PEMBUATAN ASAM LAKTAT
DARI LIMBAH KUBIS
SKRIPSI
Oleh :
Laurentius Kelik Dwi Ananta NPM. 0431010032
Devin Noor Rakhma Oktarina NPM. 0431010042
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
SURABAYA
2008
i
PEMBUATAN ASAM LAKTAT
DARI LIMBAH KUBIS
SKRIPSI
Oleh :
Laurentius Kelik Dwi Ananta NPM. 0431010032
Devin Noor Rakhma Oktarina NPM. 0431010042
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
SURABAYA
2008
ii
PEMBUATAN ASAM LAKTAT
DARI LIMBAH KUBIS
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Skripsi
sebagai syarat dalam memperoleh
gelar Sarjana Teknik Kimia
O le h :
La u r e n t i u s K e lik D w i A n a n t a N P M . 0 4 3 10 10 0 3 2 D e v in N o o r R a k h m a O k t a r in a N P M . 0 4 3 10 10 0 4 2
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
SURABAYA
2008
iii
SKRIPSI
PEMBUATAN ASAM LAKTAT
DARI LIMBAH KUBIS
Oleh :
La u r e n t i u s K e lik D w i A n a n t a N P M . 0 4 3 10 10 0 3 2 D e v in N o o r R a k h m a O k t a r in a N P M . 0 4 3 10 10 0 4 2
Dipertahankan dihadapan Pembimbing dan Tim Penguji
Pada Tanggal : 19 Mei 2008
P u k u l : 08.00
Penguji
I
Ir.
Isni
Utami,
MT.
NIP.
030
191
024
Penguji
II
Ir.
Sintha
Soraya
S,
MT.
NIP.
030
217
161
Pembimbing
Ir.
Suprihatin,
MT.
NIP.
030
217
269
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas karunia dan rahmat‐Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan dengan baik laporan penelitian ini yang berjudul Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis.
Laporan penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Kimia.
Seiring dengan selesainya penyusunan laporan penelitian ini, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar‐besarnya kepada :
. Bapak Ir. Bambang Wahyudi, MS. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. . Ibu Ir. Retno Dewanti, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. . Ibu Ir. Suprihatin, MT. selaku Dosen pembimbing.
. Ibu Ir. Isni Utami, MT. dan Ibu Ir. Sintha Soraya S, MT. selaku Dosen Penguji.
. Bapak, Ibu, Saudara tercinta yang telah memberikan dorongan, do’a dan restu serta semangat demi berhasilnya studi kami.
. Rekan‐rekan serta semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu.
Segala upaya telah kami lakukan dalam penyusunan laporan penelitian ini, namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan dan kesalahan yang perlu disempurnakan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif tetap kami harapkan untuk kesempurnaan laporan penelitian ini.
Semoga laporan penelitian ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Surabaya, Mei 8 Penyusun
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Tujuan Penyusunan ii
Halaman Pengesahan iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Daftar Tabel vii
Daftar Gambar viii
Daftar Lampiran ix
Intisari x
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang 1
I.2. Tujuan Penelitian 2
I.3. Manfaat Penelitian 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Umum
Kubis 3
Asam laktat 4
Produksi Asam laktat 5
Kegunaan Asam laktat 5
II.2. Landasan Teori 6
II.3. Hipotesa 8
BAB III METODE PENELITIAN
III.1. Bahan 9
III.2. Alat dan Rangkaian alat 9
III.3. Peubah 10
III.4. Prosedur Penelitian 10
III.5. Cara Penelitian 11
III.6. Analisa Hasil 11
vi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Asam laktat 12
Pengaruh waktu fermentasi terhadap perolehan Asam laktat
13 Pengaruh penambahan Na3PO4 terhadap perolehan Asam laktat
% Recovery Asam Laktat Perubahan pH
15 16 19 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan 21
V.2. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
Lampiran 23
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Komposisi Gizi Kubis Putih 7
Tabel 4.1. Hasil analisa perolehan kadar Asam laktat pada setiap perlakuan
Tabel 4.2. Data perolehan Asam laktat hasil fermentasi dan hasil perhitungan
% Recovery Tabel 4.2. Perubahan pH
12
16 19
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Fermentor proses pembuatan asam laktat 9
Gambar 3.2. Skema Prosedur Kerja 10
Gambar 4.1. Pengaruh waktu fermentasi terhadap perolehan Asam laktat(%berat) pada pelbagai perlakuan konsentrasi Na3PO4 (%berat)
Gambar 4.2. Fase – fase pertumbuhan mikroorganisme
13
13 Gambar 4.3. Pengaruh konsentrasi Na3PO4 (%berat) dengan perolehan
Asam laktat (%berat) pada pelbagai perlakuan waktu fermentasi Gambar 4.4. Hubungan antara perolehan Asam laktat hasil fermentasi
dengan % Recovery
15
19
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan %Na3PO4 23
Lampiran 2. Check hasil analisa kadar asam laktat 24
Lampiran 3. Sertifikat hasil analisa glukosa 26
Lampiran 4. Sertifikat hasil analisa Asam laktat 27
x
INTISARI
Kubis (Brassica oleracea) merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak tumbuh di daerah dataran tinggi. Sayuran ini bersifat mudah layu, rusak dan busuk, sehingga menghasilkan limbah (bau) yang menjadi suatu permasalahan lingkungan. Limbah daun kubis yang membusuk inilah merupakan tempat hidupnya suatu bakteri yang dinamakan Lactobacillus plantarum, Lactobacillus delbrukil, Laktobacillus fermentum dan Lactobacillus brevis. Lactobacillus merupakan suatu mikroorganisme yang berfungsi dalam pembentukan Asam laktat dari laktosa. Proses fermentasi asam laktat terjadi karena adanya aktivitas bakteri laktat yang secara alami terdapat pada limbah daun kubis tersebut dan mengubah glukosa menjadi asam laktat pada kondisi anaerob dengan penambahan Na3PO4 secukupnya.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membuat asam laktat dari limbah kubis putih dengan proses fermentasi serta mendapatkan kondisi terbaik untuk waktu fermentasi dan penambahan Na3PO4 yang sesuai sehingga dapat menghasilkan asam laktat dengan kadar yang tinggi.
