• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN TRADISIONAL PERMAINAN HADANG TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN TRADISIONAL PERMAINAN HADANG TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN TRADISIONAL PERMAINAN HADANG TERHADAP TINGKAT

KEBUGARAN JASMANI SISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi PGSD Penjas

Oleh

BUDI SUKARNO 0902651

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN JASMANI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

Pengaruh Pembelajaran Permainan Tradisional

Permainan Hadang Terhadap Tingkat

Kebugaran Jasmani Siswa

Oleh Budi Sukarno

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Budi Sukarno 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Budi Sukarno (2013). Pengaruh Pembelajaran Permainan Tradisional Permainan Hadang Terhadap Tingkat Kebugaran Jasmani Penelitian Eksperimen Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Gegerkalong Girang 1-2 Kota Bandung. Pembimbing I Dr. Tjetjep Habibudin, M.Pd. Pembimbing II Drs. M. Ruhiat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan pembelajaran permainan tradisional permainan hadang terhadap peningkatan kebugaran jasmani pada siswa kelas IV SD Negeri Gegerkalong Girang 1-2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode exsperimen (metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan). Desain penelitian menggunakan one group pretest-posttest design. Populasi siswa kelas IV SD Negeri gegerkalong Girang 1-2 sebanyak 44 orang, sampel penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Gegerkalong Girang1-2 sebanyak 30 orang dengan rincian 15 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Teknik pengambilan sampel yaitu Purposive sample. Waktu penelitian yaitu selama 2 bulan, jumlah latihan 18 kali pertemuan, dengan frekuensi jadwal latihan 1 minggu 3 kali. Bentuk tes yang digunakan penulis adalah TKJI (tes kesegaran jasmani Indonesia) yang disesuaikan dengan umur masing-masing siswa. Berdasarkan dari hasil penghitungan dan analisis data kelompok putri diperoleh rata-rata tes awal TKJI 5,8, rata-rata tes akhir 19 dengan selisih 13,2. Sedangkan kelompok putra rata-rata tes awal TKJI 6,6, rata-rata tes akhir 21,2, dengan selisih 14,6. Maka selisih perbandingan kelompok siswa putra dan putri kelas IV SD Negeri Gegerkalong Girang 1-2 adalah 1,4. Hal ini berarti, hasil kelompok latihan siswa putra dan putri kelas IV SD Negeri Gegerkalong Girang 1-2 menunjukkan peningkatan kebugaran jasmani. Kesimpulan terdapat pengaruh pembelajaran permainan tradisional permainan hadang terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa.

(5)

ABSTRACT

Budi Sukarno (2013). The Effect of Traditional Games Learning: Hadang Game toward The Level of Physical Fitness (The Experimental Research In Fourth Grade Students of SD Negeri 1-2 Gegerkalong Girang, Bandung). Supervisor I: Dr. Tjetjep Habibudin, M.Pd., Supervisor II: Drs. M. Ruhiat.

The purpose of this study was to determine whether there is any effect of the implementation of traditional games: Hadang Game toward the level of physical fitness elementary of fourth grade school students in SDN 1-2 Gegerkalong Girang. The method used in this study is the experimental method (the method which is used to find the effect of a particular treatment over another in uncontrolled conditions). In designing the research, the researcher was using a one group pretest-posttest design. The population of fourth grade students in SDN 1-2 Gegerkalong Girang was 44 people, and the sample used in this research was 30 people, including 15 male students and 15 female students. Purposive sampling was used as a technique to obtain the sample. The study was carried out in 2 months, including 18 training sessions, with 3 times training in a week. The test form used by the researcher was TKJI (Indonesia physical fitness test), adjusted to the age of each student. Based on the results of calculation and data analysis, the female group gained an average score 5.8 of TKJI initial tests, the average score of final test was 19 with a difference score of 13.2. While the male group gained an average score 6.6 of TKJI initial test, the average score of final test was 21.2, with a difference score of 14.6. Thus, the difference score in the comparison of male and female group was 1.4. It means the result of the training group of male and female in class IV SDN Gegerkalong Girang 1-2 shows there is an improvement of physical fitness. It could be concluded that there were significant effect in learning by playing traditional game: Hadang Game toward the level of physical fitness of students.

(6)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN ...

DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...

A. Hakikat Kebugaran Jasmani ... 1. Pengertian Kebugaran Jasmani ... 2. Komponen Kebugaran Jasmani ... 3. Komponen Sistem Latihan ...

Kebugaran Jasmani ... 4. Cara-cara Latihan Untuk Meningkatkan ... Kebugaran Jasmani ... 5. Latihan Untuk Cacat Jasmani ... yang Bukan Bawaan ... 6. Mengukur Tingkat Kebugaran Jasmani ...

(7)

B. Hakikat Bermain ... 1. Pengertian Bermain ... 2. Tujuan-tujuan Bermain ... 3. Teori-teori Bermain ... 4. Fungsi Bermain dalam Pendidikan ... C. Hakikat Permainan Tradisional ... 1. Pengertian Permainan Tradisional ... 2. Manfaat Permainan Tradisional ... 3. Aktivitas Permainan Tradisional ... 4. Permainan Hadang ...

BAB III METODE PENELITIAN ...

A. Metode Penelitian ... B. Populasi dan Sampel ...

(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Hasil pengolahan dan Analisis Data ... B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 1. Uji Normalitas Data ... 2. Pengujian Homogenitas ... C. Pengujian Hipotesis ... D. Diskusi Penemuan ...

