Faktor
-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014
Page 1 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo
Sa’adhatun Nisak*), Yuliaji Siswanto**), Puji Pranowowati **)
*) Mahasiswa PSKM STIKES Ngudi Waluyo
**) Dosen PSKM STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebab utama angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 milyar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Tujuan penelitian mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita.
Desain penelitian survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini semua balita di Desa Purbo sebanyak 209 balita. Sampel yang diambil sebanyak 68 balita, teknik pengambilan sampel secara proportional random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis secara univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Ibu (67,6%) berpendidikan rendah, hampir seluruh responden (91,2%) menggunakan sumber air minum terlindung, sebagian besar responden (51,5%) menggunakan tempat pembuangan tinja tidak beresiko terkena diare, Hampir seluruh Ibu (85,3%) mempunyai kebiasaan cuci tangan sesudah buang air besar beresiko terkena diare, Sebagian kecil responden (35,3%) menderita diare. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan Ibu dengan diare (p= 0,591), tidak ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare (p= 0,935), ada hubungan antara tempat pembuangan tinja dengan kejadian diare (p= 0,0001), tidak ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah buang air besar dengan kejadian diare (p=0,475), tidak ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan sesudah buang tinja anak dengan kejadian diare (p=0,413), tidak ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan sebelum menyuapi anak dengan kejadian diare (p=0,649).
Diharapkan bermanfaat bagi tenaga kesehatan untuk memberikan informasi secara rutin kepada masyarakat tentang diare dan kebersihan lingkungan terutama tentang jamban.
Kata kunci : Tingkat pendidikan Ibu, sumber air minum, tempat pembuangan tinja, kebiasaan cuci tangan, kejadian diare
ABSTRACT
Diarrhea disease remains one of the important public health problem because it is a major cause of morbidity and mortality of children in various countries including Indonesia. It is estimated that more than 1.3 billion attacks and 3.2 million deaths per year in children under five are caused by diarrhea. The purpose of the study was to determine the factors associated with the incidence of diarrhea in toddlers.
Faktor
-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014
Page 2 The design of this study was a survey analytic with cross sectional approach. The population in this study were all toddlers at Purbo village. Samples were taken of 68 toddlers with proportional random sampling. Data were analyzed by univariate and bivariate. Univariate analysis by using frequency distribution and bivariate analysis by using chi square test.
The results show that the majority of low-educated mother (67.6%), protected source of drinking water (91.2%), with goose neck (51.5%), sometimes handwashing (95, 6%), diarrhea (35.3%), while the results of the bivariate analysis show that there was no correlation between mother education and diarrhea (p=0.591) there was no correlation between the source of drinking water and diarrhea (p= 0.935), there is a correlation between a excreta disposal and diarrhea (p= 0.0001), there is no correlation between diarrhea and handwashing after BAB (p=0,475), there is a no correlation between diarrhea and handwashing fecal waste after children(p=0,413), there is a no correlation between diarrhea and handwashing before feeding children (p=0,649).
The results of this study are expected to be useful for health professionals to provide regular information to the public about environmental hygiene and diarrhea especially about latrines.
Keywords: Mother's level of education, source of drinking water, excreta disposal site, handwashing, Incident diarrhea
PENDAHULUAN
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 milyar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare.1). WHO meperkirakan statistik di Amerika pada tahun 2009 mencatat tiap tahun terdapat 20-35 juta kasus diare dan 16,5 juta diantaranya adalah balita. Statistik menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia, dua pertiganya adalah balita dengan korban meninggal sekitar 60.000 jiwa.2) AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 11,85 per 1000 kelahiran hidup, meningkat dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 11,50 per 1000 kelahiran hidup,
sedangkan AKABA di Kabupaten Batang tahun 2012 yaitu mencapai 14,72 per 1000 kelahiran hidup. Sebagian besar penyebab meningkatnya prevalensi AKABA yaitu karena kondisisanitasi lingkungan dan faktor perilaku yang buruk yang dapat menyebabkan penyakit diare.