Bahan baku yang digunakan adalah limbah kubis putih yang diperoleh dari kebun petani di Batu. Proses pembuatan Asam laktat dari limbah kubis mula-mula mencuci limbah kubis hingga bersih kemudian menghaluskan tanpa penambahan air. Selanjutnya menimbang limbah kubis sebanyak 100 g dan memasukkan kedalam fermentor (erlenmeyer) dan menambahkan Na3PO4 kedalam fermentor (erlenmeyer) dan segera menutupnya dengan menggunakan kapas dan aluminium foil. Proses fermentasi berlangsung pada kondisi anaerob dan pada suhu kamar yaitu sekitar 30oC. Konsentrasi Na3PO4 yang ditambahkan divariasi sebanyak 1% ; 1,5% ; 2% ; 2,5% ; 3% dan 3,5%. Sedangkan waktu fermentasi dilakukan selama 3, 6, 9 dan 12 hari. Analisa kadar asam laktat dilakukan dengan menggunakan alat HPLC (High Performance Liquid Chromatography).
Berdasarkan hasil analisa diperoleh kadar asam laktat tertinggi sebesar 2,59% pada pH 3,5. Kondisi terbaik untuk waktu fermentasi didapatkan pada 9 hari fermentasi dan konsentrasi Na3PO4 yang sesuai untuk produksi asam laktat sebesar 3%.
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian 1
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kubis (Brassica oleracea) merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak tumbuh di daerah dataran tinggi. Sayuran ini bersifat mudah layu, rusak dan busuk, sehingga menghasilkan limbah (bau) yang menjadi suatu permasalahan lingkungan. Namun, dengan sentuhan teknologi, limbah kubis mampu mendatangkan keuntungan tinggi. Kandungan vitamin, mineral, karbohidrat, protein dan lemak yang terdapat dalam kubis sangat memungkinkan untuk memanfaatkan limbah kubis tersebut sebagai bahan baku untuk membuat Asam laktat (Pracaya, 1994).
Asam laktat merupakan bahan kimia serbaguna yang digunakan sebagai : 1) asidulan, aroma, dan pengawet dalam industri makanan, obat-obatan, industri kulit dan tekstil ; 2) untuk produksi bahan kimia dasar ; 3) dan untuk polimerisasi bahan yang mudah dirombak poly lactic acid (PLA) (Nur Hidayat dkk., 2006).
Hasil penelitian pendahuluan oleh Munas dan Ellyta (2003) yang berjudul Pemanfaatan limbah kubis menjadi Asam laktat dengan variasi jenis kubis, konsentrasi NaCl dan lama fermentasi diperoleh hasil konsentrasi NaCl yang baik untuk produksi Asam laktat yaitu 3%. Sedangkan waktu fermentasi terbaik didapatkan pada 10 hari. Jenis Kubis yang menghasilkan konsentrasi Asam laktat tertinggi yaitu pada kubis putih. Konsentrasi Asam laktat yang diperoleh sebesar 15,91%. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Eris dkk (2007) yang berjudul Fermentasi Nira Tebu menjadi Asam Laktat dengan cara mencampurkan nira tebu dengan (NH4)2HPO4 dan CaCO3 serta dengan variasi konsentrasi gula yaitu 5% ; 10% ; 15% dan lama fermentasi 2,3,4 dan 5 hari pada suhu 45oC, didapatkan kadar asam laktat tertinggi sebesar 0,62%. Kondisi ini diperoleh selama 5 hari dan konsentrasi gula 5%.
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian
2
Penelitian Pembuatan Asam laktat dari limbah kubis ini merupakan pengembangan penelitian yang telah dilakukan oleh Munas dan Ellyta (2003). Namun, sebagai pembanding maka dalam penelitian ini digunakan jenis garam yang lain yaitu menggunakan Na3PO4 sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Munas dan Ellyta (2003) menggunakan garam NaCl.