74 74 75 75 75 77 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

80 80 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebugaran jasmani merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat sehat dinamis seseorang yang menjadi kemampuan jasmani dasar untuk dapat melaksanakan tugas yang harus dilaksanakan. Dengan fisik yang sehat dan bugar, seseorang dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan optimal. Kebugaran yang dimiliki seseorang akan memberikan pengaruh terhadap kinerja seseorang dan juga akan memberikan dukungan yang positif terhadap produktivitas bekerja atau belajar.

Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan fisik jasmani, sehingga masalah kemampuan fisik jasmani merupakan faktor dasar bagi setiap aktivitas manusia. Oleh karena itu untuk setiap aktivitas manusia sehari-hari, minimal harus mempunyai kemampuan fisik jasmani yang selalu mampu mendukung tuntutan aktivitas itu dan tentu saja lebih baik lagi bila memiliki pula cadangannya. Adanya kemampuan fisik yang melebihi kebutuhan minimal, menjamin kelancaran tugas dan kesejahteraan diri keluarganya, karena masih selalu mempunyai kemampuan untuk melakukan tugas extra lainnya.

Seseorang memiliki kebugaran jasmani yang optimal, maka dalam melakukan pekerjaannya tanpa merasakan lelah yang berlebihan walaupun pekerjaanya itu berat dan melelahkan. Tetapi sebaliknya jika tidak memiliki kebugaran jasmani yang tinggi, segala pekerjaan apapun akan terasa berat. Maka kebugaran jasmani adalah kesanggupan atau kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan dan memiliki kesanggupan untuk melakukan pekerjaan lainnya.

(10)

panjang. Sehat dan bugar ini tidak dapat diperoleh dalam waktu singkat, namun memerlukan keuletan dan kesabaran untuk selalu mengikuti program secara tepat dan teratur. Seperti yang dikemukakan Tarigan (2012: 31), yang membagi dua kelompok besar kebugaran jasmani yaitu kelompok kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan (health-related-fitness) dan kelompok kebugaran jasmani yang berkaitan dengan prestasi (performance-related-fitness).

Kebugaran anak-anak usia sekolah juga sangat penting. Terutama kebugaran dalam mendukung motivasi belajar siswa. Secara logika, apabila seorang siswa sakit sulit untuk berkonsentrasi belajar. Motivasi belajar yang tinggi dapat meningkatkan prestasi belajar. Dengan demikian kebugaran secara signifikan tidak langsung memiliki kontribusi terhadap prestasi belajar, namun anak pada usia sekolah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dioptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk aspek fisik. Artinya aspek fisik sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara hubungan tubuh, keterampilan gerak, dan kontrol gerak, keterampilan gerak anak tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan kontrol gerak. Kontrol gerak tidak akan optimal tanpa kebugaran tubuh. Kebugaran tubuh tidak akan tercapai tanpa latihan fisik. Adapun tujuan utama pendidikan kebugaran, yakni:

Menurut Suherman (2011: 116), menyebutkan bahwa:

Tujuan pendidikan kebugaran adalah untuk pengembangan dan pemeliharaan kebugaran siswa dan bukan hanya menjadikan para siswa ahli dalam bidang olahraga tertentu semata. Pendidikan kebugaran dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan, keterampilan yang menguntungkan bagi kesehatan dan perilaku gaya hidup aktif dan sehat sepanjang hayat. Tujuan mengajar kebugaran kepada siswa adalah membantu mereka memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang membawa mereka ke gaya hidup aktif.

(11)

bertujuan untuk meningkatkan derajat kebugaran anak. Para siswa selama enam hari telah mengikuti pembelajaran mata pelajaran yang lain, selain mata pelajaran pendidikan jasmani secara terus-menerus dari pagi hingga siang, bahkan masih ditambah kegiatan ekstrakurikuler, bahkan aktivitas siswa pada saat berangkat sekolah dan pulang sekolah yang di tempuh dengan berjalan kaki, bahkan di rumah masih harus membantu orang tuanya. Oleh karena itu kebugaran para siswa perlu dijaga dan ditingkatkan agar dapat mendukung aktivitas belajar di sekolah dan kegiatan di rumah.

Anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang dan berada dalam perubahan, baik fisik maupun berfikir ke arah yang lebih baik. Ini dapat dilihat dari tingkah lakunya yang meningkat dalam menghadapi lingkungan, baik sosial maupun nonsosial. Sebagai individu yang sedang berkembang, perlu diidentifikasi komponen yang perlu dikembangkan. Usia sekolah dasar berkisar antara 6 sampai 12 tahun termasuk perkembangan anak besar. Perkembangan fisik pada masa ini menunjukkan kecenderungan adanya perbedaan. Perbedaan yang terjadi adalah dalam hal kepesatan dan pola pertumbuhan yang berkaitan dengan proporsi ukuran-ukuran bagian tubuh.

Dalam kurikulum pendidikan jasmani kelas IV tertera tentang pengajaran latihan kebugaran jasmani yang tertuang dalam KTSP yaitu mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.

(12)

Demikian pun mengenai kebugaran jasmani yang erat kaitannya dengan masalah kesehatan dan keterampilan merupakan hal yang sangat penting bagi semua lapangan kehidupan, khususnya kebugaran jasmani siswa sekolah dasar adapun definisi kebugaran jasmani (Physical Fitness), yakni:

Menurut Tarigan (2012: 30-31), bahwa:

Kebugaran jasmani adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan semangat dan penuh kesadaran, yang dilakukan tanpa mengalami kelelahan yang berarti, serta dapat terhindar dari penyakit kurang gerak (hypokinetik) sehingga dapat menikmati kehidupan dengan baik dan bersahaja.

