Strategi dan perencanaan program disusun berdasarkan permasalahan- permasalahan yang muncul pada perempuan pengusaha dan potensi yang dimiliki oleh perempuan pengusaha. Program disusun oleh perempuan pengusaha berdasarkan kebutuhan prioritas dari perempuan pengusaha tersebut. Agar program yang disusun dapat berkelanjutan maka perempuan pengusaha dilibatkan dalam perencanaan program.
Data mengenai permasalahan dan potensi perempuan pengusaha diperoleh berdasarkan wawancara mendalam, studi dokumentasi, dan diperkuat melalui diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion / FGD). Pada tahap wawancara mendalam dan studi dokumentasi dilakukan inventarisasi permasalahan dari perempuan pengusaha dan potensi yang dimiliki oleh perempuan pengusaha. Kemudian pada tahap diskusi kelompok terfokus inventarisasi permasalahan difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan peran gender.
8.1 Permasalahan, Potensi, dan Alternatif Pemecahan Masalah
Untuk mengetahui permasalahan umum yang dihadapi oleh perempuan pengusaha terkait dengan pengembangan kapasitas dan potensi yang dimiliki oleh perempuan pengusaha dapat digunakan alat analisis SWOT. Melalui analisis SWOT dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari perempuan pengusaha secara umum.
Tabel 8.1 Analisis SWOT
1.1. Lokasi kawasan berada pada pusat bisnis dan perdagangan Kiaracondong dan dapat dilalui oleh kendaraan umum
1.2. Lokasi kawasan membentang sepanjang jalan Binongjati sehingga mempermudah penataan kawasan
1. Kekuatan
1.3. Usaha perempuan pengusaha di Binongjati sudah berlangsung sangat lama dan mampu bertahan pada kondisi
krisis, bahkan jumlah unit usaha dan tenaga kerja mengalami perkembangan yang pesat
1.4. Produk yang dihasilkan dan dijual perempuan pengusaha memiliki kekhasan yaitu hanya rajutan sehingga menjadikan kawasan Binongjati dan perempuan pengusaha mempunyai kekhasan yang dikenal masyarakat di luar kawasan, yaitu sentra rajut
1.5. Konsumen di kawasan adalah pedagang pengecer dan grosiran yang langsung datang secara proaktif ke kawasan sehingga memudahkan pemasaran dan promosi produk 1.6. Persaingan mutu produk, desain, dan harga antar perempuan
pengusaha menuntut perempuan pengusaha untuk lebih kreatif dan meningkatkan daya saing produk
1.7. Sebagian besar perempuan di Binongjati terlibat dalam kegiatan rajutan
1.8. Perempuan pengusaha memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya, khususnya modal dan pelatihan keterampilan 1.9. Perempuan pengusaha memiliki kelembagaan ekonomi yang
berkaitan dengan usaha rajut sebagai sarana komunikasi dan informasi sesama perempuan pengusaha seperti Koperasi 1.10. Perempuan pengusaha memiliki modal sosial yang kuat,
seperti jejaring antar perempuan pengusaha dan perempuan pengusaha dengan pihak lain
