• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Padat Tebar L. rubellus pada Biokonversi Feses Kelinci Terhadap Kualitas Kascing Sebagai Pupuk Organik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Padat Tebar L. rubellus pada Biokonversi Feses Kelinci Terhadap Kualitas Kascing Sebagai Pupuk Organik."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

...

zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYVUTSRQPONLKIHGFEDCBA

PENGARUH P ADAT TEBARzywvutsrponmlkjigfedcbaNLKLumbricus rubel/us P ADA RIOKONVERSI FESRS KELINC) TERHADAP KUALITAS KASCINGoifebSRONKIGBASI:i:BAGAI PUPUK

ORGANIK

Tb. BeBito

A.

Kuraa.i

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Abstrak

Penelitian ini bcrtujuan untuk mcrnpelajari dan mengetahui pengaruh padat tebar Lumbricus rubellus pada biokonversi feses kelinci tcrhadap kualitas pupuk organik kascing. Penelitian eksperimental ini

dilaksanakan

berdasarkan rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan padat tebar (1,5 kglm2, 1,75 kg/m ', 2 kg/m'', 2,25

kg/m2 dan 2,5 kglm2). Seluruh perlakuan diu lang empat kali, Peubah yang diamati

adalah kandungan nitrogen, fosfor, dan

kalium.

Cacing tanah Lumbricus rubellus digunakan sebagai dekomposer. Hasil penelitian menunjukkan babwa padat tebar Lumbricus rubellus

tidak memberikan pengaruh yang nyata pada kandungan

nitrogen dan fosfor, tempi berpengaruh nyata terhadap kandungan kalium dalam kascing. Kandungan nitrogen, fosfor dan kalium dalam kascing

yang

dihasilkan berturut-turut 2,30 - 2,42 %.

0,36 -

0,39% dan 0,93 - 0,99 %.

Kata kunci :

padat

tebar, Lumbricus rubellus, biokonversi, feses kelinci, kandungan Njtrogen.fo~for dan kalium, pupuk organik, kascing.

THE EFFECT OF

Lumbricus rubellus

STOCKING DENSITY IN

BIOCONVERTION SUBSTRATE OF RABBIT FAECES ON THE QUALITY

OF "KASCING" AS

ORGANIC FERTILIZER

Tb.

Benito

A. Kurnani

Faculty of Animal Husbandry, Universitas Padjadjaran

Abstract

The purpose of this study is to understand the effect of Lumbricus rubellus

Stocking

densities in

bioconversion

substrate of

rabbit

faeces on the quality of organic fertilizer "kascing", This experimentally research was based on completely random design with five treatments of STOCKING density (1.5 kg/m2, 1.75 kg/m2, 2 kglm2, 2.25 kgfm2

and 2.5 kg/m"). All treatments were composed in live replicates. The content of nitrogen, phosphorous and potassium in the "kascing" were measured as fertilizer

quality

variables. Lumbricus ruhellus was used

to

be

a decomposer. The result of this study shows that STOCKING density of Lumbricus rubellus provides no significant effect on the nitrogen and phosphorous contents, but on the potassium content of "kascing". The content of nitrogen, phosphorus and potassium in the resulted

"kascing",

respectively are 2.30 - 2.42

%,

0.36 - 0.390.10,and 0.93 - 0.99 %.

Keyword:

xrSPNKIG

Srrx--:KING

density, Lumbricus rubellus, bioconversion, rabbi/faeces, N,

P

(2)

PeRdahaluan

Peternakan

ke1inci

sampai saat

ini

belum merupakan

industri

peternakan, tetapi lebih ke usaha peternakan rakyat. Namun demikian di daerah tertentu seperti Kecamatan Lembang sebaglan penduduknya memelihara ternak kelinci. Seisin menghasillc.an daging dan kulit, k.elinci juga menghasilkan limbah berupa fescs. Seperti halnya feses ternak Iainnya, feses kelinci dapat menjadi sumberdaya yang bernilai ekonomis dan dapat diolah menjadi produk yang bernilai manfaat lebih tinggi melalui aplikasi berbagai metode pengolahan limbah, diantaranya melalui biokonversi menjadiupnlkedcaHpupuk organik.

