DAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM PEMBINAAN BAKAT DAN MINAT SANTRI
(Studi Deskriptif tentang Pengintegrasian Kurikulum Madrasah
dan Kurikulum Pendidikan Keteratnpilan di Lembaga Pendidikan Islam Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kabupaten Kuningan Jawa Barat)
TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh Gelar Magister Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Oleh:
NASEHUDIN
NIM. 979637
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Disetujui Oleh:
Pembimbing I
'i.iy
Prof. Dr. H. Djudju Sudjana, M.Ed.
NIP. 130 143 871
Pembimbing II
c r
3^4-Prof. Dr. Rusli Lutan, M.Pd.
NIP. 130 319 774
Mengetahui:
Ketua Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia
Pr^fTDr. H. SutaryatTrisnamansyah, MA.
Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pemaduan
sistem pendidikan sekolah dan pendidkan luar sekolah, dengan fokus pada pemaduan
kurikulum madrasah dengan kurikulum pendidikan keterampilan, dalam upaya
pengembangan bakat dan minat santri di Pondok pesantren Husnul Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Secara rinci permasalahan yang diajukan adalah bagaimana: (1) Gambaran umum Pondok, (2) Faktor dominan yang melatarbelakangi pemaduan, (3) Bentuk keterpaduan program pendidikan, (4) keterpaduan kurikulum pendidikan yang diterapkan, (5) Peran program pemaduan dalam rangka pembinaan bakat dan
minat santri, (6) Dampak pemaduan terhadap dunia kewirausahaan, (7) faktor-faktor
penghambat dan pendukung upaya pemaduan, dan (8) Upaya-upaya dalam mengatasi
hambatan. Tujuan penelitian untuk memperoleh data obyektif, mendalam, dan
komprehensif tentang keterpaduan sistem pendidikan sekolah dan pendidikan luar
sekolah, dalam hal ini keterpaduan kurikulum pendidikan madrasah dan kurikulum
pendidikan keterampilan, dalam upaya pengembangan bakat dan minat santri.
Pemaduan antara pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah telah banyak ditawarkan para ahli, salah satunya adalah model terpadu (integrated), dimana kedua jalur pendidikan tersebut digabungkan ke dalam satu sistem pendidikan terpadu, meliputi pengintegrasian kurikulum, proses pendidikan dan pengelolaan, serta komponen-komponen lainnya dari kedua jalur pendidikan tersebut. Sistem pendidikan terpadu umumnya dapat menjangkau sasaran populasi pendidikan yang lebih luas,
lebih fleksibel, berorientasi pada kebutuhan masyarakat, dan erat relevansinya dengan
perkembangan pembangunan. (D. Sudjana, 1996:101). Pondok pesantren dikatakan terpadu apabila dalam keseluruhan pembinaan terhadap para santri telah memadukan tradisi pesantren dengan sistem pendidikan lainnya, sedang bila ditinjau dari fasilitasnya minimal terdiri dari Mesjid, rumah kyai, pondok, dan madrasah (Sudjoko Prasodjo, 1994:24).
Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif. Intrumen penelitian
adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Dijadikan subyek penelitian adalah: kyai, ustad/ustadah, pembimbing keterampilan, maupun para santri. Teknik pemeriksaan keabsahan data melalui teknik diskusi rekan sejawat, triangulasi, dan auditing, serta analisis data yang mendalam berdasar kaidah-kaidah penelitian kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pondok Pesantren Husnul Khotimah merupakan lembagapendidikan Islamterpadu yang digarap dengan metode dan sarana modern. Keterpaduan pendidikan, tampak dalam berbagai dimensi, baik dalam dimensi tujuan, program pendidikan, kurikulum, satuan pendidikan strategi
pembelajaran, proses pembelajaran, maupun dalam dimensi penyelenggaraan
pendidikan.
Misi utama pondok pesantren Husnul Khotimah adalah membangkitkan kesadaran umat islam akan pentingnya generasi muda yang berkualitas tinggi dan
berjiwa islami, menggelorakan syiar islam, dan turut mensukseskan wajib belajar.
dikembangkan tiga program utama, yaitu program transformasi ilmu pengetahuan dan bahasa, penanaman nilai-nilai Islam dan akhlaqul karimah, serta program dakwah dan pengarah masyarakat menuju kehidupan yang diridhloi Allah SWT., yang selanjutnya dijabarkan dalam lima jalur program pembinaan pendidikan, yaitu program pembinaan pendidikan persekolahan (madrasah), pendidikan keagamaan, pendidikan
bahasa, pendidikan umum, dan pendidikan keterampilan, sebagai satu kesatuan.
Untuk menjamin kelancaran dan keberhasilan program, kurikulum disusun dengan pola tarbiyah islamiyah, salafiah, sistematis, terpadu, dan baik, melalui pendekatan tematik, tekstual, pragmatis, dan fungsional. Program pembinaan bakat
dan minat santri melalui pemaduan sistem pendidikan madrasah dan pendidikan
keterampilan, sekalipun hanya diikuti santri yang sangat minimal karena berbagai
hal, terutama karena faktor beaya, namun bukan berarti program ini tidak memberikan
kontribusi yang berarti bagi penyaluran, pembinaan, serta pengembangan bakat dan
minat santri. Walaupun, faktanya kurang berdampak pada tumbuh dan
berkembangnya sikap dan minat santri untuk menggeluti dunia wirausaha. Sedangkan untuk meningkatkan efektifitas program, pondok terus melakukan berbagai terobosan baik melalui pemberdayaan sumber daya pondok, maupun dengan menjalin kerja sama sinergik dengan instansi lain, baik pemerintah maupun swasta.
Hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa pesantren sebagai sub sistem
pendidikan luar sekolah sekalipun didalamnya terdapat sekolah, namun pondok pesantren tetap bukan sekolah. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan
kemasyarakatan. Untuk itu, agar jati diri atau eksistensinya dapat dipertahankan,
pelaksanaan pemaduan perlu dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan
berbagai komponen, baik komponen masukan sarana, masukan mentah, masukan lingkungan, proses, keluaran, masukan lain, maupun dampak atau pengaruhnya,
sehingga pemaduan tersebut benar-benar mampu memenuhi kebutuhan belajar
fungsional bagi warga belajar dalam meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. Pada akhirnya disimpulkan bahwa pemaduan sistem pendidikan sekolah (kurikulum madrasah) dan pendidikan luar sekolah (kurikulum pendidikan keterampilan) dalam upaya pembinaan bakat dan minat santri telah direncanakan secara sistematis dan terprogram, serta dilakukan secara terintegrasi melalui berbagai
program yang dikembangkan. Namun, karena berbagai faktor, baik yang sifatnya
internal maupun eksternal, hasilnya masih belum maksimal sesuai yang diharapkan.
