kasus seperti itu kita tidak bisa menyalahkan salah satu pihak

karena masalah gizi buruk yang terjadi di kecamatan kenjeran seharusnya menjadi

perhatian khusus bagi semua pihak. Bukan hanya tanggung jawab dinas kesehatan

maupun orang tua saja untuk meningkatkan gizi balita, maka juga diperlukan dana

yang tidak sedikit untuk mengatasi gizi buruk tersebut.

Keadaan gizi dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, ekonomi, sosial,

politik, dan budaya. Pada saat ini selain dampak krisis ekonomi yang masih

terasa, juga keadaan dampak dari bencana nasional mempengaruhi status

kesehatan pada umumnya dan stastus gizi khususnya. Kemampuan ekonomi serta

minimnya pengetahuan orang tua menyebabkan komunikasi antara anak dan

orang tua kurang baik, pengetahuan orang tua mengenai kesehatan anak sangat

kurang sehingga banyak membiarkan anaknya makan yang kurang bergizi.

Dengan hal tersebut maka peneliti ingin tahu bagaimana pola komunikasi

dan pola asuh orang tua yang mempunyai anak kurang gizi.

Dunia anak adalah dunia yang khas, bukan miniatur dunia orang dewasa,

maka semangat berkomunikasi kepada anak adalah bukan memberitahukan

sesuatu yang dianggap baik dari sudut pandang orang dewasa, melainkan duduk

sejajar bersama anak, berempati, dan menemani anak (Ekomadyo,2005:6).

Bimbingan adalah proses komunikasi terhadap anak untuk mencapai pemahaman

(12)

Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan

silih berganti; bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau dari

anak ke anak. Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin

disampaikan. Siapa yang berkepentingan untuk menyampaikan pesan berpeluang

untuk memulai komunikasi. Yang tidak berkepentingan untuk menyampaikan

suatu pesan cenderung menunda komunikasi.

Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

kehidupan umat manusia. Kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan

sesamanya, diikuti oleh hampir semua agama telah ada sejak Adam dan Hawa.

Hubungan antar manusia tercipta melalui komunikasi, baik komunikasi itu

komunikasi verbal (bahasa) maupun non verbal (simbol, gambar, atau media

komunikasi lainnya). Selain itu komunikasi dilakukan karena mempunyai fungsi

untuk mempertahankan kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan

memperoleh kebahagiaan

Fungsi bahasa yang mendasar bagi manusia adalah untuk menamai atau

menjuluki objek, orang, dan peristiwa.

Komunikasi Antarpersonal (Interpersonal Communication) adalah

komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Ini dianggap paling

efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku.

Karena sifatnya dialogis berupa percakapan arus balik bersifat langsung.

Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat

komunikasi dilancarkan komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu

positif atau negatif, berhasil atau tidak, jika tidak ia dapat meyakinkan komunikan

(13)

ketika itu juga karena ia dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk

bertanya seluas-luasnya.

Pentingnya situasi komunikasi interpersonal seperti itu bagi komunikator

ialah karena ia dapat mengetahui diri komunikan selengkap-lengkapnya. Ia dapat

mengetahui namanya, pekerjaannya, pendidikannya, agamanya, pengalamannya,

cita-citanya dan yang penting artinya untuk mengubah sikap, pendapat atau

perilakunya. Dengan demikian komunikator dapat mengarahkannya ke suatu

tujuan sebagaimana ia inginkan (Onong Uchjana 2008 :8)

Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang tua

terhadap anak. Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola

asuh yang baik. Pentingnya pola asuh orang tua dalam keluarga dalam upaya

untuk mendidik anak. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika

pola komunikasi yang tercipta didasari dengan cinta dan kasih sayang dengan

memposisikan anak sebagai subjek yang harus dibina, dibimbing dan dididik, dan

bukan sebagai objek semata.(Djamarah, 2004 : 2)

Interaksi sosial yang berlangsung dalam keluarga tidak terjadi dengan

sendirinya, tetapi karena ada tujuan atau kebutuhan bersama antara ibu, ayah dan

anak. Adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai atau kebutuhan yang berbeda

menyababkan mereka saling berhubungan dan berinteraksi. Keinginan untuk

berhubungan dan berinteraksi tidak terlepas dari kegiatan komunikasi antara

orang tua dan anak. Karena itulah, komunikasi adalah suatu kegiatan yang

berlangsung dalam kehidupan keluarga sampai kapan pun. Tanpa komunikasi,

(14)

berbicara, berdialog, bertukar pikiran, dan sebagainya, sehingga kerawanan

hubungan antara orang tua dan anak sukar untuk dihindari. Oleh karena itu,

komunikasi merupakan sesuatu yang esensial dalam kehidupan

keluarga.(Djamarah, 2004 : 4)

Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara vertikal maupun

horisontal. Dari dua jenis komunikasi ini berlangsung secara silih berganti

komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara ayah, ibu dan anak,

komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi antara ibu dan anak, dan

komunikasi antara anak dan anak. Dalam rangka mengakrabkan hubungan

keluarga, komunikasi yang harmonis perlu dibangun secara timbal balik dan silih

berganti antara orang tua dan anak dalam keluarga.(Djamarah, 2004:4)

Orang tua sebagai pemimpin adalah faktor penentu dalam menciptakan

keakraban hubungan dalam keluarga. Tipe kepemimpinan yang diberlakukan

dalam keluarga akan memberikan suasana tertentu dengan segala dinamikanya.

Interaksi yang berlangsung pun bermacam-macam bentuknya. Oleh karena itu,

hampir tak terbantah, bahwa karakteristik seorang pemimpin akan menentukan

pola komunikasi yang berlangsung dalam keluarga. Kehidupan keluarga yang

dipimpin oleh seorang pemimpin otoriter akan melahirkan suasana kehidupan

keluarga yang berbeda dengan keluarga yang dipimpin oleh seorang demokratis

(laissez faize). Perbedaan itu disebabkan adanya perbedaan karakteristik yang

dimiliki oleh kedua tipe kepemimpinan di atas.

Persoalan muncul ketika kepemimpinan yang diterapkan oleh orang tua

tidak mampu menciptakan suasana kehidupan keluarga yang kondusif. Suasana

(15)

kehidupan keluarga yang tidak kondusif itu, misalnya seringnya terjadi konflik

antara ibu dan ayah. Implikasinya adalah renggangnya hubungan kedua orang tua

yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap anak sehingga mempengaruhi

pola asuh. Kesenjangan demi kesenjangan selalu terjadi. Komunikasi yang baik

pada akhirnya sukar diciptakan. Inilah awal kehancuran hubungan antara kedua

orang tua dengan anak. Kegagalan orang tua dalam mengasuh anak selama ini

terjadi, bukan tidak mungkin disebabkan komunikasi yang dibangun beralaskan

kesenjangan tanpa memperhatikan sejumlah etika komunikasi. Padahal etika

komunikasi sangat penting dalam rangka membangun hubungan kedua orang tua

dengan anak sehingga tercipta pola asuh yang sehat. (Djamarah, 2004 :5)

Kelemahan dalam berkomunikasi merupakan masalah serius baik bagi

orang tua maupun bagi posyandu. Orang tua yang berkomunikasi dengan

menunjukkan raut wajah yang tegang akan berdampak serius bagi anak. Anak

akan merasa tidak nyaman bahkan terancam dengan sikap orang tua atau petugas

posyandu. Kondisi ini tentunya akan berpengaruh terhadap proses pertumbuhan

gizi anak. Komunikasi yang efektif merupakan sukses orang tua dalam membantu

mengatasi masalah gizi anak. Orang tua tidak lepas dari proses komunikasi karena

dalam menjalankan perannya orang tua perlu berkolaborasi dengan tim posyandu

maupun dengan petugas kesehatan yang lain.