Biokonversi merupakan perubahan dari bentuk satu kc bentuk lain yang melibatkan organisme hidup. Biasanya biokonversi hanya mcngandalkan aktivitas mikroorganisme, seperti bakteri, kapang dan jamur, namun pada saat ini biokonversi juga

telah

melibatkan mahluk

hidup

lain yaitu

cacing tanah. Biokonversi

yang

melibatkan cacing tanah

ini

dikenal sebagai

vermikomposting

(Catalan,

198 I; Nancarrow dan Taylor, 1998). Oalam hal ini, feses kelinci yang mengandung bahan organik komplek diubah menjadi pupuk. organik yang mengandung bahan organik lebih sederhana melalui proses biodegradnsi

dengan

cacing

tanah

sebagai biodegradator atau dekomposernya, Terdapat berbagai species cacing tanah yang dapat dimanfaatkan untuk vennikomposting salah satu diantaranya adalahusrmliecbL

Lumbricus

rubellus.

Cacing tanah

ini

telah terbukti memiliki keunggulan dari species yang lain, yaitu mudah beradaptasi dengan lingkungannya sehingga mudah dibudidayakan, dan memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat sehingga memberikan biomasa yang tinggi.

Pelibatan

cacing

tanah dalam proses

vermikomposting

meningkatan kualitas pupuk organik yang dihasilkan (Nancarrow dan Taylor, 1998). Namun demikian, kondisi substrat vermikomposting tetap harus memenuhi persyaratan biodegradasi, seperti : mengandung

bah

an organik yang scimbang yang ditunjukkan oleh nisbahlfeNC

CfN,

mengandung oksigen dan air yang cukup, memiliki pH dan temperatur yang

sesuai, dan mcngandung mikroorganisme yang dapat berpcran dalam

proses

degradasi

awal bahan organik (CSIRO,1979). Fescs ternak (termasuk feses kelinci] kaya akan humus yang mengandung asam humik yang mampu mcngikat berbagai jcnis nutrien yang dibutuhkan tanaman seperi nitrogen, kalsium, besi, kalium, sulfur dan fosfor (Appelhof, 1997). Sclain

ito,

feses kelinci juga mengandung bcrbagai jenis mikroorganisme yang dapat berperan sebagai dekomposer dalam dekomposisi bahan organik. Kelemahan feses kelinci sebagai substrat terletak pada nisbah CIN yang rendah sehingga perlu ditingkatkan agar memcnuhi persyaratan, yaitu 30. Peningkatan nisbah

elN

dapat

dilakukan dengan mencampur feses kelinci tersebut dengan serbuk gergaji, Dengan demikian, vermikomposting feses kelinci diduga dapat

menghasilkan

bahan

organik

yang kaya akan nutrien, terutama nitrogen. fosfor dan kalium,

dan

memenuhi persyaratan pupuk organik.

Pada kondisi ideal, yang menjadi faktor pembatas daJarn vermikomposting adalah imbangan antara populasi cacing dengan substrat vennikomposting pada saat

awal.

Hal

ini

berkaitan erat dengan kompetisi

penggunaan

substrat sebagai bahan

pakan yang dibutuhkan oleh

cacing,

Sampai saat ini, infurmasi mengenai padat tebar yang tepat untuk vermikornposting feses kelinci belum tersedia, dan oleh karena itu pcnelitian "Pengaruh padat tebar

Lumbricuss rubellus

pada vermikomposting feses kelinci terhadap kualitas pupuk organik kascing" pcriu dilakukan.

Metodologi

Dahan penclitian yang digunakan meliputi feses keJinci, air,

H2S04.

akuadcs, asam borat 2%, NaOn,

Hel

0,01 N, K2Cr04 IN, HCL 25% dan reagen P. Ala-alaI
(3)

yangywvutsrponmlkjihgfedcbaUTSRPONKJIHGDdipergunakan tediri atas pl l-meter, termometrr, peralatan analisis nitrogen, fosfor dan kalium, serta kotak plastik. Pcnelitian ini mcrupakan penelitian eksperimental berdasarkan rancangan acak lengkap dengan lima perJakuan padat tcbar (P), yaitu : PI= 1,5 kgIm2

, P2=1,75 kglm2, P3=2 kg/m2, P4=:=2,25kg/m2 dan P5=2,5

kg/m2~ dan setiap perlakuan diulang empat kali. Sebagai dekomposer digunakan cacing tanahvutsrponmligecbL

Lumbricus rubellus.

