BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia teh dikonsumsi baik disektor rumah tangga maupun bukan sektor rumah tangga seperti hotel, restoran, rumah makan, kantin dan kedai minuman. Indonesia sudah cukup lama dikenal sebagai Negara penghasil teh yang cukup besar di dunia. Namun tingkat konsumsi teh bagi masyarakat Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan negara-negara produsen teh dunia lainnya, seperti India dan Srilangka. Pertambahan jumlah penduduk, meyebabkan total konsumsi juga meningkat, tetapi konsumsi teh perkapita tidak menunjukkan peningkatan yang terlalu besar per kapita pertahun (BPS, 2009).
Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Teh Perkapita Daerah Perkotaan dan Pedesaan di Indonesia Tahun 1999, 2002, 2005, 2008.
Tahun
Daerah Perkotaan Daerah Pedesaan
Konsumsi Per Kapita (Gram)
Pertumbuhan (%)
Konsumsi PerKapita (Gram)
Pertumbuhan (%)
1999 624,2 - 548,2 -
2002 712,8 14,08 573,82 4,54
2005 645,64 -4,75 543,86 -5,22
2008 701,55 8,66 568,33 4,50
Sumber: BPS, Tahun 2009
*Keterangan: data diolah
Secara nasional tingkat konsumsi teh per kapita di daerah pedesaan lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi teh per kapita di daerah perkotaan. Hal tersebut di duga bahwa masyarakat di daerah perkotaan lebih menyukai minum teh dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan. Rendahnya tingkat konsumsi teh di daerah pedesaan dikarenakan kurangnya sumber informasi mengenai manfaat yang terdapat dengan mengkonsumsi teh. Teh sangat baik dikonsumsi karena banyak manfaat yang didapat bagi kesehatan. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dipedesaan. Kondisi tersebut yang mengakibatkan laju pertumbuhan konsumsi teh per kapita secara nasional dipedesaan rata-rata hanya 3 persen per tahun, lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan konsumsi teh per kapita di daerah perkotaan yang mencapai rata-rata 6 persen.
Komoditas teh terutama di bidang waralaba (franchise) minuman siap saji masih sangat prospektif untuk dikembangkan. Selain memberdayakan ekonomi masyarakat, kapitalisasi industri pada akhirnya mampu meningkatkan tingkat konsumsi teh yang masih rendah, dengan cara mengajak setiap masyarakat untuk minun teh. Hal tersebut didukung dengan produksi teh di Indonesia mulai tahun 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel berikut
Tabel 2. Produksi Teh di Indonesia, Tahun 2005-2008.
Tahun Jumlah (Ton)
2005 166.091
2006 167.881
2007 169.559
2008 169.659
Sumber:www.deptan.go.id, Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat produksi teh mengalami kenaikan rata- rata setiap tahun sebanyak 1,01 persen. Peningkatan produksi tersebut karena kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi teh cukup banyak.
Teh cukup banyak digemari karena cukup banyak manfaat yang dapat diperoleh dari meminum teh. Saat ini cukup banyak bentuk usaha yang menjual teh dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah waralaba (franchise).
Bentuk usaha tersebut cukup praktis karena setiap pedagang perantara cukup dengan membeli waralaba (franchise), selanjutnya dapat langsung di jual kepada konsumen akhir.
Usaha waralaba (franchise) adalah suatu strategi pemasaran yang bertujuan mengembangkan jaringan usaha dan memenuhi keperluan konsumen.
Waralaba suatu bentuk kerja sama yang diikuti perjanjian, pemilik waralaba (franchisor) memberikan izin atau hak kepada franchisee untuk menggunakan hak kekayaan intelektual seperti nama, merek dagang, produk dan sistem operasional usaha yang dimiliki franchisor. Sebagai timbal balik, franchisee akan memberikan imbalan biaya dalam bentuk waralaba (franchise), royalti, dan biaya
lain kepada franchisor.
