• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI EVALUATIF TERHADAP EFEKTIVITAS AKADEMI SEKRETARI DAN MANAJEMEN DI KOTAMADYA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI EVALUATIF TERHADAP EFEKTIVITAS AKADEMI SEKRETARI DAN MANAJEMEN DI KOTAMADYA BANDUNG."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI EVALUATIF TERHADAP EFEKTIVITAS

AKADEMI SEKRETARI DAN MANAJEMEN

DI KOTAMADYA BANDUNG

T E S I S

Diajukan kepada Panitia Ujian

Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Program Pasca Sarjana

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

O I e h

TJUTJU YUNIARSIH

Nomor Pokok : 346/D/XV-7

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

B A N D U N G

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN TIM PEMBIMBING

Prof. Dr. Achmad Sanusi

( Pembimbing I)

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

cW2otto j " tSapanjang urang gu malar,

(4)

^biperaembahkan untuk

orang - orang yang kucintal t

^bra. *?budung oQdjat Saputra,

Sayu ^iikmat <Purvoana,

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ±

UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Permasalahan ,

1. Latar Belakang Masalah ... -,

2. Rumusan Masalah

,-B. Tujuan Penelitian

7

1. Tujuan Umum

7

2. Tujuan Khusus -,

C. Kegunaan Penelitian

8

BAB II KRITERIA PENGUKURAN EFEKTIVITAS OR

GANISASI

A. Aspek-aspek Determinan dalam

Me-nentukan Efektivitas Organisasi. 10

B. Konsep-konsep yang berhubungan

dengan Organisasi Formal . . . . 21

C. Konsep-konsep yang berkenaan de

ngan Aspek Komunikasi Organisasi 28

D. Konsep-konsep yang berhubungan

dengan Aspek Semangat

Bekerja

Sama 37

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel 42

B. Metode Penelitian 44

C. Anggapan Dasar 48

D. Pertanyaan Penelitian 49

E. Instrumen Pengumpul Data ....

56

F. Pengumpulan dan Pengolahan Data. 60

(6)

Halaman

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Akademi 6 7

1. Latar Belakang Historis . . . 67

2. Kurikulum 81

3. Data Personalia dan Mahasiswa. 88

B. Hasil Kajian tentang Efektivitas

Akademi

1. Kondisi Organisasi Formal . . .10 2

2. Komunikasi Organisasi 122

3. Semangat Bekerja Sama 133

BAB V DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN

A. Diskusi 141

B. Kesimpulan dan Saran 151

DAFTAR BACAAN 156

RINGKASAN 15 9

LAMPIRAN-LAMPIRAN 16 2

RIWAYAT HIDUP 177

INSTRUMEN PENELITIAN 180

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kriteria Efektivitas Organisasi 15

2. Kriteria Keberhasilan Pendidikan 16

3. Variabel Penentu Efektivitas Organisasi.. 16

4. Unsur-Unsur Efektivitas Organisasi 17

5. Model Proses Komunikasi 35

6. Paradigma Penelitian 6 3

7. Bagan Struktur Organisasi Akademi Sekreta

ri dan Manajemen Bandung 10 4

8. Bagan Struktur Organisasi Akademi Sekreta

ri dan Manajemen Taruna Bakti 105

9. Bagan Struktur Organisasi Akademi Sekreta

ri dan Manajemen Universitas Islam Bandung 106

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kisi-Kisi Alat Pengumpulan Data 5 2

2. Rata-Rata Prosentase Pencapaian Target

Tahunan, Sejak Tahun 1980 s/d 1986 . 100

3. Prosentase Pencapaian Angka Efisiensi Edukasi (AEE), Sejak Tahun 1980 s/d

1986 119

4. Struktur Program Kurikulum ASM Bandung. 162

5. Struktur Program Kurikulum ASM Taruna

Bakti 165

6. Struktur Program Kurikulum ASM Unisba.. 168

7. Keadaan Personalia ASMB Tahun 1985-1986 171

8. Keadaan Personalia ASMTB Tahun 1985-1986 172

9. Keadaan Personalia ASM Unisba Tahun

1985-1986 173

10. Data Perkembangan Personil ASM 174

11. Perkembangan Jumlah Enrollmen ASM 175

12. Perkembangan Jumlah Lulusan ASM 176

(9)

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Permasalahan

1. Latar Belakang Masalah.

Pendidikan sebagai suatu sistem sosial yang

ter-buka akan mendapat pengaruh dari berbagai pihak.

Dili-hat dari segi pengelolanya, proses pendidikan bisa

di-selenggarakan oleh pemerintah maupun

swasta,

yang

ke-semuanya bermaksud untuk

memenuhi

tuntutan masyarakat

akan pendidikan formal ataupun non-formal,

mulai

dari

tingkat pra-sekolah

sampai

perguruan tinggi,

sebagai

lembaga pembina dan pendidik manusia-manusia

pembangun

yang dibutuhkan negara.

Banyak orang mengakui

bahwa

keberhasilan

pem-bangunan di Indonesia, tidak semata-mata ditentukan

o-leh jumlah modal yang besar dan kekayaan alam yang

ber-limpah ruah, melainkan juga terletak

pada kualitas

ma-nusianya itu sendiri sebagai pengelola maupun pelaksana

pembangunan.

Sehubungan dengan hal ini, Presiden Republik In

donesia dalam pidato kenegaraannya

tanggal

16-8-1983

menyebutkan,

"Memang, pembangunan

suatu

bangsa

akan

(10)

berhasil jika bangsa

itu

berhasil membangun sumber

daya manusianya."

Demikian pula pada pidato tanggal

16 Agustus 1984 menegaskan kembali bahwa "Kualitas

manusia Indonesia itulah yang akan menentukan berha

sil atau

gagalnya

usaha

kita untuk memasuki tahap

tinggal landas nanti."

Oleh karena itu,

program pengembangan sumber

daya manusia perlu mendapat perhatian

secara

lebih

serius. Seperti dicetuskan dalam Rakernas, bahwa

ke-majuan suatu bangsa

akan

ditentukan

oleh

tingkat

pendidikannya.

(Hasil Rakernas Depdikbud, 1983: 10).

Sehubungan dengan hal ini, salah satu pola

kebijak-sanaan strategis yang bisa dilakukan

untuk

mening-katkan kualitas manusia, ialah melalui pendidikan

a-tau latihan kerja secara lebih terarah dan

terpadu.

(Soeharsono Sagir, 1984).

Upaya ini dilaksanakan,

dalam rangka

mengha-silkan lulusan yang terampil,

berpengetahuan

luas,

serta benar-benar siap kerja, untuk mengisi tuntutan

kebutuhan pembangunan akan tenaga kerja

profesional

terampil. Dengan demikian,

secara langsung atau ti

dak, telah turut membantu mensukseskan program kerja

pemerintah dalam mewujudkan

cita-cita

perjuangan

bangsa dan negara, berdasarkan UUD 1945 dan

(11)

Di antara sekian banyak profesi yang

dibutuh-kan masyarakat/lapangan kerja, baik yang diminta

o-leh lembaga pemerintah maupun swasta, terdapat

kebu-tuhan akan tenaga sekretaris. Untuk membentuk

calon-calon sekretaris terampil harus dibina melalui ber

bagai cara, antara lain dengan diproses pada lembaga

pendidikan khusus kesekretarisan.

Di lingkungan Kotamadya Bandung terdapat tiga

buah akademi yang mengelola pendidikan

sekretaris,

dengan status Terdaftar, yaitu ASM Bandung, ASM

Ta

runa Bakti, dan ASM Unisba. Ketiga-tiganya

dikelo-la pihak swasta dan memiliki jenjang pendidikan D-3,

yaitu setingkat sarjana muda.

Di samping itu, banyak pula lembaga pendidik

an sekretaris yang bersifat kursus, dengan lama pen

didikan antara 3 s/d 12 bulan. Lembaga-lembaga

ini

tidaklah menjadi perhatian penelitian, karena mereka

banyak memiliki perbedaan karakteristik dengan

yang

sifatnya akademi.

Akademi-akademi sekretari harus berjuang

un

tuk bisa menghasilkan lulusan yang dapat memenuhi

ke-tentuan/kriteria yang diharapkan, dengan

kualitas

lebih baik daripada lulusan kursus (LPS). Untuk

(12)

kondisi-kondisi intern dan ekstern dengan lebih baik, sehingga

bisa meningkatkan efektivitas akademi itu sendiri.

Sebagai suatu sistem sosial yang terbuka, A S M

terdiri dari seperangkat komponen dan aktivitas yang

saling berinteraksi secara timbal balik sehingga

mem-ben tuk suatu keseluruhan yang terpadu. Mengingat

seba-gian terbesar personilnya merupakan tenaga luar biasa,

maka perlu diciptakan sistem komunikasi yang mendukung

dengan pengelolaan yang dilakukan secara lebih efektif

dan efisien.

