BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
Dalam penelitian memerlukan sebuah konsep dasar atau landasan dasar yang sudah teruji. Landasan dasar tersebut dapat berupa teori maupun metode yang digunakan sebagai bahan acuan. Berikut beberapa landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini.
a. Tata Letak (layout)
Tata letak merupakan susunan fasilitas-fasilitas dalam sebuah perusahaan.
Tata letak memiliki banyak dampak dalam perusahaan karena berperan penting dalam aliran bahan-bahan, produksi dan penyimpanan.
a. Definisi
Tata letak menurut Heizer dan Render (2012), tata letak merupakan suatu keputusan penting untuk menentukan efisiensi proses produksi dan fasilitas-fasilitas perusahaan. Tata letak memiliki banyak dampak strategis meliputi kapasitas, proses, fleksibilitas, kualitas lingkungan kerja, kontrak pelanggan dan citra perusahaan. Tata letak yang efisien dapat mengoptimalkan waktu dan alur manufaktur.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan tata letak merupakan suatu sistem yang berkaitan diantara semua bagian dan fasilitas yang mendukung kegiatan operasional.
b. Tujuan Tata Letak
Tata letak memiliki tujuan untuk mengatur area kerja dan segala
fasilitas produksi yang ada di perusahaan agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan. Tata letak berhubungan erat dengan segala proses perencanaan dan pengaturan tata letak dari mesin, peralatan, aliran bahan, dan orang-orang yang bekerja di masing-masing stasiun kerja yang ada.Tata letak yang efektif juga memungkinkan untuk memperlancar aliran material, orang, dan informasi di dalam perusahaan.
c. Jenis-jenis Tata Letak
Tata letak memiliki beberapa jenis. Jenis-jenis tata letak dalam perusahaan harus sesuai dengan keperluan proses produksinya. Ada tujuh macam jenis tata letak menurut Heizer & Render (2016) yaitu
a. Tata letak toko eceran (retail layout), menyediakan rak – rak dan memberikan tanggapan atas kebiasaan pelanggan.
b. Tata letak gudang (warehouse layout), mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan antara ruang dan penanganan material.
c. Tata letak kantor (office layout), menempatkan pekerja, perlengkapan mereka dan ruang antara/ kantor guna melancarkan pergerakan informasi.
d. Tata letak berorientasi produk (product oriented layout), mencari personel terbaik dan penggunaan mesin dalam produksi repetitif dan berkesinambungan.
e. Tata Letak berorientasi proses (process oriented layout), menangani volume rendah, produksi dengan keragaman produksi dengan jeda.
f. Tata letak sel kerja, menata mesin dan perlengkapan guna memusatkan perhatian pada produksi suatu produk tunggal atau kelompok produk- produk terkait.
g. Tata letak posisi tetap (fixed position layout), memepertimbangkan persyaratan tata ruang bagi proyek-proyek besar.
Dari penjelasan tersebut mengenai jenis jenis tata letak, maka dapat disimpulkan setiap penerapan tata letak berbeda-beda begitu pula dengan variasinya. Hal ini dikarenakan perbedaan usaha antar perusahaan berbeda dan sesuai kebutuhan perusahaan tersebut dalam penerapannya.
d. Gudang
Menurut Hari Purnomo (2011), gudang merupakan tempat penyimpanan barang baik bahan baku maupun barang jadi yang siap dipasarkan. Gudang juga merupakan fasilitas dan aktifitas yang dapat digunakan sebagai pendukung perusahaan manufaktur.
Menurut Heizer dan Render (2016), Tata letak gudang (warehouse layout), mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan antara ruang dan penanganan material. Tujuan dari tata letak gudang yaitu untuk meminimalkan biaya pengadaan dan operasional gudang. Tata ketak gudang yang efisian dapat meminimalkan barang rusak yang ada didalam gudang.
a. Fungsi Gudang
Menurut Hari Purnomo (2010), gudang digunakan sebagai fasilitas pelayanan produksi, gudang mempunyai fungsi antara lain - sebagai berikut:
1) Sebagai penyeimbang dan penyangga bervariasinya antara jadwal produksi dan permintaan. Pergudangkan biasanya ditempatkan dekat pada titik proses produksi agar memudahkan dalam proses pemindahan barang.
