HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROGRAM
PENDIDIKAN UMUM DAN LATAR BELAKANG SOSIAL BUBAYA
BENGAN PEMAHAMAN TENTANG PERILAKU WARGA NEGARA
YANG BERTANGGUNG JAWAB
( Studi Deskriptif-Analitis terhadap Para Mahasiswa
IKIP Bandung pada Tahun 1986 )TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Pendidikan Umum
TATI MUZAINI SOBARI
Nomor Pokok ; 498/G/XVI-8
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B A N D U N G
^^»^M,
PROF. DR. SOEPARDJO ADIKUSUMO Pembimbing
DR. BAMBANG SUWARNO
Pembimbing
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B A N D U N G
pour mon epoux lili sobari
et (tigs enfants tia caesaria. ardi wibawa.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
UNGKAPAN RASA TERIMA KASIH v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR BAGAN xii
DAPrAR TABEL xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Masalah yang Diteliti
16
C. Tujuan Penelitian
22
D. Pentingnya Masalah yang Diteliti
2i\
BAB II DESKRIPSI TENTANG PROGRAM MATA KULIAH DASAR UMUM SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM DI PERGURUAN
TINGGI INDONESIA 25
A. Landasan Pemikiran Penyelenggaraan Pen
didikan Umum 25
B. Beberapa Pandangan dalam Pengertian Pen
didikan Umum 28
C. Kurikulum Mata Kuliah Dasar Umum di IKIP
Bandung 29
1. Sistem Pengelolaan 30
2. Bahan Sajian 31
3. Metode Ponyampaian 33
k. Sistem Penilaian 3*+
ix
BAB III LANDASAN TEORITIS TENTANG MASALAH PERILAKU
WARGA NEGARA YANG BERTANGGUNG JAWAB DAN
FAK-TOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKANNYA. 35
A. Konsep Perilaku Warga Negara yang
Bertang-gung Jawab 35
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terben-tuknya Pemahaman tentang Perilaku Warga
Negara yang Bertanggung Jawab 49
1. Faktor Persepsi if9
2. Faktor Latar Belakang Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Status Sosial
Ekonomi dan Pola Pendidikan Orang Tua. 60
C. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu yang
Berhubungan dengan Masalah yang Diteliti. 71
1. Hasil Penelitian tentang Perilaku War
ga Negara yang Bertanggung Jawab 72
2. Hasil Penelitian tentang Persepsi 75
3. Hasil Penelitian tentang Latar Bela
kang Sosial Budaya 77
3.1. Hasil Penelitian tentang Status
Sosial Ekonomi 78
3.2. Hasil Penelitian tentang Pola Pen
didikan Orang Tua 79
BAB IV RANCANGAN PENELITIAN 83
A. Disain Penelitian 83
B. Metode Penelitian 84
C. Populasi dan Sampel 86
D. Pembatasan Masalah dan Pertanyaan Peneli
tian 97
E. Tujuan Khusus Penelitian 101
F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 103
G. Penjabaran Konsep-konsep Teoritis, Empiris
sial Ekonomi Orang Tua (JLBSB/SSE) 117
2. Format A2 : Kuesioner tentang Pola Pendi
dikan Orang Tua (JLBSB/PPOT)
118
3. Format B : Kuesioner tentang Program Ma
ta Kuliah Dasar Umum (PPMKDU) 121
4. Format C : Kuesioner mengenai Pemahaman
tentang Perilaku Warga Negara yang Ber
tanggung Jawab (PPWNB) 122
5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur.... 123
5.1. Uji Validitas Alat Ukur 123
^.2. Uji Reliabilitas Alat Ukur 126
BAB V PELAKSANAAN PENELITIAN, PENGOLAHAN DATA DAN
HASIL PENELITIAN 129
A. Persiapan Pengumpulan Data 129
B. Pelaksanaan Pengumpulan Data 130
C. Pengolahan dan Analisis Data 132
1. Pengujian Asumsi-asumsi Statistik 133
2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 142
D. Hasil-hasil Pengolahan dan Analisis Data... 147
1. Gambaran tentang Keempat Variabel Pene
litian dalam Analisis Univariate 147
1.1. Hasil Analisis Univariate terhadap
Variabel X-j: Status
Sosial Ekonomi
Orang Tua 147
1.2. Hasil Analisis Univariate terhadap
Variabel X2: Pola Pendidikan
Orang
Tua 151
1.3. Hasil Analisis Univariate terhadap Variabel X,:Persepsi Mahasiswa ten
tang Program Mata Kuliah Dasar Umum
xi
1.4. Hasil Analisis Univariate terhadap
Variabel Y: Pemahaman Mahasiswa ten
tang Perilaku Warga Negara yang Ber
tanggung Jawab
153
2. Hubungan Bivarlate antara pemahaman Maha
siswa tentang Perilaku Warga Negara yang
Bertanggung Jawab dengan
Masing - masing
Variabel yang Mempengaruhinya
155
2.1. Hubungan Bivariate antara
Pemahaman
Mahasiswa tentang Perilaku Warga Ne
gara yang Bertanggung Jawab (Y)
de
ngan Status Sosial Ekonomi Orang Tua
(X,)
156
2.2.
Hubungan Bivariate
antara Pemahaman
Mahasiswa tentang Perilaku Warga Ne
gara yang Bertanggung Jawab (Y)
de
ngan Pola Pendidikan Orang Tua (X2).
161
2.3. Hubungan Bivariate
antara Pemahaman
Mahasiswa tentang Perilaku Warga Ne
gara yang Bertanggung Jawab (Y)
de
ngan Persepsi Mahasiswa tentang Prog
ram Mata Kuliah Dasar Umum/MKDU (X,) 167
3. Hubungan
Multivariate
antara Pemahaman
Mahasiswa tentang Perilaku Warga Negara
yang Bertanggung
Jawab
dengan
Berbagai
Variabel yang Mempengaruhinya
173
BAB VI DISKUSI, KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
PENELITIAN
186
A. Diskusi Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Sumber Data Penelitian 186 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman
Mahasiswa tentang Perilaku Warga Negara
Negara yang Bertanggung Jawab
187
3. Model Penelitian Usulan
192
4. Pembuktian Hipotesis Penelitian
'93
B. Kesimpulan
195
C. Implikasi Penelitian
197
D. Keterbataean Penelitian 216
DAFTAR PUSTAKA 218
Bagan Halaman
1. Model Pengajaran tentang Kewargaan Negara 13
2. Paradigma Penelitian 23
3. Perbandingan antara Pendidikan Spesialisasi dan
Pendidikan Umum 27
4. Gambaran
Konseptual tentang Perilaku Warga Ne
gara yang Bertanggung Jawab 48
5. Gambaran
Konseptual
tentang persepsi
50
6. Gambaran
Konseptual . tentang Latar Belakang So
sial Budaya yang Berhubungan dengan Status Sosi
al Ekonomi dan Pola Pendidikan Orang Tua 70 7. Rangka Acuan Studi (Literary Review) 82
8. Model Hubungan Antar Variabel dan Sub Variabel
Penelitian 102
9. Gambaran Visual Hasil-hasil Penelitian 185
10. Model Penelitian Usulan 192
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perhitungan Sumber Data Uji-Coba 89
2. Gambaran Penyebaran Sumber Data Penelitian dari
Enam Fakultas IKIP Bandung (Mahasiswa Program S,
Angkatan Tahun 1983/1984) 90
3. Besar Sampel Minimal untuk masing-masing Varia
bel Penelitian 96
4. Variabel Dependen Y : Penjabaran Konsep - konsep
Teoritis, Empiris dan Analitis 108
5. Variabel Independen X. :Penjabaran Konsep-konsep
Teoritis, Empiris dan Analitis Ill
6. Variabel Independen X2 :Penjabaran Konsep-konsep
Teoritis, Empiris dan Analitis 114
7. Variabel Independen X, :Penjabaran Konsep-konsep
Teoritis, Empiris dan^Analitis
115
8. Jumlah Item Terpilih dari Setiap Instrumen
Pe-ngumpul Data Hasil Uji Validitas 125
9. Hasil Uji Reliabilitas Setiap Instrumen
Pengum-pul Data 128
10. Normalitas Distribusi Frekuensi Skor Setiap Va
riabel dan Sub Variabel Penelitian 134
11. Homogenitas Varians Skor Setiap Variabel dan Sub
Variabel Penelitian pada Kelompok Mahasiswa Pria
dan Wanita. 135
12. Homogenitas Varians Skor Setiap Variabel dan Sub
Variabel Penelitian pada Kelompok Mahasiswa An
tar Fakultas 137
13. Tingkat Pendidikan Orang Tua Mahasiswa 148
14. Tingkat Pekerjaan Orang Tua Mahasiswa 149
15. Besar Penghasilan Orang Tua Rata-rata per Bulan. 150
16. Status Sosial Ekonomi Orang Tua Mahasiswa 151
Tabel Halaman
17. Pola Pendidikan Orang Tua Mahasiswa 152
18. Persepsi Mahasiswa tentang Program Mata Kuliah
Dasar Umum/MKDU 153
19. Pemahaman Mahasiswa tentang Perilaku Warga Nega
ra yang Bertanggung Jawab 154
20. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
(Y) dengan Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1)..