Schermerhorn (19 82: 12) mengemukakan:

"As open systems, organizations transform hu man and physical resources received as inputs from their environments into goods and services that

are then returned to the environment for

consumption. The goods or services are the final products of a resource transformation process. Their production is made possible by the direct interaction of the organization with its

environment."

Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan, bahwa

produk organisasi terlahir karena adanya interaksi dan

proses transformasi, yang tidak terlepas dari

lingkung-an. Hal ini menunjukkan adanya kaitan yang sangat erat

antara faktor manusia dengan faktor-faktor fisik

lain-nya yang diproses dalam suatu organisasi, agar kelak

dapat menciptakan dan/atau mendukung keberhasilan or

(13)

Pencapaian efektivitas akademi dipengaruhi oleh

berbagai variabel. Sehubungan dengan hal ini, kita

me-nyadari banyak tujuan yang tidak dapat dicapai

hanya

dengan usaha sendiri secara individual, melainkan

me-merlukan kerjasama yang terpadu dengan berbagai pihak.

Dari sisi lain diakui pula bahwa kerjasama itu mungkin

akan kurang efektif jika tidak diorganisasi secara

te-pat. Dalam usaha mengorganisasi ini dipengaruhi

oleh

sikap para anggota serta sistem komunikasi yang

terja-lin di dalamnya.

Pada kesempatan ini, perhatian penelitian lebih

difokuskan pada proses pencapaian

efektivitas

orga

nisasi, khususnya yang dijumpai di akademi sekretari

dan manajemen di lingkungan Kotamadya Bandung sebagai

objek penelitian.

Sasaran penelitian mencakup dua aspek pokok ya

itu individu-individu yang berkomunikasi dan organisa

si formal sebagai wadah dari kegiatan individu terse

but; karena bagaimanapun efektivitas organisasi

akan

ditentukan oleh kualitas anggota-anggotanya.

2. Rumusan Masalah.

Berdasarkan gambaran latar belakang masalah ter

sebut di atas, cukup menarik untuk diadakan penelitian

(14)

efektivitas akademi-akademi sekretari dan manajemen di

Kotamadya Bandung.

Sebagai masalah utama yang menjadi fokus pene

litian berkenaan dengan "sampai sejauhmanakah tingkat

efektivitas organisasi yang dapat dicapai oleh ASM di

Kotamadya Bandung". Dari pokok masalah tersebut, akan

berkembang menjadi berbagai anak masalah yang menarik

untuk diteliti; namun mengingat keterbatasan dana dan

daya yang dimiliki, maka penelitian ini dibatasi oleh

tiga sub-masalah, yaitu:

1. Sampai sejauhmanakah kondisi organisasi formal

mem-pengaruhi efektivitas akademi? ?

2. Apakah aspek komunikasi organisasi mempengaruhi

e-fektivitas akademi?

3. Adakah semangat bekerja sama berkontribusi terhadap

upaya pencapaian efektivitas akademi?

Demikianlah masalah dan sub-masalah yang

dira-sakan perlu untuk diungkapkan dalam analisis

selanjut-nya; dan sebagai panduan penelitian, pokok-pokok

per-soalan di atas dituangkan ke dalam rumusan pertanyaan

penelitian, seperti yang tercantum pada bab ketiga

(15)

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum.

Secara umum, penelitian ini bertujuan memberi

kan gambaran tentang tingkat efektivitas organisasi

me-lalui studi evaluatif pada akademi-akademi sekretari

dan manajemen di Kotamadya Bandung,

terutama

dengan

memperhatikan aspek organisasi formal, komunikasi or

ganisasi, dan semangat bekerja-samanya.

2. Tujuan Khusus.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

a. Menilai sampai sejauh mana tingkat efektivitas Aka

demi Sekretari dan Manajemen di

Kotamadya Bandung,

dengan dilatarbelakangi oleh keunikannya masing-ma

sing.

b. Mengungkapkan hasil penilaian tentang aspek organi

sasi formal, komunikasi organisasi, serta

semangat

bekerja sama yang berlangsung secara nyata di objek

penelitian.

c. Memperoleh gambaran deskriptif

tentang performans

organisasi, yang pada gilirannya akan mencerminkan

tingkat efektivitas akademi.

d. Menemukan variabel-variabel efektivitas yang

masih

lemah dan yang sudah cukup tinggi bagi masing-masing

(16)

C. Kegunaan Penelitian

Para akhli pada umumnya sependapat bahwa konsep

efektivitas pada dasarnya merupakan salah satu alat

u-kur untuk menilai keberhasilan organisasi. Oleh karena

itu, pengukuran terhadap efektivitas organisasi

dipan-dang perlu dan penting sekali, karena dari sini kita

dapat menarik berbagai manfaat. Antara lain akan

dike-tahuinya sasaran-sasaran yang bisa dicapai dan tidak;

keterpaduan antara sasaran individu dengan organisasi;

perilaku personil yang menunjang dan tidak; proses ko

munikasi yang berlangsungj serta semangat bekerja sama

yang terbina, dalam rangka mencapai tingkat efektivi

tas yang diinginkan.

Dengan demikian, hasil penelitian ini

diharap-kan bisa berguna bagi terciptanya kelancaran proses

administrasi pendidikan, khususnya dari segi pembinaan

hubungan manusianya.

Jika dari penelitian ini ditemukan hal-hal yang

berbeda pada objek penelitian, namun tetap memberikan

pengaruh positif terhadap efektivitas, maka diharapkan

adanya perhatian dari administrator mengenai bagaimana

cara yang terbaik untuk memanfaatkan hal-hal tersebut

bagi peningkatan efektivitas akademinya masing-masing;

(17)

menemu-kan adanya hal yang sama namun memberimenemu-kan pengaruh ber

beda, maka diharapkan pihak administrator dapat mene

mukan alasan/penyebab terjadinya peristiwa seperti

i-tu, yang kemudian bisa dipergunakan untuk terus lebih

meningkatkan efektivitasnya. Akhirnya diharapkan admi

nistrator dapat tetap memelihara kelangsungan hidup

organisasinya, dalam rangka turut serta menyediakan

te-naga-tenaga kerja profesional pada tingkat perguruan

(18)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian meliputi keseluruhan karak

teristik yang berkenaan dengan variabel kondisi

orga

nisasi formal, komunikasi organisasi, dan semangat be

kerja sama, dalam hubungannya dengan efektivitas orga

nisasi pada akademi-akaderai sekretari dan manajemen di

Kotamadya Bandung.

Akademi Sekretari dan Manajemen merupakan salah

satu lembaga pendidikan swasta yang berada di bawah ko

ordinasi KOPERTIS (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta)

Wilayah IV Jawa Barat. Secara keseluruhan jika dilihat

berdasarkan pengelolaannya, perguruan tinggi swasta

i-tu dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Universitas;

2. Institut;

3. Sekolah Tinggi; dan

4. Akademi.

Sedangkan berdasarkan pengakuan

status

formal

perguruan tinggi swasta dari Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, terdapat tiga macam kategori, yaitu:

(19)

43

1. Dipersamakan (tanpa kewajiban ujian negara);

2. Diakui (dengan kewajiban ujian negara); dan

3. Terdaftar (dengan kewajiban ujian negara).

Pengakuan status formal ini diberikan untuk se

tiap jurusan yang ada di masing-masing perguruan ting

gi swasta, yang telah memenuhi syarat. Di samping itu,

ada pula perguruan tinggi swasta atau

jurusan-jurusan

yang hanya memiliki ijin operasional; mereka tidak

di-perkenankan mengikuti ujian negara dan ijazah yang di

ke luarkannya belum mendapat pengakuan sah dari

Depdik-bud (melalui Kopertis).

Populasi penelitian ini terdiri dari

akademi-akademi sekretari dan manajemen di

wilayah

Kotamadya

Bandung, yang sudah memiliki status formal dari Koper

tis. Menurut informasi dari pihak Kopertis Wilayah

IV

Jawa Barat, sampai saat ini di Kotamadya Bandung

baru

ada tiga buah akademi sekretari yang berstatus "Terdaf

tar", yaitu:

1. Akademi Sekretari dan Manajemen Bandung,

yang

se-lanjutnya disingkat ASMB.

2. Akademi Sekretari dan Manajemen Taruna Bakti,

yang

selanjutnya disingkat ASMTB.

3. Akademi Sekretari dan Manajemen

Universitas

Islam

(20)

44

Sampel penelitian diambil secara sensus (sampel

total), yaitu meliputi seluruh populasi

yang ditetap

kan, dengan maksud agar dapat memperoleh gambaran yang

benar-benar mencerminkan karakteristik populasi.

