• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN BLUSH PAPER DENGAN EKSTRAK DAGING BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) SEBAGAI PEWARNA ALAMI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN BLUSH PAPER DENGAN EKSTRAK DAGING BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) SEBAGAI PEWARNA ALAMI SKRIPSI"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN BLUSH PAPER DENGAN EKSTRAK DAGING BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)

SEBAGAI PEWARNA ALAMI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh : Chesya Arsthitra Falde

NIM : 178114162

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN BLUSH PAPER DENGAN EKSTRAK DAGING BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)

SEBAGAI PEWARNA ALAMI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh : Chesya Arsthitra Falde

NIM : 178114162

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

iii

Persetujuan Bimbingan

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN BLUSH PAPER DENGAN EKSTRAK DAGING BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)

SEBAGAI PEWARNA ALAMI

Skripsi yang diajukan oleh: Chesya Arsthitra Falde

NIM : 178114162

telah disetujui oleh

Pembimbing Utama

(apt. Christofori Maria Ratna Rini Nastiti, Ph.D.) tanggal 03 Juli 2021

(4)

iv

Pengesahan Skripsi Berjudul

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN BLUSH PAPER DENGAN EKSTRAK DAGING BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)

SEBAGAI PEWARNA ALAMI

Oleh :

Chesya Arsthitra Falde NIM : 178114162

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal : 26 Juli 2021

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

Dr. apt. Yustina Sri Hartini

Panitia Penguji : Tanda tangan

1. apt. Christofori Maria Ratna Rini Nastiti, Ph.D. ……….. 2. Dr. apt. Dewi Setyaningsih ……….. 3. apt. Dina Christin Ayuning Putri, M.Sc. ………..

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar Pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 30 Juni 2021 Penulis,

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Chesya Arsthitra Falde

Nomor Mahasiswa : 178114162

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Formulasi dan Evaluasi Sediaan Blush Paper dengan Ekstrak Daging Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) sebagai Pewarna Alami

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tangan, gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari (search engine), misalnya google.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 21 Agustus 2021

Yang menyatakan

(7)

vii ABSTRAK

Perona pipi (blush-on) merupakan salah satu kosmetik dekoratif yang sering digunakan wanita. Penggunaan blush-on dengan aplikator berukuran cukup besar menjadikannya kurang praktis untuk dibawa bepergian. Hal ini mendasari munculnya inovasi kosmetik blush paper yang unik, sederhana, dan mudah dibawa. Disisi lain kosmetik berbahan alam semakin berkembang dengan pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pewarna kosmetik. Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) mengandung pigmen alami betasianin sehingga berpotensi sebagai pewarna alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan formula

blush-on menjadi bentuk sediaan blush paper dengan pewarna alami ekstrak daging

buah naga merah (Hylocereus polyrhizus).

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental satu arah. Pada formula dilakukan variasi penambahan ekstrak 20%, 25%, dan 30%. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi sifat fisik sediaan, subjective assessment, dan uji stabilitas terhadap setiap formula yang dihasilkan. Hasil data yang bersifat parametrik dianalisis dengan One-Way Anova dan hasil data subjective assessment dianalisis dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak 25% memberikan tampilan warna sediaan blush paper yang cenderung dapat diterima responden. Blush paper memenuhi uji organoleptis, intensitas warna, dispersi warna, keseragaman bobot, ketebalan, pH, dan distribusi ukuran partikel.

(8)

viii ABSTRACT

Blush-on is one of the decorative cosmetics that women often used. The use of blush-on with a relatively large applicator makes it less ergonomic. Therefore, a unique, simple, and travel-friendly blush paper cosmetic innovation emerged. On the other hand, natural-based cosmetics are growing with the use of plants as cosmetic coloring agents. Red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) contains the natural pigment betacyanin, which is potential to be used as a natural colorant. This study aimed to develop a blush formula which placed onto a paper with natural dyes from red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) flesh extract.

This study used a one-way experimental design. The extract was added with variations of 20%, 25%, and 30% in the formula. Each formula is subjected to a physical characteristic, subjective assessment, and stability test. Parametric data were analyzed by One Way ANOVA and subjective assessments were analyzed using descriptive statistics. The results showed that the blush paper formula containing 25% extract showed an acceptable color appearance. The blush paper met the organoleptic, color intensity, color dispersion, weight uniformity, thickness, pH, and particle size distribution tests on physical properties test.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

METODE PENELITIAN ... 4

Jenis dan Rancangan Penelitian ... 4

Alat dan Bahan... 4

Determinasi tanaman ... 4

Pembuatan ethical clearance ... 5

Pembuatan informed consent ... 5

Ekstraksi buah naga merah (H. polyrhizus) ... 5

Uji kualitatif kandungan betasianin ... 5

Formulasi sediaan blush paper ... 6

Uji sifat fisik sediaan blush paper ... 7

Subjective assessment ... 8

Stabilitas sediaan... 8

Analisis Hasil ... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

Determinasi tanaman ... 10

Ekstraksi buah naga merah (H. polyrhizus) ... 10

Uji kualitatif betasianin ... 11

Formulasi ... 12

Hasil uji sifat fisik sediaan blush paper ... 13

Subjective assessment ... 19

Stabilitas sediaan... 21

Diskusi umum ... 23

KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

Kesimpulan ... 25

Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

LAMPIRAN ... 31

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel I. Formula sediaan (bobot tiap formula 10 gram) ... 6 Tabel II. Hasil pengamatan organoleptis sediaan ... 13 Tabel III. Hasil pengukuran intensitas warna & uji pH sediaan (X̅±SD; 3 replikasi)

... 14 Tabel IV. Hasil uji keseragaman bobot, uji ketebalan, & uji kandungan lembab (X̅±SD; 3 replikasi) ... 16 Tabel V. Ukuran partikel rata-rata (X̅±SD; 3 replikasi) & rentang distribusi ukuran partikel (3 replikasi) ... 18 Tabel VI. Hasil uji stabilitas sediaan (perubahan organoleptis) ... 22 Tabel VII. Hasil uji stabilitas sediaan (nilai pH)... 22

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hasil uji kualitatif betasianin: (a) sebelum penambahan NaOH dan (b) setelah penambahan NaOH ... 12 Gambar 2. Pengamatan organoleptis sediaan blush paper formula 1, formula 2, formula 3, dan kontrol ... 14 Gambar 3. Diagram subjective assessment untuk pernyataan blush paper memiliki penampilan yang menarik ... 20 Gambar 4. Diagram subjective assessment untuk pernyataan tingkat kesukaan terhadap warna blush paper ... 20 Gambar 5. Hasil uji stabilitas sediaan (perubahan organoleptis): (a) formula 1 dengan konsentrasi ekstrak 20%, (b) formula 2 dengan konsentrasi ekstrak 25%, (c) formula 3 dengan konsentrasi ekstrak 30% ... 22

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil determinasi buah naga merah ... 31

Lampiran 2. Ethical clearance ... 32

Lampiran 3. Formulir Informed Consent ... 33

Lampiran 4. Kalibrasi jangka sorong ... 34

Lampiran 5. Sertifikat CE&BU ... 36

Lampiran 6. Hasil ekstraksi buah naga merah ... 37

Lampiran 7. Hasil uji kualitatif betasianin ... 38

Lampiran 8. Hasil formulasi sediaan ... 39

Lampiran 9. Pengukuran dan hasil pengukuran intensitas warna ... 41

Lampiran 10. Pengamatan dispersi warna ... 44

Lampiran 11. Pengukuran dan hasil data keseragaman bobot sediaan ... 47

Lampiran 12. Pengukuran pH sediaan ... 48

Lampiran 13. Pengukuran dan hasil data uji ketebalan sediaan ... 48

Lampiran 14. Pengukuran kandungan lembab sediaan ... 50

Lampiran 15. Pengukuran dan hasil perhitungan distribusi ukuran partikel ... 51

Lampiran 16. Subjective assessment ... 58

Lampiran 17. Hasil uji stabilitas sediaan ... 61

(13)

1 PENDAHULUAN

Kosmetik dapat digunakan pada seluruh bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa disekitar mulut dan telah menjadi kebutuhan wanita dan pria pada saat ini. Tujuan dari penggunaan kosmetik ialah untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan dan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM, 2015). Berdasarkan kegunaan pada kulit, kosmetik dibagi menjadi dua golongan, yaitu kosmetik perawatan dan kosmetik dekoratif. Kosmetik perawatan merupakan serangkaian kosmetik yang bertujuan untuk merawat kebersihan serta kesehatan kulit. Kosmetik dekoratif bertujuan untuk merias atau menutup cacat pada kulit sehingga membuat penampilan lebih menarik sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri. Dalam kosmetik dekoratif, peran zat pewarna sangat besar (Tranggono dan Latifah, 2007). Perona pipi atau blush-on merupakan salah satu contoh kosmetik dekoratif. Blush-on diaplikasikan pada permukaan pipi yang berfungsi untuk memerahkan pipi sehingga wajah penggunanya tampak lebih menarik dan terlihat segar. Blush-on secara komersial banyak dalam bentuk sediaan krim, compact

powder, loose powder (Tranggono & Latifah, 2007). Dunia kosmetik selalu

berinovasi, seperti munculnya sediaan kosmetik dekoratif dalam bentuk kertas atau yang dikenal dengan paper make up seperti produk foundation, highlighter, serta

blush paper yang salah satunya bermerek dagang GoldenudeTM Blush Paper. Namun produk blush paper yang beredar menggunakan pewarna sintesis. Penggunaan pewarna sintesis dalam jangka waktu yang lama memberikan risiko iritasi dan perubahan pigmen kulit (Tritanti dan Pranita, 2015). Bahkan, pewarna sintesis seperti Rhodamin B dan Methanyl Yellow bersifat karsinogenik serta dapat memicu kerusakan ginjal dan hati (Pujilestari, 2015).