Sedangkan menurut Giriwijoyo (2007: 22) mengungkapkan bahwa :

Kebugaran jasmani ini bersifat relatief artinya kebugaran jasmani itu tergantung dari kuat atau tidaknya seseorang melakukan aktifitas fisik.

Lebih lanjut Giriwijoyo (2007: 22) menjabarkan sebagai berikut :

1. Kebugaran jasmani dimiliki oleh semua orang, baik yang mempunyai derajat sehat yang tinggi maupun yang memiliki derajat sehat yang rendah. 2. Peningkatan derajat kebugaran jasmani berarti peningkatan derajat sehat

baik yang tinggi maupun derajatnya rendah.

3. Kemampuan melakukan kerja fisik yang lebih berat berarti derajat sehat dinamis yang lebih tinggi, dan sebaliknya.

4. Derajat sehat dinamis yang lebih tinggi berati kemampuan melakukan kerja fisik yang lebih berat. Dengan demikian orang yang sehat dinamis adalah juga sehat statis tetapi belum tentu sebaliknya.

Kesemuanya dimaksudkan untuk menerjemahkan istilah asal yaitu: Physical fitness (Kebugaran Jasmani).

(13)

lainnya. Dari konsep tersebut maka kebugaran jasmani merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan karena dengan mempunyai kebugaran jasmani yang optimal manusia akan mampu berbuat dan berkarya lebih baik lagi sehingga akan membentuk manusia yang produktif.

Berkaitan dengan tujuan peningkatan kesehatan dan kebugaran jasmani, maka optimalisasi kebugaran jasmani bertujuan agar para siswa dapat berhasil dan eksis dalam kehidupannya yang meliputi tingkat kesehatan dan kebugaran yang prima, eksis dalam mengikuti pembelajaran yang ada di sekolah, eksis dalam olahraga prestasi sekolah, termasuk mampu mengikuti dan bersaing dalam pertandingan olahraga antar kelas, antar sekolah, dan bahkan antar daerah. Oleh karena itu diperlukan pembinaan dan pemeliharaan kebugaran jasmani seseorang.

Permasalahan umum yang sering terjadi dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar diantaranya guru jarang sekali memasukan aktivitas permainan tradisional kedalam materi pendidikan jasmani dan mengajarkannya kepada siswa, guru masih menggunakan gaya mengajar komando pengalaman peneliti di tempat PPL di SD Negeri Gegerkalong Girang 1-2 guru pendidikan jasmani masih menggunakan model pembelajaran komando sehingga siswa merasa jenuh dalam mengikuti aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana maka guru pendidikan jasmani harus kreatif dan mampu membuat pembelajaran yang efektif serta menyenangkan. Penggunaan pendekatan yang tepat variasi maupun modifikasi alat dalam pembelajaran pendidikan jasmani dapat menunjang terlaksananya standar kompetensi yang telah ditentukan.

(14)

baru karena lebih menyukai permainan modern dan permainan bernuansa teknologi yang menjadi pilihan. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga permainan tradisional dapat dikenalkan kembali kepada anak-anak Sekolah Dasar untuk dapat meningkatkan kebugaran jasmani, juga dapat melestarikan warisan budaya. Dalam pelaksanaannya, guru tidak perlu memaksakan harus membeli peralatan dengan biaya tinggi. Upayakan saja memanfaatkan dari lingkungan yang ada di sekolah dengan mencari bahan yang murah dan terjangkau oleh anak.

Bermain merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan oleh semua orang, dari anak-anak hingga orang dewasa. Pada masa anak-anak, bermain merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya dan cenderung merupakan kebutuhan dasar yang hakiki. Bahkan para ahli pendidikan mengatakan bahwa anak-anak identik dengan bermain, karena hampir semua hidupnya tidak lepas dari bermain.

Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan bermain sangat disukai oleh anak-anak. Bermain yang dilakukan secara tertata sangat bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi anak.

Permainan tradisional adalah bentuk kegiatan permainan dan olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Pada perkembangan selanjutnya permainan tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri ke daerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat.

Sejalan dengan hal tersebut Uhamisastra (2010: 1) berpendapat bahwa: “Permainan tradisional adalah permainan yang dimainkan dengan alat-alat yang sederhana, tanpa mesin, asalkan anak tersebut sehat, maka ia bisa ikut bermain”.

(15)

masyarakat tertentu, yang pada perkembangan selanjutnya dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri ke daerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat, untuk dilakukan baik secara rutin maupun sekali-sekali, dengan maksud untuk mencari hiburan dan mengisi waktu senggang setelah rutin bekerja mencari nafkah.

Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan, menurut penulis permainan tradisional adalah bentuk aktivitas permainan yang memiliki ciri ke daerahan tertentu, yang dimainkan secara sederhana tanpa biaya yang mahal asalkan anak tersebut sehat dan mengandung unsur kesenangan yang dilakukan ketika waktu senggang.

Tetapi, pelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar rata-rata hanya dua jam pelajaran per minggu. Dibandingkan dengan padatnya aktivitas siswa, sudah tentu dua jam per minggu jelas kurang untuk meningkatkan kebugaran jasmani pada siswa. Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain yang dapat membantu meningkatkan kebugaran jasmani siswa dengan tidak menambah atau mengganggu jam pelajaran yang lain. Selain itu harus menarik bagi siswa. Tanpa unsur kemenarikan ini, tujuan dan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani akan sulit terlaksana.

