• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Akseptor KB di Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis Tahun 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Akseptor KB di Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis Tahun 2015."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

vi ABSTRAK

GAMBARAN AKSEPTOR KB DI KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2015

Shely Fitrika, 2016

Pembimbing 1: Dani, dr., M.Kes

Pembimbing 2: Dr. Teresa Liliana Wargasetia,S.Si.,M.Kes.,PA(K)

Latar Belakang: Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat menimbulkan berbagai masalah. Untuk mengendalikan pertumbuhan yang semakin meningkat, dilaksanakan Program Keluarga Berencana.

Tujuan: mengetahui gambaran distribusi akseptor KB di Kecamatan Ciamis tahun 2015 berdasarkan jumlah akseptor KB dan bukan akseptor KB, jumlah Pasangan Usia Subur, status pendidikan, status pekerjaan, dan metode kontrasepsi yang digunakan.

Metode: observasional deskriptif. Data diambil dari rekapitulasi hasil pendataan keluarga tingkat desa di kecamatan Ciamis berupa data jumlah akseptor KB dan bukan akseptor KB, jumlah pasangan usia subur, status pendidikan, status pekerjaan, jenis metode kontrasepsi yang digunakan.

Hasil penelitian: pada Kecamatan Ciamis tahun 2005 didapatkan jumlah akseptor KB sebanyak 11.585 orang (74%) dan bukan akseptor KB sebanyak 4.016 orang (26%), pasangan usia subur kurang dari 20 tahun 438 orang (3%), 20-29 tahun 3.963 orang (25%), 30-49 tahun 11.200 orang (72%). Penduduk dengan status pendidikan tamat SD dan SLTP 8.113 orang (52%), SLTA 5.304 orang (34%), Perguruan Tinggi 2.028 orang (13%), dan tidak tamat SD 156 orang (1%). Berdasarkan data status pekerjaan, didapatkan 13.932 orang bekerja (89,3%), 1.654 orang (10,6%) tidak bekerja, dan 15 orang sebagai Tenaga Kerja Indonesia (0,1%). Metode kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor KB adalah KB suntik untuk 5.660 orang (48,9%), KB pil untuk 3.097 orang (26,7%), IUD untuk 1.644 orang (14,2%), MOW untuk 670 orang (5,8%), implant untuk 261 orang (2,2%), kondom untuk 221 orang (1,9%), dan MOP untuk 32 orang (0,3%). Simpulan: Pada Kecamatan Ciamis tahun 2015 didapatkan jumlah akseptor KB 11.585 orang (74%) dan bukan 4.016 orang (26%), jumlah pasangan usia subur 15.601 orang dengan jumlah terbanyak berusia 30-49 tahun, status pendidikan kepala keluarga tertinggi pada tingkat tamat SD dan SLTP, sedangkan jumlah terendah di tingkat tamat SD, status pekerjaan kepala keluarga terbanyak adalah bekerja, metode kontrasepsi yang terbanyak digunakan adalah KB suntik dan paling sedikit digunakan adalah MOP.

Kata kunci: keluarga berencana, pasangan usia subur, kontrasepsi

(2)

vii ABSTRACT

DESCRIPTION OF KB ACCEPTORS IN DISTRICT CIAMIS SUB-PROVINCE CIAMIS IN 2015

Shely Fitrika, 2016

Tutor 1: Dani, dr., M.Kes

Tutor 2: Dr. Teresa Liliana Wargasetia,S.Si.,M.Kes.,PA(K)

Background: Indonesia is a developing country which has the fourth largest population in the world. The rapid rate of population growth causes a lot of problems. In order to control the increasing growth, the Family Planning Program was implemented.

Objective: to study the description of KB acceptors distribution in the district Ciamis in 2015, based on number of KB acceptors and non-acceptors, number of fertile age couples, educational status, employment status, and the contraceptive method used.

Methods: observational descriptive. Data has taken from the recapitulation of family data collection of the village in the district Ciamis which were data on number of family planning acceptors and non-acceptors, number of fertile age couples, educational status, employment status, and contraceptive method used. Result: In the District of Ciamis in 2005, the number of family planning acceptors was 11,585 (74%) and non-acceptors was 4,016 (26%), 438 (3%) was less than 20 years old fertile age couples, 3,963 (25%) was 20-29 years old, and 11,200 (72%) was 30-49 years old. Residents who completed primary school and junior high school education level were 8,113 (52%), high school were 5,304 (34%), college were 2,028 (13%), unfinished primary school were 156 people (1%). Based on employment status, it was known that 13,932 persons (89.3%) were workers, 1,654 persons (10.6%) were unemployed, and 15 persons worked overseas (0.1%). Methods of contraception used by family planning acceptors were birth control injection for 5,660 people (48.9%), birth control pills for 3,097 people (26.7%), IUD for 1,644 people (14.2%), MOW for 670 people (5.8%), implant for 261 people (2.2%), condoms for 221 people (1.9%), and MOP for 32 people (0.3%).