Pengetahuan gizi membantu orang tua dalam merawat bayinya, agar

tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin dengan kecerdasan yang sempurna.

Pertumbuhan dapat dilihat dari perubahan ukuran tubuh dari waktu ke waktu,

(16)

komposisi otak. Kualitas dari pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat

menentukan penyiapan sumber daya manusia (SDM).

Banyak faktor yang berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia.

Salah satunya adalah faktor gizi, yang akan berdampak pada pertumbuhan dan

perkembangan manusia, mulai dari dalam kandungan sampai mencapai dewasa.

Dan makanan sejak bayi merupakan landasan untuk membangun manusia yang

sehat dan berkualitas.

Kebutuhan akan informasi bagi orang tua sangat diperlukan untuk

menyesuikan diri dengan lingkungannya. Khususnya informasi tentang gizi dan

pola asuh anak. Orang tua harus tahu bagaimana cara mengolah dan menyimpan

bahan makanan agar nilai gizinya tetap terjaga. Umumnya seorang ibu tertarik

pada penampilan makanan sebelum sempat mencicipinnya. Oleh karena itu, agar

masyarakat tidak tertipu dengan penampilan luar suatu makanan, perlu adanya

informasi sederhana tentang pengetahuan bahan makanan. Pengetahuan ini

meliputi jenis bahan makanan bergizi, cara mengolah, dan susunan hidangan

(menu) makanannya. Sebaiknya orang tua sebelum mengkonsumsi makanan

terlebih dahulu bahan makanan diolah agar menjadi hidangan bercita rasa lezat

sehingga menimbulkan nafsu makan. Bahan makanan yang dimasak lebih mudah

dicerna dan zat-zat makanan yang diperlukan tubuh menjadi lebih mudah diserap

serta dipergunakan tubuh. Akan tetapi, mengolah dan memasak bahan makanan

dapat pula menyebabkan kehilangan sebagian zat gizi, terutama vitamin. Beberapa

jenis vitamin mudah larut dalam air pencuci hingga hilang dan beberapa lagi dapat

rusak oleh pemanasan dan penyinaran matahari.

(17)

Dalam penelitian ini yang menjadi informannya adalah orang tua yang

berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Alasan peneliti memilih ibu rumah karena

yang pertama kali dijumpai si anak adalah ibu dan ibu merupakan seorang

manusia yang penuh dengan rasa dan kasih sayang (Partowisastro, 1983 : 96).

Hubungan ibu dan anak ini merupakan hubungan yang paling mesra di dunia. Jadi

tidak terlalu melebihkan kenyataan kalau dikatakan bahwa ibulah yang memegang

peranan terhadap kesehatan anaknya.

Penelitian ini memilih orang tua yang mempunyai anak balita penderita

gizi buruk. Orang tua merupakan pengasuh yang dalam kesehariannya dapat

berhubungan langsung dengan anaknya. Ada orang tua yang berkerja di rumah

dan ada yang bekerja di luar rumah (di kantor, perusahaan, pedagang, dan

lain-lain). Kategori orang tua sebagai informan dalam penelitian ini, yaitu orang tua

yang tidak bekerja sedangkan orang tua yang dimaksud adalah ibu dan ayah yang

telah menikah dan mempunyai anak balita, mengatur penyelenggaraan berbagai

macam pekerjaan rumah.

Peneliti memilih penelitian tersebut karena peneliti ingin mengetahui pola

komunikasi orang tua yang mempunyai anak kurang gizi setelah maraknya kasus

gizi buruk yang terjadi di Surabaya khususnya di kelurahan Kedinding dan Bulak

Banteng kecamatan kenjeran.

Peneliti memilih daerah Kedinding dan Bulak Banteng karena daerah

tersebut banyak anak yang kurang gizi (sumber: kecamatan Kenjeran, Jawa Pos

(18)

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Bagaimana pola komunikasi orang tua yang mempunyai anak kurang gizi

di kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng kecamatan kenjeran?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pola komunikasi orang tua yang mempunyai anak

kurang gizi di kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng kecamatan

kenjeran.

2. Untuk mengetahui faktor faktor yang mendukung dan menghambat pola

komunikasi orang tua yang mempunyai anak kurang gizi di kecamatan

kenjeran.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pada orang tua

dibidang kesehatan khususnya tentang gizi melalui pola

komunikasi dalam keluarga.

b. Masyarakat dapat memperoleh masukan berupa pengetahuan

mengenai pola komunikasi orang tua yang mempunyai anak

(19)

dalam sebuah rumah tangga, sehingga mendidik anak agar

menerapkan pola hidup sehat.

c. Bagi institusi swasta atau pemerintah yang ingin

mengembangkan dan mempertahankan budaya hidup sehat

yang dimulai dari sejak lahir, diharapkan dapat memperoleh

pola treatment (perlakuan) yang tepat mengenai berkomunikasi

dengan anak.

1.4.2 Teoritis

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menambah

kontribusi bagi ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmu

komunikasi, khususnya pola komunikasi orang tua dengan anak

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris communication, yang berasal dari

kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama

disini artinya “sama makna” (Onong Uchjana dalam prasetyo, 2000:60).

Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui komunikasi manusia

dapat menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain. Pendek kata dengan

melakukan komunikasi manusia dapat berhubungan atau berinteraksi antara satu

dengan yang lain.

Menurut (Widjaya, 1987:27) komunikasi pada umumnya diartikan sebagai

hubungan atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan atau

diartikan pula saling tukar-menukar pendapat. Komunikasi dapat pula diartikan

sebagai hubungan kontak antara manusia baik individu atau kelompok.

Menurut Edward Depari (Onong, 2000:62) komunikasi adalah proses

penyampaian gagasan harapan dan pesan melalui lambang tertentu, mengandung

arti dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Secara

terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh

seseorang kepada orang lain. Pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan

sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Dalam

(21)

 

dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media. Pengertian lain

komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang

lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik

langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Dalam definisi

tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau mengubah sikap (attitude),

pendapat (opinion), atau perilaku (behavior).

Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de vito,

K. Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang

tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.

Kalau unsur-unsur komunikasi yang dikemukakan di atas dilukiskan dalam

gambar, kaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya dapat dilihat seperti

berikut.

