SKRIPSI
Oleh :
FITRI APRILIANA
0911010010/FEB/EP
Kepada
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
J ur usan Ekonomi Pembangunan
Oleh :
FITRI APRILIANA
0911010010/FEB/EP
Kepada
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
KEPUTUSAN NASABAH DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI PADA
BANK NEGARA INDONESIA SYARIAH
DI KABUPATEN LAMONGAN
Disusun Oleh :
FITRI APRILIANA 0911010010/FEB/EP
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi J urusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 14 Mei 2014
Pembimbing Utama Tim Penguji
Ketua
Dr s.Ec. Wiwin Priana. MT Drs.Ec. Wiwin Priana. MT
Sekretaris
Dr a.Ec. Niniek Imaningsih. MP
Anggota
Ir.Hamidah Hendr arini. MSI
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Dengan segala kerendahan hati, peneliti memanjatkan puji syukur ke hadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan mengambil judul:
“FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN
KEPUTUSAN NASABAH DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI PADA
BANK NEGARA INDONESIA SYARIAH DI KABUPATEN LAMONGAN”
Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk melengkapi
persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada
Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta pengarahan
dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti dengan kerendahan hati
yang tulus ikhlas mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang
terhormat kepada bapak Dr s. Ec. Wiwin Pr iana, MT selaku dosen pembimbing
yang mana ikhlas telah memberikan waktu dan pemikiran selama berlangsungnya
masa bimbingan tugas akhir ini. Dan terimakasih kepada banyak pihak, yaitu
skripsi ini.
2. Bapak Pr of. Dr. Syamsul Huda, SE, MT selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa
Timur.
3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP selaku Ketua Program Studi
Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran”
Jawa Timur.
4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang
telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama
masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
5. Terucap khusus hormatku kepada kedua orangtuaku yang senantiasa
memberikan do’a restu dan dorongan baik moril maupun materiil yang tak
terhingga.
6. Terimakasih kepada para teman-teman saya khususnya yang telah
memberi support dan dukungan kepada saya yang telah mengerjakan
skripsi hingga selesai.
7. Serta berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
memberikan manfaat bagi yang membutuhkan serta bagi pembaca untukpenelitian
selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surabaya, Mei 2014
DAFTAR ISI ...
2.2.4.1 J enis – J enis Bank Menur ut Pembagian Bunga ...
2.2.5 Latar Belakang Berdirinya Bank Syariah ...
2.2.6 Konsep Bank Syariah ...
2.2.7 Produk Operasional Bank Syar iah ...
2.2.7.1 Produk Penghimpunan Dana ...
2.2.7.2 Produk Penyaluran Dana ...
2.2.9.1 Kantor Bank Umum ...
2.2.9.2 Bank Syar iah ...
2.2.10 Tingkat Suku Bunga ...
2.2.10.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga ...
2.2.10.2 Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga ...
2.2.10.3 Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga ...
2.2.10.4 Teori Paritas Tingkat Suku Bunga ...
2.2.10.5 Teori Per mintaan dan Penawaran ...
2.2.10.6 Perbandingan Antar a Bank Syar iah dan
Konvensional ...
2.2.10.7 Pelayanan Nasabah Perbankan ...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...
3.1.1 Definisi Operasional Variabel ...
3.1.2 Pengukuran Variabel ...
3.2 Teknik Penentuan Sampel ...
3.3. Teknik Pengumpulan Data ...
3.3.1 J enis Data ...
3.3.2 Sumber Data ...
3.3.3 Pengumpulan Data ...
3.4 Instr umen Penelitian ...
3.5 Teknik Analisis Data ...
4.1.2 J enis Kelamin Responden...
4.1.3 Distr ibusi Usia Responden ...
4.2 Uji Kualitas Data ...
4.2.1 Uji Validitas ...
4.2.2 Uji Realibilitas ...
4.2.3 Uji Normalitas ...
4.3 Hasil Analisis Faktor ...
4.3.1 Nilai KMO Dan Bar tlett’s Test ...
4.3.2 MSA (Measur e Of Sampling Adequacy) ...
4.3.3 Nilai Communality ...
4.3.4 Total Variance Explained ...
4.3.5 Component Matr ix ...
4.3.6 Rotated Component Matr ix ...
4.3.7 Penyusunan Nama Faktor Yang Terbentuk ...
4.3.8 Pembahasan Hasil Penelitian ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...
ABSTRAKSI
OLEH :
FITRI APRILIANA
Dalam era globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin mengalami kemajuan yang pesat. Bank Negara Indonesia Syariah di
Kabupaten Lamongan berusaha untuk menambah fitur-fitur baru pada setiap layanan
pada Produk Tabungan, hal tersebut dilakukan agar Bank Negara Indonesia Syariah
di Lamongan dapat mempertahankan jumlah nasabah dan bisa menarik nasabah lebih
banyak lagi. Permasalahan yang dihadapi oleh mereka adalah belum mencapai target
yang telah di tetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Nasabah Dalam Memilih Produk
Tabungan Bank Negara Indonesia Syariah Di Kabupaten Lamongan.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan menyebarkan
kuisioner pada nasabah Bank Negara Indonesia Syariah di Lamongan. Teknik
penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode accidentian sampling
yaitu sampel yang memiliki ciri/sifat khusus dari populasi dan teknik analisis yang
digunakan adalah analisis faktor.
Setelah dilakukan proses pengumpulan data, peneliti menggunakan SPSS
(Statistical Package For Social Science) 13.0 untuk mendapatkan hasil penelitian.
Adapun hasil yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi 4 faktor yaitu : a. Faktor
Kesopanan Karyawan, b. Faktor Aman dan Terpecaya, c. Faktor Kecepatan
Pelayanan, d. Faktor Ruang dan tempat pelayanan sebagai faktor-faktor yang
dipertimbangkan oleh nasabah dalam memilih produk di Bank Negara Indonesia
Syariah di Kabupaten Lamongan.
Kata Kunci : Faktor Pengambilan Keputusan Dalam Memilih Pr oduk, Metode
1.1 Latar Belakang
Secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Saat ini banyak istilah
yang diberikan untuk menyebut entitas Bank Islam selain istilah Bank Islam itu
sendiri, yakni Bank Tanpa Bunga (Interest-Free Bank), Bank Tanpa Riba (Lariba
Bank), dan Bank Syari’ah (Shari’a Bank). Sebagaimana akan dibahas kemudian,
di Indonesia secara teknis yuridis penyebutan Bank Islam mempergunakan istilah
resmi “Bank Syariah”, atau yang secara lengkap disebut “Bank Berdasarkan
Prinsip Syariah”. (Anonim, 2010: 4)
Bank syariah di tanah air mendapatkan pijakan yang kokoh setelah adanya
diregulasi sektor perbankan pada tahun 1983. Hal ini karena sejak saat itu
diberikan keleluasaan penentuan tingkat suku bunga, termasuk nol persen. (atau
pemindahan bunga sekaligus). Dengan demikian kesempatan ini belum
termanfaatkan karena tidak diperkenankanya pembukaan kantor bank baru. Hal
ini berlangsung sampai tahun 1988 dimana pemerintah mengeluarkan pakto 1988
yang memperkenankan berdirinya bank-bank baru. Kemudian posisi bank syariah
semakin pasti setelah disahkan UU perbankan No. 7 tahun 1999 dimana bank
diberikan kebebasan untuk menentukan jenis imbalan yang akan diambil dari
nasabahnya baik buanga ataupun keuntungan-keuntungan bagi hasil. Dengan
batasan bahwa “bank bagi hasil tidak boleh melakukan kegiatan usaha yang tidak
berasaskan prinsip bagi hasil (pasal 6). Maka jalan oprasional perbankan syariah
semakin luas. Kini titik kulminasi telah dicapai dengan disahkannya UU No. 10
tahun 1998 tentang perbankan yang membuka kesempatan bagi siapa saja yang
akan mendirikan bank syariah maupun yang ingin meng konversi dari sistem
konvensional menjadi sistem syariah. (Muhammad, 2004 : 4)
Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank
konvensional, yakni sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang
mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut
kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan.
