• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.1.1 Belajar Matematika

Arsyad (2002: 1) menyimpulkan belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dan lingkungannya.

Hudoyo (2003: 3) menyimpulkan “matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak”.

Menurut Bruner (dalam Hudoyo, 2003: 48) “belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu”. Cara penyajian harus disesuaikan dengan derajat berpikir anak dan membagi tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam tiga tahap yaitu:

(1) Tahap Enaktif.

(2) Tahap Ikonik.

(3) Tahap Simbolik.

2.1.2. Pembelajaran Matematika di SD

Suyitno, (2004: 2) menyimpulkan pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.

Matematika merupakan mata pelajaran yang cukup mendasar, hampir di setiap jenjang pendidikan diajarkan. Beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran matematika adalah sebagai berikut.

a) Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap).

b) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral c) Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif.

d) Pembelajaran matematika mengikuti kebenaran konsistensi.

(Hudoyo herman dkk, 2003:68).

(2)

Pengembangan model pembelajaran dilakukan dengan pengembangan panduan pembelajaran yang selanjutnya diimplikasikan. Dengan tersusunnya paket panduan pelaksanaan pembelajaran matematika bercirikan pendayagunaan media pembelajaran diharapkan guru mampu menciptakan pembelajaran aktif yang kondusif sehingga akan : (1) memberi kesempatan kepada siswa SD lebih banyak memperoleh pengalaman belajar secara langsung; yaitu belajar dengan cara mencoba-coba dan mengalami sendiri; (2) mempermudah siswa memahami matematika. Sesuai dengan sifat matematika yang abstrak, pembelajaran matematika dengan pendayagunaan media pembelajaran akan menyajikan pembelajaran dari konkret (dengan bantuan alat peraga) semi abstrak (dengan model gambar) – abstrak (konsep); (3) menyeragamkan gambaran atau persepsi siswa tentang sesuatu (konsep) yang dipelajari; (4) memberikan motivasi siswa untuk selalu belajar matematika.Salah satu upaya yang dapat dilakukan dan mendatangkan keuntungan ganda adalah dengan melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu proses di mana melalui proses ini guru dan siswa sama-sama menginginkan terjadinya perbaikan, peningkatan, dan perubahan Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 1 .

Ada beberapa definisi tentang pembelajaran diantaranya sebagai berikut: menurut Joni dan Tisno PTK merupakan suatu kajian yang bersifat reflektif oleh perilaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukanya itu, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut Wahidmurni, Penelitan Tindakan Kelas Dari Teori Menuju Praktik (Malang: UM PRESS, 2008), hlm.14

Menurut Soedarsono mempunyai pandangan lain mengenai definisi atau makna penelitian tin- dakan kelas. Menurut beliau penelitian tindakan kelas adalah suatu proses di mana melalui proses ini guru dan siswa sama menginginkan terjadinya perubahan di mana perubahan itu mengacu pada perbaikan, peningkatan kualitas pembelajaran, dan perubahan pembelajaran kearah yang lebih baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Suyanto mendefinisikan sebagai penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di dalam kelas dimana upaya perbaikan ini dilakukan dengan cara melakukan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas guru sehari-hari di kelasnya. Djunaidi Ghony, op.cit., hlm.8.

Dalam pembelajaran guru harus memahami materi pelajaran yang akan diajarkannya suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai metode pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan penga-jaran yang matang oleh guru (Syaful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran , Bandung:

(3)

Alfabeta CV, 2007),hlm.63.Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dan lingkungan- nya ( Arsyad, 2002:1). Hudoyo (1990: 3) menyimpulkan “matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkait-tan dengan konsep-konsep abstrak”. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kls. I s.d. VI Sekolah Dasar (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2004), hlm. 91.

Pembelajaran matematika dengan pendayagunaan media pembelajaran dapat dilaksanakan dengan variasi/pendekatan/teknik. Pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan dengan demonstrasi oleh guru, tetapi juga oleh siswa. Dengan bimbingan guru, siswa menemukan sendiri konsep/prinsip, siswa diberi kesempatan bekerja dengan kelompoknya. Dengan bernyanyi atau bermain siswa belajar/menerapkan konsep/prinsip matematika, siswa tidak merasa bosan, tetapi termotivasi

Karso, dkk, (1998 :1-4) mengemukakan bahwa “Matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, for-mal, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang pada arti dan semacamnya. Sehingga para ahli matematika dapat mengembangkan sebuah sistem matematika ” Karena perbedaan karakteristik itulah maka seorang guru dituntut untuk dapat mengerti dunia matematika yang bersifat deduktif.

Pada dasarnya penelitian formal bertujuan untuk hipotesis (jawaban yang direncanakan) dan membangun teori yang bersifat umum (general). Penelian tindakan kelas lebih bertujuan untuk mem-perbaiki kinerja pembelajaran di kelas IV SD Negeri 2 Kapung Kec. Tanggungharjo, Kab.Grobogan. Dalam hal ini ada perbedaan karakteristik, dapat dilihat pada diri siswa dan kondisi pembelajaran pada masing-masing kelas atau sekolah.

UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dikutif oleh Syaful Sagala, op,cit., hlm. 62. Pembelajaran merupakan bagian dari proses belajar yang sengaja dibangun oleh guru dengan maksud untuk mengembangkan kreatifitas yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat mening -katkan kemampuan atau pemahaman siswa dalam menerima informasi baru.

Ada beberapa pendapat mengenai definisi mengajar diantaranya menurut William H. Burton Ibid., hlm. 61 , yang dimaksud mengajar adalah suatu usaha memberikan stimulus atau rangsangan, bimbingan pengarahan, dan motivasi kepada siswa agar terjadi proses belajar.

Adapaun kemampuan dasar yang dimilki oleh siswa antara lain1) Kemampuan dasarnya, (2) Motivasinya, 3) Latar belakang akademis, 4) Latar belakang sosial ekonomi. Kesiapan guru untuk mengetahuai dan mempelajari karakteristik siswa menjadi modal utama bagi seorang guru dalam penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Syaful Sagala, loc,cit., hlm. 62:

(4)

2.1.2.1. Hasil Belajar Matematika

Hasil Belajar Matematika merupakan suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah ditetapkan.

Nana Sudjana (2002: 22) menyimpulkan “Pengertian hasil belajar dalam hal ini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia melaksanakan pengalaman belajarnya”.

Matematika merupakan dasar dari segala ilmu pengetahuan. Jadi, misalkan diibaratkan dengan himpunan, matematika itu semestanya atau induknya, sedangkan ilmu-ilmu lain sebagai himpunan- himpunan bagiannya.

Ruang lingkup pembelajaran metematika adalah Standar Kompetensi Matematika itu sendiri yaitu merupakan seperangkat kompetensi matematika yang harus dicapai oleh siswa pada akhir periode pembelajaran. Standar ini dikelompokkan sebagai berikut 1) Kemahiran Matematika 2) Bilangan 3) Pengukuran dan Geometri 4) Aljabar 5) Statistika dan Peluang 6) Trigonometri, dan 7) Kalkulus dalam penelitian ini, peneliti sengaja memilih meteri pokok pecahan yang masuk dalam kategori Standar Kompetensi (SK) Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar (KD) Melakukan operasi hitung campuran. Pada bahasan sebelumnya sudah diterangkan mengenai masalah pembelajaran matematika, fungsi serta tujuanya. Selanjutnya peneliti akan mencoba menjelaskan mengenai faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi Proses Belajar Mengajar (PBM) matematika itu.

Menurut Herman Hudojo Strategi Mengajar Belajar Matematika (Malang: IKIP Malang, 1988), hlm. 7-10 dalam bukunya yang berjudul Strategi Mengajar Belajar Matematika (1988), dijelaskan bahwa belajar matematika akan berhasil bilamana proses belajarnya baik, dalam artian melibatkan seluruh kemampuan intelektual peserta didik secara optimal. Menurut beliau peristiwa belajar akan berhasil jika guru mampu mempelajari dan mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi PBM itu sendiri.

2.1.2.2. Definisi Pecahan

Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagi- an yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. Pusat pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (Depdikbud, 1999) menyatakan bahwa pecahan merupakan salah

(5)

satu topik yang sulit untuk diajarkan. Kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, dan sulitnya pengadaan media pembelajaran. Akibatnya guru biasanya langsung mengajarkan pengenalan angka, seperti pada pecahan , 1 disebut pembilang dan 2 disebut penye-but, Heruman, S.pd., M.Pd, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Jakarta:CV Asri, 2007) hlm. 43.

Sementara itu Dra. Lisnawati Simanjuntak dalam bukunya Metode Mengajar Matematika, (Surabaya: CV Indah Pustaka, 1993) hlm. 153. mendefinisikan pengertian pecahan pada matematika Sekolah Dasar dapat didasarkan atas pembagian suatu benda. Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi,informasi, peristiwa, fakta disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Temuan-temuan ini diakomodasim dan kemudian berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada, sehingga membentuk struktur kognitif baru. Akhmad Sudrajat, M.Pd Taksonomi Perilaku Individu (http.www.ridwan.uni.com, diakses 1 Maret 2009) hlm. 1

2.1.2.3. Media Belah Terong

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) dalam Arife S. Sadiman (2003:6) mengatakan bahwa media adalah bentuk- bentuk komunikasi baik cetak maupun audiovisual serta peralatannya.

Media hendaknya dapat dilihat, didengar dan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media belah terong untuk memberikan pengenal pecahan kepada para peserta didik/siswa.

Tentunya pelaksanaan penelitian ini dengan berbagai macam pertimbangan salah satunya adalah jebloknya nilai dan prestasi siswa khususnya pada mata pelajaran matematika.

Guru harus banyak memberikan variasi dalam pembelajaran agar siswa lebih semangat lagi dalam belajar dan tentunya agar siswa dapat memahami materi yang telah diajarkan. Atas da-sar inilah peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan (1) memberikan pembelajaran yang sebaik mungkin terutama pada materi pecahan agar pemahaman siswa dapat ditingkatkan, (2) memberikan variasi dalam pengajaran karena selama ini proses pembelajaran masih cen- derung konvensional, (3) dengan diadakannya penelitian tindakan kelas .