Lingkungan

Gambar 2.1 Unsur-Unsur Komunikasi

Di dalam komunikasi terjadi hubungan interpersonal. Melalui komunikasi

interpersonal manusia dapat menyampaikan pesan atau informasi kepada orang

lain. Dengan melakukan komunikasi manusia dapat berhubungan, berinteraksi

satu dengan yang lain. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik

kesimpulan pengertian komunikasi adalah suatu proses penyampaian pernyataan

oleh seseorang kepada orang lain, dengan mengandung tujuan tertentu,

Sumber  pesan  Media penerimaan  Efek 

(22)

13   

memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung

secara lisan maupun tidak langsung melalui media.

Menurut (Rahmad, 1999:129) faktor-faktor yang menumbuhkan

Hubungan Interpersonal dalam komunikasi interpersonal adalah:

a. Percaya (trust)

Percaya disini merupakan faktor yang paling penting sejauh mana

percaya kepada orang lain dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional.

Dengan adanya percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena

membuka hubungan komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan

informasi.

b. Sikap suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam

komunikasi, seseorang bersikap defensif apabila tidak menerima, tidak jujur,

tidak empatis. Dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal.

c. Sikap terbuka (open mindedness)

Dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong

timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan yang paling penting yaitu

saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.

Dapat dikatakan bahwa komunikasi orang tua dan anak bersifat dua arah,

disertai dengan pemahaman bersama terhadap suatu hal dan setiap pihak berhak

menyampaikan pendapat perasaan, pikiran, informasi ataupun nasehat, sehingga

menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang lebih

baik.

(23)

 

Monks, dkk (1994, 269-271) mengatakan bahwa kualitas hubungan

dengan orang tua memegang peranan yang penting. Adanya komunikasi antara

orang tua dan anak pada masa remaja akan menimbulkan kedekatan. Hubungan

antara ibu dan anak lebih dekat dari pada antara ayah dan anak. Komunikasi

dengan ibu meliputi permasalahan sehari-hari, sedangkan komunikasi dengan

ayah meliputi persiapan remaja hidup dalam masyarakat.

Komunikasi merupakan sebuah kata yang abstrak dan memiliki sejumlah

arti. Kata “komunikasi” berasal dari bahasa latin yaitu communis, yang berarti

“sama” atau communicare yang berarti “membuat sama” (Mulyana, 2001: 41).

Demikian pula pakar komunikasi mencoba untuk mendefinisikan komunikasi,

diantaranya adalah (Effendi, 2000:10)

Harrold Lasswell (Pakar Ilmu Komunikasi) menyatakan bahwa cara yang

baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagi berikut

“Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect” (komunikasi

adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui

media yang menimbulkan efek tertentu). Carl L Hovland menyatakan:

“Communication is the process to modify the behavior of other individuals”

(komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain).

2.1.2 Komunikasi Interpersonal

Definisi komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah

proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang, atau diantara

(24)

15   

seketika. Selain itu, komunikasi antarpribadi juga didefinisikan sebagai

komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang

terlihat jelas diantara mereka, misalnya: percakapan guru dengan murid dan lain

sebagainya. Dalam definisi ini setiap komponen baru dipandang dan dijelaskan

sebagai bahan-bahan yang terintegrasi dalam tindakan komunikasi antarpribadi

(Devito, 2007:5)

Para ahli komunikasi mendefinisikan komunikais interpersonal secara

berbeda-beda, dan berikut tiga sudut pandang definisi utama, diantaranya :

1. Berdasarkan Komponen

Komunikasi interpersonal didefinisikan dengan mengamati

komponen-komponen utamanya, yaitu mulai dari penyampaian pesan oleh satu orang dan

penerima pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai

dampak hingga peluang untuk memberikan umpan balik.

2. Berdasarkan Hubungan Diadik

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua

orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas. Sebagai contoh

komunikasi interpersonal antara anak dengan orang tua, guru dengan murid,

dan lain-lain. Definisi ini disebut juga definisi diadik, yang menjelaskan bahwa

selalu ada hubungan tertentu yang terjadi antara dua orang.

3. Berdasarkan Pengembangan

Komunikasi interpersonal dilihat sebagai akhir perkembangan dari komunikan

yang bersifat tak pribadi (impersonal) menjadi komunikasi yang lebih intim

(Devito, 1997: 231)

(25)

 

Ketiga definisi membantu dalam menjelaskan yang dimaksud dengan

komunikasi interpersonal dan bagaimana komunikasi tersebut berkembang, bahwa

komunikasi interpersonal dapat berubah apabila mengalami suatu perkembangan.

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua

orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.

Dalam komunikasi antarpribadi dapat dilihat adanya umpan balik seketika

karena proses komunikasinya dilakukan dengan bertatap muka, sehingga dalam

komunikasi antarpribadi ini juga harus diperhatikan mengenai umpan balik yang

akan terjadi; seperti yang telah dijelaskan oleh teori atribusi bahwa pihak yang

memulai komunikasi antarpribadi harus mempunyai kemampuan untuk

memprediksi perilaku atau umpan balik yang akan terjadi, karena kualitas dan

komunikasi dapat dililhat dalam bagaimana proses yang terjadi dapat

menimbulkan umpan balik yang posotif atau juga dapat juga disebut dalam istilah

“how to communicate”.

Adapun fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan

hubungan insani (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik

pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan

pangalaman orang lain.

Komunikasi antarpribadi, dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan di

antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang

bisa memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidupnya kerna memiliki banyak

sahabat. Melalui komunikasi anatarpribadi, juga kita dapat berusaha membina

(26)

konflik-17   

konflik di antara kita, apakah dengan tetangga, teman kantor, atau dengan orang

lain.

Lebih khususnya dalam komunikasi antarpribadi arus komunikasi yang

terjadi adalah sirkuler atau berputar, artinya setiap individu mempunyai

kesempatan yang sama untuk menjadi komunikator dan komunikan dalam proses

komunikasi. Karena dalam komunikasi antarpribadi efek atau umpan balik dapat

terjadi seketika. Untuk dapat mengatahui komponen-komponen yang terlibat

dalam komunikasi antarpribadi dapat dijelaskan melalui gambar berikut :

      Bidang pengalaman 

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa komponen-komponen komunikasi

antarpribadi adalah sebagai berikut (Devito, 2007:10) :   EFEK 

     Pengirim ‐ Penerima       Encoding ‐ Decoding 

Pengirim‐Penerima 

  Gangguan  Pesan‐pesan

(27)

 

1. Pengirim-Penerima

Komunikasi antarpribadi paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang

terlibat dalam komunikasi antarpribadi memfokuskan dan mengirimkan

pesan dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan. Istilah

pengirim-penerima ini digunakan untuk menekankan bahwa fungsi

pengirim dan penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat

dalam komunikasi antarpribadi. Contoh: komunikasi antar orangtua dan

anak, guru dengan murid dan sebagainya.