I.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan membuat asam laktat dari limbah kubis putih dengan proses fermentasi serta mendapatkan kondisi terbaik untuk waktu fermentasi dan penambahan Na3PO4 sehingga dapat menghasilkan asam laktat dengan kadar yang tinggi.
I.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah nilai ekonomis limbah kubis putih dengan memanfaatkannya sebagai bahan baku pembuatan Asam laktat dengan proses fermentasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Umum
K U B IS
Kubis (Brassica oleracea) merupakan salah satu jenis sayuran yang
banyak tumbuh di daerah dataran tinggi. Sayuran ini bersifat mudah layu,
rusak dan busuk. Namun, kubis mempunyai peranan yang penting untuk
kesehatan karena cukup banyak mengandung vitamin, mineral, karbohidrat,
protein dan sedikit lemak yang sangat diperlukan tubuh manusia (Pracaya,
1994).
Pada umumnya yang dimaksud dengan kata kubis adalah kol yang
berbentuk kepala, sedang sebenarnya varietas kubis ada bermacam-macam.
Namun secara umum kubis terbagi dalam 3 kelompok besar, yaitu kubis putih,
kubis merah, dan kubis savoy.
1. Kubis putih (B.oleracea var. capitata L. f. alba DC). Kubis dari
kelompok ini daunnya berwarna putih. Dalam kelompok ini terdiri
dari kubis kepala bulat atau kol bulat, kubis bulat datar, dan kubis
kepala bulat runcing.
2. Kubis merah (B.oleracea var. capitata L. f. rubra). Sesuai dengan
namanya, daun kubis merah berwarna merah keunguan. Dibagian
daun sebelah luar terdapat lapisan lilin. Pada umumnya kubis
merah mempunyai bentuk bulat.
3. Kubis savoy (B.oleracea var. capitata L. f. sabauda L). Kubis savoy
mempunyai daun yang sangat khas, yaitu keriting. Oleh karena itu
sebutan lain dari kubis savoy adalah kubis keriting atau kubis
babat. Namun, kubis jenis ini belum populer dan belum terlalu
disukai konsumen (Pracaya, 1994).
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian
4
Beberapa waktu terakhir muncul jenis kubis baru yaitu kubis brussel
atau kol brussel. Jenis kubis ini sering disebut juga kubis tunas. Bentuknya
sama persis dengan kubis kepala, tetapi ukurannya lebih kecil dan lebih padat.
Tanaman kubis jenis ini pertama kali diusahakan di Belgia, tepatnya di Brussel
(Eti, 1997).
Sayuran ini bersifat mudah layu rusak dan busuk, sehingga
menghasilkan limbah (bau) yang menjadi suatu permasalahan lingkungan.
Limbah yang dihasilkan dari sayuran kubis yaitu limbah daun yang
membusuk. Limbah inilah merupakan tempat hidupnya suatu bakteri yang
dinamakan Lactobacillus plantarum, Lactobacillus delbrukil, Laktobacillus
fermentum dan Lactobacillus brevis. Lactobacillus merupakan suatu
mikroorganisme yang berfungsi dalam pembentukan Asam laktat dari laktosa
(Munas dan Ellyta, 2003).
A S A M LAK TA T
Asam laktat merupakan suatu asam karboksilat yaitu mempunyai
gugus hidroksil (-OH) yang melekat pada gugus karboksil (-COOH), oleh
karena itu asam laktat juga dikenal sebagai asam--hidroksipropionat atau 2-hidroksi propanoat.
Asam laktat murni tidak berwarna, tidak berbau, cairan kental seperti
sirup dan bersifat higroskopis pada suhu kamar. Dalam keadaan tidak murni
asam laktat berwarna kekuningan karena mengandung karoten.
Sifat Fisika
Berat molekul = 90,08 gr/grmol
Rumus molekul = CH3CHOHCOOH
Densitas = 1,249 gr/cc
Titik didih = 122 oC
Titik beku = 16,8 oC
pH = 3,85
(Agus, 2004)
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian
5
Sifat Kimia
Larut dalam eter, alkohol, air dan tak larut dalam kloroform
Merupakan asam lemak dan volatilitas yang rendah
Jika dipanaskan pada suhu 130 oC akan terdekomposisi menjadi
asetaldehid dan asam formiat.
Reaksi :
2 CH3CHOHCOOH → CH3CHO + HCOOH
Asam laktat Asetaldehid Asam formiat
("http://en.wikipedia.org/wiki/Lactic_acid").
P R O D U K S I A S A M LA K TAT
Produksi asam laktat di dunia mencapai 80.000 ton dan sekitar 90%
diantaranya dihasilkan oleh bakteri asam laktat melalui fermentasi dan sisanya
dihasilkan secara sintesis dengan menghidrolisis laktonitril. Produksi secara
sintesis akan selalu menghasilkan campuran asam laktat.
