• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI

Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi

Oleh

Bastoni dan Tim Peneliti Balai Litbang LHK Palembang

Disampaikan pada Acara

GELAR TEKNOLOGI BADAN LITBANG DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Jakarta, 11 – 12 Mei 2016

HUBUNGAN ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM GAMBUT

VEGETASI (Hutan)

Kerusakan salah satu komponen akan mengganggu keseimbangan ekosistem

Prinsip Restorasi Ekosistem Gambut

= memulihkan komponen yang terdegrdasi dan mencegah terjadinya redegradasi Ekosistem Gambut tersusun oleh

3 komponen utama Vegetasi = penyuplai bahan organik pembentuk gambut Genangan Air = penghambat dekomposisi bahan organik

(2)

PENYEBAB UTAMA DEGRADASI EKOSISTEM GAMBUT

VEGETASI (Hutan)

GAMBUT (Tanah)

AIR (Hidrologi)

EKOSISTEM GAMBUT

KONVERSI &

DRAINASE

EKSPLOITASI HUTAN

KEBAKARAN 1

2

3

DAMPAK EKSPLOITASI HUTAN GAMBUT (FOREST LOGGING)

(Tingkat kerusakan tertinggi = VEGETASI)

(3)

DAMPAK KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT

(Tingkat kerusakan tertinggi = VEGETASI dan TANAH)

DAMPAK KONVERSI DAN DRAINASE LAHAN GAMBUT

(Tingkat kerusakan tertinggi = VEGETASI, TATA AIR (HIDROLOGI) dan TANAH)

(4)

Prinsip-prinsip

RESTORASI EKOSISTEM GAMBUT

1. Memahami Faktor Penyebab Degradasi Ekosistem (Eksploitasi Hutan, Kebakaran atau Konversi dan Drainase)

2. Memahami Tingkat Degradasi Ekosistem Gambut (Ringan, Sedang atau Berat)

3. Merekomendasikan teknik rehabilitasi dan revegetasi yang paling sesuai dengan faktor

penyebab dan tingkat degradasi ekosistem gambut 4. Mencegah Redegradasi pasca Restorasi

METODE IDENTIFIKASI (SIDIK CEPAT) KARAKTERITIK LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI

> 100 cm (Sangat Dalam) 50 – 100 cm (Dalam) 25 – 50 cm (Sedang) 0 – 25 cm (Dangkal)

0 – 50 cm (Bergambut)

0 – 25 cm (Dangkal) 25 – 50 cm (Sedang) 50 – 100 cm

(Dangkal)

50 – 100 cm (Dalam)

100 – 200 cm (Sedang)

> 100 cm (Sangat Dalam) 200 – 300 cm

(Dalam)

> 300 cm (Sangat

Dalam)

Lapisan Mineral

GENANGAN AIR

MUKA AIR TANAH KEDALAMAN

GAMBUT

Manfaaat/Kegunaan :

• Untuk mengetahui tingkat degradasi lahan gambut

• Untuk rekomendasi teknik rehabilitasi/revegetasi yang paling sesuai

(5)

KONDISI UMUM 1.

FLUKTUASI MUSIMAN GENANGAN DAN MUKA AIR TANAH PADA HUTAN DAN LAHAN GAMBUT YANG BELUM TERDEGRADASI

0 – 25 cm (Dangkal)

0 – 50 cm (Bergambut)

0 – 25 cm (Dangkal) 25 – 50 cm (Sedang) 50 – 100 cm

(Dangkal)

50 – 100 cm (Dalam)

100 – 200 cm (Sedang)

> 100 cm (Sangat Dalam) 200 – 300 cm

(Dalam)

> 300 cm (Sangat

Dalam)

Lapisan Mineral

MH

MK p MK n

• Kondisi tata air (hidrologi) belum terganggu karena belum ada aktivitas drainase lahan

• Lahan hanya tergenang di musim hujan

• Terdapat pada hutan gambut alami, hutan bekas tebangan, hutan dan lahan bekas kebakaran

• Tingkat degradasi ringan sampai sedang sehingga rehabilitasi – revegetasi relatif mudah

• Pilihan jenis (species) untuk revegetasi cukup banyak.

TEKNIK PEMBUATAN GUNDUKAN DI LAHAN GAMBUT

(6)

TEKNIK PENYIAPAN LAHAN PADA LAHAN GAMBUT TERBUKA

TANAMAN REHABILITASI RAMIN ( Gonystylus bancanus ) DI KAB. OKI - SUMSEL

Awal Tanam 12 Bulan 24 Bulan 36 Bulan

PERSEN HIDUP = 91%

RIAP TINGGI = 62,7 cm/tahun

RIAP DIAMETER = 1,5 cm/tahun

(7)

TANAMAN REHABILITASI PUNAK ( Tetramerista glabra) DI KAB. OKI - SUMSEL

Awal Tanam 12 Bulan 24 Bulan 36 Bulan

PERSEN HIDUP = 97%

RIAP TINGGI = 85,7 cm/thn RIAP DIAMETER = 2,43 cm/thn

> 100 cm (Sangat Dalam) 50 – 100 cm (Dalam) 25 – 50 cm (Sedang) 0 – 25 cm (Dangkal)

0 – 50 cm (Bergambut)

0 – 25 cm (Dangkal) 25 – 50 cm (Sedang)

KONDISI UMUM 2.