2. Encoding-Decoding

Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan-pesan yang

akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan

menggunakan kata-kata, simbol dan sebagainya. Sebaliknya, tindakan

untuk menginterpretasikan dan memahami pesan-pesan yang diterima,

disebut decoding. Dalam komunikasi antarpribadi, karena pengirim juga

bertindak sekaligus sebagai penerima, maka fungsi encoding-decoding

dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi.

Contoh : penggunaan bahasa daerah.

3. Pesan-pesan

Dalam komunikasi antarpribadi, pesan-pesan ini bisa berbentuk verbal

(seperti kata-kata) atau non verbal (gerak tubuh, simbol) atau gabungan

(28)

19   

4. Saluran

Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan antara

pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi

persoanal baik yang bersifat langsung perorangan maupun kelompok

lebih persuasif dibandingkan dengan saluran media massa.

Hal ini disebabkan karena, pertama, penyampaian pesan melalui saluran

komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung kepada khalayak

yang dituju, bersifat pribadi dan manusiawi. Kedua, penyampaian melalui

komunikasi personal dapat dilakukan secara rinci dan lebih fleksibel

dengan kondisi nyata khalayak. Ketiga, keterlibatan khalayak dalam

komunikasi cukup tinggi. Keempat, pihak komunikator atau sumber dapat

langsung mengetahui reaksi, umpan balik dan tanggapandari pihak

khalayak atas isi pesan yang disampaikannya. Kelima, pihak komunikator

atau sumber dapat dengan segera memberikan penjelasan apabila terdapat

kesalahpahaman atau kesalahan persepsi dari pihak khalayak atas pesan

yang disampaikannya. Contoh dalam komunikasi antarpribadi kita

berbicara dan mendengarkan (saluran tentang indera pendengar melalui

suara). Isyarat visual atau sesuatu yang tampak (seperti gerak tubuh,

wajah, dan lain sebagainya).

5. Gangguan atau Noise

Seringkali pesan-pesan yang dikirim berbeda dengan pesan yang diterima.

Hal ini dapat terjadi karena gangguan saat berlangsungnya komunikasi,

yang terdiri dari :

(29)

 

a. Gangguan Fisik

Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi fisik

pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak dan sebagainya.

b. Gangguan Psikologis

Gangguan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian

subyektif diantara orang yang terlibat dalam komunikasi seperti: emosi,

perbedaan nilai-nilai, sikap dan sebagainya.

c. Gangguan Simatik

Gangguan ini terjadi karena kata-kata atau simbol yang digunakan

dalam komunikasi, sering kali memiliki arti ganda, sehingga

menyebabkan penerima gagal dalam menangkap dari maksud-maksud

pesan yang disampaikan. contoh: perbedaan bahasa yang digunakan

dalam berkomunikasi.

6. Umpan balik

Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses

komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus

menerus dan bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara

baik secara verbal maupun nonverbal. Umpan balik ini bersifat positif

apabila dirasa saling menguntungkan. Bersifat netral apabila tidak

(30)

21   

7. Konteks

Komunikasi selalu terjadi dalam sebuah konteks yang mempengaruhi isi,

bentuk dan pesan yang disampaikan. ada 2 dimensi konteks dalam

komunikasi antarpribadi, yaitu :

a. Dimensi Fisik, mencakup tempat dimana komunikasi berlangsung,

misalnya komunikasi antar guru dengan murid di dalam kelas. Kelas

disini berperan sebagai dimensi fisik.

b. Dimensi Sosial Psikologis, mencakup hubungan yang memperhatikan

masalah status, peranan yang dimainkan, norma-norma kelompok

masyarakat, keakraban, formalitas dan sebagainya.

8. Bidang pengalaman

Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam

komunikasi antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku

yang terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang

sama.

9. Efek

Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi

antarpribadi dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku,

kepercayaan dan opini komunikan. Hal ini disebabkan komunikasi

dilakukan dengan tatap muka. (Devito, 2007:10)

(31)

 

2.1.3 Pengertian Keluarga

Menurut Sigelman dan Shafler (dalam yusuf, 2001: 36), bahwa keluarga

unit terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap di dunia

(universe) atau suatu sistem sosial yang terpancang (terbentuk) dalam sistem yang

lebih besar. Ada dua macam keluarga atau yang terdiri dari ayah, ibu dan

anak-anak yang belum dewasa atau belum kawin. Sedangkan keluarga luas adalah

satuan keluarga yang meliputi lebih dari satru generasi dan lingkungan kaum

keluarga yang lebih luas dari pada ayah, ibu dan anak-anak.

Kegiatan komunikasi keluarga biasanya berlangsung secara tatap muka

dan menggunakan adanya dialog antar angota-anggota dalam keluarga dan

idealnya bersifat akrab dan terbuka (Praktikno, 1987:23). Suatu proses

komunikasi akan berjalan dengan baik apabila terdapat Overlaping of Interest

dituntut adanya persamaan dalam frame of Reference, yang menunjukkan pada

pengetahuan latar belakang, budaya dan kepentingan (Sendjaja, 1999; 33).

Dengan adanya kesamaan pandangan akan timbul pemahaman antar orang tua

sehingga orang tu a saling terbuka berterus ternag dalam membicarakan masalah

yang sedang dihadapi. (Conger, 1997; 234). Keterbukaan komunikasi antar orang

tua sangat diperlukan dalam proses sosialisasi dan bermanfaat dalam

menghindarkan konflik yang terjadi sehingga dengan adanya komunikasi antar

orang tua maka madsalah yang terjadi dapat terselesaikan.(Gunarsa, 2000;206)

Dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang menjalankan

fungsi-fungsi keteladanan. Apapun yang diucapkan harus selaras orang tua menjadi

(32)

23   

bagi anak-anaknya kelak (AL-FALAH, edisi 237). Dapat juga dikatakan orang tua

lengkap merupakan keutuhan suatu keluarga, adanya ayah dan ibu (Gerungan,

2002;185). Orang tua menjadi teladan anak-anaknya, oleh karena itu dari

masing-masing. Dari masing-masing sifat tersebut disajikan satu dalam ikatan pernikahan,

yang bertujuan mendapatkan suatu keturunan. Orang tua merupakan inti dari

suatu keluarga, orang tua menjadi fasilitator anak-anaknya di rumah sebab

keluarga merupakan tempat peletakan dasar-dasar kepribadian anak selanjutnya.

Oleh karena itu orang tua terkadang tidak mengetahui maksud dan keinginan anak

sebenarnya, mereka (orang tua) hanya ingin di dengar, hanya ingin dituruti dan di

taati tetapi pada dasarnya tugas utama orang tua dalam keluarga menjadi

fasilitator langsung dan sahabat anaka-anak. Orang tua menjadi fasilitator wajib

menciptakan iklim demokrasi, pengertian dan kestabilan emosi (Mutiarsih dan

Atmojo, 2007;86-88)

2.1.4 Fungsi Keluarga

Yusuf (2001: 39) menyebutkan beberapa fungsi keluarga dari sudut

pandang sosiologi, fungsi keluarga dapat di klasifikasi kedalam fungsi-fungsi

berikut :

1. Fungsi Biologis

Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalita,

kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi; (a)

pangan, sandang, papan, (b) hubungan sexual suami istri dan (c) reproduksi

atau pengembangan keturunan.