2) Sebagai produk mixing. Yaitu digunakan untuk menggabungkan dan menghimpun produk dari berbagai macam proses produksi dari suatu perusahaan atau sebelum dikirim pada pelanggan. Untuk itu pergudangan ditempatkan ditengah tengah antara lokasi produksi atau tempat loading barang untuk didistribusikan.
3) Pergudangan akan memperpendek jarak transportasi dalam pendistribusian barang. Dengan frekuensi pengembalian item dan pengirimannya dilakukan setiap hari.
b. Jenis gudang
Gudang tidak hanya memiliki satu jenis gudang, melainkan ada beberapa jenis gudang yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Menurut Hadiguna (2012), selain ditentukan oleh besarnya ruangan, kapasitas gudang juga ditentukan oleh cara mengatur layout barang yang disimpan. Gudang dengan tata ruang sembarangan dan berserakan tentunya kurang efisien dibandingkan dengan gudang yang tertata rapi.
Terdapat hal yang harus di perhatikan yaitu jenis barang yang disimpan apakah barang tersebut termasuk antara lain :
1) Fast moving yaitu barang yang sirkulasinya cepat, biasanya berupa barang barang yang waktu tengat untuk keluar.
2) Slowmoving yaitu barang yang sirkulasinya lambat biasanya seperti barang barang yang waktu tengatnya lama keluar atau stock banyak
Menurut Hari Purnomo (2011), pada suatu pabrik gudang dapat dibedakan menurut karakteristik produk yang disimpan, yaitu
1) Penyimpanan bahan baku Gudang yang digunakan untuk menyimpan material yang dibutuhkan dalam proses produksi.
Lokasi gudang umumnya berada di dalam bangunan pabrik.
Gudang demikian disebut pula stockroom karena fungsinya untuk menyimpan stock untuk kebutuhan tertentu.
2) Penyimpanan barang setengah jadi
Dalam proses produksi kita sering menemui bahwa benda kerja harus melalui berbagai macam proses produksi dalam pengerjaannya sehingga prosedurnya harus berhenti karena dari proses ke proses berikutnya membutuhkan waktu pengerjaan yang tidak sama. Akibatnya barang atau material harus menunggu sampai mesin atau operator siap mengerjakannya.
3) Penyimpanan produk jadi Gudang ini digunakan untuk menyimpan produk yang telah selesai dikerjakan.
4) Penyimpanan bagi pemasok
Gudang yang digunakan untuk menyimpan barang non produktif dan akan digunakan untuk pengepakan, perawatan dan penyimpanan barang kebutuhan kantor.
5) Penyimpanan komponen jadi
Gudang yang digunakan untuk menyimpan komponen yang siap dirakit. Biasanya gudang ini berdekatan dengan area perakitan.
6) SalvageGudang yang digunakan untuk menyimpan barang yang cacat produksi sebelum diproses kembali.
7) Buangan dan limbah
Gudang yang digunakan untuk menyimpan material atau komponen yang salah dikerjakan atau yang tidak dapat diperbaiki.
Dari beberapa macam jenis gudang diatas, ruangan yang diperlukan untuk proses penyimpanan tergantung dari fungsi dan keputusan manajemen perusahaan.
c. Aktifitas Pergudangan
Gudang memiliki fungsi yang cukup penting dalam menjaga kelancaran operasional produksi suatu pabrik. Sebagai bagian dari penyimpanan produk ada bermacam-macam aktifitas yang terjadi.
Menurut Warman (2012) beberapa yang terjadi dalam gudang yaitu:
1) Receiving, yaitu melakukan penerimaan barang dari pemasok.
2) Prepackaging, yaitu penerimaan bahan dan aktfitas pengepakan komponen, bisa juga pengombinasian dua komponen.
3) Putaway, merupakan proses pemindahan barang dari dok penerimaan kegudang penyimpanan.