Dari ketiga sampel tersebut dimintakan informa

si kepada pimpinan dan staf, para dosen, karyawan tata

usaha, dan mahasiswa. Di samping itu, juga dikaji ten

tang keadaan fisik akademi dalam hubungan dengan

per-masalahan yang sedang diteliti.

Mengingat banyaknya personil akademi,

maka ke

giatan wawancara dilakukan terhadap

seluruh

pimpinan

dan staf, tata usaha, dan sebagian dosen serta

sebagi-an mahasiswa.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah

metode

deskriptif-evaluatif. Metode deskriptif tidak terbatas

hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi meliputi

a-nalisis dan interpretasi tentang arti data itu.

Pene

litian deskriptif membandingkan persamaan dan

perbeda-an fenomena tertentu.

(Winarno Surakhmad, 1980: 139).

Maksud

penelitian

deskriptif

adalah

" To

describe

systematically the facts and characteristics of a given

population

or

area

of

interest,

factually

and

(21)

45

Adapun teknik pengumpulan data yang

diperguna

kan ialah:

1. Teknik Observasi.

Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap objek

penelitian. Dengan observasi dapat kita peroleh su

atu gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan

so-sial, yang sukar diperoleh dengan metode-metode la

in.

(Nasution, 1982: 122)

2. Teknik Komunikasi Langsung.

Wawancara dilakukan secara langsung dengan

respon-den, yang terdiri dari pimpinan dan staf, para

do

sen, karyawan tata usaha, dan mahasiswa.

3. Teknik Studi Dokumentasi.

Maksudnya agar dapat memperoleh data

tertulis ten

tang objek yang diteliti secara akurat.

Selanjutnya, untuk menganalisis data

didukung

oleh teknik studi kepustakaan. Teknik ini dipergunakan

untuk memperoleh landasan teori yang berhubungan dengan

pokok permasalahan yang dibahas, serta sebagai

bahan

bandingan utama dengan keadaan riil pada objek peneli

tian.

Setelah data yang diperlukan terkumpul dan teo

ri pendukung dianggap memadai, maka pembahasan

selan

jutnya dilakukan secara kualitatif berdasarkan

studi

(22)

46

Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif ialah:

1. Penelitian kualitatif memiliki natural setting

se

bagai sumber data langsung dan peneliti itu sendiri

merupakan instrumen inti.

2. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif.

3. Penelitinya lebih menekankan pada proses

ketimbang

hasil atau produknya.

4. Peneliti cenderung untuk menganalisis

data

secara

induktif.

5. Pendekatan kualitatif sangat mengutamakan '"meaning'.'

(Bogdan dan Biklen, 1982: 27-30)

Kita menyadari, siapapun

tidak

mungkin

dapat

menghilangkan sama sekali bias pribadi terhadap

objek

penelitiannya, dan juga sulit untuk memperoleh

perse-suaian yang sempurna antara apa yang ingin

dipelajari

(the natural setting) dengan apa yang dipelajari

se-sungguhnya atau setting yang disajikan peneliti.

(Bog-dan (Bog-dan Biklen, 1982: 43)

Demikian pula pada penelitian kualitatif, harus

dijaga agar tidak terdapat bias pribadi peneliti seca

ra berlebihan, untuk itu perlu disusun catatan

terper-inci tentang apa yang didengar, dilihat, dialami,

di-pikirkan, dan informasi lapangan lainnya, agar

benar-benar dapat diperoleh data secara lengkap dan

akurat,

karena hal ini merupakan dasar penting untuk

analisis

(23)

47

Untuk setiap kegiatan penelitian diperlukan

di-sain/rancangan yang mantap sebagai panduan bagi

lang-kah-langkah yang akan dilaksanakan, namun seringkali

rencana penelitian kualitatif menjadi berkembang

tat-kala observasi sedang dilakukan, oleh karena itu

ran-cangannya pun dituntut untuk bersifat lebih fleksibel.

Selanjutnya, penelitian ini menggunakan

pende-katan Analytic Induction (induksi analitik), baik da

lam mengumpulkan data maupun menganalisisnya, sekalian

mengembangkan teori-teori yang relevan dan mengujinya.

Prosedur induksi analitik sering digunakan jika fokus

penelitiannya meliputi masalah, pertanyaan, atau

isyu-isyu organisasi yang spesifik. Adapun teknik

pengum-pulan datanya dilakukan melalui wawancara secara ter

buka (open-ended), participant observation, dan anali

sis dokumen. Menurut Bogdan, penelitian semacam ini

dinamakan observational case studies. (1982: 59-60)

Dari ketiga akademi sekretari sebagai sampel pe

nelitian, observasi dilakukan secara

partisipan

pada

ASM Unisba sedangkan pada ASMB dan ASMTB dilakukan ob

servasi outside. Hal ini dilakukan dengan maksud un

tuk mengeliminasi kemungkinan timbulnya bias

pribadi.

Namun demikian, observasi di kedua ASM yang disebutkan

terakhir dilakukan dalam waktu yang relatif cukup

la

(24)

48

C. Anggapan Dasar

Sebagai titik tolak penelitian diambil dari ang

gapan dasar berikut:

1. Efektivitas merupakan suatu alat ukur untuk menilai

keberhasilan organisasi.

2. Untuk mengukur efektivitas organisasi perlu dilihat

dari kondisi faktor-faktor fisik

dan

manusia yang

ada di dalamnya,

di mana esensi

utamanya terletak

pada faktor manusianya.

3. Organisasi pada dasarnya bermaksud

untuk

mengejar

tujuan yang dapat dicapai secara lebih

efektif dan

efisien,

melalui tindakan

yang

dilakukan

secara

bersama-sama.

Sehubungan dengan hal ini, dirasakan

pentingnya unsur

motivasi yang akan

mendorong

tim-bulnya semangat bekerja sama antar anggota

organi

sasi.

4. Keberhasilan organisasi akan diwarnai oleh

kondisi

formal dan informal dari organisasi tersebut.

5. Komunikasi merupakan salah satu proses penting yang

member! nafas kehidupan ke dalam struktur organisa

si, oleh karenanya komunikasi tidak dapat dielakkan

dalam setiap pekerjaan organisasi.

6. Kualitas keputusan manajerial sebagian besar

ter-gantung pada kualitas informasi yang tersedia serta

(25)

49

7. Berdasarkan penelitian Pareek disimpulkan bahwa

ma-kin banyak peluang yang diberikan

kepada

berbagai

anggota suatu unit untuk saling berkomunikasi untuk

tugas-tugas tertentu (dengan

minimum

koordinasi),

makin tinggi pula efisiensi dan kepuasan

yang akan

diperoleh. (Pareek, 1984: 102)

8. Tujuan organisasi akan dapat dicapai antara lain me

lalui usaha kerjasama anggota-anggotanya,

oleh ka

rena itu perlu diciptakan/didorong

adanya semangat

bekerja sama antar mereka.

Dengan kerjasama,

pada

akhirnya akan dapat mengembangkan kebersamaan,

ide-ide dan penyelesaian alternatif,

saling

mendukung

dan memperkuat, sinergi, tindakan kolektif dan akan

menambah keakhlian. (Pareek, 1984: 189)

9. Pada dasarnya, kerjasama

merupakan

suatu

gejala

yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Faktor-faktor tersebut secara timbal balik

saling

mempengaruhi dan saling bergayutan; umpamanya

de

ngan faktor komunikasi, sikap saling percaya,

dan

saling menghormati.

D. Pertanyaan Penelitian

Untuk lebih memperjelas arah penelitian dan

me-mudahkan analisis permasalahan, maka selanjutnya

disa-jikan rumusan pertanyaan penelitian secara lebih

(26)

50

1. Efektivitas Akademi.

a. Apakah manajemen akademi sudah mampu mengarahkan

pada pencapaian tujuan dan peningkatan efektivi

tas?

b. Sampai sejauhmanakah pertumbuhan (growth) akade

mi bisa terjadi?

c. Adakah akademi mampu menyesuaikan diri

(adapta-bilitas) terhadap perubahan yang terjadi?

2. Organisasi Formal.

a. Adakah akademi mempunyai struktur organisasi dan

deskripsi tugas yang jelas?

b. Sampai sejauhmanakah

pelimpahan

wewenang

yang

dilakukan pimpinan?

c. Gaya kepemimpinan manakah yang dipergunakan?

Ba-gaimanakah pengaruhnya terhadap organisasi?

d. Adakah produk (output)

yang dapat dihasilkan

a-kademi?

3. Komunikasi Organisasi.

a. Sampai sejauhmanakah persepsi personil dalam

me-nerima pesan?

b. Bagaimanakah proses komunikasi itu berlangsung ?