Produksi secara fermentasi memiliki keuntungan, yakni oleh karena
kemampuan strain bakteri asam laktat akan dihasilkan satu isomer yang secara
optik akan dapat diperoleh produk yang murni. Selain itu adalah
dimungkinkannya digunakan sumber yang dapat diperbaharui seperti pati dan
selulosa dalam produksi secara fermentasi. Sumber-sumber yang dapat
diperbaharui, tidak memperberat CO2 di atmosfer serta mengurangi
penggunaan minyak bumi yang semakin terbatas jumlahnya. Selulose,
hemiselulose, dan pati merupakan senyawa yang melimpah di alam dan jika
dihidrolisis akan menghasilkan gula yang dapat difermentasi oleh sejumlah
mikroorganisme (Nur Hidayat dkk., 2006).
K EGU N AA N A S A M LA K TA T
Asam laktat digunakan secara luas di industri kimia, antara lain
pengunaannya dalam industri makanan dan minuman, industri farmasi, dan
industri kulit (Agus, 2004). Selain itu juga dimanfaatkan sebagai bahan baku
dalam industri biodegradable polimer (www.gatra.com).
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian
6
Asam laktat juga digunakan sebagai asidulan (zat pengasam), yaitu
senyawa kimia yang bersifat asam yang ditambahkan pada proses pengolahan
makanan dengan berbagai tujuan. Sifat asam senyawa ini dapat mencegah
pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet (Winarno,
2004).
Penggunaan Asam laktat sebagai pengawet bahan pangan yaitu dengan
cara merendam bahan pangan yang akan diawetkan dalam larutan asam laktat
(Suharto, 1991). DR. NL. Ida Soeid, MS., seorang pakar biokimia gizi dan
makanan mengatakan bahwa asam laktat dari kubis dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pengawet sehat pengganti formalin untuk pengawetan ikan
segar (www.tabloidnova.com).
II.2. Landasan Teori
Fermentasi adalah suatu aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun
anaerob untuk mendapatkan energi diikuti terjadinya perubahan kimiawi
substrat organik. Proses fermentasi dapat menggunakan perlakuan
penambahan inokulum dan ada yang secara alami (Rahman,1989).
Prinsip utama pembuatan asam laktat dengan proses fermentasi adalah
pemecahan karbohidrat menjadi bentuk monosakaridanya dan dari
monosakarida tersebut dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh
Lactobacillus sp. akan diubah menjadi asam laktat. Bakteri ini secara alami
banyak terdapat pada permukaan tanaman (sayur) dan produk-produk susu
(Buckle et al.,1987).
Proses fermentasi asam laktat berlangsung ditandai dengan timbulnya
gas dan meningkatnya jumlah asam laktat yang diikuti dengan penurunan pH.
Sifat bakteri laktat tumbuh pada pH 3 – 8 serta mampu memfermentasikan
monosakarida dan disakarida sehingga menghasilkan asam laktat (Stamer,
1979).
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian
7
Reaksi kimia dalam fermentasi Asam laktat adalah sebagai berikut.
CHOHCOOH CH
O H
C6 12 6 Lactobacillussp. 2 3
Gula Asam laktat (Agus, 2004).
Bakteri laktat merupakan bakteri yang diperlukan dalam fermentasi
sayuran. Bakteri ini secara alami terdapat pada sayuran itu sendiri. Hampir
semua jenis sayuran dapat difermentasi secara alami oleh bakteri laktat, karena
sayuran mengandung gula yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri
tersebut (Apandi 1984).
Bakteri laktat memfermentasi gula melalui jalur-jalur yang berbeda
sehingga dikenal sebagai homofermentatif dan heterofermentatif atau
fermentasi campuran asam. Bakteri heterofermentatif memecah gula terutama
menjadi asam laktat dan produk-produk lain seperti alkohol, asetat,
karbondioksida. Sedangkan bakteri homofermentatif memecah gula terutama
menjadi asam laktat (Buckle et al., 1987).
Menurut Buckle et al.,(1987), proses fermentasi asam laktat secara
alami dapat berlangsung apabila substrat mengandung zat gula sebesar 4–20%
(%b/v) dan berdasarkan hasil analisa bahan baku diperoleh kadar glukosa
sebesar 4,76%(%b/v) (Lab.Instrument UPN “Veteran” JATIM). Selain itu bakteri
laktat juga membutuhkan zat nutrisi seperti vitamin dan mineral untuk
pertumbuhannya. Adapun komposisi gizi yang terkandung dalam kubis putih
secara umum ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Komposisi Gizi Kubis Putih
Komposisi gizi kubis putih
Kalori (kal) 25
Protein (gr) 1,7
Lemak (gr) 0,2
Karbohidrat (gr) 5,3
Kalsium (gr) 64
Fosfor (gr) 26
Zat besi (gr) 0,7
Natrium (gr) 8
Serat (mg) 0,9
Vitamin A (mg) 75
Vitamin B (mg) 0,1
Vitamin C (mg) 62
(Harjono, 1996)
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian
8
Pemanfaatan bakteri laktat yang dikombinasikan dengan pemberian
garam dan suhu yang tepat akan menghasilkan produk fermentasi yang
bermutu baik. Garam berfungsi sebagai bahan untuk menarik air dan zat gizi
dari jaringan bahan yang difermentasi untuk pertumbuhan bakteri pembentuk
asam laktat (Apriyanto 1984).