Inovasi produk kosmetik berbahan dasar alam atau natural cosmetic juga semakin berkembang dan menjadi tren selama dua dekade terakhir, sehingga formulasi kosmetik dengan bahan-bahan alami dan organik menjadi komoditi yang sangat penting dalam industri kosmetik (Duber-Smith, 2011). Produk kosmetik

(14)

2

alami dianggap lebih ramah lingkungan dan dipercaya lebih aman digunakan. Hal ini membuat penggunaan produk kosmetik tanpa pewarna sintetis lebih disukai (Fonseca-Santos, Corrêa, and Chorilli, 2015).

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor : HK.00.05.42.1018 Tahun 2008 Tentang Bahan Kosmetik, “zat pewarna adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk memberi dan atau memperbaiki warna pada kosmetik”. Kandungan pigmen atau zat warna dalam sediaan perona pipi biasanya 5-20%. Selain pewarna sintetik, zat warna juga bisa diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau sumber-sumber mineral (Tranggono dan Latifah, 2007).

Buah naga merah merupakan tanaman dalam kelompok kaktus dengan genus Hylocereus. Terdapat 3 jenis buah naga yang dipasarkan di Indonesia yaitu buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus

polyrhizus) dan buah naga daging super merah (Hylocereus costaricensis)

(Hendarto, 2019). Buah naga daging merah (H. polyrhizus) cukup disukai oleh masyarakat karena rasanya yang manis meskipun ukuran buahnya lebih kecil. Buah naga merah mengandung pigmen alami yaitu betasianin, jenis betasianin yang memberi warna merah keunguan pada daging buah naga merah (H. polyrhizus) adalah betanin (Rebecca, Boyce, and Chandran, 2010). Warna merah dari buah naga ini diduga dapat menjadi pewarna alami yang menjanjikan dalam dunia kosmetik dekoratif.

Penelitian Azwanida, Normasarah, dan Afandi (2014) serta Ramadani, Saisa, Ceriana, dan Andayani (2018) menunjukkan bahwa kulit dan daging dari buah naga merah (H. polyrhizus) dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna pada sediaan kosmetik. Pemanfaatan pigmen betasianin kulit buah naga merah pada sediaan blush-on sudah dipelajari sebelumnya, contohnya pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, Suci, dan Ikhda (2019) yang melakukan formulasi

blush-on compact dengan variasi konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 5%,

10%, dan 15%. Penelitian tersebut menghasilkan sediaan blush-on dengan sifat fisik yang baik dan menunjukkan perbedaan intensitas warna dari ketiga formulasi

(15)

blush-on dari peningkatan konsentrasi ekstrak kulit buah naga. Namun,

pemanfaatan daging buah naga merah dalam sediaan blush-on masih jarang diteliti, padahal setiap 100 gram ekstrak daging buah naga merah (H. polyrhizus) mengandung 82,79 mg betasianin dan yang terkandung pada kulitnya hanya sekitar 18,67 mg (Ramli, Ismail, dan Rahmat, 2014).

Bentuk sediaan blush-on yang umum (menggunakan aplikator) memiliki keterbatasan. Saat dibawa bepergian compact blush-on beresiko pecah baik kemasan maupun sediaannya apabila terjatuh. Selain itu, pemakaian blush-on dengan bentuk sediaan krim, compact powder, dan loose powder memerlukan aplikator dengan ukuran cukup besar seperti spons atau kuas sehingga tidak cukup praktis untuk dibawa. Lain halnya dengan blush paper, produk ini dianggap unik, sederhana, dan sangat mudah dibawa kemana saja. Jenis blush-on ini akan menarik perhatian konsumen yang lebih menyukai kesederhanaan produk dan kepraktisan penggunaan (Ellora, 2018).

Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan adanya penelitian formulasi sediaan blush-on berbentuk kertas (blush paper) dengan menggunakan buah naga merah (H. polyrhizus) sebagai pewarna alami. Sediaan ini lebih praktis, mudah dibawa kemana saja dan diharapkan dapat memenuhi parameter kualitas sediaan

(16)

4 METODE PENELITIAN

Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini berjenis eksperimental dan menggunakan rancangan eksperimental murni satu arah. Dalam penelitian ini terdapat 3 kelompok formula dengan perlakuan yakni diberi ekstrak buah naga merah (H. polyrhizus) dengan variasi ekstrak 20%, 25%, dan 30% dan menggunakan produk blush paper dipasaran sebagai kontrol positif.

Alat dan Bahan

Alat-alat dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital analitik (OHAUS®, USA), blender serbuk (Sci model AG-2005), oven (Memmert, Jerman), Rotary vacuum evaporator (BUCHI, Swiss), ayakan nomor mesh 120, kaca pembesar, pH meter (OHAUS® ST 10, USA), jangka sorong

digital caliper “Wipro”, moisture balance analyzer (Kern, Jerman), climatic chamber (Memmert, Jerman), colorimeter digital (Konica Minolta CR 400,

Jepang), Mikroskop cahaya Olympus yang terhubung dengan kamera dan software Optilab (Miconos, Indonesia), software ImageJ (NIH, USA), object glass,

glasswares, sendok sungu.

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah buah naga merah (Sabila Farm, Yogyakarta, Indonesia), etanol 96% (Technical Grade), talkum (Pharmaceutical Grade), kaolin (Technical Grade), zinc oxide (Pharmaceutical

Grade), nipagin (Pharmaceutical Grade), BHT (Pharmaceutical Grade), asam

sitrat (Pharmaceutical Grade), paraffin liquid (Technical Grade), gliserin (Pharmaceutical Grade), blotting paper, NaOH (Pro-analysis Grade), dan air suling.

Determinasi tanaman

Buah naga merah yang diperoleh dari Sabila Farm Yogyakarta dideterminasi di Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

(17)

Pembuatan ethical clearance

Penelitian ini menggunakan sukarelawan manusia sebagai responden dalam subjective assessment, sehingga diajukan permohonan izin penelitian untuk memenuhi etika penelitian. Permohonan izin untuk mendapatkan ethical clearance diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Didapatkan izin dengan nomor surat KE/FK/0266/EC/2021 (lampiran 2).

Pembuatan informed consent

Sukarelawan yang bersedia mengikuti dan mengisi kuesioner subjective

assessment pada penelitian ini akan mengisi dan menandatangani informed consent

yang telah dibuat sebagai persetujuan (lampiran 3). Ekstraksi buah naga merah (H. polyrhizus)

Tanaman yang mengandung senyawa betasianin umumnya diekstraksi menggunakan metode maserasi (Vargas, Jimenez, & Lopez, 2000). Sebelum ekstraksi buah naga merah dibersihkan dan dicuci terlebih dahulu, lalu daging buah naga dipisahkan dari kulitnya. Daging buah dipotong menjadi bagian yang lebih kecil dan diblender selama kurang lebih 10 detik. Selanjutnya maserasi dilakukan menggunakan etanol 96% dengan perbandingan 1:3 selama 24 jam. Kemudian hasil disaring menggunakan kain kasa untuk memisahkan ampasnya, selanjutnya disaring kembali menggunakan kertas saring untuk memastikan pemisahan sebagian besar residu. Setelah itu, asam sitrat 2% diteteskan pada filtrat hingga pH filtrat mencapai 5. Selanjutnya ekstrak dipekatkan dengan rotary vacuum

evaporator pada suhu 40⁰C, tekanan vakum 72 mbar, dan kecepatan rotasi 40 rpm

hingga didapat ekstrak kental buah naga merah (Ramadani, Saisa, Ceriana, dan Andayani, 2018).

Uji kualitatif kandungan betasianin

Sebanyak 1 gram ekstrak buah naga merah dilarutkan dengan 100 mL aquadest. Kemudian 1 mL larutan dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan NaOH 2 M tetes demi tetes. Perubahan warna diamati, uji

(18)

6

positif ditandai dengan adanya perubahan warna larutan menjadi warna kuning. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali (Rengku, Ridhay, dan Prismawiryanti, 2017). Formulasi sediaan blush paper

Formula dalam penelitian ini menggunakan formula acuan dari Rahmawati, Suci dan Ikhda (2019) yang dimodifikasi dengan pergantian pewarna sintetik menjadi ekstrak buah naga merah, penambahan gliserin sebagai pelarut agar sediaan dapat tersebar pada kertas, dan penambahan butylated hydroxytoluene (BHT) serta asam sitrat untuk mempertahankan warna ekstrak pada sediaan. Modifikasi formula ditunjukkan dalam tabel I.

