• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSENTRASI FILTRAT AIR ABU SEKAM DAN LAMA PERENDAMAN BAGAS TERHADAP KARAKTERISTIK CAIRAN RUMEN (pH, VFA dan NH3) SECARA IN-VITRO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KONSENTRASI FILTRAT AIR ABU SEKAM DAN LAMA PERENDAMAN BAGAS TERHADAP KARAKTERISTIK CAIRAN RUMEN (pH, VFA dan NH3) SECARA IN-VITRO."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI FILTRAT AIR ABU SEKAM DAN LAMA PERENDAMAN BAGAS TERHADAP KARAKTERISTIK CAIRAN

RUMEN (pH, VFA dan NH3) SECARA IN-VITRO

SKRIPSI

Oleh AHMAD FAUZI

0810612175

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

PENGARUH KONSENTRASI FILTRAT AIR ABU SEKAM DAN LAMA PERENDAMAN BAGAS TERHADAP KARAKTERISTIK CAIRAN

RUMEN (pH, VFA dan NH3) SECARA IN-VITRO

AHMAD FAUZI dibawah bimbingan :

Prof. Dr. Ir. Mardiati Zain, MS dan Dr. Montesqrit, SPt, M.Si Jurusan Ilmu Peternakan Program Studi Ilmu Peternakan

Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang 2014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara konsentrasi filtrat air abu sekam (FAAS) dan lama perendaman bagas terhadap karakteristik cairan rumen (pH, VFA dan NH3) secara in-vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Pola Faktorial 3 x 3 dengan 2 ulangan, dimana faktor pertama adalah tingkatan konsentrasi filtrat air abu sekam: K1 = 10%, K2 = 20%, K3 = 30%, dan faktor kedua adalah tingkatan lama perendaman: W1 = 24 Jam, W2 = 48 Jam, W3 = 72 Jam. Peubah yang diamati adalah derajat keasaman (pH), kadar produksi VFA dan kadar produksi NH3 cairan rumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara konsentrasi filtrat air abu sekam (FAAS) dan lama perendaman terhadap semua peubah yang diamati. Konsentrasi filtrat air abu sekam (FAAS) tidak nyata mempengaruhi karakteristik cairan rumen (pH, VFA dan NH3). Lama perendaman juga tidak nyata mempengaruhi pH dan NH3, akan tetapi nyata mempengaruhi VFA, nilai yang terbaik pada waktu perendaman 48 jam (W2) karena dapat meningkatkan konsentrasi VFA cairan rumen.

(3)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terbatasnya ketersediaan hijauan yang disebabkan oleh menyusutnya

lahan akibat peralihan lahan untuk pemukiman dan kawasan industri. Hal ini

mendorong untuk mencari alternatif yang mengganti sebagian atau keseluruhan

hijauan. Sumber daya alternatif tersebut seharusnya berada pada satu tempat

dalam jumlah yang banyak, tidak membutuhkan biaya besar, tersedia dalam

musim kemarau disaat hijauan lain kurang tersedia, tahan terhadap hama dan

penyakit, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia dan aman dikonsumsi oleh

ternak.

Salah satu sumber daya alternatif berasal dari limbah pertanian atau

perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yaitu bagas (ampas

tebu). Bagas adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman tebu

(Saccharum officinarum L) setelah diekstrak atau dikeluarkan tetes tebunya.

Menurut Pangestu (2003), terdapat beberapa keuntungan jika bagas digunakan

sebagai pakan alternatif bagi ternak ruminansia, yaitu toleran terhadap musim

panas, tahan terhadap hama dan penyakit, serta mudah tersedia pada musim

kemarau saat pakan hijauan yang lain kurang tersedia.

Di Indonesia, luas area perkebunan tebu pada tahun 2010 mencapai 433,6

ribu Ha, namun pada tahun 2011 tejadi penurunan 192,5 ribu Ha. Sedangkan

produksi tebu pada tahun 2010 yaitu 2288,74 ton dan pada tahun 2011 turun yaitu

2244,15 ton. (Data Badan Pusat Statistika, 2013). Ditinjau dari seluruh

perkebunan tebu yang ada di Indonesia, 50% di antaranya adalah perkebunan

(4)

pabrik gula berupa bagas (ampas tebu) sangat menggangu lingkungan apabila

tidak dimanfaatkan. Selama ini pemanfaatan bagas hanya terbatas untuk pakan

ternak, bahan baku pembuatan pupuk, bahan bakar , particle board, juga

dimanfaatkan oleh pabrik kertas sebagai pulp campuran pembuatan kertas.