1.11. Perempuan pengusaha sudah mulai melakukan pertukaran peran gender dengan pihak lain
2.1. Harga bahan baku mahal yang berdampak pada meningkatnya harga jual
2.2. Kesulitan mencari pasar, saat ini sebagian besar produk terserap oleh Pasar Tanah Abang.
2.3. Jumlah pemasok benang sangat terbatas, hanya sekitar tiga pabrik saja yang memasok benang
2.4. Kualitas dan harga bahan baku sangat ditentukan oleh pemasok
2.5. Teknologi yang digunakan masih manual, belum menggunakan mesin desain sehingga kualitas produk relatif lebih rendah daripada produk hasil pabrik besar yang menggunaan mesin desain
2. Kelemahan
2.6. Kondisi infrastruktur kawasan masih sangat rendah sehingga
sebagian besar yang masuk ke kawasan adalah konsumen yang sudah tahu kawasan. Kondisi ini cenderung melemahkan kreativitas perempuan pengusaha
2.7. Kurang kebanggaan terhadap produk sendiri, karena adanya brand bahwa produk Binongjati adalah produk kualitas rendah
2.8. Kreativitas dan wawasan perempuan pengusaha tentang keterampilan desain masih kurang, sebagian besar desain model ditentukan oleh konsumen sehingga kualitas produk cenderung monoton
2.9. Motivasi perempuan pengusaha untuk mengembangkan kapasitas masih rendah, sebagian besar menerima saja apa yang sudah dicapai tanpa ada upaya pengembagan kapasitas, baik segmen pasar, keterampilan, maupun jaringan pemasaran
2.10. Lembaga yang ada cenderung tidak aktif, hanya sebagian kecil perempuan pengusaha yang terlibat
2.11. Budaya patriarki masih mempengaruhi kehidupan sebagian perempuan pengusaha sehingga menghambat pengembangan kapasitas
2.12. Sebagian perempuan pengusaha belum memiliki kesadaran diri tentang peran gender. Hal ini menjadi kendala dalam proses pengembangan kapasitas
3.1. Potensi perekonomian perempuan pengusaha di kawasan tinggi, dikarenakan kebutuhan pasar belum sepenuhnya terpenuhi oleh perempuan pengusaha
3.2. Dijadikannya kawasan Binongjati sebagai salah satu KSIP (Kawasan Sentra Industri dan Perdagangan) merupakan suatu kekuatan karena ada perhatian khusus dari Pemerintah Kota Bandung untuk mendorong pertumbuhan kawasan melalui program-program yang digulirkan
3.3. Adanya potensi untuk membuka akses jalan masuk ke kawasan dari Jalan Kiaracondong sehingga menjadikan kawasan ini sebagai wisata belanja dan wisata produksi menjadi lebih mudah
3.4. Jumlah limbah bahan baku (majun/benang sisa) relatif banyak, dapat digunakan untuk bahan baku produk pendukung rajut seperti handmade yang dapat meningkatkan kualitas dan harga jual produk
3. Peluang
3.5. Penggunaan handmade pada produk dapat meningkatkan
kualitas produk dan memperluas pasar
3.6. Persaingan desain dan mutu produk antar perempuan pengusaha dapat memacu kreativitas
3.7. Peningkatan kemampuan perempuan pengusaha dalam menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi melalui peningkatan keterampilan desain
3.8. Perempuan pengusaha memiliki kontrol dominan terhadap pemanfaatan pendapatannya. Sebagian besar digunakan untuk keberlangsungan kehidupan rumah tangga dan anak- anaknya, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
3.9. Perempuan pengusaha memiliki kesadaran untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan dalam pengembangan kapasitasnya
3.10. Modal sosial yang dimiliki perempuan pengusaha seperti jejaring merupakan potensi untuk pengembangan kapasitas, seperti perluasan jejaring kolaborasi dengan pihak lain
4.1. Munculnya produk serupa dari luar negeri dengan harga jual yang relatif lebih rendah, dikhawatirkan dapat menggeser pangsa jual produk perempuan pengusaha
4.2. Tenaga kerja yang tidak konsisten, pindah dari satu produsen ke produsen lainnya dalam komunitas, atau pindah ke pabrik di luar komunitas merupakan ancaman bagi keberlangsungan produksi
4. Ancaman
4.3. Persaingan mutu produk dan desain, merupakan ancaman bagi perempuan pengusaha ketika ada yang menjatuhkan harga
Setiap permasalahan-permasalahan yang muncul didiskusikan bersama perempuan pengusaha untuk mendapatkan tanggapan dan upaya pemecahan masalah oleh perempuan pengusaha berdasarkan potensi yang dimilikinya.