Untuk itu direkomendasikan perlunya penerapan manajemen pondok yang
profesional, pemberdayaan potensi pondok melalui kerja sama sinergik dengan instansi atau lembaga lain, penyediaan program pendidikan keterampilan yang
bervariasi sesuai bakat dan minat santri sesuai hasil identifikasi dan dilaksanakan
secara intensif, sehingga pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan ke-Islaman
mampu terus mempertahankan eksistensinya dalam menyahuti tuntutan kebutuhan
masyarakat sesuai perubahan zaman.
PERNYATAAN i
ABSTRAK «i
KATA PENGANTAR iv
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Fokus Masalah 7
C. Defmisi Operaional 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 16
E. Asumsi Penelitian 19
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Konsep dasar Pendidikan Luar sekolah 20
B. Konsep dasar Pondok Pesantren 23
C. Pondok Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Luar Sekolah 37 D. Pengembangan Bakat dan Minat Santri di Pondok Pesantren 40 E. Pemaduan Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren dalam upaya
Pengembangan bakat dan Minat santri 42
BAB III METODEOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian 53
B. Daerah Penelitian 53
C. Subyek dan ObyekPenelitian 54
D. Teknik Pengumpulan data 56
E. Teknik Pemeriksaan Keabasahan data 59
F. Teknik Analisis Data 61
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Husnul Khotimah
64
B. Faktor Dominan yang Melatarbelakangi Pemaduan Sistem
Pendidikan di Pondok Pesantren Husnul Khotimah
71
C. Bentuk Keterpaduan Program Pendidikan Pondok Pesantren
Husnul Khotimah
D. Keterpaduan Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Husnul
Khotimah
E. Peran Pemaduan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Husnul
Khotimah
F Dampak pemaduan Sistem Madrasah dan Pendidikan
Keterampilan sebagai Upaya Pembinaan Bakat dan Minat
Santri terhadap Dunia Kewirausahaan
G Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Bakat
dan Minat Santri melalui Pemaduan Sistem Pendidikan Madrasah
dan Pendidikan Keterampilan
HUpaya Mengatasi Hambatan Pembinaan Bakat dan Minat Santri
melalui Pemaduan Sistem Pendidikan Madrasah dan Pendidikan
.. 98
Keterampilan
BAB V PEMBAHASAN
A. Pondok Pesantren Husnul Khotimah sebagai Pondok Pesantren
Modern dan Terpadu
Pendidikan 106
C. Bentuk keterpaduan Program B. Latar Belakang Pemaduan sistem
.... 108
112 D. Keterpaduan Kurikulum
E. Peran Pemaduan Sistem Pendidikan Sekolah dan Pendidikan
Keterampilan dalam Pembinaan bakat dan Minat
F Dampak Pemaduan Kurikulum Pendidikan Madrasah dan
Kurikulum Pendidikan Keterampilan sebagai Upaya Pembinaan
Bakat dan Minat terhadap Dunia Kewirausahaan
IX
salam Pembinaan Bakat dan Minat Santri 120
H. Upaya Mengatasi Berbagai Hambatan
120
I. Temuan Penelitian 126
SAB VI KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
132
B Rekomendasi '34
C Implikasi Hasil Penelitian
]38
DAFTAR PUSTAKA l41
Tabel 1 Perbandingan Jumlah Siswa Putra yang Mengambil Program
Keterampilan dengan Jumlah seluruh Siswa Putra 88
Tabel 2 Perbandingan Jumlah Siswa Putri yang Mengambil Program
Keterampilan dengan Jumlah seluruh Siswa Putri 89
Gambar 1 Hubungan Fungsional antara Komponen Pendidikan Luar Sekolah 23
[image:9.595.158.442.284.558.2]Gambar 2 Hubungan Model Pendekatan PLS Terhadap Pendidikan Sekolah 47 Gambar 3 Susunan Pengurus Pondok Pesantren Husnul Khotimah Manis Kidul
Kecamatan Jalaksana, Kuningan M
Lampiran 1 Surat Keputusan Direktur Program Pascasarjana IKIP Bandung Tentang Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis Program
Pascasarjana (S2) Angkatan 1997/1998 144
Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian Lembaga Pendidikan Islam Pondok
Pesantren Husnul Khotimah 145
Lampiran 3 Data Inventarisasi Bangunan Lembaga Pendidikan Islam Pondok
Pesantren Husnul Khotimah 146
Lampiran 4 Denah Lokasi Kelas dan Asrama Pondok Pesantren Husnul
Khotimah 147
Lampiran 5 Data Pegawai Tetap dan tidak Tetap Pondok Pesantren Husnul
Khotimah 14g
Lampiran 6 Data Statistik Santri Pondok Pesantren Husnul Khotimah Bulan
Januari Tahun 2000 151
Lampiran 7 Jadwal Kegiatan Harian Santri Putra Pondok Pesantren Husnul
Khotimah Tahun Ajaran 1999/2000 152
Lampiran 8 Data Peserta Ekstrakulikuler 10
Lampiran 9 Raport Penilaian Lembaga Tahfidzal Qur'an Khusnul
Khotimah 163
Lampiran 10 Raport Penilaian Penelitian Madrasah Tsanawiyah Islamiah
Khusnul Khotimah 164
Lampiran 11 Raport Penilaian Madrasah Aliah Khusnul Khotimah j^5
Lampiran 12 Buku Raport Madrasah Tsanawiyah Khusnul Khotimah j^
Lampiran 13 Buku Raport Penilaian Madrasah Tsanawiyah Khusnul
Khotimah 167
Lampiran 14 Peta Wilayah Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan , go
A. Latar Beiakang Masalah
Pondok pesantren sebagai perguruan keislaman di bawah asuhan kyai, merupakan salah satu jenis pendidikan luar sekolah yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagai lembaga pendidikan atau perguruan keislaman, pondok pesantren telah berdiri semenjak masa-masa permulaan kedatangan agama Islam di tanah air (Mahmud Yunus, 1979:11). Bahkan akhir-akhir ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan laju perkembangan bangsa. Pondok pesantren yang semula dianggap sebagai lembaga pendidikan tradisional, dan hanya terdapat di daerah pedesaan, kini berkembang sebagai lembaga pendidikan modern dan merambah jauh ke perkotaan, sehingga menjadi pendidikan alternatif bagi sebagian umat Islam. Hal tersebut ditandai dengan menjamurnya pondok pesantren modern di berbagai kota, yang ternyata mendapat respon positif dari masyarakat.
tersebut.