Oleh karena itu pembelajaran permainan tradisional merupakan salah satu variasi atau modifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani, mungkin sekarang permainan tradisional kurang dikenal oleh anak-anak maka untuk menimbulkannya kembali guru penjas harus inovatip dalam menyampaikan pembelajaran penjas, selain untuk mengembangkan kebugaran jasmani permainan tradisional diterapkan dalam pembelajaran penjas sekaligus mengenalkan kembali permainan tradisinal yang sudah mulai menghilang.

(16)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka perumusan masalah yang penulis ajukan adalah sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran permainan tradisional permainan hadang berpengaruh terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa?

2. Seberapa besar pembelajaran permainan tradisional permainan hadang terhadap peningkatan kebugaran jasmani siswa?

C. Tujuan Penelitian

Dalam setiap penelitian harus memiliki tujuan-tujuan yang akan dicapai, sehingga dapat menghasilkan informasi dan hasil-hasil penelitian yang benar. Berdasarkan masalah dalam penelitian, maka tujuan yang penulis rumuskan adalah:

1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran pendidikan jasmani melalui pembelajaran permainan tradisional permainan hadang dapat meningkatkan tingkat kebugaran jasmani siswa.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perubahan yang signifikan pembelajaran permainan tradisional permainan hadang terhadap kebugaran jasmani siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang penulis harapkan dari beberapa hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tambahan informasi bagi guru mengenai upaya mengembangkan kebugaran jasmani siswa melalui pembelajaran permainan tradisional permainan hadang.

2. Sebagai tambahan motivasi pada siswa agar senang mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

(17)

4. Sebagai tambahan wawasan bagi penulis tentang pengaruh pembelajaran permainan tradisional permainan hadang terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa.

E. Batasan Penelitian

Agar penelitian ini ruang lingkupnya terarah pada tujuan, maka penulis membatasi penelitian hanya pada masalah mengenai:

1. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh pembelajaran permainan tradisional permainan hadang terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa.

2. Populasi dalam penelitian ini adalah 44 orang, dengan rincian yaitu 18 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan. Dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 30 orang, dengan rincian 15 siswa laki-laki, dan 15 siswa perempuan yang diambil melalui teknik Purposive sample.

3. Lokasi penelitian dilakukan di SD Negeri Gegerkalong Girang 1-2, Jalan Geger Arum No. 11.B Bandung 40154.

4. Metode yang penulis gunakan adalah metode eksperimen.

5. Instrumen yang penulis gunakan sebelum eksperimen adalah tes kebugaran jasmani indonesia (TKJI) merupakan battery test dengan kelompok usia 6-9 tahun, dengan alasan untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa yang disesuaikan dengan kelompok usia masing-masing.

F. Batasan Istilah

Berkaitan dengan masalah yang diajukan, beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini mengandung pengertian sebagai berikut:

(18)

2. Permainan tradisional menurut Uhamisastra (2010: 1) adalah permainan yang dimainkan dengan alat-alat yang sederhana, tanpa mesin, asalkan anak tersebut sehat, maka ia bisa ikut bermain.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian adalah salah satu cara dalam mencari suatu kebenaran melalui cara-cara ilmiah atau metode ilmiah. Metode ilmiah itu, berarti kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan.

Sugiyono (2010: 3) menyatakan ciri-ciri keilmuan sebagai berikut, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengetahui dan mengamati cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Alasan peneliti menggunakan metode ini didasarkan pada bentuk penelitian itu sendiri yang bertujuan untuk meneliti suatu peristiwa atau suatu gejala dan kemudian melihat apa penyebab peristiwa atau gejala itu bisa muncul. Sugiyono (2010: 107) menjelaskan sebagai berikut:

“Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.

(20)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dan sampel merupakan bagian yang penting dari sebuah penelitian. Ketelitian dalam menentukan sampel dari sejumlah populasi sangat menentukan hasil penelitian yang dilakukan.

Populasi merupakan individu atau objek yang memiliki sifat-sifat umum. Dari populasi dapat diambil sejumlah data yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti. Menurut Sugiyono (2010: 117) menjelaskan, bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Gegerkalong Girang 2 sebanyak 44 orang, dengan rincian 21 siswa laki-laki, dan 23 siswa perempuan.

2. Sampel

Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti memerlukan subyek yang akan diteliti, subyek tersebut berupa populasi dan sampel. Populasi merupakan keseluruhan subyek dalam penelitian sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

(21)

sample adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Alasan

pengambilan teknik purposive sampling dalam penelitian ini adalah karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya serta subyek yang ingin diteliti siswa kelas IV SDN Gegerkalong Girang 2, siswa putra dan putri.

Sedangkan mengenai aturan yang pasti harus berapa jumlah sampel yang diambil, Seperti yang dikatakan Sugiyono (2010: 127) cara menentukan ukuran sampel yang didasarkan atas asumsi populasi berdistribusi normal, bahwa:

Bila sampel tidak berdistribusi normal, misalnya populasi homogen maka cara-cara tersebut tidak perlu dipakai. Misalnya populasinya benda, katakan logam dimana susunan molekulnya homogen, maka jumlah sampel yang diperlukan 1% saja sudah bisa mewakili.

Sedangkan menurut Rescoe dalam buku Research Methods For Business (1982: 253) yang dikutip dalam buku Sugiyono (2010: 131-132) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian, yaitu:

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain-lain), maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50.

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 s/d 20.

(22)

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Gegerkalong Girang 1-2 sebanyak 30 orang dengan rincian 15 siswa laki-laki, dan 15 siswa perempuan.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menyimpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksankan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/05/pengertian-desain-penelitian.html dijelaskan, bahwa:

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian, hal ini penting karena desain penelitian merupakan strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian.