4) Storage/gudang, merupakan proses penahanan barang sambal menunggu permintaan. Bentuk gudang tergantung ukuran dan kualitas item didalam persediaan.
5) Customer order picking, merupakan aktifitas pemindahan barang dari gudang penyimpanan atau dari lokasi picking untuk kemudian disiapkan untuk proses pengiriman.
6) Packing, proses packing merupakan proses pengepakan barang yang akan dikirim ke konsumen.
7) Cross docking, merupakan proses pemindahan barang dari area receiving langsung ke lokasi shipping tanpa melalui aktifitas penyimpanan digudang.
8) Shipping, aktifitas ini merupakan pengiriman produk dan proses pembuatan.
e. Definisi perencanaan tata letak fasilitas
Perencanaan tata letak fasilitas sangat penting dalam sebuah perusahaan baik itu perusahaan kecil maupun besar. Menurut Tompkins (2010) perencanaan tata letak fasilitas di definisikan sebagai perencanaan tata cara mengatur fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjung kelancaran proses produksi. Tata letak berhubungan erat dengan segala proses perencanaan dan pengaturan tata letak dari mesin, peralatan, aliran bahan, dan orang-orang yg bekerja dalam perusahaan.
Tahap-tahap dalam perencanaan fasilitas dapat di definisikan dibawah ini:
1) Mendifinisakan masalah
2) Melakukan analisis terhadap masalah tersebut 3) Membuat beberapa alternatif rancangan
4) Melakukan evaluasi terhadap alternative yang dikemukakan 5) Pilih rancangan terbaik
6) Implementasikan rancangan tersebut
Dari berbagai tahapan dalam perencanaan fasilitas dapat disimpulkan bahwa untuk mengatur ulang sebuah tata letak maka di perlukan berbagai macam langkah. Mulai dari mengetahui masalah nya sampai mengimplementasikannya.
f. Material Handling
Material handling dalam perusahaan dapat mempengaruhi arus lancar tidaknya sebuah proses produksi. Menurut Rochman, dll (2010), material handling bisa diartikan sebagai pergerakan memindahkan barang dari suatu tempat, berhenti ditempat lain kemudian berpindah lagi. Proses penanganan bahan mempengaruhi produktifitas, personil, ruang, dan peralatan. Tujuan material handling menurut Rohman.dll (2010) yaitu untuk mengurangi biaya produksi dan guna meningkatkan efisiensi perpindahan material dari satu departemen ke departemen lainnya. Oleh karena itu, perlu memperhatikan beberapa pertimbangan karakteristik material, tingkat aliran material, tipe tata letak pabrik dan perlatan yang sesuai.
a. Perencanaan Material Handling
Dalam perencanaan material handling perusahaan atau pabrik harus menyesuaikan dengan tata letak ataupun layout dari perusahaan karena tata letak yang efisien dapat menangani sistem material handling secara menyeluruh. Menurut Hejanto (2010), perencanaan material handling merupakan suatu komponen penting dalam perencanaan fasilitas, terutama kaitannya yang erat dengan desain tata letak.
Ongkos material handling menurut Susetyo, dll. (2010), kendala yang dialami sebuah perusahaan dalam proses dan fasilitas yaitu dalam hal perpindahan bahan baku dan bahan jadi yang kurang efisien. Seperti dalam proses produksinya terdapat aliran perpindahan bahan dan barang yang kurang teratur sehingga mengganggu aliran perpindahan barang. Oleh karena itu perlu adanya pertimbangan membuat atau mengubah tata letak fasilitas yang lebih efektif dan efisien.
Umumnya, biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan material handling cukup besar. Menurut karonsih, dll. (2013) untuk menghemat atau meminimalkan biaya perpindahan barang yaitu dengan cara memperbaiki tata letak dan memperpendek jarang perpindahan barang.
Susetyo, dll. (2010) mengatakan bahwa pemilihan ongkos material handling dapat dikatakan berhasil dalam tata letak disebebkan oleh beberapa alasan, yaitu :
1) Ongkos material handling cukup besar dan terjadi secara terus menerus di samping juga termasuk dalam klasifikasi ongkos variabel. Material handling pada dasarnya merupakan kegiatan yang tidak produktif yaitu dalam arti tidak memberikan nilai tambah apa-apa dari material yang dipindahkan.
