• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TAKTIS DAN TEKNIS BERDASARKAN PADA KEMAMPUAN KETERAMPILAN AWAL YANG BERBEDA TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN SOFT BAL : Penelitian Eksperimen Terhadap Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani dan Rekreasi Fakultas Pend

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TAKTIS DAN TEKNIS BERDASARKAN PADA KEMAMPUAN KETERAMPILAN AWAL YANG BERBEDA TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN SOFT BAL : Penelitian Eksperimen Terhadap Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani dan Rekreasi Fakultas Pend"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN...

i ii iii

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah... B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... C. Pembatasan Masalah... D. Perumusan Masalah... E. Tujuan Penelitian... F. Manfaat Penelitian... G. Definisi Operasional... H. Anggapan Dasar dan Hipotesis...

1 1 5 6 7 8 9 10 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

A. Hasil Belajar Keterampilan Bermain ...l... B. Keterampilan Bermain Softball………... C. Kemampuan Keterampilan Awal…..………... D. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Belajar

Keterampilan Gerak... E. Model Pendekatan Pembelajaran dalam Permainan

Softball…..………... F. Hasil Belajar dalam Permainan Softball………...

18 18 24 62 66 70 77 BAB III PROSEDUR PENELITIAN...

A. Metode Penelitian..……..……….

(2)

B. Tempat dan Waktu Penelitian...………... C. Variabel Penelitian……… D. Populasi dan Sampel Penelitian……… E. Rancangan Penelitian……… F. Instrumen Penelitian……….. G. Prosedur Penelitian………... H. Program Pembelajaran……….. I. Teknik Analisis Data……….

79 81 81 84 92 105 109 111 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

A. Deskripsi Data………..……..……….. B. Pengujian Prasyarat Analisis Varian.….………... C. Pengujian Hipotesis Penelitian……….. D.Pembahasan Penelitian…... E. Keterbatasan penelitian……..………...

113 113 117 122 129 134

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..…. A. Kesimpulan.. ... B. Saran………...………

137 137 138

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seperti diketahui, proses pendidikan yang dilaksanakan di

lembaga-lembaga pendidikan, mulai taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah

Menengah dan Perguruan Tinggi semakin dibutuhkan, lebih-lebih dalam

pendidikan aspek perkembangan afektif, kognitif, dan psikomotor. Ketiga

aspek tersebut terkait dengan tuntutan situasi dan kondisi perkembangan

pembangunan negara dewasa ini.

Sekolah dan Perguruan Tinggi merupakan lingkungan pendidikan formal

yang menyelenggarakan serangkaian kegiatan yang terencana dan terorganisir,

termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar atau proses perkuliahan

di kelas dan di luar kelas. Kegiatan proses belajar mengajar yang dilaksanakan di

lingkungan perguruan tinggi ditujukan untuk menghasilkan perubahan-perubahan

positif pada diri mahasiswa dalam kaitannya dengan tuntutan kehidupan global

yang kian kompetitif.

Melalui kegiatan belajar yang terarah dan terpimpin, bahkan

dikem-bangkan dalam situasi belajar berkolaborasi, mahasiswa memperoleh

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang mengantarnya ke

level kesiapan untuk bersaing ditingkat global. Karena itu, perumusan-perumusan

tujuan yang ditetapkan akan menentukan hasil-hasil apa yang seharusnya

(4)

Seperti diketahui, dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan pendidikan

nasional, FPOK UPI sebagai sebuah Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

memiliki peranan penting untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas, khsususnya dalam bidang pendidikan. Untuk itu proses pendidikan

dan pembelajaran yang diselenggarakan harus mampu menghasilkan lulusan yang

memiliki daya saing tinggi untuk bersaing di tingkat global.

Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, selama ini proses

perkuliahan praktek kecabangan olahraga masih dilaksanakan dengan

meng-gunakan model pembelajaran yang sama dengan yang diberikan kepada atlet,

dimana penguasaan keterampilan menjadi tujuan utama pembelajaran tanpa

memperhatikan karakteristik mahasiswa dan jenis olahraganya. Proses

pembel-ajaran lebih menekankan pada aspek kompetitif yang mengarah pada

pemben-tukan keterampilan gerak, sementara pengembangan aspek kognitif dan afektif

masih terabaikan.

Pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam proses

perkuliahan praktek dengan tujuan agar hasil belajar keterampilan gerak dapat

dikuasi dengan baik, merupakan upaya yang harus dilakukan oleh setiap dosen.

Untuk itu, perlu dikembangkan model-model pembelajaran yang lebih efektif dan

efisien, sesuai tuntutan dan karakteristik mahasiswa yang belajar. Karena hal

tersebut berhubungan dengan karakteristik tingkat kompleksitas gerak yang

terkandung dalam permainan softball itu sendiri. Artinya mahasiswa yang

memiliki keterampilan awal dari pola-pola gerak permainan softball masih dalam

(5)

dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran melalui pendekatan yang

asal-asalan. Terkait dengan kendala tersebut, tentunya pemilihan model

pembelajaran melalui berbagai pendekatan sangatlah efektif untuk terciptanya

hasil belajar yang diharapkan.

Berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan sampai saat ini, ada

beberapa model pembelajaran yang sering digunakan dalam pelaksanaan kegiatan

perkuliahan praktek, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran teknik

atau konvensional, termasuk dalam kegiatan perkuliahan permainan softball.

Gambaran pelaksanaan model pembelajaran melalui pendekatan teknis lebih

menekankan kepada pembelajaran keterampilan teknis atau beberapa teknik dasar

permainan (softball) secara sendiri-sendiri atau terpisah-pisah. Sementara

pemahaman tentang makna permainan itu sendiri sering dilupakan. Dengan pola

pendekatan teknis dosen sering menghabiskan waktu pembelajarannya hanya

untuk mempelajari teknik dasar saja, ada kesan pada mahasiswa pendekatan

semacam ini membosankan dan kurang menarik karena situasi belajar terkesan

monoton. Selain itu, mahasiswa cenderung kurang mampu untuk

mengimple-mentasikan keterkaitan antara beberapa teknik dasar yang telah dikuasai dengan

sistem pola bermain softball secara utuh. Meskipun model pembelajaran teknik ini

diduga dapat meningkatkan penguasaan keterampilan teknik dasar, namun

ternyata banyak mendapatkan kritikan, salah satunya dikemukakan oleh Griffin,

dkk., (1997:8) yang menyatakan bahwa keterampilan yang diajarkan sebelum

subjek ajar dapat mengerti keterkaitannya dengan situasi bermain yang

(6)

Sesuai dengan kritikannya, Griffin, dkk. (1997) mengembangkan sebuah

model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya menerapkan sistem pola

permainan yang sesungguhnya. Pola pendekatan pembelajarannya dilaksanakan

melalui aktivitas bermain, dan pembelajaran penguasaan teknik dasar

dilakukan bersamaan dengan pola bermain. Model pembelajaran yang dimaksud

adalah model pembelajaran pendekatan taktis.

Dalam kaitannya dengan permainan softball, model pembelajaran taktis

dimaksudkan untuk mendorong mahasiswa dalam memecahkan masalah-masalah

taktis dalam permainan softball atau bagaimana menerapkan beberapa

keteram-pilan teknik dalam situasi permainan yang sebenarnya. Pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan taktis menekankan pada bagaimana membelajarkan

mahasiswa agar dapat memahami konsep bermain softball. Pendekatan taktis

dalam permainan softball disesuaikan dengan kebutuhan untuk meningkatkan

mutu pembelajaran permainan softball.

Sesuai dengan uraian di atas, peneliti tertarik untuk membandingkan

efektifitas model pembelajaran teknik dengan taktis terhadap hasil belajar

keterampilan bermain softball dikaitkan dengan kemampuan awal yang dimiliki

saat itu oleh para mahasiswa ketika memulai proses pembelajaran Selanjutnya

penulis merumuskannya dalam sebuah judul penelitian: “Perbedaan

Pengaruh Model Pembelajaran Taktis dan Teknis Berdasarkan Pada

Kemampuan Keterampilan Awal yang Berbeda Terhadap Keterampilan

Bermain Soft Ball” Penelitian ini penulis anggap memiliki nilai penting dalam

(7)

kuliah praktek cabang olahraga yang pada gilirannya diharapkan dapat membantu

meningkatkan hasil belajar mata kuliah permainan softball khususnya, dan

umunya bisa dijadikan bahan pertimbangan oleh para dosen lain untuk diterapkan

dalam mata kuliah praktek cabang olahraga yang lain. Lebih penting dari itu,

diharapkan mahasiswa PJKR sebagai generasi pewaris keilmuan dibidang

kependidikan diharapkan bisa menjadi duta-duta pendidikan dapat meningkatkan

kualitas proses dan hasil pembelajan di sekolah-sekolah mulai Sekolah Dasar,

Sekolah Menangah Pertama, dan Sekolah Menengah Umum.