Berbeda dengan pendapat di atas, Martin Van Bruinessen (1995:25) berpendapat bahwa pesantren sebagai perguruan, pertama kali didirikan tahun
1742 di Ponorogo Jawa timur, yaitu Pesantren Tegalsari. Sedangkan
lembaga-lembaga sebelumnya bukan merupakan pesantren. Ditegaskannya lebih lanjut bahwa apa yang disebut pesantren pada masa itu hanya merupakan ekstrapolasi dari pengamatan akhir abad 19. Memang terdapat indikasi bahwa tempat-tempat pertapaan pra-lslam bertahan terus sampai Jawa dilslamkan, bahkan pertapaan baru terus didirikan. Namun tidak jelas apakah semua itu merupakan lembaga pendidikan tempat pengajaran tekstual berlangsung, karena itu pesantren bagi tempat-tempat tersebut patut dipertanyakan. Dengan demikian, Van Bruinessen melihat pesantren merupakan produk asli umat Islam yang menjadi fondasi awal bagi pengembangan dakwah dan pendidikan di daerah Pulau Jawa.
Tanpa harus ditemukan sejarah awalnya serta asal mula nama pesantren, lembaga ini merupakan realitas kekayaan umat Islam di Indonesia yang amat besar, yang dalam perkembangan sejarahnya terus berkembang seiring dengan tuntutan perkembangan masyarakat.
Hingga akhir abad ke 19, sistem pendidikan pesantren belum pernah berubah, terutama dilihat dari segi materi pelajaran dan metode yang diterapkannya. Materi yang diajarkan berkisar pada pelajaran akidah, fiqh, akhlak, dan tafsir. Sedangkan
penerapan metode, terbatas pada metode sorogan dan bandungan dengan pola
arah yang lebih baik, yang ditandai dengan kejelasan pola pengajaran yang
diterapkan serta sarana pendidikan yang disediakan, sehingga terdapat ciri-ciri yang berbeda antara sistem pondok pesantren pada masa awal abad ke 20 dengan abad sebelumnya. (Hasbullah, 1995).
Sesuai dengan tuntutan perubahan dan kebutuhan masyarakat Muslim, sistem pendidikan di pesantren juga terus mengalami perubahan. Pesantren tidak lagi hanya memasukkan pola klasikal dalam penyelenggaraan pendidikannya, tetapi sekaligus memadukan dengan sistem pendidikan lainnya yang dibutuhkan masyarakat, seperti pemaduan dengan madrasah/sekolah sebagai respon kebutuhan asas legalitas pendidikan di masyarakat. Selanjutnya, pemaduan juga dilakukan dengan pendidikan keterampilan, sebagai respon terhadap keahlian tertentu bagi
bekal santri dalam memasuki dunia usaha.
Pemaduan antara pesantren sebagai lembaga pendidikan luar sekolah (khusus b'idang keagamaan) dengan lembaga pendidikan sekolah (madrasah) dan kursus keterampilan (lembaga pendidikan luar sekolah), sangat dimungkinkan karena menurut D. Sudjana (1997) sub sistem pendidikan luar sekolah dimiliki oleh sub sistem sekolah, yakni terdapatnya komponen, proses, dan tujuan.
Seiring dengan sistem pendidikan pesantren yang terus menerus berkembang, maka otomatis perkembangan itu berimplikasi terhadap keanekaragaman jenis
pesantren, baik dari segi fisik bangunan maupun jenis pendidikan yang
diselenggarakan. Menurut Manfred Ziemek (1886:104), dilihat dari fisik
1. Pesantren yang terdiri dari rumah kyai dan mesjid. Pesantren jenis ini pada
mulanya merupakan pesantren tarekat, tetapi sering menjadi cikal bakal dari
suatu pesantren.
2. Pesantren yang terdiri dari rumah kyai, mesjid, dan pondok.
3. Pesantren yang sudah dilengkapi dengan madrasah/sekolah disamping adanya
rumah kyai, mesjid, dan pondok.
4.
Pesantren yang selain sudah memiliki madrasah/sekolah, juga dilengkapi
dengan kursus-kursus keterampilan.
5. Pesantren yang dilengkapi dengan madrasah/sekolah sejak tingkat dasar sampai
ke perguruan tinggi dan kursus-kursus keterampilan.
Dilihat dari jenis pendidikan yang diselenggarakan, Zamakhsyari Dhofier
(1994:41) membagi pesantren menjadi dua jenis, yakni pesantren salafi dan
pesantren khalafi. Pesantren salafi, yaitu pesantren yang tetap mempertahankan
pengajaran kitab-kitab salaf sebagai bagian inti dari pendidikannya. Pendirian
sekolah di pesantren ini lebih dimaksudkan agar pengajaran kitab-kitab tersebut
lebih mudah dilaksanakan. Sedangkan pesantren khalafi, yakni pesantren yang
membuka madrasah/sekolah umum serta memasulckan ke dalamnya pelajaran umum, meskipun tidak meninggalkan tradisi salafnya.
Memahami uraian di atas, dapat dicermati adanya berbagai upaya yang terus
menerus di kalangan pesantren untuk senantiasa merespon tuntutan dan
perkembangan masyarakat, dengan cara mengadopsi sistem pendidikan lain
daiam penyelenggaraan pendidikan pondok pesantren.
Upaya di atas tentu sangat berkaitan dengan peningkatan mutu lulusan yang dituntut mampu beradaptasi dengan kondisi sosial yang berubah dan bergerak maju, atau tantangan kemajuan jaman. Respon pesantren seperti itu, tentu saja menuntut peningkatan kemampuan manajemen pendidikan yang lebih baik. Sebab tanpa manajemen yang memadai dikhawatirkan banyaknya kegiatan yang diikuti santri
akan menurunkan kualitas pendidikan mereka terutama dalam penguasaan
ilmu-iimu agama, dan tidak menutup kemungkinan menggeser tujuan utama pendidikan
pondok pesantren itu sendiri, dengan penguasaan
pengetahuan umum sebagai
tujuan utama, yang menggantikan pendalaman dan penguasaan pengetahuan agama
Islam.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran umat Isiam tentang pentingnya
nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, muncul
kekhawatiran bahwa pendidikan formal atau persekolahan saat ini kurang mampu
mencetak generasi muslim rabbani. Pendidikan sekolah saat ini sekalipun dianggap
penting, namun belum cukup karena ada kecenderungan kurang peduli dengan
penanaman nilai-nilai agama sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian
Muslim.
Apalagi pada saat ini disadari betul bahwa dampak dari modernisasi,
industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadikan perubahan
yang begitu cepat terhadap pola atau gaya hidup, dimana nilai-nilai moral, etika,
profesi, bahkan disertai dengan materi yang berlimpah, tetapi mengalami
kekosongan spiritual, kerohanian, dan rasa keagamaan.
