• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN UMUM DAN LATAR BELAKANG SOSIAL BUBAYA BENGAN PEMAHAMAN TENTANG PERILAKU WARGA NEGARA YANG BERTANGGUNG JAWAB: Studi Deskriptif-Analitis terhadap Para Mahasiswa IKIP Bandung pada Tahun 1986.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN UMUM DAN LATAR BELAKANG SOSIAL BUBAYA BENGAN PEMAHAMAN TENTANG PERILAKU WARGA NEGARA YANG BERTANGGUNG JAWAB: Studi Deskriptif-Analitis terhadap Para Mahasiswa IKIP Bandung pada Tahun 1986."

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROGRAM

PENDIDIKAN UMUM DAN LATAR BELAKANG SOSIAL BUBAYA

BENGAN PEMAHAMAN TENTANG PERILAKU WARGA NEGARA

YANG BERTANGGUNG JAWAB

( Studi Deskriptif-Analitis terhadap Para Mahasiswa

IKIP Bandung pada Tahun 1986 )

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Program Pasca Sarjana

Bidang Studi Pendidikan Umum

TATI MUZAINI SOBARI

Nomor Pokok ; 498/G/XVI-8

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B A N D U N G

(2)

^^»^M,

PROF. DR. SOEPARDJO ADIKUSUMO Pembimbing

DR. BAMBANG SUWARNO

Pembimbing

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B A N D U N G

(3)

pour mon epoux lili sobari

et (tigs enfants tia caesaria. ardi wibawa.

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

UNGKAPAN RASA TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI viii

DAFTAR BAGAN xii

DAPrAR TABEL xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Masalah yang Diteliti

16

C. Tujuan Penelitian

22

D. Pentingnya Masalah yang Diteliti

2i\

BAB II DESKRIPSI TENTANG PROGRAM MATA KULIAH DASAR UMUM SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM DI PERGURUAN

TINGGI INDONESIA 25

A. Landasan Pemikiran Penyelenggaraan Pen

didikan Umum 25

B. Beberapa Pandangan dalam Pengertian Pen

didikan Umum 28

C. Kurikulum Mata Kuliah Dasar Umum di IKIP

Bandung 29

1. Sistem Pengelolaan 30

2. Bahan Sajian 31

3. Metode Ponyampaian 33

k. Sistem Penilaian 3*+

(5)

ix

BAB III LANDASAN TEORITIS TENTANG MASALAH PERILAKU

WARGA NEGARA YANG BERTANGGUNG JAWAB DAN

FAK-TOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKANNYA. 35

A. Konsep Perilaku Warga Negara yang

Bertang-gung Jawab 35

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terben-tuknya Pemahaman tentang Perilaku Warga

Negara yang Bertanggung Jawab 49

1. Faktor Persepsi if9

2. Faktor Latar Belakang Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Status Sosial

Ekonomi dan Pola Pendidikan Orang Tua. 60

C. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu yang

Berhubungan dengan Masalah yang Diteliti. 71

1. Hasil Penelitian tentang Perilaku War

ga Negara yang Bertanggung Jawab 72

2. Hasil Penelitian tentang Persepsi 75

3. Hasil Penelitian tentang Latar Bela

kang Sosial Budaya 77

3.1. Hasil Penelitian tentang Status

Sosial Ekonomi 78

3.2. Hasil Penelitian tentang Pola Pen

didikan Orang Tua 79

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN 83

A. Disain Penelitian 83

B. Metode Penelitian 84

C. Populasi dan Sampel 86

D. Pembatasan Masalah dan Pertanyaan Peneli

tian 97

E. Tujuan Khusus Penelitian 101

F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 103

G. Penjabaran Konsep-konsep Teoritis, Empiris

(6)

sial Ekonomi Orang Tua (JLBSB/SSE) 117

2. Format A2 : Kuesioner tentang Pola Pendi

dikan Orang Tua (JLBSB/PPOT)

118

3. Format B : Kuesioner tentang Program Ma

ta Kuliah Dasar Umum (PPMKDU) 121

4. Format C : Kuesioner mengenai Pemahaman

tentang Perilaku Warga Negara yang Ber

tanggung Jawab (PPWNB) 122

5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur.... 123

5.1. Uji Validitas Alat Ukur 123

^.2. Uji Reliabilitas Alat Ukur 126

BAB V PELAKSANAAN PENELITIAN, PENGOLAHAN DATA DAN

HASIL PENELITIAN 129

A. Persiapan Pengumpulan Data 129

B. Pelaksanaan Pengumpulan Data 130

C. Pengolahan dan Analisis Data 132

1. Pengujian Asumsi-asumsi Statistik 133

2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 142

D. Hasil-hasil Pengolahan dan Analisis Data... 147

1. Gambaran tentang Keempat Variabel Pene

litian dalam Analisis Univariate 147

1.1. Hasil Analisis Univariate terhadap

Variabel X-j: Status

Sosial Ekonomi

Orang Tua 147

1.2. Hasil Analisis Univariate terhadap

Variabel X2: Pola Pendidikan

Orang

Tua 151

1.3. Hasil Analisis Univariate terhadap Variabel X,:Persepsi Mahasiswa ten

tang Program Mata Kuliah Dasar Umum

(7)

xi

1.4. Hasil Analisis Univariate terhadap

Variabel Y: Pemahaman Mahasiswa ten

tang Perilaku Warga Negara yang Ber

tanggung Jawab

153

2. Hubungan Bivarlate antara pemahaman Maha

siswa tentang Perilaku Warga Negara yang

Bertanggung Jawab dengan

Masing - masing

Variabel yang Mempengaruhinya

155

2.1. Hubungan Bivariate antara

Pemahaman

Mahasiswa tentang Perilaku Warga Ne

gara yang Bertanggung Jawab (Y)

de

ngan Status Sosial Ekonomi Orang Tua

(X,)

156

2.2.

Hubungan Bivariate

antara Pemahaman

Mahasiswa tentang Perilaku Warga Ne

gara yang Bertanggung Jawab (Y)

de

ngan Pola Pendidikan Orang Tua (X2).

161

2.3. Hubungan Bivariate

antara Pemahaman

Mahasiswa tentang Perilaku Warga Ne

gara yang Bertanggung Jawab (Y)

de

ngan Persepsi Mahasiswa tentang Prog

ram Mata Kuliah Dasar Umum/MKDU (X,) 167

3. Hubungan

Multivariate

antara Pemahaman

Mahasiswa tentang Perilaku Warga Negara

yang Bertanggung

Jawab

dengan

Berbagai

Variabel yang Mempengaruhinya

173

BAB VI DISKUSI, KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN

PENELITIAN

186

A. Diskusi Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Sumber Data Penelitian 186 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman

Mahasiswa tentang Perilaku Warga Negara

Negara yang Bertanggung Jawab

187

3. Model Penelitian Usulan

192

4. Pembuktian Hipotesis Penelitian

'93

B. Kesimpulan

195

C. Implikasi Penelitian

197

D. Keterbataean Penelitian 216

DAFTAR PUSTAKA 218

(8)

Bagan Halaman

1. Model Pengajaran tentang Kewargaan Negara 13

2. Paradigma Penelitian 23

3. Perbandingan antara Pendidikan Spesialisasi dan

Pendidikan Umum 27

4. Gambaran

Konseptual tentang Perilaku Warga Ne

gara yang Bertanggung Jawab 48

5. Gambaran

Konseptual

tentang persepsi

50

6. Gambaran

Konseptual . tentang Latar Belakang So

sial Budaya yang Berhubungan dengan Status Sosi

al Ekonomi dan Pola Pendidikan Orang Tua 70 7. Rangka Acuan Studi (Literary Review) 82

8. Model Hubungan Antar Variabel dan Sub Variabel

Penelitian 102

9. Gambaran Visual Hasil-hasil Penelitian 185

10. Model Penelitian Usulan 192

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perhitungan Sumber Data Uji-Coba 89

2. Gambaran Penyebaran Sumber Data Penelitian dari

Enam Fakultas IKIP Bandung (Mahasiswa Program S,

Angkatan Tahun 1983/1984) 90

3. Besar Sampel Minimal untuk masing-masing Varia

bel Penelitian 96

4. Variabel Dependen Y : Penjabaran Konsep - konsep

Teoritis, Empiris dan Analitis 108

5. Variabel Independen X. :Penjabaran Konsep-konsep

Teoritis, Empiris dan Analitis Ill

6. Variabel Independen X2 :Penjabaran Konsep-konsep

Teoritis, Empiris dan Analitis 114

7. Variabel Independen X, :Penjabaran Konsep-konsep

Teoritis, Empiris dan^Analitis

115

8. Jumlah Item Terpilih dari Setiap Instrumen

Pe-ngumpul Data Hasil Uji Validitas 125

9. Hasil Uji Reliabilitas Setiap Instrumen

Pengum-pul Data 128

10. Normalitas Distribusi Frekuensi Skor Setiap Va

riabel dan Sub Variabel Penelitian 134

11. Homogenitas Varians Skor Setiap Variabel dan Sub

Variabel Penelitian pada Kelompok Mahasiswa Pria

dan Wanita. 135

12. Homogenitas Varians Skor Setiap Variabel dan Sub

Variabel Penelitian pada Kelompok Mahasiswa An

tar Fakultas 137

13. Tingkat Pendidikan Orang Tua Mahasiswa 148

14. Tingkat Pekerjaan Orang Tua Mahasiswa 149

15. Besar Penghasilan Orang Tua Rata-rata per Bulan. 150

16. Status Sosial Ekonomi Orang Tua Mahasiswa 151

(10)

Tabel Halaman

17. Pola Pendidikan Orang Tua Mahasiswa 152

18. Persepsi Mahasiswa tentang Program Mata Kuliah

Dasar Umum/MKDU 153

19. Pemahaman Mahasiswa tentang Perilaku Warga Nega

ra yang Bertanggung Jawab 154

20. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab

(Y) dengan Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1)..