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah,

maka perlu diidentifikasi beberapa permasalahan untuk dipilih dan dirumuskan

menjadi masalah utama agar permasalahan dapat dibatasi, sehingga penelitian

dapat dibatasi pula. Permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi ini kemudian

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1) apakah

melalui pendidikan dapat meningkatkan sumber daya suatu bangsa? (2) Apakah

sektor pendidikan lebih utama untuk dijadikan sebagai program pembinaan

kualitas sumber daya manusia pada pembangunan jangka panjang suatu bangsa?

(3) Program pendidikan apakah yang sesuai untuk mengembangkan kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotor siswa dapat dikembangkan? (4) Model

pembelajaran pendidikan jasmani yang bagaimanakah yang dapat meningkatkan

keterampilan bermain olahraga mahasiswa? (5) Apakah tingkat keterampilan awal

yang dimiliki oleh mahasiswa saat itu dapat berpengaruh terhadap kemampuan

(8)

keterampilan olahraga softball dipengaruhi oleh tinggi rendahnya keteramplan

gerak awalnya? (7) Model pembelajaran apakah yang sesuai untuk meningkatkan

kemampuan softball mahasiswa FPOK? (8) Apakah model pembelajaran

taktis memberi pengaruh terhadap hasil belajar permainan softball mahasiswa

FPOK? (9) Apakah model pembelajaran teknis memberi pengaruh terhadap hasil

belajar permainan softball mahasiswa FPOK ? (10) Secara keseluruhan, apakah

terdapat perbedaan hasil belajar permainan softball antara yang diajar melalui

pembelajaran taktis dengan pembelajaran teknis mahasiswa FPOK?

(11) Apakah model pembelajaran taktis lebih besar pengaruhnya dari pada model

pembelajaran teknis terhadap hasil belajar permainan softball mahasiswa FPOK?

(12) Bagi mahasiswa FPOK yang memiliki keterampilan awal tinggi, apakah

terdapat perbedaan hasil belajar permainan softball antara yang diajar melalui

model pembelajaran taktis dengan model pembelajaran teknis? (13) Bagi

mahasiswa FPOK yang memiliki keterampilan awal rendah, apakah terdapat

perbedaan hasil belajar permainan softball antara yang di ajar melalui model

pembelajaran taktis dengan model pembelajaran teknis? (14) Apakah terdapat

interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan keterampilan awal

terhadap hasil belajar permainan softball mahasiswa FPOK?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang dikemukakan dalam identifikasi

masalah, maka ruang lingkup permasalahan yang akan di kaji perlu dibatasi agar

lebih jelas dan terarah sesuai dengan pokok permasalahan dan tujuan yang hendak

(9)

yang ada pada penulis, baik menyangkut tenaga maupun biaya, disamping itu pula

agar memudahkan dalam pengumpulan, pengolahan, dan interpretasi data,

sehingga tujuan penelitian yang digariskan dapat tercapai dan sesuai tanpa

mengalami rintangan yang berat.

Sesuai dengan beberapa pertimbangan di atas, maka penelitian ini hanya

akan difokuskan pada Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan

Keterampilan Awal Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bermain Softball Pada

mahasiswa FPOK UPI. Dengan demikian batasan-batasan istilah dalam penelitian

ini terdiri atas (1) model pembelajaran taktis dan teknis, (2) kemampuan

keterampilan awal yang tinggi dan rendah,(3) hasil belajar keterampilan bermain

softball.

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel

bebas, yaitu (1) model pembelajaran (taktis dan teknik) sebagai variabel bebas

aktif, dan (2) keterampilan awal mahasiwa (kategori tinggi dan rendah) sebagai

variabel bebas atribut. Selanjutnya satu variabel terikat, yaitu hasil belajar

keterampilan bermain softball mahasiswa FPOK Program Studi Pendidikan

Jas-mani Kesehatan dan Rekreasi yang mengontrak mata kuliah permainan softball.

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah

di atas, maka dirumuskan masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Secara keseluruhan apakah terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan

bermain softball antara mahasiswa yang diajar melalui model pembelajaran

(10)

2. Pada mahasiswa yang memiliki keterampilan awal tinggi, apakah terdapat

perbedaan hasil belajar keterampilan bermain softball antara mahasiswa yang

diajar melalui model pembelajaran taktis dengan model pembelajaran teknis ?

3. Pada mahasiswa yang memiliki keterampilan awal rendah, apakah terdapat

perbedaan hasil belajar keterampilan bermain softball antara mahasiswa yang

diajar melalui model pembelajaran taktis dengan model pembelajaran teknis ?

4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan

keterampilan awal terhadap hasil belajar keterampilan bermain softball

mahasiswa FPOK Universitas Pendidikan Indonesia?

E. Tujuan Penelitian.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh model

pembelajaran dan keterampilan awal terhadap hasil belajar keterampilan bermain

softball mahasiswa FPOK Universitas Pendidikan Indonesia. Ada pun secara

khusus akan didasarkan pada beberapa rumusan tujuan sebagai berikut:

1. Perbedaan hasil belajar keterampilan bermain softball antara mahasiswa yang

diajar melalui model pembelajaran taktis dengan model pembelajaran teknik

2. Perbedaan hasil belajar keterampilan bermain softball antara mahasiswa yang

diajar melalui model pembelajaran taktis dengan model pembelajaran

teknik pada mahasiswa yang memiliki keterampilan awal tingi

3. Perbedaan hasil belajar keterampilan bermain softball antara mahasiswa yang

diajar melalui model pembelajaran taktis dengan model pembelajaran teknik

(11)

4. Pengaruh interaksi antara model pembelajaran keterampilan awal terhadap

hasil belajar keterampilan bermain softball pada mahasiswa FPOK Universitas

Pendidikan Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan akan berguna dalam usaha

memperkokoh landasan upaya pembangunan kualitas sumber daya manusia,

khususnya dalam mata kuliah permainan softball melalui bentuk penguasaan

keterampilan bermain softball. Untuk lebih rincinya kegunaan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Merupakan sumbangan pemikiran dalam pengembangan model pembelajaran,

khususnya dalam pembelajaran mata kuliah praktek.

2. Dapat menjadi sumber berharga bagi para dosen Fakultas Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan (FPOK) atau Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK),

khususnya dalam rangka aplikasi model pembelajaran permainan softball bagi

mahasiswa FPOK (FIK)

3. Dapat dijadikan sebagai rujukan oleh para dosen atau pembina olahraga

lainnya dalam menentukan model pembelajaran permainan softball yang lebih

efektif untuk meningkatkan keterampilan bermain softball.

4. Sebagai bahan informasi bagi lembaga yang terkait untuk digunakan sebagai

dasar menentukan kebijakan program pengembangan perkuliahan mata kuliah

(12)

H. Definisi Operasional

Untuk memperjelas batasan-batasan istilah dan variabel-variabel dalam

penelitian ini, maka dapat dijabarkan secara operasional sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran

Menurut Suriasumantri (1996) model adalah suatu abstraksi dari dunia nyata

yang disederhanakan sehingga hanya parameter-parameter yang penting saja yang

muncul dalam bentuknya, dan dengan adanya model permasalahan tidak menjadi

sukar, malah dapat dipermudah. Sedangkan pembelajaran adalah aktivitas

kegiatan belajar mengajar yang tersusun secara sistematik, terarah, dan terencana

(Sadiman, dkk., 1990). Sesuai dengan kedua pengertian tadi, maka model

pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu parameter dari bentuk aktivitas

kegiatan belajar mengajar yang tersusun secara sistematik, terarah dan terencana.

a. Model Pembelajaran Taktis

Menurut Griffin, dkk., (1997) model pembelajaran taktis adalah suatu

usaha yang terencana untuk menyempurnakan penampilan permainan yang

didalamnya terkandung penggabungan unsur kesadaran taktis dan pelaksanaan

keterampilan. Apabila dihubungkan dengan konsep bermain softball, maka model

pembelajaran taktis dapat diartikan sebagai bentuk aktivitas kegiatan belajar

mengajar permainan olahraga yang dilaksanakan dengan penggabungan unsur

kesadaran taktis dan pelaksanaan beberapa keterampilan dengan tujuan

untuk mening-katkan kesadaran mahasiswa terhadap konsep bermain softball

(13)

b. Model Pembelajaran Teknis

Menurut Dick (1989) model pembelajaran teknis adalah proses kegiatan

latihan aktivitas fisik yang dilaksanakan secara bertahap untuk

mengkoor-dinasikan pola-pola gerak dasar menjadi satu kesatuan. Kemudian Bompa (1994)

menjelaskan bahwa latihan teknis adalah suatu kombinasi dari elemen gerak dasar

yang didalamnya terkandung aktivitas fisik yang dikoordinasikan secara

sistematis dengan cara menghubungkan satu elemen gerak dengan yang lainnya

untuk saling mendukung terhadap penampilan gerak secara keseluruhan.