Tabel I. Formula sediaan (bobot tiap formula 10 gram) Komposisi (gram) Formula 1 2 3 Kaolin 0,8 0,8 0,8 Zinc oxide 0,474 0,474 0,474

Ekstrak buah naga merah 2 2,5 3

Nipagin 0,02 0,02 0,02 BHT 0,04 0,04 0,04 Asam sitrat 0,5 0,5 0,5 Paraffin liq. 0,266 0,266 0,266 Talk 3,95 3,95 3,95 Gliserin 1,95 1,45 0,95 Keterangan :

- Formula 1 : ekstrak buah naga 20% - Formula 2 : ekstrak buah naga 25% - Formula 3 : ekstrak buah naga 30%

Sebelum formulasi, semua bahan kering yaitu talkum, kaolin, zinc oxide, dan nipagin diayak dengan ayakan no. 120 lalu ditimbang sesuai formula. Bahan-bahan kering tersebut dicampur menjadi satu dengan blender selama 10 detik. BHT dan asam sitrat yang telah digerus halus dilevigasi dengan sejumlah kecil parafin cair, gliserin, dan ekstrak hingga homogen, lalu kemudian dicampurkan kembali bahan-bahan cair tersebut sedikit demi sedikit. Selanjutnya pada campuran tersebut ditambahkan dengan bahan-bahan kering sedikit demi sedikit hingga tercampur merata. Kemudian blotting paper (ukuran kertas 4x4 cm) diletakkan pada alas cetakan, sediaan dituangkan sebanyak 0.25gram ke atas kertas dan penuangan diratakan dengan spatula. Selanjutnya matriks tersebut dikeringkan menggunakan

(19)

oven dengan suhu 35oC selama satu jam. Replikasi dilakukan 3 kali untuk setiap formula.

Uji sifat fisik sediaan blush paper

Pengamatan organoleptis : Dilakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, dan bau dari sediaan.

Pengukuran intensitas warna : Pengukuran intensitas warna pada sediaan

blush paper menggunakan alat colorimeter digital. Pengukuran intensitas warna

dengan menggunakan sistem warna Hunter yang menghasilkan 3 parameter yaitu notasi L (lightness), notasi a (warna kromatik merah-hijau), dan notasi b (warna kromatik biru-kuning) (Souripet, 2015). Intensitas warna merah dinilai menggunakan notasi a. Semakin tinggi nilai a positif, warna sediaan blush paper semakin merah (Putrianah, 2019).

Pengamatan dispersi warna : Pengamatan ini dilakukan dengan mengoleskan 1 lembar sediaan blush paper dari tiap formula pada kertas putih, kemudian dengan kaca pembesar diamati adanya segregasi dan intensitas serta ratanya dispersi warna. (Mohiuddin, 2019).

Uji keseragaman bobot : Bobot sediaan blush paper ditimbang menggunakan timbangan analitik. Sebanyak 20 lembar sediaan blush paper dari tiap formula diambil secara acak lalu ditimbang. Kemudian dihitung nilai standar deviasi (SD) dan koefisien variasi (CV) dari tiap formula, nilai CV kurang dari 5% menunjukkan bobot yang seragam (Sukmasih, Mufrod, dan Aisiyah, 2014).

Uji pH sediaan: Serbuk blush paper didispersikan ke dalam air dengan mengambil 1 gram serbuk blush paper dalam 10 mL aquadest. pH dispersi tersebut diukur menggunakan pH meter. Rentang nilai pH sediaan yang baik untuk kulit ialah 4,5- 6,5.

Uji ketebalan: Ketebalan blush-on diukur dengan bantuan 2 object glass dan jangka sorong. Pertama, kedua object glass ditumpuk dan diukur ketebalannya. Selanjutnya, diantara kedua object glass tersebut dimasukkan 1 lembar sediaan

(20)

8

blush paper dan diukur kembali ketebalannya. Hasil selisih merupakan ketebalan

dari sediaan blush paper.

Uji kandungan lembab: Sediaan blush paper ditimbang sebanyak 1 gram, lalu dimasukkan ke dalam alat moisture balance dan digunakan suhu 120oC. Kemudian ditunggu sampai alat menunjukkan hasil kadar air dalam satuan persen. Distribusi ukuran partikel: Distribusi ukuran partikel diperoleh dengan mengamati diameter partikel serbuk menggunakan metode mikroskopik dengan jumlah sampel 300 partikel/formula. Foto partikel diambil menggunakan perangkat kamera dan software Optilab, kemudian pengukuran partikel dilakukan dengan

software ImageJ. Preparasi sampel dilakukan dengan mengambil sebanyak 0,1 g

serbuk sediaan blush paper dengan cara dikeruk lalu diencerkan dengan 10 mL air suling. Sebanyak 1-2 tetes sediaan yang telah disuspensikan diambil dan diteteskan pada kaca objek, tutup dengan cover glass, dan diamati menggunakan mikroskop (Rahim, Wardi, dan Anggraini, 2017).

Subjective assessment

Subjective assessment bertujuan untuk mengetahui tingkat penerimaan

responden terhadap blush paper. Uji ini dilakukan pada 30 sukarelawan wanita berusia 18-22 tahun dengan kriteria eksklusi penderita buta warna atau tidak dapat membedakan warna dan tidak pernah atau jarang menggunakan produk pemerah pipi. Subjective assessment dilaksanakan di lingkungan Universitas Sanata Dharma kampus III setelah mendapat persetujuan komisi etik. Sukarelawan melakukan penilaian terhadap penampilan dan kesukaan warna dengan mengisi lembar kuesioner yang disediakan. Penilaian penampilan yaitu meliputi estetika keseluruhan produk yang dapat dilihat dari penampakan juga bentuknya, penilaian ini termasuk kemasan dan sediaan blush paper itu sendiri. Hasil kuesioner diolah dengan statistik deskriptif. Data dirangkum, diolah dalam bentuk persentase, dan disajikan dalam bentuk diagram batang (Reksoatmodjo, 2009).

Stabilitas sediaan

Uji stabilitas sediaan dilakukan dengan metode real time. Sediaan disimpan pada suhu 30C ± 2C dan kelembapan relatif 75% RH ± 5% RH selama

(21)

satu bulan di climatic chamber (ASEAN, 2017). Selanjutnya dilakukan pengamatan perubahan organoleptis dan pH sediaan setiap minggu.

Analisis Hasil

Hasil yang diperoleh selanjutnya dianalisis untuk melihat perbedaan antar formula. Penelitian ini menggunakan uji hipotesis komparatif numerik tidak berpasangan dengan > 2 kelompok sehingga untuk analisis data bersifat parametrik digunakan Anova One Way bila data terdistribusi normal yang dilanjutkan dengan analisis post hoc jika terjadi perbedaan bermakna. Bila data tidak terdistribusi normal dilakukan analisis dengan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan analisis post-hoc Mann-Whitney jika terjadi perbedaan bermakna. Analisis data dilakukan di pusat kajian CE&BU Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada dengan bantuan program IBM SPSS Statistic 22 Lisensi UGM. Hasil subjective

assessment diolah menggunakan metode statistik deskriptif dengan tahapan

(22)

10 HASIL DAN PEMBAHASAN

Determinasi tanaman

Determinasi tanaman ditentukan dengan cara membandingkan sampel herbarium dengan data pustaka acuan (Artini 2013), determinasi terhadap tanaman yang akan diteliti dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti kebenaran identitas dari tanaman tersebut (Suhaera et al, 2019). Sampel determinasi yaitu buah naga merah yang diperoleh dari perkebunan Sabila Farm Yogyakarta. Buah naga merah tersebut kemudian dideterminasi oleh Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hasil determinasi menunjukkan bahwa benar sampel yang diuji adalah buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dari suku Cactaceae (Lampiran 1).

Ekstraksi buah naga merah (H. polyrhizus)

Proses pembuatan ekstrak buah naga merah dilakukan dengan metode maserasi, maserasi merupakan teknik ekstraksi dengan cara merendam simplisia menggunakan pelarut tertentu tanpa pemanasan sehingga sesuai untuk zat yang tidak tahan panas (Isnawati dan Retnaningsih, 2018). Ketika proses maserasi berlangsung terjadi pemecahan dinding sel bahan karena adanya perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga senyawa yang terdapat pada sitoplasma akan terlarut dalam pelarut (Yenie et al., 2013). Pelarut yang digunakan yaitu etanol 96% karena pigmen betasianin bersifat hidrofilik sehingga akan larut dalam pelarut polar, titik didih etanol juga rendah (78⁰C) sehingga mudah diuapkan. Pelarut etanol 96% dapat mengendapkan zat pektin yang terkandung pada jus buah naga merah sehingga dapat mengurangi konsentrasi lendir pada ekstrak (Rebecca et al., 2010; Naderi et al., 2012; Dirjen POM RI, 2020).