Permasalahan dibagi menjadi tiga kelompok masalah, yaitu masalah yang berkaitan dengan kapasitas usaha, masalah kapasitas perempuan pengusaha, dan masalah yang berkaitan dengan akar segala permasalahan yaitu ketidakadilan gender. Permasalahan dan alternatif pemecahannya ditampilkan pada tabel 8.2.
Tabel 8.2 Permasalahan, Faktor Penyebab dan Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Hasil FGD Pada Perempuan pengusaha di Sentra Rajutan Binongjati Tahun 2008
No Permasalahan Faktor Penyebab Alternatif Pemecahan
[1] [2] [3] [4]
Kapasitas Usaha
1 Harga bahan baku mahal yang berdampak pada meningkatnya harga jual
∼ Pemasok bahan baku ke Binongjati
memperoleh bahan baku dari tiga pabrik benang saja
∼ Bahan baku benang merupakan bahan impor
∼ Mencari alternatif pemasok bahan baku ke wilayah luar komunitas, misalkan langsung ke distributor besar
2 Kesulitan mencari pasar, saat ini sebagian besar produk terserap oleh Pasar Tanah Abang.
∼ Kualitas produk masih rendah
∼ Segmen pasar masih bersifat grosiran
∼ Meningkatkan kualitas produk
∼ Melakukan diversifikasi produk, seperti
penambahan handmade pada produk yang dapat meningkatkan kualitas produk
∼ Memperluas segmen pasar, seperti penjualan retail
3 Jumlah pemasok
benang sangat terbatas, hanya sekitar tiga pabrik saja yang memasok benang
∼ Bahan baku benang
masih impor ∼ Meminta pemerintah untuk menekan bea impor bahan baku
4 Kualitas dan harga bahan baku sangat ditentukan oleh pemasok
∼ Bahan baku disediakan oleh pemasok yang datang ke kawasan
∼ Tidak ada
keseragaman dalam hal standar harga
∼ Koperasi tidak berfungsi dalam standarisasi harga
∼ Melakukan pesanan standar kualitas bahan baku kepada pemasok
∼ Mencari bahan baku di luar kawasan
∼ Memfungsikan koperasi dalam standarisasi harga
5 Teknologi yang
digunakan masih ∼ Kualitas SDM belum
siap menggunakan ∼ Memberikan pelatihan SDM bagi tenaga kerja
manual, belum menggunakan mesin desain sehingga kualitas produk relatif lebih rendah daripada produk hasil pabrik
besar yang menggunaan mesin
desain
teknologi tinggi
∼ Harga mesin desain sangat mahal dan memerlukan tempat yang luas untuk operasionalisasi
∼ Segmen pasar yag tersedia memang untuk kualitas tersebut
∼ Menjalin
jejaring/kerjasama dengan pihak luar seperti investor untuk pengadaan mesin teknologi tinggi
∼ Menjalin jejaring dalam hal pemasaran produk
6 Kondisi infrastruktur kawasan dan akses masuk kawasan masih sangat rendah sehingga sebagian besar yang masuk ke kawasan adalah konsumen yang sudah tahu kawasan.