Adakah keunikannya pada masing-masing akademi?

c. Adakah hambatan-hambatan yang dijumpai bagi

ke-lancaran komunikasi?

d. Adakah pengaruh sistem informasi manajemen

ter

(27)

51

e. Adakah hubungan antara pola organisasi dengan

a-rus komunikasi?

4* Semangat Bekerja Sama (Teamwork Spirit).

a. Adakah dorongan terhadap pembentukan semangat be

kerja sama? (Dilihat dari aspek kepercayaan, sa

ling pengertian dan keluwesan, serta keakraban).

b. Sampai sejauhmanakah koordinasi kerja

yang ber

langsung di masing-masing akademi?

Serta sampai

sejauh mana pula kesetiaan dan keterikatan

(ko-mitmen) para anggota terhadap akademi?

c. Sampai sejauhmanakah kontribusi dan dedikasi da

ri anggota terhadap akademi?

d. Adakah antusiasme dan keikhlasan bekerja dari pa

ra anggota?

e. Sampai sejauhmanakah pengaruh

semangat

bekerja

sama terhadap efektivitas akademi?

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas,

ke

mudian disusun alat pengumpulan data dalam bentuk

pe-doman wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

Li-hat lampiran.

Pedoman-pedoman tersebut, secara garis besarnya

dapat digambarkan pada kisi-kisi berikut. Lihat di ha

(28)

52

TABEL 1

KISI-KISI ALAT PENGUMPULAN DATA

Variabel Penelitian

Kondisi Organisasi Formal:

1. Struktur Organisasi

2. Deskripsi Tugas

3. Pelimpahan Wewenang

4. Kepemimpinan

5. Output

Komunikasi Organisasi:

1. Persepsi Personil

2. Proses Komunikasi

3. Sistem Informasi Manajemen

4. Hubungan Pola Organisasi

dengan Arus Komunikasi

Semangat Bekerja Sama:

1. Kepercayaan

2. Pengertian dan Keluwesan

3. Ikatan Bersama (Keakraban)

Nomor Item

Al-3; Bl-2; Cl; Dl-3

A4; B2; C2

A5-6; B2; C3

A7-9; B3-4; C4-5; D4-5

A10; B5; B12-13; C6,

C17-18

All-12; B6; C7-8

A13-14; B7; C9-11

All-14; B8; C8-10

A13, A18; B7-8; ClO

A16; B9; C12-13; D6

A17; B9-10; Cll-14;

D7-8

A15; B10-11; C15-16

Kondisi organisasi formal yang memadai, komuni

kasi organisasi yang efektif, dan semangat bekerja sa

ma yang tinggi, akan tampak dari performans

organisa

si, dan pada gilirannya

akan

mempengaruhi

terhadap

(29)

53

Untuk memudahkan kegiatan pengumpulan

data dan

observasi lapangan, disusunlah panduan tentang data

a-pa yang harus dikumpulkan agar kegiatan selama di

la

pangan benar-benar terarah, walaupun tidak menutup

ke-mungkinan untuk terjadinya pengembangan atau

penambah-an data setelah terjun ke lappenambah-angpenambah-an, seppenambah-anjpenambah-ang tidak

me-nyimpang dari tujuan penelitian.

Berikut ini disajikan perkiraan tentang berba

gai data yang harus diperoleh, agar memudahkan anali

sis selanjutnya.

1. Gambaran Umum Akademi:

a. Rumusan tujuan umum dan khusus yang akan dicapai

masing-masing akademi, berikut target program

ta-hunan .

b. Jumlah enrollmen, lulusan lokal maupun negara,

tata usaha, dosen, dan mahasiswa.

c. Drop-outs: jumlah, penyebab, penyaluran.

d. Perkembangan poin b sejak berdiri sampai seka

rang ini, disertai dengan

beberapa

alasan atau

penyebab timbulnya peningkatan maupun penurunan.

e. Hambatan organisasi yang terjadi serta usaha

pe-nanggulangannya. Masalah yang sudah

teratasi,

yang masih dalam proses penyelesaian, serta yang

belum bisa ditanggulangi.

(30)

54

2. Organisasi Formal:

a. Struktur organisasi akademi.

b. Pembagian tugas/kekuasaan untuk setiap personil.

c. Luas pelimpahan wewenang, ruang lingkup tugas

yang dilimpahkan, pendorong terjadinya pelimpah

an wewenang, pejabat (orang) yang biasa menerima

pelimpahan.

d. Perincian personil berdasarkan

golongan/kepang-katannya, status kepegawaiannya, dan aspek lain

yang mungkin diperlukan.

e. Prestasi individual yang khusus bagi akademi.

f. Tipe kepemimpinan yang berkembang, baik menurut

persepsi pimpinan maupun anggota.

g. Efektivitas akademi secara keseluruhan, misalnya

yang menyangkut: bidang pendidikan dan

pengajar-an, pengabdian pada masyarakat, serta penelitian

yang telah maupun sedang dilakukan.

h. Rencana pengembangan akademi di masa yang akan

datang, baik yang bersifat fisik maupun non

fi

sik.

3. Komunikasi Organisasi:

a. Kejelasan pesan komunikator bagi personil.

b. Persepsi pimpinan tentang efektivitas komunikasi

dengan melihat kesesuaian penerimaan

dengan ide

(31)

55

c. Cara penyampaian pesan.

d. Arus komunikasi, hambatan-hambatan yang terjadi,

penyebab timbulnya hambatan, jalan pemecahannya,

serta hal-hal yang bersifat mendukung dari

pro

ses tersebut terhadap pencapaian tujuan.

e. Sistem informasi manajemen yang

terjalin. Demi

kian pula tentang arus informasi ekstern.

f. Pengaruh atau hubungan antara struktur organisa

si dengan proses komunikasinya.

g. Keunikan-keunikan proses komunikasi pada

masing-masing akademi, atau kesamaan-kesamaannya.

4. Semangat Bekerja Sama:

a. Motivasi yang mendorong timbulnya semangat untuk

bekerja sama.

b. Persepsi tentang kerja sama yang terjalin

menu

rut pimpinan maupun anggota.

c. Hubungan antar anggota dilihat dari aspek

keak

raban, kepercayaan, dan keluwesannya.

Dalam hal

ini diperlukan juga data tentang koordinasi ker

ja, kesetiaan anggota,

dan komitmennya terhadap

akademi.

d. Keterlibatan anggota terhadap

usaha

pencapaian

efektivitas akademi,

demikian pula dalam rangka

pembuatan keputusan manajerial.

e. Dorongan utama kerja personil, antusiasme,

(32)

56

terbina terhadap peningkatan efektivitas akademi,

f. Faktor-faktor yang menghambat terciptanya

kerja

sama serta usaha penanggulangannya.

E. Instrumen Pengumpul Data

Ada tiga macam instrumen yang dipergunakan

un

tuk pengumpulan data, yaitu:

pedoman wawancara, pedo

man observasi, dan pedoman studi dokumentasi.

1. Pedoman Wawancara.

Pedoman ini disusun menurut variabel penelitian

dan jenis interviewee, yaitu: pimpinan, dosen, tata

u-saha, dan mahasiswa.

Aspek-aspek yang tercakup dalam pedoman ini an

tara lain mengenai:

a. tujuan dan target tahunan yang ingin dicapai;

b. hambatan yang dialami serta jalan pemecahannya;

c. kemampuan mengadaptasi perubahan;

d. prestasi personil;

e. tipe kepemimpinan yang dilaksanakan beserta

kebaik-an dkebaik-an kelemahkebaik-annya;

f. kejelasan pesan yang diterima;

g. cara penyampaian pesan yang dinilai paling efektif,

dan yang memungkinkan untuk dilaksanakan;

h. hambatan komunikasi, penyebab dan jalan pemecahan;

i. faktor pendukung terhadap kelancaran komunikasi;

(33)

57

k. hubungan antara pola organisasi dengan proses komu

nikasi;

1. motivasi yang mendorong timbulnya semangat

bekerja

sama;

m. koordinasi kerja yang dilaksanakan;

n. kesetiaan, loyalitas, komitmen terhadap akademi;

o. keterlibatan/partisipasi anggota;

p. antusiasme dan keihlasan bekerja;

q. faktor penghambat kerjasama dan cara

menanggulangi-nya;

r. kemampuan manajemen dalam mengarahkan organisasi

a-kademi bagi tercapainya tujuan;

s. kemampuan akademi untuk meningkatkan efektivitas;

t. prestasi yang dicapai akademi;

u. rencana pengembangan akademi;

v. hal-hal lain yang dianggap perlu, misalnya mengenai

kesan-kesan personil terhadap akademi, serta

saran-saran peningkatan dari mereka.