Peubah yang diamati adalah kandungan unsur nitrogen, fosfor dan kalium daJam pupuk organik kascing, Data

yang

diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan apabila terjadi perbedaan yang nyata antar perlakuan dilakukan uji Tukey.

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut : (1) eampuran fescs kelinci dan serb uk gergaji dengan nisbahNICCIN 30 dikomposkan selama dua minggu, (2) komposan yang dihasilkan diangin-angin selama satu hari, lalu dibagi menjadi 20 bagian dan masing-masing bagian dimasukkan ke dalam kotak plastik untuk proses vermicomposting

selama

satu bulan, (3) setclah komposan bcrada dalam kotak plastik, bibit cacing

Lumbricus rubellus

umur satu bulan ditebarkan di atas kompos scsuai dengan pcrlakuan yang ditenmkan, (4) setelah satu bulan, kandungan N, P dan K dalam kascing yang terbcntuk dianalisis.

Hasil daD Pembahasan

Pengarub Perlakuan Padat Tebar

Lumbricus

rubellus

terltadap Kandungan Nitrogen dalam Pupuk Organik Kascing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kandungan nitrogen dalam pupuk organik kascing feses kelinci pada perlakuan PI sampai dengan P5 berturut-turut 2,30%, 2,42%, 2,41 %, 2,38% dan 2,32%. Rataan kandungan nitrogen dalam kascing hasil vermikomposting fcses kelinci dcngan menggunakan

Lumbricus

rubellus

pada setiap

ulangan perlakuan padat tebar disajikan pada Gambar 1.

3 ..

Gambar 1. Kandungan nitrogen dalam kascing hasil vermikomposting feses kclinci menggumakan cacing tanah

Lumbricus rubellus

(%)

Untuk

mengetahui

pengaruh padat tebar cacing tanah

Lumbricus rubellus

terhadap kandungan nitrogen kascing dilakukan analisis sidik ragarn yang hasilnya disajikan pada Tabel l ,
(4)

Tabel

1.

Sidik Ragam Pengaruh Padat TebarusrmliecbL

Lumbricus rubellus

terhadap kandungan nitrogen pupuk organik kascing.utronmlkihgedbaTSPKJGFD

"-Sumber Keragaman Db JK KT F hit Ftab

0.05

Periakuan 4 0.04757 0.011892 0.461277 3.06

Gala1 15 0.386725 0.025782

Total 19

Pada Tabel I di atas tampak bahwa perlakuan padat tebar Lumbricus rubellus tidak rnemberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan nitrogen cacing. Pengaruh yang tidak nyata

ini

discbabkan oleh tingginya kandungan nitrogen yang tersedia dalam feses kelinci, sehingga setiap individu cacing dapat memanfatkan nitrogen yang ada tanpa adanya persaingan

yang

berarti. Selain itu, sejalan dengan pendapat Lee (1985), serta Stofella dan Kahn (2001)

yang

menyatakan bahwa pada saat cacing tanah mencema bahan organik, jumlah karbon dalam kascing mengalami perubahan

banyak.

sedangkan jumlah nitrogen rclatif tetap. Dinyatakan pula, bahwa amilasi yang terjadi dalam saluran pencemaan

Lumbricus rubellus

rendah, dan

umurnnya

tidak

ada

nitrogen

organik yang dicerna dalam sistem

pencemaan

cacing.

Meskipun demikian, semua

kandungan

nitrogen pupuk organik kascing yang

dihasilkan

ini ternyata memenuhi standar kualitas kompos menurut Asosiasi Bark Kompos

lcpang

(Japan Bark Kompos Association) yang disitasi Salundik (2000) yaitu > 1,2%. Kandungan nitrogen ini juga lebih tinggi dari kandungan nitrogen

dalarn

vcrmikompos yang digunakan oleh Nancarrow dan Taylor (1998) dalam percobaannya mengenai

vermikornpos

sebagai pengganti kompos biasa, yaitu J,5 -2.2%. Berarti dilihat

dan

kandungan

nitrogennya

kascing yang dihasilkan baik untuk digunakan sebagai pupuk organik

Pengarub

Perlakuan

terhadap

Kandungan

Fosfor

dalam

upkP

Pupuk

Organik

Kasciog

Rataan

kandungan fosfor dalam pupuk organik kascing feses kelinci hasil vermikomposting dengan menggunakan

Lumbricus

rubellus

pada perlakuan Pl=0,36%, P2=O,39%, P3=O,38%, P4=O,39% dan P5=O,39%. Secara keseluruhan

hasil

penelitian tcrsebut disajikan pada Gambar 2.