Kondisi ini cenderung melemahkan kreativitas perempuan pengusaha
∼ Akses jalan masuk masih sulit dan rendah karena belum ada perbaikan
infrastruktur kawasan
∼ Kondisi jalan masih rusak
∼ Membuka akses jalan masuk dari Jalan Kiaracondong
∼ Memperbaiki kondisi jalan di dalam kawasan
Kapasitas Perempuan Pengusaha 7 Kreativitas dan
wawasan perempuan pengusaha tentang keterampilan desain masih kurang, sebagian besar desain model ditentukan oleh konsumen sehingga kualitas produk cenderung monoton
∼ Kurang motivasi untuk membuat diversifikasi produk
∼ Perempuan pengusaha kurang dapat
mengakses kegiatan pelatihan keterampilan akibat terbentur kendala peran gender yang tidak seimbang
∼ Persaingan yang terjadi dalam komunitas masih sebatas persaingan segmen pasar grosir dengan kualitas “lebih rendah” belum pada persaingan retail di dalam kawasan karena infrastruktur masih rendah
∼ Melakukan pelatihan atau kegiatan
peningkatan motivasi bagi perempuan pengusaha dari pelaku UKM yang berhasil
∼ Melakukan sosialisasi peran gender, bahwa peran gender adalah peran yang dapat dipertukarkan dengan pihak lain
∼ Memperbaiki
infrastruktur kawasan sehingga kawasan dapat dijadikan wisata belanja dan wisata produki, dengan sendirinya persaingan antar perempuan pengusaha dalam segmen retail di dalam kawasan akan meningkatkan kualitas produk
8 Motivasi perempuan pengusaha untuk mengembangkan
kapasitas masih rendah,
sebagian besar menerima saja apa yang sudah dicapai tanpa ada upaya pengembangan
kapasitas, baik segmen pasar, keterampilan, maupun jaringan pemasaran
∼ Budaya partiarki bahwa perempuan adalah pencari nafkah tambahan bagi keluarganya sehingga menerima saja apa yang sudah diperoleh
∼ Perempuan pengusaha belum dapat
mempertukarkan sebagian peran gendernya sehingga menghambat kegiatan pengembangan kapasitasnya
∼ Mengadakan pelatihan atau kegiatan
peningkatan motivasi perempuan pengusaha
∼ Melakukan sosialisasi gender, dan peran gender kepada
perempuan pengusaha dan lingkungan sekitar, bahwa peran gender adalah peran yang dapat dipertukarkan
9 Lembaga yang ada cenderung tidak aktif, hanya sebagian kecil perempuan pengusaha yang terlibat
∼ Peran gender yang dilakukan perempuan pengusaha sudah cukup banyak
∼ Sebagian perempuan pengusaha malas ikut terlibat lembaga karena tidak merasakan dampak nyata teradap pengembangan kapasitas
∼ Melakukan sosialisasi gender, dan peran gender kepada
perempuan pengusaha dan lingkungan sekitar, bahwa peran gender adalah peran yang dapat dipertukarkan
∼ Melibatkan perempuan pengusaha dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi program 10 Kurang kebanggaan
terhadap produk sendiri, karena adanya brand bahwa produk Binongjati adalah produk kualitas rendah
∼ Desain produk cenderung monoton tergantung permintaan konsumen
∼ Perempuan pengusaha kurang memiliki kreativitas karena motivasinya belum maksimal
∼ Mengadakan pelatihan desain produk dan diversifikasi produk bagi perempuan pengusaha
∼ Mengadakan pelatihan atau kegiatan
peningkatan motivasi perempuan pengusaha Ketidakadilan Gender
11 Budaya patriarki masih mempengaruhi
kehidupan sebagian perempuan pengusaha sehingga menghambat
∼ Sosialisasi gender dan kegiatan
pengarusutamaan gender belum sampai pada perempuan
∼ Melakukan sosialisasi gender, dan peran gender kepada
perempuan pengusaha dan lingkungan sekitar,
pengembangan kapasitas
pengusaha bahwa kedudukan
perempuan dan laki-laki adalah setara, tidak ada satu pihak yang
mendominasi pihak lainnya, serta peran gender adalah peran yang dapat
dipertukarkan 12 Sebagian perempuan
pengusaha belum memiliki kesadaran diri tentang peran gender.