(33)

 

2. Fungsi Ekonomis

Keluarga merupakan unit ekonomi dasar dalam sebagian besar masyarakat

primitif. Para anggota kelurga bekerja sama sebagai tim untuk menghasilkan

sesuatu.

3. Fungsi Pendidikan (Educatif)

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak.

Keluarga berfungsi sebagai “transmitter budaya atau mediator” sosial budaya

bagi anak. Fungsi keluarga dalam pendidikan adalah menyangkut penanaman,

pembimbingan atau pembiasan nilai-nilai agama, budaya dan

ketrampilan-ketrampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak.

4. Fungsi Sosialisasi

Lingkungan keluarga merupakan faktor penentuan (determinant factor) yang

sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang, Keluarga berfungsi

sebagai miniatur masyarakat yang harus dilaksanakan oleh para anggotanya.

Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi perkembangan kemampuan

anak untuk menaati peraturan (disiplin), mau berkerjasama dengan orang lain,

bersikap toleransi, menghargai pendapat gagasan orang lain, mau bertanggung

jawab dan bersikap matang dalam kehidupan heterogen (etnis, ras, agama,

budaya)

5. Fungsi Perlindungan (protektif)

Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota keluarganya dari

gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkn ketidaknyamanan (fisik

(34)

25   

6. Fungsi Rekreatif

Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan kenyamanan,

keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya. Maka dari itu,

keluarga harus ditata sedemikian rupa, seperti menyangkut aspek dekorasi

interior rumah, komunikasi yang tidak kaku, makan bersama, bercengkraman

dengan penuh suasana humor dam sebagainya.

7. Fungsi Agama (religious)

Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai-nilai agama kepada anak agar

mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Keluarga berkewajiban

mengajar, membimbing atau membiasakan anggota keluarga yang memiliki

keyakinan yang kuat terhadap tuhan yang memiliki mental yang sehat, yakni

mereka terhindar dari beban-beban psikologi dan mampu menyesuikan dirinya

secara harmonis dengan orang lain, serta berpartisipasi aktif dalam

memberikan kontribusi secara konstruktif terhadap kemajuan serta

kesejahteraan masyarakat.

2.1.5 Kualitas Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga

Dalam komunikasi dikenaldengan istilah interpersonal communication

atau komunikasi interpersonal adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan

pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil dengan beberapa efek dan

umpan balik seketika. Komunikasi ini dianggap efektif dalam hal upaya untuk

mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis,

berlangsung selama tatap muka (face to face) dan menujukan suatu interaksi

(35)

 

sehingga terjadi kontak pribadi atau personal contac (Effendy, 2002;8). Dengan

demikian mereka terlibat dalam komunikasi ini masing-masing menjadi

pembicara dan pendengar. Nampaknya ada upaya terjadinya pengertian bersama

dan empati. Disini terjadi rasa saling menghormati berdasarkan anggapan bahwa

masing-masing adalah manusia utuh yang wajib, berhak dan pantas untuk dihargai

dan dihormati sebagai manusia.

Dalam proses komunikasi interpersonal, ketika pesan disampaikan, umpan

balikpun terjadi saat itu juga (immediated feedback) sehingga komunikator tahu

bagaimana reaksi komunikan terhadap pesan yang di sampaikannya (Effendy,

2003;15)

Umpan balik itu sendiri memainkan peranan dalam proses komunikasi, sebab

ia memainkan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang

dilancarkan oleh komunikator, selain itu umpan balik dapat memberikan

komunikator bahan informasi bahwa sumbangan-sumbangan pesan mereka yang

disampaikan menarik atau tidak bagi komunikan (Effendy, 2003:14). Umpan

balik dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Umpan balik dikatakan

bersifat positif ketika respon dari komunikan menyenangkan komunikator

sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasi tersebut. Seperti

halnya perselisihan yang terjadi di antara orang tua (suami dan istri), umpan balik

bersifat negatif sehingga komunikan tidak menyenangkan komunikator.

Selain pengelompokan di atas, umpan balik dapat pula dinyatakan secara

(36)

27   

balik verbal adalah tanggapan dan komunikan yang dinyatakan dengan kata-kata,

melainkan hanya berupa isyarat tertentu.

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Keluarga Menurut (Lunandi, 1994:35), faktor-faktor yang mempengaruhi

komunikasi dalam keluarga adalah sebagai berikut:

a. Citra diri

Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungan dengan orang lain di

lingkungan. Melalui komunikasi dengan orang lain seseorang akan

mengetahui apakah dirinya dibenci, dicinta, dihormati, diremehkan, dihargai

atau direndahkan.

b. Lingkungan fisik

Perbedaan tempat akan mempengaruhi pola komunikasi yang dilakukan cara

untuk menyampaikan pesan, isi, informasi disesuaikan dengan tempat dimana

komunikasi itu dilakukan karena setiap tempat mempunyai aturan, norma atau

nilainilai sendiri.

c. Lingkungan sosial

Penting untuk dipahami, sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi

dalam keluarga memiliki kepekaan terhadap lingkungan sosial. Lingkungan

sosial dapat berupa lingkungan masyarakat, lingkungan kerja, dan lingkungan

keluarga.

(37)

 

Ciri-ciri Komunikasi

Menurut Kumar (Widjaya, 1987:39) ciri-ciri komunikasi adalah sebagai

berikut:

a. Keterbukaan (openess)

Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk

terbuka dengan orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi

dalam komunikasi memungkinkan perilakunya dapat memberikan

tanggapan secara jelas terhadap segala pikiran dan perasaan yang

diungkapkannya.

b. Empati (Empathy)

Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang

dirasakan orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan

ataupun tanggapan orang tersebut.

c. Dukungan

Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam

melakukan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini

lebih diharapkan dari orang terdekat yaitu, keluarga.

d. Perasaan Positif (Positiveness)

Perasaan yaitu dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa

yang sudah dikatakan orang lain terhadap dirinya.

e. Kesamaan (Equality)

Kesamaan adalah sejauh mana antara pembicara sebagai pengirim pesan

(38)

29   

dan pesan komunikasi. Dengan kata lain kesamaan disini dimaksudkan

individu mempunyai kesamaan dengan orang lain dalam hal berbicara dan

mendengarkan.

2.1.7 Bentuk-bentuk Komunikasi Dalam Keluarga

Bentuk – bentuk komunikasi dalam keluarga menurut Pratikto (dalam

Prasetyo, dkk. 2000: 22)

a. Komunikasi orang tua yaitu suami-istri

Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada

peran penting suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga.

Keluarga dengan anggota keluarga (ayah, ibu, anak).

b. Komunikasi orang tua dan anak

Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan

keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak.

Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah,

disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara

orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi

atau nasehat. Oleh karena itu hubungan yang terjalin dapat menimbulkan

kesenangan yang berpengaruh pada hubungan yang lebih baik. Hubungan

komunikasi yang efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan,

empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang tua dan anak.

(39)

 

c. Komunikasi ayah dan anak

Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak. Peran

ayah dalam memberi informasi dan mengarahkan pada hal pengambilan

keputusan pada anak yang peran komunikasinya cenderung meminta dan

menerima. Misal, memilih sekolah. Komunikasi ibu dan anak Lebih

bersifat pengasuhan kecenderungan anak untuk berhubungan dengan ibu

jika anak merasa kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih menonjol.

d. Komunikasi anak dan anak yang lainnya Komunikasi ini terjadi antara

anak 1 dengan anak yang lain. Dimana anak yang lebih tua lebih berperan

sebagai pembimbing dari pada anak yang masih muda.Biasanya

dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.

Komunikasi keluarga penting dalam membentuk suatu keluarga yang

harmonis, dimana untuk mencapai keluarga yang harmonis, semua anggota

keluarga harus didorong untuk ambil bagian dalam percakapan

mengemukakan pendapat, gagasan, serta menceritakan

pengalaman-pengalaman. Komunikasi orang tua dan anak adalah suatu proses hubungan

antara orang tua yaitu ibu dan ayah dan anak yang merupakan jalinan yang

mampu memberi rasa aman bagi anak melalui suatu hubungan yang

memungkinkan keduanya untuk saling berkomunikasi sehingga adanya

keterbukaan, percaya diri dalam menghadapi masalah. Komunikasi antara

orang tua dan anak dalam keluarga merupakan interaksi yang terjadi antara

(40)

31   

2.1.8 Pengertian Pola Komunikasi

Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang

atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat, sehingga

pesan yang dimaksud dapat dipahami.(Djamarah, 2004:1)

Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang

berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang mempunyai

arah hubungan yang berlainan. (Soenarto, 2006:1)

Tubbs dan Moss mengatakan bahwa pola komunikasi atau hubungan itu

dapat diciptakan oleh komplementaris atau simetri. Dalam hubunngan

komplementer, satu bentuk perilaku akan diikuti oleh lawannya. Contohnya

perilaku dominan dari satu partisipan mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya.

Dalam simetri, tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan.

Dominasi bertemu dengan dominasi, atau kepatuhan dengan kepatuhan (Tubbs

dan Moss, 2001:26). Disini kita mulai melibatkan bagaimana proses interaksi

menciptakan struktur system. Bagaimana orang merespon satu sama lain

menentukan jenis hubungan yang mereka miliki.

Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola

hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengriman dan penerimaan

pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana yang

meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas, dengan komponen-komponen yang

merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia

atau kelompok dan organisasi.

(41)

 

Terdapat 4 pola komunikasi suami dan istri menurut Joseph A Devito (2007 :

277-278) mempunyai empat dasar pola komunikasi akan diperkenalkan dan tiap

hubungan perorangan akan menunjukkan sebagai suatu perubahan pada satu dari

pola dasar adalah :

1. Pola Keseimbangan

Pola keseimbangan ini lebih terlihat pada teori daripada prakteknya, tetapi ini

merupakan awal yang bagus untuk melihat komunikasi pada hubungan yang

penting. Pada pola komunikasi keseimbangan ini masing-masing suami istri

membagi sama dalam berkomunikasi. Komunikasi yang terjalin antara suami

dan istri sangat terbuka, jujur, langsung dan bebas. Tidak ada pemimpin atau

pengikut, melainkan suami istri sama kedudukannya.

2. Pola Keseimbangan terbalik

Dalam pola keseimbangan terbalik, masing-masing anggota keluarga (suami

istri) mempunyai otoritas diatas daerah atau wewenang yang berbeda

masing-masing. Suami istri adalah sebagai pembuat keputusan konflik yang terjadi

antara keduanya (suami dan istri), dianggap bukan ancaman oleh si suami

atau istri, karena keduanya memiliki keahlian sendiri-sendiri untuk

menyelesaikannya.

3. Pola Pemisah Tidak Seimbang

Dalam hubungan terpisah yang tidak seimbang, satu orang dalam keluarga (si

suami atau si istri) mendominasi. Maka dari itu, satu orang ini secara teratur

mengendalikan hubungan dan hampir tidak pernah meminta pendapat antara

(42)

33   

suami atau si istri) yang dikendalikan membiarkannya untuk memenangkan

argumentasi ataupun membuat keputusan.

4. Pola Monopoli

Dalam pola monopoli ini, si suami atau si istri sama-sama menganggap

dirinya sebagai penguasa. Keduanya (suami istri) lebih suka memberi nasehat

daripada berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat. Konflik sering

terjadi dalam keluarga (suami istri) yang menganut pola komunikasi ini

sehingga karena tidak bisa bebas untuk berpendapat.

Menurut Hastuti (dalam Kartono, 1994:154), akibat dari pola komunikasi ini

adalah :

a. Pikiran anak akan berkembang karena anak dapat mengungkapkan isi

hatinya atau pikirannya dan dapat mengemukakan usul-usul serta

berpendapat berdasarkan penalarannya.

b. Orang tua atau anggota keluarga lainnya akan mengetahui dan

mengikuti perkembangan jalan pikiran anak dan perasaan anak

selanjutnya.

2.1.9 Pengertian Gizi Buruk

   Gizi buruk adalah kurang gizi yang disebabkan keran kekurangan asupan energi  dan protein, juga mikro nutrient dalam jangka waktu lama. Anak disebut gizi buruk  apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama tiga bulan berturut‐turut tidak  naik timbangannya) dan tidak disertai tanda‐tanda bahaya. (www.yahoo.com, diakses 7  April 2010) 

(43)

 

  Secara langsung masalah gizi buruk dipengaruhi oleh ketidakcukupan

asupan makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh

ketersediaan pangan tingkat rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan,

pola asuh yang tidak memadai. Lebih lanjut masalah gizi buruk disebabkan oleh

kemiskinan, pendidikan rendah, kesempatan kerja. Oleh karena itu keadaan gizi

masyarakat merupakan manifestasi keadaan kesejahteraan rakyat.

Beberapa Penyebab Gizi Buruk :

 Balita tidak mendapat ASI Eksklusif atau mendapat makanan selain ASI

sebelum umur enam bulan.

 Anak balita disapih sebelum umur dua tahun

Anak balita tidak mendapat makanan pendamping ASI pada umur enam bulan

atau lebih.

 Makanan pendamping ASI kurang dan tidak bergizi.

 Setelah umur enam bulan balita jarang disusui

 Balita menderita sakit dalam waktu yang lama seperti diare, campak, TBC,

Batuk pilek.

 Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

Akibat Gizi Buruk :

 Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tenaga

kesehatan.