160

21. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab

(Y) dengan Tipe Sikap Memiliki U2a)

162

22. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab

(Y) dengan Tipe Sikap Menguasai (X2b)

164

23. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten

tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab

(Y) dengan Tipe Sikap Demokratis (X2 )

166

24. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab

(1) dengan Persepsi Mahasiswa tentang Program MKDU

(X3)

168

25. Rekapitulasi Koefisien Somers's D (Asymmetric)

Hasil Tabulasi Silang dalam Korelasi X terhadap Y, Tanpa dan Dengan Dikontrol oleh Variabel X

Lainnya 171

26. Skor Rata-rata (Unadjusted) Pemahaman Mahasiswa

tentang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab Dilihat dari Tiga Variabel yang Mempenga

ruhinya 174

27. Regresi Variabel Dummy, Koefisien MCA, dan Angka Rata-rata (Adjusted) untuk Skor Pemahaman Maha

siswa tentang Perilaku Warga Negara yang Bertang gung Jawab, Dilihat dari Tiga Variabel

Indepen-dennya 180

28. Regresi Variabel Dummy, Koefisien MCA, dan Angka

Rata-rata (Adjusted) untuk Skor Pemahaman Maha

siswa tentang Perilaku Warga Negara yang Bertang

gung Jawab, Dilihat dari Dua Variabel

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu dan teknologi yang berkembang dengan cepat

de-wasa ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pola

kehidupan manusia secara pribadi, maupun terhadap

kehidup-an masyarakat. Berbagai perubahkehidup-an ykehidup-ang terjadi berpengaruh

pula terhadap sistem nilai dan budaya bangsa, yang

seljutnya berpengaruh pada tata-hubungan antar manusia dan

an-tarbangsa. Serentak dengan laju pembangunan, terjadilah

dinamika masyarakat sebagai salah satu dampak pembangunan.

Terjadilah perubahan sikap tentang nilai-nilai budaya yang

sudah ada. Hal ini menimbulkan pula terjadinya pergeseran

sistem nilai budaya yang membawa perubahan pada interaksi

manusia dalam masyarakatnya dan antara bangsa - bangsa yang

ada di dunia ini.

Telah diakui secara umum bahwa kebudayaan merupakan

unsur penting dalam proses pembangunan

suatu bangsa.

Hal

ini menjadi sangat utama bagi negara Indonesia yang sedang

berusaha menciptakan kondisi hidup masyarakatnya yang

le-bih baik dalam wujud masyarakat adil dan makmur

merata,ma-teriil dan spirituil berdasarkan Pancasila. Adapun

pemba-hasan tentang kebudayaan tidak dapat terlepas dari

keter-kaitannya dengan pendidikan. Eratnya hubungan antara kebu

(12)

Pendidikan berlangsung dalam suatu iklim budaya,bah

kan tak terlepas dari matriks kebudayaan

yang

menjadi

bumi persemaian identitas bangsa. Sedangkan kebudayaan memerlukan usaha pelestarian melalui pendidikan yang

me-nyadarkan kepentingan perservasi nilai-nilai budaya yang

turun-temurun. Pendidikan tanpa orientasi budaya akan

gersang dari nilai - nilai luhur, sedangkan kebudayaan

tanpa pendukung-pendukung yang sadar dan terdidik akhir nya akan memudar sebagai sumber nilai dan akhirnya si-lam dasi-lam perjalanan sejarah.

Dari rumusan di atas dapatlah dikatakan, bahwa pen

didikan di Indonesia tentunya juga berusaha memberikan

pe-luang untuk pemilikan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

berbagai kemahiran lainnya, akan tetapi tidak mungkin upa

ya itu mengabaikan keharusan untuk bertujuan membangun

ke-pribadian Indonesia seutuhnya, yang merupakan ciri

keber-hasilan pembangunan nasional.

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional terse

but, perguruan tinggi sebagai lembaga formal

tertinggi di

Indonesia liarus mampu berperan

dan

memberikan

sumbangan

•yang positif,di samping membentuk manusia yang memiliki

sikap dan kompetensi keilmuan. Kebutuhan akan adanya prog

ram pendidikan tinggi tersebut terungkap dari Dasar Kebi-jaksanaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan , yang

tercan-tum dalam Program Kurikulum Perguruan TinggitNo.Skep.0140/

U/1975 :

... pendidikan tinggi hendaknya menghasilkan

tenaga

ahli sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia yang

dinya-takan dalam Pembukaan UUD145«Selain daripada itu

(13)

3

budaya yang harus

hidup

dan

kemampuan mengembangkan

perspekxif kebudayaan yang memberi wadah dan mengisi se

cara khas kepribadian bangsa yang dinamis.

Selanjutnya digariskan dalam kebijaksanaan tersebut :

...tanggung jawab utama pendidikan tinggi dan lemba

ga - lembaga pendidikan adalah mengembangkan kemampuan serta kecakapan dalam diri mahasiswa serta masyarakat luas untuk mampu berpikir dengan berorientasi kepada ke-pentingan bangsa serta kemanusiaan, baik pada waktu se-karang maupun pada masa-masa yang akan datang, dengan

menggunakan pola-pola yang obyektif, dan analitis, yang dapat menghasilkan persepsi serta konsepsi yang tepat.

Rumusan-rumusan di atas pada dasarnya sejalan dengan

Dasar dan Tujuan Pendidikan Nasional. yang dicantumkan

dalam GBHN sesuai dengan Tap. MPR No. IV/MPR/1983 sebagai

berikut :

Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan

untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi

pe-kerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat

kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan

bangsa.

Namun demikian, Tujuan Pendidikan Nasional seperti

dikemukakan di atas, tidak mungkin tercapai hanya melalui

pembekalan peserta didik dengan pengetahuan atau teknologi

yang dapat menjadikannya sebagai seorang ahli belaka. la di-harapkan pula sebagai pemeluk agama yang baik, warga nega

ra yang sadar dan berdisiplin, anggota keluarga yang

baha-gia, individu yang mampu mengembangkan diri, dan membangun

lingkungan hidupnya, baik itu lingkungan alamiah maupun

lingkungan alam. Hal ini menjadi lebih utama lagi

kepenting-annya mengingat berbagai kondisi lingkungan sebagaimana di

(14)

Dewasa ini kita dihadapkan kepada tiga masalah yang saling berkaitan yaitu :

1) Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas

beberapa suku bangsa, dengan latar belakang sosio-budaya yang beraneka ragam. Kemajuan masyarakat ter sebut tercermin dalam berbagai aspek kehidupan...

2) Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat.

Perubahan itu berupa terjadinya pergeseran sistem ni lai budaya, penyikapan anggota masyarakat terhadap

nilai-nilai budaya...

3) Kemajuan dalam bidang teknologi dan komunikasi masa, transportasi, membawa pengaruh terhadap intensitas kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan da ri luar. Khusus dengan terjadinya kontak budaya de ngan kebudayaan asing itu bukan hanya intensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya ber-langsung dengan cepat dan luas jangkauannya.

Dari uraian di atas tampak bahwa kondisi lingkungan

mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tercapainya tujuan program perguruan tinggi dalam rangka peran -

serta-nya terhadap pelaksanaan pembangunan nasional.

Kondisi lingkungan ini berpengaruh pula terhadap ma

hasiswa selaku peserta didik perguruan tinggi. Hal ini

di-karenakan kepada merekalah antara lain dibebankan

penca-paian tujuan lembaga tersebut,

yang

ditunjukkan

melalui

kompetensi-kompetensi yang berhasil diperolehnya.

Berkenaan dengan hal ini James S. Coleman (1965: 95)

mengemukakan rumusan Fischer tentang fungsi perguruan ting

gi yang penting sekali artinya terhadap kedudukan dan

pe-ranan mahasiswa, yaitu perubahan (change), mobilitas ,

so-sialisasi, akulturasi dan pembentukan golongan elite. Li

ma fungsi perguruan tinggi

itu menurut Fischer

khususnya

(15)

Di samping kelima fungsi itu,di Indonesia sering

di-dengung-dengungkan bahwa mahasiswa selaku satu komponen

generasi muda menanggung beban sebagai generasi penerus,

yaitu generasi yang kelak akan meneruskan membangun negara

ini. Lebih dari komponen-komponen pemuda lainnya, mahasis

wa dianggap sebagai komponen yang lebih terdidik dan

ter-pelajar. M. Weiner (1966 : Ch.VI), mengemukakan,karena

pen-didikannya ini, maka mahasiswa seharusnya menjadi kreatif,

imajinatif dan mereka diharapkan mempunyai pelibatan diri

yang lebih besar dalam masalah-masalah kemasyarakatan.