2) Ongkos material handling dapat dengan mudah dihitung. Biasanya ongkos material handling akan proporsional dengan jarak pemindahan material.
3) Ongkos material handling seringkali akan sangat dipengaruhi oleh relayout-nya sendiri
Pengukuran jarak dilakukan dengan rectilinier dan pada pengukuran jarak masing-masing tidak memperhatiakan lintasan.
Sehingga pengukuran dilakukan dari secara langsung dari titik tengan departemen produksi.
b. Peralatan Material Handling
Menurut Purwaningsih (2010), ada beberapa desain perlatan material yang ada dalam industri, yaitu :
1) Peralatan kontainer dan pengunitan
Kontainer : pallet, skid dan skid box, pengunitan : strechwrap , palletizers
2) Peralatan transportasi material
Merupakan peralatan yang menggunakan tenaga mesin, biasanya digunakan untuki memindahkan muatan merata dari tempat ke
temoat dengan lintasan tetap, dengan fungsi utama yaitu, mengantar contohnya : conveyor,handtruck,pallet truck dan crane 3) Peralatan penyimpanan dan pengumpulan
Peralatan yang digunakan untuk menyimpan barang bertingkat dalam rak
4) Peralatan identifikasi
Peralatan yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu barang,contoh : smartcard
g. Metode Tata Letak Penyimpanan
Salah satu aktivitas gudang adalah penyimpanan. Penataan penyimpanan dalam gudang sangat penting agar dapat mencapai efesiensi transportasi pemindahan barang. Beberapa masalah tata letak dan lokasi timbul dalam proses perancangan sistem penyimpanan.
Beberapa alternatif aturan lokasi penyimpanan yang ada digunakan untuk menentukan penempatan tiap barang pada lokasi penyimpanannya.
Menurut Heragu (2012) aturan lokasi penyimpanan dapat dibagi dalam tiga kategori utama yaitu dedicated storage, randomized storage, dan class- based storage.
a) Dedicated storage location
Dedicated storage juga disebut dengan petak penyimpanan yang tetap (fixed slot storage) yang menempatkan lokasi atau alamat simapanan yang spesifik untuk tiap barang yang disimpan. Hal ini
dikarenakan satu lokasi simpanan diberikan pada satu produk yang spesifik.
Dengan dedicated storage, jumlah lokasi penyimpanan yang diberikan pada produk harus mampu memenuhi kebutuhan penyimpanan maksimum produk. Dengan multi produk, daerah penyimpanan yang dibutuhkan adalah jumlah kebutuhan penyimpanan maksimum untuk tiap produk.
b) Randomized Storage Location.
Randomized storage disebut juga sebagai petak penyimpanan yang tersebar (floating slot storage) atau lokasi penyimpanan untuk produk tertentu yang berubah atau mengambang setiap waktu. Dalam prakteknya, randomized storage didefinisikan bahwa saat barang datang untuk disimpan, barang tersebut ditempatkan di lokasi yang lebih dekat.
Penarikan dilakukan berbasis first-in first- out. Jika ada lebih dari satu input point, lokasi yang dipilih adalah yang terdekat dengan input point yang dilalui barang untuk masuk ke penyimpanan.
Dalam pemodelannya, umumnya diasumsikan tiap slot penyimpanan yang kosong menjadi pilihan yang sama untuk penyimpanan saat operasi penyimpanan dilakukan atau diasumsikan tiap unit produk tertentu dianggap sama dalam hal pengambilan saat beberapa lokasi lokasi penyimpanan telah diisi produk dan operasi pengambilan terjadi. Pada saat gudang relatif penuh,tidak ada perbedaan yang singnifikan dalam jarak perjalanan yang berlaku melalui asumsi
“kesamaan” dan yang dihasilkan dari praktek “slot terbuka yang terdekat”. Tapi untuk “gudang yang jarang” aka nada perbedaan yang jarak perjalanan yang berlaku.