Mengingat permasalahan di atas, muncul pemikiran di kalangan tokoh-tokoh umat Islam atau para kyai di pondok-pondok pesantren untuk menciptakan suatu sistem pendidikan yang diharapkan mampu mencetak generasi muda Muslim Rabbani, yaitu generasi muda muslim yang mampu menghambakan totaiitas kehidupan pribadinya kepada Allah SWT, serta mampu menyiapkan dan menata
kehidupan Islami yang harmonis. Salah satunya adalah dengan memadukan sistem
pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar sekolah, khususnya pendidikan
keterampilan dalam sistem pendidikan pondok pesantren.
Pondok pesantren Husnul Khotimah yang berdiri tahun 1994 di Kabupaten
Kuningan Jawa Barat merupakan salah satu pondok pesantren yang sadar betul akan
pentingnya upaya untuk mencetak generasi muda Muslim Rabbani. Untuk itu di
pondok pesantren ini telah dikembangkan poia pendidikan dengan orientasi tarbiyah
Islamiyah, salafiah, sistematis, terpadu dan baik
Sebagai pondok pesantren modern, dengan memadukan antara sistem
pendidikan sekolah, pendidikan keterampilan, dan pendidikan agama, pesantren
Husnul Khotimah tetap berusaha menyahuti tuntutan kebutuhan masyarakat Islam
sekitar tanpa kehilangan jati dirinya sebagai penggali pengetahuan Islam klasik
yang bersumber kitab salaf Untuk itu proses belajar mengajar dilakukan secara
terpadu dalam satu paket kegiatan yang harus diikuti setiap santri, yakni kegiatan
memasuki kehidupan di masyarakat, serta pendidikan agama dengan fokus pengkajian kitab salaf.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan sekolah (tsanawivah dan alivah) meneacu pada kurikulum Departemen Agama dan mengikuti ujian negara. dipadukan dengan paket pendidikan pesanteren (kajian Kitab Salaf dan Bahasa Arab) serta studi agama (Al Qur'an/Hadits, Fiqh/Syari'ah, Akhlak. Sejarah Kebudayaan Isiam dan Bahasa Arab), serta pendidikan keterampilan sebagai media pengembangan bakat
dan minat santri serta sebaeai kem'atan ekstrakurikuler vane dilaksanakan setian
hari dengan pilihan keterampilan perkebunan, menjahit sablon, dan keterampilan kewanitaan. Sebagai langkah daiam mengantarkan pencapaian tujuan ideal pondok pesantren di atas; maka para santri diwaiibkan bermukin di asrama di bawah pengawasan dan bimbingan para pengasuh/ustadz
Rerdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka fokus penelitian ini tertuju pada upaya untuk mengkaji lebih jauh tentang pelaksanaan pemaduan sistem pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah yang diiakukan di pondok pesantren Husnul Khotimah tersebut dalam upaya pengembangan bakat dan minat para santri,
B. Fokus Masalah
Secara konseptual, pelaksanaan di atas terkait erat dengan beberapa
dimensi, yaitu dimensi pondok, latar belakang pemikiran pemaduan, program
pendidikan, kurikulum, dampak terhadap minat kewirausahaan, faktor penghambat dan pendorong, dan upaya mengatasinya Sehubungan dengan itu, agar dalam penelitian ini diperoleh gambaran yang utuh dan komprehensif tentang fokus
penelitian di atas, maka secara rinci pertanvaan nenelitian ini danat dirinci atau dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:
1 Bagaimana gambaran umum tentang Pondok Pesantren Husnul Khotimah7 2 Apa faktor dominan yang melatarbelakangi pemaduan sistem pendidikan
sekolah dan pendidikan luar sekoiah di Pondok Pesantren Husnul Khotimah0 3. Bagaimana bentuk keterpaduan program pendidikan di Pondok Pesantren
Husnul Khotimah, ditinjau dari dimensi Pendidikan sekolah dan pendidikan
luar sekolah0
4. Bagaimana keterpaduan kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Husnul Khotimah disusun dan dilaksanakan?
5 Bagaimana peran pemaduan sistem pendidikan madrasah dan pendidikan
keterampilan di Pondok Pesantren Husnui Khotimah dalam rangka pembinaan
bakat dan minat siswa?
6. Bagaimana dampak pemaduan sistem pendidikan madrasah dan pendidikan keterampilan di Pondok Pesantren Husnul Khotimah sebagai upaya pembinaan bakat dan minat santri terhadap dunia kewirausahaan?
7. Apa faktor-faktor penghambat dan pendukung upaya pemaduan sistem
8. Apa upaya-upaya yang dilakukan Pondok Pesantren Husnul Khotimah dalam mengatasi berbagai hambatan pembinaan bakat dan minat santri melalui pemaduan sistem pendidikan madrasah dan pendidikan keterampilan?
Perlu ditegaskan bahwa Pondok Pesantren Husnul Khotimah memiliki santri
putra dan putri. Sekalipun secara organisatoris dan administratif pengelolaan santri
putra maupun putri disatukan, namun secara teknis seluruh pelaksanaan program
pembinaan dipisahkan. Mengingat berbagai hal, sekalipun secara umum aktivitas
pembinaan yang berkaitan dengan santri putri dibahas, namun secara khusus fokus
penelitian ini dibatasi pada aktivitas pondok yang berkaitan dengan pembinaan
santri putra.
C. Definisi Operasional
Sejalan dengan fokus penelitian yang diajukan, variabel utama penelitian ini
adalah pemaduan sistem pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah dalam
upaya pengembangan bakat dan minat santri.
1. Keterpaduan
Keterpaduan dapat diartikan sebagai perihal tentang sesuatu yang sudah
disatukan atau dilebur menjadi satu (Depdikbud, 1995:713) Jadi keterpaduan
berarti peleburan dau hal atau lebih dalam satu kesatuan yang utuh dan
terintegrasi.
2. Sistem
Sistem dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian,
berhubungan, dan saling berpengaruh. Perubahan dalam satu bagian (sub sistem)
akan mempengaruhi bagian (sub sistem) yang lain.
3. Pendidikan sekolah.
Pendidikan sekolah sering disebut dengan pendidikan formal. Menurut Coombs (1973, dalam Sudjana, 1986:20):
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur,
bertingkat, berjenjang, dimuiai dari sekolah dasar sampai dengan
nermiruan tineei dan vans setaraf dengannva. termasuk ke dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum. program spesialisasi. dan latihan profesionaf yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.
Menurut Unesco (Sudjana, 1986) salah satu ciri pendidikan sekolah adalah
adanya keketatan dan keseragaman yang tinggi dalam bentuk dan isi program untuk setian satuan jenis dan jenjang pendidikan. Berdasarkan uraian tersebut dimaksudkan dengan pendidikan sekolah adalah seperangkat kegiatan yang dilakukan secara sistematis, berstruktur, bertingkat, dan berjenjang mulai dari
tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi atau yang setaraf
' dengannva, yang dicirikan dengan keseragaman yang tinggi dalam bentuk dan
isi program untuk setiap jenis dan jenjangnya, karena dilaksanakan berdasar
kurikulum yang baku.
Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan pendidikan sekolah adalah
pendidikan Madrasah, baik Madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah
4. Pendi di kan 1uar sekol ah
Dalam Peraturan Pemrintah No. 73 Tahun 1991 Pasal 1 ayat 1 disebutkan
luar sekolah baik dilembagakan maupun tidak, Sedangan pada Bab TIT nasal 3 ayat
1 disebutkan bahwa: "Jem's pendidikan luar sekolah terdiri dari pendidikan umum, pendidikan keagamaan, pendidikan jabatan kerja, pendidikan kedinasan dan pendidikan kejuruan", Menurut Coombs (1973, dalam Sudjana, 1996:19) termasuk pendidikan luar sekolah adalah pendidikan non formal dan pendidikan
informal,
Berdasarkan uraian di atas Pendidikan l.uar Sekolah dapat diartikan sebagai keseluruhan kegiatan yang dilaksanakan di luar sistem pendidikan persekolahan, baik pendidikan non formal maupun informal yang memungkinkan seseorang atau kelompok dapat melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan belajarnya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini lingkup pendidikan luar sekolah dibatasai pendidikan keterampilan, yaitu suatu program pendidikan untuk memperluas, meningkatkan, dan mempersiapkan peserta didik atau warga belaiar memasuki dunia kerja
5: Pembinaan
sebagai segala daya dan upaya yang sengaia dirancang dan dilaksanakan secara
berdaya guna dalam rangka memperoleh hasil yang lebih baik
6, Bakat
Bakat adalah dasar (kepandaian, sifat, dan pemhawaan) yang dihawa dari lahir (Depdikbud, 1995:81). Menurut Suhino (1986:16) bakat adalah
kemampuan dasar individu (basic/potential ability) yang apabila melalui proses nendidikan atau latihan tertentu akan menyatakan diri dalam bentuk
kemampuan Sedangkan menurut SC Utami Munandar (1985:17) bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Berdasarkan uraian di atas bakat dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam bidang kehidupan tertentu yang dihawa
sejak lahir dan sifatnya potensial, serta akan menyatakan diri dalam bentuk
prestasi, walaupun hanya dengan sedikit sentuhan pendidikan atau latihan
tertentu.
7. Minat
Minat sinonim dengan interes, dan dapat diartikan sebagai ketertarikan
individu pada suatu bidang tertentu yang dianggapnya mampu memberikan
kepuasan
Sejalan dengan pengertian-pengertian di atas, secara operasional dapat
ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan keterpaduan sistem pendidikan sekolah
dan pendidikan luar sekolah dalam upaya pembinaan bakat dan minat adalah
bagaimana peleburan antara sistem pendidikan madrasah (tsanawiyah dan aliyah)
Agama dengan pendidikan keterampilan yang disusun dan dilaksanakan
berdasarkan kurikulum yang dibuat oleh pondok pesantren tersebut menjadi satu
kesatuan yang teratur, terintegrasi, dan harmonis dalam kaitannya dengan upaya menumbuhkembangkan ketertarikan dan keunggulan potensi yang dimiliki siswa
pondok pesantren yang dilaksanakan melalui herhagai aktivitas pembelajaran.
Rila dikaitkan dengan rincian fokus penelitian yang diajukan. maka dapat
diielaskan bahwa yang dimaksud dengan dimensi iatar helakang pemikiran nemaduan sistem nendidikan adalah visi, misi, dan tujuan yang mendasari upaya
peleburan antara sistem madrasah dengan pendidikan keterampilan tersebut menjadi
satu kesatuan yang terintegrasi Keterpaduan program pendidikan berarti
keseluruhan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan dalam rangka mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya Keterpaduan program kurikulum berarti keseluruhan program nengalaman belajar yang sengaja dirancang untuk mencapai
tujuan pemaduan program,
Sedang bentuk keterpaduan program adalah keseluruhan program pembinaan
pendidikan yang ada dan dilaksanakan di lingkungan pondok pesantren, baik
program pendidikan sekolah maupun program pendidikan luar sekolah. Sedangkan
untuk menilai dampak keterpaduan terhadap pembinaan bakat dan minat siswa,
dilakukan dengan melihat indikator jumlah peserta, kesungguhan dalam mengikuti
program tersebut, ketertarikan, dan pandangannya terhadap program tersebut
terhadap pembinaan dan pengembangan bakat dan minatnya.
bagaimana pengaruh langsung ataupun tidak langsung dari pemaduan sistem
pendidikan, khususnya pelaksanaan pendidikan keterampilan yang diselenggarakan
oleh
pondok
pesantren
tersebut
terhadap
pandangannya
tentang
dunia
kewirausahaan. Sedangkan faktor penghambat adalah faktor-faktor yang diduga
menjadi perintang, penghalang, atau pembatas upaya pencapaian tujuan Dalam
kaitannya dengan penelitian ini, faktor penghambat dibatasi pada faktor-faktor yang
sifatnya internal (faktor santri, pembina pondok, pengajar dan fasilitas), dan faktor
eksternal yaitu faktor-faktor di luar pondok pesantren. Sedangkan faktor pendukung adalah faktor-faktor yang secara potensial memberikan kemudahan dan kelancaran
sehineeoa mamnu memberikan sumbangan terhadap keberhasilan pelaksanaan
program
Sedangkan upaya mengatasi hambatan adalah upaya-upaya yang
dilakukan dalam rangka menanggulangi berbagai hambatan, rintangan, halangan,
atau pembatas upaya pencapaian tujuan.
Sejalan dengan uraian di atas, secara rinci dapat dijelaskan bahwa
variabel-variabel yang akan diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini adalah:
1. Gambaran umum Pondok Pesantren Husnul Khotimah, ditinjau dari latar
belakang dan sejarah singkat, program pendidikan dan kurikulum, struktur
organisasi, kondisi santri, pembina, dan sarana pondok
2. Faktor dominan yang melatarbelakangi pengintegrasian kurikulum pendidikan
persekolahan dan pendidikan luar sekolah dalam kaitannya dengan upaya
pengembangan bakat dan minat santri, ditinjau dari visi, misi, dan tujuan yang
3, Bentuk-bentuk keterpaduan program pendidikan sekolah dan pendidikan luar
sekolah, ditinjau dari jenis program pendidikan yang dikembangkan dan
pengelolaannya.