Sedangkan Griffin, dkk., (1997) menyatakan bahwa latihan teknis lebih terpusat

pada teknik yaitu penekanan pada keterampilan pribadi, misalnya siswa

harus menguasai keterampilan teknik dasar permainan softball seperti

lempar, tangkap dan memukul bola terlebih dahulu sebelum mulai bermain.

Harsono (1988:100) lebih jelas menyatakan bahwa “latihan teknik adalah latihan

untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan untuk mampu

melakukan cabang olahraga yang dilakukan atlet; misalnya teknik

menendang bola, melempar lembing, menangkap bola, membendung smes, dan

sebagainya”.

Dengan demikian konsep model pembelajaran teknis adalah suatu

kerangka konseptual mengenai interaksi belajar mengajar yang dirancang secara

sistematis dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan penguasaan

teknik yang mengutamakan pengulangan pola gerak dasar sebagai alat untuk

(14)

2. Kemampuan Keterampilan Awal

Menurut Lutan (1988) keterampilan dapat dipahami sebagai indikator dari

tingkat kemahiran atau penguasaan suatu hal yang memerlukan gerak tubuh.

Keterampilan juga dapat dinyatakan untuk menggambarkan tingkat kemahiran

seseorang melaksanakan suatu tugas, sehingga terdapat perbedaan tingkat

keterampilan, ada yang tingkat keterampilan tinggi dan adapula tingkat

keterampilan rendah. Hal ini didasarkan oleh pengalaman intensitas melakukan

aktivitas gerak-gerak sebelumya, sehingga muncul isltilah pemain pemula dan

pemain yang berprestasi tinggi. Dengan demikian konsep dasar dari kemampuan

keterampilan awal adalah kapasitas tingkat kemahiran dasar yang dimiliki

seseorang pada waktu mulai mempelajari keterampilan motorik yang baru.

3. Hasil Belajar Keterampilan Bermain Softball

Untuk mendefinisikan secara operasional tentang hasil belajar

kete-rampilan bermain softball, terlebih dahulu perlu didefinisikan pengertian beberapa

isitilah di bawah ini secara operasional, yaitu sebagai berikut:

a. Belajar keterampilan gerak

Belajar keterampilan gerak adalah seperangkat proses internal yang

mengantarkan kearah perubahan perilaku terutama perilaku gerak yang relatif

permanen sebagai akibat dari proses latihan atau pengalaman dan bukan karena

pengaruh kondisi tubuh yang bersifat sementara seperti keadaan sakit, lelah,

jenuh, karena obat-obatan atau proses kematangan fisik (Schmidt (1991:345-348);

(15)

b. Hasil Belajar

Hasil Belajar adalah tingkat penguasaan mahasiswa terhadap tujuan belajar

berupa perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor. Mengacu pada

definisi ini maka hasil belajar dalam konteks belajar keterampilan bermain

softball dapat diartikan sebagai performa atau tingkat kemampuan penguasaan

terhadap tujuan belajar keterampilan bermian soffball. Tingkat penguasaan ini

diukur melalui tes tertentu sesuai dengan jenis keterampilan gerak yang

dipelajarinya.

c. Keterampilan Bermain Softball

Secara konseptual, keterampilan bermain softball adalah kemampuan

untuk menghasilkan beberapa gerakan secara maksimal dengan sedikit

mengeluarkan tenaga atau waktu dalam memainkan permainan softball. Sesuai

dengan definisi ini, secara operasional keterampilan bermain softball dapat

diartikan sebagai kemampuan mahasiswa dalam menampilkan kemahiran

geraknya secara efektif dan efisien dalam permainan softball yang dapat diamati

melalui penampilannya dalam memperagakan keterampilan bermain softball yang

meliputi aspek keterampilan batting, base running, dan fielding.

d. Hasil Belajar Keterampilan Bermain Softball

Sesuai dengan definisi-definsi di atas, maka hasil belajar keterampilan

bermain softball dapat diartikan sebagai tingkat penguasaan atau tingkat

kemam-puan mahasiswa terhadap tujuan belajar keterampilan bermain softball dengan

(16)

bentuk skor numerik dan diukur melalui tes bermain softball dan tes keterampilan

gerak batting, base running, dan fielding.

I. Anggapan Dasar dan Hipotesis

1. Anggapan Dasar

Softball merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang memiliki

karakteristik dan prinsip bermain yang khas dibandingkan dengan cabang-cabang

olahraga lainnya. Pola-pola gerak yang sering dilakukan dalam permainan softball

meliputi gerak melempar bola, menangkap bola, memukul bola, dan berlari.

Pola-pola gerak tersebut menjadi semakin kompleks apabila dilakukan dalam situasi

dan kondisi dinamika permainan yang tinggi. Karena itu, untuk mengatasi

kompleksitas dari pola-pola gerak tersebut, setiap pemain perlu melakukan latihan

secara intensif, terprogram, dan sistematik agar perkembangan penguasaan pola

gerak dapat ditingkatkan disesuaikan dengan tingkat kedinamisan pola permainan.

Untuk alasan itu, agar dapat bermain softball dengan baik setiap pemain

terlebih dahulu harus menguasai teknik dasar yang meliputi menangkap bola,

melempar bola, memukul bola, berlari, meluncur atau sliding. Namun perlu pula

diketahui bahwa dari sekian banyak teknik dasar permainan softball yang harus

dikuasai oleh setiap pemain, masing-masing memiliki organisasi dan

kom-pleksitas gerak yang bervariasi.

Permainan softball dapat dikuasai dengan efektif, apabila setiap pemain

terampil dan mampu menguasai teknik-teknik gerak yang sesuai dengan

karakteristik permainannya. Hal ini tidak serta merta didapatkan dengan cara

(17)

paling penting yang harus dilakukan adalah “action”, artinya melakukan latihan

beberapa pola gerak yang terdapat pada teknik bermain softball. Bentuk –bentuk

latihannya pun perlu dirancang dan direncanakan dalam situasi dan kondisi yang

mampu memberikan rangsangan terhadap keinginan.

Dalam konteks pembelajaran permainan softball, khususnya bagi

mahasiswa FPOK Universitaas Pendidikan Indonesia yang memiliki karakteristik

kemampuan keterampilan motorik awal yang bervariasi, perlu kiranya disusun

dan dikondisikan model-model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat

keterampilan awalnya. Banyak model pembelajaran yang dapat memberikan

kontribusi yang positif terhadap hasil belajar keterampilan permainan softball,

khususnya bagi mahasiswa FPOK UPI namun model pembelajaran yang mana

yang sesuai dengan perkembangan keterampilan awal pada waktu mereka mulai

belajar permainan softball, hal itu perlu diperhatikan secara serius dan lebih

persuasif, karena akan berpengaruh kepada kelangsungan sistematika proses

belajar-mengajar, yang pada akhirnya berdampak terhadap hasil belajarnya.

Dalam kaitan itu, penelitian ini mencoba mengkaji dua model

pembelajaran yang sekiranya dapat memberikan hasil belajar yang positif

terhadap perkem-bangan kemampuan keterampilan permainan softball. Model

pembelajaran yang dimaksud adalah (1) model pembelajaran taktis, dan (2) model

pembelajaran teknis. Masing-masing model tersebut memiliki keuntungan dan

kelemahannya sendiri-sendiri, mungkin ada yang cocok untuk mahasiswa

yang memiliki keterampilan awal tinggi, ada pula yang cocok untuk

(18)

Adapun gambaran singkat dari perbedaan kedua model di atas terhadap

keberhasilan belajar keterampilan softball mahasiswa FPOK UPI yang memiliki

keterampilan awal yang berbeda adalah: (1) pada model pembelajaran taktis,

proses latihan dalam kegiatan pembelajarannya lebih ditekankan kepada pola-pola

bermain dan hanya sebagian waktu digunakan untuk latihan kemahiran teknik

secara pribadi saja yang bermain secara aktif (Griffin, dkk., 1997). Dari perlakuan

proses model pembelajaran taktis ini, terdapat beberapa hal penting yang muncul

yaitu penampilan siswa dalam melakukan permainan lebih sempurna, karena

dilakukan melalui kombinasi kesadaran taktis dan gerakan tanpa bola, serta

mampu menguasai dalam memilih dan menggunakan kemahiran keterampilannya.