Pada mulanya kegiatan wawancara ini

mengalami

beberapa kesulitan, namun setelah terjalin

perkenalan

yang terbuka dengan sering bertemu dan bertukar pikir

an, maka akhirnya proses wawancara

dapat lebih lancar

dan terbuka, tanpa ada perasaan was-was atau curiga.

Wawancara tidak dilakukan dengan

sekali jalan,

(34)

58

dirasakan adanya informasi yang kurang jelas atau

me-ragukan. Untuk mencatat hasil wawancara, selain dengan

menggunakan alat tulis juga dibantu oleh tape-recorder

dengan maksud agar informasi dapat diperoleh secara

u-tuh tanpa ada yang terlewat atau dicampuri oleh persep

si pribadi (ada distorsi).

2. Pedoman Observasi.

Instrumen ini digunakan sebagai pegagangan

un

tuk melakukan pengamatan langsung terhadap objek pene

litian, agar proses pengamatan itu sendiri tidak

tak

terkendali (ngawur) ataupun salah arah. Pedoman ini

cu-kup fleksibel, dalam arti bisa diubah dan

diperbaiki

kembali manakala tidak sesuai dengan kebutuhan lapang

an.

Biklen dan Bogdan (1982: 43)

menyarankan

agar

observasi dilakukan sendiri oleh peneliti, dengan mak

sud supaya tidak ada penafsiran lain dari

orang keti

ga. Peneliti kualitatif harus berusaha untuk

membang

kitkan kepercayaan responden, agar terjalin

kerjasama

dan hubungan yang wajar; tidak menonjolkan diri, tidak

menakut-nakuti, tidak saling memihak, serta tidak

sa

ling terpengaruh.

Melalui instrumen ini diharapkan dapat

(35)

59

a. pembagian tugas;

b. pelimpahan wewenang;

c. kondisi belajar mahasiswa dan kondisi kerja dosen,

tata usaha, maupun pimpinan;

d. drop-outs: penyebab dan penyalurannya;

e. arus komunikasi organisasi;

f. sistem informasi yang berlangsung;

g. keunikan proses komunikasi;

h. keakraban, kepercayaan, dan keluwesan hubungan ker

ja antar personil;

i. kesetiaan, loyalitas, komitmen terhadap akademi;

j. koordinasi kerja;

k. keterlibatan personil dalam pengelolaan akademi;

1. pengaruh kondisi bekerja sama terhadap efektivitas.

3. Pedoman Studi Dokumantasi.

Instrumen ketiga yang digunakan dalam peneliti

an ini, ialah catatan peneliti tentang dokumen-dokumen

akademi.

Ruang lingkup pencatatan terutama berkenaan de

ngan hal-hal berikut:

a. sejarah perkembangan akademi;

b. tujuan jangka panjang dan target jangka pendek;

c. perkembangan dari tahun ke tahun mengenai:

- jumlah enrollmen;

(36)

60

- jumlah drop-outs;

- jumlah dosen dan karyawan tata usaha;

- status formal;

- sarana dan fasilitas pendidikan, pengajaran, pe

nelitian, dan pengabdian pada masyarakat;

d. struktur organisasi;

e. prestasi personil dan akademi.

F. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Kegiatan pengumpulan data

dilaksanakan sendiri

oleh peneliti, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Langkah Persiapan.

a.

Setelah disain penelitian disetujui pembimbing,

kemudian diajukan surat permohonan penelitian

kepada Rektor IKIP Bandung, melalui Dekan FPS

-IKIP Bandung. Dengan surat pengantar dari

Rek

tor, barulah diperoleh ijin dari Direktorat

So-sial Politik Propinsi Jawa Barat untuk

mengada-kan penelitian di lingkungan Kopertis Wilayah IV

Jawa Barat. Setelah ada ijin tertulis dari

Ko

ordinator Kopertis Wilayah IV, kemudian

menghu-bungi objek penelitian: ASMB, ASMTB, dan ASM

U-nisba. Sebagai tembusan, surat-surat ijin

ter

sebut dikirimkan pula kepada Rektor Unisba, se

(37)

61

b. Di ketiga ASM, pertama-tama diterima oleh

Direk-turnya sambil diperkenalkan kepada para

pemban-tu direkpemban-tur (PD), Selanjutnya disusun

rencana

kunjungan berikutnya, baik mengenai waktu

kun-jungan, orang yang akan dikunjungi, dan

persiap-an-persiapan lain yang harus disediakan;

seper-ti: pedoman wawancara, pedoman observasi, pedo

man studi dokumentasi, tape-recorder, dan ca

tatan peneliti.

c

Disiapkanlah seluruh instrumen pengumpul

data,

sebagai panduan yang akan

menentukan

arah pe

nelitian maupun pembahasannya.

2. Langkah Pengumpulan Data.

a.

Menghubungi pimpinan dan staf PD, dosen-dosen ,

tata usaha, mahasiswa, dan senat mahasiswa, un

tuk mengadakan wawancara sesuai dengan

pedoman

wawancara yang telah disusun.

b. Mengadakan studi dokumentasi sambil membuat

ca

tatan sekitar data yang diperlukan, yang

rele-van dengan permasalahan.

c. Selama + 4 bulan mengadakan observasi dan

me-ngumpulkan berbagai dokumen penting yang

rele-v a n .

Ketiga kegiatan di atas, dilakukan secara

(38)

62

d. Pada akhirnya, setelah data terkumpul,

kemudian

diolah dan dianalisis secara kualitatif

dengan

dukungan berbagai konsep teori, sebagai hasil ka

jian.. kepustakaan.

3- Langkah Pengolahan dan Analisis Data.

a. Prosedur:

(1) memeriksa catatan dokumen dan observasi;

(2) mengelompokkan hasil wawancara dan observa

si;

(3) membuat deskripsi dari tape-recorder;

(4) menyusun data sesuai dengan permasalahan

dan tujuan penelitian;

(5) mengamati kembali seluruh data yang

telah

disusun;

(6) membandingkan hasil penelitian dengan kon

sep teori yang dijadikan acuan;

(7)

dan pada akhirnya, diadakan evaluasi terha

dap pencapaian efektivitas akademi (sebagai

main-problem), sambil berusaha mencari

hal-hal positif yang mendukung atau hal-hal-hal-hal

ne-gatif yang menghambat.

Secara visual, langkah ini dapat dilukiskan da

(39)

EFEKTIVITAS AKADEMI: a. Pertumbuh a n b. Adaptabi-litas /*T ditinjau dari aspek

•balikan^

Gambar 6: Paradigma Penelitian.

63 A. Kondisi Organisasi Formal B. Komunikasi Organisasi C. Semangat Bekerja

s a m a

/

Diskusi dan Kesim pulan i i j b. Pendekatan:

Pendekatan dilakukan secara langsung dengan

maksud untuk mencoba menciptakan suasana akrab agar

terjalin hubungan baik dengan responden,

sehingga

data yang diperlukan bisa diperoleh secara lancar.

Selanjutnya, penelaahan dilakukan dalam ben

tuk studi deskriptif-evaluatif. Dalam hal ini pene

litian terbatas pada program yang telah disusun

a-kademi. Borg dan Gall mengemukakan:

inn ^\mKJ°r^tre5d in current educational evaluat

ion* S broadened view of program phenomena that

should be evaluated. Early

models

of

evaluation

emphasxzed

a program's

objectives. The

critical

how^i??

$Z

be answered by evaluation research was

how well the objectxves of a program were

achieved

in practice.

This approach is still widely

usel?

?on ^temporary evaluations emphasize

investigat-surronnrf

t

±52H££' concerns, and

decisions

that

(40)

64

objectives have been achieved, but also whether the

objectives are worth achieving, and who thinks so."

(1983: 735)

Penelitian yang bersifat evaluatif cenderung un

tuk mengungkapkan berbagai persoalan yang muncul pa

da sampel secara realistik, sehingga

penemuan-pene-muan yang diperoleh bisa membantu pimpinan

dalam

mengambil keputusan. "The purpose of the evaluation

research is to collect data that

will

facilitate

decision making." (Borg dan Gall, 1983: 737)

Oleh

karena itu, penelitian yang bersifat evaluatif

me

rupakan salah satu alat penting bagi manajemen prog

ram. (Borg dan Gall, 1983: 733)

c. Sistematika Uraian:

Penyajian data hasil penelitian disusun

dengan

sistematika sebagai berikut:

(1) Gambaran umum akademi mengenai:

(a) latar belakang historis;

(b)

kondisi fisik akademi;

(c) kurikulum;

(d) perkembangan data statistik personalia dan

mahasiswa.

Hal tersebut dirasa perlu dikemukakan,

sebagai

(41)

65

(2) Kajian tentang efektivitas akademi, berdasarkan

kriteria:(a) pertumbuhan, dan (b) adaptabilitas.