Pemanfaatan bagas sebagai sumber pakan belum maksimal. Hal ini

disebabkan oleh rendahnya kualitas bagas sehingga kecernannya rendah yaitu

16,8-22,29% (Soejono, 1987). Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar lignin

dalam bagas dan tekstur bagas yang kasar serta palatabilitas yang rendah sehingga

ternak terbatas mengkonsumsinya dalam keadaan segar.

Komposisi kimia bagas adalah protein kasar (PK) 1,80%, bahan keing

(BK) 75,86%, lemak kasar (LK) 1,75%, BETN 33,55%, dan serat kasar 31,80%

(Arlis, 2012). Ditinjau dari segi komponen seratnya, bagas mengandung 84%

dinding sel yang terdiri atas: NDF 65,96%, ADF 36,28, selulosa 26,15%,

hemiselulosa 29,68% dan lignin 12,13% (Putri, 2012).

Bebrapa cara atau usaha untuk meningkatkan kecernaan serat kasar yaitu

melalui perendaman NaOH, Ca(OH)2, amoniasi dengan urea dan filtrat air abu

sekam (FAAS). Filtrat air abu sekam adalah salah satu jenis alkali/ larutan basa

yang banyak tersedia, murah dan mudah pemanfaatannya. Hartati (2000)

menjelaskan bahwa hidrolisis dengan filtrat air abu sekam lebih menguntungkan

dibandingkan dengan jenis alkali lainnya. Filtrat air abu sekam tidak

menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, tidak menimbulkan keracunan

pada ternak dan mudah didapat dengan harga yang murah, bahkan dapat diperoleh

(5)

penggunaan bahan kimia dapat dihindari dengan menggunakan larutan filtrat air

abu sekam (alkali) yang tidak bersifat polutan.

Adanya aktivitas mikroba di dalam rumen, akan menyebabkan terjadinya

perubahan karakteristik cairan rumen terutama pH, VFA dan NH3. Perubahan pH

terjadi karena tidak seimbangnya antara produksi degradasi protein dengan VFA

yang merupakan hasil dari degradasi karbohidrat. Kedua produk tersebut

merupakan zat yang terpenting dalam pembentukan protein mikroba dalam

rumen. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian untuk

meningkatkan kualitas bagas sebagai alternatif terhadap masalah kesulitan pakan

hijauan bagi ternak dengan judul “Pengaruh Konsentrasi Filtrat Air Abu Sekam

dan Lama Perendaman Bagas Terhadap Karakteristik Cairan Rumen (pH, VFA

dan NH3) Secara In-Vitro”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya yaitu:

1. Apakah pengolahan bagas dengan filtrat air abu sekam (FAAS)

berpengaruh terhadap karakteristik cairan rumen (pH, VFA dan NH3)

secara in-vitro ?

2. Apakah hasil pengolahan bagas dengan FAAS dapat dijadikan sebagai

(6)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interaksi

antara konsentrasi Filtrat Air Abu Sekam dan lama perendaman bagas terhadap

karakteristik cairan rumen (pH, VFA dan NH3) secara in-vitro.

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan daya guna bagas

dalam pakan ternak ruminansia, serta menambah perbendaharaan ilmu

pengetahuan dalam pakan ternak.

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah terjadinya interaksi antara konsentrasi

FAAS dengan lama perendaman bagas terhadap karakteristik cairan rumen (pH,

VFA dan NH3) secara in-vitro. Konsentrasi FAAS 30% dan lama perendaman 72

Referensi

Dokumen terkait

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan

-Sosial ekonomi masy -Keberadaan sarana pengobatan TBC Predisposing factors: -Karakteristik penderita -Pengetahuan pendrta tentang TBC -Kepercayaan penderita -Nilai yang

Suatu dokumen HTML yang terdapat kode javascript didalamnya dijalankan pada browser yang tidak mendukung Javascript, maka kode Javascript tidak akan dieksekusi malahan seluruh

Siagian (2003: 52) berpendapat bahwa penekanan kebutuhan-kebutuhan sosial dalam teori hubungan manusia melengkapi pendekatan klasik, sebagai usaha untuk meningkatkan

free running , frekuensi maksimum dan minimum pada VCO, pengaruh dari tapis lolos bawah pada sistem PLL, dan pengaruh modul-modul PLL terhadap panjangnya locked

Nykypäivän köyhyydessä eläminen ei ole samanlaista taistelua olemassaolosta nälkiintymistä ja kylmettymistä vastaan kuin maalaisköyhyys usein oli, mutta

[r]

Hal ini tentunya memberikan gagasan kepada penulis untuk membuka sebuah gerai dengan konsep one stop shopping yang menggabungkan anatara penjualan buah-buahan