Oleh karena model pembelajaran taktis mengarahkan siswa kepada pola berpikir

taktis, yang tentunya hal itu hanya dapat dicerna oleh seseorang yang memiliki

pengalaman gerak yang intensif yang sebelumnya, atau memiliki keterampilan

awal yang tinggi, sehingga berdampak terhadap hasil belajar yang lebih

bermakna. Sedangkan pada (2) model pembelajaran teknis, proses latihan dalam

pembelajarannya lebih menekankan kepada latihan teknik terlebih dahulu sebelum

beralih ke taktik bermain, maksudnya yaitu penekanan pada tuntutan untuk

kemahiran secara pribadi (Dick, 1989). Misalnya siswa harus menguasai

kemahiran teknik dasar softball seperti melempar bola, menangkap bola,

dan memukul bola terlebih dahulu sebelum beralih ke keterampilan

bermain yang sebenarnya. Bahkan Griffin, dkk.,(1997) memberikan

gambaran bahwa kenyataan di lapangan beberapa pengajar mengeluh atas

(19)

kemahiran yang dipelajarinya secara efektif pada saat permainan, dan

meskipun mereka menghabiskan banyak waktu belajar teknis, siswa tidak

merasa puas karena kurang melakukan pendekatan dalam bentuk

permainan. Seolah-olah kurang memunculkan nilai permainan sebenarnya

yang merupakan nilai utama dari olahraga softball.

2. Hipotesis

Berdasarkan anggapan dasar yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

rumusan hipotesis penelitian yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :

(1) Secara keseluruhan hasil belajar keterampilan bermain softball mahasiswa

yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran taktis lebih baik

daripada model pembelajaran teknis.

(2) Pada mahasiswa yang memiliki keterampilan awal tinggi, hasil belajar

keterampilan bermain softball yang diajar melalui model pembelajaran taktis

lebih tinggi dari hasil belajar mahasiswa yang diajar melalui model

pembelajaran teknis.

(3) Pada mahasiswa yang memiliki keterampilan awal rendah, hasil belajar

keterampilan bermain softball yang diajar melalui model pembelajaran teknis

lebih tinggi dari hasil belajar mahasiswa yang diajar melalui model

pembelajaran taktis.

(4) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan

kete-rampilan awal terhadap hasil belajar ketekete-rampilan bermain softball.

(20)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan menggunakan desain faktorial 2 x 2 . Alasan pokok penggunaan metode

eksperimen karena penelitian ini berusaha mencari hubungan sebab akibat antara

variabel bebas dengan variabel terikat.

Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel bebas, yaitu

model pembelajaran dan kemampuan keterampilan awal. Model pembelajaran

adalah variabel bebas aktif dan dibagi ke dalam dua klasifikasi, yaitu model

pembelajaran taktis dan model pembelajaran teknik. Sedangkan kemampuan

keterampilan awal termasuk ke dalam variabel bebas atribut dan dibagi menjadi

dua klasifikasi, yaitu kemampuan keterampilan awal tinggi dan rendah. Adapun

variabel terikat penelitian ini adalah hasil belajar keterampilan bermain softball.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan terhadap mahasiswa FPOK Universitas Pendidikan

Indonesia yang mengikuti mata kuliah permainan soft ball. Karena itu tempat

penelitian dilaksanakan di kampus FPOK UPI jalan Setiabudi no. 229. Sedangkan

waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan, terhitung mulai bulan

September sampai dengan Nopember 2007. Frekuensi pertemuan adalah 3

(21)

setiap pertemuan lamanya 2 x 50 menit (100 menit). Rincian setiap pertemuan

[image:21.595.119.508.208.731.2]

disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1.

Jadwal Waktu Pertemuan Pembelajaran

No Pertemuan Hari, Tanggal, dan Tahun Keterangan

1. 1. Senin, 8 September 2008 Terlaksana

2. 2. Rabu, 10 September 2008 Terlaksana

3. 3. Jumat, 12 September 2008 Terlaksana

4. 4. Senin, 15 September 2008 Terlaksana

5. 5. Rabu, 17 September 2008 Terlaksana

6. 6. Jumat, 19 September 2008 Terlaksana

7. 7. Senin, 22 September 2008 Terlaksana

8. 8. Rabu, 24 September 2008 Terlaksana

Tanggal 26 September sampai 5 Oktober Libur Hari Raya Iedul Fitri

9. 9. Senin, 6 Oktober 2008 Terlaksana

10. 10. Rabu, 8 Oktober 2008 Terlaksana

11. 11. Jumat, 10 Oktober 2008 Terlaksana

12. 12. Senin, 13 Oktober 2008 Terlaksana

13. 13. Rabu, 15 Oktober 2008 Terlaksana

14. 14. Jumat, 17 Oktober 2008 Terlaksana

15. 15. Senin, 20 Oktober 2008 Terlaksana

Rabu, 22 Oktober 2008 Libur karena Wisuda UPI

16. 16. Jumat, 24 Oktober 2008 Terlaksana

17. 17. Senin, 27 Oktober 2008 Terlaksana

18. 18. Rabu, 29 Oktober 2008 Terlaksana

19. 19. Jumat, 31 Oktober 2008 Terlaksana

20. 20. Senin, 3 Nopember 2008 Terlaksana

21. 21. Rabu, 5 Nopember 2008 Terlaksana

22. 22. Jumat, 7 Nopember 2008 Terlaksana

23. 23. Senin, 10 Nopember 2008 Terlaksana

(22)

C. Variabel Penelitian

Secara operasional penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel

terikat. Ada dua variabel bebas yang dilibatkan yaitu model pembelajaran dan

kemampuan keterampilan awal. Variabel model pembelajaran adalah variabel

bebas aktif, terdiri atas dua klasifikasi yaitu model pembelajaran taktis dan model

pembelajaran teknis. Sedangkan variabel kemampuan keterampilan awal adalah

variabel bebas atribut sekaligus berfungsi sebagai variabel kontrol, terdiri atas dua

klasifikasi, yaitu kemampuan keterampilan awal tinggi dan rendah. Adapun

variabel terikat yang dilibatkan adalah hasil belajar keterampilan bermain softball.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FPOK

Universitas Pendidikan Indonesia. Oleh karena keterbatasan waktu dan sumber

daya penulis, dan juga memperhatikan kondisi mahasiswa yang diasumsikan

memiliki karakteristik perkembangan yang hampir sama, maka yang terpilih

menjadi populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang

mengontrak mata kuliah softball pada semester ganjil Tahun Akademik 2007 /

2008.

Dilandasi oleh pendapat Ary, dkk. (1990:178) yang menyatakan

bahwa besarnya sampel tergantung pada ketepatan yang diinginkan peneliti dalam

menduga parameter populasi pada taraf kepercayaan tertentu, dan tidak ada satu

kaidah pun yang dapat dipakai untuk menetapkan besarnya sampel. Berdasarkan

pendapat tersebut dan dihubungkan dengan karakteristik sampel, maka sampel

(23)

sebanyak 60 mahasiswa, yang didapat dari populasi terjangkau mahasiswa FPOK

yang mengikuti mata kuliah softball angkatan 2007/2008 berjumlah 109 orang.

Kemudian dari jumlah tersebut dibagi ke dalam empat kelompok perlakuan

secara random pula, masing-masing kelompok berjumlah 15 siswa sesuai

dengan tingkat kemampaun keterampilan awal tinggi dan rendah.

Pengelompokan kemampuan keterampilan awal tinggi dan rendah

dilakukan dengan cara tes awal pada waktu akan memulai eksperimen. Tes

awal yang digunakan adalah tes keterampilan bermain softball dari

“O’Donnell Test” dalam Nurhasan (2007:245-250). Jenis-jenis item tes yang

digunakan adalah tes speed throw, throw and catch, fielding fly balls, repeated

throw, fungo batting, dan overhand accuracy throw. Hasil tes awal ini dibuat

ranking berdasarkan skor tertinggi dan skor terendah. Penentuan keterampilan

awal tinggi dan rendah didasarkan pada perhitungan sebagai berikut: (1) kategori

kelompok keterampilan awal tinggi adalah mahasiswa yang termasuk ke dalam

27% skor tertinggi, dan kategori kelompok keterampilan awal rendah adalah

mahasiswa yang termasuk ke dalam 27% skor terendah. Hal ini sesuai dengan

pendapat Don R. Kirkendall. 1980;115, yaitu : “....we rank them from high to

low on the basis of the total test score and then divide them into extrem

groups-the top 27 percent and bottom 27 percent”. Jadi sesuai dengan jumlah

populasi terjangkau diperoleh 27% dari 109 orang = 29,43 (dibulatkan 30) untuk

kelompok mahasiswa yang mendapat skor kemampuan awal tertinggi dan 27%

dari 109 orang = 29,43 (dibulatkan 30) untuk kelompok mahasiswa yang memiliki

(24)

awal tinggi dan rendah masing-masing dibagi menjadi dua kelompok yang

seimbang dengan matching system sehingga masing-masing sel terdiri dari 15

orang. Penentuan jumlah sampel tersebut dikaitkan dengan persyaratan efektifitas

jumlah pemain softball yang dilatih atau belajar dalam setiap timnya berkisar

antara 15-25 pemain dan juga berdasarkan atas kebutuhan jumlah tiap-tiap

kelompok perlakuan dari variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini.