Tinjauannya dilakukan dari aspek-aspek:

A. Kondisi organisasi formal, yang meliputi:

(a) struktur organisasi;

(b) pembagian tugas;

(c) pelimpahan wewenang;

(d) kepemimpinan;

(e) output.

B. Komunikasi organisasi, yang meliputi:

(a) persepsi personil;

(b) proses dan arus komunikasi;

(c) sistem informasi manajemen;

(d) hubungan pola organisasi dengan arus ko

munikasi;

(e) faktor penghambat komunikasi dan jalan ke

luarnya, serta keunikan-keunikannya.

C. Semangat bekerja sama, yang meliputi:

(a) motivasi untuk bekerja sama;

(b) kepercayaan;

(c) pengertian, keluwesan, dan koordinasi da

lam bekerja;

(d) komitmen dan dedikasi anggota;

(e) faktor penunjang ataupun penghambat

ter

(42)

66

Diskusi disajikan pada bab V, sambil

mengevalu-asi data yang telah diolah, dengan menggunakan banding

an dari teori-teori yang disajikan pada bab II.

Berdasarkan hasil diskusi tersebut, kemudian

di-tarik beberapa kesimpulan penelitian dan saran-saran,

baik untuk akademi, pengembangan ilmu administrasi pen

(43)

BAB V

DISKUSI, KESIMPULAN DAN SARAN

A. Diskusi

Efektivitas organisasi pada ASM yang menjadi ob

jek penelitian akan didiskusikan dengan dua kriteria

pokok, yaitu (1) pertumbuhan dan (2) adaptabilitas. Ke

dua kriteria ini dilatarbelakangi oleh variabel (1) or

ganisasi formal, (2) komunikasi organisasi, dan (3) se

mangat bekerja sama.

Sebagaimana konsep efektivitas yang telah dike

mukakan terdahulu,

maka bagi ASM pun konsep ini sangat

penting artinya. Dengan melihat dan mengukur sampai se

jauh mana tingkat efektivitas yang dicapai,

ASM menga

dakan introspeksi untuk

menilai

diri sendiri demi pe

ngembangan selanjutnya.

(1) Pertumbuhan (growth).

Evaluasi terhadap tingkat pertumbuhan akademi bi

sa ditinjau dari aspek fisik dan non-fisik, oleh karena

itu harus memperbandingkan

keadaan

sebelumnya

dengan

masa sekarang, terutama dalam kaitannya

dengan

upaya

pencapaian tujuan akademi.

Dilihat dari segi tujuannya,

program pendidikan

(44)

142

sekretaris harus lebih berorientasi pada aspek keteram

pilan (skill) praktis, ketimbang aspek pengetahuan yang

terlalu teoritis. Mahasiswa harus dibekali dengan ber

bagai macam keterampilan pokok seorang sekretaris, yang

sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern terhadap pro

fesi sekretaris; antara lain keterampilan dalam hal:

a) mengetik sistem sepuluh jari;

b) stenografi;

c) korespondensi;

d) komputer;

e)

berbahasa yang baik dan benar, baik bahasa Indonesia

maupun asing (terutama Inggris);

f) bersikap dan bertingkahlaku yang serasi, sesuai de

ngan pola kepribadian bangsa Indonesia.

Dengan bekal keterampilan tersebut, diharapkan mahasis

wa dapat memasuki profesi sekretaris secara matang, se

hingga di tempat kerjanya kelak, dia dapat membantu,me

layani, mempermudah, dan mempercepat tugas-tugas

pim-pinannya (her or his boss).

Dilihat dari segi pengakuan formal

keorganisasi-annya, ketiga ASM masih dalam status Terdaftar. Pening

katan status menjadi Diakui masih dalam proses

pengaju-an ke Kopertis, apalagi ASM Unisba masih sedang menen

(45)

143

Dengan diberlakukannya sistem SKS

dalam

penye-lenggaraan program pendidikan sekretaris, akan menuntut

pelayanan yang lebih intensif. Hal ini menyebabkan

per-lunya penyempurnaan sarana belajar, perpustakaan, serta

intensifikasi tenaga edukatif maupun administratif.

Mereka harus dibina agar tetap bersedia mengada

kan hubungan kerja yang baik, sehingga arus

perputaran

pegawai tidak terlalu tinggi. Namun ternyata, hal

ter

sebut belum nampak pada ketiga ASM.

Dilihat dari perkembangan jumlah pegawai, memang

tidak banyak mengalami perubahan, namun

jika

dilihat

dari segi personilnya sering terjadi pergantian.

Kelu-arnya mereka disebabkan antara lain oleh:

a. ketidakpuasan, misal karena timbulnya

salah

faham,

miskomunikasi, atau konflik;

b. ketidakcocokan, misal karena tidak sesuai dengan bi

dang kemampuannya atau ingin mendapatkan

pekerjaan

di tempat lain yang segi pendapatannya

(incomenya)

lebih layak;

c. kesalahan pegawai tersebut sehingga

merugikan

atau

merusak nama baik akademi.

Untuk tahun ajaran 1986/1987, ASMB merencanakan

target tambahan tenaga tetap (yayasan dan bantuan

dari

(46)

144

Demikian pula di ASM Unisba. Rencana ini sudah disetu

jui yayasan. Sedangkan di ASMTB rencana penambahan te

naga administratif belum disetujui yayasan, kecuali un

tuk tenaga edukatif lebih terbuka asal benar-benar

di-butuhkan kurikulum. Rencana penambahan jumlah personil

harus didasarkan atas tingkat kebutuhannya, agar

kesi-bukan kerjanya tetap seimbang.

Jika terjadi kekosongan tenaga dosen di ASMTB,

terlebih dahulu kesempatan itu ditawarkan kepada

mini

mal tiga orang calon,

kemudian diwawancarai oleh

pim

pinan akademi bersama yayasan. Calon yang diterima, ke

mudian diangkat yayasan. Sedangkan di ASMB dan ASM Unis

ba, untuk mengisi kekosongan tenaga,

bisa

diisi lang

sung oleh seorang calon asal memenuhi kualifikasi

yang

dimintakan. Adapun kriteria pemilihan dan pengangkatan,

antara lain:

1. mempunyai dedikasi tinggi;

2. memiliki semangat kerja tinggi;

3. memilih tenaga muda yang berprestasi;

4. mengambil tenaga senior yang belum diangkat negara;

5. memiliki kualifikasi pendidikan

atau kemampuan yang

sesuai dengan kebutuhan akademi; dan

6. khusus di ASM Unisba, harus beragama Islam yang taat.

Melalui usaha tersebut, diharapkan selain akade

(47)

145

memiliki nilai guna yang besar, juga mampu menambah jum

lah personil tetap sesuai kebutuhan, agar tercipta efi

siensi, efektivitas, dan produktivitas

akademi

secara

lebih baik, untuk samsama mengembangkan eksistensi

a-kademi.

Untuk itu, dari tenaga yang ada sekarang bukan

mustahil jika terpaksa ada beberapa

tenaga

yang harus

dilepas, apabila yang bersangkutan menunjukkan disiplin

dan prestasi kerja yang tidak memuaskan; di lain pihak,

bisa juga terjadi pergeseran tenaga tidak tetap oleh te

naga tetap. Namun demikian, situasi ini

jangan

sampai

menimbulkan konflik organisasi yang malah semakin

meru-gikan akademi.

Dilihat dari segi target jumlah mahasiswa, ter

nyata keadaannya relatif statis, bahkan menurun.

Dalam

hal ini ASM Unisba dinilai paling rendah, karena baru

bisa mencapai 60 %. Hal ini disebabkan oleh berbagai ma

cam faktor, antara lain:

1. belum mempunyai reputasi yang menonjol untuk dikenal

masyarakat;

2. belum mempunyai academic-standing yang dapat

menum-buhkan kepercayaan masyarakat;

3. kurangnya publikasi/promosi.

(48)

146

menunjukkan sikap pasif dan kurang semangat dalam pro

ses perkuliahan, di samping itu mereka banyak mengalami

kesulitan dalam memahami materi pelajaran terutama jika

diminta belajar mandiri. Hal ini kemungkinan disebabkan

oleh rendahnya potensi intelektual input (mahasiswa)

a-tau memang karena proses belajarnya yang kurang baik.

Salah satu cara memotivasi mereka ialah melalui pening

katan penyelenggaraan perkuliahan secara lebih teratur,

bobot praktikum lebih besar daripada kuliah teori,

pe-nyediaan sarana belajar (terutama untuk praktikum) yang

memadai, melangkapi bahan pustaka yang diperlukan, ser

ta bimbingan dosen secara lebih intensif dengan

member-lakukan disiplin akademi yang lebih ketat.

(2) Adaptabilitas.