Penemuan penderita diare di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 yaitu sebesar 42,66%, dan di kabupaten/kota Batang sendiri yaitu 38,3%
sedangkan cakupan penemuan dan penanganan penderita diare yaitu dengan target sebesar 100%, jika dilihat dari indikator SPM (Standar Pelayanan Minimal), Provinsi Jawa Tengah belum memenuhi target indikator SPM tersebut insidens diare pada balita di Jawa Tengah yaitu 6,5% dan prevalen diare yaitu 6,7%.3)
Faktor risiko yang sangat berpengaruh untuk terjadinya diare pada balita yaitu faktor
Faktor
-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014
Page 3 lingkungan (Sumber air minum, tempat
pembuangan tinja), faktor sosio demografi (tingkat pendidikan Ibu), dan factor perilaku (kebiasaan cuci tangan). Faktor-faktor risiko diatas tersebut merupakan faktor yang berasal dari luar dan dapat untuk diperbaiki, sehingga dengan memperbaiki faktor risiko tersebut diharapkan dapat menekan angka kesakitan dan kematian diare pada balita.4) Desa Purbo, jika dilihat dari keadaan lingkungan, sosiodemografi dan faktor perilaku sebagian penduduk sudah baik, tetapi kejadian diare pada balita masih ada. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dalam bentuk survei analitik menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua balita Desa Purbo yang berjumlah 209 balita,besar sampel didapatkan 68 responden.
Teknik pengambilan sampel Proporsional Stratified Random Sampling. zTeknik pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Analisis data dengan analisis univariat (prosentase dan distribusi) dan bivariat menggunakan uji chi square untuk variabel tempat pembuangan tinja, uji fisher’s exact untuk variabel tingkat pendidikan Ibu, kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah BAB, sesudah buang tinja anak, sebelum menyuapi anak, dan uji kolmogorov smirnov untuk sumber air minum, dan dianalisis dengan program SPSS 16,0 for windows pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Distribusi Frekuensi tingkat pendidikan Ibu
Berdasarkan tabel 1, sebagian besar pendidikan ibu adalah berpendidikan rendah dengan persentase 67,6% (46 responden) dan sebagian kecil responden berpendidikan menengah dengan persentase 32,4% (22 responden). Hal ini disebabkan karena jarak tempuh yang jauh dan juga tidak tersedianya angkot desa untuk menuju tempat pendidikan.
Sumber air minum
Tabel 2. Distribusi Frekuensi sumber air minum
Sumber Air Minum
Frekuensi Persentase (%)
Air tidak terlindung 62 91,2
Air terlindung 6 8,8
Total 68 100,0
Berdasarkan tabel 2, hampir seluruh responden menggunakan sumber air tidak terlindung dengan persentase 91,2% (62 responden) dan sedikit dari responden menggunakan sumber air terlindung dengan persentase 8,8% (6 responden).
Mayoritas penduduk menggunakan sumber air yang berasal dari sumur dan sebagian besar keadaan sumur di Desa Purbo merupakan sumur gali dan tidak dibangun atap, cara pengambilan airnya sebagian masyarakat Desa Purbo menggunakan timba air, kondisi mata air di Desa Purbo yaitu air ditampung di dalam bak besar yang tidak diberi tutup dan kemudian air tersebut disalurkan ke rumah
Tingkat Pendidikan Ibu
Frekuensi (%)
Rendah 46 67,6
Menengah 22 32,4
Total 68 100,0
Faktor
-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014
Page 4 warga dengan menggunakan selang ataupun
pralon.
Desa Purbo sendiri sudah terdapat sumber air yang berasal dari air ledeng/PAM tetapi sumber air tersebut tidak tersebar menyeluruh hanya beberapa responden saja menggunakan air dari ledeng/PAM, hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat yang rendah sehingga mereka hanya menggunakan sumur ataupun mata air. Sumber air minum merupakan salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan cukup besar dalam kehidupan.
Tempat pembuangan tinja
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tempat pembuangan tinja
Tempat pembuangan tinja
Frekuensi Persentase (%)
Beresiko 33 48,5
Tidak beresiko 35 51,5
Total 68 100,0
Berdasarkan tabel 3, sebagian dari responden 51,5% (35 respoden), menggunakan tempat pembuangan tinja tidak beresiko dan sangat sedikit dari responden 11,8% (8 responden) menggunakan tempat pembuangan tinja yang beresiko terkena diare.