160
21. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
(Y) dengan Tipe Sikap Memiliki U2a)
162
22. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
(Y) dengan Tipe Sikap Menguasai (X2b)
164
23. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten
tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
(Y) dengan Tipe Sikap Demokratis (X2 )
166
24. Tabulasi Silang antara Pemahaman Mahasiswa ten tang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
(1) dengan Persepsi Mahasiswa tentang Program MKDU
(X3)
168
25. Rekapitulasi Koefisien Somers's D (Asymmetric)
Hasil Tabulasi Silang dalam Korelasi X terhadap Y, Tanpa dan Dengan Dikontrol oleh Variabel X
Lainnya 171
26. Skor Rata-rata (Unadjusted) Pemahaman Mahasiswa
tentang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab Dilihat dari Tiga Variabel yang Mempenga
ruhinya 174
27. Regresi Variabel Dummy, Koefisien MCA, dan Angka Rata-rata (Adjusted) untuk Skor Pemahaman Maha
siswa tentang Perilaku Warga Negara yang Bertang gung Jawab, Dilihat dari Tiga Variabel
Indepen-dennya 180
28. Regresi Variabel Dummy, Koefisien MCA, dan Angka
Rata-rata (Adjusted) untuk Skor Pemahaman Maha
siswa tentang Perilaku Warga Negara yang Bertang
gung Jawab, Dilihat dari Dua Variabel
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu dan teknologi yang berkembang dengan cepat
de-wasa ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pola
kehidupan manusia secara pribadi, maupun terhadap
kehidup-an masyarakat. Berbagai perubahkehidup-an ykehidup-ang terjadi berpengaruh
pula terhadap sistem nilai dan budaya bangsa, yang
seljutnya berpengaruh pada tata-hubungan antar manusia dan
an-tarbangsa. Serentak dengan laju pembangunan, terjadilah
dinamika masyarakat sebagai salah satu dampak pembangunan.
Terjadilah perubahan sikap tentang nilai-nilai budaya yang
sudah ada. Hal ini menimbulkan pula terjadinya pergeseran
sistem nilai budaya yang membawa perubahan pada interaksi
manusia dalam masyarakatnya dan antara bangsa - bangsa yang
ada di dunia ini.
Telah diakui secara umum bahwa kebudayaan merupakan
unsur penting dalam proses pembangunan
suatu bangsa.
Hal
ini menjadi sangat utama bagi negara Indonesia yang sedang
berusaha menciptakan kondisi hidup masyarakatnya yang
le-bih baik dalam wujud masyarakat adil dan makmur
merata,ma-teriil dan spirituil berdasarkan Pancasila. Adapun
pemba-hasan tentang kebudayaan tidak dapat terlepas dari
keter-kaitannya dengan pendidikan. Eratnya hubungan antara kebu
Pendidikan berlangsung dalam suatu iklim budaya,bah
kan tak terlepas dari matriks kebudayaan
yang
menjadi
bumi persemaian identitas bangsa. Sedangkan kebudayaan memerlukan usaha pelestarian melalui pendidikan yang
me-nyadarkan kepentingan perservasi nilai-nilai budaya yang
turun-temurun. Pendidikan tanpa orientasi budaya akan
gersang dari nilai - nilai luhur, sedangkan kebudayaan
tanpa pendukung-pendukung yang sadar dan terdidik akhir nya akan memudar sebagai sumber nilai dan akhirnya si-lam dasi-lam perjalanan sejarah.
Dari rumusan di atas dapatlah dikatakan, bahwa pen
didikan di Indonesia tentunya juga berusaha memberikan
pe-luang untuk pemilikan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
berbagai kemahiran lainnya, akan tetapi tidak mungkin upa
ya itu mengabaikan keharusan untuk bertujuan membangun
ke-pribadian Indonesia seutuhnya, yang merupakan ciri
keber-hasilan pembangunan nasional.
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional terse
but, perguruan tinggi sebagai lembaga formal
tertinggi di
Indonesia liarus mampu berperan
dan
memberikan
sumbangan
•yang positif,di samping membentuk manusia yang memiliki
sikap dan kompetensi keilmuan. Kebutuhan akan adanya prog
ram pendidikan tinggi tersebut terungkap dari Dasar Kebi-jaksanaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan , yang
tercan-tum dalam Program Kurikulum Perguruan TinggitNo.Skep.0140/
U/1975 :
... pendidikan tinggi hendaknya menghasilkan
tenaga
ahli sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia yang
dinya-takan dalam Pembukaan UUD145«Selain daripada itu
3
budaya yang harus
hidup
dan
kemampuan mengembangkan
perspekxif kebudayaan yang memberi wadah dan mengisi se
cara khas kepribadian bangsa yang dinamis.
Selanjutnya digariskan dalam kebijaksanaan tersebut :
...tanggung jawab utama pendidikan tinggi dan lemba
ga - lembaga pendidikan adalah mengembangkan kemampuan serta kecakapan dalam diri mahasiswa serta masyarakat luas untuk mampu berpikir dengan berorientasi kepada ke-pentingan bangsa serta kemanusiaan, baik pada waktu se-karang maupun pada masa-masa yang akan datang, dengan
menggunakan pola-pola yang obyektif, dan analitis, yang dapat menghasilkan persepsi serta konsepsi yang tepat.
Rumusan-rumusan di atas pada dasarnya sejalan dengan
Dasar dan Tujuan Pendidikan Nasional. yang dicantumkan
dalam GBHN sesuai dengan Tap. MPR No. IV/MPR/1983 sebagai
berikut :
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan
untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi
pe-kerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.
Namun demikian, Tujuan Pendidikan Nasional seperti
dikemukakan di atas, tidak mungkin tercapai hanya melalui
pembekalan peserta didik dengan pengetahuan atau teknologi
yang dapat menjadikannya sebagai seorang ahli belaka. la di-harapkan pula sebagai pemeluk agama yang baik, warga nega
ra yang sadar dan berdisiplin, anggota keluarga yang
baha-gia, individu yang mampu mengembangkan diri, dan membangun
lingkungan hidupnya, baik itu lingkungan alamiah maupun
lingkungan alam. Hal ini menjadi lebih utama lagi
kepenting-annya mengingat berbagai kondisi lingkungan sebagaimana di
Dewasa ini kita dihadapkan kepada tiga masalah yang saling berkaitan yaitu :
1) Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas
beberapa suku bangsa, dengan latar belakang sosio-budaya yang beraneka ragam. Kemajuan masyarakat ter sebut tercermin dalam berbagai aspek kehidupan...
2) Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat.
Perubahan itu berupa terjadinya pergeseran sistem ni lai budaya, penyikapan anggota masyarakat terhadap
nilai-nilai budaya...
3) Kemajuan dalam bidang teknologi dan komunikasi masa, transportasi, membawa pengaruh terhadap intensitas kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan da ri luar. Khusus dengan terjadinya kontak budaya de ngan kebudayaan asing itu bukan hanya intensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya ber-langsung dengan cepat dan luas jangkauannya.
Dari uraian di atas tampak bahwa kondisi lingkungan
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tercapainya tujuan program perguruan tinggi dalam rangka peran -
serta-nya terhadap pelaksanaan pembangunan nasional.
Kondisi lingkungan ini berpengaruh pula terhadap ma
hasiswa selaku peserta didik perguruan tinggi. Hal ini
di-karenakan kepada merekalah antara lain dibebankan
penca-paian tujuan lembaga tersebut,
yang
ditunjukkan
melalui
kompetensi-kompetensi yang berhasil diperolehnya.
Berkenaan dengan hal ini James S. Coleman (1965: 95)
mengemukakan rumusan Fischer tentang fungsi perguruan ting
gi yang penting sekali artinya terhadap kedudukan dan
pe-ranan mahasiswa, yaitu perubahan (change), mobilitas ,
so-sialisasi, akulturasi dan pembentukan golongan elite. Li
ma fungsi perguruan tinggi
itu menurut Fischer
khususnya
Di samping kelima fungsi itu,di Indonesia sering
di-dengung-dengungkan bahwa mahasiswa selaku satu komponen
generasi muda menanggung beban sebagai generasi penerus,
yaitu generasi yang kelak akan meneruskan membangun negara
ini. Lebih dari komponen-komponen pemuda lainnya, mahasis
wa dianggap sebagai komponen yang lebih terdidik dan
ter-pelajar. M. Weiner (1966 : Ch.VI), mengemukakan,karena
pen-didikannya ini, maka mahasiswa seharusnya menjadi kreatif,
imajinatif dan mereka diharapkan mempunyai pelibatan diri
yang lebih besar dalam masalah-masalah kemasyarakatan.