Perkembangan ilmu dan teknologi dari waktu ke

waktu tidak pernah berhenti, karena itu manusia-manusia

yang akan memasuki era tersebut harus dipersiapkan

ja-uh sebelumnya. Konsekuensinya, bahwa setiap lembaga pen

didikan selain harus mampu memprediksi tuntutan kebutuh

an masyarakat di masa yang akan datang, juga harus bisa

menyesuaikan diri terhadapnya agar program

pendidikan-nya memiliki relevansi tinggi. Hal ini menurut Engkoswa

ra merupakan salah satu kriteria efektivitas dari lemba

(49)

147

Pihak pemerintah pun terus berusaha memperbaiki

dan meningkatkan mutu pendidikan melalui berbagai cara,

seperti revisi kurikulum, penataan kembali program dan

jenjang pendidikan, serta kebijakan-kebijakan lainnya.

Dengan adanya peraturan pemerintah tentang peru

bahan program pendidikan sekretaris dari sarjana muda

ke diploma tiga (D3), ketiga ASM di Kotamadya Bandung

secara nyata telah mencoba mengadaptasinya. Melalui ker

jasama dengan BMPTS (Badan Musyawarah Perguruan Tinggi

Swasta) Wilayah Jawa Barat, telah diadakan lokakarya

Bidang Ilmu Sejenis Sekretari yang menghasilkan rumusan

Kurikulum Inti bagi pendidikan sekretaris dalam jenjang

D3 dengan sistem SKS (Satuan Kredit Semester), yang

a-kan diberlakua-kan mulai tahun ajaran 1986/1987 secara

bertahap.

Keputusan ini menuntut perlunya konversi dari

kurikulum lama ke kurikulum baru. Walaupun dalam

proses-nya mengalami beberapa kesulitan, namun berkat adanya

kerjasama seluruh staf, pada akhirnya dapat

diselesai-kan dengan baik.

Berpedoman pada peraturan pemerintah di atas,

ketiga ASM bermaksud menata diri kembali, apakah masih

tetap sebagai akademi yang mengelola D3 atau merubah di

ri. Perubahan pada ASMB dan ASMTB cenderung mengarah ke

(50)

148

ASM Unisba masih mempertxmbangkan dua alternatif, yaitu

1. menginduk ke Fakultas Ekonomi Unisba dengan program

D3-nya; atau

2. mengembangkan diri menjadi Fakultas Ilmu Administra

si Unisba.

Melihat perkembangan kebutuhan masyarakat akan

tenaga sekretaris profesional semakin meningkat, mendo

rong ketiga ASM untuk mengadakan penyesuaian diri, baik

dalam hal kuantitas lulusan maupun kualitasnya. Hal ini

terbukti dari adanya upaya yang dilakukan ASM, agar

lu-lusannya benar-benar dapat diserap oleh lapangan kerja.

Dewasa ini, alumni ASM sudah menyebar di berbagai pulau

seperti: Jawa, Bali, Sumatra, dan Kalimantan;bahkan ti

dak sedikit yang sudah memiliki posisi kunci di

perusa-haan-perusahaan.

Hambatan utama yang dialami ketiga ASM dalam me

menuhi harapan lapangan kerja ialah persoalan sarana

praktikum, terutama yang memerlukan perlengkapan modern.

Hal ini dirasakan oleh mahasiswa maupun alumni sebagai

suatu kekurangan, karena di tempat kerja maupun praktek

kerja banyak yang sudah menggunakan alat-alat teirsebut,

sehingga mereka mengalami kesulitan. Dengan demikian ma

hasiswa terpaksa harus belajar sendiri, langsung ketika

(51)

149

Sehubungan dengan hal itu, Sanusi telah mengemu

kakan pendapatnya bahwa "Jika telah memasuki pekerjaan,

prestasinya (lulusan) untuk sementara masih terbatas

karena mereka harus belajar lagi, menyesuaikan

pengeta-huannya pada situasi dan kondisi pekerjaan."

( Sanusi,

Pikiran Rakyat, Senin, 8 Desember 19 86).

Demikian pula masyarakat pemakai menilai,

bahwa

keterampilan sekretaris lulusan ASM masih belum

benar-benar siap untuk dipekerjakan secara langsung. (Diskusi

Panel Peranan Sekretaris, diselenggarakan atas kerjasa

ma ASM di Kotamadya Bandung dengan PTPM Bandung tanggal

4 Oktober 1987 ).

Persoalan kekurangan sarana antara lain disebab

kan oleh terbatasnya dana dan sulitnya memperoleh

hak

subsidi. Berhubung setiap pengeluaran uang

harus

atas

seijin yayasan, maka setiap penggunaan uang

pun sangat

dipengaruhi oleh kelancaran komunikasi dan keterbukaan

dengan pihak yayasan. Di ASMB hal ini tidak menjadi ma

salah, karena hubungan dengan yayasan sangat

dekat dan

saling mendukung. Di ASMTB komunikasi dengan yayasan se

ring mengalami hambatan, bahkan

kadang-kadang

terjadi

konflik dalam menilai urgensi usulan akademi. Di ASM

U-nisba permintaan dana tidak langsung ke yayasan,

mela

(52)

150

Permasalahan yang dihadapi ASM Unisba ialah belum bisa

memanfaatkan hak subsidi dari pemerintah c/q Kopertis

Wilayah IV Jawa Barat, karena eksistensinya masih belum

ada kejelasan; sementara dua ASM lainnya sudah banyak

mendapat subsidi, baik dalam bentuk perlengkapan sarana

belajar maupun yang lainnya.

Kesulitan lain bagi ketiga ASM dalam memenuhi

tuntutan lapangan kerja, menyangkut segi pengakuan dari

instansi-instansi terhadap ijazah lokal

masih

kurang.

Penghargaan yang agak layak baru diberikan apabila su

dah memiliki ijazah negara. Mereka yang baru memiliki

ijazah lokal, banyak yang hanya diterima

kerja

dengan

dasar ijazah SLTA yang dimilikinya. Jadi

perjuangannya

sampai mendapat ijazah lokal dari akademi tidak

dihirau-kan.

Sehubungan dengan hal ini, akademi

harus

mampu

menumbuhkan kepercayaan masyarakat pemakai. Misalnya de

ngan meningkatkan kualitas lulusannya, agar mereka su

dah siap kerja dengan bekal keterampilan kesekretarisan

secara memadai. Untuk itu perlu disediakan berbagai sa

rana belajar yang lebih lengkap dan sesuai kebutuhan.

Pengaruh positif dari kenyataan ini, bisa mendo

rong alumni lokal untuk mengikuti ujian negara. Hal ini

(53)

151

B..Ke simpulan dan Saran

Berdasarkan uraian terdahulu ternyata ada

be

berapa hal yang sama di ketiga ASM dan ada pula

yang

bersifat unik untuk masing-masing ASM. Berikut ini

a-kan disajia-kan terlebih dahulu keunia-kan-keunia-kannya.

1. Kondisi organisasi formal.

a.

ASMB dan ASMTB terdaftar sebagai akademi

yang

mengelola program sarjana muda sekretari,

dan

berada langsung di bawah yayasannya.

b.

ASM Unisba terdaftar sebagai akademi yang

me

ngelola program D3 sekretari (D3 peralihan)dan

secara intern berada di bawah Rektor Unisba na

mun menurut penilaian dan anggapan Kopertis te

tap harus berada langsung di bawah yayasan.

2. Komunikasi vertikal ASM dengan yayasannya.

a.

ASMB bisa berkomunikasi secara lancar,

mengi

ngat orang-orang yayasan turut terlibat

lang

sung dalam pengelolaan akademi, bahkan ada

pe-ngurus yayasan yang merangkap jabatan pada

a-kademi. Organisasi yayasannya itu sendiri

me

rupakan organisasi keluarga, sehingga hubungan

kerjanya lebih banyak bersifat kekeluargaan.

b.

ASMTB mengalami banyak hambatan/masalah

dalam

berkomunikasi dengan yayasan, mengingat

yaya

(54)

152

keperluan ASM banyak yang terpaksa harus

meng-alah.

c. ASM Unisba melakukan kontak dengan yayasan ha

rus melalui pimpinan universitas, mengingat

ke-nyataannya, posisi ASM tidak berada langsung

di bawah yayasan melainkan berfungsi sebagai

staf Rektor sejajar dengan Dekan-Dekan Fakul

tas di lingkungan Unisba. Untuk keperluan in

tern, kenyataan ini tidak menghambat malah sa

ngat menunjang, namun untuk hubungan ekstern

(terutama dengan instansi vertikal) menimbul

kan beberapa kesulitan.

Di samping keunikan di atas, terdapat beberapa

hal yang nampak sama di ketiga ASM.

1. Sebagian terbesar personil akademi merupakan tena

ga luar biasa. Kehadiran mereka terbatas hanya se

lama jam mengajar, sehingga forum komunikasi antar

staf personil pun belum berfungsi sebagaimana

mes-tinya.