4 Keterpaduan kurikulum pendidikan sekolah dan kurikulum pendidikan
keterampilan yang diterapkan di pondok dalam rangka pembinaan bakat dan
minat santri, ditinjau dari aspek perencanaan dan pelaksanaannya
5. Peran program keterpaduan pendidikan madrasah dan pendidikan keterampilan
dalam pembinaan bakat dan minat santri, ditinjau dari jumlah peserta, pandangan-pandangannya, dan alasan-alasan yang mendasarinya
6 Dampak pemaduan pendidikan madrasah dan pendidikan keterampilan sebagai
upaya pembinaan bakat dan minat santri terhadap dunia kewirausahaan, ditinjau
siswa terhadap dunia kewirausahaan setelah lulus sekolah dan faktor dominan
yang melatarhelakangi.
7 Faktor-faktor dominan yang menjadi penghambat, perintang, atau penghalang
maupun pendorong upaya pembinaan bakat dan minat santri melalui
pengintegrasian kurikulum pendidikan madrasah dan kurikulum pendidikan
keterampilan, ditinjau dari aspek pembina pondok, staf pengajar, fasilitas, dan
santrinya.
8. Upaya-upaya nyata yang dilakukan dalam mengatasi berbagai hambatan,
perintang, atau penghalang dalam pengembangan bakat dan minat santri melalui
pengintegrasian kurikulum pendidikan madrasah dan kurikulum pendidikan
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan pelaksanaan pemaduan sistem pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah, dalam hal ini pendidikan madrasah dan nendidikan keteramnilan. dalam rani»ka neneembanaan bakat dan minat santri, yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kab. Kuningan Jawa Barat
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah memperoleh seperangkat data yang akurat, rinci, obyektif. dan ternercaya tentang pemaduan sistem pendidikan madrasah (tsanawiyah dan aliyah) dengan pendidikan keterampilan dalam upaya pengembangan bakat dan minat santri di atas dari berbagai sumber informasi terkait (pengelola pondok, staf pengajar, dan para santri), baik melalui teknik wawancara, observasi, maunun studi dokumentasi. Sesuai dengan fokus masalah yang diajukan, data tersebut meliputi data tentang:
a. Latar belakang dan sejarah singkat, program pendidikan dan kurikulum, struktur organisasi, kondisi santri dan alumni, pembina, serta sarana Pondok
Pesantren Husnul Khotimah.
b. Faktor dominan yang melatarhelakangi pelaksanan pemaduan sistem
pendidikan madrasah dan pendidikan keterampilan yang dilakukan oleh
Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kab. Kuningan, ditinjau dari visi, misi, dantujuannya..
pelaksanaannya
d Penyusunan dan pelaksanaan kurikulum pendidikan madrasah dan kurikulum pendidikan keterampilan dalam kaitannya dengan upaya pembinaan bakat dan
minat siswa
e Pengetahuan. keterampilan, dan ketertarikan santri dalam mengikuti program keterampilan sebagai upaya pengembangan bakat dan minatnya yang
dilakukan melalui pemaduan sistem pendidikan di pondok pesantren tersebut. f Jumlah siswa yang mengikuti program nendidikan keterampilan,
pandangannya terhadap pragram tersebut , dan aiasan-alasan yang mendasari nemramhilan nroeram nendidikan keteramnilan tersebut dalam kaitannya dengan bakat dan minat mereka
g Pandangan dan ketertarikan siswaterhadap dunia kewirausahaan siswa setelah mereka lulus dari pondok pesantren, serta aiasan-alasan yang mendasarinya h Faktor-faktor dominan yang menjadi penghambat, perintang, atau penghalang
maupun pendorong upaya pembinaan bakat dan minat santri melalui
pengintegrasian kurikulum pendidikan madrasah dan kurikulum pendidikan
keterampilan, ditinjau dari aspek pembina pondok, staf pengajar, fasilitas,
dan siswanya.
i Upaya-upaya nyata yang dilakukan dalam mengatasi berbagai hambatan, perintang, atau penghalang dalam pengembangan bakat dan minat siswa melalui pengintegrasian kurikulum pendidikan madrasah dan kurikulum
pendidikan keterampilan, ditinjau dari pihak pengelola pondok, pengajar, dan
Berdasarkan temuan lapangan pelaksanaan pemaduan sistem pendidikan
sekolah dan luar sekolah dalam upaya peminaan bakat dan minat santri di
Pondok Pesantren Husnul Khotimah di atas,
selanjutnya dijadikan sebagai
masukan utama dalam memberikan rekomendasi terhadap unaya-upaya
nerbaikan program yang dilaksanakan, sehingga upaya tersebut dapat lebih
berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan
2. Manfaat Penelitian
Secara teoretis manfaat penelitian dapat difungsikan dalam dua segi,
yakni memperkuat (menetapkan teori yang telah ada sebelumnya) dan menolak
atau memperbaiki teori lama (teori sebelumnya). Pada fungsi yang nertama,
nenelitian danat berfungsi untuk melegimitasi teori lama sebagai upaya
neneembanean vano lebih luas. Sedangkan pada fungsi ke dua, adalah untuk
mengoreksi atau menggantikan teori lama dengan teori baru yang ditemukan.
Dengan demikian secara teoritis manfaat penelitian ini adalah sebagai upaya
• pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pemaduan sistem
pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah dalam kaitannya dengan upaya
pembinaan atau pengembangan bakat dan minat santri di pondok pesantren,
Secara praktis penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai alat evaluasi
dalam pelaksanaan pendidikan di pondok pesantren yang telah memasukkan
unsur pendidikan persekolahan dan pendidikan keterampilan dalam kaitannya
dengan pembinaan atau pengembangan bakat dan minat santri. Dengan demikian
bagi lembaga yang diteliti, akan sangat bermanfaat sebagai masukan atau
peningkatan, atau bahkan koreksi manakala terdapat kebijakan atau langkah yang
kurang tepat. Di samping itu juga sangat bermanfaat bagi langkah penelitian
berikutnya, dalam upaya pengembangan pendidikan di pondok pesantren,
E. Asumsi Penelitian
Penelitian ini berangkat dari sejumlah asumsi sebagai berikut:
1 Pendirian pondok pesantren Husnul Khotimah di Kabupaten Kuningan Jawa
Barat, yang pelaksanaan program pendidikannya dilakukan melalui pemaduan
sistem pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah dilandasi oleh nemikiran
tertentu menuju terwujudnya generasi muda Muslim Rabbani,
2 Agar pencapaian tujuan pelaksanaan pemaduan sistem pendidikan sekolah dan
pendidikan luar sekolah di pondok pesantren berlangsung secara efektif dan
efisien, maka diperlukan dukungan satuan program pembinaan pendidikan dan
kurikulum yangberbeda dengan pondok pesantren tradisional
3. Pelaksanaan pembinaan bakat dan minat santri yang dilaksanakan pondok
pesantren, disamping sebagai media penyaluran, pembinaan, dan pengembangan
bakat dan minat santri, kemungkinan juga berdampak pada minat mereka
terhadap dunia kewirausahaan setelah mereka lulus dari pondok,
4. Sekalipun program pembinaan bakat dan minat santri melalui pemaduan sistem
pendidikan sekolah dan luar sekolah telah direncanakan secara matang,
sistematis, dan terprogram, namun dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari
berbagai hambatan, rintangan, atau tantangan, baik yang sifatnya internal
maupun eksternal. Untuk itu diperlukan upaya-upaya khusus sesuai dengan
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Lexy J. Moleong (1997:27) menyatakan bahwa: "Pendekatan
fenomenologi berusaha mengerti subyek dari segi pandangan mereka sendiri".