 Tidak cerdas/bodoh

 Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak yang normal

(44)

35   

Jajan atau penganan merupakan suatu kebiasaan (habit) yang merupakan

suatu hasil belajar, yang artinya masih bisa dimodifikasi. Bagi anak, kegiatan

jajan merupakan pengalaman yang menyenangkan. Kadang kala jajan untuk anak

merupakan suatu bentuk perlawanan terhadap orangtua, atau sebagai "lambang

pergaulan" bersama teman-teman sebayanya, atau untuk "membeli" pertemanan.

Padahal, kebiasaan jajan pada anak bisa berpengaruh terhadap gizi buruk. Karena

ini berarti si kecil memiliki kekuasaan untuk memutuskan apa yang ingin ia

makan. Padahal, apa yang ingin ia makan tidak selalu bagus untuk tubuhnya.

Jajan yang dibeli oleh anak sekarang banyak yang mengandung bahan kimia

seprti pewarna tekstil.

2.2 Kerangka Berpikir 

Keberadaan orang tua sangatlah penting bagi pertumbuhan anak,

pengetahuan akan pentingnya gizi juga sangat penting bagi orang tua karena

orang tualah yang mengasuh anak-anaknya. Kurangnya pengalaman orang tua

mengenai gizi pada anak akan berdampak sangat besar terhadap pola asuh anak

karena orang tua tidak mempunyai pengalaman, ketrampilan dalam mengasuh

anak, sehingga banyak kita jumpai banyak anak kurang gizi. Komunikasi orang

tua sangatlah penting, orang tua harus pandai-pandai berkomunikasi dengan anak

sehingga anak tidak sulit makan, cerewet, atau takut pada orang tua yang

diakibatkan kurang bagusnya komunikasi ibu dengan anak.

(45)

 

Dari kerangka diatas, maka peneliti bermaksud ingin mengetahui pola

komunikasi orang tua yang memiliki anak kurang gizi sehingga diharapkan dapat

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional

3.1.1 Pengertian Pola Komunikasi

        Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang

atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat, sehingga

pesan yang dimaksud dapat dipahami.(Djamarah, 2004:1)

Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang

berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang mempunyai

arah hubungan yang berlainan. (Soenarto, 2006:1)

Tubbs dan Moss mengatakan bahwa pola komunikasi atau hubungan itu

dapat diciptakan oleh komplementaris atau simetri. Dalam hubunngan

komplementer, satu bentuk perilaku akan diikuti oleh lawannya. Contohnya

perilaku dominan dari satu partisipan mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya.

Dalam simetri, tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan.

Dominasi bertemu dengan dominasi, atau kepatuhan dengan kepatuhan (Tubbs

dan Moss, 2001:26). Disini kita mulai melibatkan bagaimana proses interaksi

menciptakan struktur system. Bagaimana orang merespon satu sama lain

menentukan jenis hubungan yang mereka miliki.

Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau

pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengriman dan

penerimaan pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana

(47)

yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas, dengan komponen-komponen

yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar

manusia atau kelompok dan organisasi.

Terdapat 4 pola komunikasi suami dan istri menurut Joseph A Devito (2007 :

277-278) mempunyai empat dasar pola komunikasi akan diperkenalkan dan tiap

hubungan perorangan akan menunjukkan sebagai suatu perubahan pada satu dari

pola dasar adalah :

1. Pola Keseimbangan

Pola keseimbangan ini lebih terlihat pada teori daripada prakteknya, tetapi ini

merupakan awal yang bagus untuk melihat komunikasi pada hubungan yang

penting. Pada pola komunikasi keseimbangan ini masing-masing suami istri

membagi sama dalam berkomunikasi. Komunikasi yang terjalin antara suami

dan istri sangat terbuka, jujur, langsung dan bebas. Tidak ada pemimpin atau

pengikut, melainkan suami istri sama kedudukannya.

2. Pola Keseimbangan terbalik

Dalam pola keseimbangan terbalik, masing-masing anggota keluarga (suami

istri) mempunyai otoritas diatas daerah atau wewenang yang berbeda

masing-masing. Suami istri adalah sebagai pembuat keputusan konflik yang terjadi

antara keduanya (suami dan istri), dianggap bukan ancaman oleh si suami

atau istri, karena keduanya memiliki keahlian sendiri-sendiri untuk

(48)

39

3. Pola Pemisah Tidak Seimbang

Dalam hubungan terpisah yang tidak seimbang, satu orang dalam keluarga (si

suami atau si istri) mendominasi. Maka dari itu, satu orang ini secara teratur

mengendalikan hubungan dan hampir tidak pernah meminta pendapat antara

kedua belah pihak (si suami atau si istri). Sedangkan anggota keluarga (si

suami atau si istri) ysng dikendalikan membiarkannya untuk memenangkan

argumentasi ataupun membuat keputusan.

4. Pola Monopoli

Dalam pola monopoli ini, si suami atau si istri sama-sama menganggap

dirinya sebagai penguasa. Keduanya (suami istri) lebih suka memberi nasehat

daripada berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat. Konflik sering

terjadi dalam keluarga (suami istri) yang menganut pola komunikasi ini

sehingga karena tidak bisa bebas untuk berpendapat.

Menurut Hastuti (dalam Kartono, 1994:154), akibat dari pola komunikasi ini

adalah :

a. Pikiran anak akan berkembang karena anak dapat mengungkapkan isi

hatinya atau pikirannya dan dapat mengemukakan usul-usul serta

berpendapat berdasarkan penalarannya.

b. Orang tua atau anggota keluarga lainnya akan mengetahui dan

mengikuti perkembangan jalan pikiran anak dan perasaan anak

(49)

3.1.2 Pengertian Gizi Buruk

Gizi buruk adalah kurang gizi yang disebabkan keran kekurangan asupan

energi dan protein, juga mikro nutrient dalam jangka waktu lama. Anak disebut

gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama tiga bulan

berturut-turut tidak naik timbangannya) dan tidak disertai tanda-tanda bahaya.

(www.yahoo.com, diakses 7 April 2010)

Secara langsung masalah gizi buruk dipengaruhi oleh ketidakcukupan

asupan makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh

ketersediaan pangan tingkat rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan,

pola asuh yang tidak memadai. Lebih lanjut masalah gizi buruk disebabkan oleh

kemiskinan, pendidikan rendah, kesempatan kerja. Oleh karena itu keadaan gizi

masyarakat merupakan manifestasi keadaan kesejahteraan rakyat.

Beberapa Penyebab Gizi Buruk :

 Balita tidak mendapat ASI Eksklusif atau mendapat makanan selain ASI

sebelum umur enam bulan.

 Anak balita disapih sebelum umur dua tahun

Anak balita tidak mendapat makanan pendamping ASI pada umur enam bulan

atau lebih.

 Makanan pendamping ASI kurang dan tidak bergizi.

 Setelah umur enam bulan balita jarang disusui

 Balita menderita sakit dalam waktu yang lama seperti diare, campak, TBC,

Batuk pilek.

(50)

41

Akibat Gizi Buruk :

 Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tenaga

kesehatan.