Desain penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan sebagai penyebab salah satu faktor dalam penelitian. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi.

Desain penelitian yang akan penulis gunakan adalah one group pretest-posttest design dengan satu subyek penelitian pertama-tama melakukan pretest

(23)

Desain penelitian ini dapat peneliti gambarkan, sebagai berikut:

Bagan 3.1 (Desain penelitian)

Keterangan: X1 : Laki-laki X2 : Perempuan Y1 : Tes awal Y2 : Tes akhir Y : Proses Latihan

X1 Y1 Y Y2

(24)

Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menyusun langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

Bagan 3.2

(Langkah-langkah penelitian)

D. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian dinamakan instrumen penelitian. Untuk lebih jelasnya harus mengetahui tentang

Populasi

Sampel

Tes Awal TKJI

Kelompok A

Laki-laki

Kelompok B

Perempuan

Proses Latihan Permainan Hadang

Tes Akhir TKJI

Pengolahan Data

Analisis Data

(25)

pengertian instrumen penelitian menurut Sugiyono (2010: 148) menjelaskan sebagai berikut:

“Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.

Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen penelitian.

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data kebugaran jasmani adalah tes kesegaran jasmani Indonesia (TKJI) yang merupakan rangkaian tes kebugaran jasmani yang disesuaikan dengan tingkat usia. Tes tersebut sudah menjadi tes baku di Indonesia sebagai parameter untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani seseorang.

Adapun bentuk tes dan prosedur pelaksanaan tes ini, akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI)

a. Lari 40 meter

1) Tujuan.

Tes lari ini adalah untuk mengetahui atau mengukur kecepatan. 2) Alat dan fasilitas meliputi:

a. Lintasan lurus, datar, tidak licin, berjarak 30 meter, dan mempunyai lintasan lanjutan.

b. Bendera start. c. Peluit.

d. Stop watch. e. Tiang pancang. f. Formulir TKJI. g. Alat tulis. 3) Pelaksanaan:

a. Sikap permulaan.

(26)

b. Gerakan.

1. Pada aba-aba “Siap” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari.

Gambar 3.1 Lari Sprint 30 Meter Sumber: http://4.bp.blogspot.com

2. Pada aba-aba “Ya” peserta lari.

4) Lari masih bisa diulang apabila: a. Pelari mencuri start.

b. Pelari tidak melewati garis finis.

c. Pelari terganggu dengan pelari yang lain 5) Pengukuran waktu.

Pengukuran waktu dilakukan dari saat bendera diangkat sampai pelari tepat melintas garis finish.

6) Pencatatan hasil.

a. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 30 meter, dalam satuan waktu detik.

b. Waktu dicatat satu angka di belakang koma.

b. Gantung siku tekuk (pull-up)

1) Tujuan.

(27)

2) Alat dan fasilitas antara lain:

a. Palang tunggal yang dapat diatur ketinggiannya yang disesuaikan dengan ketinggian peserta (lihat gambar 3.2).

Gambar 3.2 Pull-Up

Sumber: http://2.bp.blogspot.com

b. Stopwatch.

c. Formulir tes dan alat tulis. d. Nomor dada.

e. Serbuk kapur atau magnesium karbonat, 3) Petugas tes.

Pengukur waktu merangkap pencatat hasil 4) Pelaksanaan:

a. Sikap permulaan.

Peserta berdiri di bawah palang tunggal, kedua tangan berpegangan pada palang tunggal selebar bahu. Pegangan telapak tangan menghadap ke belakang (lihat gambar 3.2)

b. Gerakan.

Dengan bantuan tolakan kedua kaki, peserta melompat ke atas sampai mencapai sikap bergantung siku tekuk, dagu berada di atas palang tunggal. Sikap tersebut dipertahankan selama mungkin. 5) Pencatat hasil.

(28)

Catatan :

Peserta yang tidak dapat melakukan gerakan di atas dinyatakan tidak mampu, hasilnya ditulis dengan angka 0 (nol).

c. Baring duduk (sit-up) 30 detik

1) Alat dan fasilitas dalam pelaksanaan tes ini meliputi: a. Lantai / lapangan yang rata dan bersih.

b. Stopwatch. c. Alat tulis.

d. Alas / tikar / matras 2) Pelaksanaan

a. Sikap permulaan.

 Berbaring terlentang di lantai atau rumput, kedua lutut ditekuk dengan sudut + 90, kedua tangan jari-jarinya berselang selip diletakkan dibelakang kepala (lihat gambar 3.3).

 Petugas/peserta lain memegang atau menekan kedua pergelangan kaki, agar kaki tidak terangkat.

Gambar 3.3 sit-up

Sumber: http://military.plainfacts.net

b. Gerakan.

(29)

 Gerakan ini dilakukan berulang-ulang dengan cepat tanpa istirahat, selama 30 detik.

3) Pencatatan hasil.

a. Hasil yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan baring duduk yang dapat dilakukan dengan sempurna selama 30 detik. b. Peserta yang tidak mampu melakukan tes baring duduk ini,

hasilnya ditulis dengan angka 0 (nol).

Catatan:

a. Gerakan tidak dihitung jika tangan terlepas, sehingga jari-jarinya tidak terjalin lagi.

b. Kedua siku tidak sampai menyentuh paha.

c. Mempergunakan sikunya untuk membantu menolak tubuh

d. Loncat tegak (vertical jump)

1) Alat dan fasilitas dalam tes ini meliputi:

a. Papan berskala centi meter, warna gelap, ukuran 30 x 150 cm, dipasang pada dinding yang rata atau tiang. Jarak antara lantai dengan angka nol (0) pada papan tes adalah 150 cm.

b. Serbuk kapur.

c. Alat penghapus papan tulis. d. Alat tulis

2) Petugas tes.