Model Pembelajaran A

Keterampilan Awal (B)

TAKTIS A1

TEKNIS A2

TINGGI B1

A1 B1 (15 orang) A2 B1 (15 orang)

RENDAH

[image:24.595.111.516.251.640.2]

B2 A1 B2 (15 orang) A2 B2 (15 orang)

Gambar 3.1. Teknik Pengambilan Sampel

Keterangan:

A1 B1 = Kelompok mahasiswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran taktis dan memiliki keterampilan awal yang tinggi dalam permainan softball

POPULASI SASARAN

(Mahasiswa Putra FPOK UPI)

POPULASI TERJANGKAU

(25)

A2 B1 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran teknis dan memiliki keterampilan awal yang tinggi dalam permainan softball

A1 B2 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran taktis dan memiliki keterampilan awal yang rendah dalam permainan softball

A2 B2 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran teknis dan memiliki keterampilan awal yang rendah dalam permainan softball

E. Rancangan Penelitian

1. Jenis Rancangan

Penelitian ini bermaksud mengkaji hubungan kausal antara variabel model

pembelajaran dan kemampuan keterampilan awal dengan hasil belajar keterampilan

bermain softball. Variabel model pembelajaran dimanipulasi secara simultan

untuk diteliti pengaruhnya terhadap variabel terikat. Sementara variabel kemampuan

keterampilan awal adalah variabel bebas kontrol untuk diteliti pengaruhnya terhadap

variabel terikat. Selanjutnya, kedua variabel bebas akan diteliti juga pengaruh

interaksinya terhadap variabel terikat.

Berdasarkan hal tersebut, untuk membuktikannya diperlukan suatu rancangan

penelitian, dan untuk kebutuhan itu rancangan penelitian yang digunakan adalah

rancangan faktorial. Hal ini sesuai dengan pandangan Kerlinger (2002:562)

bahwa rancangan faktorial adalah struktur penelitian dimana dua faktor atau lebih

saling diperhadapkan untuk mengkaji akibat-akibatnya yang mandiri dan yang

interaktif terhadap suatu variabel terikat. Serupa dengan pandangan tersebut, Ary,

dkk. (1990:331) menjelaskan rancangan faktorial sebagai jenis desain

(26)

diteliti pengaruhnya secara independen dan atau interaktif terhadap suatu variabel

terikat. Berdasarkan kedua pandangan tersebut, maka rancangan penelitian yang

tepat digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan faktorial 2x2 atau 22 (2x2

factorial design). Lebih jelas disajikan pada gambar 3.2. di halaman berikut:

Tabel 3.2.

Rancangan Eksperimen Faktorial 2 x 2

Model Pembelajaran A

Keterampilan Awal (B)

Taktis A1

Teknik A2

Tinggi

B1 A1B1 A2B1

Rendah

B2 A1B2 A2B2

Keterangan:

A = Model pembelajaran dibagi menjadi dua klasifikasi A1 = Model pembelajaran taktis

A2 = Model pembelajaran teknis

B = Kemampuan keterampilan awal dibagi menjadi dua klasifikasi B1 = Kemampuan keterampilan awal tinggi

B2 = Kemampuan keterampilan awal rendah

A1 B1 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran taktis dan memiliki keterampilan awal yang tinggi dalam permainan softball

A2 B1 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran teknis dan memiliki keterampilan awal yang tinggi dalam permainan softball

A1 B2 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran taktis dan memiliki keterampilan awal yang rendah dalampermainan softball

[image:26.595.113.511.236.746.2]
(27)

teknis dan memiliki keterampilan awal yang rendah dalam permainan softball

Berdasarkan rancangan di atas dapat diketahui subyek penelitian

dibagi menjadi empat kelompok eksperimen, yakni (1) kelompok kombinasi

antara model pembelajaran taktis dengan keterampilan awal tingi (A1B1) disebut

kelompok eksperimen satu (K-1), (2) kelompok kombinasi antara model

pembelajaran teknik dengan keterampilan awal tinggi (A2B1) disebut

kelompok eksperimen dua (K-2), (3) kelompok kombinasi antara model

pembelajaran taktis dengan keterampilan awal rendah (A1B2) disebut kelompok

eksperimen tiga (K-3), dan (4) kelompok kombinasi antara model pembelajaran

teknik dengan keterampilan awal rendah (A2B2) disebut kelompok eksperimen

empat (K-4).

Pemilihan dan penentuan subyek untuk setiap kelompok dilakukan melalui

metode penugasan secara random, metode ini diperlukan untuk memperoleh

kelompok yang ekuivalen atau menyetarakan

kelompok-kelompok yang diteliti sebelum diberi perlakuan.

2. Validitas Rancangan

Ada dua jenis validitas rancangan berkenaan dengan hasil eksperimen dalam

penelitian ini yakni validitas internal dan eksternal. Validitas internal

ber-hubungan dengan akibat yang ditimbulkan oleh perlakuan terhadap variabel terikat.

Sejauhmanakah perubahan yang terjadi dalam variabel terikat benar-benar

disebabkan oleh pemberian perlakuan model pembelajaran, bukan karena

(28)

validitas eksternal berkaitan dengan aplikasi hasil eksperimen. Sejauh-mana hasil

eksperimen dapat digeneralisasikan terhadap populasi, situasi, dan waktu yang

berbeda.

Merujuk kepada pendapat Campbell & Stanley (1963:8), Cook &

Campbell (dalam Latipun, 2002, 54-59), Azwar (2003:98), dan Thomas, dkk

(2005:327):validitas internal dan eksternal yang dikontrol dalam penelitian

ini terdiri atas:

a. Validitas Internal

Validitas internal berhubungan dengan pertanyaan sejauhmana perubahan

yang terjadi pada variabel terikat dalam suatu eksperimen benar-benar hanya

terjadi karena perlakuan yang diberikan dan bukan karena pengaruh faktor lain

(Neuman, 2000:236). Validitas internal berkaitan dengan pertanyaan apakah

perlakuan yang diberikan benar-benar menjadi penyebab dari hasil yang diamati

dalam penelitian yang dilaksanakan Jadi, validitas internal adalah validitas yang

berkaitan dengan hubungan sebab dan akibat antara perlakuan dan hasil

pengamatan.

Pengontrolan validitas internal bertujuan untuk mengendalikan

variabel-variabel luar yang dapat mengganggu dan mempengaruhi perlakuan yang

diberikan selama eksperimen dan dapat menimbulkan interpretasi lain.

Variabel-variabel luar yang dikontrol karena dianggap dapat mengancam validitas internal

adalah variabel sejarah, kematangan, tes, instrumentasi, pemilihan subyek,

(29)

pelaksanaan eksperimen yang telah dilakukan, semua variabel internal di atas

berusaha dikendalikan pengaruhnya dengan cara sebagai berikut:

1) Pengaruh sejarah. Variabel ini menunjuk kepada adanya kegiatan

tambahan di luar eksperimen atau kejadian-kejadian yang dialami sampel

penelitian diluar eksperimen yang muncul selama eksperimen berlangsung yaitu

antara mulai aksperimen sampai akhir eksperimen. Pengaruh sejarah dikendalikan

dengan cara mengatur rencana eksperimen dengan jelas dan terjadwal dengan

baik, serta menyarankan kepada sampel penelitian untuk tidak menggunakan

waktu luangnya dengan melakukan aktivitas olahraga soft ball.

2) Pengaruh kematangan. Perubahan dalam hasil eksperimen dapat terjadi

karena berlalunya waktu dan perubahan alamiah sebagai akibat dari faktor

pertumbuhan dan perkembangan sampel, karena itu perlakuan tidak diberikan

terlalu lama dan subyek penelitian ditentukan melalui penugasan secara random.

3) Pengaruh pengetesan. Variabel ini dikontrol dengan memberikan

selang waktu yang cukup untuk mengembalikan kondisi tubuh mahasiswa kepada

keadaan semula. Mahasiswa mulai mengikuti program penelitian pada tanggal 8

September 2008 dua hari setelah melaksanakan tes kemampuan keterampilan

awal. Demikian pula untuk pelaksanaan tes akhir, mahasiswa melaksanakannya

pada tanggal 14 Nopember 2008 satu hari setelah pertemuan akhir.