Conclusion: In the District Ciamis 2015, the number of KB acceptors was 11,585 (74%) and non-acceptors was 4,016 (26%), the number of fertile age couples was 15,601 and most of them were 30-49 years old, the head of family was mostly primary school and junior high school graduate, while the fewest was primary school graduate, the head of family employment status was mostly worker, the most contraceptive method used was birth control injection and the fewest was MOP.

Keywords: family planning, fertile age couples, contraception

(3)

viii DAFTAR ISI

JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GRAFIK... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah... 1.4.1 Manfaat Akademis... 1.4.2 Manfaat Praktis... 3 3 3 1.5. Landasan Teori... 3

(4)
(5)

x

3.4.1. Pengumpulan Data... 31

3.4.2. Cara Pengumpulan Data ... 31

3.2.3. Analisis Data... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 32

4.2. Gambaran Jumlah Akseptor KB dan Bukan Akseptor KB di Kecamatan Ciamis Tahun 2015... 32 4.3. Gambaran Distribusi Frekuensi Pasangan Usia Subur di Kecamatan Ciamis Tahun 2015... 33 4.4. Gambaran Distribusi Frekuensi Status Pendidikan di Kecamatan Ciamis Tahun 2015... 4.5. Gambaran Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan di Kecamatan Ciamis Tahun 2015... 4.6. Gambaran Distribusi Akseptor KB Berdasarkan Jenis Metode Kontrasepsi yang Digunaan di Kecamatan Ciamis Tahun 2015... 35 36 37 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan... 39

5.2. Saran... 40

DAFTAR PUSTAKA... 41

LAMPIRAN... 43

RIWAYAT PENULIS... 46

(6)

xi

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.2 Gambaran Jumlah Akseptor KB dan Bukan Akseptor KB di Kecamatan Ciamis Tahun 2015…………...

32

Grafik 4.3 Gambaran Distribusi Frekuensi Jumlah Pasangan Usia Subur di Kecamatan Ciamis Tahun 2015...

33

Grafik 4.4

Grafik 4.5

Grafik 4.6

Gambaran Distribusi Frekuensi Status Pendidikan Kepala Keluarga di Kecamatan Ciamis Tahun 2015...

Gambaran Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan Kepala Keluarga di Kecamatan Ciamis Tahun 2015....

Gambaran Distribusi Akseptor KB Berdasarkan Jenis Metode Kontrasepsi yang Digunakan di Kecamatan Ciamis Tahun 2015...

35

36

37

(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Pola perencanaan keluarga dan penggunaan

kontrasepsi yang rasional...

24

Gambar 2.2. Peta Kabupaten Ciamis...……….... 27

(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Tabel Jumlah Akseptor KB dan Bukan Akseptor KB di Kecamatan Ciamis Tahun 2015………... Tabel Jumlah Pasangan Usia Subur di Kecamatan Ciamis Tahun 2015………... Tabel Status Pendidikan Kepala Keluarga di Kecamatan Ciamis Tahun 2015………... Tabel Status Pekerjaan Kepala Keluarga di Kecamatan Ciamis Tahun

2015...

Tabel Jenis Metode Kontrasepsi yang Digunakan di Kecamatan Ciamis Tahun 2015………...

44

44

45

45

46

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Menurut hasil sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.556.363 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun, dan meningkat drastis pada tahun 2014 dengan jumlah 252.124.458 juta jiwa. Hal ini berarti setiap bulannya bertambah 270.833 jiwa, setiap harinya bertambah sebesar 9.027 jiwa, setiap jam bertambah 377 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2015).

Cepatnya laju pertumbuhan penduduk banyak menimbulkan berbagai masalah. Masalah tersebut menyangkut masalah lingkungan hidup, keadaan pemukiman penduduk yang kurang sehat, berkurangnya lapangan pekerjaan dan masalah sosial ekonomi lainnya. Jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang besar akan menuntut pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam jumlah yang besar pula (Adioetomo, 2010).