Setelah disaring filtrat ditetesi asam sitrat 2% hingga mencapai pH 5. Penggunaan asam organik lemah seperti asam sitrat diperlukan untuk menurunkan pH (Nizori, Sihombing, dan Surhaini, 2020). Penurunan pH dimaksudkan agar terciptanya suasana asam karena zat warna betasianin stabil pada rentang pH

(23)

3.0-7.0 dengan pH optimum 5, sehingga hal ini dapat membantu mempertahankan stabilitas warna ekstrak (Woo et al, 2011).

Langkah selanjutnya filtrat dipekatkan menggunakan rotary vacuum

evaporator. Pemekatan ekstrak pada suhu 40⁰C dengan vakum akan membuat

pigmen betasianin tidak mudah terdekomposisi sehingga kestabilan warna ekstrak etanol buah naga merah tetap terjaga. (Yulianti et al., 2008). Kondisi vakum juga dapat menurunkan titik didih pelarut sehingga memungkinkan proses penguapan lebih efisien dan mencegah senyawa betasianin pada ekstrak rusak oleh suhu tinggi (Astuti et al, 2018). Pemutaran labu pada saat proses pemekatan ekstrak berfungsi untuk menghindari resiko bumping dan meningkatkan kecepatan pemindahan pelarut (Zulkifli, Runtuwene, dan Abidjulu, 2018). Pada penelitian ini diperoleh ekstrak cair kental berwarna merah keunguan dengan bobot ekstrak yaitu 81.618 gram dengan persen rendemen sebesar 9.94% (lampiran 6).

Uji kualitatif betasianin

Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa betasianin dalam ekstrak buah naga merah. Hasil uji menunjukkan ekstrak mengandung betasianin, hal ini ditandai dengan perubahan warna larutan dari merah muda menjadi kuning (Gambar 1 dan lampiran 7). Perubahan warna ini terjadi karena ketika larutan betasianin dalam suasana basa akan mengalami penurunan absorbansi perlahan dan warna larutan menjadi kuning dari merah-ungu yang merupakan ciri khas reaksi asam basa betasianin (Reshmi et al., 2012). Kondisi alkalis menimbulkan ketidakstabilan struktur gugus kromofor, pigmen betasianin mengalami dekomposisi menjadi asam betalamat (berwarna kuning) dan siklo-DOPA 5-O-glikosida (Aanisah et al., 2020; Yulianti et al., 2008).

(24)

12

(a) (b)

Gambar 1. Hasil uji kualitatif betasianin: (a) sebelum penambahan NaOH dan (b) setelah penambahan NaOH

Formulasi

Formula pada penelitian ini mengacu pada formula Rahmawati, Suci dan Ikhda (2019) yang dimodifikasi dengan pergantian pewarna sintetik menjadi ekstrak buah naga merah, penambahan gliserin, BHT, dan asam sitrat.

Ekstrak buah naga merah yang digunakan pada penelitian ini diformulasikan pada konsentrasi 20% pada formula 1, konsentrasi 25% pada formula 2, dan konsentrasi 30% pada formula 3. Penentuan konsentrasi ekstrak yang digunakan didapat dari hasil orientasi yang telah dilakukan sebelumnya. Penggunaan konsentrasi ekstrak dibawah 20% belum menunjukkan hasil warna yang baik, sehingga konsentrasi ekstrak ditingkatkan menjadi 20%, 25%, dan 30%. Pada ketiga konsentrasi tersebut diperoleh hasil warna yang relatif dapat diterima sehingga dipilih untuk pembuatan formula.

Gliserin ditambahkan sebagai pelarut agar sediaan dapat tersebar pada kertas (Asngad et al., 2018). Butylated hydroxytoluene (BHT) ditambahkan dengan konsentrasi 0. 4% sebagai antioksidan untuk mencegah proses oksidasi (Rowe et

al., 2009). Konsentrasi tersebut sesuai untuk formulasi kosmetik dimana

konsentrasi BHT yang direkomendasikan yaitu 0.0002% hingga 0.5% (Ghosh et al., 2020). Pada formula juga dilakukan penambahan asam sitrat 5% yang berfungsi sebagai acidifying agent untuk mempertahankan warna. Konsentrasi yang digunakan pada penelitian ini sesuai dengan rekomendasi Fuime et al. (2014) yaitu 0.000008% hingga 10% untuk penggunaan sediaan yang kontak dengan kulit.

(25)

Sebelum formulasi dilakukan pengayakan pada bahan-bahan kering yaitu talkum, kaolin, zinc oxide, dan nipagin untuk menghilangkan butiran kasar dan gumpalan pada bahan. Setelah itu bahan-bahan kering tersebut ditimbang dan dicampurkan dengan blender. BHT dan asam sitrat merupakan serbuk hablur sehingga dilakukan penggerusan dan levigasi dengan parafin cair, gliserin, dan ekstrak untuk memperkecil ukuran partikelnya.

Sediaan blush paper yang telah dibuat dikemas dengan plastik klip yang telah dilapisi alumunium foil agar terlindungi dari paparan cahaya. Selanjutnya dilakukan pengujian sifat fisik sedian yang dibandingkan dengan kontrol berupa produk blush paper dipasaran. Kontrol ini berfungsi sebagai validasi metode. Selain itu dilakukan juga subjective assessment dan uji stabilitas terhadap sediaan.

Hasil uji sifat fisik sediaan blush paper a. Pengamatan organoleptis :

Pengujian organoleptis dilakukan menggunakan indra manusia untuk menilai warna, bentuk, dan bau dari sediaan blush paper yang telah dibuat (Alta et

al., 2019). Berdasarkan pengamatan, sediaan blush-on berbentuk padat melekat

pada kertas, berwarna merah keunguan muda hingga merah keunguan tua, serta beraroma khas ekstrak seperti yang ditunjukkan pada tabel II dan gambar 2.

Tabel II. Hasil pengamatan organoleptis sediaan

Formula Warna Bau

F1 Merah keunguan muda Beraroma khas ekstrak F2 Merah keunguan Beraroma khas ekstrak F3 Merah keunguan tua Beraroma khas ekstrak Kontrol Merah keunguan tua Tidak berbau Keterangan: F adalah formula

(26)

14

Gambar 2. Pengamatan organoleptis sediaan blush paper formula 1, formula 2, formula 3, dan kontrol

b. Pengukuran intensitas warna :

Sediaan blush paper yang dibuat menghasilkan warna merah keunguan, warna ini berasal dari pigmen betasianin yang terkandung dalam daging buah naga merah (H. polyrhizus). Untuk mengetahui intensitas warna yang dihasilkan dari tiap formula blush paper, dilakukan pengukuran menggunakan colorimeter digital CR-400 dengan notasi penilaian L, a, b. Intensitas warna merah dinilai menggunakan notasi a yang mempunyai kisaran nilai -80 hingga 100. Nilai a negatif menunjukkan tingkat warna hijau, dan nilai a positif menunjukkan tingkat warna merah (Astuti, Dewi, dan Kurniasih, 2019).

Tabel III. Hasil pengukuran intensitas warna & uji pH sediaan(𝐗̅±SD; 3 replikasi)

Formula Intensitas warna pH F1 36.7 ± 1.70 5.97 ± 0.115 F2 41.76 ± 1.79 5.63 ± 0.058 F3 45.82 ± 0.31 5.53 ± 0.058

Kontrol 47.99 6.00

Keterangan: F adalah formula

Pengukuran intensitas warna pada kontrol dan sediaan blush paper yang dibuat dapat dilihat pada tabel III dan lampiran 9. Hasil penelitian menunjukkan

(27)

nilai a tertinggi ada pada pada formula 3 ekstrak buah naga 30% yaitu 45.82 dan terendah pada formula 1 ekstrak buah naga 20% yaitu 36.7, hal ini menunjukkan peningkatan konsentrasi ekstrak membuat warna sediaan blush paper semakin merah. Berdasarkan analisis (lampiran 18) menggunakan one way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada formula-formula dengan nilai

p-value = 0.001 (p<0.05). Maka uji dilanjutkan dengan analisis post-hoc Scheffe yang

menunjukkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan bermakna intensitas warna antara formula 20%, formula 25%, dan formula 30% karena nilai p-value antara setiap formula kurang dari 0.05.

c. Uji pH sediaan :

Uji pH sediaan dilakukan agar derajat keasaman dari sediaan yang dihasilkan dapat diketahui. Sediaan yang terlalu basa ataupun terlalu asam, memberikan risiko kulit menjadi kering, pecah-pecah, dan mudah teriritasi. Oleh karena itu, diusahakan pH kosmetik sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu antara 4.5 hingga 6.5 (Tranggono dan Latifah, 2007).