Perbedaan pokoknya terletak dalam jenis keuntungan yang diambil bank dari
transaksi-transaksi yang dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan
keuntungannya dari pengambilan bunga, maka Bank Syariah dari apa yang
disebut sebagai imbalan, baik berupa jasa (fee-base income) maupun mark-up atau
profit margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing).
Disamping dilibatkannya Hukum Islam dan pembebasan transaksi dari
mekanisme bunga (interest free), posisi unik lainnya dari Bank Syariah
dibandingkan dengan bank konvensional adalah diperbolehkannya Bank Syariah
melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang bersifat multi-finance dan perdagangan
(trading). Hal ini berkenaan dengan sifat dasar transaksi Bank Syariah yang
merupakan investasi dan jual beli serta sangat beragamnya pelaksanaan
prinsip murabahah (jual beli), ijarah (sewa) atau ijarah wa iqtina (sewa beli) dan
lain-lain.
Kegiatan operasional bank syariah sendiri ditandai dengan berdirinya bank
Muamalat Indonesia pada tahun 1992 sebagai bank umum pertama syariah,
hadirnya bank muamalat ini secara langsung meningkatkan partisipasi umat islam
untuk bermuamalat secara syariah dan turut mengembangkan ekonomi
masyarakat kecil. Dengan sistem sesuai syariah islam, Bank Muamalat ternyata
mampu melewati krisis ekonomi dan dapat predikat sebagai salah satu bank
tersehat di Indonesia, ini membuktikan bahwa ekonomi islam dengan sistem bagi
hasil mampu menjawab permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi di
Indonesia.
Sejalan dengan itu volume dan kegiatan bank syariah meningkat drastis,
indikator yang menjadi tolak ukur adalah perkembangan total aset. Jakarta
(ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan aset Bank Syariah telah
mencapai 80 persen yakni Rp78 triliun dari target yang ditetapkan sebesar Rp97
triliun tahun 2010. "Target pertumbuhan tahun ini kalau bisa aset tumbuh Rp97
triliun. Sekarang masih Rp78 triliun. Tidak tahu bisa tercapai atau tidak," kata
Direktur Perbankan Syariah Mulya Siregar di Jakarta, Jumat. Menurut dia,
pertumbuhan aset tersebut didorong oleh semakin bertambahnya produk yang
dikeluarkan perbankan syariah dan bertambahnya jumlah Bank Umum Syariah
yang akan beroperasi di Indonesia. Pada Juni 2010, jumlah bank syariah sudah
rencananya akan bertambah satu lagi Bank Umum Syariah yaitu konversi
Maybank Indocorp menjadi Maybank Syariah. Selain itu, ada pula dua investor
asing lagi yang menyatakan ketertarikannya ke BI untuk membuat bank syariah di
Indonesia. Dua investor asing tersebut adalah Al-Barakah dan Asia Finance Bank.
Pada Juni 2009, baru ada lima bank dengan 643 kantor, kemudian pada Desember
2009, jumlah bank bertambah sedikit menjadi 6 bank dan 711 kantor. Berdasarkan
data BI, hingga akhir Juni 2010, total pembiayaan yang disalurkan oleh bank
syariah mencapai Rp46,26 triliun. Angka ini naik 34,2 persen dibandingkan
dengan pembiayaan per akhir Desember 2009 yang sebesar Rp34,45 triliun. Jika
dibandingkan dengan pembiyaan per Juni 2009 yang sebesar Rp29,71 triliun,
maka kinerja penyaluran pembiayaan hingga Juni 2010 ini sudah melonjak hingga
55,7 persen. Adapun aset bank syariah pada Juni 2009 mencapai total Rp39,53
triliun dan tumbuh menjadi Rp61,12 triliun pada Juni 2010. Selain bank syariah,
ada pula unit usaha syariah yang masih menyatu dengan bank umum. Total
jumlah bank yang bergerak di industri syariah termasuk unit usaha syariah
mencapai 33 bank dengan 1.302 kantor dan total aset Rp75,2 triliun. (Anonim,
2010: 4)
Didasari pemikiran diatas maka perlu diadakan penelitian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan nasabah dalam memilih
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan data-data yang di sajikan diatas,
dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut:
“Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pengambilan keputusan
nasabah dalam memilih produk tabungan Bank Negara Indonesia Syariah di
Kabupaten Lamongan ?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan data-data yang di sajikan diatas,
dapat di ketahui tujuan penelitian sebagai berikut:
“Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengarui pengambilan
keputusan nasabah dalam memilih produk tabungan Bank Negara Indonesia
Syariah di Lamongan”.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat di ambil dari di laksanakanya penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan bagi para nasabah dalam memilih produk
tabungan di bank-bank syariah.
2. Sebagai informasi ilmiah bagi pihak yang berkepentingan terutama bagi
Fakultas Ekonomi UPN ‘Veteran’ Jatim di surabaya untuk melengkapi
3. Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait untuk bahan pertimbangan
dalam meningkatkan sistem oprasional dan pelayanan kepada masyarkat.
4. Menambah pengetahuan peneliti maupun pembaca terhadap pengaruh yang di
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Hasil peneliti terdahulu di perlukan untuk studi perbandingan dalam
penelitian selanjutnya dan dapat di gunakan sebagai bahan masukan dalam
penulisan skripsi ini antara lain :
A. Rugust Praharta Buana (2003), dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang
Dipertimbangkan Nasabah Bank Dalam Memanfaatkan Layanan
Perbankan di PERMATA BANK TUNJUNGAN Surabaya.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan
peneliti sebelumnya atas permasalahan yang dihadapi, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada perhitungan analisis faktor dengan memasukan 17 variabel
didapat bahwa hasil KMO Measure Of Sampling Adequacy (MSA)
sebesar 0,821 dan bartlett’s test sebesar 1275,087 dengan tingkat
signifikan sebesar 0,000.
2. Berdasarkan analisis faktor dengan menggunakan rotasi faktor
(varimax) diperoleh 4 faktor baru, dimana ke empat faktor tersebut
memenuhi syarat sebagai faktor karena memiliki nilai eigen value
3. Faktor-faktor yang diperoleh tersebut adalah :
a. Faktor jaminan
Nilai varian sebesar 30,323 komponen petama mempengaruhi
pertimbangan nasabah dalam memanfaatkan layanan PERMATA
BANK Tunjungan surabaya sebesar 30,323%.
b. Faktor pelayanan yang memuaskan
Nilai varian sebesar 28,732 komponen kedua mempengaruhi
pertimbangan nasabah dalam memanfaatkan layanan PERMATA
BANK Tunjungan surabaya sebesar 28,732%.
c. Faktor banyaknya cabang
Nilai varian sebesar 1,796 komponen ketiga mempengaruhi
pertimbangan nasabah dalam memanfaatkan layanan PERMATA
BANK Tunjungan surabaya sebesar 1,796%.
d. Faktor lokasi
Nilai varian sebesar 6,439 komponen ke empat mempengaruhi
pertimbangan nasabah dalam memanfaatkan layanan PERMATA
BANK Tunjungan surabaya sebesar 6,439%.