4) Pengaruh instrumentasi. Variabel instrumentasi menunjuk kepada

perubahan pada hasil eksperimen sebagai akibat dari perubahan yang terjadi pada

proses pengukuran yang dilakukan. Misalnya petugas pengukuran yang tidak

(30)

lain-lain. Pengendalianya dilakukan dengan cara tidak mengubah proses

pengukuran pada saat pengumpulan data dan tidak mengganti apapun yang ada

hubungannya dengan instrumen yang digunakan, baik pengukuran pada uji coba

instrumen maupun pada saat pengumpulan data. Petugas tes adalah dosen yang

diasumsikan memiliki tingkat keterampilan yang hampir sama, dan peneliti tidak

terlibat langsung dalam proses penelitian dan juga dalam proses pengumpulan

data.

5) Pengaruh pemilihan sampel. Pengaruh pemilihan sampel menunjuk

kepada adanya komposisi kelompok sampel yang akan dikenai perlakuan yang

berpeluang dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Pengendalian terhadap

pengaruh pemilihan sampel dilakukan dengan cara memilih sampel penelitian

dengan teknik penugasan secara random sehingga semua sampel memiliki

peluang yang sama untuk berada pada kelompok perlakuan.

6) Pengaruh mortalitas. Pengaruh mortalitas menunjuk kepada hilangnya

peserta eksperimen yang mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi

dalam kelompok eksperimen. Pengendaliannya dilakukan dengan cara

memberikan motivasi terus menerus dan memonitor kehadiran sampel secara

hangat dan ketat melalui daftar hadir, juga memberikan penjelasan singkat dan

jelas tentang fungsi dan manfaat penelitian bagi subyek khususnya dan

perkembangan softball di Indonesia umumnya.

8) Pengaruh instabilitas. Pengaruh instabilitas menunjuk kepada adanya

ketidaktetapan dalam memperoleh skor sebagai akibat dari proses pengukuran.

(31)

validitas dan reliabilitas terhadap instrumen penelitian yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data.

9) Pengaruh peneliti. Harapan-harapan peneliti terhadap hasil penelitian

dapat mempengaruhi proses eksperimen yang dilakukan, karena itu eksperimen

dirancang sedemikian rupa agar sedapat mungkin tidak diganggu atau dicemari

oleh harapan-harapan atau keinginan peneliti, karena itu pula peneliti tidak terlibat

secara aktif (mengajar) dalam pelaksanaan perlakuan dan disediakan 1 orang

dosen untuk setiap kelompok dengan asumsi setiap dosen memiliki keterampilan

yang hampir sama.

10) Pengaruh aspek sosial dan psikologis. Variabel ini menunjuk kepada

interaksi sosial dan dinamika psikologis yang terjadi pada saat eksperimen

berlangsung dan dapat mengancam validitas internal, terdiri dari tiga sub variabel

yakni: (a) difusi, menunjuk kepada terjadinya pertukaran informasi antara anggota

kelompok eksperimen sebagai akibat dari adanya komuniksi satu sama lain.

Pengendaliannya dilakukan dengan cara memisahkan kelompok eksperimen

berdasarkan perlakuan pada wilayah waktu yang berbeda sehingga satu sama lain

tidak saling berkomunikasi; (b) kompetisi antar kelompok eksperimen, menunjuk

kepada respon emosional salah satu kelompok eksperimen terhadap kelompok

eksperimen lain sehingga memacunya untuk berlatih lebih keras daripada

kelompok lainnya. Pengendaliannya dilakukan dengan memisahkan kelompok

eksperimen dan memberikan penjelasan kepada subyek kelompok mengenai

eksperimen yang sedang dilakukan; (c) hilangnya semangat, menunjuk kepada

(32)

lain memperoleh perlakuan khusus. Hal ini menyebabkan munculnya perasaan iri

sehingga menjadi kurang termotivasi. Pengendaliannya dilakukan dengan

mem-berikan penjelasan bahwa eksperimen yang dilakukan merupakan bagian dari

kegiatan sekolah atau perkumpulan dan sedapat mungkin mengurangi

perhatian-perhatian khusus yang diberikan kepada salah satu kelompok.

b. Validitas eksternal

Validitas eksternal menunjuk kepada kerepresentatifan hasil eksperimen

atau berhubungan dengan pertanyaan sejauhmana suatu eksperimen dapat

digeneralisasikan kepada populasi, keadaan, dan waktu yang berbeda atau di luar

lingkup eksperimen. Pengertian ini didasarkan pada dua pendapat yang

menyatakan validitas eksternal sebagai kerepresentatifan hasil eksperimen atau

sejauhmana hasil eksperimen dapat digeneralisasikan (Tuckman, 1978:4.; Ary, dkk.,

1990:316) dan pandangan yang menegaskan bahwa validitas eksternal berkenaan

dengan persoalan generalisasi hasil penelitian kepada orang, keadaan, dan waktu lain

di luar lingkup eksperimen.

Pengontrolan validitas eksternal ditujukan untuk mengendalikan beberapa

variabel yang dapat mempengaruhi generalisasi hasil penelitian. Dua jenis

validitas eksternal adalah validitas populasi dan ekologi (Bracht dan Glass dalam

Ary, dkk., 1990:316)

1) Validitas populasi. Pengontrolan terhadap validitas populasi

dimaksud-kan agar hasil penelitian dapat digeneralisasidimaksud-kan ke populasi eksperimen atau

terjangkau. Salah satu variabel yang dapat mengancam validitas populasi adalah

(33)

subject characteristics and treatment), karena itu pengontrolan dilakukan dengan

cara memberikan batasan yang jelas tentang karakteristik sampel penelitian, yakni

(a) subyek penelitian berjenis kelamin putra (b) mahasiswa angkatan 2006/2007,

dan (c) termasuk pemain pemula.

2) Validitas ekologi. Validitas ini dikontrol dengan cara: (a) seluruh

program perlakuan disusun dan dijadwalkan secara jelas, (b) dosen berjumlah

empat orang untuk empat kelompok eksperimen yang berstatus sebgai dosen

FPOK UPI yang mengajar mata kuliah permainan soft ball dan diasumsikan

memiliki kompetensi yang sama.

F. Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data. Sesuai dengan variabel dalam penelitian ini, ada dua instrumen pokok yang

digunakan, yaitu instrumen tes keterampilan awal bermain softball dan

keterampilan bermain softball.

a. Tes Kemampuan awal

Tes keterampilan awal yang digunakan dalam penelitian ini adalah

O’Donnell Test dalam Nurhasan (2007:245-250). Tes ini terdiri dari 6 item tes,

yaitu tes speed throw, throw and catch, fielding fly balls, repeated throw, fungo

batting, dan overhand accuracy throw. Tes ini digunakan pada saat tes awal. Tes

keterampilan awal dilaksanakan dua hari sebelum pelaksanaan perlakuan,

(34)

Tes awal digunakan untuk membagi kelompok eksperimen, yakni kelompok

keterampilan awal tinggi dan kelompok keterampilan awal rendah. Instrumen

tes O’Donnell ini mempunyai validitas an 0,78 dan reliabilitasnya 083.

Adapun prosedur dan petunjuk pelaksanaan tes dijelaskan sebagai berikut:

1) Speed Throw

Pelaksanaan tes: Subjek berdiri di belakang garis yang dibuat sejauh

19,76 m dari dinding. Setelah aba-aba diberikan subjek melemparkan bola

[image:34.595.115.512.245.615.2]

tersebut ke dinding.

Gambar 3.2. Cara Pelaksanaan tes speed throw

Cara menskor: waktu yang dicatat mulai dari aba-aba diberikan sampai

bola mengenai tembok. Tiap orang coba/subjek diberi kesempatan tiga kali

lemparan. Lemparan yang terbaik yang digunakan sebagai skor dari tes tersebut.

(35)

Pelaksanaan tes: Subjek berdiri di belakang garis yang dibuat sejauh 1,82

m dari dinding, sambil memegang bola. Ketika aba-aba diberikan bola

dilemparkan ke dinding di atas garis batas yang dibuat setinggi 3,64 m dari lantai,

selama 30 detik. Bola selalu dilemparkan dari belakang garis, tetapi boleh ia

[image:35.595.118.509.239.615.2]

menangkap bola tersebut di depan garis.

Gambar 3.3. Cara Pelaksanaan tes throw and catch

Cara menskor: Jumlah lemparan yang benar selama 30 detik. Tiap orang

coba hanya diberikan satu kali percobaan.

3) Fielding Fly Balls

Pelaksanaan tes : Sebuah tali direntangkan diatas garis start setinggi 2,43

m. Subjek melemparkan bola tersebut ke atas melalui tali tersebut dan kemudian

lari dan menangkap bola tersebut diudara. Subjek berusaha menempuh jarak

(36)
[image:36.595.116.511.113.603.2]

Gambar 3.4. Cara Pelaksanaan tes fielding fly balls

Cara menskor: jarak dari start sampai kepada tumit kaki depan subjek

tersebut, yang diukur sebagai skor untuk tes ini. Tiap subjek diberi kesempatan

melakukan tiga kali percobaan dicatat skor terbaik dari ketiga percobaan tersebut.