Besarnya tuntutan yang dikenakan terhadap para maha
siswa serta kondisi lingkungan yang kurang mendukung,
tam-paknya merupakan faktor-faktor psikologis yang harus
diha-dapi oleh mahasiswa Indonesia.
Dan tentang kondisi lingkungan yang kurang mendukung
ini, apabila M. Habib Mustopo di atas mengambil titik -
to-lak dari bentuk masyarakat Indonesia yang pluralistik ser
ta dari segi pengaruh kemajuan
ilmu
dan
teknologi, maka
Koentjaraningrat lebih menitikberatkan pada si fat-si fat ke-lemahan yang telah membudaya pada masyarakat Indonesia. Ciri-ciri mental negatif tersebut diidentifikasikan oleh
Koentjaraningrat (1984 : 45) sebagai berikut : "(1)
Sifat
mentalitas yang meremehkan mutu; (2) Sifat mentalitas yang
suka menerabas; (3) Sifat tak percaya
pada
diri sendiri;
(4) Sifat tak berdisiplin murni; dan (5) Sifat
mentalitas
maka dikhawatirkan akan timbulnya kecenderungan -
kecende-rungan pada mahasiswa sebagai berikut: (1)
belajar
atau
studi semata-mata untuk lulus; (2) mempelajari bahan -
ba-han studi dengan ruang lingkup yang sesempit mungkin; (3)
kurangnya daya kreasi dan inovasi; (4) kurangnya kemampu
an mengambil inisiatif yang mempunyai akibat positif un
tuk masa depan; (5) cepat-cepat menyelesaikan studi tanpa
memperhatikan mutu.
Kekhawatiran akan timbulnya kecenderungan - kecende
rungan negatif demikian, sering sekali menjadi dasar
pe-mikiran pengarahan-pengarahan yang dikemukakan oleh para
pengelola pendidikan di Indonesia. Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (1986 : 4), pada tanggal 12 Januari
1986, di
antaranya mengemukakan sebagai berikut ini.
... upaya pendidikan adalah ikhtiar upaya untuk mem berikan kesempatan "to have" serta memantapkan kesadar-an "to be". Pendidikkesadar-an di Indonesia tentunya juga ber usaha memberikan peluang untuk pemilikan ilmu pengeta
huan dan teknologi serta berbagai kemahiran lainnya,
dan tetapi tidak mungkin upaya itu mengabaikan keha-rusan untuk bertujuan membangun kepribadian Indonesia seutuhnya. Segala pemilikan itu tidak lain adalah "per-panjangan" dari suatu pusat yang sadar akan diri
pri-badinya "to be Indonesian".
Tarnpak jelas bahwa pendidikan sangat diandalkan un
tuk dapat membantu terbentuknya ketahanan nasional, yang
diwujudkan di lembaga perguruan tinggi dengan memberikan
pembekalan pada mahasiswa suatu pendidikan yang dapat
7
kompetensi kemasyarakatan .
Adapun program pendidikan di lembaga perguruan ting
gi yang diandalkan untuk membentuk kompetensi pribadi dan
kemasyarakatan adalah program Pendidikan Umum, yang mata
kuliahnya disebut Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU).
Diandalkannya program Pendidikan Umum atau MKDU di
perguruan tinggi untuk dapat mencapai kebutuhan - kebutuhan
yang telah diterakan di atas, sangatlah beralasan, teruta-ma dalam hubungan dengan peranannya bagi pembentukan pri
badi mahasiswa, yaitu sebagaimana yang dikemukakan oleh
Di-rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Dep. P dan K (1983:6),
sebagai berikut ini.
Mendidik manusia Indonesia sesuai dengan tujuan pem bangunan Bangsa Indonesia serta berdasarkan tujuan Pen didikan Nasional Indonesia..., tidak mungkin melalui pembekalan peserta-didik dengan ilmu pengetahuan atau teknologi atau seni yang mereka perlukan dalam
kehidup-an pribadi dkehidup-an masyarakatnya kelak. Hidup dkehidup-an perkehidup-an se-seorang dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
jauh lebih paripurna sifatnya dari sekedar manusia
ber-ilmu, terampil, atau ahli belaka. Mereka diharapkan se
bagai pemeluk agama yang baik, warga negara yang sadar, dan berdisiplin, anggota keluarga yang bahagia,individu
yang mampu mengembangkan diri dan membangun lingkungan
hidupnya, baik itu lingkungan alamiah maupun lingkungan alam. Landasan ideal yang dikutip di atas meyakinkan dan
memberi petunjuk para pengembang kurikulum pendidikan
tinggi, untuk merancangkan program pendidikan di pergu
ruan tinggi yang lebih menjawab tuntutan harapan GBHN
dan KDPPT yang telah disepakati bersama. Benar
kiranya
ungkapan "a well educated man becomes
not
necessarily
a cultured man". Oleh karena itu untuk menguasai
kebu
dayaan secara kuat adalah
melalui .penguasaan
program
Pendidikan Dasar Umum yang merupakan
unsur
formal dan
menentukan sifatnya dalam anatomi
kurikulum
perguruan
tinggi Indonesia.Dari rumusan di atas tampak betapa pentingnya
dalam upaya agar mahasiswa memiliki penguasaan kebudayaan
secara kuat, dan mengingat pula kenyataan meningkatnya ke
majuan ilmu dan teknologi dewasa ini, yang mempengaruhi
masyarakat untuk berkembang semakin cepat dan rumit. Peru
bahan ini mengakibatkan timbulnya pergeseran nilai - nilai bagi masyarakat Indonesia, termasuk di antaranya pada ma
hasiswa. Dalam pergeseran nilai-nilai ini, selalu terdapat
kemungkinan para mahasiswa menjadi masa bodoh atau putus
asa, suatu sikap yang tidak selayaknya dimiliki oleh
se-orang terpelajar. Bagaimanapun juga mahasiswa adalah se-
orang-orang muda yang sedang mempelajari cara memberikan
tanggap-an dtanggap-an penilaitanggap-an terhadap apa yang terjadi atas dirinya
sendiri dan masyarakat sekitarnya. Sudah barang tentu ia
perlu dibimbing untuk menemukan cara
terbaik
yang sesuai
dengan dirinya sendiri tanpa harus mengorbankan masyarakat
sekitarnya.
Secara langsung maupun tidak langsung program Pendi
dikan Umum di perguruan tinggi dibebani tugas dan
tanggung-jawab yang besar untuk dapat mewujudkan perilaku yang
di-harapkan tersebut. Terlebih-lebih bagi perguruan tinggi
se-perti IKIP Bandung, tugas dan tanggungjawab tersebut men
jadi lebih utama lagi, sesuai dengan peranan IKIP itu sen
diri dalam pengembangan dan pembinaan
lembaga
pendidikan
sebagai pusat kebudayaan , sebagaimana dikemukakan oleh
Darji Darmodiharjo (1981 : 11), sebagai berikut ini.
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP),
seba
gai suatu lembaga pendidikan tenaga kependidikan,
kemampuan bagi berbagai jenis tenaga kependidikan
ter-utama guru. Tenaga kependidikan yang dihasilkannya
di-harapkan mampu mengembangkan dan membina pendidikan se cara keseluruhan... Dalam melaksanakan peranan dan
tu-gasnya itu IKIP harus selalu tanggap terhadap
pembaha-ruan, perubahan, dan upaya-upaya lain yang diarahkan ke
pada peningkatan mutu
pendidikan ... Salah
satu upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan ke arah terwujudnya
manusia seutuhnya melalui lembaga pendidikan formal
ia-lah upaya pengembangan dan pembinaan sekoia-lah sebagai
pu-sat kebudayaan.
Dari uraian di atas tampak peranan IKIP sebagai Lem
baga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah
mempersi-apkan tenaga kependidikan, yaitu mahasiswa sebagai calon
guru, yang memiliki kemampuan-kemampuan memadai untuk me
laksanakan peranan dan tugasnya.
Adapun jenis kemampuan yang telah dituangkan ke da
lam kurikulum lembaga perguruan tinggi, termasuk IKIP, yang
dibebankan kepada program Pendidikan Umum atau MKDU untuk
dapat dicapai, tertera pada rumusan tujuan program
Pendi
dikan Umum dalam Kurikulum Inti MKDU (1983 : vii-viii) se
bagai berikut ini.
Secara spesifik program Mata Kuliah Dasar Umum
ber-tujuan menghasilkan warga negara sarjana yang
berkuali-fikasi sebagai berikut :
a. berjiwa Pancasila sehingga segala keputusan serta tindakannya mencerminkan pengamalan nilai-nilai Pan
casila dan memiliki integritas kepribadian yang ting
gi mendahulukan kepentingan nasional dan kemanusiaansebagai sarjana Indonesia;
b. taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap dan
ber-tindak sesuai dengan ajaran agamanya,
dan
memiliki
tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain;
c. memiliki wawasan komprehensif dan
pendekatan
inte
gral di dalam menyikapi permasalahan kehidupan, baik
sosial, ekonomi, politik, pertahanan keamanan maupun
kebudayaan;
d. memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan
serta meningkatkan kualitasnya maupun tentang ling kungan alamiah dan secara bersama-sama berperan ser
ta di dalam pelestariannya.