Usaha waralaba sebaiknya memiliki beberapa kriteria, seperti keunikan, supaya memberikan nilai tambah bagi penjualan, transparan, dan memiliki
(transferability) dapat dialihkan, sehingga bisa dilakukan siapa saja dengan mudah dan terbukti dengan memiliki gerai (outlet) sendiri dalam jumlah banyak.
Semakin berkembangnya informasi sehingga semakin mudah masyarakat untuk mengakses informasi yang dibutuhkan. Salah satunya adalah teh. Teh adalah jenis minuman yang dapat memberikan manfaat yang banyak bagi kesehatan tubuh. Teh dapat dikemas dalam berbagai macam bentuk untuk menarik minat konsumen dalam hal mengkonsumsi. Salah satunya adalah teh cepat saji. Kepraktisan membuat sebagian besar pebisnis-pebisnis yang mampu menciptakan peluang pasar yang dapat diserap.
Saat ini masyarakat yang mempunyai aktivitas yang cukup banyak mengakibatkan waktu menjadi sangat terbatas. Untuk itu, konsumen dalam hal ini adalah masyarakat yang tidak mempunyai waktu yang banyak untuk mengolah suatu produk hingga siap untuk dimakan. Sehingga masyarakat mau mengeluarkan biaya lebih mahal dengan ketentuan mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan waktu singkat dan mendapatkan manfaat yang cukup.
Dengan kondisi tersebut, mulai bermunculan berbagai macam kegiatan usaha dengan sistem waralaba (franchise), yang memproduksi teh dengan berbagai macam merek.
1.2 Perumusan Masalah
Dewasa ini mulai banyak bermunculan waralaba (franchise), salah satu perusahaan yang bergerak dibidang waralaba (Franchise) minuman teh cepat saji dalam kemasan adalah PT Semestaguna Food & Beverage dengan brand Your Tea. Perusahaan ini melakukan pengembangan usaha dengan membuat waralaba (Franchise) minuman cepat saji teh yang bernama Your Tea. Perusahaan membuat usaha tersebut karena minat masyarakat untuk mengkonsumsi teh dalam bentuk minuman cepat saji cukup besar, serta peluang pasar yang masih potensial.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, konsumsi teh masyarakat Indonesia, peluang tersebut dapat diproyeksikan ke cakupan yang lebih kecil ke penduduk Kota Bogor sekitar 879.138 jiwa sehingga peluang pasar untuk teh masih cukup potensial (BPS, Kota Bogor 2007). Berikut adalah jumlah usaha waralaba (franchise) yang ada di Bogor.
Tabel 3. Jumlah Waralaba (Franchise) Di Jawa Barat Waralaba
(Franchise)
Paket A Harga (Rp)
Paket B Harga (Rp)
Paket C Harga (Rp)
Paket D Harga (Rp)
Jumlah Outlet Good Tea 8.000.000,- 7.500.000,- 5.500.000,- 4.500.000,- 120
Teh Poci 5.000.000,- - - - 1.200
Teh Upet 2.500.000,- - - - 15
Teh Saring 11.000.000,- - - - 25
Teh 2 Tang 4.500.000,- - - - 250
Tas Tea 5.000.000,- - - - 100
Your Tea 4.000.000,- 3.750.000,- 3.000.000,- 2.750.000,- 32 Sumber: Survei Ke Pembeli Waralaba (Franchise), Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa harga untuk setiap waralaba (franchise) berbeda cukup signifikan. perbedaan harga dikarenakan dari pembelian bahan baku, peralatan yang digunakan serta keuntungan yang diinginkan oleh masing-masing waralaba (franchise). Dari semua waralaba (franchise) yang ada di daerah Bogor, Teh saring memberikan harga yang paling besar yaitu Rp.11.000.000,-. Perbedaan harga tersebut adalah dari pembuatan bahan baku salah satunya adalah stand yang terbuat dari besi. Sedangkan waralaba (franchise) yang lain perbedaan harganya tidak terlalu signifikan, karena bahan baku yang digunakan berasal dari kayu. Waralaba (franchise) Your Tea merupakan waralaba (franchise) yang memberikan harga yang murah dengan rincian paket-paketnya dapat dilihat pada lampiran 15. Peralatan yang digunakannya cukup praktis dan dapat menarik minat konsumen untuk melihat, kemudian membeli karena desain produk cukup berbeda dengan pesaingnya.