Hal ini menjadi kendala dalam proses pengembangan
kapasitas
∼ Sosialisasi gender dan kegiatan
pengarusutamaan gender belum sampai pada perempuan pengusaha
∼ Melakukan sosialisasi gender, dan peran gender kepada
perempuan pengusaha dan lingkungan sekitar, bahwa peran gender adalah peran yang dapat dipertukarkan
8.2 Analisis Pohon Masalah
Setelah mendiskusikan permasalahan dan alternatif pemecahan masalah, kemudian diutarakan bahwa berdasarkan data di lapangan dan hasil analisis sederhana diketahui bahwa dalam rangka pengembangan kapasitas masih ada sebagian perempuan pengusaha yang memiliki kendala akibat ketidakadilan gender. Dalam kesempatan tersebut juga dijelaskan mengenai definisi dan batasan-batasan mengenai peran gender, peran gender apa saja yang dilakukan oleh perempuan pengusaha, kendala-kendala yang biasa ditemui perempuan pengusaha terkait peran gender dan strategi yang biasa dilakukan untuk mengatasinya. Untuk menggali lebih lanjut akar permasalahan (penyebab) serta dampak yang dihasilkan akibat dari ketidakadilan gender bagi perempuan pengusaha, dilakukan analisis permasalahan melalui analisis pohon masalah.
Analisis masalah dibagi menjadi tiga kelompok masalah. Gambar 8.1 sampai dengan gambar 8.3 menunjukkan analisis pohon masalah untuk masing-masing kelompok masalah.
Berdasarkan analisis pohon masalah pada gambar 8.1 terlihat bahwa masalah inti dari perempuan pengusaha adalah pengembangan kapasitas usaha yang belum maksimal. Masalah ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu program pemerintah yang cenderung kurang tepat sasaran, perempuan pengusaha jarang
dilibatkan dalam perencanaan program, informasi terkait program pengembangan kapasitas masih kurang, sulit modal ketika kondisi usaha sepi. Dampak yang ditimbulkan oleh permasalahan tersebut adalah ketinggalan informasi tentang program pengembangan kapasitas yang sedang digulirkan oleh pemerintah, sulit dalam mencari pasar produk, kegiatan terhenti ketika kondisi usaha sepi karena tidak ada modal, dan pendapatan tidak maksimal.
Gambar 8.1 Analisis Pohon Masalah Kapasitas Usaha
Masalah pengembangan kapasitas perempuan pengusaha yang belum maksimal disebabkan oleh kurangnya motivasi dari perempuan pengusaha,
Pengembangan Kapasitas Usaha Belum Maksimal
Masalah Inti
Penyebab Dampak
Program pemerintah kurang tepat sasaran
Jarang dilibatkan dalam perencanaaan
program
Pendapatan tidak maksimal Sulit mengembangkan pasar
Ketinggalan informasi tentang program pengembangan kapasitas
Sulit modal ketika usaha sepi/lesu Usaha tidak jalan ketika kondisi sepi
karena tidak ada modal
Informasi tentang program masih kurang
kurangnya kegiatan pelatihan, dan kegiatan pelatihan yang khusus bagi perempuan masih jarang. Hal ini berakibat pada wawasan diversifikasi produk kurang, keterampilan rendah, kualitas produk tidak maksimal, dan malas terlibat dalam organisasi.
Gambar 8.3 menunjukkan analisis pohon masalah ketidakadilan gender.
Ketidakadilan gender disebabkan oleh budaya patriarki yang masih mempengaruhi kehidupan perempuan pengusaha, kurangnya kesadaran untuk
Pengembangan Kapasitas Perempuan Pengusaha Belum Maksimal Masalah Inti
Penyebab Dampak
Kegiatan pelatihan kurang
Kurang motivasi Pelatihan khusus perempuan masih jarang
Kualitas produk tidak maksimal Keterampilan rendah
Malas terlibat dalam organisasi
Wawasan diversifikasi produk kurang
Gambar 8.2 Analisis Pohon Masalah Kapasitas Perempuan Pengusaha
berbagi peran gender, tidak ada pertukaran peran, sehingga peran gender yang dilakukan terlalu banyak. Dampak dari masalah ini diantaranya adalah beban kerja yang panjang, subordinasi, marginalisasi, dan sulit untuk mengakses pelatihan keterampilan di luar komunitas.