Hasil pengujian nilai pH (tabel III) pada ketiga formula dan kontrol memenuhi spesifikasi. Hasil menunjukkan penambahan konsentrasi ekstrak dapat menurunkan nilai pH sediaan. Hal ini terjadi karena ekstrak daging buah naga merah bersifat asam, dimana terdapat beberapa gugus karboksil pada struktur senyawa betasianin (Vargas, Jimenez, & Lopez, 2000). Berdasarkan analisis data, nilai pH antara ketiga formula tidak terdistribusi normal karena pada uji normalitas didapatkan nilai p-value = 0.000 (p<0.05), sehingga dilakukan analisis dengan uji

Kruskal-Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan

bermakna pada formula-formula tersebut dengan p-value = 0.033 (p < 0.05). Analisis dilanjutkan pada uji post-hoc Mann-Whitney untuk mengetahui antara formula mana yang mempunyai perbedaan. Tidak terdapat perbedaan bermakna antar formula 2 & formula 3 karena p-value = 0.099 (p > 0.05), dan terdapat perbedaan bermakna antar formula 1 dengan kedua formula lain karena nilai

(28)

16

cenderung menurunkan nilai pH, namun pada konsentrasi tertentu (>20%) ekstrak tidak begitu mempengaruhi nilai pH sediaan.

d. Pengamatan dispersi warna :

Pengamatan dispersi warna bertujuan untuk mengetahui partikel pembawa maupun zat warna dapat membaur atau tercampur dengan baik. Syarat dispersi warna yang baik adalah warna harus tersebar merata/homogen pada tiap formulasi sediaan (Bindharawati et al., 2015; Mohiuddin, 2019). Pengamatan dispersi warna pada kontrol diperoleh warna yang homogen dan terdistribusi merata. Hasil pengamatan untuk ketiga formula sediaan blush paper yang dibuat menunjukkan warna tersebar merata dimana tidak adanya segregasi dan tanpa bintik-bintik saat diamati (lampiran 10).

e. Uji keseragaman bobot :

Uji keseragaman bobot dilakukan untuk menjamin konsistensi suatu sediaan, dalam hal ini adalah bobot dari sediaan agar tidak berbeda dari bobot antar sediaan blush paper (Dirjen POM RI, 2020). Sediaan dianggap memiliki bobot yang seragam bila nilai CV kurang dari 5% (Sukmasih et al., 2014). Pengukuran keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 lembar sediaan blush paper dari tiap replikasi formula.

Tabel IV. Hasil uji keseragaman bobot, uji ketebalan, dan uji kandungan lembab (𝐗̅±SD; 3 replikasi) Formula Keseragaman bobot (%) Ketebalan (mm) Kandungan lembab (%) F1 2.172 ± 1.073 0.140 ± 0.009 20.547 ± 2.504 F2 1.299 ± 0.261 0.142 ± 0.012 17.942 ± 0.56 F3 1.697 ± 0.169 0.1345 ± 0.011 12.861 ± 0.795 Kontrol 4.967 0.1085 6.59

Keterangan: F adalah formula

Berdasarkan pengujian keseragaman bobot masing-masing sediaan blush

paper yang dihasilkan memenuhi kriteria CV kurang dari 5% (tabel IV), sehingga

dapat disimpulkan bahwa setiap formula memiliki bobot atau berat yang seragam. f. Uji ketebalan :

(29)

Pengujian ketebalan sediaan blush paper pada penelitian ini diukur dengan menggunakan jangka sorong digital dengan tingkat ketelitian 0.01 mm. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari sediaan blush-on yaitu ketebalannya. Proses pengukuran ketebalan hanya dilakukan pada bagian tengah sediaan sehingga memungkinkan hasil yang didapat menjadi kurang objektif, baiknya pengukuran ketebalan dilakukan pada berbagai sisi sediaan.

Hasil pengukuran ketebalan dari setiap formula sediaan dan kontrol dapat dilihat pada tabel IV. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh ketebalan sediaan

blush paper yang dihasilkan berada pada kisaran 0.1345 mm hingga 0.142 mm

(tabel IV), nilai standar deviasi yang kecil dari masing-masing formula menunjukkan jaminan keseragaman ketebalan sediaan blush paper yang dibuat. g. Uji kandungan lembab

Pada formulasi blush paper dalam penelitian ini, digunakan gliserin sebagai media pendispersi ekstrak dan eksipien. Gliserin juga berperan sebagai humektan yang dapat menarik air dari udara. Untuk mengetahui kadar lembab dalam sediaan, dilakukan uji kandungan lembab. Pengujian dilakukan menggunakan alat moisture balance. Nilai ambang batas kadar lembab adalah 10%, jika lebih dari 10% maka sediaan kosmetik memiliki potensi sebagai media pertumbuhan bakteri dan jamur (Arifin, Sartini, dan Marianti, 2019). Kandungan lembab pada kelompok kontrol memenuhi spesifikasi, namun ketiga formula blush

paper belum dapat memenuhi spesifikasi tersebut (Tabel IV). Hal ini diduga karena

kapasitas gliserin dalam mengikat kelembapan dari udara. Gliserin dapat mengikat lembab udara sebesar 35-38% (Sivamani et al., 2016). Tingginya kandungan lembab pada sediaan yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh faktor kelembapan udara pada tempat dilakukannya pembuatan sediaan (Arizka & Daryatmo, 2015). Oleh karena itu, dapat dipertimbangkan untuk melakukan penggantian gliserin dengan pendispersi lain.

Berdasarkan analisis data (lampiran 18), hasil uji one way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada 3 formula (p < 0.05). Untuk itu, analisis dilanjutkan dengan uji post-hoc Scheffe untuk mengetahui antara formula

(30)

18

mana yang mempunyai perbedaan. Dari analisis post hoc ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara formula 3 dengan formula 1 (p<0.05), dan formula 3 dengan formula 2 (p < 0.05).

h. Distribusi ukuran partikel

Pengukuran distribusi partikel dilakukan untuk mengetahui distribusi derajat kehalusan sediaan yang telah dibuat (Dwiwulandari, Darsono, dan Wijaya, 2018). Ukuran partikel berhubungan dengan ketercampuran dan aplikasi sediaan. Semakin kecil ukuran partikel, luas permukaan kontak semakin besar, sehingga dispersi warna akan lebih homogen. Selain itu sediaan dapat lebih mudah disapukan dan menyebar merata. Bila ukuran partikel sediaan blush paper kurang halus akan mengurangi kenyamanan dan berisiko menyebabkan iritasi pada kulit wajah saat pemakaian (Rahim, Wardi, dan Anggraini, 2017)

Distribusi ukuran partikel diamati menggunakan mikroskop cahaya yang terhubung dengan seperangkat kamera dan software Optilab untuk mengambil foto partikel, selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap 300 partikel pada setiap formula menggunakan software ImageJ. Metode mikroskopik merupakan metode sederhana yang dapat mengukur diameter partikel dalam kisaran 0,2 µm hingga sekitar 100 µm. Namun kekurangan dari metode ini yaitu diameter yang diperoleh hanya dari dua dimensi berupa panjang dan lebar dari partikel. Selain itu jumlah partikel yang harus dihitung sebanyak 300-500 agar mendapatkan estimasi distribusi yang baik membuat metode ini membutuhkan waktu serta ketelitian (Sinko, 2011).

Tabel V. Ukuran partikel rata-rata (𝐗̅±SD; 3 replikasi) & rentang distribusi ukuran partikel (3 replikasi)

Formula Rata-rata ukuran partikel (µm)

Rentang distribusi ukuran partikel (µm)

F1 2.511 ± 0.12 0.708 – 7.812

F2 2.57 ± 0.049 0.708 – 8.255

F3 2.471 ± 0.018 0.708 – 8.672

Kontrol 2.588 0.746 – 8.866

(31)

Hasil distribusi ukuran partikel sediaan blush paper dapat dilihat pada tabel V dan lampiran 15. Pada rentang distribusi ukuran partikel diperoleh ukuran <100 µm. Hal ini menunjukkan kontrol dan sediaan blush paper yang dibuat masuk ke dalam rentang derajat serbuk halus (Sinko, 2011). Hasil pengukuran juga menunjukkan terdapat beberapa partikel dengan ukuran cukup besar (7.812 – 8.8672 µm) yang disebabkan oleh kurang halusnya penggerusan BHT dan asam sitrat pada saat proses formulasi. Berdasarkan ukuran partikel rata-rata dilakukan analisis data (lampiran 18), hasil uji one way ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara ketiga kelompok formula (p > 0.05). Subjective assessment

Subjective assessment dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari

Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan nomor surat ethical clearance