Dari berbagai kemampuan yang telah dituangkan dalam
kurikulum perguruan tinggi tersebut di atas, termasuk pu
la dalam kurikulum IKIP Bandung, melalui program Pendidik
an Umum yang diandalkan sebagai sarana pencapaiannya,
tam-pak bahwa mahasiswa yang telah mengikuti MKDU, sebenarnya
telah dapat diharapkan untuk memiliki pemahaman tentang pe
rilaku warga negara yang bertanggung jawab, yang merupakan
pembekalan penting dalam rangka melaksanakan tugas dan
peranannya sebagai guru. Namun demikian, beberapa hal yang
patut dipertanyakan adalah :
1. Apakah dalam pelaksanaan program kurikulum
itu,kemampu-an-kemampuan yang telah dijabarkan telah benar - benar dikembangkan secara memadai ?
2. Apakah dalam pelaksanaannya, kemampuan-kemapuan itu te
lah benar-benar terukur sehingga terjamin penguasaannya
oleh mahasiswa ?
Kedua pertanyaan di atas pada dasarnya menunjuk pada
kejelasan tujuan pendidikan. Sebagian besar dari
permasa-lahan yang harus dihadapi oleh perguruan tinggi,dalam
upa-yanya meningkatkan hasil belajar para mahasiswa,
bertitik-tolak dari ketidakjelasan isi tujuan yang
ingin
dicapai.
Sedangkan tujuan ini erat kaitannya dengan isi
pembekalan
11
oleh McKenzie, et al.(1972:101) bahwa upaya pendidikan dalam
membuat kejelasan isi tujuan ini, jarang diperhitungkan
secara sistematis, dan implikasi-implikasinya sering
se-kali tidak dapat dimengerti.
Ketidakjelasan penetapan tujuan lebih tampak lagi
pada jenis program ilmu-ilmu sosial, yang bersifat
seba
gai pengajaran afektif seperti program Pendidikan Umum
atau MKDU ini. Adapun pentingnya program tersebut dapat
disimak dari kutipan ini (Dep. P dan K, 1983 : 8).
... Pendidikan Umum di Perguruan Tinggi bertujuan
mempersiapkan mahasiswa agar dalam memasuki kehidupan
masyarakat, mereka dapat mengembangkan kehidupan pri badi yang memuaskan, menjadi anggota keluarga yang ba-hagia, menjadi warga negara yang bertanggung jawab da
ri Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan falsafah Pancasila.
Rumusan di atas menyebutkan bahwa salah satu tujuan
program MKDU adalah membentuk perilaku mahasiswa menjadi
warga negara yang bertanggung jawab. Namun isi sebuah tu
juan inipun telah sangat luas, oleh karena memberi
pelu-ang penaf6iran dari berbagai sudut lainnya. Contoh yang dikemukakan oleh Numan Somantri (1976 : 28), yaitu "...
mendidik warga negara yang baik, ...dapat dilukiskan de
ngan "warga negara yang patriotik, toleran, loyal terha
dap bangsa dan negara, beragama, demokratis...",
meraper-lihatkan bahwa kekaburan dari sebuah konsep akan lebih
su-lit lagi apabila konsep tersebut
dikomunikasikan
dengan
konsep-konsep lain yang juga sifatnya sangat umum . Numan
mengemukakan bahwa dalam ilmu-ilmu sosial, "two different
names are unknowingly being used for the same thing or the some words is being applied to two different phenomena"
(Numan Somantri, 1976 : 74).
Terlalu luasnya isi tujuan pengajaran afektif demi
kian menyebabkan sulitnya dilakukan evaluasi terhadap
ke-berhasilannya. McKenzie, dkk. (1972 : 10) mengatakan bahwa
penggunaan bahasa untuk merumuskan sebuah tujuan (objec
tive) , seharusnya lebih operasional daripada perumusan se
buah cita-cita (aim). Cita-cita adalah jawaban terhadap
pertanyaan mengapa suatu topik diajarkan, sedangkan tujuan adalah jawaban terhadap pertanyaan tentang apa yang akan
dicapai apabila topik itu telah diajarkan. Dengan demikian
instrumen penilaian hanya dapat bersumber dari tujuan, ti
dak dapat secara langsung bersumber dari cita-cita.
Di samping terlalu luasnya isi tujuan pengajaran da
lam rangka pembentukan perilaku mahasiswa agar dapat men
jadi warga negara yang bertanggung jawab ini,persoalan
la-innya adalah yang berkenaan dengan bahan pengajaran itu sendiri. Sebagaimana diketahui, pembekalan yang disajikan
agar dapat terbentuk perilaku yang diharapkan
tersebut,ti-daklah disajikan secara khusus dalam mata kuliah kewargaan
negara, akan tetapi secara implisit atau terpadu dalam ba
han mata kuliah Pendidikan Umum atau MKDU. Untuk hasil
be-lajar yang pencapaiannya diperoleh melalui perpaduan
con
13
menyebutnya sebagai "dampak penyerta" atau "dampak
pengi-ring" (nurturant effects), yaitu hasil belajar yang
diha-rapkan terbentuk, di samping yang merupakan dampak
in-struksional langsung dari hasil belajar content dan skills
akademis yang disajikan. Mereka (1980 : 16-18)
mengemuka-kan hal tersebut sebagai berikut :
The effects of an environment can be dirbct— design
ed to come from the content and skills on which theactivities are based. Or, effects can be implicit in the learning environment... the description of the ef fects of models can validly be categorized as the direct or instructional effects and the indirect or nurturant
effects.
Dikatakan juga bahwa hasil belajar berbentuk
ke-warganegaraan aktif (active citizenship). dan
kesepakat-an terhadap demokrasi (commitment to democracy),misalnya.
dapat diperoleh secara tidak langsung dari bentuk penga
jaran yang didasari oleh content dan skills tentang hal
democratic, dengan menetapkan academic content dan demo
cratic process skills sebagai dampak instruksionalnya, yaitu sebagaimana tampak dalam Bagan 1 berikut ini.
Instructional
Nurturant
Academic Content
Democratic Process
Skills
Commitment
to Democracy
Active Citizenship
Bagan 1. Model Pengajaran tentang Kewargaan Negara
Berdasarkan uraian di atas, maka hasil belajar yang
ditetapkan sebagai salah satu tujuan program MKDU di per
guruan tinggi, yaitu terbentuknya perilaku agar dapat men
jadi warga negara yang bertanggung jawab, yang menjadi to
pik penelitian ini, serta yang masih merupakan konsep te
oritis, akan dijabarkan dalam konsep
empirisnya
menjadi
pemahaman tentang perilaku warga negara yang
bertanggung
jawab.
Pemahaman ini terbentuk sebagai dampak pengiring dari
hasil belajar yang secara langsung diperoleh melalui se
tiap mata kuliah MKDU.
Tercapai tidaknya hasil belajar yang
diharapkan,ter-utama yang merupakan pemahaman tentang perilaku warga ne
gara yang bertanggung jawab demikian, sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor . Berkenaan dengan hal ini Numan
Somantri antara lain mengemukakan bahwa hal tersebut da
pat terbentuk "dari pendidikan di rumah dan pendidikan di
luar kelas sekolah" (1976 : 48).
Dan sependapat dengan rumusan ini, B. Frank Brown (1977:
6) menyatakan :
... the entire responsibility for civic education
cannot be fostered on the schools. Other institutions: local, state, and federal governments, along with the television medium have a major role to play in the reconceptualization of education for responsible cit izenship.
Kedua rumusan di atas
menunjukkan
berbagai faktor
15
sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Namun sesuai
dengan ruang lingkup penelitian ini,
yang
terbatas
pada
pengkajian faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan
dari hasil belajar formal di sekolah melalui program Pen
didikan Umum atau MKDU, maka penentuan faktor-faktor yang
diperkirakan mempunyai hubungan demikian akan dicari dari
faktor pada diri mahasiswa itu sendiri.
Faktor internal yang dimaksud adalah persepsi maha
siswa tentang program Pendidikan Umum atau MKDU. Persepsi
mahasiswa tentang program tersebut akan mempengaruhi
tin-dakan-tindakan dan keputusan-keputusan dalam mengikuti
per-kuliahan MKDU. Hal ini akan tercermin pada hasil
belajar-nya, dalam hal ini berbentuk pemahaman tentang perilaku
warga negara yang bertanggung jawab.
Di sampi^g itu terdapat pula faktor eksternal yang
diramalkan mempengaruhi hasil belajar yang diharapkan itu.
Latar belakang sosial-budaya, khususnya status sosial eko
nomi dan pola pendidikan orang tua, diperkirakan akan mem
pengaruhi sikap, minat, dan perilaku serta gaya hidup
se-seorang di dalam lingkungan sosialnya, yaitu di dalam
meng-hadapi berbagai situasi kehidupan yang dihayatinya. Dalam
penelitian ini situasi kehidupan yang harus dihadapi
oleh
para mahasiswa IKIP Bandung adalah program pembangunan ma
nusia Indonesia seutuhnya.