Besarnya tuntutan yang dikenakan terhadap para maha

siswa serta kondisi lingkungan yang kurang mendukung,

tam-paknya merupakan faktor-faktor psikologis yang harus

diha-dapi oleh mahasiswa Indonesia.

Dan tentang kondisi lingkungan yang kurang mendukung

ini, apabila M. Habib Mustopo di atas mengambil titik -

to-lak dari bentuk masyarakat Indonesia yang pluralistik ser

ta dari segi pengaruh kemajuan

ilmu

dan

teknologi, maka

Koentjaraningrat lebih menitikberatkan pada si fat-si fat ke-lemahan yang telah membudaya pada masyarakat Indonesia. Ciri-ciri mental negatif tersebut diidentifikasikan oleh

Koentjaraningrat (1984 : 45) sebagai berikut : "(1)

Sifat

mentalitas yang meremehkan mutu; (2) Sifat mentalitas yang

suka menerabas; (3) Sifat tak percaya

pada

diri sendiri;

(4) Sifat tak berdisiplin murni; dan (5) Sifat

mentalitas

(16)

maka dikhawatirkan akan timbulnya kecenderungan -

kecende-rungan pada mahasiswa sebagai berikut: (1)

belajar

atau

studi semata-mata untuk lulus; (2) mempelajari bahan -

ba-han studi dengan ruang lingkup yang sesempit mungkin; (3)

kurangnya daya kreasi dan inovasi; (4) kurangnya kemampu

an mengambil inisiatif yang mempunyai akibat positif un

tuk masa depan; (5) cepat-cepat menyelesaikan studi tanpa

memperhatikan mutu.

Kekhawatiran akan timbulnya kecenderungan - kecende

rungan negatif demikian, sering sekali menjadi dasar

pe-mikiran pengarahan-pengarahan yang dikemukakan oleh para

pengelola pendidikan di Indonesia. Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan (1986 : 4), pada tanggal 12 Januari

1986, di

antaranya mengemukakan sebagai berikut ini.

... upaya pendidikan adalah ikhtiar upaya untuk mem berikan kesempatan "to have" serta memantapkan kesadar-an "to be". Pendidikkesadar-an di Indonesia tentunya juga ber usaha memberikan peluang untuk pemilikan ilmu pengeta

huan dan teknologi serta berbagai kemahiran lainnya,

dan tetapi tidak mungkin upaya itu mengabaikan keha-rusan untuk bertujuan membangun kepribadian Indonesia seutuhnya. Segala pemilikan itu tidak lain adalah "per-panjangan" dari suatu pusat yang sadar akan diri

pri-badinya "to be Indonesian".

Tarnpak jelas bahwa pendidikan sangat diandalkan un

tuk dapat membantu terbentuknya ketahanan nasional, yang

diwujudkan di lembaga perguruan tinggi dengan memberikan

pembekalan pada mahasiswa suatu pendidikan yang dapat

(17)

7

kompetensi kemasyarakatan .

Adapun program pendidikan di lembaga perguruan ting

gi yang diandalkan untuk membentuk kompetensi pribadi dan

kemasyarakatan adalah program Pendidikan Umum, yang mata

kuliahnya disebut Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU).

Diandalkannya program Pendidikan Umum atau MKDU di

perguruan tinggi untuk dapat mencapai kebutuhan - kebutuhan

yang telah diterakan di atas, sangatlah beralasan, teruta-ma dalam hubungan dengan peranannya bagi pembentukan pri

badi mahasiswa, yaitu sebagaimana yang dikemukakan oleh

Di-rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Dep. P dan K (1983:6),

sebagai berikut ini.

Mendidik manusia Indonesia sesuai dengan tujuan pem bangunan Bangsa Indonesia serta berdasarkan tujuan Pen didikan Nasional Indonesia..., tidak mungkin melalui pembekalan peserta-didik dengan ilmu pengetahuan atau teknologi atau seni yang mereka perlukan dalam

kehidup-an pribadi dkehidup-an masyarakatnya kelak. Hidup dkehidup-an perkehidup-an se-seorang dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

jauh lebih paripurna sifatnya dari sekedar manusia

ber-ilmu, terampil, atau ahli belaka. Mereka diharapkan se

bagai pemeluk agama yang baik, warga negara yang sadar, dan berdisiplin, anggota keluarga yang bahagia,individu

yang mampu mengembangkan diri dan membangun lingkungan

hidupnya, baik itu lingkungan alamiah maupun lingkungan alam. Landasan ideal yang dikutip di atas meyakinkan dan

memberi petunjuk para pengembang kurikulum pendidikan

tinggi, untuk merancangkan program pendidikan di pergu

ruan tinggi yang lebih menjawab tuntutan harapan GBHN

dan KDPPT yang telah disepakati bersama. Benar

kiranya

ungkapan "a well educated man becomes

not

necessarily

a cultured man". Oleh karena itu untuk menguasai

kebu

dayaan secara kuat adalah

melalui .penguasaan

program

Pendidikan Dasar Umum yang merupakan

unsur

formal dan

menentukan sifatnya dalam anatomi

kurikulum

perguruan

tinggi Indonesia.

Dari rumusan di atas tampak betapa pentingnya

(18)

dalam upaya agar mahasiswa memiliki penguasaan kebudayaan

secara kuat, dan mengingat pula kenyataan meningkatnya ke

majuan ilmu dan teknologi dewasa ini, yang mempengaruhi

masyarakat untuk berkembang semakin cepat dan rumit. Peru

bahan ini mengakibatkan timbulnya pergeseran nilai - nilai bagi masyarakat Indonesia, termasuk di antaranya pada ma

hasiswa. Dalam pergeseran nilai-nilai ini, selalu terdapat

kemungkinan para mahasiswa menjadi masa bodoh atau putus

asa, suatu sikap yang tidak selayaknya dimiliki oleh

se-orang terpelajar. Bagaimanapun juga mahasiswa adalah se-

orang-orang muda yang sedang mempelajari cara memberikan

tanggap-an dtanggap-an penilaitanggap-an terhadap apa yang terjadi atas dirinya

sendiri dan masyarakat sekitarnya. Sudah barang tentu ia

perlu dibimbing untuk menemukan cara

terbaik

yang sesuai

dengan dirinya sendiri tanpa harus mengorbankan masyarakat

sekitarnya.

Secara langsung maupun tidak langsung program Pendi

dikan Umum di perguruan tinggi dibebani tugas dan

tanggung-jawab yang besar untuk dapat mewujudkan perilaku yang

di-harapkan tersebut. Terlebih-lebih bagi perguruan tinggi

se-perti IKIP Bandung, tugas dan tanggungjawab tersebut men

jadi lebih utama lagi, sesuai dengan peranan IKIP itu sen

diri dalam pengembangan dan pembinaan

lembaga

pendidikan

sebagai pusat kebudayaan , sebagaimana dikemukakan oleh

Darji Darmodiharjo (1981 : 11), sebagai berikut ini.

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP),

seba

gai suatu lembaga pendidikan tenaga kependidikan,

(19)

kemampuan bagi berbagai jenis tenaga kependidikan

ter-utama guru. Tenaga kependidikan yang dihasilkannya

di-harapkan mampu mengembangkan dan membina pendidikan se cara keseluruhan... Dalam melaksanakan peranan dan

tu-gasnya itu IKIP harus selalu tanggap terhadap

pembaha-ruan, perubahan, dan upaya-upaya lain yang diarahkan ke

pada peningkatan mutu

pendidikan ... Salah

satu upaya

untuk meningkatkan mutu pendidikan ke arah terwujudnya

manusia seutuhnya melalui lembaga pendidikan formal

ia-lah upaya pengembangan dan pembinaan sekoia-lah sebagai

pu-sat kebudayaan.

Dari uraian di atas tampak peranan IKIP sebagai Lem

baga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah

mempersi-apkan tenaga kependidikan, yaitu mahasiswa sebagai calon

guru, yang memiliki kemampuan-kemampuan memadai untuk me

laksanakan peranan dan tugasnya.

Adapun jenis kemampuan yang telah dituangkan ke da

lam kurikulum lembaga perguruan tinggi, termasuk IKIP, yang

dibebankan kepada program Pendidikan Umum atau MKDU untuk

dapat dicapai, tertera pada rumusan tujuan program

Pendi

dikan Umum dalam Kurikulum Inti MKDU (1983 : vii-viii) se

bagai berikut ini.

Secara spesifik program Mata Kuliah Dasar Umum

ber-tujuan menghasilkan warga negara sarjana yang

berkuali-fikasi sebagai berikut :

a. berjiwa Pancasila sehingga segala keputusan serta tindakannya mencerminkan pengamalan nilai-nilai Pan

casila dan memiliki integritas kepribadian yang ting

gi mendahulukan kepentingan nasional dan kemanusiaan

sebagai sarjana Indonesia;

b. taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap dan

ber-tindak sesuai dengan ajaran agamanya,

dan

memiliki

tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain;

c. memiliki wawasan komprehensif dan

pendekatan

inte

gral di dalam menyikapi permasalahan kehidupan, baik

sosial, ekonomi, politik, pertahanan keamanan maupun

kebudayaan;

d. memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan

(20)

serta meningkatkan kualitasnya maupun tentang ling kungan alamiah dan secara bersama-sama berperan ser

ta di dalam pelestariannya.