Masyarakat Desa Purbo masih ada yang menggunakan jamban empang dan sungai, hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan geografis di Desa Purbo terdapat sungai yang jarak dengan rumah penduduk tidak jauh, sehingga penduduk yang tingkat perekonomiannya masih rendah lebih memilih membuang tinjanya di sungai maupun di empang.
Kebiasaan cuci tangan
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kebiasaan cuci tangan Ibu
Variabel Frekuensi Persentase Kebiasaan cuci tangan
Ibu sesudah BAB
Beresiko 58 85,3
Tidak beresiko 10 14,7
Kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah Buang Tinja Anak
Beresiko 62 91,2
Tidak beresiko 6 8,8
Variabel Frekuensi Persentase Kebiasaan cuci tangan Ibu
sebelum menyuapai makan anak
Beresiko 63 92,6
Tidak beresiko 5 7,4
Total 68 100,0
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa hampir seluruh responden 85,3% (58 responden) mempunyai kebiasaan cuciitangan beresiko (tidak pernah, kadang-kadang) terkena diare dan sangat sedikit dari responden 14,7%
(10 responden) yang mempunyai kebiasaan cucitangan tidak beresiko terkena diare, untuk kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah buang tinja anak hampir seluruh responden 91,2% (62 responden) mempunyai kebiasaan cuci tangan beresiko (tidak pernah, kadang-kadang) terkena diare dan sangat sedikit dari responden 8,8% (6 responden) yang mempunyai kebiasaan cuci tangan tidak beresiko terkena diare, kemudian untuk kebiasaan cuci tangan Ibu sebelum menyuapi makan anak hampir seluruh responden 92,6% (63 responden) mempunyai kebiasaan cuci tangan beresiko dan sangat sedikit dari responden 7,4% (5 responden) yang mempunyai kebiasaan tidak beresiko terkena diare. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah mengenai pentingnya cuci tangan menggunakan
Faktor
-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014
Page 5 sabun. Berdasarkan hasil wawancara kepada
responden diperoleh hasil bahwa masyarakat Desa Purbo beranggapa apabila kondisi tangan tidak berbau dan tidak kotor maka dianggap bahwa tangan tersebut masih dalam keadaan bersih
Kejadian Diare
Tabel 5 Distribusi Frekuensi kejadian diare
Kejadian diare Frekuensi Persentase (%)
Diare 24 35,3
Tidak diare 44 64,7
Total 68 100,0
Berdasarkan tabel 5,sebagian dari responden tidak menderita diare dengan
persentase 64,7% (44 responden) sedangkan yang menderita diare yaitu 35,3% (24 responden). Diare pada balita disebabkan oleh faktor infeksi, alergi, malabsorbsi, keracunan, imunodefisiensi. Usia balita memiliki struktur organ yang masih immatur dibandingkan pada usia dewasa baik dari sistem imun, perubahan fisik seperti sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem pencernaan. Sistem yang masih immatur ini menjadikan balita lebih rentan terhadap penyakit.5
Tabel 6 Hubungan tingkat pendidikan Ibu, Sumber air minum, Tempat pembuangan tinja, Kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah buang air besar, sesudah buang tinja anak, sebelum menyuapi anak dengan kejadian diare.
Variabel
Kejadian Diare
Total
p-value Diare Tidak diare
f % f % f %
1. Tingkat pendidikan Ibu Rendah
Menengah
15 9
32,6 40,9
31 13
67,4 59,1
46 22
100,0 100,0
0,591
2. Sumber air minum Air tidak terlindung Air terlidung
24 0
38,7 0,0
38 6
61,3 100,0
62 6
100,0 100,0
0,935
3. Tempat pembuangan tinja Beresiko
Tidak beresiko
20 4
60,6 11,4
13 31
39,4 88,6
33 35
100,0 100,0
0,0001
4. Kebiasaan cuci tangan ibu sesudah BAB Beresiko
Tidak beresiko
22 2
37,9 20,0
36 8
62,1 80,0
58 10
100,0 100,0
0,475
5. Kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah buang tinja anak
Beresiko Tidak beresiko
23 1
37,1 18,7
39 5
62,9 83,3
62 6
100,0 100,0
0,413
6. Kebiasaan cuci tangan Ibu sebelum menyuapi makan anak
Tidak beresiko Beresiko
23 1
36,5 20,0
40 4
63,580,0 63 5
100,0 100,0
0,649
Faktor
-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014
Page 6 Hubungan tingkat pendidikan Ibu dengan
kejadian diare
Berdasarkan tabel 6, didapatkan hasil bahwa persentase tingkat pendidikan Ibu menengah dan menderita diare lebih banyak yaitu 40,9% (9 responden) daripada responden yang tingkat pendidikan Ibu rendah yaitu 32,6%
(15 responden). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikana Ibu dengan kejadian diare pada balita (p=0,59). Hal ini dikarenakan pendidikan tinggi tidak menjamin bahwa perilaku hidup bersih dan sehatnya juga baik. Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan.
tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilakunya.6)
Hubungan sumber air minum dengan kejadian diare
Hasil analisis sumber air minum menunjukkan persentase sumber air minum tidak terlindung yaitu 38,7% (24 responden) lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang menderita diare dan menggunakan sumber ait minum terlindung yaitu 0,0%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada balita (p=0,935). Hal ini dikarenakan sebagian besar responden
menggunakan sumber air tidak terlindung seperti sumur, sudah memenuhi syarat kesehatan bagi rumah tangga seperti jarak sumur dengan tempat pembuangan tinja, jarak sumur dengan tempat pembuangan sampah, dan saluran pembuangan air limbah yaitu ≥10 meter. Berdasarkan hasil wawancara secara langung dengan responden untuk keperluan minum keluarga, ibu terlebih dahulu memasak air minum sampai mendidih. Air minum yang sudah direbus sampai mendidih, akan membunuh mikroorganisme dalam air tersebut, sehingga air yang diminum tidak mengandung mikroorganisme yang dapat menumbulkan penyakit.7)
Hubungan tempat pembuangan tinja dengan kejadian diare
Hasil analisis tempat pembuangan tinja menunjukkan persentase tempat pembuangan tinja yang beresiko (jamban empang, sungai) yaitu 60,6% (20 responden) sedangkan pada tempat pembuangan tinja tidak beresiko (jamban leher angsa) dan menderita diare yaitu 11,4% (4 responden). Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara tempat pembuangan tinja dengan kejadian diare pada balita (p=0,0001). Hal ini dipengaruhi oleh faktor perilaku responden mengenai kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan khususnya tempat pembuangan tinja, masyarakat lebih memilih membuang tinjanya ke sungai, berdasarkan hasil wawancara mereka beranggapan bahwa dengan membuang tinja di sungai, maka tinja akan langsung mengikuti arus air, padahal penularan
Faktor
-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014
Page 7 diare dapat dikarenakan air yang tercemar tinja
penderita. Pada masyarakat Desa Purbo tersebut masih ada yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan dirinya, seperti untuk mencuci tngan.
Tempat pembuangan tinja yang tidak saniter yaitu jamban empang dan sungai, tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Penularan diare bisa terjadi melalui feses ke mulut dalam jalur ini kuman yang dikeluarkan dari tubuh penderita melalui feses dapat menulari orang lain bila tertelan melalui kontaminasi suplai air sentuhan tangan di kamar mandi dan dapur, memakan makanan yang terkontaminasi oleh lalat yang sudah terkontaminasi feses penderita.8)
Hubungan kebiasaan cuci tangan Ibu dengan kejadian diare.