Di Indonesia dilaksanakan Program Kependudukan Keluarga Berencana yang operasionalnya dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dengan tujuan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, BKKBN didirikan pada tahun 1970 berdasarkan struktur organisasi yang ditetapkan dengan Keppres No. 8/1970. Adapun yang menjadi sasaran dalam Pelaksanaan Program Kependudukan Keluarga Berencana adalah mereka yang tergolong pada Pasangan Usia Subur (PUS) (Purwoastuti, 2015).

Gerakan KB Nasional adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan NKKBS dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. Hasil sensus penduduk 1990 menunjukkan

(10)

2

bahwa gerakan KB Nasional telah berhasil merampungkan landasan pembentukan keluarga kecil, dalam rangka pelembagaan dan pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) (Wiknjosatro, 1999).

Upaya pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Ciamis melalui program Keluarga Berencana telah dilakukan tetapi di balik perkembangan dan keberhasilan tersebut ada beberapa permasalahan yang terjadi seperti mati surinya program KB dalam 10 tahun terakhir ini di Indonesia dan terjadi juga di Jawa Barat. Jumlah penduduk Kabupaten Ciamis pada tahun 2010 tercatat 1.720.280 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 619 jiwa/km, sedangkan pada tahun 2015 penduduk ciamis terctat 1.168.682 jiwa. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Ciamis selama 5 tahun relatif rendah yaitu rata-rata 0,41% per tahun, lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan Jawa Barat (Badan Pusat Statistik, 2015).

Dari uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai gambaran distribusi akseptor KB di kecamatan Ciamis tahun 2015 berdasarkan jumlah kepala keluarga yang didata, jumlah akseptor KB dan bukan akseptor KB, jumlah Pasangan Usia subur, jumlah akseptor KB menurut status pendidikan kepala keluarga, jumlah akseptor KB menurut status pekerjaan kepala keluarga, dan jenis metode kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor KB.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut :

 Bagaimana gambaran jumlah akseptor KB dan bukan akseptor KB di Kecamatan Ciamis tahun 2015.

 Bagaimana gambaran distribusi frekuensi Pasangan Usia Subur di Kecamatan Ciamis tahun 2015.

 Bagamaiana gambaran distribusi frekuensi status pendidikan kepala keluarga di Kecamatan Ciamis tahun 2015.

 Bagaimana gambaran distribusi frekuensi status pekerjaan kepala keluarga di Kecamatan Ciamis tahun 2015.

(11)

3

 Bagaimana gambaran distribusi frekuensi jenis metode kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor KB di Kecamatan Ciamis tahun 2015.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran distribusi akseptor KB di Kecamatan Ciamis tahun 2015 berdasarkan jumlah akseptor KB dan bukan akseptor KB, jumlah Pasangan Usia Subur, status pendidikan, status pekerjaan, dan jenis metode kontrasepsi yang digunakan.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

Menambah pengetahuan tentang KB terutama tentang gambaran akseptornya di kecamatan Ciamis tahun 2015.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan gambaran mengenai akseptor KB di kecamatan Ciamis tahun 2015, sehingga dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan kepada pihak-pihak yang terkait seperti Petugas Lapangan KB (PLKB), Tenaga Penggerak Desa (TPD), puskesmas, dan BKKBN dalam melaksanakan programnya.

1.5 Landasan Teori

Undang-undang No. 10/1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera menyatakan bahwa keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kehamilan, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Tujuan program KB secara umum adalah meningkatkan

(12)

4

kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk (Purwoastuti, 2015).