c) Class-based storage
Aturan lokasi penyimpanan ini berada di antara aturan dedicated storage dan randomized storage. Class-based storage ini didasarkan pada hukum pareto dengan memperhatikan level aktivitas penyimpanan dan penarikan yang dikembangkan untuk item yang berbeda. Dalam gudang 80% aktivitas S/R diberikan pada 20% dari item, 15% pada 30%
dari item, dan yang terakhir 5% aktivitas S/R pada 50% dari item. Item yang masuk diklasifikasikan pada tiga kelas sebagai A, B, dan C berdasarkan level aktivitas S/R (dari tinggi ke rendah) dikembangkan.
Untuk meminimumkan waktu atau jarak yang dihabiskan dalam penyimpanan dan penarikan, kelas A diletakkan terdekat dengan input/output point, selanjutnya kelas B, dan kelas C yang terjauh.
Dari ketiga aturan diatas, penelitian lebih difokuskan pada dedicated storage location. Pada dedicated storage, produk ditempatkan berdasarkan lokasi storage/retrieval dalam usaha meminimasi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan operasi penyimpanan dan penarikan.
h. Metode Dedicated Storage
Dedicated Storage atau lokasi penyimpanan yang tetap (fixed slot storage) menurut Heragu (2012), merupakan penempatan lokasi atau tempat simpanan yang spesifik untuk tiap barang yang akan disimpan. Hal
ini dikarenakan suatu lokasi simpanan yang diberikan kepada satu produk yang spesifik.
Menurut Abyadl, (2017), ada dua jenis dedicated storage yang sering digunakan dalam perusahaan, yaitu part number sequence storage dan throughput – based dedicated storage. part number sequence storage adalah metode yang lebih sederhana dan sering digunakan karena lokasi penyimpanan suatu pabrik didasarkan hanya pada penomoran part yang diberikan. Nomor part yang tinggi di berikan kepada yang jauh dari titik I/O, sedangkan nomor part yang lebih rendah diberikan kepada tempat yang dekat dengan titi I/O. Secara khusus, pemberian nomor part diberikan secara random tampa memperhatikan aktivitas yang ada. Oleh karena itu, jika satu part dengan nomor yang sangat besar dengan aktivitas permintaan yang tinggi, perjalanan berulang kali akan terjadi pada lokasi penyimpanan yang sangat buruk.
Menurut Pernama (2014), Throughput-based dedicated storage merupakan suatu alternatif dari part number sequence. Merupakan metode yang menggunakan pertimbangan pada perbedaan level aktivitas dan kebutuhan simpanan diantara produk yang akan disimpan. Throughput- based dedicated storage lebih kepada Throughput-based dedicated storage pada saat dijumpai perbedaan signifikan pada aktifitas ataupun inventori barang yang disimpan. Dengan dedicated storage, jumlah lokasi penyimpanan pada produk harus memenuhi kebutuhan penyimpanan maksimum produk. Dengan adanya penyimpanan multiproduk, daerah
peyimpanan yang dibutuhkan adalah jumlah kebuthan penyimpanan maksimum untuk setiap produk.
Berikut langkah-langkah dalam pengolahan data dengan metode dedicated storage:
a. Space Requirement (Kebutuhan Ruang)
Perhitungan kebutuhan ruang dilakukan untuk mengetahui jumlah slot dan luas lantai yang diperlukan untuk masing-masing produk yang akan disimpan di gudang. Rumus yang dipakai adalah:
𝑆𝑝𝑎𝑐𝑒 𝑅𝑒𝑞𝑖𝑟𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 =Jumlah terbanyak penyimpanan dalam satu bulan Kapasitas penyimpanan produk per slot
b. Perhitungan Throughput
Perhitungan throughput dilakukan berdasarkan pada aktivitas penerimaan/pengiriman pada gudang produk jadi rata-rata per bulannya. Rumus yang dipakai adalah:
𝑇 = aktifitas penerimaan rata rata/hari
jumlah pemindahan sekali angkut +aktifitas pengiriman rata rata/hari jumlah pemindahan sekali angkut
c. Penempatan Produk (Assignment)
Langkah-langkah dalam penempatan produk:
1) Perankingan produk berdasarkan perbandingan throughput (Tj) dan storage (Sj).
Rumus yang dipakai adalah:
𝑇
𝑆= 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑡ℎ𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ𝑝𝑢𝑡
𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑙𝑜𝑡 (𝑠𝑝𝑎𝑐𝑒 𝑟𝑒𝑞𝑢𝑖𝑟𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡)
2) Perhitungan jarak perjalanan (distance traveled) antara tiap slot
penyimpanan dengan titk I/O.
Jarak perjalanan antara tiap slot dengan titik I/O diukur dengan menggunakan metode rectilinear distance, dimana jarak diukur sepanjang lintasan dengan menggunakan garis tegak lurus (orthogonal) satu dengan yang lainnya. Rumus yang sering dipakai adalah dx = |x – a| + |y – b|
3) Penempatan produk
Penempatan produk dilakukan dengan cara menempatkan produk dengan nilai T/S tertinggi pada slot dengan jarak terkecil, lalu produk tertinggi kedua pada slot terkecil kedua, dan seterusnya.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu digunakan sebagai perbandingan dan acuan dalam penelitian yang dilakukan. Adapun hasil penelitian yang dijadikan acuan tidak lepas dari topik penelitian yaitu mengenai penjadwalan pengaturan ulang tata letak fasilitas produksi pada perusahaan manufaktur.
Dalam perkembangan model penentuan tata letak dalam gudang pada perusahaan seperti yang dilakukan oleh Kuswoyo, etc (2016), meneliti tentang Sistem penyimpanan pada industri manufaktur di era modern. Tujuan dari penelitian ini yaitu kurang baiknya prosedur penataan barang pada gudang, sehingga gudang terkesan sempit dan kurang tertata menyebabkan ketidak efisienan waktu pengambilan dan penyimpanan material. Alat analisis yang digunakan yaitu dedicated storage. Hasil dari penelitian ini yaitu metode
shaared storage dan rel space ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat tata letak gudang atau pabrik menjadi tempat yang efisien.
Perencanaan tata letak dalam gudang yang baik akan memberikan kemudahan dalam kegiatan operasional pergudangan seperti penelitian dari Yongki Feryndra dan Moses Laksono (2016) meneliti tata letak gudang pada PT Pipa Baja merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tata letak yang paling optimal (pendek) dari segi jarak material handling mulai dari tempat penyimpanan ke titik masuk-keluar gudang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa luas area yang dibutuhkan secara keseluruhan untuk area penyimpanan adalah 18859 m atau sekitar ± 54 % dari luas area total yang tersedia, dan layout usulan 1 merupakan pilihan layout terbaik dengan R-score sebesar 78 dan jarak tempuh total kumulatif sebesar 209801 m untuk 2476 aktivitas penyimpanan dan pengambilan selama satu tahun.
Penerapan tata letak yang baik untuk penyimpanan produk dalam gudang dapat dilakukan jika perusahaan menentukan rencana penyimpanan yang baik seperti penelitian Irfan Hadi Permana, Muhammad Adha Ilhami dan Evi Febianti (2013) meneliti PT. ABC merupakan salah satu perusahaan baja yang memproduksi beberapa jenis produk baja. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu menghitung total jarak material handling pada kondisi saat ini, menghitung total jarak material handling pada dan menghitung penurunan total jarak material handling yang terjadi jika metode dedicated storage diterapkan. Hasil dari
penelitian ini adalah total jarak material handling exsisting di gudang adalah 1.183.341 m. Total jarak material handling pada kondisi usulan 1 adalah 877.779 m, sedangkan untuk kondisi usulan 2 sebesar 772.486 m. Penurunan total jarak material handling untuk kondisi usulan 1 25,82 %, sedangkan penurunan total jarak material handling untuk kondisi usulan sebesar 34,72 %.