KE/FK/0266/EC/2021 (lampiran 2). Subjective assessment dilakukan untuk mengetahui penerimaan responden terhadap penampilan dan warna dari sediaan

blush paper yang telah dibuat. Di hadapan responden ditunjukkan selembar sediaan blush paper dari setiap formula, kemudian responden melakukan penilaian dan data

dikumpulkan menggunakan kuesioner. Dipilih sejumlah 30 orang untuk menjadi responden karena jumlah tersebut merupakan ukuran minimal untuk analisis data statistik dimana data akan mendekati distribusi normal (Spiegel & Stephens, 2007). Hasil dari data yang telah diolah dan dirangkum dalam bentuk presentasi disajikan dalam diagram batang pada gambar 3 dan gambar 4:

(32)

20

Gambar 3. Diagram subjective assessment untuk pernyataan blush paper memiliki penampilan yang menarik

Gambar 4. Diagram subjective assessment untuk pernyataan tingkat kesukaan terhadap warna blush paper

Gambar 3 menunjukkan bahwa urutan sediaan blush paper yang penampilannya dianggap menarik yaitu formula 2, formula, 3, dan formula 1 dengan persen penerimaan responden berturut-turut yaitu 80%, 73.33%, dan 50%. Formula 1 dianggap kurang menarik menurut responden karena penampilannya yang pucat sehingga kurang atraktif dibandingkan kedua formula yang lain. Hal ini sejalan dengan tingkat kesukaan responden terhadap warna yang dihasilkan oleh

50% 80% 73.33% 46.67% 20% 23.33% 3.33% 0% 3.33% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

Formula 1 Formula 2 Formula 3

Re sp o n d en (% )

"Ya" "Ragu-ragu" "Tidak"

46.67% 80% 70% 36.66% 16.66% 20% 16.66% 3.33% 10% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00%

Formula 1 Formula 2 Formula 3

Re sp o n d en (% )

(33)

sediaan blush paper, gambar 4 memperlihatkan bahwa responden lebih memilih formula 2 yang mengandung konsentrasi ekstrak buah naga merah 25%. Pada formula 2 hanya terdapat satu responden yang memilih kolom “tidak” pada kriteria penilaian kesukaan warna. Hal ini dikarenakan konsentrasi ekstrak buah naga merah sebanyak 20% pada formula 1 memberikan warna merah-keunguan muda yang membuat sediaan terlihat lebih pucat sehingga kurang begitu disukai responden, sedangkan pada formula 3 dengan kandungan ekstrak buah naga merah sebanyak 30% memberikan warna merah-keunguan yang intens pada sediaan sehingga beberapa responden berpendapat warna ini akan memberikan kesan warna yang berlebihan saat penggunaan.

Stabilitas sediaan

Stabilitas merupakan hal yang penting bagi suatu sediaan untuk memastikan spesifikasi produk jadi tetap sama selama masa simpan pada kondisi penyimpanan yang sudah ditentukan. Perubahan fisik pada sedian selama penyimpanan dapat menjadi salah satu parameter untuk mengetahui apakah sediaan stabil atau tidak, parameter fisik tersebut dapat meliputi uji organoleptik dan uji pH sediaan (ASEAN, 2017).

(a)

(34)

22

(c)

Gambar 5.Hasil uji stabilitas sediaan (perubahan organoleptis): (a) formula 1 dengan konsentrasi ekstrak 20%, (b) formula 2 dengan konsentrasi ekstrak 25%, (c) formula 3 dengan konsentrasi ekstrak 30%

Tabel VI. Hasil uji stabilitas sediaan (perubahan organoleptis)

Tabel VII. Hasil uji stabilitas sediaan (nilai pH) Formula Pengamatan Minggu ke-

1 2 3 4

Formula 1 6.37 ± 0.057 6.90 ± 0.1 7.07 ± 0.057 7.13 ± 0.057 Formula 2 6.30 ± 0.1 6.77 ± 0.057 6.97 ± 0.057 7.07 ± 0.057 Formula 3 6.17 ± 0.057 6.73 ± 0.152 6.93 ± 0.057 7.03 ± 0.115

Hasil uji stabilitas sediaan blush paper (Gambar 5, tabel VI, tabel VII, dan lampiran 17) pada kondisi penyimpanan suhu 30C ± 2C dan kelembapan relatif 75% RH ± 5% RH, menunjukkan bahwa stabilitas sediaan dalam penyimpanan selama 4 minggu belum dapat dipertahankan. Sediaan menjadi lembab sehingga beberapa bagian menempel pada kemasan dan terlepas dari kertas. Sebelum pengujian stabilitas, sediaan memang mengandung kadar lembab yang cukup tinggi akibat penggunaan gliserin pada formula. Bila penggunaan gliserin pada formula digantikan dengan pelarut lain atau dilakukan optimasi komposisi pada formula, maka terdapat kemungkinan stabilitas sediaan dapat dipertahankan. Kondisi sediaan yang lembab dapat mempengaruhi perubahan warna sediaan

Formula

Kriteria yang diamati

Pengamatan minggu ke-

1 2 3 4

Formula 1 Warna Kecokelatan Kecokelatan Kecokelatan Kecokelatan Formula 2 Warna Oranye muda Kecokelatan Kecokelatan Kecokelatan Formula 3 Warna Oranye Kecokelatan Kecokelatan Kecokelatan

(35)

karena dapat mempercepat degradasi warna sediaan (Vargas, Jimenez, & Lopez, 2000). Perubahan warna juga dapat disebabkan karena terjadinya kenaikan nilai pH, keadaan ini membuat warna sediaan menjadi kecokelatan (Aanisah et al., 2020). Peningkatan nilai pH terjadi karena pada keadaan lembab akan terjadi reaksi enzimatis sehingga mengakibatkan penurunan mutu. Selain itu kondisi lembab juga meningkatkan pertumbuhan mikroba, pengaruh dari kegiatan mikroba menghasilkan amonia yang dapat meningkatkan pH sediaan (Yustiantara et al., 2018; Indrayati et al., 2013).

Diskusi umum

Pada penelitian ini diperoleh sediaan blush paper dengan ekstrak daging buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) sebagai pewarna alami. Secara keseluruhan sediaan blush paper yang dibuat memiliki sifat fisik yang baik. Sediaan blush paper yang dihasilkan mampu memenuhi sebagian besar spesifikasi yang ditetapkan. Sediaan memenuhi kriteria organoleptis, dispersi warna, uji keseragaman bobot, uji pH sediaan, uji ketebalan, dan distribusi ukuran partikel. Selain itu peningkatan konsentrasi ekstrak mampu menunjukkan peningkatan intensitas warna merah secara kuantitatif pada sediaan blush paper. Hasil subjective

assessment juga menunjukkan sediaan blush paper dapat diterima oleh responden,

sediaan dinilai memiliki penampilan yang menarik dan warna yang disukai. Keterbatasan pada penelitian ini yaitu belum terpenuhinya spesifikasi kadar lembab yang diharapkan. Kadar lembab yang tinggi juga mempengaruhi ketidakstabilan dari sediaan. Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan gliserin yang memiliki higroskopisitas yang cukup tinggi, komposisi gliserin yang belum optimal, dan kondisi kelembapan udara saat formulasi. Gliserin dalam formulasi ini digunakan sebagai pembawa untuk menggantikan peran paraffin liquid. Hal ini karena saat proses orientasi paraffin liquid memberikan issue pada proses pengeringan (tidak mudah mengering), padahal sediaan telah dioven dengan suhu 35-40oC selama lebih dari satu jam. Bila dilakukan pengeringan dengan suhu yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama dapat mempengaruhi degradasi warna dari sediaan. Pemilihan pembawa perlu juga dipikirkan untuk mendapatkan sediaan

(36)

24

yang dapat memenuhi semua spesifikasi uji sifat fisik dan stabilitas penyimpanan sediaan. Selain itu perataan sediaan pada kertas penyangga saat proses formulasi masih dilakukan secara manual, untuk menghasilkan sediaan dengan ketebalan yang lebih seragam dapat dilakukan dengan bantuan alat seperti holder penebar plat KLT (TLC spreader). Penggunaan alat juga membuat proses formulasi menjadi lebih efisien.

Kualitas kritis dari sediaan blush paper ini terletak pada stabilitas senyawa betasianin. Stabilitas betasianin dapat dipengaruhi oleh faktor pH, suhu, oksigen, dan kelembapan, sehingga perlu dilakukan pengendalian terhadap faktor-faktor tersebut. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kestabilan sediaan yaitu memastikan penggunaan bahan tambahan tidak bersifat higroskopis, menggunakan acidifying agent agar pH sediaan optimal, menggunakan antioksidan untuk mencegah proses oksidasi, memastikan proses pengeringan sediaan blush

paper pada suhu rendah (< 40°C) namun tetap memenuhi persentase kandungan

lembab yang dipersyaratkan dan menggunakan kemasan yang melindungi sediaan dari paparan cahaya, udara, dan kelembapan dari luar.

(37)

25 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daging buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam sediaan

blush paper. Sediaan memenuhi kriteria uji organoleptis, pengukuran intensitas

warna, uji dispersi warna, uji keseragaman bobot, uji pH sediaan, uji ketebalan, distribusi ukuran partikel, dan dapat diterima oleh konsumen/responden.