Pengamat dan pencatat hasil 3) Pelaksanaan

a. Sikap permulaan.

 Terlebih dahulu ujung jari tangan peserta diolesi dengan serbuk kapur atau magnesium karbonat.

(30)

dekat dinding diangkat lurus ke atas, telapak tangan ditempelkan pada papan berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya.

Gambar 3.4 Vertical Jump Sumber: http://lfian.edublogs.org

b. Gerakan.

 Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan kedua lengan diayun kebelakang (lihat gambar 3.4).

 Kemudian peserta meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan yang terdekat dengan dinding papan skala sehingga menimbulkan bekas.

 Ulangi loncatan ini sampai 3 kali berturut-turut. 4) Pencatat hasil.

a. Raihan tegak dicatat.

b. Ketiga raihan loncatan dicatat.

c. Raihan loncatan tertinggi dikurangi raihan tegak dicatat.

e. Lari 600 meter

1) Alat dan fasilitas terdiri dari : a. Lintasan lari 600 meter. b. Stopwatch.

(31)

d. Peluit.

e. Tiang pancang. f. Alat tulis 2) Pelaksanaan

a. Sikap permulaan.

Peserta berdiri di belakang garis start. b. Gerakan

 Pada aba-aba “Siap” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari (lihar gambar 3.5).

 Pada aba-aba “Ya” peserta lari menuju garis finish, menempuh jarak 600 meter.

Gambar 3.5 Lari 600 meter Sumber: Kurniadi (2010: 85)

3) Pencatatan hasil.

a. Pengambilan waktu dilakkan dari saat bendera diangkat sampai pelari tepat melintas garis finish.

b. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 600 meter. Waktu dicatat dalam satuan menit dan detik.

c. Contoh penulisan:

Seorang pelari dengan hasil waktu 3 menit 12 detik ditulis 3’12”.

Catatan:

(32)

E. Pelaksanaan Latihan

Pelaksanaan penelitian dilakukan dari tanggal 31 Mei 2013 sampai dengan 7 Juli 2013, selama kurang lebih 2 bulan disesuaikan dengan jadwal dan waktu kegiatan ekstrakulikuler. Penelitian dilaksanakan di lingkungan SD Negeri Gegerkalong Girang 1-2 (Tes awal dan akhir tes kesegaran jasmani Indonesia (TKJI) dilaksanakan di lintasan Stadion UPI dan lapangan SD Negeri Gegerkalong Girang 1-2). Untuk lebih jelasnya mengenai aktivitas dan jadwal pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

Latihan Permainan Hadang

Lama latihan : 2 bulan (31 Mei 2013 s/d 7 Juli 2013) Hari latihan : Jum’at, Sabtu dan Minggu

Waktu latihan : Jum’at, pukul 15.00 – 17.00 WIB : Sabtu, pukul 15.00 – 17.00 WIB : Minggu, pukul 07.30 – 09.30 WIB

Tempat latihan : Lapangan SD Negeri Gegerkalong Girang 1-2

Lama latihan : 18 kali pertemuan. Dengan rincian latihan pertemuan ke-1 dan ke-18 dilakukan tes awal TKJI dan tes akhir TKJI.

Jumlah latihan : 16 kali pertemuan.

Jalannya Permainan Hadang:

1. Siswa di bariskan di bagi menjadi enam kelompok dengan rincian, tiga kelompok untuk siswa laki-laki dan tiga kelompok untuk siswa perempuan. 2. Siswa diberikan penjelasan tentang permainan hadang.

3. Sebelum permainan dimulai diadakan permainan regu, yang kalah sebagai penjaga dan yang menang sebagai penyerang.

4. Permainan dilakukan secara kompetisi, kelompok yang kuat akan terus bermain, sedangkan kelompok yang kalah akan digantikan oleh kelompok yang menunggu giliran untuk bertanding.

(33)

6. Permainan dimulai setelah wasit atau guru membunyikan peluit.

7. Penyerang berusaha melewati garis di depannya dengan menghindari tangkapan, atau sentuhan dari pihak penjaga.

8. Penjaga berusaha menangkap atau menyentuh penyerang dengan tangan terbuka dan jari-jari tangan tidak boleh mengepal, dalam posisi kedua kaki berpijak di atas garis atau salah satu kaki berpijak di atas garis sedangkan satu kaki lainnya dalam keadaan menyerang.

9. Pemain penyerang dinyatakan bersalah apabila:

- Kedua garis keluar dari garis samping kiri dan kanan lapangan. - Berbalik masuk petak yang telah dilalui.

- Mengganggu jalannya permainan. 10. Pergantian untuk regu:

Pergantian regu menyerang menjadi penjaga atau sebaliknya diadakan oleh wasit atau guru dengan membunyikan peluit setelah:

- Penjaga menangkap tau menyentuh penyerang. - Terjadi butir 9 di atas.

- Apabila tidak terjadi perubahan posisi selama 2 (dua) menit.

- Apabila penyerang menginjak garis dan petak dibelakangnya yang telah dilalui.

11. Setiap pemain yang telah berhasil melewati seluruh garis dan garis depan sampai garis belakang sampai dengan garis depan langsung dapat melanjutkan permainannya seperti semula. Demikian seterusnya permainan berjalan tanpa henti kecuali kalau dihentikan oleh wasit atau guru karena tertangkap atau tersentuh, waktu istirahat, pemain membuat kesalahan dan time out.