Aksebilitas dalam operasional perusahaan akan lebih efektif jika menerapkan metode perencanaan tata letak seperti penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Satria, etc (2010), tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kebutuhan luas area penyimpanan yang dibutuhkan, menentukan lebar gang yang diperlukan, merancang usulan perbaikan tata letak gudang produk jadi untuk mengurangi jarak tempuh dan ongkos material handling dan merancang model simulasi layout eksisting dan layout usulan. Hasil penelitian ini yaitu menghasilkan nilai output menghabiskan waktu 222,56 jam, output produk 5011 unit, nilai utilitas awal forklift sebesar 100% dan 54,54% menjadi 20 area penyimpanan, nilai output menghabiskan waktu 161,57 jam, output produk 5229 unit, nilai utilitas forklift sebesar 100% dan 85,27 % pada layout usulan hasil penerapan shared storage.
Banyak perusahaan yang tidak memperhatikan akan penyimpanan produk yang baik akan mengalami kendala dalam aksesbilitas pergudangan sehingga menghambat operasional perusahaan seperti pada penelitian dari Ivan Kurniawan (2017) meneliti tentang perbaikan gudang pada PT Sukun Sigaret menggunakan metode dedicated storage. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menjadikan lebih teratur nya area gudang. Hasil dari pendekatana dedicated storage dapat meminimalkan jarak tempuh material handling. Hasil dari pendekatan dedicated storage dapat meminimalisasi jarak tempuh material handling rata-rata per bulan adalah 8.283 m/bulan sedangkan kondisi sebelumnya jarak tata letak awal adalah 18.460 m/bulan.
Dengan dilakukan penelitian tentang penataan produk dalam gudang manajer atau pemegang kebijakan dapat mengambil kebijakan seperti penelitian yang dilakukan Abdullah (2010) melakukan penelitian perbaikan tata letak gudang produk jadi dengan menggunakan metode dedicated storage di PT Cahaya Kawi Ultra Polyintraco. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentutukan kebutuhan luas area gudang produk jadi dan merancang tata letak usulan gudang produk jadi yang dapat mempermudah proses penyimpanan dan penarikan barang dari gudang produk jadi. Kemudian dari penelitian disimpulkan bahwa kebutuhan area penyimpan pada gudang produk jadi sebesar 1.090,496 m2, sedangkan luas areal yang tersedia sebesar 2.016 m2. Maka terjadi penghematan ruangan sebesar 45,91% dari areal yang tersedia.
Metode dedicated storage menjadi salah satu solusi dalam penentuan penataan gudang produk jadi seperti pada penelitian dari Ardiansyah, etc (2012) meneliti tentang perencanaan tata letak gudang menggunakan metode dedicated storage di pabrik plastik kota Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menata ulang tata letak gudang agar menajdi lebih rapi dan terlihat longgar.
Hasil penelitian ini yaitu Area penyimpanan yang digunakan adalah pallet kayu,
untuk menghemat area maka dilakukan penumpulan 2 tingkat pada setiap pallet dengan penyusunan 2 x 2, maka setiap pallet terdiri 8 karung produk atau 8 karung bahan baku, dilakukan untuk memudahkan penyusunan produk ke area penyimpanan dan juga untuk menghemat pemanfaatan ruang.
C. Kerangka pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Sumber : Heizer dan Render (2012)
Kerangka pikir merupakan pandangan pola pikir yang menjabarkan berbagai variabel terkait yang akan diteliti dan membuat hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain. Dalam menentukan tata letak gudang yang efisien pertama menghitung space requitment untuk setiap produk.
Kerangka pikir dalam penelitian diawali dengan adanya permasalahan pada tataletak penempatan produk jadi pada gudang, kemudian menghitung space requitment untuk produk yang akan ditempatkan pada gudang, menghitung troughput setiap produk, kemudian menentukan nilai kecil dan terbesar dari setiap produk, menghitung jarak antar blok ke blok, menempatan Perangkingan produk
Distance traveled
Perhitungan penempatan produk Space requirtment
(kebutuhan ruang)
throughput
Penempatan produk (assignment) Peyimpanan
Produk Pengiriman
Produk
produk dengan simbol T/S terbesar ke slot (blok) dengan perjalanan terkecil, menghitung jarak perjalanan total.