2. Berdasarkan hasil subjective assessment menunjukkan sediaan blush paper yang dapat diterima oleh konsumen atau responden yaitu sediaan blush paper formula 2 dengan konsentrasi ekstrak daging buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) sebanyak 25%.

Saran

Penelitian ini merupakan penelitian awal untuk formulasi sediaan blush

paper dengan ekstrak daging buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) sebagai

pewarna alami, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan dan optimasi formula untuk memperoleh formula yang optimum yang dapat memenuhi semua spesifikasi yang ditetapkan termasuk stabilitas dalam penyimpanan. Stabilitas sediaan dalam penyimpanan perlu lebih ditingkatkan dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan sediaan. Selain itu perlu dilakukan uji keamanan sediaan untuk mengetahui tingkat keamanan (risiko iritasi dan comedogenic) sediaan blush paper.

(38)

26

DAFTAR PUSTAKA

Aanisah, N., Sulastri, E., Yusriadi, Friskilla, Syamsidi, A., 2020. Pemanfaatan Ekstrak Buah Kaktus (Oputian elatior Mill.) sebagai Pewarna Alami pada Sediaan Lipstik. JSK, 2(4), 391-398.

Alta, U., Pratiwi, G., Sari, L.Y., 2019. Formulasi Bedak Tabur dari Ekstrak Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Sehum). Jurnal Aisyiyah Medika, 4(3), 312-326.

Arana, I., 2012. Physical Properties of Foods: Novel Measurement Techniques and Application. CRC Press, Boca Raton, pp. 94-95.

Arifin, A., Sartini, Marianti, 2019. Evaluasi Karakteristik Fisik dan Uji Permeasi pada Formula Patch Aspirin Menggunakan Kombinasi Etilselulosa dengan Polivinilpirolidon. Jurnal Sains dan Kesehatan, 2(1), 40-49.

Arizka, A.A., Daryatmo, J., 2015. Perubahan Kelembaban dan Kadar Air Teh Selama Penyimpanan pada Suhu dan Kemasan yang Berbeda. Jurnal

Aplikasi Teknologi Pangan, 4(4), 124-129.

Artini, P.E.U.D., Astuti, K.W., Warditiani, N.K., 2013. Uji Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurnal Farmasi

Udayana, 2(4), 1-7.

Asngad, A., Bagas R, A., Nopitasari, 2018. Kualitas Gel Pembersih Tangan (Handsanitizer) dari Ekstrak Batang Pisang dengan Penambahan Alkohol, Triklosan dan Gliserin yang Berbeda Dosisnya. Bioeksperimen, 4(2), 61-70.

Association of South East Asian Nations (ASEAN), 2017. Annex V ASEAN

Guidelines on Stability Study and Shelf-life of Traditional Medicines,

https://asean.org/wp-content/uploads/2017/09/ASEAN-Guidelines-on-Stability-and-Shelf-Life-TM-V1.0-with-disclaimer.pdf, diakses tanggal 7 Agustus 2020.

Astuti, M.W., Dewi, E.N., Kurniasih, R.A., 2019. Pengaruh Perbedaan Jenis Pelarut dan Suhu Pemanasan Selama Ekstraksi Terhadap Stabilitas Mikrokapsul Fikosianin Dari Spirulina platensis. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan, 1(1), 7-14.

Astuti, N.M.W., Aryani, N.I.P.I., Purwaningsih, N.K.P.A., Dewi, N.K.S.M., Sari, N.M.K., Heltyani,W.E., Wirasuta, I.M.A.G., 2018. Penetapan Kadar Metanol Hasil Destilasi Penguap Vakum Putar Ekstrak Metanol Daun Ubi Ungu Menggunakan Raman Spektrofotometer. Jurnal Farmasi Udayana, 7(1), 13-18.

Azwanida, N. N., Normasarah, N., Afandi, A., 2014. Utilization and Evaluation of Betssalain Pigment from Red Dragon Fruit (Hylocereus Polyrhizus) as a Natural Colorant for Lipstick. Jurnal Teknologi, 69(6), 139-142.

(39)

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2008. Peraturan Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor : HK.00.05.42.1018 Tahun 2008 Tentang Bahan Kosmetik. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2015. Peraturan Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 Tentang Persyaratan Teknis Kosmetika. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Baki, G., Alexander, K. S., 2015. Introduction to Cosmetics Formulations and Technology. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey, pp. 399. Bindharawati, N., Darsono, F.L., Wijaya, S., 2015. Formulasi Sediaan Pemerah Pipi

dari Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) sebagai Pewarna dalam Bentuk Compact Powder. Journal of Pharmaceutical

Science and Pharmacy Practice, 2(2), 33-36.

D'Allaird, M., 2012. Milady Standard Makeup 1st Edition. Cengage Learning, South-Western, USA, pp. 136-137.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2014. Farmakope Indonesia, jilid V. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2020. Farmakope

Indonesia, jilid VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Duber-smith, D.C., 2011. The Natural Personal Care Market in Formulating,

Packaging, and Marketing of Natural Cosmetic Products. John Wiley & Sons, Inc., US, pp. 3-5.

Dwiwulandari, F.Y., Darsono, F.L., Wijaya, S., 2018. Formulasi Sediaan Eyeshadow Ekstrak Air Buah Syzygium cumini dalam Bentuk Compact Powder. J Pharm Sci & Pract, 5(1), 1-5.

Ellora, D., 2018, Pernah Coba Makeup Berbentuk Kertas? Lihat 3 Produk Berikut,

Yuk! Dijamin Muat di Tas Paling Kecil Sekalipun,

https://journal.sociolla.com/beauty/makeup-berbentuk-kertas/, diakses tanggal 13 April 2020.

Federal Food, Drug, and Cosmetic Act, 2020. United States Government, https://legcounsel.house.gov/Comps/Federal%20Food,%20Drug,%20An d%20Cosmetic%20Act.pdf, diakses tanggal 13 April 2020.

Fonseca-Santos, B., Corrêa, M. A., Chorilli, M., 2015. Sustainability, natural and organic cosmetics: consumer, products, efficacy, toxicological and regulatory considerations. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, 51(1), 17–26.

Fuime, M.M., et al., 2014. Safety Assessment of Citric Acid, Inorganic Citrate Salts, and Alkyl Citrate Esters as Used in Cosmetics. International Journal

(40)

28

Ghosh, C., Singh, V., Grandy, J., Pawliszyn, J., 2020. Development and Validation of a Headspace Needle-trap Method for Rapid Quantitative Estimation of Butylated Hydroxytoluene from Cosmetics by Hand-portable GC-MS.

RSC Advance, 10(11), 6671-6677.

Hendarto, D., 2019. Khasiat Ampuh Buah Naga dan Delima. Laksana, Yogyakarta, pp. 35-39.

Indrayati, F., Utami, R., Nurhartadi, E., Pengaruh Penambahan Minyak Atsiri Kunyit Putih (Kaempferia rotunda) pada Edible Coating Terhadap Stabilitas Warna dan pH Fillet Ikan Patin yang Disimpan pada Suhu Beku.

Jurnal Teknosains Pangan, 2(4), 25-31

Isnawati, A.P., Retnaningsih, A., 2018. Perbandingan Teknik Ekstraksi Maserasi dengan Infusa Pada Pengujian Aktivitas Daya Hambat Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Escherichia coli. Jurnal Farmasi Malahayati, 1(1), 19-24.

Krisanto, D., 2014. Berkebun Buah Naga. Penebar Swadaya, Jakarta Timur, pp. 12-21.

Mohiuddin, A.K., 2019. An extensive review of face powders: Functional uses and formulations. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical

Science, 1(1), 1-12.

Naderi, N., Ghazali, H.M., Hussin, A.S.M., Amid, M., Manap, M.Y.A., 2012. Characterization and Quantification of Dragon Fruit (Hylocereus

polyrhizus) Betacyanin Pigments Extracted by Two Proccedures. Pertanika Journal of Tropical Agricultural Science, 35(1), 33-40.

Nizori, A., Sihombing, N., Surhain, 2020. Karakteristik Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi Asam Sitrat sebagai Pewarna Alami Makanan. Jurnal

Teknologi Industri Pertanian, 30(2), 228-233.

Nurliyana, R., Syed, Z.I., Mustapha, S.K., Aisyah, M.R., Kamarul, R.K., 2010. Antioxidant study of pulps and peels of dragon fruits: a comparative study.

International Food Research Journal, 17, 367-375.

Pujilestari, T., 2015. Review: Sumber dan Pemanfaatan Zat Warna untuk Keperluan Industri. Dinamika Kerajinan dan Batik, 32(2), 93-106.

Rahim, F., Wardi, E.S., Anggraini, I., 2017. Formulasi Bedak Tabur Ekstrak Rimpang Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) sebagai Antiseptik. Jurnal

IPTEKS Terapan, 12(1), 1-8.