Dalam penelitian ini, peneliti yang juga bertindak sebagai guru dituntut untuk memberikan pengajaran sebaik mungkin dalam mengajarkan materi pecahan pada mata pelajaran matematika.

Media memiliki banyak makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya berba- gai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud, dan tujuannya.

(6)

Communicatian Technology (AECT) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang dimanfaaf- kan dalam proses penyaluran atau penyampaian informasi dikutif oleh Prof. Dr. H. Asnawir, Drs. M.

Basyrirudin Usman, M.Pd, Media Pembelajaran(Jakarta: Ciputat Pers, 2002).Mediator dapat mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang melaku kan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajar- an, Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A, Media Pembelajaran (Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset,2005), hlm 3-4. Dengan menerapkan media belah terong dalam metode demonstrasi ini, diharapkan siswa memiliki pengalaman baru dalam belajar.

Dari berbagai pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa media adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap. Media yang direncanakan dengan baik akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku.

2.1.3. Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi menurut Moedjono Cs. 1991/1992 dalam Prasetyo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Salatiga

2.1.3.1. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah suatu sumber cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru atau narasumber atau orang lain dengan sengaja mempertunjukan atau memperagakan tindakan atau langkah-langkah proses yang disertai penjelasan, ilustrasi seperlunya dan siswa mengamati dengan seksama.

2.1.3.2. Kelebihan Metode Domonstrasi

a.Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.

b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .

c. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan obyek sebenarnya.

(7)

Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.

b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan

c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstra- sikan.

2.1.3.4. Langkah-langkah Metode demonstrasi

Pelaksanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran mempunyai langkah-langkah yang harus dilaksanakan antara lain :

a) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disajikan b) Guru menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan

c) Guru menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.

d) Seluruh siswa memperhatikan dan menganalisa

e) Tiap siswa / kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemonstrasikan.

f) Guru dan siswa membuat kesimpulan

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Lestari. N.P (2010 : 53) menyimpulkan pemanfaatan media belah terong dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa, dimana hasil pencapaian belajar siswa pada penilaian ulangan harian materi pecahan pada kondisi awal dengan nilai rata-rata 55. Pada pra siklus hasil pencapaian belajar siswa pada penilaian ulangan harian materi Pecahan mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 70,85. Sedangkan pada siklus-2 hasil pencapaian belajar siswa pada penilaian ulangan harian materi Pecahan mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 88,9. Hasil akhir pada siklus- 2 melebihi target pencapaian indikator kinerja hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai 75,0.

(8)

Kerangka pikir gambar 2.1 diperlukan ketika seorang peneliti ingin mengetahui secara menyeluruh penelitian yang akan dilakukannnya. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka pikir

Dari gambar kerangka pikir jelas bahwa kondisi awal sebelum menggunakan media belah terong melalui metode demonstrasi hasil belajar siswa pada pelajaran matematika rendah dan siswa kurang aktif dalam pembelajaran serta pembelajaran hanya berpusat pada guru. Setelah menggunakan media belah terong melalui metode demonstrasi hasil belajar siswa pada pelajaran matematika meningkat.

2.4.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian dari kajian teori dan kerangka pikir maka dapat diturunkan hipotesis tindakan: “ada peningkatan hasil belajar matematika dengan menggunakan media belah terong melalui metode demonstrasi pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Kapung Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan semester 1 tahun pelajaran 2012/2013”.

Siswa : sering lupa pada materi yang sudah diajarkan Guru : pembelajaran

yang dilakukan guru pembelajaran ceramah

Kondisi Awal

Hasil belajar siswa rendah

Guru : menggunakan metode demonstrasi media belah terong

SIKLUS 1

Metode demonstrasi pada materi bilangan pecahan TINDAKAN

SIKLUS 2

Metode demonstrasi ,media belah terong pada materi bilangan

Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Kapung , Kec. Tanggungharjo Kab.Grobogan meningkat

Kondisi Akhir

(9)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka pikir

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Islam dihadapkan pada tantangan besar bahwa pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas akan tetapi harus berusaha mengarahkan peserta didiknya untuk

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan dan Perilaku Konsumen terhadap Keputusan Nasabah Open Account Produk Tabungan Simpanan Pelajar iB di Bank Syariah Bukopin KC

Dari penguraian di atas, dapat dipahami bahwa Sistem pemasaran produk di Koperasi KBIH Uswah adalah rangkaian kegiatan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi pemikiran dan

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh pemberian corrective feedback pada pekerjaan rumah terhadap perubahan miskonsepsi siswa

Faktor berikut yang tidak mempengaruhi terjadinya interaksi adalah ..... adanya suatu

Fungsi kawasan sesuai dengan Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) ada 4 fungsi kawasan. Fungsi kawasan tersebut yaitu kawasan

Kebera- daan patogen CVPD pada bibit tidak cukup dengan melihat gejala saja karena bakteri mungkin sudah ada, tetapi belum menampakkan gejala, apalagi gejala