Sedangkan metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dikarenakan data yang dikumpulkan bersifat kaulitatif Hal ini sesuai dengan pendapat S. Nasution
(1996:18) bahwa:
Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik. Disebut kaulitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi atau diatur dengan eksperimen atau tes".
B. Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kab. Kuningan Jawa Barat, yang didirikan pada tanggal 2 Mei 1994. Pondok Pesantren Husnul Khotimah merupakan suatu pondok pesantren modern dan terpadu dalam keselumhan program pendidikan yang dilaksanakan, yang meliputi program transformasi ilmu pengetahuan dan bahasa, program penanaman nilai-nilai Islam dan akhlaqul karimah, serta program da'wah dan pengarah menuju kehidupan
yang diridhoi Allah SWT. Untuk mendukung pelaksanaan program tersebut Pondok Pesantren Husnul Khotimah, mencoba memadukan tiga kurikulum menjadi satu kesatuan, yaitu kurikulum tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah,
kurikulum pendidikan keterampilan, dan kurikulum/manhaj salaf yang semuanya
digarap dengan metode pendidikan dan sarana yang modern.
Sejalan dengan fokus penelitian yang diajukan dalam penelitian ini, maka pelaksanaan penelitian akan dilakukan dalam berbagai latar yang bervariasi. Mulai dari situasi formal dalam pengajaran di sekolah/madrasah yang dilaksanakan pagi sampai siang hari, pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler/pendidikan keterampilan sebagai upaya pembinaan bakat dan
minat santri yang diselenggarakan siang hari sampai sore hari, sampai pada situasi pendalaman ilmu agama melalui telaah kitab-kitab salaf sebagai inti kegiatan pondok pesantren yang dilaksanakan pada malam hari.
Dalam kaitannya dengan upaya pengembangan atau pembinaan bakat dan
minat santri, penelitian akan dilakukan dalam latar yang juga bervariasi. Seperti
pada saat santri mengikuti kegiatan di kelas maupun kegiatan praktek di luar kelas
atau di lapangan, terhadap semua bidang keterampilan yang diselenggarakan.
Melalui latar yang bervariasi di atas, diharapkan diperoleh data yang
obyektif, akurat, komprehensif, dan alamiah sehingga mampu menggambarkan
keadaan yang sesungguhnya sesuai dengan fokus penelitian yang diajukan.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif subyek penelitian adalah semua orang yang
dapat dijadikan sebagai sumber informasi. Sejalan dengan fokus yang diajukan dalam penelitian ini, subyek penelitian tidak terbatas pada kyai yang
yang mampu menjadi sumber informasi langsung dari masalah yang diteliti. Dengan demikian diperoleh data yang obyektif, akurat, terpercaya, rinci, dan komprehensif.
Untuk itu dijadikan subyek dalam penelitian ini disamping kyai adalah ustad/ustadah, tenaga pengajar di madrasah, pembimbing pendidikan keterampilan, maupun para santri itu sendiri.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, sesuai dengan kedalaman dan keluasan data penelitian yang ingin diperoleh, serta kedudukan. peran, dan kewenangan kyai sebagai pimpinan pondok pesantren, maka posisi kyai dijadikan sebagai responden. Artinya sebagai sumber informasi utama dari masalah yang diteliti. Sedangkan posisi ustad/ustadah, staf pengajar madrasah, pembimbing keterampilan, dan para santri dijadikan sebagai informan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui: (1) observasi situasi yang wajar, sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja. (2) wawancara terbuka terhadap subyek penelitian, dan (3) studi dokumentasi. Data
yang terkumpul dideskripsikan secara rinci yang dituangkan dalam bentuk
laporan dan uraian, sehingga dapat diketahui maknanya.
Karakteristik yang khas dari penelitian kualitatif yaitu kedudukan peneliti sebagai alat dan metode penelitian yang digunakan. Artinya instrumen dalam
penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Dalam penelitian kualitatif peneliti adalah
key instrumen atau alat peneliti utama (S. Nasution, 1996). Kedudukan peneliti adalah sebagai perencana. pengumpul, analisis, dan penafsir data, serta menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.
Peneliti melakukan observasi partisipasi (pengamatan berperan serta) untuk mengamati dan mendengarkan secermat mungkin berbagai hal yang berkaitan dengan subjek penelitian dan selama itu pula data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis.
Agar peneliti sebagai alat penelitian dapat menjalankan fungsi dan
perannya dengan baik, maka diperlukan beberapa alat bantu. Beberapa alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman singkat wawancara. buku
catatan hasil wawancara dan observasi. Alat bantu ini tidak digunakan sebagai
agar peneliti datang ke lapangan sudah dengan maksud memperoleh data
tertentu, serta mencatat secara garis besar hasilnya sebelum dideskripsikan lebih
jelas dan rinci.
Untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang fokus penelitian
yang diajukan, maka diperlukan berbagai teknik pengumpulan data yang relevan.
Teknik pengumpul data tersebut meliputi observasi partisipan. wawancara pada
subjek penelitian. dan studi dokumentasi.
1. Observasi Partisipasi
Observasi partisipasi (pengamatan berperan serta) dilakukan untuk mengamati secermat mungkin berbagai hal yang berkaitan dengan subjek penelitian dan selama itu pula data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis.
Observasi partisipasi ini terjadi selama peneliti menghabiskan waktunya
bersama subyek penelitian untuk mengamati berbagai aktivitas yang dilakukan
terutama dalam mengikuti dan mengerjakan berbagai aktivitas belajar, baik
yang sifatnya kurikuler di sekolah maupun ekstrakurikuler dalam pendidikan keterampilan). baik yang dilakukan di kelas maupun di luar kelas. khususnya yang berkaitan dengan upaya pengembangan bakat dan minat santri, serta memonitor secara langsung sikap, reaksi dan tanggapan santri terhadap aktivitas belajar yang dilakukan..