Fungsi penambahan Na3PO4 pada proses fermentasi asam laktat adalah
sebagai bahan untuk menarik air dan zat gizi dari jaringan sayuran yang
difermentasi untuk pertumbuhan bakteri pembentuk asam laktat.
II.3. Hipotesa
Kadar Asam laktat yang dihasilkan dari proses fermentasi asam laktat
pada media limbah kubis dipengaruhi oleh lama waktu fermentasi dan
penambahan Na3PO4 yang berfungsi sebagai bahan untuk menarik air dan zat
gizi dari jaringan sayuran yang difermentasi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan bakteri pembentuk asam laktat.
.
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian 9
BAB III METODE PENELITIAN
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan untuk membuat asam laktat yaitu :
1. Limbah kubis putih dari kebun petani di Batu – Jawa Timur.
2. Na3PO4
III.2. Alat dan rangkaian alat
Alat untuk proses pembuatan asam laktat dengan cara fermentasi
adalah menggunakan tangki fermentasi (fermentor). Fermentor yang
digunakan untuk memproduksi asam laktat yaitu tabung erlenmeyer dengan
penutup menggunakan kapas dan kertas aluminium foil.
Rangkaian alat untuk proses fermentasi asam laktat ditunjukkan pada
gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1. Fermentor proses pembuatan asam laktat
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian
10
Pencucian
Penghalusan
Penimbangan
Fermentasi Anaerobik
Variasi Waktu fermentasi
Limbah Kubis
Asam laktat
Variasi % Na3PO4 III.3. Peubah
Peubah yang dikerjakan meliputi :
A. Waktu fermentasi = 3 ; 6 ; 9 ; 12 hari
B. Konsentrasi Na3PO4 (%berat) = 1% ; 1,5% ; 2% ; 2,5% ; 3% dan 3,5%
III.4. Prosedur penelitian
Proses pembuatan Asam laktat dari limbah kubis mula-mula mencuci
limbah kubis hingga bersih kemudian menghaluskan tanpa penambahan air.
Selanjutnya menimbang limbah kubis sebanyak 100 g dan memasukkan
kedalam fermentor (erlenmeyer) dan menambahkan Na3PO4 kedalam
fermentor (erlenmeyer) dan segera menutupnya dengan menggunakan kapas
dan aluminium foil. Proses fermentasi berlangsung pada kondisi anaerob dan
pada suhu kamar yaitu sekitar 30oC.
Skema prosedur kerja disajikan pada gambar 3.2 berikut.
Gambar 3.2 Skema Prosedur Kerja
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian
11
III.5. Cara penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengkombinasikan antara faktor A dan
faktor B. Faktor A adalah waktu fermentasi dan faktor B adalah konsentrasi
Na3PO4
Faktor A (Waktu fermentasi) yaitu :
A1 = 3 hari A2 = 6 hari A3 = 9 hari A4 = 12 hari
Faktor B (Konsentrasi Na3PO4) yaitu :
B1 = 1 %
B2 = 1,5 %
B3 = 2 %
B4 = 2,5 %
B5 = 3 %
B6 = 3,5 %
Kombinasi faktor A dan faktor B :
A1B1
A2B1
A3B1
A4B1
A1B2
A2B2
A3B2
A4B2
A1B3
A2B3
A3B3
A4B3
A1B4
A2B4
A3B4
A4B4
A1B5
A2B5
A3B5
A4B5
A1B6
A2B6
A3B6
A4B6
III.6. Analisa hasil
Asam laktat yang didapatkan dari proses fermentasi dianalisa kadarnya dengan menggunakan alat HPLC (High Performance Liquid Chromatography).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian 12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
K a d a r A s a m la k t a t
Proses pembuatan asam laktat dari limbah kubis ini dilakukan secara
fermentasi anaerob dengan melakukan variasi perlakukan waktu fermentasi
dan penambahan konsentrasi Na3PO4 yang bertujuan untuk mendapatkan
kondisi optimumnya. Asam laktat yang dihasilkan dianalisa dengan alat HPLC
untuk mengetahui kadarnya.
Data hasil analisa kadar asam laktat yang diperoleh pada setiap
perlakuan disajikan pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1. Hasil analisa perolehan kadar Asam laktat pada setiap perlakuan
Peubah Kadar Asam laktat (%berat)
Waktu fermentasi (hari)
Konsentrasi Na3 PO4 (%berat)
3 6 9 12
1 1,5 2 2,5 3 3,5 0,04 0,042 0,05 0,057 0,06 0,052 1,11 1,16 1,33 1,69 2,22 1,91 1,26 1,33 1,51 1,90 2,59 2,44 1,22 1,29 1,45 1,80 2,43 2,28
Lab. Instrument UPN “Veteran” Jawa Timur
Data hasil analisa kadar asam laktat yang diperoleh pada setiap
perlakuan juga disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.1 dan Gambar
4.3 berikut.