12. Istirahat

- Apabila permainan telah berjalan selama waktu yang telah ditentukan maka wasit membunyikan peluit tanpa istirahat dan posisi pemain dicatat. - Apabila permainan babak kedua dilanjutkan posisi pemain sama seperti

(34)

Dalam pelaksanaan latihan, digunakan sistematika kegiatan pembelajaran penjas sebagai berikut:

1. Kegiatan pendahuluan

Latihan pendahuluan merupakan latihan yang dilakukan sebelum kegiatan inti. Latihan pendahuluan ini bertujuan untuk mempersiapkan keadaan tubuh diantarnya otot-otot agar menghindari terjadinya cedera serta merupakan persiapan ke tahap kegiatan inti.

2. Kegiatan inti

Pada dasarnya latihan inti meliputi kegiatan yang terdapat di dalam pembelajaran penjas di sekolah.

3. Kegiatan penutup

(35)

Tabel 3.1

(Pelaksanaan Latihan)

Pertemuan Materi Keterangan

1 Tes awal

- Tes kesegaran jasmani Indonesia (TKJI) dilakukan oleh 30 siswa dengan rincian 15 siswa laki-laki, dan 15 siswa perempuan.

2

a.Fisik

b.Game

- Lari belok-belok atau zig-zag sebanyak 3 kali perlakuan. (melewati 5 corong)

- Melakukan permainan hadang selama 20 menit. Dengan waktu istirahat 5 menit setiap

- Melakukan permainan hadang selama 20 menit. Dengan waktu istrirahat 5 menit setiap

- Melakukan permainan hadang selama 20 menit. Dengan waktu istirahat 5 menit setiap

- Melakukan permainan hadang selama 20 menit. Dengan waktu istirahat 5 menit setiap

(36)

7

a. Fisik

b.Game

- Lari belok-belok atau zig-zag sebanyak 5 kali perlakuan. (melewati 7 corong)

- Melakukan permainan hadang selama 25 menit. Dengan waktu istirahat 5 menit setiap

- Melakukan permainan hadang selama 25 menit. Dengan waktu istirahat 5 menit setiap

- Melakukan permainan hadang selama 25 menit. Dengan waktu istirahat 5 menit setiap

- Melakukan permainan hadang selama 25 menit. Dengan waktu istirahat 5 menit setiap

- Melakukan permainan hadang selama 25 menit. Tanpa istirahat.

(37)

13

a.Fisik

b.Game

- Lari belok-belok atau zig-zag sebanyak 6 kali perlakuan. (melewati 7 corong)

- Melakukan permainan hadang selama 30 menit. Tanpa istirahat.

- Melakukan permainan hadang selama 30 menit. Tanpa istirahat.

- Melakukan permainan hadang selama 30 menit. Tanpa istirahat.

- Melakukan permainan hadang selama 30 menit. Tanpa istirahat.

- Melakukan permainan hadang selama 30 menit. Tanpa istirahat.

18 Tes akhir

(38)

F. Prosedur Pengolahan Data

Setelah uji coba, penulis melakukan pengumpulan data dan selanjutnya melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghitung Rata-rata dan Simpangan Baku.

a. Mencari nilai rata-rata (X) X =

Keterangan:

X = nilai rata-rata yang dicari X = Skor mentah

N = Jumlah sampel = jumlah

b. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus:

S = √

Keterangan:

S = simpangan baku yang dicari = jumlah

X = nilai data mentah

X = nilai rata-rata yang dicari n = jumlah sampel

2. Uji Normalitas Data

(39)

a. Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data terkecil sampai terbesar, kemudian mencari rata-rata dan simpangan baku.

b. Mencari Z skor dan tempatkan pada kolom Zi. c. Mencari luas Zi pada tabel Z.

d. Pada kolom F(Zi), untuk luas daerah yang bertanda negatif maka 0,5 – luas daerah, sedangkan untuk luas daerah negatif maka 0,5 + luas daerah. e. S(Zi), adalah urutan n dibagi jumlah n.

f. Hasil pengurangan F(Zi) – S (Zi) tempatkan pada kolom F(Zi) – S(Zi). g. Mencari data atau nilai yang tertinggi, tanpa melihat ( - ) atau ( + ),

sebagai nilai Lo.

h. Membuat kriteria penerimaan dan penolakkan hipotesis:

1) Jika L0 ≥ Ltabel tolak H0 dan H1 diterima artinya data tidak berdistribusi normal.

2) Jika L0 ≤ Ltabel, terima H0 artinya data berdistribusi normal. i. Mencari nilai Ltabel, membandingkan L0 dengan Lt.

j. Membuat kesimpulan.

3. Pengujian Uji Homogenitas Dua Variansi

Dalam bagian ini akan dilakukan pengujian kesamaan varians untuk dua populasi normal dengan varians σ12 dan σ22

. Akan diuji mengenai uji dua pihak untuk pasangan hipotesis nol H0 dan tandingannya H1:

H0 : σ12 = σ22 H1 : σ12 ≠ σ22

Rumus yang digunakan untuk menghitung homogenitas menurut Bambang Abduljabar, dan Jajat Drajat K.N (2010: 300) adalah sebagai berikut:

F=

(40)

a. Menentukan F dari table dengan taraf nyata 0,05. b. Menentukan uji homogenitasnya dengan kriteria:

- Apabila maka kedua varian homogen. - Apabila maka kedua varian tidak homogen.