4) Repeated Throw

Pelaksanaan tes : Subjek berdiri di belakang garis start yang dibuat dengan

jarak 4,56m dari dinding sambil memegang bola. Subjek melemparkan bola

tersebut ke dinding di atas garis yang dibuat setinggi 2,28m dari lantai, dan

menangkap bola tersebut dan melemparkan kembali ke dinding, selama 30 detik.

Cara menskor : Jumlah lemparan yang benar selama 30 detik, merupakan

(37)
[image:37.595.118.507.110.707.2]

Gambar 3.5. Cara Pelaksanaan tes repeated throw

5) Fungo Batting

Pelaksanaan tes: Subjek berdiri didalam “Batter’s Box” sambil memegang

batt dan bola. Kemudian ia lambungkan bola tersebut dan segera ia memukul bola

itu ke arah outfield.

(38)

Cara menskor: bola yang jatuh di daerah; (1) outfield mendapat skor 5,

(2) infield mendapat skor 3, (3) foulballs mendapat skor 1. Tiap subjek diberi

kesempatan 10 kali memukul, jumlah skor dari sepuluh pukulan tersebut

merupakan skor dari tes ini.

6) Overhand Accuracy Throw

Target: Sebuah target berbentuk lingkaran digambat di dinding setinggi 99

cm dari titik tengah lingkaran tersebut ke lantai. Pada target tersebut dibuat 4 buah

lingkaran yang masing-masing lingkaran berradius 3 inchi, 11 inchi, 21 inchi, dan

33 inchi dengan urutan skor dari tiap lingkaran sebagai berikut : 4, 3, 2 dan 1.

Pelaksanaan tes: Subjek berdiri di belakang garis start yang dibuat 13,68m

dari target. Kemudian subjek melemparkan bola tersebut kearah target.

[image:38.595.113.511.258.693.2]

Cara menskor: Jumlah skor dari 10 kali lemparan.

(39)

b. Tes Keterampilan Bermain Softball

Sesuai dengan variabel terikat dalam penelitian ini, maka tes akhir yang

digunakan adalah tes keterampilan bermain softball dengan menggunakan model

pembelajaran pendekatan taktis. Tes ini dilaksanakan dengan menerapkan sistem

pola permainan yang sesungguhnya. Artinya, tes dilaksanakan melalui aktivitas

bermain softball yang sebenarnya, sekaligus didalamya menggambarkan tingkat

penguasaan teknik dasar permainan softball.

Tes ini dikembangkan oleh peneliti dengan merujuk pada keterampilan

teknik dasar bermain softball, terdiri dari tiga jenis keterampilan teknik dasar dan

12 jenis bagian-bagian gerakan seperti disajikan berikut ini:

1) Hasil keterampilan memukul termasuk sikap kaki (stance), pegangan (grip),

ayunan tongkat pemukul (swing), dan gerak lanjut (follow through). dengan

skor minimal pada item tes ini adalah 4 dan skor maksimal adalah 12.

2) Hasil keterampilan base running atau berlari dari base ke base, termasuk

sikap awal berlari, sikap saat berlari dan sikap pada saat mencapai base. Skor

minimal yang didapat diperoleh adalah 3 dan skor maksimalnya adalah 9;

3) Hasil keterampilan fielding termasuk posisi siap (ready position), sikap

menangkap (catching), gerakan kaki (footwork), sikap melempar (throwing),

dan gerak lanjut (follow through). skor minimal yang dapat diperoleh adalah

5 dan skor maksimalnya adalah 15.

Selanjutnya, tabel 3.3. di bawah ini menyajikan kisi-kisi dimensi dan

(40)
[image:40.595.113.520.164.483.2]

Tabel 3.3.

Kisi-Kisi Dimensi dan Indikator Keterampilan Bermain Soft Ball

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR PENILAIAN

1 2 3

Tes Keterampilan Bermain Softball Batting / Memukul

1. Stance/Sikap kaki

2. Grip / Pegangan

3. Swing/Ayunan

4. Follow Through/Gerak lanjut

Base Running

5. Sikap Awal

6. Sikap Lari

7. Sikap masuk ke Base

Fielding

8. Ready Position/ Sikap Awal

9. Catching / Sikap Menangkap

10. Footwork / Gerakan Kaki

11. Throwing / Sikap Lempar

12. Follow Through / gerak lanjut

Keterangan:

BAIK (B) : diberikan skor 3, CUKUP (C) : diberikan skor 2, dan KURANG (K) : diberikan skor 1.

Pengetesan dilakukan tiga kali kesempatan, setiap pergerakan dan pukulan

bola diamati oleh tiga orang juri dan dicatat pada format yang telah disediakan.

Pencatatan dilakukan dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom yang

tersedia. Tanda ceklis tersebut digunakan untuk menentukan seorang pemain

melakukan pergerakan dan teknik memukul bola dengan baik (nilai 3), cukup baik

(nilai 2), dan kurang baik (nilai 1). Pengukuran dengan cara tally diharapkan akan

memudahkan mengobservasi dalam mengamati penampilan yang diperagakan

secara simultan. Nilai akhir setiap peserta tes ditentukan dengan cara

menjumlahkan skor dari tiga orang juri dan dari masing-masing kategori.

(41)

1. Batting

a. Sikap Kaki (Stance)

Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila posisi kaki rileks, dibuka selebar bahu/pinggul, lutut ditekuk sedikit dengan posisi kaki rata atau sejajar dan bertumpu pada ujung jari-jari kedua kaki.

Apabila posisi kaki kaku, dibuka selebar bahu, lutut tidak ditekuk, dengan posisi kaki rata atau sejajar dan tidak bertumpu

pada ujung jari-jari kedua kaki.

Apabila posisi kaku, kaki dibuka terlalu lebar atau terlalu dekat, lutut tidak ditekuk, posisi kaki tidak sejajar atau salah satu kaki berada didepan dan tumpuan labil.

b. Pegangan (Grip)

Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila jari-jari dan lengan rileks, kedua sikut dibuka, posisi batt miring diantara horizontal dan vertical, leher dan pandangan tidak kaku.

Apabila jari-jari dan lengan terlihat berkontraksi atau tegang, posisi batt miring diantara horizontal dan vertical, leher dan pandangan terlihat kaku atau tegang.

Apabila jari-jari dan lengan terlihat tegang dan kaku, posisi bat berdiri atau tidur, leher dan pandangan telihat sangat kaku.

2) Ayunan bat pemukul (Swing)

Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila ayunan pada saat memukul bola terlihat rileks dan flat atau rata, tidak terburu-buru, perkenaan/timing dalam memukul bola sangat baik, hasil pukulan lurus ke depan dan masuk ke daerah fair territory

Apabila ayunan pada saat memukul bola terlihat rileks dan flat atau rata, terburu-buru, perkenaan /timing dalam memukul kurang baik, hasil pukulan melambung keatas atau mantul kebawah dan masuk kedalam fair territory.

Apabila ayunan pada saat memukul bola terlihat kaku dan tidak rata, terburu-buru, perkenaan bola tidak baik atau tidak bisa mengantisipasi bola, hasil pukulan ke belakang atau keluar daerah

(42)

3) Gerak lanjut (Follow through) Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila ayunan dilanjutkan sampai maksimal ke belakang badan, gerakan rileks, perpindahan berat badan yang baik.

Apabila ayunan dilanjutkan sampai maksimal ke belakang badan, gerakan cukup baik, tidak ada perpindahan berat badan.

Apabila ayunan terlihat kaku dan ditahan setelah perkenaan bola gerakannya dilakukan terburu-buru, tidak ada perpindahan berat badan

2. Lari dari base ke base (Base running) a. Sikap Awal

Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila sikap ancang-ancang berlari terlihat rileks, selalu melihat bola dan membaca situasi, ada gerakan mengancam terhadap lawan, dan selalu siap berlari kearah base yang dituju.

Apabila sikap ancang-ancang berlari terlihat kaku, terlihat lengah ketika melihat bola dan kurang membaca situasi, kurang mengancam lawan, dan kurang siap pada awal berlari.

Apabila tidak terlihat sikap ancang-ancang, gerakan lengan kaku, selalu lengah dan tidak membaca situasi, selalu telat dalam mengambil ancang-ancang.

b. Sikap dalam berlari

Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila titik berat selalu didepan, ayunan lengan rileks, membelok dengan sempurna, padangan kearah base yang dituju

Apabila titik berat didepan, ayunan lengan kurang rileks, kurang memperhitungan lengkungan lari dan tidak melihat base yang dituju.