Rahmawati, R., Suci, P.R., Ikhda, C., 2019. Formulation of Hylocereus Polyrhizus Caulis Extract as Blush On. Proceedings of International Conference on

Biology and Applied Science, 1(1), 8-11.

Ramadani, F.R., Saisa, Ceriana, R., Andayani, T., 2018. Pemanfaatan Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) sebagai Pewarna Alami Kosmetik

(41)

Pemerah Pipi (Blush On). Journal of Healthcare Technology and

Medicine, 4(2), 165-175.

Ramli, N.S., Ismail, P., Rahmat, A., 2014. Influence of Conventional and Ultrasonic-Assisted Extraction on Phenolic Contents, Betacyanin Contents, and Antioxidant Capacity of Red Dragon Fruit (Hylocereus

polyrhizus). The Scientific World Journal, 2014, 1-7.

Rebecca, O.P.S., Boyce, A.N., Chandran, S., 2010. Pigment identification and antioxidant properties of red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus). African

Journal of Biotechnology, 9(10), 1450-1454.

Reksoatmodjo, T.N., 2009. Statistika Untuk Psikologi dan Pendidikan. PT. Refika Aditama, Bandung, pp. 2-3.

Rengku, P.M., Ridhay, A., Prismawiryanti, 2017. Ekstraksi dan Uji Stabilitas Betasianin dalam Ekstrak Buah Kaktus (Opuntia elatior Mill.).

KOVALEN, 3(2), 142-149.

Reshmi, S.K., Aravindhan, K.M., Devi, P.S., 2012. The Effect of Light, Temperature, pH, on Stability of Betacyanin Pigments in Basella alba Fruit. Asian J Pharm Clin Res, 5(4), 107-110.

Roberts, M.F., Strack, D., Wink, M., 2010. Biosynthesis of Alkaloids and Betalains.

Annual Plant Reviews, 40, 20–91.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th edition. Pharmaceutical Press, London, pp. 75-76.

Sahin, S., Sumnu, S.G., 2006. Physical Properties of Foods. Springer Science & Business Media, USA, pp.162-165; 169.

Santos, U., Setyaningsih, W., Ningrum, A., Ardhi, A., Sudarmanto, 2020. Analisis Pangan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, pp. 86-87.

Sari, Y., 2018. Pengaruh Pemanasan Terhadap Kestabilan Pigmen Betalain dari Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus). Jurnal Pendidikan Kimia, 2(1), 37-42.

Sinko, P.J., 2011. Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical Science, 6th

edition. Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp. 450-452. Sivamani, R.K., Jagdeo, J.R., Elsner, P., Maibach, H.I., 2016. Cosmeceuticals and

Active Cosmetics Third Edition. Taylor & Francis Group, Boca Raton, pp. 193-194; 238.

Spiegel, M.R., Stephens, L.J., 2007. Schaum’s Outline: Teori dan Soal-soal Statistik Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga, Jakarta, pp.150-152

Suhaera, Sammulia, S.F., Islamiah, H., 2019. Analisis Kadar Vitamin C Pada Buah Naga Merah (Hylocereus lemairei (Hook.) Britton & Rose) dan Buah Naga Putih (Hylocereus undatus (Haw.) Britton & Rose) Di Kepulauan Riau Menggunakan Spektrofotometri Ultraviolet. Pharmaceutical Journal

(42)

30

Suhilman, F.S.P., 2018. Formulasi Sediaan Lipstik Ekstrak Kental Umbi Bit Merah (Beta vulgaris) dalam Bentuk Likuid. Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, Indonesia.

Sukmasih, A.D., Mufrod, Aisiyah S., 2014. Formulasi Patch Bukal Mukoadhesif Isosorbid Dinitrate dengan Variasi Konsentrasi PVP-K29 dan CMC-Na.

Jurnal Farmasi Indonesia, 11(1), 81-89.

Tranggono, R.I., Latifah, F., 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, pp. 1-7; 93-96;163-166.

Tritanti, A., Pranita, I., 2015. Limbah Kulit Pisang sebagai Alternatif Pengganti Warna Sintesis Pada Bedak Tabur. Jurnal Pendidikan Teknonolgi dan

Kejuruan, 22(3), 339-349.

Vargas, F.D., Jimenez, A.R., Lopez, O.P., 2000. Natural Pigments: Carotenoids, Anthocyanins, and Betalains – Characteristics, Biosynthesis, Processing, and Stability. Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 40(3), 173-289.

Warisno, Dahana, K., 2010. Buku Pintar Bertanam Buah Naga di Kebun, Pekarangan, dan Dalam Pot. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, pp. 13-16. Wong, Y.M., Siow, L.F., 2015. Effects of heat, pH, antioxidant, agitation and light

on betacyanin stability using red-fleshed dragon fruit (Hylocereus

polyrhizus) juice and concentrate as models. J Food Sci Technol, 52(5),

3086–3092.

Woo, K.K., Ngou, F.H., Ngo, L.S., Soong, W.K., Tang, P.Y., 2011. Stabiliy of Betalain Pigment from Red Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus).

American Journal of Food Technology, 6(2), 140-148.

Yenie, E., Elystia, S., Kalvin, A., Irfhan, M., 2013. Pembuatan Pestisida Organik Menggunakan Metod Ekstraksi dari Sampah Daun Pepaya dan Umbi Bawang Putih. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND, 10 (1), 46-59.

Yulianti, H., Hastuti, R., Widodo, D.S., 2008. Ekstraksi dan Uji Kestabilan Pigmen Betasianin dalam Kulit Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) Serta Aplikasinya Sebagai Pewarna Tekstil. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 11(3), 84-89.

Yustiantara, P.S., Yadnya-Putra, A.A.G.R., Febriana-Putra, A.F., Febriyana, A.A.P., 2018. Pengaruh Etanol, Etil Asetat dan Ekstrak Etanol Terpurifikasi Terhadap Hasil Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Patch Mukoadhesif Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.). Jurnal Kimia, 12(1), 43-49.

Zulkifli, Runtuwene, M.R.J., Abidjulu, J., 2018. Analisis Kandungan Fitokimia dan Uji Toksisitas dari Hasil Partisi Daun Liwas dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test. Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT, 7(3), 230-239.

(43)

31 LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil determinasi buah naga merah

(44)

32

(45)
(46)

34

(47)
(48)

36

(49)

Lampiran 6. Hasil ekstraksi buah naga merah

Bobot daging buah :

- Daging buah naga 1: 263.75 gram - Daging buah naga 2: 325.40 gram - Daging buah naga 3: 231.65 gram

Bobot ekstrak pekat daging buah naga merah (H. polyrhizus): 81.618 gram Rendemen = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑑𝑎𝑔𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛× 100%

= 81.618

(50)

38

Lampiran 7. Hasil uji kualitatif betasianin Sebelum penambahan NaOH Setelah penambahan NaOH Keterangan Positif (+) Positif (+) Positif (+)

(51)

Lampiran 8. Hasil formulasi sediaan

(52)

40

F2

(53)

Lampiran 9. Pengukuran dan hasil pengukuran intensitas warna

Kontrol

(54)

42

F1

(55)
(56)

44

Lampiran 10. Pengamatan dispersi warna

Kontrol

F1

(57)

F2

F3

Gambar

Tabel I. Formula sediaan (bobot tiap formula 10 gram) ........................................
Gambar 1. Hasil uji kualitatif betasianin: (a) sebelum penambahan NaOH dan (b)  setelah penambahan NaOH ................................................................
Tabel I. Formula sediaan (bobot tiap formula 10 gram)  Komposisi  (gram)  Formula 1 2  3  Kaolin  0,8  0,8  0,8  Zinc oxide  0,474  0,474  0,474
Gambar 1. Hasil uji kualitatif betasianin: (a) sebelum penambahan  NaOH dan (b) setelah penambahan NaOH
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis kualitas hasil pewarnaan preparat gosok menggunakan pewarna alami dari pigmen kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)

FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK EKSTRAK AIR KENTAL BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) DALAM BENTUK LIKUID.. DEWI NUR HAYATI

Dari data tersebut basis formula maupun ke 3 formula dengan ditambahkan ekstrak kulit buah naga merah nilai bobot zat tidak ada yang mencapai persyaratan yaitu

Masker gel peel off ekstrak kulit buah naga merah memenuhi syarat fisik gel dan stabil secara fisik meliputi organoleptik, pH, daya lekat, daya sebar dan waktu

dengan penambahan ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) sebagai pewarna alami Pemeriksaan jamur Aspergillus sp pada penelitian ini menggunakan ekstrak

Zona hambat yang terbentuk pada K100 lebih besar dibandingkan D100 yang merupakan ekstrak daging buah naga merah konsentrasi 100%.. Kemampuan daya hambat ekstrak kulit buah

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan yaitu kulit buah naga mengandung zat antosianin yang dapat digunakan sebagai pewarna alami. Warna yang

Metode Penelitian: penelitian ini adalah penelitian eksperimen dimana pewarna yang digunakan pada penelitian ini adalah perasan daging buah naga merah, perasan kulit buah naga merah,