05

0.45Q

Q4

0.35 0.3

025

02 0.15 0.1

0.05

0

PI

Gambar 2. Kandungan fosfor dalam kascing hasil vermikomposting feses kelinci

menggumakan

Lumbricus rubellus

(%)
(5)

Ternyata seluruh perlakuan padat tebarusrmliecbSPLLumbricus rubellus

tidal

memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan fosfor pupuk organik kascing, sebagaimana ditunjukkan oleh hasil anaslisis sidik ragam yang disajikan pada Tabel2.

Tabel 2. Sidik Ragam Pengaruh Padat Tebar Lumbricus rubellus terhadap kandungan fosfor pupuk organik kascing.yutsrponmlkhgedbaTSKJFD

'.

gaman Db JK KTtihF

F

hit

Ftab

0.05

-.

4 0.00267 0.000668 1.381034 3.06

15 0.00725 0.000483

....

19

Sumber Kera

Total

Fosfor mcrupakan nutrien penting bagi mikroorganisme setelah karbon dan nitrogen. Diakhir pengomposan fosfor terdapat dalam bentuk tcrikat diantaranya

P20S.

Seperti halnya pad a perombakan nitrogen, perombakan senyawa fosfor terjadi seiring perombakan senyawa karbon yang telah tersedia sebagai sumber energi olch mikroorganisme perombak senyawa terse but. Menurut Albanel et.al (1988) dalam Heironymus (1993), selama vermikomposting berlangsung mikroorganisme yang berperan dalam perombakan bahan organik akan mengeluarkan enzim fosfatase yang memacu mineralisasi P-organik. SeJanjutnya, Stoffella dan Khan (200]) menyatakan hahwa kandungan karbon dan nitrogen yang tersedia adalah nutrisi utama mikroorganisme pada proses pengomposan, fosfor mcrupakan elemen penting dalam proses pengomposan. Kandungan karbon dalam proses

pengornposan

dapat berkurang, namun kandungan fosfor tidak hilang melalui volatilisasi maupun melaJui ikatan.

Bila dibandingkan dengan standar kualitas kompos menurut Japan Bark Compos Association yang disitasi Salundik (2000)

yaitu

:> O,5%~ kandungan fosfor kaseing tersebut lebih rendah. Namun demikian, pada umumnya, kandungan fostor dalam

kompos

berkisar antara 0,2% - 0,7010(Stoffela dan Khan, 2001), berdasarkan kandungan fosfornya kascing yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk

organik,

PeBgaruh

Perlakuan

tcrbadap

Kandungan

Kalium

dalam

Pupok

Organik

Kascing

Kandungan kalium dalam pupuk organik kascing hasil vcrmikomposting feses kclinci disajikan pads Gambar 3. Dari informasi tersebut terlihat bahwa kandungan kalium dalam kascing mengalarni peningkatan, yaitu dari Pl=O,93%,

Pl.'='

0,96%, P3=O,99%, P4=O,99%) dan kernudian menurun lagi pada P5=O,96%.
(6)

---_

utrpnmlkjihgedcbaUSPKIGF".'

1.02

I"

1·_·

0.96·. _.

0.96

0.94 -r..~I77':I-"

0.92

U.9

0.88

0.86

0.84

._

..

--.··1

P1 P2

Gambar 3. Kandungan Kalium dalam Pupuk Organik Kascing Hasil Vermikomposting mcnggunakanusrmliecbLLumbricus rubellus (%).

Untuk mengetahui apakah perbedaan

kandungan

kalium terscbut disebabkan oleh padat tebar

Lumbricus rubellus,

rnaka dilakukan analisis sidik ragam yang hasilnya disajikan

pada

Tabel

3.

Tabel 3. Sidik Ragam Pengaruh Padat Tebar Lumbricus rubellus tcrhadap kandungan kalium pupuk organik kascing,

Sumber Keragaman dbTKJ

JK

KT

F hit Ftab

1----' 0.05

Perlakuan 4 0.01078 0.002695 4.266491· 3.06

I

Galat .. 15 0.009475 0.000632 ..