FLUKTUASI MUSIMAN GENANGAN AIR PADA ZONA DEPRESI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT YANG TELAH TERDEGRADASI

MH

MK p MK n

(8)

SUKSESI VEGETASI DAN PEMBENTUKAN GAMBUT BARU PADA LAHAN GAMBUT BEKAS KEBAKARAN GENANGAN AIR DALAM

TAHUN 1997 TAHUN 1997

TAHUN 1999 TAHUN 1999

Rehabilitasi Lahan Gambut Bekas Kebakaran Genangan Air Dalam (>50 cm)

(9)

KONDISI UMUM 3.

FLUKTUASI MUSIMAN MUKA AIR TANAH PADA LAHAN GAMBUT YANG TELAH TERDEGRADASI BERAT (KONVERSI & DRAINASE)

0 – 50 cm

(Bergambut) 25 – 50 cm (Sedang)

50 – 100 cm (Dangkal)

50 – 100 cm (Dalam)

100 – 200 cm (Sedang)

> 100 cm (Sangat Dalam)

200 – 300 cm (Dalam)

> 300 cm (Sangat

Dalam)

Lapisan Mineral

MH

MK p MK n

• Lahan tidak pernah tergenang, ekstrim kering di musim kemarau dan sangat rawan kebakaran berulang.

• Kondisi hidrologi terganggu berat dan perlu pemulihan

• Rehabilitasi – revegetasi butuh perlakuan khusus dan input yang lebih tinggi.

• Pilihan jenis (species) untuk revegetasi disesuaikan dengan

REHABILITASI/REVEGETASI LAHAN GAMBUT PADA AREAL

BEKAS KONVERSI, DRAINASE DAN KEBAKARAN BERULANG

(10)

Lahan Gambut Terbakar September 2006

Suksesi Vegetasi 4 tahun setelah terbakar (2010)

PENYIAPAN LAHAN

Pengupasan akar pakis dan pembuatan gundukan gambut Pembebasan Total (Maret - April 2010)

(11)

PENANAMAN

Penanaman sebelum drainase gambut untuk perkebunan sawit (Mei 2010)

Penanaman setelah drainase gambut untuk perkebunan sawit (Februari 2012)

HUBUNGAN CURAH HUJAN DAN FLUKTUASI MUKA AIR TANAH (PERIODE MEI 2012 – NOVEMBER 2014) PADA LAHAN GAMBUT SANGAT DALAM (5 -6 METER)

BEKAS KONVERSI, DRAINASE DAN KEBAKARAN BERULANG

-400 -300 -200 -100 0 100 200 300 400 500 600

Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop

BANJIR

(12)

Tutupan Lahan (Land Cover) 2 bulan setelah tanam

Tutupan Lahan (Land Cover) 1,5 tahun setelah tanam

PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN

Tutupan Lahan (Land Cover) 2,7 tahun setelah tanam

Tutupan Lahan (Land Cover) 3,25 tahun setelah tanam, pola agroforestry dengan nenas

(13)

PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN

Tutupan Lahan (Land Cover) 4,1 tahun setelah tanam

4,6 tahun setelah tanam 4,8 tahun setelah tanam

PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN

(14)

JELUTUNG (Dyera lowii)

- Riap (MAI) Tinggi = 214 cm/tahun - Riap (MAI) Diameter = 2,83 cm/tahun - Daya hidup (survival rate) = 91%

RAMIN (Gonystylus bancanus) generatif - Riap (MAI) Tinggi = 87 cm/tahun - Riap (MAI) Diameter = 1,36 cm/tahun - Daya hidup (survival rate) = 89%

RAMIN (Gonystylus bancanus) vegetatif - Riap (MAI) Tinggi = 91 cm/tahun - Riap (MAI) Diameter = 1,40 cm/tahun - Daya hidup (survival rate) = 82%

MERANTI (Shorea belangeran) - Riap Tinggi = 131 cm/tahun - Riap Diameter = 2,82 cm/tahun - Daya hidup = 97%

PUNAK

(Tetramerista glabra) - Riap Tinggi = 96 cm/tahun - Riap Diameter = 2,36 cm/tahun - Daya hidup = 95%

PENUTUP

Hutan dan lahan rawa gambut yang telah terdegradasi akibat eksploitasi hutan, kebakaran, konversi dan drainase dari tingkat

degradasi ringan sampai berat masih dapat direhabilitasi/

direvegetasi melalui pemahaman hubungan 3 karakter kunci lahan , yaitu kedalaman gambut, genangan air dan muka air tanah serta

rekomendasi perlakuan silvikultur yang tepat.

Referensi

Dokumen terkait

Pada Bulan September Tahun 2013, PKH mulai aktif di Kabupaten Sukoharjo dan dapat diakses di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Sukoharjo sejumlah 12 kecamatan dan 128

Prinsip mekanisme kerja probiotik pada akuakultur adalah kompetisi dengan bakteri patogen misalnya Pseudomonas terhadap beberapa Vibrio yang patogen pada udang, pengaktifan

• Daging ikan mempunyai sedikit tenunan pengikat (tendon), sehingga proses pembusukan pada daging ikan lebih cepat dibandingkan dengan produk ternak atau

Hubungan antara kedua variabel ini bersifat positif, yang berarti semakin tinggi tingkat problematic internet use , maka semakin tinggi pula tingkat

Selain itu, alokasi skema kredit program perlu berhati-hari karena dibutuhkan dana pemerintah yang sangat besar untuk menyediakan dana hibah bergulir tersebut sehingga

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa Delta ω yang dihasilkan dari pengontrolan sistem dengan menggunakan Robust Fuzzy menghasilkan nilai IAE yang lebih baik

Dalam kelompok siswa dituntut agar saling menghargai antar satu sama lain, tidak terbatas oleh peringkat kelas rendah, sedang atau pun tinggi. Jadi dalam kelompok itu