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian
13
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
0 3 6 9 12 15
Lama Fermentasi (hari)
3% Na3PO4
3.5%Na3PO4
2.5%Na3PO4
2% Na3PO4
1.5%Na3PO4
1% Na3PO4
K
ad
ar Asam
l
ak
tat
(%
b
erat
)
P e n g a r u h w a k t u fe r m e n t a s i t e r h a d a p p e r o le h a n A s a m la k t a t
Gambar 4.1 berikut menunjukkan pengaruh waktu fermentasi terhadap
kadar asam laktat yang diperoleh pada pelbagai perlakuan konsentrasi Na3PO4.
Gambar 4.1. Pengaruh waktu fermentasi terhadap perolehan Asam
laktat(%berat) pada pelbagai perlakuan konsentrasi Na3PO4 (%berat)
Berdasarkan Gambar 4.1 tersebut, secara umum perolehan asam laktat
pada masing-masing variasi konsentrasi Na3PO4 cenderung meningkat sampai
hari ke-9 fermentasi kemudian turun pada hari ke-12 fermentasi.
Peningkatan produksi asam laktat pada hari ke-9 fermentasi
menunjukkan bahwa aktivitas bakteri laktat mencapai fase pertumbuhan
logaritmik. Fase pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada gamabar berikut.
Gambar 4.2 Fase – fase pertumbuhan mikroorganisme
Log jumlah sel yang hidup
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian
14
Menurut Buckle (1987) pada fase logaritmik sel-sel bakteri akan
tumbuh dan membelah diri secara eksponensial sampai jumlah maksimum
sehingga menghasilkan asam laktat yang tinggi. Sedangkan sebelum hari ke-9
fermentasi, pertumbuhan lactobacillus belum optimal atau disebut juga fase
lag (lambat) yaitu waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan metabolisme dalam
rangka persiapan dan penyesuaian diri dengan kondisi pertumbuhan dalam
lingkungan yang baru sehingga menghasilkan asam laktat yang rendah.
Pada hari ke-9 hingga 12 merupakan fase tetap yaitu populasi
mikroorganisme jarang dapat tetap tumbuh untuk jangka waktu yang lama.
Akibatnya kecepatan pertumbuhan menurun dan pertumbuhan akhirnya
terhenti dan setelah hari ke-12 fermentasi merupakan fase menurun yaitu
sel-sel yang berada dalam fase tetap akan mati.
Menurut Saripah (1983) makin lama waktu fermentasi maka jumlah
bakteri makin meningkat. Meningkatnya jumlah bakteri selama fermentasi
disebabkan kondisi substrat masih memungkinkan untuk berlangsungnya
metabolisme bakteri.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi menurunnya total asam yaitu
nutrien hasil fermentasi digunakan oleh mikroba untuk biomassa, sehingga
asam-asam yang dihasilkan baik asam amino atau asam organik akan
menurun. Selain itu asam-asam yang dihasilkan bila diurai lebih lanjut akan
menjadi senyawa volatil seperti dihasilkannya amoniak, gas CO2 dari hasil
fermentasi (Dwidjoseputro, 1985).
Menurut Schlegel (1994) ; Brock & Madigan (1991) asam laktat yang
terbentuk pada proses fermentasi sebagian besar diubah menjadi asam
propionat. Pembentukan asam propionat dari asam laktat berlangsung menurut
persamaan reaksi sebagai berikut :
3CH
3-CHOH-COOH → 2CH3-CH2-COOH + CH3-COOH + CO2 + H2O
( laktat) (Propionat) (asetat)
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian
15
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
0 1 2 3 4
Konsentrasi Na3PO4 (%b/b)
9 hari
12 hari
6 hari
3 hari
P e n g a r u h p e n a m b a h a n N a3 P O4 t e r h a d a p p e r o le h a n A s a m
la k t a t
Gambar 4.2 menunjukkan pengaruh variasi konsentrasi Na3PO4 yang
ditambahkan pada proses fermentasi terhadap perolehan kadar asam laktat.
Gambar 4.3. Pengaruh konsentrasi Na3PO4 (%berat) terhadap perolehan Asam
laktat (%berat) pada pelbagai perlakuan waktu fermentasi
Berdasarkan Gambar 4.3 tersebut, secara umum kadar asam laktat
meningkat sampai pada penambahan konsentrasi Na3PO4 sebanyak 3%.
Sedangkan diatas 3% kadar asam laktat mulai menurun.
Menurut Buckle (1987), perlakuan konsentrasi Na3PO4 yang lebih
tinggi menghasilkan total asam yang lebih rendah, karena pada konsentrasi
Na3PO4 yang terlalu tinggi, bakteri laktat tidak dapat tumbuh secara optimal.
Bila aktivitas bakteri laktat terhambat maka akan timbul bakteri halofilik dan
sejenis kapang sehingga menghasilkan asam laktat yang rendah. Sedangkan
penambahan Na3PO4 yang terlalu rendah juga menghasilkan asam laktat yang
rendah, karena nutrisi yang terkandung dalam sayuran tidak dapat dikeluarkan
secara optimal oleh Na3PO4 sehingga menyebabkan kurangnya ketersediaan
nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri laktat tersebut.