Dari berbagai kemampuan yang telah dituangkan dalam

kurikulum perguruan tinggi tersebut di atas, termasuk pu

la dalam kurikulum IKIP Bandung, melalui program Pendidik

an Umum yang diandalkan sebagai sarana pencapaiannya,

tam-pak bahwa mahasiswa yang telah mengikuti MKDU, sebenarnya

telah dapat diharapkan untuk memiliki pemahaman tentang pe

rilaku warga negara yang bertanggung jawab, yang merupakan

pembekalan penting dalam rangka melaksanakan tugas dan

peranannya sebagai guru. Namun demikian, beberapa hal yang

patut dipertanyakan adalah :

1. Apakah dalam pelaksanaan program kurikulum

itu,kemampu-an-kemampuan yang telah dijabarkan telah benar - benar dikembangkan secara memadai ?

2. Apakah dalam pelaksanaannya, kemampuan-kemapuan itu te

lah benar-benar terukur sehingga terjamin penguasaannya

oleh mahasiswa ?

Kedua pertanyaan di atas pada dasarnya menunjuk pada

kejelasan tujuan pendidikan. Sebagian besar dari

permasa-lahan yang harus dihadapi oleh perguruan tinggi,dalam

upa-yanya meningkatkan hasil belajar para mahasiswa,

bertitik-tolak dari ketidakjelasan isi tujuan yang

ingin

dicapai.

Sedangkan tujuan ini erat kaitannya dengan isi

pembekalan

(21)

11

oleh McKenzie, et al.(1972:101) bahwa upaya pendidikan dalam

membuat kejelasan isi tujuan ini, jarang diperhitungkan

secara sistematis, dan implikasi-implikasinya sering

se-kali tidak dapat dimengerti.

Ketidakjelasan penetapan tujuan lebih tampak lagi

pada jenis program ilmu-ilmu sosial, yang bersifat

seba

gai pengajaran afektif seperti program Pendidikan Umum

atau MKDU ini. Adapun pentingnya program tersebut dapat

disimak dari kutipan ini (Dep. P dan K, 1983 : 8).

... Pendidikan Umum di Perguruan Tinggi bertujuan

mempersiapkan mahasiswa agar dalam memasuki kehidupan

masyarakat, mereka dapat mengembangkan kehidupan pri badi yang memuaskan, menjadi anggota keluarga yang ba-hagia, menjadi warga negara yang bertanggung jawab da

ri Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan falsafah Pancasila.

Rumusan di atas menyebutkan bahwa salah satu tujuan

program MKDU adalah membentuk perilaku mahasiswa menjadi

warga negara yang bertanggung jawab. Namun isi sebuah tu

juan inipun telah sangat luas, oleh karena memberi

pelu-ang penaf6iran dari berbagai sudut lainnya. Contoh yang dikemukakan oleh Numan Somantri (1976 : 28), yaitu "...

mendidik warga negara yang baik, ...dapat dilukiskan de

ngan "warga negara yang patriotik, toleran, loyal terha

dap bangsa dan negara, beragama, demokratis...",

meraper-lihatkan bahwa kekaburan dari sebuah konsep akan lebih

su-lit lagi apabila konsep tersebut

dikomunikasikan

dengan

konsep-konsep lain yang juga sifatnya sangat umum . Numan

(22)

mengemukakan bahwa dalam ilmu-ilmu sosial, "two different

names are unknowingly being used for the same thing or the some words is being applied to two different phenomena"

(Numan Somantri, 1976 : 74).

Terlalu luasnya isi tujuan pengajaran afektif demi

kian menyebabkan sulitnya dilakukan evaluasi terhadap

ke-berhasilannya. McKenzie, dkk. (1972 : 10) mengatakan bahwa

penggunaan bahasa untuk merumuskan sebuah tujuan (objec

tive) , seharusnya lebih operasional daripada perumusan se

buah cita-cita (aim). Cita-cita adalah jawaban terhadap

pertanyaan mengapa suatu topik diajarkan, sedangkan tujuan adalah jawaban terhadap pertanyaan tentang apa yang akan

dicapai apabila topik itu telah diajarkan. Dengan demikian

instrumen penilaian hanya dapat bersumber dari tujuan, ti

dak dapat secara langsung bersumber dari cita-cita.

Di samping terlalu luasnya isi tujuan pengajaran da

lam rangka pembentukan perilaku mahasiswa agar dapat men

jadi warga negara yang bertanggung jawab ini,persoalan

la-innya adalah yang berkenaan dengan bahan pengajaran itu sendiri. Sebagaimana diketahui, pembekalan yang disajikan

agar dapat terbentuk perilaku yang diharapkan

tersebut,ti-daklah disajikan secara khusus dalam mata kuliah kewargaan

negara, akan tetapi secara implisit atau terpadu dalam ba

han mata kuliah Pendidikan Umum atau MKDU. Untuk hasil

be-lajar yang pencapaiannya diperoleh melalui perpaduan

con

(23)

13

menyebutnya sebagai "dampak penyerta" atau "dampak

pengi-ring" (nurturant effects), yaitu hasil belajar yang

diha-rapkan terbentuk, di samping yang merupakan dampak

in-struksional langsung dari hasil belajar content dan skills

akademis yang disajikan. Mereka (1980 : 16-18)

mengemuka-kan hal tersebut sebagai berikut :

The effects of an environment can be dirbct— design

ed to come from the content and skills on which the

activities are based. Or, effects can be implicit in the learning environment... the description of the ef fects of models can validly be categorized as the direct or instructional effects and the indirect or nurturant

effects.

Dikatakan juga bahwa hasil belajar berbentuk

ke-warganegaraan aktif (active citizenship). dan

kesepakat-an terhadap demokrasi (commitment to democracy),misalnya.

dapat diperoleh secara tidak langsung dari bentuk penga

jaran yang didasari oleh content dan skills tentang hal

democratic, dengan menetapkan academic content dan demo

cratic process skills sebagai dampak instruksionalnya, yaitu sebagaimana tampak dalam Bagan 1 berikut ini.

Instructional

Nurturant

Academic Content

Democratic Process

Skills

Commitment

to Democracy

Active Citizenship

Bagan 1. Model Pengajaran tentang Kewargaan Negara

(24)

Berdasarkan uraian di atas, maka hasil belajar yang

ditetapkan sebagai salah satu tujuan program MKDU di per

guruan tinggi, yaitu terbentuknya perilaku agar dapat men

jadi warga negara yang bertanggung jawab, yang menjadi to

pik penelitian ini, serta yang masih merupakan konsep te

oritis, akan dijabarkan dalam konsep

empirisnya

menjadi

pemahaman tentang perilaku warga negara yang

bertanggung

jawab.

Pemahaman ini terbentuk sebagai dampak pengiring dari

hasil belajar yang secara langsung diperoleh melalui se

tiap mata kuliah MKDU.

Tercapai tidaknya hasil belajar yang

diharapkan,ter-utama yang merupakan pemahaman tentang perilaku warga ne

gara yang bertanggung jawab demikian, sangat dipengaruhi

oleh berbagai faktor . Berkenaan dengan hal ini Numan

Somantri antara lain mengemukakan bahwa hal tersebut da

pat terbentuk "dari pendidikan di rumah dan pendidikan di

luar kelas sekolah" (1976 : 48).

Dan sependapat dengan rumusan ini, B. Frank Brown (1977:

6) menyatakan :

... the entire responsibility for civic education

cannot be fostered on the schools. Other institutions: local, state, and federal governments, along with the television medium have a major role to play in the reconceptualization of education for responsible cit izenship.

Kedua rumusan di atas

menunjukkan

berbagai faktor

(25)

15

sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Namun sesuai

dengan ruang lingkup penelitian ini,

yang

terbatas

pada

pengkajian faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan

dari hasil belajar formal di sekolah melalui program Pen

didikan Umum atau MKDU, maka penentuan faktor-faktor yang

diperkirakan mempunyai hubungan demikian akan dicari dari

faktor pada diri mahasiswa itu sendiri.

Faktor internal yang dimaksud adalah persepsi maha

siswa tentang program Pendidikan Umum atau MKDU. Persepsi

mahasiswa tentang program tersebut akan mempengaruhi

tin-dakan-tindakan dan keputusan-keputusan dalam mengikuti

per-kuliahan MKDU. Hal ini akan tercermin pada hasil

belajar-nya, dalam hal ini berbentuk pemahaman tentang perilaku

warga negara yang bertanggung jawab.

Di sampi^g itu terdapat pula faktor eksternal yang

diramalkan mempengaruhi hasil belajar yang diharapkan itu.

Latar belakang sosial-budaya, khususnya status sosial eko

nomi dan pola pendidikan orang tua, diperkirakan akan mem

pengaruhi sikap, minat, dan perilaku serta gaya hidup

se-seorang di dalam lingkungan sosialnya, yaitu di dalam

meng-hadapi berbagai situasi kehidupan yang dihayatinya. Dalam

penelitian ini situasi kehidupan yang harus dihadapi

oleh

para mahasiswa IKIP Bandung adalah program pembangunan ma

nusia Indonesia seutuhnya.

Latar belakang sosial budaya yang dimiliki oleh para

(26)

serta pemahaman mereka tentang perilaku warga negara yang

bertanggung jawab, yang merupakan ciri keikutsertaan mere

ka dalam program pembangunan tersebut.