Hasil analisis hubungan antara kebiasaan cuci tangan ibu sesudah BAB dengan kejadian diare menunjukkan bahwa persentase balita yang menderita diare dan kebiasaan cuci tangan Ibu yang beresiko terkena diare lebih besar yaitu 37,9 % (22 responden) dibandingkan dengan kebiasaan cuci tangan Ibu yang tidak beresiko terkena diare yaitu 20,0%
(2 responden), Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubunan antara kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah BAB dengan kejadian diare pada balita (p=0,475), untuk hasil analisis kebiasaan cuci tangan ibu sesudah membuang tinja anak dengan kejadian diare menunjukkan bahwa persentase balita yang menderita diare dan kebiasaan cuci tangan Ibu yang beresiko terkena diare yaitu 37,1% (23 responden) dibandingkan dengan kebiasaan
cuci tangan Ibu yang tidak beresiko (selalu) yaitu 18,7% (1 responden), Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah buang tinja anak dengan kejadian diare pada balita (p=0,413), dan untuk analisis hubungan antara kebiasaan cuci tangan ibu sebelum menyuapi anak dengan kejadian diare menunjukkan bahwa persentase balita yang menderita diare dan kebiasaan cuci tangan Ibu yang beresiko terkena diare lebih besar yaitu 36,5% (23 responden) dibandingkan dengan kebiasaan cuci tangan Ibu yang tidak beresiko yaitu 20,0% (1responden). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan Ibu sebelum menyuapi anak dengan kejadian diare pada balita (p=0,649).
Dari hasil analisis statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah BAB, sesudah buang tinja anak dan sebelum menyuapi makan anak sama-sama tidak mempunyai hubungan dengan kejadian diare. Pada hasil penelitian, responden yang tidak mencuci tangan dengan sabun tetapi tidak menderita diarea, hal ini dipengaruhi oleh faktor imunodefisiensi masing-masing responden yaitu apabila daya tahan tubuh seseorang baik maka tubuh dapat menahan patogen/kuman yang masuk ke dalam tubuh, sedangkan apabila daya tahan tubuh seseorang menurun maka tubuh tidak menahan patogen/kuman yang masuk ke dalam tubuh.9)
Faktor
-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014
Page 8 KESIMPULAN
1. Sebagian besar pendidikan ibu adalah rendah (67,6%).
2. Hampir seluruh responden menggunakan sumber air tidak terlindung (91,2%).
3. Sebagian dari responden menggunakan tempat pembuangan tinja tidak beresiko terkena diare (51,5%).
4. Hampir seluruh responden mempunyai kebiasaan cuci tangan sesudah BAB yang beresiko terkena diare dengan persentase (85,3%)
5. Hampir seluruh responden kebiasaan cuci tangan sesudah buang tinja anak beresiko terkena diare (tidak pernah, kadang- kadang) dengan persentase yaitu 91,2% (62 responden).
6. Hampir seluruh responden mempunyai kebiasaan cuci tangan sebelum menyuapi makan anak beresiko terkena diare (92,6%).
7. Sebagian dari balita tidak menderita diare (64,7%).
8. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan Ibu dengan kejadian diare pada balita (p=0,591).
9. Tidak ada hubungan yang signifikan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada balita (p=0,935).
10. Ada hubungan yang signifikan antara tempat pembuangan tinja dengan kejadian diare (p=0,0001)
11. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah BAB dengan kejadian diare (p=0,475)
12. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah buang tinja anak dengan kejadian diare(p= 0,413) 13. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan cuci tangan Ibu sebelum menyuapi makan anaknya dengan kejadian diare (p=0,649)
SARAN
1. Bagi masyarakat
Masyarakat berperan aktif dalam pencegahan diare dengan menyediakan pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan dan melakukan hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan memberikan informasi secara rutin kepada masyarakat tentang bahaya diare dan pencegahannya.
3. Bagi Peneliti lanjutan
Perlu adanya penelitian lebih dalam mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare misalnya dengan mengukur sumber air minum berdasarkan syarat fisik, syarat bakteriologis dan juga syarat kimia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kunoli, Josep Firdaus. 2012. Penyakit Tropis. Jakarta: CV. Trans Info Media.
2. WHO (World Health Organization). 2009.
3. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
4. Irianto,Susanto,Supartini, Inswisri, Irianti,
& Anwar. 2000. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita,Bulein Penelitian Kesehatan. Tahun 2000 No.24 hal 77-96.
Faktor
-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014
Page 9 5. Widjaja, 2001. Mengatasi Diare dan
Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka.
6. Notoatmodjo, 2003.Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
7. Efendi, Ferry 2009. Teori dan Praktik Keperawatan. Jakarta: 2009
8. Departemen Kesehatan R.I, 2005. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Depkes RI.
9. Wijoyo, Yosep. 2013. Pahami Penyakit Diare dan Obatnya. Yogyakarta: PT. Citra Aji Pratama.