Latar belakang sosial budaya yang dimiliki oleh para
serta pemahaman mereka tentang perilaku warga negara yang
bertanggung jawab, yang merupakan ciri keikutsertaan mere
ka dalam program pembangunan tersebut.
Berdasarkan gejala ini dapat disimpulkan tepat
tidak-nya persepsi mahasiswa tentang program Pendidikan Umum,
tinggi rendahnya latar belakang sosial ekonomi, baik
bu-ruknya pola pendidikan orang tua, seluruhnya akan mempenga
ruhi tercapainya perilaku yang diharapkan.
B. Masalah yang Diteliti
Program Pendidikan Umum di IKIP Bandung, yang mata
kuliahnya disebut Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU),
keberha-silannya ditandai dengan dimilikinya kepekaan terhadap ma salah sosial-budaya oleh para mahasiswa. Tingginya pema
haman mahasiswa tentang perilaku warga negara yang bertang
gung jawab merupakan salah satu indikator yang penting da
lam menilai kepekaan terhadap masalah sosial - budaya itu
dan merupakan faktor yang penting untuk menentukan
keber-hasilan program.
Pemahaman mahasiswa tentang perilaku warga negara
yang bertanggung jawab dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada pada dirinya dan yang terdapat di luar dirinya, antara
lain oleh kebutuhan-kebutuhannya, tujuan-tujuannya, kondi
si dan latar belakang kehidupannya. Atau dengan perkataan
lain, pemahaman mahasiswa tentang perilaku warga negara
17
persepsi dirinya tentang program Pendidikan Umum, dan de
ngan latar belakang sosial-budayanya, dalam hal ini status
sosial ekonomi dan pola pendidikan orang tua.
Penelitian ini dipusatkan kepada masalah yang
diru-muskan dalam pertanyaan pokok sebagai berikut: "Sejauh
ma-nakah kualitas persepsi mahasiswa tentang program Pendi
dikan Umum yang telah diikutinya. dan kualitas
status so
sial ekonomi orang tua, serta kualitas pola pendidikan
orang tua, berkontribusi terhadap pemahaman mahasiswa ten
tang perilaku warga negara yang bertanggung ,iawab ?".
Berdasarkan rumusan masalah
penelitian
tersebut di
atas, dapatlah dikemukakan variabel-variabel sebagai beri
kut :
(1) Variabel pemahaman tentang perilaku warga negara yang
•bertanggung jawab sebagai variabel tak bebas atau
ter-ikat, atau variabel terpengaruh, atau disebut juga se
bagai variabel dependen (dependent variable);
(2) Variabel persepsi sebagai variabel pengaruh atau vari
abel independen (independent variable);
(3) Latar belakang sosial budaya, yang di sini diwakili
oleh dua variabel, yaitu variabel status sosial ekono
mi orang tua dan variabel pola pendidikan orang tua, masing-masing merupakan variabel independen.
1. Variabel Pemahaman tentang Perilaku Warga Negara yang
Pemahaman mahasiswa tentang perilaku warga negara
yang bertanggung jav/ab, merupakan salah satu hasil belajar yang diandalkan sarana pencapaiannya melalui program Pen
didikan Umum atau MKDU. Hal ini tertuang dengan jelas da
lam penetapan tujuan Pendidikan Umum di perguruan tinggi,
sebagaimana telah diutarakan dalam uraian di muka, yaitu
untuk mempersiapkan mahasiswa agar dalam memasuki kehi
dupan masyarakat, mereka dapat menjadi warga
negara yang
bertanggung jawab.
Penekanan akan pentingnya pemahaman tentang perila
ku warga negara yang bertanggung jawab tersebut , sejalan
dengan upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Bangsa Indone
sia dan berdasarkan Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia, yaitu pembentukan manusia seutuhnya. Disadari bahwa
men-didik mahasiswa sesuai dengan tujuan-tujuan di atas,
bu-kan semata-mata untuk pemilibu-kan ilmu pengetahuan,dan tek
nologi serta berbagai kemahiran lainnya sebagai kompeten
si profesional. "Hidup dan peran seseorang dalam
bermasya-rakat, berbangsa dan bernegara jauh lebih paripurna si fatnya dari sekedar manusia berilmu, terampil atau ahli
belaka" (Dep. P dan K, 1983 : 6).
Pemahaman tentang perilaku warga negara yang ber
tanggung jawab dalam penelitian ini ditandai oleh penge
tahuan mahasiswa terhadap berbagai hal yang menyangkut pemerintahan dan program-program pemerintah, serta oleh
19
kepentingan umum. Tinggi rendahnya pemahaman tersebut,di
pengaruhi, baik oleh faktor-faktor yang berasal dari diri
mahasiswa itu sendiri (faktor kepribadian),
maupun
oleh
faktor-faktor yang berasal dari luar pribadinya.
Bertitik-tolak dari pemikiran tersebut di atas, maka
pemahaman mahasiswa tentang perilaku warga negara yang
bertanggung jawab adalah variabel tergantung atau terikat
atau tak bebas, atau variabel dependen (dependent - vari
able) , yang berarti dapat dipengaruhi atau mempunyai
kaitan dengan variabel lain, dalam hal ini variabel per
sepsi dan variabel status sosial ekonomi serta variabel
pola pendidikan orang tua.
2. Variabel Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek kepribadian yang
penting. Banyak ahli yang telah mengemukakan pentingnya
peranan persepsi seseorang. Orang - orang yang berlainan
melihat obyek-obyek yang sama pada waktu yang bersamaan,
tetapi dengan persepsi yang berbeda mungkin akan melihat hal yang berbeda. Mar'at (1984 : 22) mengemukakan bahwa "persepsi ini dipengaruhi oleh faktor - faktor pengalaman,
proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya". Dalam arti
yang serupa, Basset dan Smythe (1979 : 51) merumuskan bah
wa persepsi adalah proses penerimaan dan pe.-iberian arti pada stimulus yang datang, atau dengan kata lain adalah
cara-cara seseorang memperlakukan informasi yang masuk .
dapat membantu untuk memahami perbedaan-perbedaan
pandang-an ypandang-ang timbul di pandang-antara mpandang-anusia.
Persepsi mahasiswa tentang program Pendidikan Umum
atau MKDU, ditampilkan dalam penelitian ini
sebagai salah
satu variabel yang mempengaruhi terbentuknya pemahaman
tentang perilaku warga negara yang bertanggung jawab. Hal
ini dikarenakan bentuk pemahaman itu diandalkan
pencapai-annya di perguruan tinggi, termasuk IKIP Bandung, melalui
program Pendidikan Umum atau MKDU.
Persepsi yang tepat dari para mahasiswa tentang
program Pendidikan Umum yang diselenggarakan, memberikan
pengaruh yang baik pula terhadap hasil belajar yang
diha-rapkan dari MKDU itu.
Atas dasar pemikiran di atas, maka variabel persep
si mahasiswa tentang program Pendidikan Umum atau MKDU
dalam penelitian ini dipandang sebagai variabel indepen
den (independent variable) yang dapat mempengaruhi varia
bel lain.
3. Variabel Status Sosial Ekonomi
Masyarakat memiliki keragaman anggotanya berdasar-kan latar belakang sosial ekonomi. Di dalam masyarakat
terjadi atau terdapat pengelompokan dan penggolongan atas
dasar keragaman itu. Pengelompokan dalam struktur masya
rakat umumnya didasarkan pada tingkat umur, jenis kelamin,
21
Berdasarkan pengelompokan itu, dikenal adanya "Kelas
Atas (Upper Class),
Kelas
Menengah
(Middle
Class) dan
Kelas Bawah (Lower Class)" (Krech, et al.,
1982 : 314).
Masing-masing kelompok, kelas atau lapisan tersebut mem
bentuk lingkungan sosialnya sendiri yang mempengaruhi pu
la tingkah laku para anggotanya. Setiap kelompok atau
go-longan dalam masyarakat memperlihatkan karakteristik
ter-sendiri yang membedakannya dari kelompok lain.
Dengan perkataan lain, mahasiswa dengan status sosial eko
nomi tertentu}mempunyai kecenderungan bertingkah laku
ter-tentu, yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya.
Atas dasar pemikiran di atas, maka variabel status
sosial ekonomi dalam penelitian ini dipandang sebagai va
riabel independen (independent variable). seperti halnya
persepsi.
4. Variabel Pola Pendidikan Orang Tua
Adapun yang dimaksud dengan latar belakang
sosial-budaya dalam penelitian ini, adalah latar belakang kehi dupan mahasiswa ditinjau dari dua segi.Segi pertama berda sarkan status sosial ekonomi seperti dikemukakan di atas,
segi kedua berdasarkan sistem nilai budaya yang dianut
mahasiswa yaitu di sini pola pendidikan orang tua.