Berdasarkan gejala ini dapat disimpulkan tepat

tidak-nya persepsi mahasiswa tentang program Pendidikan Umum,

tinggi rendahnya latar belakang sosial ekonomi, baik

bu-ruknya pola pendidikan orang tua, seluruhnya akan mempenga

ruhi tercapainya perilaku yang diharapkan.

B. Masalah yang Diteliti

Program Pendidikan Umum di IKIP Bandung, yang mata

kuliahnya disebut Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU),

keberha-silannya ditandai dengan dimilikinya kepekaan terhadap ma salah sosial-budaya oleh para mahasiswa. Tingginya pema

haman mahasiswa tentang perilaku warga negara yang bertang

gung jawab merupakan salah satu indikator yang penting da

lam menilai kepekaan terhadap masalah sosial - budaya itu

dan merupakan faktor yang penting untuk menentukan

keber-hasilan program.

Pemahaman mahasiswa tentang perilaku warga negara

yang bertanggung jawab dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada pada dirinya dan yang terdapat di luar dirinya, antara

lain oleh kebutuhan-kebutuhannya, tujuan-tujuannya, kondi

si dan latar belakang kehidupannya. Atau dengan perkataan

lain, pemahaman mahasiswa tentang perilaku warga negara

(27)

17

persepsi dirinya tentang program Pendidikan Umum, dan de

ngan latar belakang sosial-budayanya, dalam hal ini status

sosial ekonomi dan pola pendidikan orang tua.

Penelitian ini dipusatkan kepada masalah yang

diru-muskan dalam pertanyaan pokok sebagai berikut: "Sejauh

ma-nakah kualitas persepsi mahasiswa tentang program Pendi

dikan Umum yang telah diikutinya. dan kualitas

status so

sial ekonomi orang tua, serta kualitas pola pendidikan

orang tua, berkontribusi terhadap pemahaman mahasiswa ten

tang perilaku warga negara yang bertanggung ,iawab ?".

Berdasarkan rumusan masalah

penelitian

tersebut di

atas, dapatlah dikemukakan variabel-variabel sebagai beri

kut :

(1) Variabel pemahaman tentang perilaku warga negara yang

•bertanggung jawab sebagai variabel tak bebas atau

ter-ikat, atau variabel terpengaruh, atau disebut juga se

bagai variabel dependen (dependent variable);

(2) Variabel persepsi sebagai variabel pengaruh atau vari

abel independen (independent variable);

(3) Latar belakang sosial budaya, yang di sini diwakili

oleh dua variabel, yaitu variabel status sosial ekono

mi orang tua dan variabel pola pendidikan orang tua, masing-masing merupakan variabel independen.

1. Variabel Pemahaman tentang Perilaku Warga Negara yang

(28)

Pemahaman mahasiswa tentang perilaku warga negara

yang bertanggung jav/ab, merupakan salah satu hasil belajar yang diandalkan sarana pencapaiannya melalui program Pen

didikan Umum atau MKDU. Hal ini tertuang dengan jelas da

lam penetapan tujuan Pendidikan Umum di perguruan tinggi,

sebagaimana telah diutarakan dalam uraian di muka, yaitu

untuk mempersiapkan mahasiswa agar dalam memasuki kehi

dupan masyarakat, mereka dapat menjadi warga

negara yang

bertanggung jawab.

Penekanan akan pentingnya pemahaman tentang perila

ku warga negara yang bertanggung jawab tersebut , sejalan

dengan upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Bangsa Indone

sia dan berdasarkan Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia, yaitu pembentukan manusia seutuhnya. Disadari bahwa

men-didik mahasiswa sesuai dengan tujuan-tujuan di atas,

bu-kan semata-mata untuk pemilibu-kan ilmu pengetahuan,dan tek

nologi serta berbagai kemahiran lainnya sebagai kompeten

si profesional. "Hidup dan peran seseorang dalam

bermasya-rakat, berbangsa dan bernegara jauh lebih paripurna si fatnya dari sekedar manusia berilmu, terampil atau ahli

belaka" (Dep. P dan K, 1983 : 6).

Pemahaman tentang perilaku warga negara yang ber

tanggung jawab dalam penelitian ini ditandai oleh penge

tahuan mahasiswa terhadap berbagai hal yang menyangkut pemerintahan dan program-program pemerintah, serta oleh

(29)

19

kepentingan umum. Tinggi rendahnya pemahaman tersebut,di

pengaruhi, baik oleh faktor-faktor yang berasal dari diri

mahasiswa itu sendiri (faktor kepribadian),

maupun

oleh

faktor-faktor yang berasal dari luar pribadinya.

Bertitik-tolak dari pemikiran tersebut di atas, maka

pemahaman mahasiswa tentang perilaku warga negara yang

bertanggung jawab adalah variabel tergantung atau terikat

atau tak bebas, atau variabel dependen (dependent - vari

able) , yang berarti dapat dipengaruhi atau mempunyai

kaitan dengan variabel lain, dalam hal ini variabel per

sepsi dan variabel status sosial ekonomi serta variabel

pola pendidikan orang tua.

2. Variabel Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek kepribadian yang

penting. Banyak ahli yang telah mengemukakan pentingnya

peranan persepsi seseorang. Orang - orang yang berlainan

melihat obyek-obyek yang sama pada waktu yang bersamaan,

tetapi dengan persepsi yang berbeda mungkin akan melihat hal yang berbeda. Mar'at (1984 : 22) mengemukakan bahwa "persepsi ini dipengaruhi oleh faktor - faktor pengalaman,

proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya". Dalam arti

yang serupa, Basset dan Smythe (1979 : 51) merumuskan bah

wa persepsi adalah proses penerimaan dan pe.-iberian arti pada stimulus yang datang, atau dengan kata lain adalah

cara-cara seseorang memperlakukan informasi yang masuk .

(30)

dapat membantu untuk memahami perbedaan-perbedaan

pandang-an ypandang-ang timbul di pandang-antara mpandang-anusia.

Persepsi mahasiswa tentang program Pendidikan Umum

atau MKDU, ditampilkan dalam penelitian ini

sebagai salah

satu variabel yang mempengaruhi terbentuknya pemahaman

tentang perilaku warga negara yang bertanggung jawab. Hal

ini dikarenakan bentuk pemahaman itu diandalkan

pencapai-annya di perguruan tinggi, termasuk IKIP Bandung, melalui

program Pendidikan Umum atau MKDU.

Persepsi yang tepat dari para mahasiswa tentang

program Pendidikan Umum yang diselenggarakan, memberikan

pengaruh yang baik pula terhadap hasil belajar yang

diha-rapkan dari MKDU itu.

Atas dasar pemikiran di atas, maka variabel persep

si mahasiswa tentang program Pendidikan Umum atau MKDU

dalam penelitian ini dipandang sebagai variabel indepen

den (independent variable) yang dapat mempengaruhi varia

bel lain.

3. Variabel Status Sosial Ekonomi

Masyarakat memiliki keragaman anggotanya berdasar-kan latar belakang sosial ekonomi. Di dalam masyarakat

terjadi atau terdapat pengelompokan dan penggolongan atas

dasar keragaman itu. Pengelompokan dalam struktur masya

rakat umumnya didasarkan pada tingkat umur, jenis kelamin,

(31)

21

Berdasarkan pengelompokan itu, dikenal adanya "Kelas

Atas (Upper Class),

Kelas

Menengah

(Middle

Class) dan

Kelas Bawah (Lower Class)" (Krech, et al.,

1982 : 314).

Masing-masing kelompok, kelas atau lapisan tersebut mem

bentuk lingkungan sosialnya sendiri yang mempengaruhi pu

la tingkah laku para anggotanya. Setiap kelompok atau

go-longan dalam masyarakat memperlihatkan karakteristik

ter-sendiri yang membedakannya dari kelompok lain.

Dengan perkataan lain, mahasiswa dengan status sosial eko

nomi tertentu}mempunyai kecenderungan bertingkah laku

ter-tentu, yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya.

Atas dasar pemikiran di atas, maka variabel status

sosial ekonomi dalam penelitian ini dipandang sebagai va

riabel independen (independent variable). seperti halnya

persepsi.

4. Variabel Pola Pendidikan Orang Tua

Adapun yang dimaksud dengan latar belakang

sosial-budaya dalam penelitian ini, adalah latar belakang kehi dupan mahasiswa ditinjau dari dua segi.Segi pertama berda sarkan status sosial ekonomi seperti dikemukakan di atas,

segi kedua berdasarkan sistem nilai budaya yang dianut

mahasiswa yaitu di sini pola pendidikan orang tua.

Berkaitan dengan masalah tersebut, tim Dep. P dan K

yang telah mengadakan penelitian terhadap mahasiswa di In

donesia pada tahun 1977/1978, memberikan

gambaran

bahwa

(32)

pembentukan kepribadian mahasiswa, dibandingkan dengan

pe-ngaruh-pengaruh lain di luar lingkungan keluarga" (Anali sis Pendidikan. 1981 : 90).