-19

Total ..

Keterangan

:

*)

berbeda

nyata

Dari hasil anal isis sidik ragam tersebut diperoleh informasi bahwa padat tebar

Lumbricus rubellus

berpengaruh

nyata

tcrhadap kandungan kalium pupuk organik kascing. Untuk mengetahui perbedaan pcngaruh antar perlakuan dilakukan Uji Tukey yang hasilnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji Tukey Pengaruh Perlakuan terhadap kandungan Kalium Kascing

Perlakuan

1

HSD Selisih rataan kandungan

K

...

(%)

pj,P2 0,05 0.03

"

-.

PI~ P3

0,05. 0,06

rt-

P4

..0,05 0.06

Pl- P5

0,05 0.03

Signifikansi 0.05*

a

-+-b

b

a

Keterangan : *)Hurufyang sarna ke arab kolom menunjukkan tidak berbcda nyata

Dari Tabel 4 dikctahui bahwa terdapat perbedaan pengaruh antar padat tebar terhadap kandungan kalium kascing, Kandungan kalium kascing berdasarkan perlakuan

padat

tebar pada awalnya cenderung meningkat sampai perlakuan P3, lalu tidak berubah

dan

menurun lagi pada pcrlakuan P5. Sehingga, dari kelima perlakuan
(7)

padat tebar hanyacPJP3 dan P4 atau 2,0 kglm2 dan 2,25ynmlkgdaMkglmwvutsrponmlihgfedcbaZWVTNLGEDA2 yang menghasilkan

kandungan kalium tertinggi. Hal

ini

dapat dimengerti karena cacing tanah memakan bahan organik yang telah mengalami dekomposisi, lalu rnemineralisasi kalium yang terkandung dalam bahan organik tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Catalan (1981) dan Hieronymus (1993) yang menyatakan bahwa keberadaan cacing tanah

memperccpat

mineralisasi

bahan

organik. Seperti

halnya

tosfor,

kalium

juga elemen penting bagi mikroorganisme. ApabiJa proses perombakan karbon dan nitrogen berjalan secara benar, maka nilai kandungan kalium juga akan meningkat (Stoffela dan Khan, 2001). Pada perlakuan P5, jumlah cacing yang ditebar lcbih banyak dari

yang

lain. sehingga persaingan antar individu sudah mulai tnmpak. dan sebagai akibatnya, mineralisasi bahan organikjuga berkurang.

Kandungan kalium pupuk organik kascing ini lebih tinggi

dan

standar kualitas kompos menurut Asosiasi

Bark

Kompos Jepang (Japan Bark

Kornpos

Association)

yang

disitasi Salundik (2000) yaitu

>

0,3%. Oleh karena itu, kascing ini memenuhi syarat sebagai pupuk organik.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas dapat disusun suatu k.esimpulan bahwa padat tebar Lumbricus rubellus pada vermikomposting feses kelinci tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan nitrogen dan fosfor, tetapi berpcngaruh nyata terhadap kandungan kalium pupuk organik kascing. Padat tebar yang beTengaruh nyata terhadap kandungan kalium terscbut adalah 2,00

kglm'l

dan 2,25 kg/m . Namun demikian,

dilihat

dari standar kualitas pupuk organik, semua kascing hasil vermikomposting

ini

layak untuk digunakan scbagai pupuk organik, dengan kandungan nitogen 2,30-2,42%, fosfor 0,36-0,390/0, dan kalium O,93-O~99%. Sehubungan dengan itu, disarankan agar vermikomposting feses kelinci yang melibatkan Lumbricus rubellus dapat menggunakan padat tebar bcrkisar antara 2,00

-2,25 kglm

2•

Daftar Pustaka

Appelhof, M. 1974. Wonn- a safe, Effective Garbage Disposal. Organic Gardening and Farming, 21(8): 65-69.

Appelhof, M., K. Webster and 1. Buckerficld.

1996.

Vermicomposttng in Australia and New Zealand. Biocycle: 37 (6): 63-64

Appelhof, M. 1997.

Worms, Eat My Garbage. Second Edition.

Flower Press.

Kalamazoo. Michigan. USA.