Gambar 8.3 Analisis Pohon Masalah Ketidakadilan Gender
8.3 Strategi Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi penyebab dari permasalahan dan mengantisipasi dampak yang ditimbulkan akibat permasalahan, maka perempuan pengusaha mempunyai
Ketidakadilan Gender Masalah Inti
Penyebab Dampak
Budaya Patriarki
Peran gender yang dilakukan terlalu banyak
Tidak ada pertukaran peran Kurang kesadaran
untuk berbagi peran gender
Marginalisasi Subordinasi Beban kerja panjang
Sulit mengakses pelatihan di luar komunitas
strategi pemecahan masalah. Strategi pemecahan masalah dari perempuan pengusaha adalah sebagai berikut :
Strategi Pemecahan Masalah Kapasitas Usaha :
1. Menyisihkan sebagian pendapatan untuk dijadikan modal talangan ketika kondisi usaha sedang sepi sehingga kegiatan produksi dapat terus berjalan.
2. Melaksanakan sosialisasi program kepada perempuan pengusaha oleh penanggung jawab program.
3. Melakukan monitoring program pengembangan kapasitas bagi perempuan pengusaha oleh penanggung jawab program dan stakeholders yang terkait.
4. Memperkuat jejaring yang sudah terbentuk di dalam komunitas terkait informasi tentang program pengembangan kapasitas
5. Menjalin jejaring dengan luar komunitas dalam rangka pengembangan kapasitas, seperti jejaring pemasaran, bahan baku, permodalan, bahkan informasi produk.
Strategi Pemecahan Masalah Kapasitas Perempuan Pengusaha :
6. Mengadakan pelatihan atau kegiatan yang dapat meningkatkan motivasi dari perempuan pengusaha untuk lebih mengembangkan kapasitasnya.
7. Mengadakan pelatihan keterampilan dalam rangka diversifikasi produk bagi perempuan pengusaha, seperti pelatihan pemanfaatan limbah bahan baku (majun) untuk dijadikan bahan baku produk pendukung rajutan.
8. Mengadakan pelatihan tentang mencari pangsa pasar dan memahami selera pasar.
Strategi Pemecahan Masalah Ketidakadilan Gender :
9. Melakukan sosialisasi peran gender bagi perempuan pengusaha, pendamping perempuan pengusaha, dan tokoh masyarakat.
Strategi pemecahan masalah menurut perempuan pengusaha juga perlu memperhitungkan profil aktivitas, profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat, serta tingkat pencapaian pemberdayaan perempuan yang sudah ada.
Strategi pemecahan masalah kurangnya wawasan dan pemahaman gender dan kesetaraan peran gender dari perempuan pengusaha adalah melalui kegiatan sosialisasi gender. Pada tahap awal kegiatan ini dimungkinkan akan adanya
benturan-benturan di dalam rumah tangga maupun di masyarakat. Oleh karena itu kiranya perlu juga dilakukan strategi mengatasi masalah pada tahap awal sosialisai gender, yaitu melalui pembentukan kelompok pendukung (supporting group). Kelompok pendukung ini nantinya akan membantu perempuan pengusaha yang mengalami masalah pada tahap sosialisasi gender di rumah tangganya.
Untuk memperkuat posisi perempuan baik dalam mengembangkan kapasitas dirinya, kapasitas usaha, maupun dalam menghadapi ketidakadilan gender perlu dilakukan pengorganisasian perempuan pengusaha. Berdasarkan analisis kerangka Harvard dan kerangka Longwe, maka strategi pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
Tabel 8.3 Strategi Pemecahan Masalah Berdasarkan Analisis Kerangka Harvard dan Analisis Pemberdayaan Longwe
Permasalahan Strategi
1. Mengalokasikan pendapatan untuk modal bagi keberlangsungan usaha
2. Mengalokasikan pendapatan untuk kegiatan peningkatan keterampilan
3. Memperkuat modal sosial di antara perempuan pengusaha 4. Memperkuat jejaring yang sudah terbentuk di dalam
komunitas terkait informasi tentang program pengembangan kapasitas
Kapasitas Usaha
5. Menjalin jejaring dengan luar komunitas dalam rangka pengembangan kapasitas, seperti jejaring pemasaran, bahan baku, permodalan, bahkan informasi produk.