Apabila titik berat berada dibelakang, tidak memperhitungkan lengkungan lari sehingga jarak menjadi jauh, ayunan lengan sangat kaku, tidak melihat base yang dituju.

c. Sikap masuk ke base :

(43)

Nilai 2

Nilai 1 :

:

Apabila tidak sliding saat mencapai base tidak terlihat kaku dan dapat mengantisipasi dengan berhenti tiba- tiba

Apabila sliding mendarat kurang sempurna, ragu-ragu dalam mengambil keputusan apakah slide atau tidak, apabila tidak slide kurang mampu menguasai irama langkah.

c. Fielding

a. Sikap Awal (Ready Position)

Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila badan rileks, kedua lutut ditekuk, pandangan selalu tertuju kearah pemukul, selalu melihat bola, bereaksi sangat cepat.

Apabila badan rileks, kedua lutut kaku, pandangan selalu tertuju kearah pemukul, selalu melihat bola, kurang bereaksi terhadap bola

Apabila badan kaku, lutut tidak ditekuk, pandangan selalu lengah, kurang bereaksi terhadap bola.

b. Sikap menangkap (Catching)

Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila dapat menangkap bola dengan sempurna baik dari hasil pukulan maupun dari hasil lemparan, bereaksi dengan cepat sesuai dengan posisi fielder masing- masing.

Apabila dapat menangkap bola cukup baik, kurang bereaksi terhadap bola, terlihat bingung memposisikan diri masing-masing.

Apabila tidak bisa menangkap bola, telat bereaksi terhadap hasil pukulan maupun hasil lemparan, bingung dan telat dalam memposisikan diri sebagai fielder.

c. Gerakan kaki (Footwork)

Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila dalam mengantisipasi bola selalu melakukan crow hop dengan pergerakan kaki yang cepat dan berirama.

Apabila kurang mampu atau telat dalam melakukan crow hop, pergerakan kaki kurang berirama.

Apabila selalu terlihat buru-buru dan tidak ada gerakan kaki atau

crow hop.

(44)

d. Sikap Lempar (Throwing) Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila selalu memposisikan diri untuk melempar dengan baik, selalu melihat target, perpindahan titik berat yang sempurna, ayunan lengan lempar rileks, gerakan lempar yang tenang dan serangkaian gerakan, hasil lemparan sesuai target.

Apabila selalu memposisikan diri untuk melempar dengan baik, selalu melihat target, tidak terdapat gerakan perpindahan titik berat, ayunan lengan lempar kurang rileks, gerakan terlihat buru-buru, hasil lemparan sesuai target.

Apabila telat memposisikan diri untuk melempar, tidak melihat target, tidak ada gerakan perpindahan berat badan, ayunan lengan lempar kaku, gerakan lempar yang terburu-buru, hasil lemparan tidak sesuai target atau melenceng.

e. Gerak Lanjut (Follow Through)

Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 : : :

Apabila selalu melakukan gerakan lanjutan yang searah dengan lemparan, terdapat perpindahan berat badan kearah depan.

Apabila gerakan lanjutan terlihat kaku dan berkesan dipaksakan, perpindahan titik berat selalu telat.

Apabila tidak ada gerak lanjut setelah selesai melempar, badan terlihat kaku, tidak terdapat perpindahan titik berat, gerak lanjut yang ditahan.

3. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen penelitian merupakan salah satu proses dan langkah

penting yang harus dilalui dalam penelitian. Dengan uji coba akan diperoleh

instrument penelitian yang representatif untuk mengumpulkan data. Pada dasarnya

uji coba digunakan untuk mendapatkan validitas dan reliablitas instrumen

penelitian. Oleh karena syarat utama suatu instrument penelitian yang baik harus

(45)

antara lain: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap analisis data

hasil uji coba.

a. Validitas Instrumen

Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas

isi. Pada dasarnya validitas isi merupakan pengkajian yang sistematis tentang isi

atau materi alat ukur yang digunakan dalam menentukan apakah alat ukur tersebut

mencakup suatu sampel yang representatif dari aspek-aspek yang akan diukur.

Instrumen keterampilan bermain softball telah disusun secara sistematis

sesuai denga langkah-langkah penyusunan instrumen yang didasarkan pada kajian

teori. Penyusunan dilakukan mulai dari penjabaran konsep, selanjutnya

dirumuskan menjadi definsi konseptual dan definisi operasional. Langkah

berikutnya, adalah merumuskan dimensi dan indikator yang dikembangkan

menjadi butir-butir instrument yang akan digunakan dalam pengukuran. Dengan

demikian langkah-langkah yang ditempuh tersebut sudah mengarah pada validitas

isi.

Untuk mengetahui substansi yang akan diukur, maka diperlukan validasi

oleh para ahli yang memahami permainan softball. Validasi dilakukan oleh tiga

orang pakar softball untuk seluruh butir instrument pengukuran. Hal ini sesuai

dengan pendapat Kerlinger yang mengemukakan bahwa “pada intinya validasi

terhadap isi dan substansi merupakan bentuk penilaian atau keputusan terhadap

kerepresentifan dari butir-butir instrumen (Kerlinger, 2002:732.)”. Dengan

demikian secara substansi instrumen pengukuran keterampilan bermain

(46)

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen menunjukkan pada konsistensi suatu alat ukur

dalam mengukur suatu gejala yang sama. Maksudnya adalah bahwa setiap

pengukuran yang dilakukan akan memiliki kemampuan untuk memberikan hasil

pengukuran yang konsisten.

Selanjutnya untuk melihat konsistensi penilaian juri dilakukan dengan

inter-observer agreement (Safrit, 1986:130). Istilah tersebut pada dasarnya

merujuk kepada pengertian reliabilitas instrumen dengan menggunakan

kesepakatan atau kesetaraan diantara beberapa juri atau pengamat yang

independen.

Hasil skor yang diperoleh kemudian dikorelasikan untuk mendapatkan

koefisien korelasi. Berdasarkan koefisien korelasi tersebut akan tergambar

kesepakatan atau kesetaraan diantara para juri. Untuk keperluan penghitungan

digunakan analisis varian (Anava) untuk uji konsistensi. Hasil penghitungan uji

kompetensi diperoleh bahwa dari ketiga pengamat tidak terdapat perbedaan. Hasil

lengkap hitungan uji konsistensi bisa dilihat di lampiran. Sehingga insttrumen

penelitian yang digunakan penulis dapat dipertanggungjawabkan dan dapat

dijadikan acuan penyusunan tesis.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa tes keterampilan bermain

softball memiliki tingkat relliabilitas yang memadai atau memenuhi syarat tes

yang reliabel. Untuk itu dari hasil uji coba instrument penelitian yang telah

dilakukan, dapat disimpulkan bahwa instrument yang akan digunakan dalam

(47)

G. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi beberapa tahapan dimulai dari tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Tahap persiapan terdiri dari

kegiatan penyeleksian subyek dan tes keterampilan awal. Tahap pelaksanaan

adalah tahap pemberian perlakuan atau manipulasi, sedangkan tahap akhir berisi

kegiatan pelaksanaan tes akhir.

1. Tahap Persiapan

a. Sub tahap penyeleksian subyek

Berdasarkan data yang diperoleh pada saat orientasi lapangan, jumlah

mahasiswa yang mengontrak mata kuliah permainan softball pada tahun akademik

2007/2008 adalah 130 orang, terdiri dari 109 mahasiswa

Gambar

Tabel 3.1. Jadwal Waktu Pertemuan Pembelajaran
Gambar 3.1. Teknik Pengambilan Sampel
Tabel 3.2.  Rancangan Eksperimen Faktorial 2 x 2
Gambar 3.2. Cara Pelaksanaan tes speed throw
+6

Referensi

Dokumen terkait

Perguruan Tinggi Penyelenggara Beasiswa Pendidikan Indonesia Dalam Negeri (BPI-DN) Calon Dosen Tahun 2014. Institut Teknologi Sepuluh November

Tahun ketiga dilakukan analisis data forum group diskusi (FGD) anggota masyarakat, badan usaha swasta berkaitan dengan air dan pemerintah sebagai penentu

Kualitas air tanah/air sumur di satuan lahan dataran fluvial vulkan untuk permukiman telah tercemar akibat aktivitas penduduk atau “pencematan

hama tanaman atau yang disebut dengan biopestisida.. Masalah besar yang dihadapi petani atau pengusaha hutan

Molekul yang mengandung dua gugus kromofor atau lebih akan mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang yang hampir sama dengan molekul yang hanya mempunyai satu gugus

Tipe-M yang lebih dikenal dengan sebutan barium heksagonal ferit (BaM) merupakan oksida keramik yang paling banyak dimanfaatkan secara komersial dan hingga kini

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN HASIL BELAJAR BAHASA ARAB.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Career Planning Work Book: A Guide for Career Changes and for People in Career Transition.. Manila: