• Tidak ada hasil yang ditemukan

OLEH SYARIFUDDIN SURAPATI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "OLEH SYARIFUDDIN SURAPATI NIM"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

0

SEJARAH BANGUNAN-BANGUNAN BERSEJARAH SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI KOTA MEDAN

OLEH

SYARIFUDDIN SURAPATI NIM. 309121077

Program Studi Pendidikan Sejarah

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2 0 1 4

(2)

i ABSTRAK

Syarifuddin Surapati. NIM : 309121077. Sejarah Bangunan-Bangunan Bersejarah Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di Kota Medan. Skripsi.

Jurusan Pendidikan Sejarah.Fakultas Ilmu Sosial.Universitas Negeri Medan.2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis peninggalan kebendaan berupa bangunan-bangunan bersejarah yang masih dapat ditemukan di Kota medan.Baik, Dalam hal upaya penyelamatan, pengembangan dan penyuluhan Benda Cagar Budaya yang ada diwilayahnya sesuai Perda yang berlaku di Kota Medan.Adapun objek yang diteliti adalah 40 Situs/Bangunan bersejarah yang masih tersisa dan memiliki nilai-nilai penting dalam rentetan peristiwa sejarah Kota Medan.Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan metode penelitian melalui studi kepustakaan ( library research ) dan studi lapangan ( field research ). Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi, yakni dengan cara mengambil gambar/foto bangunan bangunan bersejarah tersebut.

Dari hasil penelitian dapat diklasifikasikan bangunan bersejarah di Kota Medan menjadi 4 bagian berdasarkan peran dan fungsi sosialnya : I.Bangunan Belanda, II.Bangunan Melayu(Peninggalan Kesultanan Deli), III.Bangunan Cina, dan yang terakhir IV.Bangunan Hindu.

Bangunan bersejarah tersebut antara lain : (1). Gedung Balai Kota Lama (2).

Kantor Bank Indonesia (3). Hotel De Boer (4). Kantor Pos dan Giro (5). Stasiun Kereta Api Medan (6). Jasindo (7). Kesawan (rumah-rumah tua) di Jl Hindu (8).

London Sumatera (9) Exs Kantor Depnaker (10). Bank Exsport - Import (Bank Mandiri) (11). Kuil Soepramaniem Nagarattar (12). Rumah Tjong A Fie (13).

Masjid Gang Bengkok (14). Kantor Dinas Pariwisata Kota Medan (15). Gedung BKS-PPS (Avros) (16).Kantor Dinas Pariwisata Tk I (17). Restaurant Tiptop (18).

Masjid Raya (19). Istana Maimun (20). Kolam Sri Deli (21). Kolam Paradiso (22).

Menara Air Tirtanadi (23). Rispa Perkebunan (24). Kantor Gubernur Provsu (25).Gereja Immanuel (26). GKI (Gereja Kristen Indonesia) (27). Kuil Shri Mariamman (28). Gedung Jiwasraya (29) Rumah Dinas Gubernur (30). Kantor PTPN IV Persero (31). Rumah Dinas Walikota Medan (32). Rumah Sakit Tembakau Deli (33). Sekolah Immanuel (34).Gedung Pengadilan (35) Museum Juang (36) Restaurant Ria (37). Kantor PT.Kereta Api (38). Kantor Telkom (39) Standard Chartered Bank (40). RS.Elisabeth.

Dalam pemanfaatannya sangat disayangkan karena eksistensi keberadaan bangunan bersejarah tersebut luput dari pengetahuan masyarakat dan peserta didik tentang Benda Cagar Budaya yang ada diwilayahnya serta ketidakberdayaan dan lambannya Pemerintah Kota Medan menjawab arus kemajuan pembangunan yang pesat tanpa disadari sudah merenggut beberapa bangunan bersejarah dari wujud aslinya. Dalam hal ini pemerintah Kota Medan harus memiliki landasan hukum yang kuat dan menindak tegas serta diberikannya sanksi hukum bagi siapa saja yang berniat ingin menggadaikan bagunan bersejarah tersebut untuk dirubuhkan demi kepentingan ekonomi semata.

(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ditinjau berdasarkan kedudukan, fungsi dan peranannya maka Kota Medan memiliki modal dasar pembangunan ekonomi yang potensial. Hal ini ditandai dengan terus berkembangnya pembangunan di wilayah kota. Dalam Kondisi tersebut maka dapat dilihat di dalam RKPD Kota Medan Tahun Anggaran 2013 yang menyebutkan bahwa :“Secara geografis, Kota Medan diperkirakan terletak diantara : 2ᴼ.27’ - 2ᴼ.47’ Lintang Utara dan 98ᴼ.35’ - 98ᴼ.44’

Bujur Timur. Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar atau 265,10 Km² atau sama dengan 3,6 persen dari total luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, selain memiliki modal dasar pembangunan dengan jumlah penduduk dan letak geografis serta peranan regional yang relatif terus berkembang semakin besar dan strategis, namun Kota Medan juga memiliki keterbatasan ruang sebagai bagian dari daya dukung lingkungan kota” (Perwal Nomor 40 Tentang RKPD Kota Medan, 2013:II-1).

Sebagai kawasan kota yang terus berkembang, di kawasan Kota Medan menyimpan banyak warisan bersejarah. Sinar (2001:65) menyebutkan bahwa :

“Kota Medan sendiri setelah adanya penyerahan tanah oleh Sultan Deli kepada Pemerintah Hindia Belanda”, embrio pembangunan pusat kota Medan mulai tampak, ditandai dengan dibuatnya lapangan Esplanade (Lapangan Merdeka).

Semenjak itu seiring dengan kesuksesan perdagangan hasil-hasil perkebunan Deli

(4)

2

Maatschappij seperti tembakau dan karet di dunia Internasional, kota Medan

berkembang menjadi kota Perdagangan, bangunan-bagunan penting didirikan yang menjadikan Kota Medan kaya akan tinggalan kolonial Belanda berupa bangunan – bangunan hasil dari aktivitas perkebunan sebagai bukti dari warisan bersejarah Kota Medan. Warisan bersejarah tersebut dapat dibuktikan dengan keberadaan bangunan - bangunan bersejarah di kawasan lingkungan kota Medan yang bernilai historis yang dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah khususnya bagi masyarakat dan peserta didik. Untuk itu dperlukan adanya peran serta pemerintah daerah dalam melakukan kegiatan yang melibatkan masyarakat dan peserta didik dalam pengenalan Benda Cagar Budaya tersebut. Kemudian langkah selanjutnya, perlu diperhatikan upaya – upaya perlindungan warisan bangunan-bangunan bersejarah tersebut. Upaya melindungi peninggalan - peninggalan bersejarah melalui kebijakan Peraturan Daerah kota Medan sebagai bentuk payung hukum dalam menjaga dan melestarikan benda Cagar Budaya di wilayahnya.

Keberadaan warisan bangunan bersejarah di Kota Medan mencerminkan bahwa secara holistik Kota Medan banyak memiliki warisan historis yang dapat dikenang dengan melihat warisan kebendaan bangunan – bangunan bersejarah ini. Pentingnya pengetahuan akan keberadaan bangunan – bangunan bersejarah dan upaya perlindungan sebagai bentuk landasan hukum yang kuat, maka perlu diatur kedalam Peraturan Daerah yang mengikat. Sehingga pada akhirnya warisan bersejarah ini tidak akan punah dari proses penghancuran yang di nilai syarat

(5)

3

kepentingan dan akan menjadikan Kota Medan dapat kehilangan identitasnya sebagai kota bersejarah.

Dalam pembelajaran sejarah diperlukan fakta dan bukti sejarah, dimana fakta dan bukti sejarah ini dapat dibuktikan dengan adanya bangunan – bangunan bersejarah dikawasan inti Kota Medan sebagai basis pusat pemerintahan kolonial Belanda disebabkan oleh pembukaan perkebunan-perkebunan Barat di Pesisir Timur Sumatera di masa lampau . Adapun fakta dan data yang dapat digunakan menjadi sumber pembelajaran sejarah adalah hadirnya bangunan – bangunan bersejarah ini di kawasan Kota Medan.

Seperti beberapa bangunan bersejarah yang dapat ditemukan di kawasan inti Kota Medan, sedikitnya terdapat 40 objek bangunan peninggalan sejarah dan budaya (Heritage) yang dapat di temukan di Kota Medan, mengingat lokasi bangunan -

bangunan bersejarah tersebut sangat berdekatan ditinjau dari aksesibilitas menuju kawasan bangunan bersejarah tersebut. Adapun bangunan – bangunan bersejarah tersebut diantaranya (1). Gedung Balai Kota Lama (2). Kantor Bank Indonesia (3). Hotel De Boer (4). Kantor Pos dan Giro (5). Stasiun Kereta Api (6). Jasindo (7). Kesawan (8). London Sumatera (9) Exs Kantor Depnaker (10). Bank Exsport - Import (Bank Mandiri) (11). Kuil Kuil Soepramaniem Nagarattar (12). Rumah Tjong A Fie (13). Masjid Gang Bengkok (14). Kantor Dinas Pariwisata Kota Medan (15). Gedung BKS-PPS (Avros) (16). Kantor Dinas Pariwisata Sumut TkI (17). Restaurant Tiptop (18). Masjid Raya (19). Istana Maimun (20). Kolam Sri Deli.

(6)

4

Kemudian, (21). Kolam Paradiso (22). Menara Air Tirtanadi (23). Rispa Perkebunan (24). Kantor Gubernur Provsu (25).Gereja Immanuel (26). GKI (Gereja Kristen Indonesia(27). Kuil Shri Mariamman (28). Gedung Jiwasraya (29) Rumah Dinas Gubernur (30). Kantor PTPN IV Persero (31). Rumah Dinas Walikota Medan (32). Rumah Sakit Tembakau Deli (33). Sekolah Immanuel (34).Gedung Pengadilan (35) Museum Juang (36) Restaurant Ria (37). Kantor PT.Kereta Api (38). Kantor Telkom (39) Standard Chartered Bank (40).

RS.Elisabeth.

Untuk itu, keberadaan peninggalan – peninggalan bersejarah yang ada di kawasan Kota Medan menjadi penting dan menarik untuk dipelajari serta mengingatkan pada kesadaran, objek, kawasan, peristiwa yang terjadi di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang sebagai pembelajaran, khususnya pembelajaran sejarah.

Dalam pembelajaran sejarah, sudah menjadi pondasi yang paling penting bagaimana peran pemerintah dalam upaya pemanfaatan warisan bangunan – bangunan bersejarah tersebut termasuk masyarakat dan peserta didik yang ada di wilayahnya sebagai objek dari peninggalan bersejarah baik dalam bentuk fisik maupun non fisik yang dapat dijaga dan menjadikannya sebagai sumber pembelajaran sejarah. Mengingat begitu pentingnya peninggalan – peninggalan bersejarah tersebut, Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Sejarah Bangunan - Bangunan Bersejarah Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di Kota Medan”.

(7)

5 B. Identifikasi Masalah

Bertolak dari masalah di atas maka yang menjadi identifikasi masalah peneliti adalah :

1. Sejarah bangunan- bangunan bersejarah di Kota Medan.

2. Peraturan daerah yang berlaku tentang bangunan - bangunan bersejarah di Kota Medan.

3. Pemanfaatan sejarah bangunan-bangunan bersejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah di Kota Medan.

C. Rumusan Masalah

Bertolak dari permasalahan di atas maka secara singkat perumusan masalah dapat di rumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah bangunan-bangunan bersejarah di Kota Medan ?

2. Bagaimana Peraturan Daerah yang berlaku tentang bangunan - bangunan bersejarah di Kota Medan ?

3. Bagaimana pemanfaatan sejarah bangunan - bangunan bersejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah di Kota Medan ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yakni adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sejarah bangunan - bangunan bersejarah di Kota Medan?

2. Untuk mengetahui Peraturan Daerah yang berlaku tentang bangunan-bangunan bersejarah di Kota Medan ?

(8)

6

3. Untuk mengetahui pemanfaatan sejarah bangunan - bangunan bersejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah di Kota Medan ?

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Akademis, penelitian ini dapat menambah referensi ilmu pengetahuan dan karya ilmiah lembaga pendidikan khususnya mahasiswa pendidikan sejarah dan masyarakat maupun akademisi lainnya mengenai Sejarah Bangunan - Bangunan Bersejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah di Kota Medan.

2. Praktis, penelitian ini dapat diharapkan menjadi bahan pertimbangan serta memperkaya kajian keilmuan melalui hasil - hasil penelitian yang di dapat melalui kajian pustaka, bahkan menjadi masukan dan bahan bagi peneliti yang ingin tertarik membahasnya.

3. Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada pemerintah maupun khalayak umum tentang arti penting sebuah kawasan yang di dalamnya terdapat bangunan – bangunan yang bernilai historis.

4. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lainnya dalam objek penelitian yang sama.

(9)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis

1. Pengertian Sejarah

Menurut kata Inggris History (sejarah), History berasal dari kata benda Yunani “istoria” yang berarti ilmu (Tamburaka, 1999 : 1). Dari sisi lain, kata sejarah berasal dari “syajarah” yakni dari bahasa arab yang berarti pohon.

Selanjutnya menurut Suhartono ( 2010 : 2) Sejarah adalah ilmu pengetahuan dari subjek yang definit diisyaratkan oleh metode yang bebas dan teratur atau proses dan diatur dalam ketentuan yang dapat diterima. Dalam hal ini, penyerapan ilmu sejarah memiliki ketentuan yang dapat diterima melalui proses yang komprehensif. Esensi yang lebih komprehensif tentang sejarah adalah kisah atau peristiwa masa lampau manusia. Defenisi ini mengandung dua makna sekaligus, yakni sejarah sebagai kisah atau cerita dan sebagai peristiwa. Sejarah sebagai kisah merupakan sejarah dalam pengertian subjektif, karena peristiwa masa lalu itu telah menjadi pengetahuan manusia. Sedangkan sejarah sebagai peristiwa merupakan sejarah secara objektif, sebab peristiwa masa lampau itu sebagai kenyataan yang masih di luar pengetahuan manusia.

Menurut Gilbert J, dalam Suhartono (2007 :2) menyatakan bahwa :“Sejarah dapat dibedakan menjadi kejadian masa lampau manusia, aktualitas masa lampau, catatan aktualitas masa lampau, dan proses dan teknik pembuatan catatan”. Maka kegiatan yang berhubungan dengan keberadaan bangunan – bangunan bersejarah ini merupakan aktualitas dari proses kegiatan manusia di masa lampau, yang di

(10)

8

tulis berdasarkan keadaan bangunan yang sebenarnya sesuai dengan keadaan perjalanan sejarah Kota Medan.

Kemudian menurut R. A. Ghani dalam Tamburaka (1999:7) menjelaskan bahwa :“Ilmu sejarah ibarat penglihatan tiga dimensi yaitu pertama penglihatan ke masa silam, ke masa sekarang, ke masa depan”. Maka dari pengertian di atas penelitian tentang Warisan Bangunan Bersejarah Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di Kota Medan termasuk kajian sejarah, karena melibatkan pandangan ilmu sejarah yang terangkum dalam penglihatan sejarah di masa lalu, masa sekarang dan masa depan.

2. Keberadaan Bangunan Bersejarah

Wujud sebuah Kota terkait dengan masa lampau memerlukan keterkaitan langsung dengan persfektif sejarah yang berhubungan dengan kondisi keberadaan bangunan – bangunan bersejarah. Menurut Rahardjo (2007 :47 ) menyatakan bahwa :“Bangunan adalah sesuatu yang diciptakan dengan maksud utama untuk tempat berlindung untuk berbagai aktivitas manusia. Dalam pengertian di atas, bangunan sebagai sarana tempat tinggal dan tempat melakukan segala aktivitas manusia yang memiliki suatu nilai historis seperti bangunan-bangunan lama yang dilindungi dalam Undang-Undang. Bangunan bersejarah sebagai bentuk dari identitas Kota Medan yang cukup banyak memiliki warisan sejarah bangunan lama.

Keberadaan bangunan tersebut usianya kini sudah lebih dari 50 tahun sebagai tolak ukur dari bangunan yang harus dilindungi. Berdasarkan Undang –

(11)

9

Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 Bab III kriteria Bangunan Bersejarah dalam pasal 5 menyebutkan bahwa :

“Benda, bangunan, atau struktur yang dapat di usulkan sebagai benda Bangunan Bersejarah, Bangunan Bangunan Bersejarah, atau struktur Bangunan Bersejarah apabila memenuhi kriteria :

a. Berusia 50 tahun atau lebih.

b. Mewakili masa gaya paling singkat 50 tahun

c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, Ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan dan,

d. Memiliki nilai budaya sebagai penguatan keperibadian bangsa.

Dari pernyataan tersebut bahwa keberadaan bangunan – bangunan bersejarah di Kota Medan memiliki usia lebih dari 50 tahun dan memiliki muatan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang penting bagi masyarakat, khususnya bagi generasi muda kedepannya, mengingat bangunan-bangunan tua tersebut kini mulai memprihatinkan keberadaannya dan kini Kota medan sudah banyak kehilangan bukti – bukti bersejarah. Untuk itu diperlukan adanya upaya perlidungan keberadaan bangunan bersejarah di kawasan Kota Medan, upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara :

2.1.Penyelamatan

Menurut Undang-Undang Cagar Budaya (2010:5) menyebutkan penyelamatan adalah upaya menghindarkan atau/ menanggulangi Cagar Budaya dari kerusakan,kehancuran,atau kemusnahan”. Penyelamatan dilakukan untuk menghindarkan terjadinya pengrusakan atau menghancurkan keberadaan bangunan bersejarah, hal ini dapat mencegah kawasan Kota Medan kehilangan warisan sejarah yang kini kebendaannya mulai tergerus arus globalisasi

(12)

10

pembangunan. Maka dari itu harus ada usaha penuh dari pemerintah dalam upaya penyelamatan kehancuran bangunan bersejarah tersebut dengan cara melakukan pemberlakuan peraturan daerah, terkait keberadaan bangunan bersejarah tersebut.

2.2.Pengembangan

Pengembangan menurut Undang-Undang Cagar budaya 2010:6) adalah “ Peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar Budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian”.Maka pengembangan dapat dilakukan dengan tujuan agar keberadaan bangunan bersejarah tersebut dapat dijadikan income bagi pemerintah daerah sebagai peningkatan potensi nilai tujuan wisata sejarah di Kota Medan, mengingat tujuan wisata sejarah di Kota Medan sangat minim sekali, maka diperlukan adanya upaya pemerintah dalam mengembangkan kawasan bangunan bersejarah tersebut sebagai objek kawasan wisata. Dalam hal ini perlu dilakukan kerjasama dengan dinas pariwisata dan dinas pendidikan dengan tujuan agar kawasan bersejarah tersebut bisa menjadi pendapatan daerah.

2.3.Penyuluhan

Dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penyuluhan adalah memberi petunjuk, penjelasan, keterangan dst”. Maka dalam hal ini, Penyuluhan dilakukan untuk memberi petunjuk serta penjelasan kepada seluruh elemen masyarakat tentang pentingnya warisan bangunan bersejarah ini yang berhubungan sebagai

(13)

11

sumber ilmu pengetahuan dan pendidikan bagi seluruh elemen masyarakat. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara melakukan sosialisasi dengan masyarakat melalui mobil sosialisasi langsung ke jalan – jalan ataupun membuat baliho yang bertuliskan benda cagar budaya di kota medan sebagai simbol perhatian pemerintah.

B. Kerangka Konseptual

1. Pemanfaatan Bangunan Bersejarah

Pemanfaatan Menurut Undang-Undang Cagar Budaya Nomor 11 ( 2010:7) adalah “Pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyar dengan tetap mempertahakan kelestariannya”. Maka segala kegiatan yang berhubungan dengan bangunan Cagar Budaya sangat perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat serta untuk tetap dilestarikan. Dengan adanya perubahan paradigma baru tentang benda Cagar budaya, maka dianggap penting untuk dilestarikan dan dikembangkan sebagai aset sejarah yang bermanfaat. Wujud aset tersebut berupa bangunan Cagar Budaya yang dapat kita temukan di Kota Medan. bangunan bersejarah tersebut dikelompokkan ke dalam situs Cagar budaya. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 pasal 1 tentang Cagar budaya “Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat/atau di air yang mengandung benda Cagar Budaya,Bangunan Cagar Budaya,dan/struktur Cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian di masa lampau”.

(14)

12

Maka dengan demikian,bangunan-bangunan bersejarah merupakan bukti historis dari sejarah Kota Medan, dan banyak diantara bangunan bersejarah ini yang berada di jantung kota, sehingga keberadaannya dikhawatirkan akan menjadi permasalahan pembangunan ekonomi kota terhadap bangunan bangunan bersejarah. Menurut Perroux dalam Adisasmita ( 2010:44 ) menyatakan :”

pembangunan atau pertumbuhan tidak terjadi di seluruh daerah, akan tetapi terbatas hanya pada beberapa tempat tertentu dengan variabel yang berbeda – beda intensitasnya”. Dalam hal ini ia lebih menekankan pada aspek pemusatan proses interaksi dan pertumbuhan ekonomi dan dianggap spasial.

.Kemudian menurut Kamus Tata ruang yang diterbitkan oleh Direktorat jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum bekerjasama dengan ikatan Perencanaan Indonesia (IAP), Edisi 1, Jakarta, 1997 dalam Adisasmita (2010:59 ) menjelaskan bahwa : “Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya; ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsi fungsional serta memiliki ciri tertentu”. Pentingnya fungsi sebuah kawasan adalah untuk melindungi kawasan - kawasan tertentu terkait peninggalan yang memeiliki nilai sejarah terkait kawasan lama di dalamnya.

Kemudian juga diutarakan dalam konsep kawasan Lama/Tua dalam Adisasmita. ( 2010 :63) : “Kawasan Lama/Tua adalah kawasan di sekitar pusat kota besar yang umumnya berupa bangunan tua atau lama yang secara cepat berubah fungsi karena tidak sesuai dengan potensi lokasinya sehingga musnah atau hilang disebabkan faktor fisik dan sosial”.

(15)

13

Maka kawasan bangunan Bangunan Bersejarah di Kota Medan merupakan kawasan yang termasuk kawasan Lama/Tua yang patut di kelola sebagai kawasan lindung yang memiki nilai historis yang tinggi sebagai bagian sejarah panjang Kota Medan lewat tinggalan Bangunan kolonial Belanda sebagai aktivitas perekonomian dari pekebunan. Kemudian muncul pengelolaan kawasan lindung mengacu kepada Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung dalam Adisasmita ( 2010:76-77 ) di kelompokkan dalam :

Kawasan Lindung di daerah meliputi :

1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya, terdiri atas :

a. Hutan lindung

b. Kawasan berfungsi lindung di luar kawasan hutan lindung c. Kawasan resapan air

2. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas : a. Sempadan Pantai

b. Sempadan Sungai

c. Kawasan sekitar waduk dan situ d. Kawasan sekitar mata air e. Tanah timbul

3. Kawasan Suaka Alam dan Bangunan Bersejarah dan Ilmu pengetahuan a. Kawasan suaka Alam

b. Kawasan Bangunan Bersejarah dan Ilmunpengetahuan

Jenis Kawasan

Defenisi Tujuan

Perlindungan

Kriteria Kawasan

Bangunan Bersejarah dan ilmu pengetahuan.

Melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan – peninggalan sejarah, bangunan arkeologis dan monumen nasional, dan keragaman bentukan geologi, yang berguna untuk

Kawasan Bangunan Bersejarah dan ilmu pengetahuan adalah tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi dan sebagai tempat serta ruang di sekitar situs purbakala dan kawasan yang

Tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi,situs purbakala dan kawasan dalam bentukan geologi tertentu yang

mempunyai manfaat tinggi untuk

pengembangan ilmu pengetahuan. Kriteria kawasan Bangunan Bersejarah mengacu

(16)

14 mengembangkan

ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang di sebabkan leh kegiatan alam maupun manusia.

memiliki

bentukan geologi alam yang khas berada.

pada monumentren Ordinantie Staatblad 1931 Nomor

238,sementara kriteria yang lengkap belum ada Pemerintah daerah berkewajiban untuk menetapkan kawasan Bangunan Bersejarah dan ilmu pengetahuan di daerahnya.

Tabel 1. Sumber : Adisasmita ( 2010:80 ).

Berdasarkan kesimpulan yang bersifat sementara ini, maka peneliti akan menelusuri apakah bangunan - bangunan bersejarah yang bersifat kebendaan tersebut mampu dipertahankan sesuai iklim perkembangan zaman yang memiliki peranan sebagai sumber ilmu pengetahuan serta sumber pembelajaran sejarah termasuk didalamnya masyarakat dan peserta didik.

2. Sumber Pembelajaran Sejarah

Perhatian yang melibatkan sumber pembelajaran sejarah merupakan bagian terpenting dalam menyajikan pembelajaran. Mengenai pengertian pembelajaran menurut Trianto ( 2009:5 ) yang menyatakan bahwa “masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah ) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik”. Pendidikan merupakan kunci dari peningkatan kualitas peserta didik melalui penerapan yang dilakukan secara bertahap dengan menyajikan pembelajaran yang inovatif melalui media pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu dorongan yang diterapkan melalui kegiatan yang terprogram sesuai kebutuhan lingkungan belajar siswa, baik dalam

(17)

15

pengenalan ke lapangan langsung, teori ataupun melalui sumber pengetahuan pribadi siswa untuk mengetahui sejauh mana keadaan siswa dalam menyerap ilmu dalam proses pembelajaran. Untuk mengenai lebih mendalam apa itu pembelajaran menurut Dimyanti dan Mudjiono dalam Saiful Sagala ( 2009:62 ) menyatakan bahwa :“Kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.

Maka pentingnya sumber belajar bagi peserta didik terkait pentingnya sumber belajar yang mengutamakan kegiatan secara aktif yang dilakukan oleh pendidik sebagai penentu keberhasilan pendidik dalam menyediakan sumber belajar yang relevan terkait warisan bangunan – bangunan bersejarah dengan mengamati secara langsung warisan kebendaan yang ada diwilayahnya terkait aspek penting dalam penyediaan lingkungan belajar.

Kemudian menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 dalam Saiful Sagala ( 2009:62 ) menyatakan bahwa : “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar”. Pembelajaran memerlukan proses interaksi yang menyediakan sumber belajar sebagai pelengkap kegiatan pendidikan yang bertujuan menciptakan wawasan yang lebih teraah kepada peserta didik dalam penyediaan lingkungan belajar. Menurut Saiful Sagala ( 2009:62 ) menyatakan bahwa : ”bahan pelajaran dalam proses pembelajaran hanya merupakan perangsang tindakan pendidik atau guru, juga hanya merupakan tindakan memberikan dorongan dalam belajar yang tertentu pada pencapaiaan tujuan belajar”.

(18)

16

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa warisan bangunan - bangunan bersejarah di kawasan Kota Medan merupakan alat bantu pendukung dalam prsoses pembelajaran diluar sekolah, sehingga peran guru sebagai pengajar bukan hanya semata – mata memberikan informasi saja kepada siswa, melainkan juga siswa juga terlibat langsung dalam mencari nilai pengetahuan yang baru sebagai proses akhir dari belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

Dalam perkembangan selanjutnya mengenai sumber pembelajaran, disadari perlu adanya trilogi yang mencakup sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang menjembatani tentang warisan bersejarah di Kota Medan yang diterangkan dalam bentuk pengetahuan dasar serta asumsi dari masyarakat dan peserta didik.

2.1.Masyarakat

Pememberdayaan masyarakat melalui pengenalan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan merupakan langkah penting yang harus dicermati oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah sebagai pengayom masyarakat, seharusnya harus lebih bijak ketika budaya asing yang hedonis yang kini sedang mendoktrin masyarakat untuk bertransformasi dengan budaya asing secara bebas mengakibatkan lunturnya pemahaman akan budaya lokal. Dalam hal ini seharusnya pemerintah dapat merangkul masyarakat sehingga dapat menciptakan kerjasama secara kolektif.

(19)

17

Menurut Selo Soemardjan “Menyatakan bahwa masyarakat adalah orang- orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan (Soekanto,1982:19).

Kebudayaan merupakan sebuah jati diri yang melibatkan masyarakat secara kolektif dan sadar akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam pemahaman identitas diwilayahnya. Pemahaman identitas tersebut, dalam hal yang berkaitan dengan menambah wawasan masyarakat tentang pentingnya sebuah identitas mengenai warisan kebendaan di Kota Medan.

2.2.Peserta Didik

Peserta didik merupakan elemen pendukung pembangunan di masa mendatang dalam dunia pendidikan. Menurut Trianto (2010:1) “Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Maka peserta didik sebagai penerus generasi kedepannya harus memiliki jiwa yang sadar dan peduli serta memiliki tanggung jawab akan warisan kebendaan di Kota Medan.

(20)

18 C. Kerangka Berpikir

Bangunan Bersejarah di Kota Medan

40 Bangunan Bersejarah

Peraturan Daerah (PERDA)

Penyelamatan

Pengembangan

Penyuluhan

Masyarakat

Peserta Didik

Sumber Pembelajaran

Sejarah

(21)

19 Keterangan

Mengingat Kota Medan merupakan aktivitas perekonomian tinggalan Kolonial Belanda yang sangat menguntungkan lewat kegiatan perdagangan tembakau, medan secara tidak langsung berkembang dari sebuah kampung menjadi kota metropolitan yang di dalamnya terdapat peninggalan – peninggalan bangunan bersejarah. Sebagai bangunan kuno bersejarah merupakan karya cipta bangunan yang memiliki nilai sejarah sebagai warisan yang dapat terus dipertahankan. Dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 disebutkan bahwa “Benda, bangunan, atau struktur yang dapat diusulkan sebagai benda Bangunan Bersejarah, Bangunan - Bangunan Bersejarah, atau struktur Bangunan Bersejarah apabila usianya sudah 50 tahun.

Dalam kenyataannya sekarang ini, Kota Medan sebagai kota yang memiliki nuansa sejarah dan dikenal sebagai identitas kota yang memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi lewat bangunan – bangunan bersejarahnya yang kini kian menemui ajalnya lewat penghancuran bagunan- bangunan bersejarah tersebut. Hal senada juga disampaikan oleh Sejarawan Universitas Negeri Medan (Unimed) Dr Phill Ichwan Azhari, di Medan, Senin, mengatakan, secara perlahan- lahan Medan terancam kehilangan indentitas atau ikon sebagai kota bersejarah. ( Dalam Harian Kompas, Rabu 19 Mei 2010)

Dalam konteks masa kini, bangunan – bangunan bersejarah kini mulai terlupakan dan mulai hilang ditelan oleh zaman. Padahal apabila dikembangkan dalam sistem pembelajaran yang mengedepankan arti penting sumber pembelajaran sejarah maka bangunan - bangunan bersejarah tersebut dapat

(22)

20

dijadikan bukti otentik termasuk didalamnya masyarakat dan peserta didik agar dapat mengetahui dan menjaga keberadaan dari situs bangunan – bangunan bersejarah tersebut sebagai pewaris asli dari sejarah yang ditinggalkan oleh bangsa kolonial Belanda sebagai bukti hadirnya bangsa Belanda di Kota Medan yang tercermin dari bangunan sisa – sisa aktivitas perkebunan tembakau di Sumatera Timur.

Kemudian, Bangunan – bangunan yang ada di kawasan Kota Medan ini akan bisa dilihat langsung oleh generasi – generasi berikutnya jika masyarakat dan pemerintah saring bekerjasama dalam menjaga kelestarian bangunan – bangunan tersebut. Dalam langkah selanjutnya, keberadaan warisan Bangunan – bangunan tersebut dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah karena sampai hari ini pembelajaran sejarah masih banyak berbicara teori – teori yang buta tanpa ada bukti nyata. Maka dari skema berfikir diatas perlunya bangunan – bangunan bersejarah di Kota Medan dijadikan sumber pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah.

(23)

21 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan studi kepustakaan (library research) dan studi lapanagan (field research).

1. Studi Kepustakaan ( library research )

Metode penelitian studi pustaka ini dilakukan dengan cara menelusuri teori- teori serta buku-buku, artikel, dokumen maupun foto-foto yang relevan terhadap masalah yang akan diteliti. Studi pustaka ini penting dilakukan karena kemungkinan data-data yang hendak kita cari dilapangan sudah ada di dalam buku-buku ataupun terbitan terdahulu yang telah dikumpulkan oleh orang lain.

2. Penelitian Lapangan ( field research )

Metode penelitian lapangan dilakukan dengan cara mengumpulkan data – data dari instansi terkait, baik komunikasi langsung dan observasi terhadap bangunan Bersejarah di kawasan Kota Medan.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan lingkungan Kota Medan, adapun objek yang akan diteliti disini adalah 40 bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kota Medan.

(24)

22 C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dengan cara diskusi atau wawancara dengan berbagai nara sumber seperti masyarakat , pemerintah dan lembaga pendidikan terkait langsung permasalahan yang sedang diteliti.

b. Data Sekunder

Data skunder adalah sumber data yang dapat diperoleh dari keterangan – keterangan yang didapat dari literatur – literatur berupa buku, surat kabar, artikel yang berkaitan dengan masalah di dalam penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Estenberg dalam Sugiyono ( 2010 : 317 ) menyatakan bahwa wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data – data langsung lewat wawancara ataupun diskusi dengan orang – orang yang mengetahui tentang warisan bangunan bersejarah di Kota Medan.

(25)

23 2. Observasi

Nasution dalam Sugiyono ( 2010 :310 ) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mengumpulkan data, berdasarkan data yang diperoleh melaui observasi dengan cara mengamati secara langsung warisan bangunan bersejarah di kawasan Kota Medan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kegiatan pengumpulan data dengan cara merekam mendokumentasikan) objek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara mengambil gambar atau merekam bangunan bersejarah di kawasan Kota Medan.

E. Teknik Pengolahan Data

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka perlu adanya pengolahan data yang menggunakan teknik analisis data yaitu dengan menggunakan langkah sebagai berikut :

a. Tahap awal adalah dengan mengumpulkan data-data yang relevan dengan penelitian atau disebut tahap Heuristik yaitu sebuah kegiatan mencari sumber- sumber untuk mendapatkan data-data, materi sejarah atau evidensi (bukti) sejarah (Sjamsuddin, 2007:86).