 Tidak cerdas/bodoh

 Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak yang normal

 Sering sakit infeksi seperti batuk, pilek, diare, TBC dan lain lain

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah penelitian

kualitatif, penelitian ini dikembangkan untuk mengkaji kehidupan manusia dalam

kasus – kasus terbatas, atau bersifat kasuistik namun mandalam ( in depth ) dan

total/ menyeluruh (holistic), penggunaan penelitian jenis ini diperkirakan akan

mempermudah peneliti untuk dapat menerangkan data atau informasi yang

didapat sesuai dengan pernyataan – pernyataan apa adanya dari informasi

penelitian. (Bungin, Irianto, 2006:173)

Fokus penelitian ini dibutuhkan dalam membantu secara tepat di dalam

penentuan agar sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian, agar penelitian yang

dilakukan akan terarah dan berhasil dengan baik. Penelitian yang hendak

dilakukan ini lebih difokuskan pada persoalan– persoalan khususnya adalah fokus

pada masalah pola komunikasi orang tua yang mempunyai anak kurang gizi.

3.3 Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini akan lebih ditekankan pada pola komunikasi dan pola

(51)

dan ibu dalam keluarga menentukan konsep hubungan antara keduanya dan

membawa dampak didalam perubahan perilaku dan pemenuhan kebutuhannya.

Hal ini dapat diamati dalam bentuk- pola komunikiasi ibu dan anak yang mampu

memberikan komunikasi kepada anak-anaknya. Tentang bagaimana pentingnya

komunikasi orang tua dan anak tentang pentingnya gizi bagi pertumbuhan anak .

3.4 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya. Lokasi

penelitian di daerah tersebut yaitu: Kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng,

dipilih karena merupakan daerah paling banyak ditemukan kasus gizi buruk. Di

daerah kedinding kasus gizi buruk mencapai 60% sedangkan di daerah Bulak

Banteng mencapai 40%. Penelitian lebih mengutamakan pada orang tua yang

mempunyai anak kurang gizi. (Jawa Pos, 28 November 2009)

3.5 Unit Analisis

3.5.1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah orang tua yang mempunyai anak berusia 1

sampai dengan 5 tahun, baik laki-laki atau perempuan yang bertempat tinggal di

Kecamatan Kenjeran, penelitian memilih anak-anak 1 sampai dengan 5 tahun

karena pada usia ini anak dalam masa pertumbuhan. Alasan peneliti memilih

(52)

43

3.6 Teknik Pengumpulan Data 3.6.1 Data Sekunder

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak

langsung, melalui perantara atau lembaga yang lainnya (Ruslan, 2003 : 138) data

skunder yang berkaitan dengan gizi buruk pada anak. Data sekunder ini sangat

diperlukan untuk mencari informasi berkaitan dengan jumlah anak gizi buruk,

sebab-sebab gizi buruk, usia gizi buruk,. Dengan diperolehnya informasi

pendahuluan ini maka akan dapat ditentukan subyek penelitian yang tepat.

Sedangkan yang menjadi subyek penelitian ini adalah para orang tua yang

memiliki anak gizi buruk.

3.6.2 Data Primer

Data primer adalah data diperoleh secara langsung dari tempat

penelitian (dari sumbernya) dan diolah sendiri oleh lembaga yang bersangkutan

untuk dimanfaatkan (Ruslan, 2003:138). Data primer dalam penelitian ini

diperoleh dari hasil wawancara mendalam (depth interview) dan metode

observasi (pengamatan).

Depth interview (wawancara mendalam) adalah pengumpulan data

dengan mengadakan tanya jawab kepada orang yang berkaitan dengan

penelitian. Teknik wawancara yang digunakan adalah kegiatan wawancara yang

dilakukan secara langsung yang tidak terstruktur dimana informan diperlakukan

secara pribadi, sehingga memungkinkan informan mengungkapkan opininya

(53)

3.6.3 Melakukan Wawancara Mendalam

Teknik wawancara mendalam dipakai untuk memperoleh data karena

teknik ini sangat tepat untuk memperoleh data yang berkaitan dengan perilaku

orang tua, motivasi, perasaan, perilaku dan sebagainya ( Irianto,2001) Dalam

penelitian ini wawancara mendalam kepada orang tua yang memiliki anak gizi

buruk dilakukan dengan maksud untuk menggali informasi secara mendalam

dan komprehenship Yang menjadi sumber informasi utama dalam penelitian ini

adalah orang tua yang memiliki anak gizi buruk sebagaimana disebutkan pada

poin di atas. Dari orang tua yang memiliki anak yang mengalami gizi buruk

diharapkan akan diperoleh latar belakang yang mempengaruhi perilaku

kominikasi orang tua terhadap anak gizi buruk diharapkan akan diperoleh

informasi yang mempengaruhi komunikasi orang tua dan anak yang mengalami

gizi buruk

3.7 Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian yang berkaitan dengan pengembangan

perilaku orang tua terhadap anak. Masalah-masalah yang berkaitan dengan

perilaku merupakan masalah yang kompleks yang harus dilihat dari berbagai

sudut pandang. Untuk menganalisis data maka perlu adanya suatu kerangka

yang jelas agar dalam menganalisis data dapat dilakukan dengan sistematis,

komprehenship, holistik dan mendalam. Sehingga dalam menganalisis

fakta-fakta di lapangan diharapkan akan dapat diperoleh jawaban berkaitan dengan

(54)

45

Dalam penelitian ini model analsisis data untuk mengindentifikasi

variabel-variabel yang mempengaruhi komunikasi orang tua maka digunakan kerangka

analisis seperti nampak dalam model. Kerangka analisis berikut ini diharapakan

dapat membantu peneliti untuk memverifikasi, mengklasifikasi dan

mengkategorikan data sehingga dapat diperoleh kesimpulan yang dapat

menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Dengan

menggunakan analsisis model maka diharapkan akan dapat menganalisis data

Gambar

gambar, kaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya dapat dilihat seperti

Referensi

Dokumen terkait

dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain. yang memberikan wewenang dan kewajiban yang ditentukan

This research aims to describe the corporations to take restatement in financial statement such as, corporate governance implementation and size of Audit Firm. Corporate

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan pelayanan prima administrasi kependudukan di Kecamatan Cinambo Kota Bandung (1) Ukuran dan tujuan

Torsi adalah ukuran kemampuan mesin untuk melakukan kerja, jadi torsi adalah suatu energi. Besaran torsi adalah besaran turunan yang biasa digunakan untuk menghitung

Kompensasi yang memadai yang diberikan oleh perusahaan diharapkan dapat meningkatkan etos kerja yang tinggi sehingga dapat menghasilkan kinerja unggul yang dapat

berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan pada penelitian ini tidak menguji Dividen Per Share dan NPM secara simultan maupun

Nietzsche melihat manusia sebagai makhluk yang harus terus menerus bereksistensi, yaitu manusia yang memiliki cita-cita yang tinggi untuk menjadi “Manusia Super” ( Über- Mensch )

Algoritme tersebut dinilai cukup baik jika diterapkan dalam query expansion , karena hasil pencarian dari query asli yang dikombinasikan dengan query tambahan akan