Berkaitan dengan masalah tersebut, tim Dep. P dan K
yang telah mengadakan penelitian terhadap mahasiswa di In
donesia pada tahun 1977/1978, memberikan
gambaran
bahwa
pembentukan kepribadian mahasiswa, dibandingkan dengan
pe-ngaruh-pengaruh lain di luar lingkungan keluarga" (Anali sis Pendidikan. 1981 : 90).
Pola pendidikan orang tua ini dicirikan oleh tiga
bu-ah tipe sikap, yaitu memiliki. menguasai, dan demokratis
(Shoben,1963 : 36-37 dan E. M. Drews, 1963 :
3^>),
sebagai
mana akan dijelaskan kemudian secara terinci pada bab
landasan teoritis. Dengan demikian variabel pola pendidik
an orang tua terdiri atas 3 sub variabel sesuai dengan ci
ri-ciri di atas, yaitu :
a. sub variabel tipe sikap memiliki,
b. sub variabel tipe sikap menguasai, dan
c. sub variabel tipe sikap demokratis.
Ketiga sub variabel pola pendidikan orang tua tersebut da
lam penelitian ini dipandang sebagai sub variabel indepen
den.
Adapun model hubungan antar variabel-variabel di atas,
agar jelasnya adalah sebagaimana tampak dalam Bagan 2
Pa-radigma Penelitian, yang diterakan pada halaman berikut.
C. Tujuan Penelitian
Masalah pemahaman mahasiswa tentang perilaku warga
negara yang bertanggung jawab merupakan masalah yang pen
ting untuk dikaji. Keberhasilan suatu program pendidikan
tinggi ditandai oleh hasil belajar mahasiswa yang menunjuk
STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA
Tipe Sikap Memiliki • Tipe Sikap Menguasai
Tipe Sikap
Demokratis
ERSEPSI TENTANG ROGRAM MATA KULIAH
lASAR UMUM
X,
PEMAHAMAN TENTANG
PERILAKU WARGA NEGARA YANG BERTANGGUNG JAWAB
23
Bagan 2. Paradigma Penelitian
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pene
litian ini adalah sebagai berikut :
(1) Mengadakan eksplorasi tentang faktor-faktor yang mem
pengaruhi terbentuknya pemahaman tentang perilaku war
ga negara yang bertanggung jawab di antara para maha
siswa IKIP Bandung, yaitu persepsi mahasiswa
tentang
program Pendidikan Umum atau MKDU, serta latar bela
kang sosial budayanya, dalam hal ini status sosial
ekonomi dan pola pendidikan orang tua.
(2) Menganalisis hubungan yang ada,
antara faktor-faktor
tersebut di atas dengan pembentukan pemahaman maha
jawab pada para mahasiswa IKIP Bandung.
(3) Mendeskripsikan karakteristik-karakteristik mahasiswa
IKIP Bandung yang telah mengikuti 5 dari keenam Mata
Kuliah Dasar Umum yang
berhubungan dengan pemahaman me
reka tentang perilaku warga negara yang bertanggung
jawab.
D. Pentingnya Masalah yang Diteliti
Dengan tujuan-tujuan sebagaimana telah dikemukakan di atas, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan
bagi dunia pendidikan formal, informal maupun non formal,
dari segi teori maupun dari segi praktis.
Dari segi teori, hasil penelitian ini selain dapat merupakan tambahan pengetahuan yang telah ada, yang berke
naan dengan hubungan antara karakteristik - karakteristik
mahasiswa, dapat pula merupakan tambahan pengetahuan teo
ritis yang lebih mengkhusus pada pembentukan pemahaman ma
hasiswa tentang perilaku warga negara yang bertanggung ja
wab, yang diandalkan keberhasilannya di perguruan tinggi melalui program Pendidikan Umum atau MKDU.
Dari segi praktis, hasil penelitian
ini
diharapkan
dapat merupakan sumbangan bagi para pengelola atau
peren-cana pendidikan, khususnya program Pendidikan Umum atau
MKDU, sebagai tambahan informasi yang dapat digunakan
un
tuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan
aktivitas
.{WW *>>?,
/** i--*. •. » * * •*-/&? -j. .wrap
YANG BERTANGGUNG JAWAB DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKANNYA
A. Konsep Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
Mahasiswa merupakan suatu kalangan atau kategori da
lam masyarakat yang sedang mencari identitasnya dengan
te-kanan utama pada usaha-usaha atau kegiatan - kegiatan untuk
dapat berdiri sendiri. Kemandirian itu merupakan
titik-to-lak utama agar dapat menjadi warga negara yang bertanggung
jawab, yang secara aktif berfungsi sebagai unsur yang
mem-pertahankan dan mengembangkan integrasi masyarakat,khusus
nya masyarakat yang bersifat pluralistik seperti Indonesia.
Dari uraian di atas tampak bahwa perilaku warga ne
gara yang bertanggung jawab merupakan perilaku idaman,yang
diharapkan terbentuk terutama
di kalangan
mahasiswa yang
menjadi obyek studi ini. Namun demikian,
"Apakah
sebenar-nya yang dimaksud dengan perilaku warga negara
yang
ber
tanggung jawab itu ?".
Jawaban atas pertanyaan ini memang telah banyak di
kemukakan orang dalam berbagai literatur , walaupun dengan
mempergunakan istilah atau konsep yang
berlainan.
Banyak
pula bahkan di antaranya yang "menghubungkannya dengan kon
sep-konsep lain yang juga sifatnya sangat umum" (Numan
Somantri, 1976 : 26). Hal ini menyebabkan
pengertian ten
tang perilaku warga negara yang bertanggung jawab tersebut
bahkan menjadi kabur, yaitu
sebagaimana telah
dijelaskan
36
dalam uraian pada Bab I.
Berdasarkan pemikiran di atas, dan bertitik - tolak
dari istilah perilaku warga negara yang bertanggung jawab
itu sendiri, yang merupakan petunjuk utama
mengenai
ke
pribadian yang sehat sebagai bentuk perilaku yang diharap
kan dari 6eseorang di dalam pola kehidupan bermasyarakat,
maka konsep-konsep mengenai perilaku ini akan
memperguna-kan pendekatan yang menerangmemperguna-kan masalah perilaku dari se
gi gejala positif. Hal ini mengandung arti bahwa
konsep-konsep yang akan dikemukakan berkaitan dengan kondisi ke
hidupan yang optimal,dipandang dari bagaimana
seharusnya
manusia hidup dalam suatu masyarakat. Pendekatan semacam
ini disebut oleh Schultz (1977: 1) sebagai berikut, "The
focus toward what a person can become, not what he or she
has been or is at the moment".
Tinjauan perilaku dari segi gejala positif yang akan
dikemukakan pada uraian berikut ini, pada dasarnya memang
tidak dirumuskan dalam istilah warga negara yang bertang
gung jawab, namun rumusan-rumusan tentang kepribadian yang sehat paling tidak merupakan kriteria perilaku yang di
perkirakan memiliki kesesuaian dengan obyek studi ini.
Gordon Allport (1897 - 1967) misalnya mengembangkan
teorinya mengenai kepribadian yang sehat tersebut dengan
model yang disebut Pribadi Matang (The Mature Person ) .
Konsep utama yang dipakai oleh Allport untuk menjelaskan
ditunjukkan sebagai "... composed
of those
matters and
processes that are important and personal to
an individ
ual,
those aspects
that
define a person as unique"
(Schultz, 1977 : 12).
Self ini menurut Allport, terdiri atas berbagai hal
dan proses penting dan pribadi sifatnya bagi seorang in
dividu, yang mencakup aspek-aspek yang menetapkan diri se
seorang sebagai suatu keutuhan . Berdasarkan pemikiran ini
Allport mengemukakan enam kriteria yang juga merupakan ka
rakteristik dari Pribadi Matang tersebut, yaitu: "1.Exten
sion of self; 2. Warm relating of self to others -, 3. Emo
tional security • 4. Realistic perceptions,
skills ,
and
assignments ; 5. Self-objectification, insight, and
humor;
6. A unifying philosophy of life" (Donald H.Blocher,1974:
93 - 94).
Adapun yang dimaksud oleh Allport dengan keenam ka
rakteristik Pribadi Matang ini adalah sebagai berikut :
1) Ekstensi dari Self, adalah kemampuan individu untuk
mengembangkan konsep dirinya,dengan
mulai
menyadari
makna kesatuan dirinya dengan obyek atau orang - orang lain dalam suatu lingkungan tertentu. Kemampuan
meng-ekstensikan dirinya ini tampak dari kesepakatannya un
tuk berpartisipasi secara aktif dalam segala bentuk
aktivitas kehidupan. Pribadi Matang mampu untuk ber
partisipasi, mengidentifikasi dan berusaha keras demi
tujuan-tujuan yang lebih luas daripada
tujuan-tujuan
38
dirinya sendiri.
2) Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang Lain , adalah
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang la
in, yang disebut oleh Allport sebagai intimacy dan
love. Hubungan interpersonal demikian dicirikan oleh
sikap empati dan belas kasihan (compassion).
Pribadi
Matang memiliki kemampuan untuk memberikan cinta, se
dangkan pribadi yang tidak matang ingin dicintai.
3)
Kema-ntapan Emosional. adalah kemampuan individu untuk
memelihara stabilitas emosional. Kemampuan ini timbul
dari penerimaan diri (acceptance of self),
yang
me-mungkinkannya untuk bertoleransi terhadap tekanan dan
frustasi. Kemampuan emosional ini tercermin dalam self
control terhadap emosi.
4) Persepsi, Keterampilan dan Pelaksanaan Tugas yang
Re-alistis. Dalam hal ini mampu untuk melakukan
fungsi-nya secara efisien dalam ruang lingkup persepsi serta
kognisinya. Ia memiliki perilaku intelektual yang
cer-mat dan realistis, dalam arti dapat menerima
kenyata-an hidup sebagaimkenyata-ana adkenyata-anya, termasuk kenyatakenyata-an diri
sendiri dan kenyataan dari setiap keputusan serta tin-dakan yang diambil. Ia juga memiliki sejumlah kete
rampilan dan teknik pemecahan masalah secara efektif.
Ia mampu untuk memusatkan energinya di dalam menyele-saikan tugas secara memadai.
yang matang memiliki wawasan diri (self - insight) yang
realistis. Ia mengenali dirinya sendiri.
Ia
memiliki
sense of humor yang baik, termasuk juga mampu
menerta-wakan kelemahan dirinya sendiri. Karakteristik demiki
an ditimbulkan oleh kemampuan untuk menempatkan
diri
nya dalam perspektif yang luas dan obyektif.
6)
Memiliki Pandangan Hidup yang Mengutuhkan Diri . Orang
yang memiliki kepribadian yang matang mampu
mempergu-nakan berbagai pendekatan terpadu
terhadap kehidupan,
yang memberikan konsistensi dan makna kepada
perilaku-nya. Dengan pendekatan ini
ia mengembangkan
dirinya
agar sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan
men-jadikan sistem nilai tersebut sebagai
bimbingan
bagi
dirinya agar dapat mengimplementasikan nilai
nilainya
sendiri.
Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, Blocher (1974 :
94), menyimpulkan bahwa Allport menggambarkan Pribadi Ma
tang tersebut sebagai tipe manusia yang
suka
mengulurkan
tangan dan memiliki perhatian atau keterlibatan
sosial,se-lain itu ia juga adalah orang yang
aktif , efektif
serta
memiliki orientasi nilai.
Adapun Carl Rogers memiliki konsep tentang kepriba
dian sehat ini, yang disebutnya sebagai Pribadi Berfungsi
secara Penuh (Fully Functioning Person). Ciri-ciri pribadi
yang berfungsi penuh dalam arti sehat dan normal,
menurut
40
person would be open to his experiences; 2. This person
will live in an existential way; 3- This person trusts
himself".
Penjelasan dari masing-masing karakteristik Pribadi
Berfungsi secara Penuh tersebut adalah sebagai berikut
ini.
1) Keterbukaan Diri. dalam arti orang tersebut memiliki
sikap yang tidak defensif atau menolak terhadap
aspek-aspek dari lingkungannya yang dapat menghasilkan peru
bahan. Seluruh aspek dari lingkungannya ini merupakan
hal yang bermanfaat bagi dirinya untuk membentuk
per-sepsi-persepsi yang tepat dan realistis. Ia hendaknya
tidak menutupi diri terhadap peluang mengalami sendiri
secara penuh aspek-aspek lingkungannya tersebut.
2) Hidup secara Eksistensial. dimaksudkan bahwa orang ha
rus mampu menghadapi keberadaan diri dalam situasi di
mana ia hidup, yang merupakan proses yang sedang
dija-lani (ongoing) maupun yang akan dijadija-lani (becoming).
3) Kepercayaan Diri. yang berarti keinginan melakukan se
suatu yang dirasa benar (feels right), dan yang
meng-akui bahwa feelings-nya tersebut merupakan pembimbing-nya yang terpercaya dalam melakukan semua tindakanpembimbing-nya.
Ia memiliki feeling of direction dan konsistensi yang
timbul dari dalam dirinya sendiri, bukan dari ling
Blocher (1974: 94-95) mengemukakan kesimpulan Rogers
mengenai ketiga kecenderungan yang dirumuskannya di atas,
sebagai berikut ini :
He is more able to experience all of his feelings and
is less afraid of any of his feelings; he
is
his
own
sifter of evidence from all sources; he is completely
engaged in the process of being and becoming
himself,
and thus discover that he is soundly and realistically
social; he lives completely in this moment
but
learns
that this is the soundest living for all time. He is a
fully functioning organism, and because of the awareness
of himself which flows freely in and through his expe
riences, he is becoming a fully functioning person.
Selanjutnya, dari para ahli lain ditemukan pula bebe
rapa deskripsi mengenai aspek-aspek dan ciri-ciri dari ke
pribadian sehat ini. E. J. Shoben (Blocher, 1974 : 95)
me
ngemukakan empat buah karakteristik kepribadian sehat yang
disebutnya sebagai Normal Personality, sebagai berikut ini.
1. Willingness to accept the consequences of behav
ior.
This is the personal responsibility or self-con
trol dimension.
2. Capacity for interpersonal relationships. This is
the ability of man to function as a social animal.
3- Obligation to society.
This
charateristic
in
volves the ability to identify as a group member and to
subscribe to the goals and purposes of the group.
4. Commitment to ideals and standards. This repre
sents the ability of the individual to commit himself
to some sets of value that go beyond himself (Garis ba wah oleh penulis).
Penjelasan dari keempat buah karakteristik di atas
adalah :
1. Kesediaan untuk Menerima Konsekuensi - konsekuensi dari
Perilaku. Sikap demikian merupakan tanggung jawab pri
42
2. Kapasitas untuk Hubungan Interpersonal. Hal ini merupa
kan kemampuan seseorang dalam melakukan fungsinya seba
gai mahluk sosial.
3. Kewajiban terhadap Masyarakat. Karakteristik ini
menca-kup kemampuan mengidentifikasikan diri sebagai
anggota
kelompok dan mendukung sasaran-sasaran serta tujuan-tu
juan kelompok.
4. Komitmen terhadap Cita-cita dan Standar.
Hal ini
men-cerminkan kemampuan individu untuk menjalankan kewajib
an pribadinya terhadap nilai-nilai yang berlaku di
se-putar dirinya.
Selanjutnya, Sikun Pribadi (1981: 172 - 175)
dengan
konsep Psiko-higiene mengemukakan beberapa bentuk manifes
tasi dari kepribadian, yang intisarinya adalah sebagai be
rikut, "(1) Memiliki perasaan aman,
dalam
arti dijauhkan
dari rasa kecemasan, (2) Rasa harga diri yang mantap , (3)
Spontanitas dan kehidupan emosi yang hangat
dan
terbuka,
(4) Mempunyai keinginan-keinginan
yang
sifatnya duniawi,
jasmani yang wajar, dan mampu memuaskannya, (5) Dapat
be
lajar mengalah dan merendahkan diri sederajat
dari
orang
lain, (6) Tahu diri, (7) Memiliki kemampuan melihat
reali-tas sebagai realireali-tas dan memperlakukannya sebagai realireali-tas,
(8) Memiliki toleransi terhadap ketegangan, (9)
Integrasi
dan kemantapan dalam kepribadian, (10) Mempunyai tujuan hi
dup yang adekuat, (11) Memiliki kemampuan belajar dari
batas-batas tertentu dengan norma-norma kelompok, di mana
kita jadi anggota, (13) Memiliki kemampuan
tidak terikat
oleh kelompoknya, dalam arti memiliki pendirian sendiri
yang dewasa".
Berdasarkan keseluruhan uraian di atas, tampak bah
wa masing-masing ahli mempunyai penekanan yang berbeda
mengenai kepribadian yang sehat. Allport menggunakan kon
sep pribadi yang matang, Rogers dengan konsep pribadi yang
berfungsi penuh, Shoben menggunakan konsep kepribadian
normal dan Sikun Pribadi dengan konsep psiko - higienik.
Apabila konsep-konsep tersebut dikaji dalam tinjauan yang
lebih komprehensif, maka perkembangan kepribadian yang se
hat, normal, matang dan mantap tersebut akan mencakup
as-pek-aspek : (1) kematangan dan stabilitas
emosional, (2)
kematangan hubungan sosial dan intimitasnya, (3) kema
tangan intelektual dan sense of reality, serta (4)
tang-gung jawab dan disiplin diri.
Dari keempat aspek kepribadian yang sehat di atas,
tampak bahwa kematangan hubungan sosial dan intimitasnya.
serta tanggung jawab dan disiplin diri, merupakan aspek-aspek yang lebih mendekati konsep perilaku warga negara
yang bertanggung jawab, yang menjadi fokus penelitian ini.