2. Berkat kepemimpinan yang baik, para personil mera

sa senang bekerja dan memiliki rasa percaya diri.

Demikian pula keterikatan dan loyalitas mereka ter

hadap akademi sudah nampak, walaupun masih terba

(55)

153

3. Arus komunikasi berjalan dua arah dan timbal balik

namun dalam prosesnya dirasakan masih ada beberapa

kesulitan.

4. Di dalam wadah organisasi formal ASM ternyata

se-nantiasa muncul pula

hubungan-hubungan

informal;

yang secara langsung atau tidak,

mempunyai

andil

dalam mencapai efektivitas akademi.

5. Prestasi akademi ternyata masih

rendah,

terbukti

dari rendahnya tingkat kelulusan (lokal dan

nega

ra) , hasil penelitian, kegiatan pengabdian

kepada

masyarakat, dan kegiatan akademi pada umumnya.

6. Tingkat pertumbuhan akademi dinilai kurang

pesat,

demikian pula dalam hal pemenuhan tuntutan lapang

an kerja dinilai masih rendah, namun dari segi

a-daptabilitas vertikal diakui sudah cukup baik.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka secara umum

dapat disimpulkan bahwa efektivitas ketiga

ASM

yang

ada di Kotamadya Bandung ternyata masih rendah. Sehu

bungan dengan hal itu, dapatlah kiranva disarankan

hal-hal berikut:

I. Saran bagi ketiga ASM.

1. Perlu meningkatkan relevansi antara pengetahuan

dan keterampilan yang diberikan kepada mahasis

(56)

154

perlu didukung oleh sarana belajar yang

mema

dai (jumlah dan jenisnya), terutama dengan sa

rana praktikum kesekretarisan.

2. Pengadaan sarana praktikum harus menjadi

prio-ritas utama dalam perencanaan pengembangan

a-kademi, agar selaras dengan

kondisi

lapangan

kerja sehingga lulusan benar-benar sudah

siap

kerja.

3. Komunikasi vertikal dengan Kopertis dan

Unpad

sebagai pembina akademis, hendaknya lebih ber

sifat dinamis dan fleksibel, tidak terlalu

ka-ku dan bertele-tele, sehingga tidak menghambat

pencapaian target akademi dalam hal kelulusan

ujian negara.

4. Komunikasi antar unit kerja di

lingkungan ASM

perlu dikembangkan,

agar dapat mengoptimalkan

kelompok-kelompok informal dalam membantu me

ngembangkan dinamika

organisasi

dan semangat

bekerja sama anggota.

II. Saran bagi pengembangan ilmu Administrasi Pendi-.

dikan.

1. Untuk mencapai efektivitas organisasi ternyata

perlu didukung oleh

faktor-faktor

organisasi

(57)

155

bekerja sama para anggota yang baik.

2. Dinamika kelompok informal

berpengaruh

pula

terhadap upaya pencapaian efektivitas organi

sasi.

III. Saran bagi penelitian selanjutnya.

1. Penelitian tentang efektivitas organisasi

sa-ja dirasakan belum sempurna,

oleh karena itu

perlu diadakan

penelitian

berikutnya

yang

menghubungkan efektivitas dengan

produktivi

tas organisasi.

2. Perlu penelitian yang lebih jauh mengenai

op-timalisasi kondisi informal dalam upaya

pen

capaian efektivitas organisasi.

3. Perlu ada penelusuran yang lebih mendalam me

ngenai komunikasi yang sesuai

dengan

sistem

(58)

DAFTAR BACAAN

Bogdan, Robert C., and Biklen, Sari Knopp, (1982). Qualitative Research For Education:An Introduction

to Theory and Methods. Allyri and Bacon, Inc.

Borg, Walter R., and Gall, Meredith D., ( 1983 ).

Educational Research, An Introduction. Fourth

Edition. Longman, Trie.

Castetter, William B., (1971). The Personnel Function

in Education Administration. Third Edition, New York: Macmxllan Publishing CO, Inc.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1983). Hasil Rapat Kerja Nasional Departemen Pendidikan dan

Ke-budayaan.

Engkoswara, H., (1983). Suatu Studi tentang Kecende rungan Kehidupan di Tndonesxa Menjelang TaHun 2000" dan Implikasinya terhadap Sistem Pendidikan.Depar-temen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Sektoral/ Regional Dirjen Dikti, Direktorat Pembinaan Pene litian dan Pengabdian pada Masyarakat.Institut Ke guruan dan Ilmu Pendidikan Bandung.

f (1984). Menata Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia Tinggal Landas. Departemen Pen-didikan dan Kebudayaan. Instxtut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung.

, (1985) . Membina Indonesia Merdeka me lalui Pendidikan. Yayasan Amal Keluarga Bandung.

Feldman, Daniel C., and Arnold, Hugh J., ( 1983 ). Managing Individual and Group Behaviour in

Organxzations.MacGraw-Hill, International Book

Company.

Gani, Darwis, S., Bahan Latihan Prajabatan IPB 1983/ 19 84. Komunikasi, Motivasi, dan Kepemimpinan. BAAK/ B-43/III/84.

(59)

157

Gxbson, James L., and Ivancevich, John. M., and Donelly

Jr, James H., (1984). Organisasi dan Manajemen,

Pe-rxlaku, Struktur, dan Proses. EdisT~Keempat. Jakar^"

ta: Erlangga.

Griffith, Dannie1 E., (Ed.), (1964). Behavioral Science

and Educational Administration. Part II. USA: NSSE.

Hersey, Paul, and Blanchard, Kenneth H., ( 1977 ).

Management of Organizational Behavior: Utilizing

Human Resources. New Jersey: Prentice Hall, Inc.'

Huseman, Richard C, and Carrol, Archie B., ( 1979 ).

Readings in Organizational Behavior, Dimension

of

Management Actxon. Toronto: Allyn and Bacon, Inc~

Indrawijaya, Adam Ibrahim. (1983). Perilaku

Organisa-sx. Bandung: Sinar Baru. '

Kast, Fremont E., and Rosenzweig, James E.,

(1982).

Organisasi dan Manajemen, Suatu Sistem dan

Pende-katan Kontingensx. Jakarta: Bina~AF5^F?.~

Krech, Crutchfield, Ballachey. (1963). Individual

In

Socxety. Mc Graw-Hill International Book Company"

Murdick, Robert G., and Rose, Joel E., ( 1982 )

Information Systems for Modern Management.

Second

Edxtxon. New Deihx: Prentice-Hall of India Private

Lxmited.

Nystrom, Paul C., and Starbuck, William H., (1981)

Handbook of Organizational Design. Volume I and II

Oxford University Press.

Ouchi, William G., (1982).

Theory

Z.

USA:

Avon

Publisher of Bard, Camelot, Discus and Flare Books.

Pareek

Udai. (1984) . Perilaku Organisasi, Pedoman ke

Arah Pemahaman Proses Komunikasi Antar Prxbadx dln~

Motxvasx Kerja. Sen Manajemen Nom^r~T8~M7jakar^

ta: PT Pustaka Binaman Pressindo.

Rakhmat, Jalaludin. (1985). Psikologi Komunikasi.Ban

(60)

Sagir, Soeharsono. (1984).. Kontribusi Pendidikan

lam Menyiapkan dan Membina Tenaga Kerja

158

da-=__

.

Terampil,

Kreatxf, dan Mandxrx untuk Berbagai Sektor Pemba

ngunan . IKIP Bandung.

Schein, Edgar H.,

(1985).

Psikologi Organisasi. Seri

Manajemen Nomor 80 PPM. Jakarta: PT Pustaka

Bina-man Pressindo.

Steers, Richard M.,

(1980).

Efektivitas

Organisasi.

Seri Manajemen Nomor 47 PPM. Jakarta: Erlangga.

Sutermeister, Robert A.,

(1976). People and Producti

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Berdasarkan institusi dari penulis pertamanya ( first author ), latar belakang penulis (Gambar 2) masih didominasi oleh staf pengajar (69,2%) yang diikuti oleh peneliti dalam

[r]

dapat dibuat dengan nsi yang telah dikaji ran ini adalah robot lan paling baik pada mperoleh persentase k pada penelitian ini k. Pada uji pemakaian hingga

With higher income inequality than the local com- munity neighborhood, then the community in residen- tial area contributes to total inequality in the region, the heil Entropy

he parameters used in this study to assess food security includes food production index, livestock production index, cereal yield, crop production index, population density

SNP g.125550A&gt;T gen FTO bersifat polimorfik pada bangsa sapi potong Indonesia yang terdiri atas: sapi madura, sapi pesisir, sapi katingan, sapi PO, sapi pasundan,