(26)

24

b. Tahap kedua adalah verifikasi atau kritik sumber yang terbagi atas kritik eksternal dan internal. Tujuannya mencari kebenaran (truth), untuk membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin meragukan atau mustahil (Sjamsuddin, 2007:131).

c. Tahap ketiga mendeskripsikan atau menceritakan warisan bangunan bersejarah di kawasan Kota Medan.

d. Tahap ke lima Menyusun laporan penelitian secara ilmiah yang diterangkan dalam bab pembahasan yang disajikan sebagai bentuk skripsi

e. Menyajikan kembali fakta – fakta dalam suatu cara yang menarik dan dapat mendeskripsikan dengan jelas dan komunikatif kepada para pembaca agar mudah dipahami.

(27)

25 BAB IV PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Wilayah

Secara administratif wilayah Kota Medan secara keseluruhan berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Deli serdang, hal ini dapat dilihat dengan, :

 Sebelah Utara :Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

 Sebelah Timur :Berbatasan dengan Selat Malaka

 Sebelah Selatan :Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

 Sebelah Barat :Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan batas-batas administratif tersebut, maka luas wilayah Kota Medan berbatasan langsung dengan wilayah kabupaten Deli serdang, tetapi secara ekonomi Kota Medan dikelilingi lingkungan regional dengan basis ekonomi yang sangat beragam.Hal ini ditandai Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar dan saling menguntungkan dan saling memperkuat daerah- daerah disekitarnya. Di sisi lain, kondisi tersebut juga menempatkan Kota Medan memiliki kedudukan, fungsi dan peranan strategis secara Internasional.

Kota Medan saat ini telah mengalami kemajuan dan pembangunan yang sangat pesat. Sebagai pusat pemerintahan daerah Sumatera Utara, Kota Medan

(28)

26

tumbuh menjadi kota Metropolitan dengan berpenduduk lebih kurang 7.520 jiwa/km². Sekarang Medan adalah kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan sangat dinamis dan selalu berhias diri dalam membangun wajah kota dalam kemajemukan tanpa melupakan aspek historisnya.

Selain bangunan-bangunan baru seperti perkantoran dan pusat perbelanjaan, selain itu keistimewaan yang dimiliki pemerintah Kota Medan adalah bangunan sisa-sisa peninggalan Kolonial Belanda yang sangat banyak untuk kita temukan.

2. Keadaan Iklim

Kota Medan memiliki iklim tropis, hal ini dapat dibuktikan dengan melihat kondisi iklim tersebut berdasarkan kondisi klimatologis” Kota Medan menurut BMG Sampali suhu minimum berkisar antara 23,0º C – 24,1º C dan suhu maksimum berkisaran antara 30,6º C – 33,1º C. Kelembapan udara Kota Medan rata-rata berkisar antara 78 – 82 %. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya berkisar antara 211,67 mm – 230,3 mm (RKPD Kota Medan Tahun Anggaran 2013:II-1).

Dengan tingginya keadaan curah hujan tersebut, ternyata Kota Medan secara langsung juga merupakan lintasan dari beberapa aliran sungai diantaranya adalah sungai Belawan, sungai Badra, sungai Sikambing, sungai Putih, sungai Babura, sungai Deli, dan sungai Kera.Dari keadaan tersebut membuktikan bahwa di kota Medan memiliki kawasan resapan alami dalam pemanfaatannya mengatasi banjir di Kota Medan.

(29)

27 3. Keadaan Penduduk

Komposisi penduduk yang mendiami Kota Medan berdasarkan etnis, memiliki ciri penting yaitu kemajemukan yang meliputi unsur agama, suku, etnis, budaya dan adat istiadat. Hal ini ditandai dengan keberadaan penduduk yang bersuku Jawa, suku Batak Tapanuli/Toba, Mandailling/Angkola, Minang, Melayu serta etnis Tionghoa dan Tamil di Kota Medan. Menurut Sinar, (2001:81) menyebutkan bahwa :

“Penduduk Medan di tahun 1905 tercatat 14.250 orang dan ditahun 1920 ada 45.248 orang dan diantaranya ada 24.000 orang bumiputera dimana sebagian besar penduduk asal Tapanuli dan Minangkabau”.

Disisi lain kemajemukan tersebut timbul dari suku yang mendiami Kota Medan seperti suku Jawa, Cina dan Tamil yang didatangkan dari luar daerah Keresidenan Deli masa itu. Didatangkannya beberapa etnis tersebut awalnya di iming-imingi dengan gaji yang besar serta mendapatkan kesejahteraan yang layak sehingga banyak orang-orang dari luar pulau datang berbondong-bondong untuk bekerja di Deli. Padahal, secara tidak langsung kedatangan mereka bertujuan mengisi kekosongan pekerja-pekerja perkebunan yang ada di Deli sebagai akibat pembukaan areal perkebunan yang dilakukan oleh Nienhuys, menandakan dahulunya Kota Medan merupakan sebuah kota yang memiliki nuanasa historis lewat kedatangangan kuli kontrak dari cina dan Jawa serta India dan diperkerjakan sesuai bidang keahlian mereka.

Keanekaragaman budaya serta adat-istiadat tersebut secara perlahan-lahan turut mendorong terbangunnya karakter sebagian besar penduduk Kota Medan

(30)

28

yang bersifat terbuka dengan terjadinya perkawinan silang dari beberapa suku bangsa yang mendiami Kota Medan. Dalam pencapaiannya menuju kota yang majemuk, Medan mendapatkan identitas nasional berupa kota nomer 1 di Indonesia yang memiliki kemajemukan yang beraneka ragam tanpa membedakan dan memandang unsur SARA (suku, agama dan ras).

4. Adminstrasi Pemerintahan dan Pembagian wilayah

Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Sumatera Utara yang secara hierarki dipimpin langsung oleh Walikota Medan sebagai pejabat tertinggi dilingkungan pemerintahan, dan sekarang sedang digantikan oleh Plt (Pelaksana Tugas) Bapak Drs. Dzulmi Eldin S, M.Si didampingi oleh Sekda Kota Medan Ir.

Syaiful Bahri, M.Si Dalam tata pengelolaan wilayahnya. Secara administrasi pemerintahan Kota Medan Terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan.Hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1992 tentang pembentukan beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II medan (DKKM,2011:4). Kota Medan dimekarkan kembali menjadi 21 kecamatan dengan 151 Kelurahan dan 2.001 lingkungan. (Lihat Tabel)

No Kecamatan Luas (Ha) Persentase Kelurahan Lingkungan

{1) {2} {3} {4} {5} {6}

1 Medan Tuntungan 2.068 7,80 9 75

2 Medan Johor 1.458 7 6 81

3 Medan Amplas 1.119 4,22 7 77

4 Medan Denai 905 3,41 6 82

5 Medan Area 584 2,20 12 172

6 Medan Kota 298 1,12 6 82

7 Medan Maimun 901 3,40 5 46

8 Medan Polonia 584 2,20 6 64

(31)

29

9 Medan Baru 1.281 4,83 6 63

10 Medan Selayang 1.544 5,82 6 88

11 Medan Sunggal 1.316 4,96 7 88

12 Medan Helvetia 533 2,01 7 69

13 Medan Petisah 682 2,57 6 98

14 Medan Barat 776 2,93 11 128

15 Medan Timur 409 1,54 9 128

16 Medan Perjuangan 799 3,01 7 95

17 Medan Tembung 2.084 7,86 6 105

18 Medan Deli 3.667 13,83 6 99

19 Medan Laabuhan 2.382 8,99 5 88

20 Medan Marelan 2.382 8,99 5 88

21 Medan Belawan 2.625 9,90 6 143

Total 26.510 100.00 151 2.001

Tabel.2. Sumber: Kota Medan Dalam Angka,2010 (DKKM,2011:8)

Berdasarkan peraturan pemerintah mengenai pemekaran Kecamatan, Kelurahan dan Lingkungan tersebut. Maka sangat perlu dilakukan demi meningkatkat kualitas dan pelayanan umum serta mendorong penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik kedepannya. Adapun hal lain yang dapat dilakukan pihak Kecamatan dan Kelurahan dalam hal ini adalah dapat melaksanakan tugas dengan baik, terlebih melakukan inventarisasi (pendataan) terhadap Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya yang ada diwilayahnya. Karena pada kenyataannya keberadaan bangunan-bangunan bersejarah tersebut tanpa kita sadari berada pada wilayah kerja masing-masing pihak Kecamatan dan Kelurahan.

B.Asal Usul Nama Medan Secara Singkat

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang panjang, hal ini dapat terbukti dengan dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus dan secara tekstual nama sebuah kampung ini berubah menjadi suatu kota yang memiliki potensi strategis. Mengenai asal nama Medan,

(32)

30

ada yang mengatakan kalau itu berasal dari kata Maidan dalam bahasa India yang artinya tanah datar. Dalam bahasa Melayu sendiri kata Medan adalah tempat berkumpul, Karena sejak zaman dahulu kala tempat berkumpulnya orang-orang dari Hamparan Perak, Sukapiring dan lain-lain untuk berdagang, bertaruh dan lain-lain(Sinar, 2001:53), sehingga kata itu digunakan untuk peranan daerah (yang kelak menjadi sebuah kota) yang sejak dahulu menjadi sebuah tempat berkumpul orang-orang dari berbagai penjuru.

Kemudian Menurut Creamer dalam “Delische Schetsen” menjelaskan dalam Sinar (2001:52) “Nienhuys pindah ke Medan dalam tahun 1869.Medan dahulunya merupakan benteng besar mungkin sekali untuk mempertahankan diri dari serangan-serangan Aceh sisa dari zaman itu ialah dinding dua lapis berbentuk bundaran mengelilingi tanak menjorok antara Sungai Deli dan Sungai Babura.

Hal ini persis seperti apa yang digambarkan oleh N.Ten Kate dalam Sinar (2001:52) “Dahulu kala Medan adalah merupakan benteng dan sisa-sisa dari zaman itu masih ada terdiri dari dinding bundar 2 lapis, terdapat diatas tanah menjorok ( landtong) pertemuan Sungai Deli dengan Babura. Rumah administratur terletak di tepi sungai dan diseberangnya ada kampung orang melayu,Medan”.

Hal ini membuktikan bahwa Kampung Medan pada saat itu memiliki posisi penting dan cukup strategis dimana setelah kedatangan Nienhuys Medan disulap menjadi areal perkebunan tembakau setelah adanya “Acte Van Schenking” ( Akte

(33)

31

Hibah) yang dilakukan Sultan Deli dengan menyerahkan sebagian tanah tersebut kepada pemerintah Hindia Belanda(Gubernemen).

.C.Dibangunnya Medan Sebagai Pusat Pemerintahan

Dibangunnya Medan sebagai Kotapraja mengakibatkan terjadinya perubahan dinamika pemerintahan menuju otonomi kotapraja. Hal ini disusul dengan diangkatnya Walikota Medan yang pertama yaitu Baron Daniel mackay.

Sendi-sendi pemerintahan mulai nampak setelah didirkannya bangunan-bangunan sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda di Medan. Pembangunan banyak diarahkan didaerah kesawan dan kawasan Esplanade (Lapangan Merdeka Sekarang), sehingga sampai saat ini Keberadaan bangunan bersejarah di Kota Medan sangat banyak di temukan.

Hal ini ditandai pada tahun 1874 sudah dibuka 22 pekebunan-perkebunan dengan memakai kuli bangsa Cina, 4.476, kuli Tamil 459 dan orang Jawa 316 (Sinar, 2001:55) orang-orang Belanda mulai membuka kebun tembakau di Sumatera Timur yang dipelopori oleh J.Nienhuyis, Van Der Falk dan Elliot berdasarkan hasil penyelidikan mereka dipastikan wilayah antara Sungai Ular dengan Sungai Wampu sangat baik untuk menanam tembakau, dan hasilnya dalam waktu satu tahun mencapai F1.1000.000 Gulden. Penanaman tembakau tersebut sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Pesisir Sumatera Timur.

(34)

32

Perkembangan perekonomian yang pesat tersebut dibuktikan dengan dibangunnya perusahaan Kereta Api oleh Deli Spoorweg Maatschappij (DSM), tujuan dibangunnya sarana transportasi tersebut dengan tujuan mempercepat akses jalan darat yang digunakan untuk kepentingan perusahaan perkebunan pemerintah Belanda.Secara keseluruhan, awal perkembangan kota Medan merupakan dampak dari keberhasilan usaha perkebunan yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan Belanda seperti Deli Maatschappij yang bergerak dalam bidang perkebunan. Semenjak itu, seiring dengan kesuksesan perdagangan hasil- hasil perkebunan Deli Maatschappij di dunia Internasional, kota Medan berkembang menjadi kota perdagangan dan perekonomian pemerintahan kolonial Belanda.

Maka bangunan-bangunan pentingpun didirikan dengan rancangan arsitektur-arsitektur yang telah memiliki reputasi Internasional pada saat itu, seperti perusahaan Anyer Bersih, Deli Proef Station, Hotel De Boer, Deli Spoorweg Maatschappij dll. bangunan-bangunan tersebut saat ini menjadi suatu

ciri khas Kota Medan ditinjau dari segi historis dimana keberadaannya mulai luntur tergerus arus modernisme dan kapitalisme yang mengharuskan eksistensi bangunan-bangunan bersejarah tersebut kian sirna (hilang). Sebagai warga negara yang santun dan sadar akan kondisi di lingkungan sekitarnya, maka diperlukan adanya usaha preventif serta kolektif demi menjaga eksistensi bangunan- bangunan bersejarah tersebut.

Menjalani usia Kota Medan yang ke 423 tahun, tentu bukan merupakan waktu yang sangat singkat.Tentunya begitu banyak prestasi yang diraih dalam

(35)

33

mewujudkan sebuah Kota terbesar ketiga di Indonesia ini, salah satu prestasi yang diraih adalah saat bagaimana Kota Medan menyabet Piala Adipura tahun 2012- 2013 yang merupakan wujud kota yang bersih, aman, nyaman, asri, dan indah.

Keadaan ini sebenarnya yang menjadikan Kota Medan harus berbenah tanpa harus melupakan rekam jejak historisnya, rekam jejak tersebut tidak lain adalah kawasan lingkungan bangunan bersejarah yang merupakan cikal bakal Kota Lama di masa kolonial Belanda. Apabila ini tetap dipertahankan dan dilestarikan sebagai wujud historis kota, maka generasi penerus kedepannya akan terus dapat melihat rekam jejak sejarah Kota Medan dan menjadi aset pemerintah dalam memperkenalkan ikon Kota Medan kepada wisatawan asing maupun lokal demi menambah PAD (pendapatan asli daerah).

D.Jenis-Jenis Peninggalan Bangunan Bersejarah di Kota Medan

Dalam melakukan suatu perjalanan di jantung Kota Medan yang terletak di Lapangan Merdeka menuju kawasan Kesawan, mustahil bagi kita tidak melihat keindahan dan keberagaman bangunan-bangunan lama yang tanpa kita sadari memilki kelainan dengan bangunan-bangunan yang baru. Di tinjau dari keberadaannya, ternyata di Kota Medan masih banyak terdapat bangunan- bangunan lama yang secara fisik masih tegak berdiri sampai sekarang dan memiliki aspek historis di dalamnya. Dalam penglihatan sepintas, sebuah bangunan akan terlihat biasa saja jika kita tidak mengetahui sejarah dibaliknya.

Adapun bangunan-bangunan lama yang memiliki keistimewaan yang menarik dan

(36)

34

memiliki nuansa historis dalam rekam jejak perjalanan sejarah Kota Medan serta masih berdiri kokoh adalah sebagai berikut :

1. Gedung Balaikota Lama

Salah satu peninggalan bangunan bersejarah yang dapat ditemukan di Kota Medan adalah bangunan peninggalan pemerintah Hindia-Belanda yang berada di jalan Balaikota, tepatnya bersebelahan dengan Kantor Bank Indonesia ( BI).

Bangunan ini pada awalnya ditempati oleh Walikota Medan yang pertama yaitu Baron Daniel Mackay. Bangunan Bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan lingkungan IX. Dalam proses sejarahnya.

Dahulu bangunan ini bernama Gemeen Tehnis dibangun oleh biro arsitek Hulswit tahun 1908, diperbaiki kembali tahun 1923. Bangunan yang terletak di jalan Balaikota ini pada tahun 1913 direnovasi dengan menempelkan jam dinding besar pada dinding bagian atas bangunan. Jam dinding ini di sumbangkan oleh milioner Tjong A Fie buatan Firma Van Bergen di Hialigerlee (Holland). Jam dinding ini dahulunya mengeluarkan bunyi (Jelajah Medan Heritage, 2013:1)

Kemudian diperkuat dengan gagasan lain didalam karangan (Tengku Lukman Sinar (Sinar,2001:85) menyebutkan bahwa :” Kepada Kotapraja Medan menghadiahkan sebuah jam besar yang sampai sekarang ada di Kantor Walikota Medan”

Pada tahun 1913 seorang millioner Cina yang bernama Tjong A fie menambahkan menara jam pada bangunan ini. Jam pada menara tersebut adalah buatan Firma Van Bergen di Hoiligerlee (Holland) dan dahulu mengeluarkan bunyi carillon. Bangunan Balaikota ini menjadi salah satu Land Mark di Sumatera Utara yang terdapat di kota Medan, namun tidak lagi difungsikan sebagai kantor

(37)

35

Balai Kota. Arsitektur bangunan ini dipengaruhi gaya Eropa Klasik.seperti bangunan eropa lainnya,sebagian dari lantai dasar bangunan terletak dibawah tanah. Ciri khas dari bangunan Balaikota Lama ini adalah Gedung Balai Kota Lama Medan yang diarsiteki oleh Hulswit ini adalah salah satu bangunan bergaya Eropa klasik, dengan dominasi warna putih. Dahulu Gedung Balai Kota Lama Medan ini sering dimanfaatkan oleh pemerintahan Belanda sebagai gedung pertemuan untuk para petinggi Belanda yang berada di Medan.

Tetapi setelah pemerintahan Belanda lengser, Gedung Balai Kota Lama Medan ini mulai tidak terawat bahkan pada masa penjajahan Jepang bangunan ini sempat akan dihancurkan. Sekarang bangunan Balaikota Lama ini sudah digadaikan dengan pemilik Hotel Grand Aston City Hall yang tepat berada dibagian depan Hotel Grand Aston. Bangunan Balaikota Lama ini sekarang tidak difungsikan lagi sebagai kantor Walikota, Namun bangunan Balaikota lama ini di buat Baru persis dengan bangunan yang lama, dan di bangun tepatnya dekat dengan bangunan Balaikota Lama yang persis di pinggiran sungai Deli sebagai Kantor administrasi pemerintahan Kota Medan.

(38)

36

2. Kantor Bank Indonesia/ Kantor Bank Unit I

Bangunan yang persis tepat bersebelahan dengan kantor Balaikota Lama disebelah kiri, dan bersebelahan dengan Hotel De Boer sebelah kanan merupakan bangunan sisa tinggalan pemerintah Kolonial-Belanda dan Kondisinya masih terawat dan baik sampai sekarang. Bangunan Bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan lingkungan IX. Dalam proses sejarahnya.

Bank Indonesia yang terletak di jalan Balaikota ini dibangun tahun 1910 oleh arsitek Hulsurt/Fermunt E.d. Caypers, dahulunya dipakai sebagai Java She Bank.

Bentuk bangunan segi empat gaya Eropa Tua (Jelajah Medan Heritage, 2013:2).

Bangunan ini menggambarkan arsitektur yang kelihatan sangat dipengaruhi oleh gaya kolonial yang sangat banyak digunakan orang Inggris di negeri-negeri jajahannya.bangunan ini didesain oleh Cuypers dan Hulswit tahun 1908.Dahulunya dipakai sebagai Kantor Cabang De Javasche Bank. Javasche Bank merupakan bank cabang milik Belanda di Jawa yang digunakan untuk

mensosialisasikan mata uang Gulden milik Belanda. Keindahan bangunan Javasche Bank menggunakan gaya renaisance dengan ciri-ciri bangunan

berbentuk simetris dengan garis-garis horizontal sepanjang dinding. Bangunan Bank Indonesia ini didominasi dengan warna putih dan sekarang digunakan sebagai Kantor Bank Indonesia.

(39)

37 3. Hotel de Boer/Dharma Deli

Peninggalan bangunan bersejarah yang dapat ditemukan di Kota Medan adalah bangunan peninggalan pemerintah Hindia-Belanda yang berada di jalan Balaikota Nomor 2 Medan, tepatnya bersebelahan dengan Kantor Bank Indonesia ( BI) di sebelah kiri. Bangunan ini pada awalnya bangunan ini merupakan sebuah hotel yang didalamnya terdapat bar dan restoran mewah di masa pemerintahan Belanda. Bangunan Bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan lingkungan IX. Dalam proses sejarahnya.

Hotel De Boer yang letaknya di jalan Balaikota ini dibangun tahun 1909. Nama hotel ini sesuai dengan nama pemiliknya yaitu Herman De Boer yang datang ke Medan tahun 1899. Hotel ini sekarang bernama Hotel Dharma Deli dan dibangun lagi bangunan baru 8 tingkat namun bangunan lama masih tetap dipertahankan (Jelajah Medan Heritage, 2013:3)

Pada awalnya Hotel ini terdiri dari 2 lantai yang terdiri dari sebuah restaurant,sebuah bar dan tujuh ruang tamu,dan merupakan hotel pertama kali di Asia Tenggara yang kamarnya memakai kawat nyamuk. Hotel tersebut dijual pada tahun 1935.dan diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia,menjadi Hotel Dharma Bakti atau Inna Dharma Deli. Dengan semakin meningkatnya kepopuleran hotel tersebut,maka hotel tersebut meluas dengan ditinggikan menjadi 8 lantai dengan menggabungkannya dengan bangunan lama yang berada disebelah kanan bangunan baru tersebut. Dalam meningkatkan potensi kunjungan wisatawan ke Hotel bersejarah tersebut, maka seorang sejarawan Universitas Negeri Medan selaku Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial mengatakan :

Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial (Pussis), Dr. Phil Ichwan Azhari kepada antarasumut.com Selasa mengatakan, sejarah Hotel Dharma Deli yang kaya itu adalah potensi yang bisa dikembangkan untuk menarik minat wisatawan

(40)

38

berkunjung. Untuk itu seluruh karyawan hotel sebaiknya memberi ruang dan kesempatan kepada masyarakat umum untuk masuk melihat ke dalamnya sekaligus belajar sejarah keberadaan hotel.“Saya yakin kisah tentang Dharma Deli akan menarik minat banyak orang untuk berkunjung,” katanya (http://www.pemkomedan.go.id/serba_detail.php?id=116)

Dalam perkembangannya sekarang, bangunan ini masih sering dikunjungi wisatawan yang ingin menginap kedalam hotel tersebut. Bangunan Hotel Dhrma Deli atau Inna Dharma Deli ini diperbesar dan ditinggikan dan masih bersatu dengan bangunan aslinya yang berada tepat disebelah kanan bangunan megah tersebut. Hotel ini sampai sekarang masih populer untuk dikunjungi oleh wisatawan lokal yang sedang berada di Medan. Kepopuleran bangunan ini masih persis seperti bangunan Hotel aslinya dimasa lalu.

4. Kantor Pos dan Giro

Salah satu peninggalan bangunan bersejarah yang dapat ditemukan di Kota Medan adalah bangunan peninggalan pemerintah Hindia-Belanda yang berada di jalan Balaikota, tepatnya didepan Hotel Dhrma Deli. Bangunan ini merupakan salah satu dari dampak kemajuan tembakau Deli, yang dalam perkembangannya dibangunnya sarana dan prasarana infrastruktur dalam menunjang kegiatan perkebunan. Bangunan Bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan lingkungan IX. Dalam proses sejarahnya,

Bangunan yang terletak berhadapan dengan Hotel De Boer, disebelah Utara Lapangan Merdeka ini dibangun lantai tegel, atap genteng dan tiang beton bertulang (Jelajah Medan Heritage, 2013:4).

(41)

39

Dibangun sebagai Kantor Pos Pusat dan masih berfungsi sampai sekarang.

Keadaan kondisi bangunan ini masih sangat baik, kemudian diatas bangunan Kantor Pos tersebut ada logo burung merpati dalam bola dunia yang menjadi logo Kantor Pos tersebut, dan diatas bangunan tersebut bertuliskan ANNO 1911 yang berarti bangunan tersebut berdiri tahun 1911. Dalam keterangan lebih lanjut tentang tujuan awal didirikannya Kantor Pos,

Gedung ini merupakan proyek besar pertama dilakukan oleh Snuyf, seorang arsitek yang telah menjadi kepala Sipil Pekerjaan Umum untuk Indonesia.

Karena pertumbuhan yang cepat dari pemerintah Hindia Belanda, ada kebutuhan bangunan baru untuk berbagai layanan pemerintah, seperti sekolah, penjara dan kantor pos. Sebagian besar bangunan ini harus diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat karena itu standarisasi desain (http://www.disbudpar.pemkomedan.go.id/index.php?option=com_content&

view=article&id=146&Itemid=107).

Dalam hal pelayanan yang diberikan, saat ini Kantor Pos Medan masih melayani tugas dan fungsinya sebagai tempat penjualan materai (perangko), pengiriman surat, pengiriman barang dan mulai berakulturasi dengan media elektronik yang digunakan sebagai tempat pembayaran kredit, pengambilan uang pensiun dan pengiriman berkas CPNS. Bangunan bersejarah ini memiliki atap langit-langit yang tinggi dan memiliki struktur bangunan yang kokoh serta memiliki ruangan yang cukup luas. Selain itu, bangunan bersejarah ini memiliki aspek historis yang kental terutama dari segi bentuk arsitektur bangunannya yang sangat nampak sekali sudah sangat lama dan berbeda sekali dengan bangunan- bangunan modern yang ada terdapat disekelilingnya, Ketika dilihat dari dalam ruangan maupun di luar ruangan, bangunan Kantor Pos ini terlihat sangat menarik untuk dilihat karena bentuknya yang unik.

(42)

40

Dalam hal memajukan pendidikan di Kota Medan, Maka diharapkan kedepannya Kantor Pos Medan ini juga bisa difungsikan sebagai museum pos seperti Kantor Pos Besar Jakarta, sehingga di bangunan bersejarah ini dapat menyimpan serta memamerkan prangko-prangko lama, gambar hitam putih tempo dulu tentang keadaan Medan di masa Belanda, mata uang lama yang tidak lagi ditemukan di pasaran dll. Dan pada akhirnya, masyarakat maupun pelajar masih dapat menemukan dan melihat aspek historis di Kota Medan.

5. Stasiun Kereta Api Medan

Stasiun Kereta Api merupakan fasilitas penting yang sangat memberi kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan kota Medan. Bangunan ini merupakan peninggalan pemerintah Hindia-Belanda yang berada di jalan Stasiun Kereta Api, tepatnya bersebelahan dengan Titi Gantung di sebelah kanannya yang merupakan situs peninggalan Belanda.Bangunan Bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan lingkungan VII. Dalam proses sejarahnya,

Tahun 1891, bangunan awal selesai. Tahun 1910, karena dirasa kecil, diperbesar lagi. Akhirnya, tahun 1939 renovasi dilakukan oleh pihak DSM (Deli Spoorweg Maatschappij) dengan maksud mengikuti perkembangan langgam arsitektur modern.Pihak DSM berkonsultasi dengan J.H Valh, seorang arsitek dari Dinas PU. Renovasi terbesar yang dilakukan adalah pengurangan bagian yang tidak dirasa diperlukan (fungsional saja) serta penambahan menara jam setinggi 20 m, sebagai penanda bangunan, serta sekaligus cerobong ventilasi udara, dengan jam yang menunnjukkan waktu keberangkatan kereta kepada penumpang (Jelajah Medan Heritage, 2013:5).

(43)

41

Walaupun Bangunan ini sudah direnovasi dengan melakukan penggantian seluruh struktur bangunan, akan tetapi ciri khas bentuk aslinya tidak dirubah, seperti jam yang menunnjukkan waktu keberangkatan diatas menara Stasiun Kereta Api yang masih dapat dilihat diatas bangunan. Di sampingnya terdapat monumen lokomotif uap bertipe 2-6-4 T buatan Hartmann (Arsitektur Stasiun Medan) telah mengalami perombakan total dari bentuk aslinya. Hal yang tersisa dari kompleks bangunan stasiun lama adalah adanya menara jam di bagian muka stasiun.Rel yang terdapat di Stasiun Medan membujur dari utara ke selatan. Rel yang mengarah ke selatan menuju Rantauprapat, sedangkan rel yang mengarah ke utara ke Belawan, Binjai dan Besitang, Dari Stasiun Medan dahulunya terdapat percabangan rel ke Pancurbatu. Bangunan Stasiun Kereta Api Besar ini didominasi dengan warna putih.

6. Jakarta Llyod (Sekarang Asuransi Jasindo)

Diantara perusahaan-perusahaan dagang besar yang menguasai perniagaan dan perdagangan di Sumatera masa itu adalah beberapa perusahaan-perusahaan Eropa seperti : Bank en Handelsvereeniging Naudin ton Cate & Co” yang didirikan pada tahun 1892 dengan modal F1. 1 juta (Sinar,2001:61). Bank ini merupakan sebuah agen perusahaan yang bekerjasama dengan Lloyds, The Central, The Sun, The State, De Insulinde, Oostindische, De Nederlandsche Lloyd yang bertugas melakukan administrasi dalam berbagai aktivitas perkebunan dan terus bergerak dalam import/eksport hasil-hasil perkebunan. Keberhasilan

(44)

42

penanaman tembakau di Sumatera Timur turut mendorong perusahaan-perusahaan di bidang pelayaran. Seperti Jakarta Lloyd yang pada saat didirikan adalah Kantor Perusahaan Pelayaran The Netherlands Shipping Company. Bangunan Jakarta Lloyd ini berada dilingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan lingkungan VII. Dalam proses sejarahnya,

Bangunan yang berada didepan Lapangan Merdeka ini dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1920-an, dulu dipergunakan untuk kantor “Stoomvaart Maatschappij Nedherland” dan “Rotterdamshe Lloyd” dan sampai sekarang berfungsi menjadi kantor pusat asuransi PT Jasindo Provinsi Sumatera Utara (Jelajah Medan Heritage, 2013:7).

.Gedung ini pada awalnya merupakan kantor perusahaan kapal uap Belanda (Stoomvaart Maatschappij Nederland) dimana Nederlandsche Handel Maatshappij (NHM) juga meniliki saham di dalamnya.Gedung Exs Stoomvaart Maatscappij Nederland dan Rotterdam's Lloyd ini pernah digunakan sebagai kantor Jakarta Lloyd.Bangunan ini berada di pusat Kota medan tepatnya bersebelahan dengan Lapangan Merdeka. Pada saat ini gedung tersebut berfungsi sebagai kantor Asuransi Jasindo Provinsi Sumatera Utara.

7. Kesawan (Rumah-Rumah Tua)

Potret peninggalan-peninggalan bangunan bersejarah yang dapat ditemukan di kawasan Kota Medan adalah kawasan bangunan-bangunan lama yang terdapat di Kesawan tepatnya di Jalan Hindu. Bangunan bersejarah yang tepatnya berada di Jalan Hindu ini kebanyakan berupa ragam pertokoan, perkantoran pada masa pemerintahan Belanda. Kondisi bangunan bersejarah tersebut terlihat sangat tidak

(45)

43

terawat dan kondisinya sangat memprihatinkan. Padahal kawasan Kesawan di masa lalu merupakan potret cikal bakal pertumbuhan sebuah Kota di Medan.

Bangunan bersejarah yang ada di Jalan Hindu ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan. Dalam proses sejarahnya,

Kesawan merupakan bagian dari sejarah Kota Medan, yang berada di pusat Kota Medan. Di lokasi ini terdapat banyak peninggalan gedung-gedung tua dari zaman kolonial. Kesawan sering dikunjungi wisatawan untuk menikmati keindahan sebuah kota di masa lalu. Pusat kesawan terletak di jalan Ahmad Yani (Jelajah Medan Heritage,2013:8).

Sinar (2001:54) menyebutkan Kesawan berasal dari kata “Kesawahan, pergi ke sawah”. Kesawan merupakan bagian dari sejarah Kota Medan, dulunya Kesawan merupakan cikal bakal pemusatan wilayah Kota Medan dan sangat kental sekali disebut-sebut dengan kata Medan-Deli.pada masanya Kesawan ini adalah kawasan Eropa dan menjadi sebuah kampung tempat persinggahan para pedagang yang datang untuk berdagang dan menyabung ayam, semua kegiatan dilakukan disana. Tempat ini merupakan kawasan sentral penduduk yang berasal dari Serdang yang akan menuju ke Sunggal atau dari Percut ke Hampaaran Perak, bahkan dari Labuhan ke Deli Tua. Kawasan Eropa inilah yang kemudian berkembang menjadi Kesawan, seiring perkembangan waktu, permukiman etnis Cina banyak mendominasi wilayah tersebut dan dijadikan kawasan bisnis Tahun 1918, wilayah itu diserahkan Kesultanan Deli kepada Pemerintah Hindia-Belanda, setelah diambil alih oleh Pemerintah Hindia-Belanda, kawasan ini disulap menjadi tempat kantor pemerintahan, maskapai perkebunan, bank, kantor perusahaan asing dan restoran hingga kesawan menjadi pusat kota. Dimasa sekarang, lokasi ini masih memiliki banyak gedung-gedung tua zaman kolonial.

Gambar

Tabel 1. Sumber : Adisasmita ( 2010:80 ).

Referensi

Dokumen terkait

orangtua mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya dari tenaga kesehatan, perawat memperkenalkan anggota timnya yang merawat bayinya, menjelaskan apa yang menjadi

Konfigurasi dengan superposisi phasa STR-TSR pada tinggi pengukuran 1 meter, 5 meter dan 10 meter menghasilkan kerapatan fluks magnet lebih tinggi dibandingkan

1. Metode Studi Pustaka dengan pencatatan secara cermat terhadap obyek yang diamati yaitu mengenai game 2D. Data diperoleh yakni dari buku, jurnal, artikel

Melalui kegiatan presentasi kelompok, siswa dapat mengkomunikasikan hasil diskusi tentang sikap kebersamaan dalam perbedaan kegemaran di rumah dengan percaya diri..

335 Ni Wayan Rati, S.Pd., M.Pd 197612142009122002 Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2013 Penerapan Iptek Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) Siaga Bencana Berbasiskan

lain Jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi jasmani tertentu terutama panca indra dan status gizi (gizi seimbang), intelegensi, minat, sikap, disiplin dan motivasi, sedangkan

Dengan menggunakan EVA sebagai alat ukur kinerja yang menjadi dasar dalam pemberian kompensasi bonus, hambatan dalam mengevaluasi keberhasilan suatu proyek atau

Pada fenomena yang terjadi pada tahun 2008 dan 2009 bertentangan dengan teori yang ada, dimana menurut dimana menurut (Tjiptono Darmadji dan Hendy M, 2006:195)