Pelaksanaan program KB di Indonesia belum sepenuhnya berhasil dilakukan secara menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia dalam artian tidak seluruhnya merata pada berbagai daerah di Indonesia. Kesertaan masyarakat untuk menjadi akseptor KB dan pemilihan alat kontrasepsi dipengaruhi beberapa hal, diantaranya dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, usia, dan paritas. Azhari (2002) menyatakan bahwa tingkat penghasilan berhubungan dengan permintaan pelayanan kesehatan. Masyarakat yang memiliki penghasilan lebih tinggi juga terdorong untuk ikut serta dalam program KB dan memilih metode yang lebih cocok, efektif, aman, dan terjamin. Faktor pendidikan seseorang juga mempengaruhi pengetahuan seseorang terhadap pentingnya ikut serta dalam program KB (Notoatmodjo, 2007). Usia juga dapat mempengaruhi kesertaan dan pemilihan alat kontrasepsi karena pola penggunaan kontrasepsi haruslah sesuai dengan tahapan usia agar dapat mewujudkan pelayanan yang aman dan bermutu. Tingkat kesertaan akseptor KB menurut provinsi berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2009 menunjukkan jarak sebar tertinggi di Bali sebesar 40,67%. Provinsi lain yang tingkat kesertaan ber-KB cukup rendah antara lain Papua Barat sebesar 23,99%, Provinsi Papua sebesar 19,33%, Maluku sebesar 9,99%, dan Maluku Utara sebesar 6,02% (Adioetomo, 2010). Penggunaan kontrasepsi KB di Indonesia yang berusia antara 15-49 tahun yang menggunakan metode Suntikan 58,25%, Pil KB 24,37%, IUD sebesar 7,23%, Susuk KB 4,16%, MOW 3,13%, MOP 1,03%, Kondom 0,68%, Intravaginal Tissue 0,11% dan metode tradisional 1,04%. Di Jawa Barat pengguna KB suntik merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan IUD. Hal ini terlihat dari data, pemakai kontrasepsi secara keseluruhan yaitu Suntik 57.75%, Pil 19.37%, Implant 8.6%, IUD 6.40%, Kondom 5.4%, MOW 2.01%, dan MOP 0.47% (BKKBN, 2010).

Kecilnya angka akseptor KB dapat berakibat pada gagalnya tujuan awal dari program keluarga berencana tersebut yaitu membentuk keluarga kecil sesuai

(13)

5

dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam arti luas program KB dapat menjembatani berbagai masalah dari peningkatan sumber daya manusia dan kemakmuran negara dalam berbagai aspek, meliputi terpenuhinya kesempatan anak untuk meraih pendidikan yang lebih baik, kesempatan kerja, tata kota, pemeliharahan lahan lingkungan, dan pencapaian berbagai program-program pemerintah termasuk jangkauan kesehatan (Adioetomo, 2010).

(14)

39 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian tentang Gambaran Akseptor KB di Kecamatan Ciamis Tahun

2015, maka disimpulkan bahwa :

1. Gambaran jumlah akseptor KB di kecamatan Ciamis tahun 2015 yaitu

dengan persentase 74%, sedangkan bukan akseptor KB 26%.

2. Gambaran distribusi frekuensi jumlah Pasangan Usia Subur di kecamatan

Ciamis tahun 2015 tertinggi adalah usia 30-49 tahun sebanyak 72%.

3. Gambaran distribusi frekuensi status pendidikan kepala keluarga di

kecamatan Ciamis tahun 2015 tertinggi pada tingkat tamat SD-SLTP

sebanyak 52%, sedangkan terrendah di tingkat tidak tamat SD dengan

jumlah 1%.

4. Gambaran distribusi frekuensi status pekerjaan kepala keluarga di

kecamatan Ciamis tahun 2015, didapatkan hasil terbanyak adalah bekerja

dengan jumlah 89,3%.

5. Gambaran distribusi akseptor KB berdasarkan jenis metode kontrasepsi

yang digunakan, didapatkan hasil terbanyak menggunakan KB suntik

dengan jumlah 48,9% dan metode kontrasepsi terendah adalah KB MOP

yaitu 0,3%.

(15)

40 1.2 Saran

Setelah dilihat dari hasil simpulan diatas, gambaran akseptor KB di

kecamatan Ciamis tahun 2015, maka disarankan :

1. Meningkatkan kesadaran warga kecamatan Ciamis akan pentingnya

mengikuti program KB

2. Sosialisasi program KB kepada tokoh masyarakat dan tokoh agama

3. Kebijakan pemerintah lokal Ciamis yang menyerukan masyarakat untuk

ber KB

4. Mengadakan penjaringan program KB oleh tenaga kesehatan dengan cara

door to door ke setiap rumah warga.

(16)

GAMBARAN AKSEPTOR KB DI KECAMATAN CIAMIS

KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis ini Dibuat sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

SHELY FITRIKA

1310006

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(17)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis ucapkan, karena dengan

rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan dengan sebaik-baiknya dan

tepat waktu Karya Tulis Ilmiah dengan judul :

GAMBARAN AKSEPTOR KB DI KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN

CIAMIS TAHUN 2015

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan Program

Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Bandung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Dr Dani M.kes. selaku pembimbing pertama yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, motivasi, dan

kesabaran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Dr. Teresa Liliana Wargasetia, S.Si.,M.Kes.,PA(K). selaku pembimbing

kedua yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,

masukan, motivasi, dan kesabaran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini.