Kedua aspek tersebut dijabarkan secara
lebih
jelas lagi
oleh Max G. Ruindungan (1984 : 100-101) ke dalam beberapa
44
1) Aspek Kematangan Hubungan Sosial dan Intimitasnya. de
ngan ciri-ciri :
(a) Kesediaan bekerjasama (koperatif);
(b) Kesungguhan dan keikhlasan dalam pastisipasi sosial;
(c) Sikap toleransi;
(d) Intimitas dalam pergaulan dan hubungan sosial;
(e) Kemampuan kepemimpinan.
2) Aspek Tanggung Jawab dan Disiplin Diri, dengan
ciri-ciri :
(a) Kesadaran akan etika dan hidup jujur;
(b) Kemampuan mengadakan pilihan dengan segala
konseku-ensinya;
(c) Kematangan melihat perilaku dari segi konsekuensi
atas dasar sistem nilai;
(d) Kemampuan otonomi dan bertindak independen;
(e) Kemampuan dalam disiplin diri.
Berbagai karakteristik di atas, yang diperkirakan dapat
dipergunakan untuk mengkaji konsep perilaku warga negara
yang bertanggung jawab, akan dijadikan sebagai salah satu
acuan bagi penjabaran konsep empiris dan konsep analitis.
Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, perilaku warga ne
gara yang bertanggung jawab tersebut dalam konsep empiris-nya merupakan bentuk perilaku sebagai hasil belajar dari
pendidikan formal, yang dirumuskan di sini, sebagai pema
Adapun pembekalan yang dipersiapkan agar kemampuan
tersebut dapat terbentuk, pada kenyataannya di perguruan
tinggi tidak disajikan secara eksplisit dalam salah satu
mata kuliah tertentu tentang kewarganegaraan, namun seca
ra implisit dititipkan pada 6 mata kuliah
yang tercakup
dalam Kurikulum Inti MKDU 1983. yaitu melalui Pendidikan
Agama, Pendidikan Pancasila,
Pendidikan
Kewiraan,
Ilmu
Budaya Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Alamiah
Dasar, de
mikian pula di IKIP Bandung yang menjadi obyek
peneliti
an ini.
Beberapa karakteristik yang diperkirakan dapat
menja-ring pemahaman tentang perilaku warga negara yang bertang
gung jawab di antara para mahasiswa IKIP Bandung terse
but, akan mengacu pula antara lain kepada perumusan Numan
Somantri (1976 : 34) sebagai berikut ini.
Mengetahui, memahami dan mengapresiasi cita-cita nasi
onal ;
dapat membuat keputusan-keputusan yang cerdas dan ber
tanggung jawab dalam berbagai masalah pribadi, masya
rakat dan negara.
Selain dari perumusan Numan Somantri di atas, akan
dipergunakan pula kriteria yang ditentukan oleh B. Frank
Brown (1976 : 5-6) dalam menunjukkan ciri-ciri orang yang
memiliki jiwa kewarganegaraan yang bertanggung jawab, se
bagai berikut ini.
1. To know what the principal issues are in contem porary society.
46
3. To be able to appraise
the
worth
of evidence
on
which disputes are based.
4. To have a predisposition to try to do something about
civic issues.
5. To be respectful of the opinions
and sincerity
of
others.
Perumusan Brown di atas apabila dijabarkan adalah sebagai
berikut :
1) Mengetahui apa yang menjadi isyu-isyu pokok dalam
ma
syarakat dewasa ini;
2) Kemampuan menanggapi dengan cermat argumen-argumen ten
tang sesuatu isyu;
3) Kemampuan menilai kebenaran fakta yang mendasari suatu
permasalahan;
4) Memiliki kecenderungan
untuk melakukan
sesuatu yang
berhubungan dengan kepentingan umum;
5) Menghargai pendapat dan ketulusan hati orang lain.
Dari keseluruhan uraian tentang berbagai karakte
ristik , baik sebagai hasil
penjabaran
konsep
perilaku
dari segi teoritis, maupun konsep pemahaman tentang peri
laku warga negara yang bertanggung jawab dari segi
empi-rik, tampak bahwa jenis-jenis kemampuan yang akan
dikaji
tersebut menunjuk pada sikap yang ditampilkan oleh
indi
vidu. Perilaku sosial maupun pemahaman
tentang
perilaku
sosial dari seorang individu, merupakan pantulan sikapnya
terhadap sesuatu obyek yang ada di dalam
lingkungan
hi
dupnya. Untuk keperluan penelitian ini perlu
dikemukakan
An attitude can be defined as an enduring system of
three components centering about a single object : the beliefs about the object—the cognitive component ;the
affect connected with the object—the feeling compo
nent; and the disposition to take action with respect to
the object—the action tendency component (Garis bawah
oleh penulis).
Dari rumusan Krech di atas terungkap bahwa tindakan indi
vidu itu ditampilkan oleh sikapnya, yang terdiri dari kom
ponen kognisi, afeksi dan kecenderungan bertindak.
Bertitik-tolak dari kenyataan tersebut, maka pema
haman tentang perilaku warga negara yang bertanggung
ja
wab, yang menjadi
obyek penelitian ini,
akan dikaji de
ngan mempergunakan alat ukur yang merupakan
skala sikap.
Adapun indikator-indikator yang
akan dipergunakan untuk
menjaring aspek pemahaman tersebut dipilih pula
agar da
pat terungkapkan pada komponen kognisi, afeksi dan kecen
derungan bertindak,di dalam ruang lingkup yang berhubung
an dengan kepentingan umum. Dengan demikian yang akan di
teliti adalah :
1) Komponen Kognisi : Pemahaman tentang isyu - isyu pokok
dalam masyarakat Indonesia dewasa ini,dengan ciri-ciri:
(a) Mengetahui tentang tujuan dan manfaat program pem
bangunan;
(b) Tanggap terhadap isyu-isyu tentang program pemba
ngunan.
2) Komponen Afeksi : Sikap terhadap hal - hal yang berhu
bungan dengan kepentingan umum, dengan ciri-ciri :
(a) Respon terhadap ajakan melakukan kegiatan kerja ke
PERILAKU WARGA NEGARA YANG BERTANflflTTWA JAWAB
ASPEK YANG DITELITI
A. KEMATANGAN HU
BUNGAN SOSIAL
DAN
INTIMITASNYA
B. TANGGUNG JAWAB
DAN
DISIPLIN DIRI
KARAKTERISTIK
(1). KESEDIAAN BEKERJASAMA (KOPERATIF)
(2). KESUNGGUHAN DAN KEIKHLASAN DALAM
PARTISIPASI SOSIAL.
(3). SIKAP TOLERANSI.
(4). INTIMITAS DALAM PERGAULAN DAN HU
BUNGAN SOSIAL.
(5). KEMAMPUAN KEPEMIMPINAN.
(1). KESADARAN AKAN ETIKA DAN HIDUP
JUJUR.
(2). KEMAMPUAN MENGADAKAN PILIHAN
DE-NGAN SEGALA KONSEKUENSINYA.
(3). KEMATANGAN MELIHAT PERILAKU DARI
SEGI KONSEKUENSI ATAS DASAR SIS
TEM NILAI.
(4). KEMAMPUAN OTONOMI DAN BERTINDAK
INDEPENDEN.
(5). KEMAMPUAN DALAM DISIPLIN DIRI.
Bagan 4. Gambaran Konseptual tentang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
luar kampus);
(b) Respon terhadap usaha membantu orang lain.
3) Komponen Kecenderungan Bertindak : Kecenderungan mela
kukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kepen
tingan umum, dengan ciri-ciri :
(a) Kecenderungan bekerja sama ;
(b) Kecenderungan mengatasi berbagai kesulitan dalam
kegiatan kelompok.
Keseluruhan uraian tentang konsep Perilaku Warga
Negara yang Bertanggung Jawab ini, menunjukkan suatu
mo
del hubungan antar aspek dan karakteristik permasalahan
yang diteliti, sebagaimana tampak pada Bagan 4..
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Pemahaman tentang Perilaku Warga Negara yang Bertanggung Jawab
Tinjauan para ahli terhadap kehidupan manusia seca
ra pribadi maupun secarakelompok, mengungkapkan
terdapat-nya berbagai faktor pokok yang mempengaruhi kehidupan ma
nusia tersebut. Soerjono Soekanto (1984 : 51) »
menyebut-nya bahwa faktor-faktor tersebut mencakup hal - hal yang
merupakan bagian atau unsur dari :
a. Raw-input, yaitu faktor-faktor individual dan latar belakang khidupan yang bersangkutan, misalnya pe
ngaruh orang tua;
D« Instrumental-input, yaitu faktor-faktor pendidikan
formal yang mempengaruhi seseorang, misalnya penga
ruh sekolah ;
51
Dari bagan persepsi tersebut tampak terdapatnya ber
bagai faktor yang mempengaruhi persepsi individu tentang
suatu