Pola pendidikan orang tua ini dicirikan oleh tiga

bu-ah tipe sikap, yaitu memiliki. menguasai, dan demokratis

(Shoben,1963 : 36-37 dan E. M. Drews, 1963 :

3^>),

sebagai

mana akan dijelaskan kemudian secara terinci pada bab

landasan teoritis. Dengan demikian variabel pola pendidik

an orang tua terdiri atas 3 sub variabel sesuai dengan ci

ri-ciri di atas, yaitu :

a. sub variabel tipe sikap memiliki,

b. sub variabel tipe sikap menguasai, dan

c. sub variabel tipe sikap demokratis.

Ketiga sub variabel pola pendidikan orang tua tersebut da

lam penelitian ini dipandang sebagai sub variabel indepen

den.

Adapun model hubungan antar variabel-variabel di atas,

agar jelasnya adalah sebagaimana tampak dalam Bagan 2

Pa-radigma Penelitian, yang diterakan pada halaman berikut.

C. Tujuan Penelitian

Masalah pemahaman mahasiswa tentang perilaku warga

negara yang bertanggung jawab merupakan masalah yang pen

ting untuk dikaji. Keberhasilan suatu program pendidikan

tinggi ditandai oleh hasil belajar mahasiswa yang menunjuk

(33)

STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

Tipe Sikap Memiliki • Tipe Sikap Menguasai

Tipe Sikap

Demokratis

ERSEPSI TENTANG ROGRAM MATA KULIAH

lASAR UMUM

X,

PEMAHAMAN TENTANG

PERILAKU WARGA NEGARA YANG BERTANGGUNG JAWAB

23

Bagan 2. Paradigma Penelitian

Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pene

litian ini adalah sebagai berikut :

(1) Mengadakan eksplorasi tentang faktor-faktor yang mem

pengaruhi terbentuknya pemahaman tentang perilaku war

ga negara yang bertanggung jawab di antara para maha

siswa IKIP Bandung, yaitu persepsi mahasiswa

tentang

program Pendidikan Umum atau MKDU, serta latar bela

kang sosial budayanya, dalam hal ini status sosial

ekonomi dan pola pendidikan orang tua.

(2) Menganalisis hubungan yang ada,

antara faktor-faktor

tersebut di atas dengan pembentukan pemahaman maha

(34)

jawab pada para mahasiswa IKIP Bandung.

(3) Mendeskripsikan karakteristik-karakteristik mahasiswa

IKIP Bandung yang telah mengikuti 5 dari keenam Mata

Kuliah Dasar Umum yang

berhubungan dengan pemahaman me

reka tentang perilaku warga negara yang bertanggung

jawab.

D. Pentingnya Masalah yang Diteliti

Dengan tujuan-tujuan sebagaimana telah dikemukakan di atas, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan

bagi dunia pendidikan formal, informal maupun non formal,

dari segi teori maupun dari segi praktis.

Dari segi teori, hasil penelitian ini selain dapat merupakan tambahan pengetahuan yang telah ada, yang berke

naan dengan hubungan antara karakteristik - karakteristik

mahasiswa, dapat pula merupakan tambahan pengetahuan teo

ritis yang lebih mengkhusus pada pembentukan pemahaman ma

hasiswa tentang perilaku warga negara yang bertanggung ja

wab, yang diandalkan keberhasilannya di perguruan tinggi melalui program Pendidikan Umum atau MKDU.

Dari segi praktis, hasil penelitian

ini

diharapkan

dapat merupakan sumbangan bagi para pengelola atau

peren-cana pendidikan, khususnya program Pendidikan Umum atau

MKDU, sebagai tambahan informasi yang dapat digunakan

un

tuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan

aktivitas

(35)

.{WW *>>?,

/** i--*. •. » * * •*-/&? -j. .wrap

(36)

YANG BERTANGGUNG JAWAB DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKANNYA

A. Konsep Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab

Mahasiswa merupakan suatu kalangan atau kategori da

lam masyarakat yang sedang mencari identitasnya dengan

te-kanan utama pada usaha-usaha atau kegiatan - kegiatan untuk

dapat berdiri sendiri. Kemandirian itu merupakan

titik-to-lak utama agar dapat menjadi warga negara yang bertanggung

jawab, yang secara aktif berfungsi sebagai unsur yang

mem-pertahankan dan mengembangkan integrasi masyarakat,khusus

nya masyarakat yang bersifat pluralistik seperti Indonesia.

Dari uraian di atas tampak bahwa perilaku warga ne

gara yang bertanggung jawab merupakan perilaku idaman,yang

diharapkan terbentuk terutama

di kalangan

mahasiswa yang

menjadi obyek studi ini. Namun demikian,

"Apakah

sebenar-nya yang dimaksud dengan perilaku warga negara

yang

ber

tanggung jawab itu ?".

Jawaban atas pertanyaan ini memang telah banyak di

kemukakan orang dalam berbagai literatur , walaupun dengan

mempergunakan istilah atau konsep yang

berlainan.

Banyak

pula bahkan di antaranya yang "menghubungkannya dengan kon

sep-konsep lain yang juga sifatnya sangat umum" (Numan

Somantri, 1976 : 26). Hal ini menyebabkan

pengertian ten

tang perilaku warga negara yang bertanggung jawab tersebut

bahkan menjadi kabur, yaitu

sebagaimana telah

dijelaskan

(37)

36

dalam uraian pada Bab I.

Berdasarkan pemikiran di atas, dan bertitik - tolak

dari istilah perilaku warga negara yang bertanggung jawab

itu sendiri, yang merupakan petunjuk utama

mengenai

ke

pribadian yang sehat sebagai bentuk perilaku yang diharap

kan dari 6eseorang di dalam pola kehidupan bermasyarakat,

maka konsep-konsep mengenai perilaku ini akan

memperguna-kan pendekatan yang menerangmemperguna-kan masalah perilaku dari se

gi gejala positif. Hal ini mengandung arti bahwa

konsep-konsep yang akan dikemukakan berkaitan dengan kondisi ke

hidupan yang optimal,dipandang dari bagaimana

seharusnya

manusia hidup dalam suatu masyarakat. Pendekatan semacam

ini disebut oleh Schultz (1977: 1) sebagai berikut, "The

focus toward what a person can become, not what he or she

has been or is at the moment".

Tinjauan perilaku dari segi gejala positif yang akan

dikemukakan pada uraian berikut ini, pada dasarnya memang

tidak dirumuskan dalam istilah warga negara yang bertang

gung jawab, namun rumusan-rumusan tentang kepribadian yang sehat paling tidak merupakan kriteria perilaku yang di

perkirakan memiliki kesesuaian dengan obyek studi ini.

Gordon Allport (1897 - 1967) misalnya mengembangkan

teorinya mengenai kepribadian yang sehat tersebut dengan

model yang disebut Pribadi Matang (The Mature Person ) .

Konsep utama yang dipakai oleh Allport untuk menjelaskan

(38)

ditunjukkan sebagai "... composed

of those

matters and

processes that are important and personal to

an individ

ual,

those aspects

that

define a person as unique"

(Schultz, 1977 : 12).

Self ini menurut Allport, terdiri atas berbagai hal

dan proses penting dan pribadi sifatnya bagi seorang in

dividu, yang mencakup aspek-aspek yang menetapkan diri se

seorang sebagai suatu keutuhan . Berdasarkan pemikiran ini

Allport mengemukakan enam kriteria yang juga merupakan ka

rakteristik dari Pribadi Matang tersebut, yaitu: "1.Exten

sion of self; 2. Warm relating of self to others -, 3. Emo

tional security • 4. Realistic perceptions,

skills ,

and

assignments ; 5. Self-objectification, insight, and

humor;

6. A unifying philosophy of life" (Donald H.Blocher,1974:

93 - 94).

Adapun yang dimaksud oleh Allport dengan keenam ka

rakteristik Pribadi Matang ini adalah sebagai berikut :

1) Ekstensi dari Self, adalah kemampuan individu untuk

mengembangkan konsep dirinya,dengan

mulai

menyadari

makna kesatuan dirinya dengan obyek atau orang - orang lain dalam suatu lingkungan tertentu. Kemampuan

meng-ekstensikan dirinya ini tampak dari kesepakatannya un

tuk berpartisipasi secara aktif dalam segala bentuk

aktivitas kehidupan. Pribadi Matang mampu untuk ber

partisipasi, mengidentifikasi dan berusaha keras demi

tujuan-tujuan yang lebih luas daripada

tujuan-tujuan

(39)

38

dirinya sendiri.

2) Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang Lain , adalah

kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang la

in, yang disebut oleh Allport sebagai intimacy dan

love. Hubungan interpersonal demikian dicirikan oleh

sikap empati dan belas kasihan (compassion).

Pribadi

Matang memiliki kemampuan untuk memberikan cinta, se

dangkan pribadi yang tidak matang ingin dicintai.

3)

Kema-ntapan Emosional. adalah kemampuan individu untuk

memelihara stabilitas emosional. Kemampuan ini timbul

dari penerimaan diri (acceptance of self),

yang

me-mungkinkannya untuk bertoleransi terhadap tekanan dan

frustasi. Kemampuan emosional ini tercermin dalam self

control terhadap emosi.

4) Persepsi, Keterampilan dan Pelaksanaan Tugas yang

Re-alistis. Dalam hal ini mampu untuk melakukan

fungsi-nya secara efisien dalam ruang lingkup persepsi serta

kognisinya. Ia memiliki perilaku intelektual yang

cer-mat dan realistis, dalam arti dapat menerima

kenyata-an hidup sebagaimkenyata-ana adkenyata-anya, termasuk kenyatakenyata-an diri

sendiri dan kenyataan dari setiap keputusan serta tin-dakan yang diambil. Ia juga memiliki sejumlah kete

rampilan dan teknik pemecahan masalah secara efektif.