3. Kepala dan pegawai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Keluarga

Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Ciamis yang telah membantu

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,

Orarensya Lestari, Astriani Oktaviana S, Emanuella Tamara, Veronica

shinta, Esther, Eca, Firsty Tasya, Firza Tasya, Aninda Yasmin Farhanah

dan rekan-rekan lain angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan

(18)

v

5. Kedua orang tua penulis, dr. Sutrisno Sp.M dan Irma sandra S.H, serta

kakak penulis dr. Intan Kumalasari yang telah memberikan banyak

dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

6. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah

membantu penulis menyelesaikan KTI ini.

Demikian Karya Tulis Ilmiah ini disusun agar dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis berterimakasih bila pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang

dapat membangun untuk kemajuan penulis di masa yang akan datang.

Bandung, September 2016

(19)

41

Anwar, M., Baziad, A., & Prabowo, P. (2011). Ilmu Kandungan. Yogyakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Azhari, A. (2002). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Badan Pusat Statistik, 2015. Badan Pusat Statistik. Retrieved from

https://www.bps.go.id/index.php.

Badan Pusat Statistik.2015 Statistik Daerah Kecamatan Ciamis Tahun 2015. Ciamis: Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis.

BKKBN. 2011. Kamus Istilah Kependudukan dan keluarga Berencana. Jakarta: Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi BKKBN.

BKKBN Jawa Barat. 2010. Laporan Tahunan Pengendalian Lapangan Program

Keluarga Berencana Nasional. Diperoleh pada tanggal 9 september 2016. http://jabar.bkkbn.go.id

Budiyana, D. (2011, 7 6). PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KB KUNCI

UTAMA WUJUDKAN KEMAKMURAN DAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT JABAR. Dipetik 8 18, 2016, dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana: jabar.bkkbn.go.id

Djumransjah, H. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia Pub.

Handayani. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:

Pustaka Rihama.

Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta, Indonesia: Pustaka Sinar Harapan.

Hartanto, H. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Kementrian Pekerjaan Umum. 2012. Loket Pelayanan Informasi Peta. Retrieved Oktober 1, 2016, from loketpeta.pu.go.id.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

(20)

42

Maika A dan Kuntohadi W. 2010. Penggunaan Alat Kontrasepsi Pasca Melahirkan. Jakarta: BKKBN.

Prawirohardjo, S. 2013. Ilmu Kebidanan Vol. 3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Purwoastuti, T. E. 2015. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Siregar, F. 2003. Pengaruh Nilai dan Jumlah Anak pada Keluarga Terhadap Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Suamtera Utara.

Surinati, I. A. 2013. Faktor Penyebab Rendahnya Jumlah Pria Menjadi Akseptor Keluarga Berencana.

Wiknjosatro, H. 1999. Gerakan KB Nasional. Jakarta: EGC.

Gambar

Grafik 4.2 Gambaran Jumlah Akseptor KB dan Bukan Akseptor
Gambar 2.1.
Tabel  Jumlah Akseptor KB dan Bukan Akseptor KB di

Referensi

Dokumen terkait

tergantung dari hasil yang dicapai yang berarti menawarkan suatu insentif kepada pekerja untuk mencapai hasil yang lebih baik. h) Teknologi Informasi adalah

Software like Pepperdata provides a way to increase utilization for distributed systems such as Hadoop by monitoring actual physical memory usage and dynamically allowing more or

pakar  digunakan  untuk  menentukan  kualitas  kayu  secara  mudah,  cepat,  dan  murah.  Sistem 

Permasalahan evaluasi terhadap aktivitas belajar mengajar serta relevansi informasi yang diterima sebagai penunjang dalam pengambilan keputusan oleh user pada Divisi

Tujuan dilakukan penelitian kelayakan ekonomi adalah untuk mengetahui usaha pembesaran ikan lele menggunakan Stimulan Pakan Ikan (SPI) akan menguntungkan atau tidak.. Metode

- Selanjutnya simpan boundary tadi dengan cara pilih save, maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini:. kemudian

Kelompok masyarakat inilah yang karena tidak tersedianya fasilitas perumahan yang terjangkau oleh kantong mereka serta kebutuhan akan akses ke tempat usaha, menjadi penyebab

Berdasarka Tabel 6, dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di Kabupaten Tulang Bawang sudah cukup baik terlihat dari tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang untuk