B. Didik Nurkahfi (2011), dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengambilan Keputusan Nasabah Dalam Memilih Produk Bank Syariah
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan
peneliti sebelumnya atas permasalahan yang dihadapi, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada perhitungan analisis faktor dengan memasukan 15 variabel
didapat hasil KMO Measure of Sampling Adequacy (MSA), sudah
diatas 0,5 dan tingkat signifikansi yang muncul jauh dibawah 0,05
maka variable atau atribut yang ada dapat dianalisis lebih lanjut.
2. Berdasarkan hasil analisis faktor dengan mengunakan rotasi faktor
(varimax) diperoleh 3 faktor baru.
3. Faktor-faktor yang diperoleh tersebut adalah :
a. Faktor Bagi Hasil
Komponen pertama terbentuk 7 variabel indicator yaitu Aman
Terpercaya, Kehalalan Produk, Banyaknya Cabang, Brand Image,
Kemudahan Menjangkau, Jaminan dan Bagi Hasil.
b. Faktor Pelayanan yang Memuaskan
Komponen kedua terbentuk 4 variabel indicator yaitu Pelayanan
Yang Memuaskan, Customer Service, Ruang dan Tempat
c. Faktor Lokasi dan Banyaknya Cabang
Komponen ketiga terbentuk 4 variabel indicator yaitu Banyaknya
Produk / Jasa, Kecepatan Pelayanan, Akurasi Pelayanan, dan
Lokasi.
2.2. Landasan Teori
Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, ada beberapa teori yang
digunakan untuk mendukung penjelasan-penjelasan serta untuk mendukung
analisis-analisis pembahasan yang akan dilakukan.
2.2.1. Pengertian Bank
Pengertian bank yang terdapat pada pasal 1UU No. 10 Tahun 1998 tentang
perubahan UU NO 7 Tahun 1992 tentang perbankan yakni bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam
bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Berikut ini di kemukakan beberapa definisi bank dari berbagai sumber lain:
1. “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.” (Martono, 2002:20)
2. “Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit
3. “Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang bertujuan memberikan
kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperoleh dari
orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang
giral.” (Martono, 2002: 20)
4. “Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga
perantara keuangan (financial intermediares), yang menyalurkan dana dari
pihak yang berlebihan dana (idlle fund/surplus unit) kepada pihak yang
membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu tertentu.”
(Dendawijaya, 2001: 25)
Dari berbagai penjelasan mengenai definisi diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan definisi bank sebagai berikut: Bank merupakan suatu lembaga
keuangan yang berperan dalam menyediakan jasa-jasa penghimpunan dana
dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat serta sekaligus
berperan penting dalam pembangunan negara melalui moblisasi dan alokasi
dana pembangunan.
2.2.2. Fungsi Bank
Bank yang bertindak sebagai lembaga keuangan memiliki fungsi sebagai
penghubung antara pihak kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana.
Tetapi pada dasarnya bank memiliki tiga fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai tempat menyimpan uang, dalam hal ini bank memberikan surat-surat
a)Giro (demand deposit)
b)Deposito berjangka (time deposit)
c)Tabungan (saving deposit)
2. Sebagai lembaga penyalur kredit. Dalam hal ini bank dapat memanfaatkan
uang yang disimpan oleh nasabah, dan kemudian menyalurkannya pada
pihak-pihak membutuhkan dana.
3. Sebagai perantara lalu lintas pembayaran. Dalam hal ini bank dapat bertindak
sebagai penghubung antara nasabah satu dengan nasabah lainya saat
keduanya melakukan transaksi. Kedua nasabah tersebut tidak secara langsung
melakukan pembayaran tetapi cukup memerintahkan pada bank untuk
menyelesaikannya.
Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa bank mempunyai fungsi
yang sangat luas dalam suatu perekonomian suatu negara, karena bank
merupakan alat untuk menjaga kesetabilan moneter dan keuangan. Bank
mempunyai fungsi utama dalam menghimpun dana dan menyalurkan dana
kepada masyarakat, dalam hal ini bank berperan juga dalam menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan hidup rakyat banyak.
2.2.3. Sumber Dana Bank
“Bagi sebuah bank, sebagai suatu lembaga keuangan, dana merupakan
adalah merupakan uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang
dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan.” (Dendawijaya, 2001: 52)
Uang tunai yang dimiliki bank tidak hanya berasal dari modal bank itu
sendiri, tetapi juga berasal dari pihak-pihak lain yang dititipkan atau dipercayakan
kepada bank sewaktu-waktu. Dana bank yang digunakan sebagai alat oprasional
suatu bank bersumber dari, menurut Dendawijaya, dana-dana bank bersumber dari
beberapa pihak sebagai berikut:
1. Dana pihak kesatu (dana dari modal bank sendiri)
Dana pihak kesatu adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau para
pemegang saham, pemegang saham pendiri maupun pihak pemegang saham
yang ikut dalam usaha bank tersebut pada waktu pendiriannya.
2. Dana pihak kedua (Dana pinjaman dari bank luar)
Dana pihak kedua adalah dana-dana yang berasal dari pihak luar, yang terdiri
atas dana sebagai berikut:
a) Call money
Call money adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman harian
antar bank. Pinjaman ini diminta bila ada kebutuhan mendesak yang
diperlukan oleh bank.
b) Pinjaman biasa antar bank
Pinjaman biasa antar bank adalah pinjaman dari bank lain yang berupa
c) Pinjaman lembaga keuangan bukan bank (LKBB)
Pinjaman dari LKBB ini lebih banyak berbentuk surat berharga yang
dapat diperjual belikan dalam pasar uang sebelum jatuh tempo dari pada
berbentuk kredit.
d) Pinjaman dari bank senttral (BI)
Pinjaman dari bank sentral adalah pinjaman (kredit) yang diberikan bank
Indonesia kepada bank untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang
tergolong berprioritas tinggi. Pinjaman dari bank Indonesia untuk jenis
tersebut dikenal dengan istilah kredit Likuiditas Bank Indonesia (LKBI).
3. Dana pihak ketiga (dana dari masyarakat)
Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun dari masyarakat dan
merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Dana
dari masyarakat terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a) Giro (demand deposit)
Giro adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikanya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, dan surat perintah
pembayaran lainya, atau dengan cara pemindah bukuan.
b) Deposito (time deposit)
Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikanya
hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan
perjanjian.
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yank penarikanya
hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. (Dendawijaya,
2001: 53)
2.2.4. J enis-J enis Bank
Menurut undang-undang pokok perbankan No. 10 Tahun 1998 tentang
jenis bank, bank di Indonesia hanya terdiri atas dua jenis (Budisantoso, 2006 :
84) antara lain :
1. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usahanya secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa lalulintas pembayaran
2. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatanya
tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
Selain itu, di indonesia juga terdapat bank sentral yakni Bank Indonesia
(BI) yang memiliki tujuan utama sebagaimana ditetapkan dalam UU NO. 23
Tahun 1999 pasal 7 yakni untuk mencapai dan memelihara kesetabilan nilai
rupiah. Selain itu pula BI memiliki hak untuk mencuptakan serta mengedarkan
uang logam dan uang kertas, dan berfungsi sebagai lembaga pembina dan
pengawas bank-bank umum dan bank perkreditan rakyat, untuk mengetahui posisi
bank syariah adalah bank yang menggunakan prinsip islam, jadi bank syariah bisa
pada bank umum atau pada bank perkreditan rakyat (BPR) karena syariah
digunakan sebagai prinsip, sehingga bank umum atau bank perkreditan rakyat
dapat mengaplikasikanya pada mekanisme kerja, serta memiliki peranan yang
penting dalam menjaga kesetabilan ekonomi dan moneter di Indonesia.
2.2.4.1. J enis-J enis Bank Menurut Pembagian Bunga
a) Bank Konvensional
Bank konvensinal merupakan Bank yang menjalankan
usahanya seperti pemberian kredit, jasa-jasa lallu lintas, dan
perbedaan uang secara konvensional, dan di dalam ketentuan
pemberian imbalan dalam bentuk bunga.
b) Bank Syariah
Bank Syariah merupakan bank yang menjalankan
kegitannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran secara
syariah dan didalam ketentuan pemberian imbalan bank syariah
memberikanya dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian realisasi
imbalan yang diterima nasabah akan berbeda-beda setiap bulannya,
menurut (Lewis, 2001: 64)
2.2.5. Latar Belakang Berdirinya Bank Syar iah
Bank syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan
pertentangan antara bunga bank dan riba. Dengan demikian, kerinduan umat islam
jawaban dengan lahirnya bank Islam. Bank Islam lahir di Indonesia pada awal
tahun 90-an atau tepatnya setelah ada UU No. 7 Tahun 1992, yang direfisi dengan
UU perbankan dengan No. 10 Tahun 1998, dalam bentuk sebuah bank yang
beroprasi dengan sistem bagi hasil atau bank syariah. Kemudian dalam
perkembanganya bank Indonesia mengeluarkan regulasi baru tentang bank syariah
melalui UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Dana pihak BI sendiri
telah membentuk biro perbankan syariah yang menjadi wadah bagi perbankan
syariah yang ada di Indonesia, dan saat ini biro tersebut telah di tingkatkan
menjadi sebuah direktorat.
Yang menjadi latar belakang pendirianya bank syariah adalah:
1. Keinginan umat islam untuk menghindari dari riba dalam kegiatan
muamalahnya.
2. Keinginan umat islam untuk memperoleh kesejahteraan lahir dan batin
melalui kegiatan muamalah yang sesuai dengan perintah agama.
3. Keinginan umat islam untuk mempunyai alternatif pilihan dalam
mempergunakan jasa-jasa perbankan yang dirasakan lebih sesuai. (Antonio,
2001: 6).
Bank Islam diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang
dikeluarkan oleh bank Islam. Melalui pembiayaan ini bank Islam dapat menjadi
mitra dengan nasabah, sehingga hubungan bank Islam dengan nasabah tidak lagi
2.2.6. Konsep Bank Syar iah
Pada dasarnya konsep bank syariah dalam menjalankan usahanya sama
dengan bank konvensional lainnya seperti memberikan kredit, jasa-jasa lalu lintas
pembayaran , dan peredaran uang. Tetapi bank syari’ah dalam menjalankan
usahanya tidak dapat dipisahkan dari konsep-konsep syariah yang mengatur
produk dan oprasionalnya. Salah satu ketentuan syariah itu adalah bank syariah
tidak menerapkan sistem bunga pada berbagai produknya, dan ini perupakan
perbedaan yang paling mendasar dari kedua konsep bank tersebut.
Dasar utama sistem perbankan Islam, menurut (Lewis, 2001: 55), terdiri
atas beberapa elemen penting yakni:
a. Riba dilarang dalam semua transaksi.
b. Bisnis dan investasi dijalankan berdasarkan aktifitas-aktifitas yang halal.
c. Transaksi harus bebas dari unsur gharar (sepekulasi atau tidakpastian).
d. Zakat harus dibayar oleh bank untuk dimanfaatkan masyarakat.
e. Semua aktifitas harus sejalan dengan prinsip-prinsip islam, dengan dewan
syariah khusus sebagai pengawas.
Bank syariah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk mewujudkan
terbinanya kebersamaan dalam menanggung resiko usaha dan berbagi hasil usaha
antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana. Secara garis besar
konsep bank syariah terdiri atas lima konsep aqad. Berdasarkan atas lima konsep
ini dapat ditemukan produk-produk lembaga keuangan bank syariah, lima konsep
1. Prinsip simpanan murni (al-wadi’ah)
Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank syariah
untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk
menyimpan dananya dalam bentuk al-wadi’ah. Fasilitas al-wadi’ah biasanya
diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti
halnya tabungan dan deposito. al-wadi’ah identik dengan giro dalam bank
konvensional. (Muhammad, 2002: 17)
2. Bagi hasil (al-mudharabah)
Al-mudharabah yaitu perjanjian antara pemilik modal dengan pengusaha.
Pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek/usaha dan
pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan pembagian bagi
hasil sesuai dengan perjanjian. Apabila usaha yang dibiayai mengalami
kerugian, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemilik
modal, kecuali kerugian tersebut terjadi karena kelalaian pengusaha.
(Sumitro, 2002: 32)
3. Prinsip jual beli (al-murabahah)
Prinsip jual beli ini (al-murabahah) salah satu sistem yang menerapkan tata
cara jual beli. Bank akan memberi terlebih dahulu barang yang di butuhkan
atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang
atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah
dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).
4. Prinsip sewa (al-ijarah)
al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas bunga dan jasa melalui
pembayaran uapah atau sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas barang itu sendiri. (Ascarya, 2007: 101)
5. Prinsip jasa/fee
Prinsip jasa ini meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan
bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah garansi bank,
kliring, inkaso, jasa transfer, dan lain-lain. (Muhammad, 2002: 85)
2.2.7. Pr oduk Oprasional Bank Syar iah
Secara garis besar pengembangan produk bank syariah dikelompokan
menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. produk penghimpunan dana
2. produk penyaluran dana
3. produk jasa
2.2.7.1. Pr oduk Penghimpunan Dana
Produk penghimpun dana pada bank syariah, menurut Antonio, terbagi
atas dua akad yakni wadi’ah dan mudharabah.
1. wadi’ah
wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak kepihak lain
kapan saja si penitip menghendaki. Prinsip wadiah dalam produk bank
syariah dapat dikembangkan menjadi dua jenis yaitu:
a) Yad Al-Amanah, yaitu pihak penyimpan tidak bertanggung jawab atas
kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal ini
bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam
memelihara barang titipan.
b) Yad al-dhamanah, yaitu pihak penyimpang yang bertanggung jawab atas
segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada barang tersebut. Bank
sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan al-wadi’ah untuk
tujuan.
2. Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak yakni pihak
pertama (shahibul mall ) menyediakan seluruh modal, sedangka pihak lainnya
menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi
ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua jenis:
a. mudharabah muthalaqah, adalah bentuk kerja sama antara dua pihak
yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis
usaha, waktu dan daerah bisnis.
b. Mudharabah muqayyadah, adalah pihak kedua dibatasi dengan batasan
mencerminkan kecenderungan umum si pihak pertama dalam memasuki
jenis dunia usaha.
Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan
pendanaan, pada sisi penghimpunan dana, mudharabah diterapkan pada:
a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan
khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban dan tabungan deposito
biasa.
b. Deposito spesial, yaitu dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis
tertentu, misalnya jual beli atau sewa menyewa. (Antonio, 2002: 85)
2.2.7.2. Pr oduk Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana di bank syariah, menurut Antonio, dapat di
kembangkan menjadi tiga model, yaitu:
1. Prinsip jual beli
Mekanisme jual beli adalah upaya yang dilakukan dengan pola transfer of
property dan tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi harga
jual barang. Prinsip ini dikembangkan menjadi bentuk-bentuk sebagai
berikut:
a. Al-murabahah
Al-murabahah adalah jual beli dengan harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Dalam muarabahah penjual harus
memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat
diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang
investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui letter of
credit (L/C). kalangan perbankan syariah di Indonesia banyak
menggunakan murabahah secara berkelanjutan seperti untuk modal
kerja.
b. As-salam
As-salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari,
sedangkan pembayaran dilalakukan dimuka. Bank sebagai pembeli
nasabah sebagai penjual. As-salam biasanya digunakan pada pembiayaan
petani dengan jangka waktu yang relatif pendek, yaitu 2-6 bulan, dan
juga dapat di aplikasikan pada pembiayaan industri.
c. Al-istishna
Al-istishna merupakan akad salam namun pembayaranya dilakukan oleh
bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna diterapkan pada
pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
2. Prinsip sewa (al-ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya
prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaanya terletak
pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang,
maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.
a. Al-ijarah
Al-ijarah adalah akad pemindah hak guna dasar barang atau jasa melalui
pembayaran upah sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri.
b. Al-ijarah al-muntahiha bit tamlik
Al-ijarah al-muntahiha bit tamlik adalah sejenis perpaduan antara
kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya adalah akad sewa yang
diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa.
c. Bank-bank islam yang mengoperasikan produk al-ijarah dapat melakukan
leasing, baik dalam bentuk oprating lease maupun financial lease. Akan
tetapi pada umumnya bank-bank islam lebih banyak menggunakan
Al-ijarah al-muntahiha bit tamlik karena lebih sederhana dari sisi
pembukuan.
3. Prinsip bagi hasil
Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah
dioperasionalkan dengan pola-pola sebagai berikut:
a. Al-musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
a.1. Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan dan wasiat, atau
kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua
orang atau lebih, dalam musyarakah kepemilikan dua orang atau lebih
terbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagai pula dari keuntungan
yang dihasilkan aset tersebut.
a.2. Musyarakah akad (kontrak), tercipta dengan cara kesepakatan dua
orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan
modal musyarakah.
Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek,
nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai
proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan
dan tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.
b. Al-mudharabah
Mudharabah adalah kerjasama antara dua belah pihak, pihak pertama
menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak secara umum mudharabah terbagi atas dua jenis yaitu:
b.1. Mudharabah muthaloqah
Mudharabah muthaloqah adalah bentuk kerjasama yang cakupanya
sangat luas dan tidak di batasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan
b.2. Mudharabah muIqayyadah
Mudharabah muIqayyadah yaitu pihak kedua dibatasi dengan batasan
jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini sering
kali mencerminkan kecenderungan pihak pertama dalam memasuki
jenis dunia usaha.
Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan
pendanaa. Adapun pada sisi pembiayaan Mudharabah diterapkan untuk:
a. Pembiayaan modal kerja, sepeti modal kerja perdagangan dan jasa.
b. Investasi khusus, merupakan sumber dana khusus dengan penyaluran
yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak
pertama. (Antonio, 2001: 101)
2.2.7.3. Pr oduk J asa
Dalam pelayanan jasa ini dioperasionalkan dengan pola sebagai berikut:
1. Al-hawalah
Al-hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam perbankan
biasanya diterapkan pada hal-hal:
a. facturing atau anjak piutang, yaitu para nasabah yang memiliki piutang
kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu
membayar piutang tersebut dan bank menagihnya dari pihak ketiga itu.
b. Post dated check, yaitu bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa
c. Bill discounting, secara prinsip, bill discounting serupa dengan hawalah,
hanya saja dalam bill discounting nasabah harus membayar fee, sedangkan
pembahasan fee tidak didapati dalam kontrak hawalah.
2. Ar-rahn
Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai
ekonomis, dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk
dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara
sederhana dapat dijelaskan rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai.
Kontrak ar-rahn dipakai dalam perbankan dalam dua hal berikut:
a. Sebagai produk pelengkap atau akad tambahan (jaminan) terhadap produk
lain. Bank dapat menahan barang nasabah sebagai konsekwensi akad tersebut.
b. Akad ar-rahn dipakai sebagai alternatif dari penggadaian konvensional,
bedanya dengan penggadaian bisa dalam rahn nasabah tidak dikenakan
bunga, yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan,
penjagaan, serta penaksiran. Perbedaan utama antara biaya rahn dan bunga
penggadaian adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan berlipat
ganda, sedangkan biaya rahn hanya sekali dan ditetapkan di muka.
3. Al-wakalah
Wakalah berarati penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat, dalam
hal ini nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya untuk
melakukan pekerjaan jasa tertentu. Secara umum, aplikasi wakalah dalam
4. Al-kafalah
Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam
pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang
yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai
jaminan. (Sudar sono, 2003: 77)
5. Al-Sharf
Al-Sharf adalah perjanjian jual-beli suatu valuta asing dengan valuta lainnya,
transaksi ini dapat dilakukan baik dengan semata-mata uang yang sejenis dan
mata uang asing lainnya.
6. Al-Qardh
Al-Qardh adalah akad pinjaman dari bank kepada pihak tertentu yang wajib
dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman. (Budisantoso,
2006: 161)
2.2.8. Sistem Bagi Hasil Bank Syariah
Tingkat bagi hasil adalah prosentase tingkat keuntungan yang didapat oleh
nasabah sebagai bentuk kompensasi atas dana masyarakat yang dikelola oleh
bank. Salah satu perbedaan prinsip antara bank syariah dengan bank konvensional
adalah pada tatacara atau ketentuan pemberian imbalan. Bank konvensional
memberikan imbalan dalam bentuk bunga sedangkan bank syariah memberikan
imbalan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian realisasi imbalan yang
diterima nasabah akan berbeda-beda setiap bulanya, tergantung dari pendapatan
Lewis 2001: 64), yang menjadikan sistem bagi hasil boleh dalam islam,
sementara sistem bunga tidak boleh, kerena dalam sistem bagi hasil, yang
ditetapkan sebelumnya hanyalah rasio (nisbah), bukan tingkat keuntunganya.
Secara syariah ada dua instrumen bagi hasil dalam sistem bank syariah
yaitu mudharabah dan musyarakah. Diantara kedua model ini maka mudharabah
adalah metode yang paling umum digunakan. Berdasarkan metode ini, bank islam
akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan peminjam
dana. Dengan penabung bank bertindak sebagai pengelola dana dan disisi lain,
dengan peminjam dana, bank akan bertindak sebagai pemilik dana.
Dalam menjalankan prinsip bagi hasil, ada beberapa faktor penting yang
menentukan besar kecilnya prosentase keuntungan yang akan dibagikan antara
pihak bank dan penabung maupun dengan peminjam dana, faktor-faktor tersebut,
menurut (Antonio 2001: 139), ialah:
a. Investement rate, merupakan prosentase aktual dana yang di investasikan
dari total dana bank.
b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana
dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Investemen
rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk di investasikan, akan
menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.
c. Nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).
Pada dasarnya, menurut (Muhammad 2002: 110), bank bagi hasil
ratio (LDR), sedangkan bank konvensional dengan pendekatan biaya.
Artinya, dengan mengakui pendapatan, bank syariah menimbang rasio
antara dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan, serta pendapatan
yang dihasilkan dari perpaduan dua hal tersebut. Sedangkan bank
konvensional langsung menganggap semua bunga yang diberikan adalah
biaya, tanpa memperhitungkan berapa pendapatan yang dapat dihasilkan
dari dana yang di himpun tersebut. Maka dalam hal ini, bank syariah
terdapat unsur ketidak pastian dalam memperoleh keuntungan, karena
berapa rupiah pendapatan Riil yang akan diperoleh nasabah sangat
bergantung kepada pendapatan yang akan diperoleh bank.
Maka agar tetap dapat bersaing dengan bank konvensional, bank syariah
memberikan special nisbah yang kira-kira indikasinya sama dengan special rate
pada bank konvensional. Caranya dengan mengurangi porsi bank atau dengan kata
lain menambah biaya bagi hasil dana pihak ketiga. Special nisbah yang diberikan
hendaklah memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Muhammad, 2002: 111) :
1. nisbah bagi hasil
2. bobot
3. pendapatan
4. rata-rata saldo harian produk simpanan
Dengan demikian, jelas bahwa bank syariah tetap menguntungkan dan
memberi bagian keuntungan yang adil kepada semua pihak yang terlibat, yaitu
berdasarkan bunga yang dihitung terhadap saldo simpanan atau beasarnya kredit,
namun persen dari pendapatan riil nasabah debitur dan bank. Perbedaan bank
diakui pada saat bagi hasil diterima (cash based) bukan bunga yang masih akan
diterima (accural based).
Cara menghitung penentuan tingkat bagi hasil menggunakan rumus
sebagai berikut:
xlaba/rugi tahun berjalan = A
A x %Bagi Hasil = Tingkat Bagi Hasil
2.2.9. J umlah Kantor Bank
2.2.9.1. Kantor Bank Umum
Yang dimaksud dengan jenis-jenis kantor bank dapat dilihat dari luasnya
kegiatan jasa-jasa bank yang ditawarkan dalam suatu cabang bank, luasnya
kegiatan ini tergantung dari kebijaksanaan kantor pusat bank tersebut. Disamping
itu besar kecilnya kegiatan cabang bank tersebut tergantung dari wilayah
operasionalnya.
Banyak sedikitnya kantor bank sangat mempengaruhi besar kecilnya
tingkat oprasional suatu bank.
1. Kantor Pusat
Merupakan kantor semua kegiatan perencanaan sampai pada pengawasan
terdapat di kantor ini, setiap bank memiliki satu kantor pusat dan kantor pusat
tidak melakukan kegiatan operasional sebagaimana kantor bank lainnya, akan
tetapi mengendalikan jalanya kebijaksanaan kantor pusat terhadap
cabang-cabangnya. Dapat diartikan pula bahwa kegiatan kantor pusat tidak melayani
jasa bank kepada masyarakat umum.
2. Kantor Cabang Penuh
Merupakan salah satu kantor cabang yang memberikan jasa bank yang paling
lengkap. Dengan kata lain semua kegiatan perbankan ada di kantor cabang
penuh dan biasanya kantor cabang penuh membawahi kantor cabang
pembantu.
3. Kantor Cabang Pembantu
Merupakan kantor cabang yang berada dibawah kantor cabang penuh, dimana
kegiatan jasa bank yang dilayani hanya sebagian saja. Perubahan setatus dari
cabang pembantu kecabang penuh dimungkinkan apabila memang cabang
tersebut sudah memenuhi kriteria sebagai cabang penuh dari kantor pusat.
4. Kantor Kas
Merupakan kantor bank yang paling kecil dimana kegiatanya hanya meliputi
teller atau kasir saja, dengan kata lain kantor kas hanya melakukan sebagian
kecil dari kegiatan perbankan dan berada dibawah cabang pembantu atau
cabang penuh. Bahkan sekarang ini kantor kas yang dilayanidengan mobil
Untuk menunjang operasional perbankan dan pemasaran produk-produk
perbankan sangat diperlukan adanya kantor-kantor cabang pembantu. Beberapa
alasan untuk membuka kantor cabang:
1. Dalam upaya meningkatkan jangkauan bisnis secara keseluruhan, jangkauan
bisa dilihat dari sisi aktiva maupun pasiva. Apabila suatu bank mempunyai
kemampuan menarik atau mengumpulkan dana secara baik, sedangkan
kondisi perekonomian di suatu daerah kurang mendukung untuk melakukan
penempatan dana secar maching, biasanya bank tersebut berupaya membuka
cabang-cabang di daerah yang menjadi pusat peredaran uang.
2. Dikaitkan dengan rencana pengenalan suatu produk yang tepat di daerah
tersebut.
Sebagai salah satu bagian dari strategi pemasaran global. Biasanya cabang
didirikan dengan tujuan sebagai bagian dari rencana pemasaran. Hal itu terlihat
misalnya, suatu bank membuka cabang di tempat terpencil dengan tujuan hanya
melayani satu-satunya nasabah yang mendirikan pabrik ditempat tersebut. Disini
tujuan pembangunan cabang semata-mata dilihat dari sisi pemasaran karena
nasabah telah menikmati fasilitas pinjaman yang diberikan bank induknya.
Pengertian bank menurut pitono adalah jumlah kantor bank berkaitan
dengan fasilitas yang ditawarkan kepada masyarakat luas untuk meraih minat
masyarakat, bank harus memperluas jaringan kantor cabang agar dapat
pusat, kantor cabang pembantu, kantor cabang unit dan kantor kas Bank harus
memperluas jaringan kantor agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
2.2.9.2. Bank Syar iah
Bank syariah adalah lembaga bank yang dikelola dengan dasar-dasar
syariah. (Muhammad, 2002: 147)
Dasar hukum pendirian bank syariah di Indonesia UU no. 10 Tahun 1998 pasal 6
membolehkan bahwa bank umum yang melakukan kegiatan secara konvensional
dapat juga melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip syariah
meliputi:
a. Pendirian kantor cabang atau dibawah kantor cabang baru.
b. Pengubahan kantor cabang atau di bawah kantor cabang yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Bank syariah juga harus mematuhi peraturan-peraturan persyaratan
perbankan yang berlaku pada umumnya antara lain:
a. Ketentuan perijinan dalam pengembangan usaha, seperti pembukuan cabang
dan kegiatan devisa.
b. Kewajiban pelaporan ke bank Indonesia.
c. Pengawasan atas prestasi, permodalan, manajemen, rentabilitas, likuiditas,
dan faktor-faktor yang lainnya.
Kantor-kantor cabang dari bank umum konvensional pada dasarnya merupakan
unit yang mempunyai pencatatan dan pembukuan yang terpisah dari kantor-kantor
konvensionalnya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu unit usaha syariah yang
berfungsi sebagai kantor induk dari seluruh kantor cabang Syariah, unit tersebut
berada di kantor pusat bank. Secara umum tugas unit Syariah mencakup:
1) Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor bank syariah.
2) Melaksakan dalam rangka pengelolaan dan penempatan dana yang bersumber
dari kantor-kantor cabang Syariah.
3) Menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor-kantor cabang
Syariah. (Muhammad, 2002: 179)
Pembukaan kantor cabang Syariah dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1. pembukaan kantor cabang dengan mendirikan kantor cabang baru.
2. Perubahan kantor cabang yang ada menjadi kantor cabang Syariah.
3. Peningkatan setatus kantor cabang pembantu menjadi kantor cabang syariah.
Pengembangan jaringan syariah, terutama ditujukan untuk menyediakan
akses yang lebih luas kepada masyarakat dalam mendapatkan pelayanan jasa bank
syariah. (Antonio, 2001: 229) Menurut Dani Gunawan Idat, dkk, 2002, dengan
judul “Skema Kantor Cabang Pembantu Syariah.” Salah satu kebijakan
pengembangan bank syariah di Indonesia adalah pengembangan jaringan kantor
bank syariah, pengembangan jaringan kantor bank Syariah diperlukan dalam
Pengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan dalam rangka
perluasan jangkauan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian jelas bahwa
banyaknya jumlah jaringan kantor bank juga akan meningkatkan efisiensi uasaha.
Berkembangnya jaringan kantor bank Syariah juga diharapkan dapat
meningkatkan kompetisi kearah peningkatan kualitas pelayanan kepada nsabah
dan mendorong inivasi produk dan jasa perbankan syariah. (antonio, 2001: 226)
2.2.10. Tingkat Suku Bunga
2.2.10.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga
Suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya
belinya. Bagi orang yang meminjam uang, bunga merupakan denda yang harus
dibayar untuk mengkonsumsi mengkonsumsi penghasilan yang sebelum diterima.
Bagi orang yang memberikan pinjaman, bunga merupakan imbalan karena
menunda konsumsi sekarang hingga jatuh waktu dari piutang. (Puspopranoto,
2004: 70)
Menurut Kidwell, DS, Peterson, RL dan Blackwell, DW menyatakan
bahwa pada jaman dahulu orang telah meminjamkan barang kepada orang lain
dan kadang-kadang mereka telah meminta semacam kompensasi atas jasa yang
diberikan. Kompensasi tersebut disebut sewa, yakni harga dari meminjam harta
milik orang lain. (Puspopranoto, 2004: 69)
Menurut Miller, RL dan Vanhoose, DD menyatakan bahwa bunga adalah
(kreditor), sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah
pinjaman.
Edmister, RO mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan suku
bunga, yaitu stated rate, annual percentage rate, dan yield, yang didefinisikan
sebagai berikut : (Puspopranoto, 2004: 70)
a. Stated rate adalah tingkat bunga satu priode dikalikan jumlah pokok pinjaman
untuk menghitung beban bunga.
b. Annual percentage rate adalah tingkat bunga selama satu tahun dengan
menyesuaikan stated rate, untuk jumlah priode pertahun dan jumlah pokok
yang dipinjam.
c. Yield adalah tingkat bunga yang ekuivalen dengan satu kontrak keuangan yang
memenuhi tiga syarat : (1) jumlah seluruhnya yang benar-benar dipinjam, (2)
pada awal tahun, (3) kemudian dibayar kembali pada akhir tahun beserta
bunga.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga
adalah tingkat balas jasa yang diperoleh atas sejumlah dana atau pinjaman yang
telah diberikan.
2.2.10.2. Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga
Menurut teori klasik, makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula
keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih
konsumsi guna menambah tabungan. Teori klasik juga menyatakan bahwa makin
tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil.
(Nopirin, 1992: 70)
2.2.10.3. Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga
Teori menyatakan bahwa tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan
permintaan akan uang (Nopirin, 1992: 91). Teori keynes juga menekankan
adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut
(tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang uang untuk tujuan spekulasi
yaitu permintaan besar apabila tingkat bunga rendah, dan permintaan kecil apabila
tingkat bunga tinggi. (Boediono, 1995: 83)
Pada waktu bunga tinggi jumlah uang yang diminta masyarakat dengan
motif spekulasi sedikit, sedangkan pada waktu tingkat bunga rendah jumlah uang
yang dibutuhkan masyarakat untuk motif spekulasi tinggi.
2.2.10.4. Teori Paritas Tingkat Bunga
Teori paritas tingkat bunga adalah teori yang penting mengenai penentuan
tingkat bunga dalam sistem devisa bebas (yaitu, apabila penduduk masing-masing
negara memperjual belikan devisa). Teori paritas tingkat bunga menyatakan
bahwa dalam sistem devisa bebas tingkat bunga di negara satu akan cenderung
sama dengan tingkat dinegara lain, setelah diperhitungkan perkiraan mengenai
laju depresiasi mata uang negara yang satu dengan negara yang lain (Boediono,
2.2.10.5. Teori Per mintaan dan Penawaran
Teori permintaan menerangkan sifat permintaan para pembeli terhadap
suatu barang. Sedangkan teori penawaran menerangkan sifat para penjual dalam
menerangkan sesuatu barang yang akan dijualnya. Dengan menggabungkan
permintaan oleh pembeli dan penawaran oleh penjual akan dapat di tunjukan
bagaimana interaksi antara pembeli dan penjual, akan menentukan harga
keseimbangan atau harga pasar dan jumlah barang yang akan diperjual belikan.
Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan
makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang
tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit
permintaan terhadap barang tersebut (sadono, 2006:76)
2.2.10.6. Perbandingan Antar a Bank Syar iah Dan Konvensional
Telah diuraikan sebelumnya berbagai pertimbangan masyarakat dalam
menentukan pilihan terhadap lembaga keuangan bank (khususnya bank non
Syariah) baik yang menyangkut faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor
keuntungan, hadiah (faktor ekonomi) cukup mempengaruhi responden dalam
menentukan keputusan. Sementara itu faktor pelayanan, keterjangkauan atau
lokasi, keamanan, lingkungan keluarga, psikologis (faktor non ekonomi) tidak
kalah besar pengaruhnya. Berikut ini berbagai langkah-langkah atau sikap
masyarakat (non nasabah bank Syariah) ketika akan menjatuhkan pilihan pada
Faktor pertama yang patut diperhatikan adalah informasi tentang bank
syariah tersebut. Sekitar 63,6% menyatakan bahwa keputusan untuk memilih bank
syariah cukup dipengaruhi oleh informasi intens, hanya 7% yang menyikapi
bahwa faktor informasi kurang relevan dengan keputusan untuk memilih bank
syariah, maka faktor informasi kepada masyarakat menjadi kata kunci.
Faktor-faktor kedua yang cukup mempengaruhi keputusan responden
adalah faktor rasionalitas. Faktor-faktor tersebut tidak hanya meliputi aspek
ekonomi saja, namun juga faktor non ekonomi, pertimbangan agama, dan faktor
rasional lainnya. Sejumlah 60,8% menyatakan bahwa keputusan untuk memilih
bank syariah cukup dipengaruhi oleh pertimbangan yang rasional.