Jumlah perusahaan yang menjadi pesaing perusahaan yang bergerak dibidang waralaba (franchise) minuman cepat saji teh adalah Good Tea, Teh Poci, The Upet, Teh Saring, Teh 2 Tang dan Tas Tea. Agar mampu bersaing, perusahaan menerapkan strategi yang dapat meraih pasar, strategi yang digunakan bauran pemasaran 4P yaitu (1) produk (product): teh merupakan minuman yang memberikan manfaat yang cukup banyak bagi kesehatan manusia, teh dapat dikemas dalam bentuk cepat saji/kepraktisan (2) harga (price): harga yang berlaku tergolong murah jika dibandingkan dengan pesaing, (3) saluran distribusi/tempat (place) lokasi, persediaan, transportasi cukup memadai. promosi (promotion), yang dilakukan melalui koran Radar Bogor, Warta Kota. Selain itu, ke majalah-
majalah diantaranya Sunda Urang, Wira Usaha Mandiri, melalui brosur dengan tampilan yang cukup menarik bertujuan untuk menarik minat konsumen dan pemasaran secara langsung. Perusahaan mempunyai keunggulan sistem waralaba (franchise) yang ditawarkan, yaitu memberikan pelatihan kepada konsumen yang membeli waralaba (franchise) sebelum produk dijual kepada konsumen akhir.
Setiap karyawan diberikan pelatihan selama tiga hari.
Dengan jumlah konsumen yang cukup banyak untuk diperebutkan menyebabkan perusahaan harus mampu bersaing. Selain itu juga tidak terlepas dari kondisi-kondisi yang dapat membuat perusahaan mengalami kerugian.
Lingkungan perusahaan yang dihadapi PT Semestaguna Food And Beverage dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal perusahaan adalah kekuatan dan kelemahan. Sedangkan kondisi eksternal adalah peluang dan ancaman. Lingkungan eksternal yang dihadapi oleh perusahaan adalah banyaknya pesaing sehingga perusahaan harus memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman, maka diperlukan strategi pengembangan usaha.
Berdasarkan penjelasan diatas tersebut, sehingga penulis perlu mengkaji beberapa perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor lingkungan eksternal dan lingkungan internal apa saja yang menentukan pengembangan usaha waralaba (franchise) Your Tea?
2. Alternatif strategi apakah yang paling tepat untuk diterapkan pewaralaba (franchise) PT Semestaguna Food & Beverage Your Tea ?
1.3 Tujuan Penelitian
Analisis strategi pengembangan usaha dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Menganalisis faktor-faktor lingkungan eksternal dan lingkungan internal pengembangan usaha pewaralaba (franchise) PT Semestaguna Food &
Beverage Your Tea.
2. Merumuskan alternatif strategi yang paling tepat untuk diterapkan pewaralaba (franchise) PT Semestaguna Food & Beverage Your Tea.
3. Memprioritaskan strategi yang paling tepat untuk diterapkan pewaralaba (franchise) PT Semestaguna Food & Beverage Your Tea.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi:
1. Perusahaan (PT Semestaguna Food & Beverage) sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pengelolaan pendapatan usaha waralaba (franchise) untuk menjalankan strategi yang paling baik untuk diterapkan.
2. Akademis sebagai tambahan informasi bagi penelitian dan pengembangan lebih lanjut mengenai hal yang serupa.
3. Bagi kalangan umum, sebagai bahan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.