Penambahan Na3PO4 dengan konsentrasi yang sesuai akan mendorong
pertumbuhan bakteri laktat dan menekan pertumbuhan bakteri yang tidak
diinginkan.
Ka
d
a
r As
am l
a
ktat (%be
ra
t)
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian
16
% R e c o v e r y A s a m La k t a t
Data perolehan Asam laktat dan hasil perhitungan % Recovery pada
setiap lama waktu fermentasi disajikan dalam Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2. Perolehan Asam laktat hasil fermentasi dan % Recovery
Waktu
Fermentasi
% Na
3PO
4Asam laktat
(gr)
% Recovery
1 0,04 0,84
1,5 0,042 0,88
2 0,05 1,05
2,5 0,057 1,20
3 0,06 1,26
3
3,5 0,052 1,09
1 1,11 23,32
1,5 1,16 24,37
2 1,33 27,94
2,5 1,69 35,50
3 2,22 46,64
6
3,5 1,91 40,13
1 1,26 26,47
1,5 1,33 27,94
2 1,51 31,72
2,5 1,90 39,92
3 2,59 54,41
9
3,5 2,44 51,26
1 1,22 25,63
1,5 1,29 27,10
2 1,45 30,46
2,5 1,80 37,82
3 2,43 51,05
12
3,5 2,28 47,90
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian
17
0 0.4 0.8 1.2 1.6
0 0.02 0.04 0.06 0.08
Asam laktat hasil fermentasi (gr)
%
R
eco
ve
ry
3 hari fermentasi
0 10 20 30 40 50
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Asam laktat hasil fermentasi (gr)
%
R
eco
v
er
y
6 hari fermentasi
Hubungan antara perolehan Asam laktat hasil fermentasi dengan
%Recovery disajikan dalam grafik berikut.
Gambar 4.4 (a) Hubungan antara perolehan Asam laktat hasil fermentasi dengan % Recovery pada 3 hari fermentasi
Gambar 4.4 (b) Hubungan antara perolehan Asam laktat hasil fermentasi dengan % Recovery pada 6 hari fermentasi
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian
18
0 10 20 30 40 50 60
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Asam laktat hasil fermentasi (gr)
%
R
eco
ver
y
9 hari fermentasi
0
10
20
30
40
50
60
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Asam laktat hasil fermentasi (gr)
%
R
e
co
ver
y
12 hari fermentasi
Gambar 4.4 (c) Hubungan antara perolehan Asam laktat hasil fermentasi dengan % Recovery pada 9 hari fermentasi
Gambar 4.4 (d) Hubungan antara perolehan Asam laktat hasil fermentasi dengan % Recovery pada 12 hari fermentasi
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.4 (a), (b), (c), dan (d), Recovery
Asam laktat akan semakin meningkat sebanding dengan banyaknya Asam
laktat yang dihasilkan dari proses fermentasi. Asam laktat yang dihasilkan dari
proses fermentasi dipengaruhi oleh lama waktu fermentasi dan penambahan
Na3PO4 yang berfungsi untuk mengeluarkan zat nutrisi yang terkandung dalam
limbah sayuran kubis. Zat nutrisi tersebut dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk pertumbuhannya.
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian
19
Kondisi terbaik didapatkan pada hari ke-9 fermentasi dengan
penambahan Na3PO4 sebanyak 3%. Pada kondisi ini, Asam laktat yang
diperoleh sebanyak 2,59 gram sehingga didapatkan recovery Asam laktat
sebesar 54,41%.
Pada hari ke-12 fermentasi terjadi penurunan perolehan Asam laktat
sehingga %Recoverynya juga mengalami penurunan. Begitu juga pada
penambahan Na3PO4 sebanyak 3,5% Asam laktat yang dihasilkan juga
mengalami penurunan sehingga %Recoverynya juga menurun.
P e r u b a h a n p H
Menurut Buckle et al. (1987) pada awal proses fermentasi, pH cairan
sekitar 5,34 - 5,57 karena asam laktat belum terbentuk. Fermentasi asam laktat
terjadi karena adanya aktivitas bakteri laktat yang mengubah glukosa menjadi
asam laktat. Setelah proses fermentasi berlangsung, yang ditandai dengan
timbulnya gas, jumlah asam laktat meningkat yang diikuti dengan penurunan
pH.
Perubahan pH yang terjadi pada penelitian ini disajikan pada Tabel 4.2
berikut.