Aranda,

E.)

I. Barios, P. Arellano, S. lrisson, T. Salazar,

J.

Rodrigues and

J.c.

Patrom. 1999. Vermicomposting in the Tropic. In: Earthworm Management in Tropical Agroccosystern. (ed) P. Lavelle, L. Brussaard and P. Hendrix, CAR International Publishing. Oxon.UK.
(8)

Bhattacharya, S.S. and G.N. Chattopadhyay. 2002.zyxwvutsrqponmlkihgfedcbaWVUTSRPONMLIHFECBAIncreasing Bioavailability of Phosphorus from fly ash through vermicomposting, Env. Quality

31(6):2116-2119.

Catalan, G.1. 1981. Earthworm A New Source of Protein. Philippine Earthworm Center. Philippine.

CSIRO. 1979. Composting Making Soil Improver From Rubbish. Discovering Soils. Soil Division. Commonwealth Scientific International Research Organization.

Melbourne. Austral ia.

Dominguez,

J.,

C.A. Edward and S. Subler. ]997.ndaA

A

comparison of Vermicomposting and

Composting.

Biocycle 38: 57-59.

Haimi, G. and V. Huhta. 1986. Capacity of Various Organic Residues to Support Adequate Earthworm Biomass for Vermicomposting. Biol.Fert. Soils; 2(1):

23-27

Hieronymus, Y., 1993. Penggunaan Berbagai Limbah Organik dalam Vermicomposting. Tesis, Program Pascasarjana. Institute Pertanian Bogor.

Bogor.

Lee, K.E. 19S5. Earthworm, Their Ecology and Realitionship willt Soils and Land Use.Academic Press. London.

Maboeta, M.S. and L. Van Rensburg. 2003. Vermicomposting of Industrially Produced Woodchips and Sewage Sludge Utilizing Eisenia foetida. Ecotoxicol

and Envi, Safety 56(2):

265-270

Nancarrow, L. and I.H. Taylor. 1998. The Worm Book. Ten Speed Press. Berkeley. California. USA.

Salundik, 2000. Pengelolaan dan Pengolahan Limbah Peternakan. Fakultas Peternakan, Institute Pertanian Bogor. Boger.

Stoffella, P.J. and B.A. Khan. 2001. Compost Utilization in Horticultural Cropping System. Lewis Publisher. London.

Vigueros, L.C. and E.R. Camperos, 2002. Vermicomposting of &wage Sludge : A New Technology for Mexico. Water Science and Technology. 46(10) :

153-158.

8

Gambar

Tabel 2. Sidik Ragam PengaruhPadat Tebar Lumbricusrubellusterhadapkandunganfosfor pupuk organik kascing.yutsrponmlkhgedbaTSKJFD'.
Tabel 3. Sidik Ragam Pengaruhkalium pupuk organik kascing,

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian antara kedua variabel bebas yaitu Gaya Hidup dan Harga terhadap Keputusan pembelian Peacockoffie diketahui bahwa sumbangan yang diberikan Gaya Hidup dan

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bambang Harsono (2009: 76) menunjuk- kan bahwa pelatihan dan kepuasan kerja ber- pengaruh signifikan terhadap kinerja karya- wan,

Konflik yang terjadi antara nelayan rawai dengan nelayan yang menggunakan jaring batu di perairan Bengkalis dua dekade belakangan ini disebabkan penambahan jumlah

Padahal, beriman secara personal sekaligus komunal adalah bentuk iman Ge- reja yang harus terlibat aktif dalam kancah publik, tidak hanya berkutat pada tindakan karitatif

Ternyata Islam melalui Alquran telah menggariskan bahwa konsep akuntansi yang harus diikuti oleh para pelaku transaksi dan pembuat laporan keuangan adalah

Jika seseorang individu itu terutamanya pensyarah dapat bertindak secara asertif, maka pensyarah akan dapat berkomunikasi dengan rakan sekerja yang lain dengan baik dan sentiasa

Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai tujuan. UKM Garuda Jaya memiliki beberapa fasilitas untuk

Ekstrak Sabut Kelapa (Cocos nucifera) Sebagai Biomordan pada Bahan Tekstil Dengan Pewarna Alami Daun Jati (Tectona grandis L.f).. Ruli Aji Priambudi*, Kendi Timothy Tarigan, dan