Ia mampu untuk memusatkan energinya di dalam menyele-saikan tugas secara memadai.

(40)

yang matang memiliki wawasan diri (self - insight) yang

realistis. Ia mengenali dirinya sendiri.

Ia

memiliki

sense of humor yang baik, termasuk juga mampu

menerta-wakan kelemahan dirinya sendiri. Karakteristik demiki

an ditimbulkan oleh kemampuan untuk menempatkan

diri

nya dalam perspektif yang luas dan obyektif.

6)

Memiliki Pandangan Hidup yang Mengutuhkan Diri . Orang

yang memiliki kepribadian yang matang mampu

mempergu-nakan berbagai pendekatan terpadu

terhadap kehidupan,

yang memberikan konsistensi dan makna kepada

perilaku-nya. Dengan pendekatan ini

ia mengembangkan

dirinya

agar sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan

men-jadikan sistem nilai tersebut sebagai

bimbingan

bagi

dirinya agar dapat mengimplementasikan nilai

nilainya

sendiri.

Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, Blocher (1974 :

94), menyimpulkan bahwa Allport menggambarkan Pribadi Ma

tang tersebut sebagai tipe manusia yang

suka

mengulurkan

tangan dan memiliki perhatian atau keterlibatan

sosial,se-lain itu ia juga adalah orang yang

aktif , efektif

serta

memiliki orientasi nilai.

Adapun Carl Rogers memiliki konsep tentang kepriba

dian sehat ini, yang disebutnya sebagai Pribadi Berfungsi

secara Penuh (Fully Functioning Person). Ciri-ciri pribadi

yang berfungsi penuh dalam arti sehat dan normal,

menurut

(41)

40

person would be open to his experiences; 2. This person

will live in an existential way; 3- This person trusts

himself".

Penjelasan dari masing-masing karakteristik Pribadi

Berfungsi secara Penuh tersebut adalah sebagai berikut

ini.

1) Keterbukaan Diri. dalam arti orang tersebut memiliki

sikap yang tidak defensif atau menolak terhadap

aspek-aspek dari lingkungannya yang dapat menghasilkan peru

bahan. Seluruh aspek dari lingkungannya ini merupakan

hal yang bermanfaat bagi dirinya untuk membentuk

per-sepsi-persepsi yang tepat dan realistis. Ia hendaknya

tidak menutupi diri terhadap peluang mengalami sendiri

secara penuh aspek-aspek lingkungannya tersebut.

2) Hidup secara Eksistensial. dimaksudkan bahwa orang ha

rus mampu menghadapi keberadaan diri dalam situasi di

mana ia hidup, yang merupakan proses yang sedang

dija-lani (ongoing) maupun yang akan dijadija-lani (becoming).

3) Kepercayaan Diri. yang berarti keinginan melakukan se

suatu yang dirasa benar (feels right), dan yang

meng-akui bahwa feelings-nya tersebut merupakan pembimbing-nya yang terpercaya dalam melakukan semua tindakanpembimbing-nya.

Ia memiliki feeling of direction dan konsistensi yang

timbul dari dalam dirinya sendiri, bukan dari ling

(42)

Blocher (1974: 94-95) mengemukakan kesimpulan Rogers

mengenai ketiga kecenderungan yang dirumuskannya di atas,

sebagai berikut ini :

He is more able to experience all of his feelings and

is less afraid of any of his feelings; he

is

his

own

sifter of evidence from all sources; he is completely

engaged in the process of being and becoming

himself,

and thus discover that he is soundly and realistically

social; he lives completely in this moment

but

learns

that this is the soundest living for all time. He is a

fully functioning organism, and because of the awareness

of himself which flows freely in and through his expe

riences, he is becoming a fully functioning person.

Selanjutnya, dari para ahli lain ditemukan pula bebe

rapa deskripsi mengenai aspek-aspek dan ciri-ciri dari ke

pribadian sehat ini. E. J. Shoben (Blocher, 1974 : 95)

me

ngemukakan empat buah karakteristik kepribadian sehat yang

disebutnya sebagai Normal Personality, sebagai berikut ini.

1. Willingness to accept the consequences of behav

ior.

This is the personal responsibility or self-con

trol dimension.

2. Capacity for interpersonal relationships. This is

the ability of man to function as a social animal.

3- Obligation to society.

This

charateristic

in

volves the ability to identify as a group member and to

subscribe to the goals and purposes of the group.

4. Commitment to ideals and standards. This repre

sents the ability of the individual to commit himself

to some sets of value that go beyond himself (Garis ba wah oleh penulis).

Penjelasan dari keempat buah karakteristik di atas

adalah :

1. Kesediaan untuk Menerima Konsekuensi - konsekuensi dari

Perilaku. Sikap demikian merupakan tanggung jawab pri

(43)

42

2. Kapasitas untuk Hubungan Interpersonal. Hal ini merupa

kan kemampuan seseorang dalam melakukan fungsinya seba

gai mahluk sosial.

3. Kewajiban terhadap Masyarakat. Karakteristik ini

menca-kup kemampuan mengidentifikasikan diri sebagai

anggota

kelompok dan mendukung sasaran-sasaran serta tujuan-tu

juan kelompok.

4. Komitmen terhadap Cita-cita dan Standar.

Hal ini

men-cerminkan kemampuan individu untuk menjalankan kewajib

an pribadinya terhadap nilai-nilai yang berlaku di

se-putar dirinya.

Selanjutnya, Sikun Pribadi (1981: 172 - 175)

dengan

konsep Psiko-higiene mengemukakan beberapa bentuk manifes

tasi dari kepribadian, yang intisarinya adalah sebagai be

rikut, "(1) Memiliki perasaan aman,

dalam

arti dijauhkan

dari rasa kecemasan, (2) Rasa harga diri yang mantap , (3)

Spontanitas dan kehidupan emosi yang hangat

dan

terbuka,

(4) Mempunyai keinginan-keinginan

yang

sifatnya duniawi,

jasmani yang wajar, dan mampu memuaskannya, (5) Dapat

be

lajar mengalah dan merendahkan diri sederajat

dari

orang

lain, (6) Tahu diri, (7) Memiliki kemampuan melihat

reali-tas sebagai realireali-tas dan memperlakukannya sebagai realireali-tas,

(8) Memiliki toleransi terhadap ketegangan, (9)

Integrasi

dan kemantapan dalam kepribadian, (10) Mempunyai tujuan hi

dup yang adekuat, (11) Memiliki kemampuan belajar dari

(44)

batas-batas tertentu dengan norma-norma kelompok, di mana

kita jadi anggota, (13) Memiliki kemampuan

tidak terikat

oleh kelompoknya, dalam arti memiliki pendirian sendiri

yang dewasa".

Berdasarkan keseluruhan uraian di atas, tampak bah

wa masing-masing ahli mempunyai penekanan yang berbeda

mengenai kepribadian yang sehat. Allport menggunakan kon

sep pribadi yang matang, Rogers dengan konsep pribadi yang

berfungsi penuh, Shoben menggunakan konsep kepribadian

normal dan Sikun Pribadi dengan konsep psiko - higienik.

Apabila konsep-konsep tersebut dikaji dalam tinjauan yang

lebih komprehensif, maka perkembangan kepribadian yang se

hat, normal, matang dan mantap tersebut akan mencakup

as-pek-aspek : (1) kematangan dan stabilitas

emosional, (2)

kematangan hubungan sosial dan intimitasnya, (3) kema

tangan intelektual dan sense of reality, serta (4)

tang-gung jawab dan disiplin diri.

Dari keempat aspek kepribadian yang sehat di atas,

tampak bahwa kematangan hubungan sosial dan intimitasnya.

serta tanggung jawab dan disiplin diri, merupakan aspek-aspek yang lebih mendekati konsep perilaku warga negara

yang bertanggung jawab, yang menjadi fokus penelitian ini.

Kedua aspek tersebut dijabarkan secara

lebih

jelas lagi

oleh Max G. Ruindungan (1984 : 100-101) ke dalam beberapa

(45)

44

1) Aspek Kematangan Hubungan Sosial dan Intimitasnya. de

ngan ciri-ciri :

(a) Kesediaan bekerjasama (koperatif);

(b) Kesungguhan dan keikhlasan dalam pastisipasi sosial;

(c) Sikap toleransi;

(d) Intimitas dalam pergaulan dan hubungan sosial;

(e) Kemampuan kepemimpinan.

2) Aspek Tanggung Jawab dan Disiplin Diri, dengan

ciri-ciri :

(a) Kesadaran akan etika dan hidup jujur;

(b) Kemampuan mengadakan pilihan dengan segala

konseku-ensinya;

(c) Kematangan melihat perilaku dari segi konsekuensi

atas dasar sistem nilai;

(d) Kemampuan otonomi dan bertindak independen;

(e) Kemampuan dalam disiplin diri.

Berbagai karakteristik di atas, yang diperkirakan dapat

dipergunakan untuk mengkaji konsep perilaku warga negara

yang bertanggung jawab, akan dijadikan sebagai salah satu

acuan bagi penjabaran konsep empiris dan konsep analitis.

Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, perilaku warga ne

gara yang bertanggung jawab tersebut dalam konsep empiris-nya merupakan bentuk perilaku sebagai hasil belajar dari

pendidikan formal, yang dirumuskan di sini, sebagai pema

(46)

Adapun pembekalan yang dipersiapkan agar kemampuan

tersebut dapat terbentuk, pada kenyataannya di perguruan

tinggi tidak disajikan secara eksplisit dalam salah satu

mata kuliah tertentu tentang kewarganegaraan, namun seca

ra implisit dititipkan pada 6 mata kuliah

yang tercakup

dalam Kurikulum Inti MKDU 1983. yaitu melalui Pendidikan

Agama, Pendidikan Pancasila,

Pendidikan

Kewiraan,

Ilmu

Budaya Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Alamiah

Dasar, de

mikian pula di IKIP Bandung yang menjadi obyek

peneliti

an ini.

Beberapa karakteristik yang diperkirakan dapat

menja-ring pemahaman tentang perilaku warga negara yang bertang

gung jawab di antara para mahasiswa IKIP Bandung terse

but, akan mengacu pula antara lain kepada perumusan Numan

Somantri (1976 : 34) sebagai berikut ini.

Mengetahui, memahami dan mengapresiasi cita-cita nasi

onal ;

dapat membuat keputusan-keputusan yang cerdas dan ber

tanggung jawab dalam berbagai masalah pribadi, masya

rakat dan negara.

Selain dari perumusan Numan Somantri di atas, akan

dipergunakan pula kriteria yang ditentukan oleh B. Frank

Brown (1976 : 5-6) dalam menunjukkan ciri-ciri orang yang

memiliki jiwa kewarganegaraan yang bertanggung jawab, se

bagai berikut ini.

1. To know what the principal issues are in contem porary society.

(47)

46

3. To be able to appraise

the

worth

of evidence

on

which disputes are based.

4. To have a predisposition to try to do something about

civic issues.

5. To be respectful of the opinions

and sincerity

of

others.

Perumusan Brown di atas apabila dijabarkan adalah sebagai

berikut :

1) Mengetahui apa yang menjadi isyu-isyu pokok dalam

ma

syarakat dewasa ini;

2) Kemampuan menanggapi dengan cermat argumen-argumen ten

tang sesuatu isyu;

3) Kemampuan menilai kebenaran fakta yang mendasari suatu

permasalahan;

4) Memiliki kecenderungan

untuk melakukan

sesuatu yang

berhubungan dengan kepentingan umum;

5) Menghargai pendapat dan ketulusan hati orang lain.

Dari keseluruhan uraian tentang berbagai karakte

ristik , baik sebagai hasil

penjabaran

konsep

perilaku

dari segi teoritis, maupun konsep pemahaman tentang peri

laku warga negara yang bertanggung jawab dari segi

empi-rik, tampak bahwa jenis-jenis kemampuan yang akan

dikaji

tersebut menunjuk pada sikap yang ditampilkan oleh

indi

vidu. Perilaku sosial maupun pemahaman

tentang

perilaku

sosial dari seorang individu, merupakan pantulan sikapnya

terhadap sesuatu obyek yang ada di dalam

lingkungan

hi

dupnya. Untuk keperluan penelitian ini perlu

dikemukakan

(48)

An attitude can be defined as an enduring system of

three components centering about a single object : the beliefs about the object—the cognitive component ;the

affect connected with the object—the feeling compo

nent; and the disposition to take action with respect to

the object—the action tendency component (Garis bawah

oleh penulis).

Dari rumusan Krech di atas terungkap bahwa tindakan indi

vidu itu ditampilkan oleh sikapnya, yang terdiri dari kom

ponen kognisi, afeksi dan kecenderungan bertindak.

Bertitik-tolak dari kenyataan tersebut, maka pema

haman tentang perilaku warga negara yang bertanggung

ja

wab, yang menjadi

obyek penelitian ini,

akan dikaji de

ngan mempergunakan alat ukur yang merupakan

skala sikap.

Adapun indikator-indikator yang

akan dipergunakan untuk

menjaring aspek pemahaman tersebut dipilih pula

agar da

pat terungkapkan pada komponen kognisi, afeksi dan kecen

derungan bertindak,di dalam ruang lingkup yang berhubung

an dengan kepentingan umum. Dengan demikian yang akan di

teliti adalah :

1) Komponen Kognisi : Pemahaman tentang isyu - isyu pokok

dalam masyarakat Indonesia dewasa ini,dengan ciri-ciri:

(a) Mengetahui tentang tujuan dan manfaat program pem

bangunan;

(b) Tanggap terhadap isyu-isyu tentang program pemba

ngunan.

2) Komponen Afeksi : Sikap terhadap hal - hal yang berhu

bungan dengan kepentingan umum, dengan ciri-ciri :

(a) Respon terhadap ajakan melakukan kegiatan kerja ke

(49)

PERILAKU WARGA NEGARA YANG BERTANflflTTWA JAWAB

ASPEK YANG DITELITI

A. KEMATANGAN HU

BUNGAN SOSIAL

DAN

INTIMITASNYA

B. TANGGUNG JAWAB

DAN

DISIPLIN DIRI

KARAKTERISTIK

(1). KESEDIAAN BEKERJASAMA (KOPERATIF)

(2). KESUNGGUHAN DAN KEIKHLASAN DALAM

PARTISIPASI SOSIAL.

(3). SIKAP TOLERANSI.

(4). INTIMITAS DALAM PERGAULAN DAN HU

BUNGAN SOSIAL.

(5). KEMAMPUAN KEPEMIMPINAN.

(1). KESADARAN AKAN ETIKA DAN HIDUP

JUJUR.

(2). KEMAMPUAN MENGADAKAN PILIHAN

DE-NGAN SEGALA KONSEKUENSINYA.

(3). KEMATANGAN MELIHAT PERILAKU DARI

SEGI KONSEKUENSI ATAS DASAR SIS

TEM NILAI.

(4). KEMAMPUAN OTONOMI DAN BERTINDAK

INDEPENDEN.

(5). KEMAMPUAN DALAM DISIPLIN DIRI.

Bagan 4. Gambaran Konseptual tentang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab

(50)

luar kampus);

(b) Respon terhadap usaha membantu orang lain.

3) Komponen Kecenderungan Bertindak : Kecenderungan mela

kukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kepen

tingan umum, dengan ciri-ciri :

(a) Kecenderungan bekerja sama ;

(b) Kecenderungan mengatasi berbagai kesulitan dalam

kegiatan kelompok.

Keseluruhan uraian tentang konsep Perilaku Warga

Negara yang Bertanggung Jawab ini, menunjukkan suatu

mo

del hubungan antar aspek dan karakteristik permasalahan

yang diteliti, sebagaimana tampak pada Bagan 4..

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Pemahaman tentang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab

Tinjauan para ahli terhadap kehidupan manusia seca

ra pribadi maupun secarakelompok, mengungkapkan

terdapat-nya berbagai faktor pokok yang mempengaruhi kehidupan ma

nusia tersebut. Soerjono Soekanto (1984 : 51) »

menyebut-nya bahwa faktor-faktor tersebut mencakup hal - hal yang

merupakan bagian atau unsur dari :

a. Raw-input, yaitu faktor-faktor individual dan latar belakang khidupan yang bersangkutan, misalnya pe

ngaruh orang tua;

D« Instrumental-input, yaitu faktor-faktor pendidikan

formal yang mempengaruhi seseorang, misalnya penga

ruh sekolah ;

(51)

51

Dari bagan persepsi tersebut tampak terdapatnya ber

bagai faktor yang mempengaruhi persepsi individu tentang

suatu

Gambar

REKAPITULASITabel 2£HASIL TABULASI SILANG DALAM KORELASI X TERHADAP KOEFISIEN SOMERS'S £ (ASYMMETRIC) Y,

Referensi

Dokumen terkait

(1) Jika pemunya sesuatu kapal dikatakan telah menanggung liabiliti di bawah seksyen 3 semasa berkuatkuasanya suatu kontrak insurans atau cagaran kewangan lain yang dengannya

Nilai yang terdapat pada koordinat (x,y) adalah f(x,y), yaitu besar intensitas atau warna dari piksel di titik itu.Oleh sebab itu, sebuah citra digital dapat ditulis dalam bentuk

Pihak lain yang bukan direktur utama/pimpinan perusahan/pengurus koperasi yang namanya tidak tercantum dalam akta pendirian/anggaran dasar, sepanjang pihak lain

Hasil selanjutnya menemukan pematuhan dan pelanggaran enam maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahatian, maksim

Notoatmojo mengemukakan bahwa terdapat 3 (tiga) pokok kegiatan yang berkesinambungan dalam pengembangan SDM dalam suatu organisasi yaitu: perencanaan SDM, pendidikan,

I also almost get nomination as best keyboardist but my score only lost 5 points from school So I can not get the best keyboardist nominees but it does not matter, by getting

Keberhasilan pencapaian tujuan komunikasi pemasaran untuk Heineken adalah merupakan dampak positif untuk reposisi Heineken pada tahun 2013 di Indonesia dapat dilihat

1. Mengidentifikasi biaya dan aktivitas. Langkah pertama dalam merancang sistem activity based costing, adalah melakukan analisis aktivitas untuk mengidentifikasi