Tabel 1 : Perbandingan antara bank syariah dan bank Konvensional
No perbedaan Bank syariah Bank konvensional
1 falsafah
- dana masyarakat berupa titipan dan investasi yang baru akan mendapatkan hasil jika ‘diusahakan’ terlebuh dahulu. - penyaluran pada usaha
yang halal dan
- penyaluran pada sektor yang menguntungkan aspek
4 Organisasi Harus memiliki dewan pengawas syariah
Tidak memiliki dewan pengawas syariah
Sumber: Sudarsono, 2003, Bank dan lembaga keuangan syariah, edisi kedua,
2.2.10.7. Pelayanan Nasabah Perbankan
Dalam mengembangkan suatu produk perbankan hendaknya
dipertimbangkan kebutuhan masyarakat, segmen yang menjadi target, kemasan
dan cara penyajian yang memadai dalam prosedur yang mudah, cepat dan kualitas
pelayanan prima dan penanganan keluhan nasabah hendaknya ditangani secara
cepat, tepat dan benar secara memuaskan nasabah.
Dalam konteks perbankan dalam kaitannya dengan persaingan antar
bank yang kompetitif beberapa pakar memberikan sudut pandangnya dalam
rangka memenangkan persaingan yang sangat ketat tersebut melalui pencapaian
tingkat kualitas pelayanan yang prima adalah perlu bagi pihak perbankan untuk
memperhatikan beberapa faktor tersebut dibawah ini (Hariyanto, 2003:27)
a. Tangible
Kemampuan perusahaan dalam menunjukan eksistensinya kepada pihak
eksternal. Penampilan fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya
adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang
meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya) perlengkapan
dan peralatan yang dipergunakan (tegnologi) serta penampilan pegawainya.
b. Reability
Hendaknya perbankan memberikan kualitas pelayanan sesuai dengan
komitmen perusahaan dengan demikian image perusahaanpun dapat
c. Assurance
Tingkat kepercayaan atau jaminan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan
kepada konsumen adalah maksimal atau optimal.
d. Empathy
Dalam hal ini pihak perbankan pun hendaknya tanggap terhadap apa yang
sebenarnya diinginkan oleh konsumen.
e. Responsiveness
Bersikap tanggap dalam memberikan pelayanan pada konsumen (baik dalam
melakukan awal transaksi, sesudah melakukan transaksi maupun dalam
menghadapai keluhan dari konsumen).
Umumnya terdapat beberapa bahan pertimbangan yang perlu
dicermati dalam hal prilaku nasabah : pertama, menabung karena rasa aman,
kedua, menabung karena melihat suku nunga yang tinggi, ketiga, nasabah yang
percaya kepada salah satu pejabat bank, keempat lokasi bank yang dekat dengan
aktivitas yang dilakukan oleh nasabah. Dan berdasarkan penelitian yang pernah
dilakukan oleh Surindo Utama dan Bussiness Information Services, terdapat
delapan variabel utama yang menjadi sumber masyarakat mengenal perbankan
seperti teman (31%), koran (21%), telivisi (12%), Billoboard (11%), Pamflet
(10%), papan nama Bank (8%), dari kantor (2%), majalah (2%). Dari hasil riset
itu terlihat, bahwa fariabel yang paling domonan dari masyarakat dalam proses
masyarakat mengenal perbankan adalah dari teman, sedangkan dari alasan
nasabah dalam memilih bank atau membuka tabungan disuatu bank adalah
a. Aman dan terpercaya (25%)
b. Pelayanan yang memuaskan (17%)
c. Milik Pemerintah (1%)
d. Dekat kantor (12%)
e. Bunga tinggi (8%)
f. Bonus dan hadiah besar (8%)
g. Produk atau jasanya banyak (7%)
h. Banyak cabang (5%)
i. Manajemen yang baik (5%)
j. Milik konglomrat (5%)
k. Promosi gencar (1%)
l. Citra baik (1%)
m. Ada asuransi (1%)
Dari teori-teori yang ada telah dijelaskan, maka ditarik suatu
kesimpulan bahwa untuk memberikan layanan para nasabah, Bank Syariah
memperhatikan dan mempertimbangkan variabel-variabel antara lain :
a. Bagi hasil
b. Aman dan terpercaya
c. Pelayanan yang memuaskan
d. Kehalalan produk
e. Banyaknya produk/jasa
f. Banyaknya cabang
g. Kecepatan pelayanan
h. Customers service
i. Brand image
j. Kemudahan menjangkau
k. Akurasi pelayanan
l. Ruang dan tempat pelayanan
m. Lokasi
n. Kesopanan karyawan
o. ATM
Gambar 1. Kerangka Pikir
Bagi Hasil (X1)
Aman dan terpercaya (X2)
Pelayanan yang memuaskan (X3)
Kehalalan produk (X4)
Banyaknya produk/jasa (X5)
Banyaknya cabang (X6)
Kecepatan pelayanan (X7)
Customers service (X8)
Brand image (X9)
Kemudahan menjangkau (X10)
Akurasi pelayanan (X11)
Ruang dan tempat pelayanan (X12)
Lokasi (X13)
Kesopanan karyawan (X14))
ATM (X15)
Inflasi (X16)
3.1. Devinisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Untuk memperoleh gambaran yang jelas, serta lebih dapat
memahami isi dan agar definisi yang digunakan di dalam penelitian ini
dapat diukur serta menghilangkan dan menghindari adanya kesalahan
dalam penafsiran maka variabel-variabel yang berkaitan dengan penelitian
yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:
3.1.1. Definisi Operasional Variabel
a. Bagi hasil (X1) adalah prinsip yang di terapkan bank syariah bagi hasil
yang tidak merugikan salah satu pihak baik oleh nasabah maupun
Bank
b. Aman dan terpercara (X2) adalah adanya jaminan atas investasi
nasabah oleh Pemerintah RI.
c. Pelayanan yang memuaskan (X3) adalah suatu bentuk pemuasan
pelayanan yang diberikan oleh pihak bank terhadap keinginan nasabah
atau konsumen.
d. Kehalalan produk (X4) adalah produk-produk yang dikeluarkan oleh
e. Banyaknya produk/jasa (X5) adalah untuk melengkapi pelayanan
terhadap nasabah Bank Syariah mengeluarkan inovasi produk dan jasa
yang beragam.
f. Banyaknya cabang (X6) adalah Bank Syariah memiliki cabang yang
tersebar diberbagai kota dan provinsi.
g. Kecepatan pelayanan (X7) adalah pelayanan bank dimana nasabah
tidak perlu menunggu lama-lama untuk melakukan transaksi.
h. Customer service (X8) adalah banyaknya jumlah customer service
yang melayani nasabah, sehingga nasabah tidak harus antri.
i. Brand image (X9) adalah Bank Syariah mempunyai brand image yang
kuat dan bagus terhadap masyarakat yang menjadi nasabah Bank
Syariah.
j. Kemudahan menjangkau (X10) adalah para nasabah Bank Syariah
tidak perlu jauh-jauh untuk memperoleh segala bentuk layanan dari
Bank Syariah.
k. Akurasi pelayanan (X11) adalah ketepatan pelayanan yang diberikan
oleh para karyawan Bank Syariah kepada para nasabah dalam
melakukan transaksi.
l. Ruang dan tempat pelayanan (X12) adalah ruang tunggu pada Bank
Syariah dalam keadanaan bersih, nyaman, dan aman.
m. Lokasi (X13) adalah tempat dari Bank Syariah dimana dekat dengan