6. Mengadakan pelatihan atau kegiatan peningkatan motivasi bagi perempuan pengusaha
7. Mengadakan pelatihan keterampilan dalam rangka diversifikasi produk bagi perempuan pengusaha
8. Mengadakan pelatihan tentang mencari pangsa pasar dan memahami selera pasar.
Kapasitas Perempuan Pengusaha
9. Membentuk pengorganisasian kelompok perempuan pengusaha
10. Melakukan sosialisasi tentang gender dan peran gender 11. Melakukan substitusi atau pertukaran peran gender dengan
pihak lain Ketidakadilan
Gender
12. Membentuk kelompok pendukung (supporting group) bagi perempuan pengusaha
8.4 Rencana Program Aksi
Berdasarkan strategi-strategi pemecahan masalah yang telah disepakati oleh perempuan pengusaha dan stakeholders maka perlu dirancang suatu rencana program aksi yang disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh perempuan pengusaha. Rencana program aksi yang dirancang didasarkan pada strategi hasil analisis kerangka Harvard dan analisis pemberdayaan Longwe. Berdasarkan analisis Harvard program aksi dapat dilakukan di Hari Senin, yang merupakan waktu luang perempuan pengusaha.
Rencana program aksi yang dirancang diusulkan pada tahun 2009 untuk anggaran tahun 2010. Hal ini dikarenakan untuk pembinaan kawasan sentra Binongjati pada anggaran tahun 2009 akan difokuskan untuk pembukaan akses jalan ke Jalan Kiaracondong. Hal ini sesuai dengan rancangan program aksi komunitas dengan stakeholders pada tahun 2008. Rencana program aksi yang disepakati adalah sebagai berikut :
Tabel 8.4 Rencana Program Aksi Berdasarkan Analisis Kerangka Harvard dan Analisis Pemberdayaan Longwe
1. Program Peningkatan Wawasan Gender Perempuan pengusaha No Kegiatan Tujuan Indikator Sasaran dan
Pelaksana Waktu Rencana Biaya
[1] [2] [3] [4] [6] [7] [8]
1 Sosialisasi tentang gender, peran gender, dan kesetaraan gender
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang gender, peran gender, dan kesetaraan gender
a. Meningkatnya pengetahuan tentang gender, peran gender, dan kesetaraan gender
b. Disubstitusikan-
nya peran gender dengan pihak lain
- Perempuan pengusaha, pendamping perempuan pengusaha, tokoh masyarakat - Badan
Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Bandung
satu
hari Pemerintah Kota Bandung dan swadaya perempuan pengusaha
2. Program Peningkatan Kapasitas Keterampilan Perempuan pengusaha No Kegiatan Tujuan Indikator Sasaran dan
Pelaksana Waktu Rencana Biaya
[1] [2] [3] [4] [6] [7] [8]
2 1. Pelatihan diversifi- kasi produk 2. Pelatihan
mencari pangsa pasar dan memaha- mi selera pasar 3. Pelatihan
motivasi
1. Meningkat- kan
keterampilan tentang diversifikasi produk, dan kualitas
produk 2. Meningkat-
kan
pengetahuan tentang pangsa pasar dan selera pasar atas produk rajutan 3. Meningkat-
kan motivasi perempuan pengusaha
a. Meningkatnya keterampilan diversifikasi produk dan kualitas produk b. Ditemukannya
pangsa pasar dan meningkatnya pengetahuan tentang selera pasar atas produk rajut
c. Meningkatnya motivasi dan rasa percaya diri perempuan pengusaha untuk mengembangkan kapasitas
-Perempuan pengusaha - Dinas Koperasi
UKM, Perindustrian dan
Perdagangan Kota Bandung
- Tiga hari -Sesuai jadwal pembi- naan Dinas Kope- rasi, UKM dan Indag
Pemerintah Kota Bandung dan swadaya perempuan pengusaha