4. Menguji Kesamaan Dua Rata-rata (Satu pihak)

Perhitungan ini menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (satu pihak). Uji ini dilakukan apabila dalam anggapan dasar yang dirumuskan belum ada salah satu kelompok eksperimen yang diunggulkan, adapun pendekatan statistik yang digunakan seperti yang dikemukakan Bambang Abuljabar dan Jajat Drajat K.N, (2010: 278) dengan rumus yang digunakan adalah:

t

=

Keterangan:

t = nilai yang dicari ( ) = rata-rata kelompok A = rata-rata kelompok B S = Simpangan baku gabungan n1 = jumlah sampel kelompok A n2 = jumlah sampel kelompok B

= variansi kelompok A = variansi kelompok B

Dengan kriteria sebagai berikut:

(41)

- Tolak hipotesis jika t ( 1 – α ) > t > t ( 1 - α )

b. Menentukan batas kritis penerimaan dan penolakan hipotesis: Dengan taraf nyata α = 0,05 dan dk ( n1 + n2 – 2 )

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang penulis teliti terbukti bahwa upaya mengembangkan kebugaran jasmani siswa kelas IV di SD Negeri Gegerkalong Girang 1-2 melalui pembelajaran permainan tradisional permainan hadang, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Terdapat pengaruh pembelajaran permaianan tradisional permainan hadang terhadap kebugaran jasmani siswa kelas IV SD Negeri Gegerkalong Girang 1-2.

2. Terdapat peningkatan penerapan pembelajaran permainan tradisional permainan hadang terhadap kebugaran jasmani pada siswa kelas IV SD Negeri Gegerkalong Girang 1-2.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian ini penulis mempunyai saran-saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Kepada para guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran permainan tradisional permainan hadang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kebugaran jasmani pada siswa sekolah dasar, sehingga penulis menyarankan untuk menerapkan pembelajaran permainan tradisional permainan hadang dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah.

(43)

3. Permainan tradisional permainan hadang dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran permainan yang bisa diberikan untuk meningkatkan

kebugaran jasmani siswa sekolah dasar.

4. Siswa sekolah dasar hendaknya diperkenalkan dengan permainan tradisional indonesia salah satunya permainan hadang.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang, dan Jajat Drajat Kusumah. (2010). Modul Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: FPOK-UPI.

Adisapoetra, Iskandar Z, dkk. (1999). Panduan Teknis Tes & Latihan Kesegaran Jasmani Untuk Anak Usia Sekolah. Jakarta: Pusat Pengkajian dan

Pengembangan IPTEK Olahraga Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga.

Aka, Biasworo Adisuyanto. (2012). Hadang. [Online]. Tersedia: http://ortrad.blogspot.com/hadang.html [15 Agustus 2012].

Eddiyana, Hatta, dkk. (2002). Model Pembinaan Olahraga Tradisional Jawa Barat. Bandung: Pemerintah Propinsi Jawa Barat dan FPOK-UPI.

Griwijoyo, H.Y.S Santosa. (2007). Ilmu Faal Olahraga, Fungsi Tubuh Pada Manusia. Bandung: FPOK-UPI.

Hendrayana, Yudi. (2003). Pembelajaran Permainan Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa.

Kurniadi, Deni & Suro Prapanca. (2010). Penjas Orkes, Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI. Jakarta: CV Thursina.

Lutan, Rusli, dkk. (2001). Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan di Sepanjang Hayat. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga Depdiknas.

Poncopoetro, Soetoto, dkk. (2000). Permainan Anak Tradisional dan Aktivitas Ritmik. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdiknas.

Subroto, Toto, dkk. (2010). Modul Mata Kuliah Teori Bermain. FPOK-UPI. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

(45)

Sugiyono. (2010). Pengertian Desain Penelitian. [Online]. Tersedia: http://fourseasonnews.blogspot.com/pengertian-desain-penelitian.html [4 Mei 2012].

Suherman, Adang. (2011). Realitas Kurikulum Pendidikan Jasmani: Upaya Menuju Kurikulum Berbasis Penelitian. Bandung: Rizqi Press.

Tarigan, Beltasar. (2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga (Sebuah Analisis Kritis). Eidos.

Uchiha, Andi. (2011). Tes Kebugaran Jasmani. [Online]. Tersedia: http://WordPress.com [15 Juli 2011].

Uhamisastra. (2010). Modul Permainan Tradisional. FPOK-UPI.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Gambar

Gambar 3.1 Lari Sprint 30 Meter Sumber: http://4.bp.blogspot.com
Gambar 3.2 Pull-Up Sumber: http://2.bp.blogspot.com
Gambar 3.3 sit-up Sumber: http://military.plainfacts.net
Gambar 3.4 Vertical Jump Sumber: http://lfian.edublogs.org
+3

Referensi

Dokumen terkait

Demikian Penetapan kualifikasi dan Penggumuman prakualifikasi ini disampaikan untuk dapat diketahui dan kepada peserta yang keberatan terhadap hasil Penetapan ini, diberikan

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik komersial dengan dosis berbeda dalam air media pemeliharaan tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan

[r]

Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan mengkaji jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam tataran manajemen sewaktu mereka

Contoh karya  kerajinan  tekstil dengan berbagai  teknik  konstruksi  (jahit, jahit  aplikasi, ,  makrame,  tenun, .. kan  konsep  berkarya  dengan  pendekat an 

[r]

Bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II

Mengetahui pengaruh Keahlian Komite Audit terhadap manajemen laba pada perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ-45 yang terdaftar di BEI dengan moderasi Auditor