Tabel 4.2 Perubahan nilai pH
Waktu fermentasi
(hari)
3 6 9 12
Konsentrasi Na3 PO4 (%berat) % As.Laktat pH % As.Laktat pH % As.Laktat pH %
As.Laktat pH
1 1,5 2 2,5 3 3,5 0,04 0,042 0,05 0,057 0,06 0,052 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 1,11 1,16 1,33 1,69 2,22 1,91 3 3 3 3 4 4 1,26 1,33 1,51 1,90 2,59 2,44 3 3 3 3,5 3,5 3,5 1,22 1,29 1,45 1,80 2,43 2,28 3 3 3 3 3 3
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian
20
Nilai pH sampel pada awal fermentasi berkisar antara 5 – 6. Namun
setelah terjadi proses fermentasi pH sampel turun menjadi 3 – 4,5. Nilai pH
pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap perolehan kadar asam laktat
karena nilai pH tersebut masih merupakan pH optimum bagi aktivitas bakteri
asam laktat. Sifat bakteri laktat tumbuh pada pH optimum 3 - 8 (Stamer,
1979).
Menurut Saripah (1983), makin lama waktu fermentasi maka nilai pH
cairan cenderung makin turun. Hal ini disebabkan adanya bakteri
heterofermentatif yang dapat menghasilkan asam laktat dan asam asetat.
Adapun kemungkinan lain yang menyebabkan menurunnya nilai pH
yaitu hasil penguraian protein dan senyawa-senyawa lain yang mengandung
Nitrogen diurai lebih lanjut menjadi senyawa volatil (Dwidjiseputro, 1985).
Namun menurut Suparmo (1989) bahwa meningkatnya angka asam tidak
selalu disertai dengan menurunnya pH karena terdapat bahan lain yang
mempengaruhi pH, seperti amoniak.
Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian 21
BAB V KESIMPULAN
DAN SARAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
1. Asam laktat yang dihasilkan menandakan adanya aktifitas bakteri
laktat (Lactobacillus) yang secara alami terdapat pada limbah
kubis.
2. Kondisi terbaik proses fermentasi pembuatan asam laktat dari
limbah kubis adalah 9 hari fermentasi dengan penambahan
konsentrasi Na3PO4 yang sesuai yaitu sebanyak 3% dan diperoleh
kadar asam laktat tertinggi yaitu sebesar 2,59% pada pH 3,5.
V.2. Saran
Untuk mendapatkan kondisi proses fermentasi yang lebih efisien maka
perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan jenis - jenis garam
yang lain misalnya dengan menggunakan garam ammonium. Selain itu,
penelitian ini juga perlu dikembangkan untuk pemanfaatan asam laktat lebih
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA Pembuatan Asam Laktat dari Limbah Kubis
Laporan Hasil Penelitian 22
DAFTAR PUSTAKA
Agus Krisno, 2004, Mikrobiologi Terapan, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Ali Asgar, 2006, Acidophilus terhadap Kualitas Sauerkraut Kubis, Seminar Nasional Bioteknologi 2006, Puslit Biotek LIPI.
Apriyanto, 1984, Pengolahan Berbagai Macam Tanaman, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Buckle, Edwards, Fleet, Wooton, 1987, Ilmu Pangan (Terjemahan), Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Eris Dwi, Agung, Tri., 2007, Fermentasi Nira Tebu menjadi Asam Laktat, Makalah seminar Nasional ISSN 1978-0427, Surabaya.
Eti Widayati, 1997, Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar, Penebar Swadaya, Jakarta.
Harjono, 1996, Melirik Bisnis Tani Kubis Bunga, CV. Aneka, Solo.
Laila, Radju, Siswanto, 2003, Perbandingan Kualitas Moromi Kedelai Edamame dan Moromi Kedelai Lokal Menggunakan Kultur Tunggal Lactobaccilus delbrueckii FNCC-045, Jurnal Penelitian, Universitas Jember.
Leni, 2004, Keunggulan Makanan Fermentasi, Cakrawala-Pikiran Rakyat Cyber Media.
Munas Martynis dan Ellyta Sari, 2003, Pemanfaatan Limbah Kubis Menjadi Asam Laktat, Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses, ISSN : 1411 – 4216.
Nur Hidayat, Masdiana, Sri, 2006, Mikrobiologi Industri, ANDI, Yogyakarta.
Pracaya, 1994, Kol Alias Kubis, Penebar Swadaya, Jakarta.
Sri Mulia, 2006, Teknik Pelaksanaan Percobaan Pengaruh Konsentrasi Garam dan Bleaching terhadap Mutu Acar Buncis, Buletin Teknik Pertanian Vol. 11 No. 2.
Sudarmadji, Bambang Haryono, Suhardi, 1997, Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan, Liberty, Yogyakarta.
Suharto, 1991, Teknologi Pengawetan pangan, Rineka Tjipta, Jakarta. Unus, 2003, Bakteri Laktat Pengawet Sayuran Penghambat Kolesterol,
Kompas. www.kompas.com.
Winarno, 2004, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Yani Suryani, 2004, Penggunaan Bakteri Asam Laktat dalam Fermentasi
Sauerkraut sebagai Alternatif Pengawetan dan Pengolahan Kubis (brassica oleracea var capitata f. Alba), Per pust akaan Depart em en Biologi.
, 2001, Ditemukan Pengganti Formalinwww.tabloidnova.com
, 2004, BPPT Teliti Sagu untuk Industri Asam Laktat, www.gatra.com
http://en.wikipedia.org/wiki/Lactic_acid http://id.wikipedia.org/wiki/Kubis