Selama proses penelitian berlangsung, peneliti sekaligus mencatat segala
menjawab fokus penelitian ini.
Secara khusus data yang ingin diperoleh melalui kegiatan observasi adalah pelaksanaan pembinaan bakat dan minat santri, ketertarikan atau kesediaan santri untuk mengikuti program pendidikan, serta faktor penghambat dan upaya nyata dalam mengatasinya.
2. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini sifatnya terbuka dan tidak terbatas serta dalam bentuk dialog semi teratur pada setiap anggota subjek penelitian. baik terhadap kyai, ustadAustadah, staf pengajar, pembimbing keterampilan,
maupun para santri.
Data yang ingin diperoleh melaui kegiatan wawancara terutama tentang gambaran umum pondok, latar belakang pemikiran pemaduan sistem pendidikan yang dilakukan, bentuk program, kurikulum, peran pemaduan,
dampak pemaduan terhadap kewirausahaan, faktor penghambat, maupun upaya mengatasi hambatan.
Secara umum, wawancara dilakukan untuk menggali lebih jauh permaalahan-permasalahan yang diajukan, sehingga diperoleh data yang luas, mendalam, dan komprehensif. Data hasil wawancara juga berfungsi untuk melengkapi data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang lain.
3. Studi dokumentasi
adalah catatan-catatan belajar harian siswa. Sedangkan dokumen resmi yang digunakan dalam penelitian ini terutama adalah data siswa/santri, lulusan,
jadwal kegiatan, serta laporan-laporan kegiatan yang dilaksanakan oleh pondok
dalam melaksanakan program pembinaan bakat dan minat santri.
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menilai apakah data yang diperoleh dari lapangan sahih atau tidak.
maka perlu dilakukan pemeriksaan secara seksama dan teliti. Data yang dianalisis hanya data yang benar-benar sahih, baik dilihat dari segi substansi data, sumber data, maupun teknik pengambilan datanya.
Berkenaan dengan itu, dalam penelitian ini pemeriksaan keabsahan data dilakukan melalui tiga (3) cara, yaitu : diskusi rekan sejawat, triangulasi, dan
auditing.
1. Diskusi rekan sejawat
Setiap langkah yang dilakukan oleh peneliti dan data yang diperoleh diupayakan selalu didiskusikan dengan teman seprofesi yang dianggap tahu banyak tentang permasalahan yang diteliti, sehingga dicapai kesepakatan terhadap data yang dianggap valid. Rekan sejawat tersebut antara lain rekan sekerja peneliti di STAIN Cirebon dan teman-teman di PPS UPI Bandung.
Selanjutnya data hasil kesepakatan tersebut dikonfirmasikan lebih
lanjut kepada konsultan peneliti (pembimbing) untuk dimintai penilaiannya
berkenaan dengan kesepakatan yang telah diambil tadi, maupun dengan
menjamin kesahihan dan keabsahan data penelitian.
2. Triangulasi
Teknik ini digunakan untuk mengecek secara silang terhadap data yang
telah diperoleh dari sumber utama. Dalam penelitian ini data utamanya ialah
hasil observasi partisipasi peneliti pada saat subjek penelitian mengikuti
berbagai aktivitas dalam upaya pengembangan bakat dan minat santri. Untuk
menilai apakah data yang diperoleh dari sumber utama itu sahih. maka
peneliti melakukan cek kepada kyai, ustad/ustadah, staf pengajar. maupun
guru pembimbing keterampilan.
Data hasil wawancara yang dilakukan terhadap subyek penelitian
selanjutnya juga perlu dikonfirmasikan dengan data pokok (data hasil
observasi partisipasi dan data dokumentasi). Jika data utama tersebut sesuai
dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara, menunjukkan bahwa data
tersebut sahih. Demikian pula apabila di antara data utama ada yang tidak
cocok atau tidak didukung oleh data hasil wawancara, maka data tersebut dapat diabaikan karena dianggap tidak sahih.
3. Auditing
Teknik auditing yang digunakan dalam penelitian ini meliputi proses
inklusi dan eklusi data, yang sebenarnya dilaksanakan pada saat atau
bersamaan dengan teknik pertama (diskusi teman sejawat) dan teknik kedua
(triangulasi).
yang diperoleh itu relevan dengan masalah penelitian, kalau tidak maka data
tersebut dikeluarkan atau diganti dengan data baru yang dianggap lebih
relevan.
Dengan menggunakan ketiga teknik pemeriksaan keabsahan data di
atas, diharapkan dapat menambah keyakinan peneliti bahwa data yang akan
diolah dan dianalisis merupakan data yang sahih. sehingga kesimpulan yang
diambil juga merupakan kesimpulan yang benar. Dengan demikian
faktor-faktor tertentu yang dapat mencemari validitas internal maupun eksternal
dapat diantisipasi sedini mungkin.
F. Teknik Analisis Data
Jawaban terhadap masalah penelitian memerlukan sejumlah data kualitatif
yang berasal dari sumber-sumber data yang telah ditetapkan.
1. Proses Pencatatan Data
Untuk menganalisis data penelitian, maka keseluruhan data yang
diperoleh dalam penelitian ini dicatat secara seksama dan sistematis melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
a). Mengorganisasikan Data
Sebelum melaksanakan pencatatan data terlebih dahulu dilakukan
pencatatan data yang diperlukan sesuai dengan fokus dan tujuan
penelitian. Setelah dikaji secara seksama ditetapkan delapan kelompok
1) Gambaran umum Pondok Pesantren Husnul Khotimah.
2) Latar belakang pemikiran pelaksanaan program pemaduan sistem pendidikan.
3) Bentuk keterpaduan program pendidikan sekolah dan pendidikan luar
sekolah
4) Keterpaduan kurikulum pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di pondok.
5) Peran pemaduan sistem pendidikan dalam rangka pembinaan bakat dan
minat santri.
6) Dampak pelaksanaan program pemaduan terhadap dunia kewirausahaan
santri.
7) Faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan program pemaduan sistem pendidikan.
8) Upaya yang dilakukan pondok pesantren dalam mengatasi berbagai
hambatan.
Kedelapan kelompok data di atas, terutama dalam kaitannya dengan upaya pengembangan bakat dan minat santri.
Proses pencatatan data tersebut dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung, sehingga dapat dihimpun data yang
lengkap dan akurat. Dengan demikian validitas dan objektivitas data
b). Merangkum data
Data yang telah diorganisir kemudian dirangkum dalam bentuk yang lebih sederhana, sehingga lebih memudahkan dalam melakukan analisis dan
interpretasi terhadap data yang terkumpul. Setelah data dirangkum selanjutnya data siap untuk diinterpretasikan dan dianalisis lebih lanjut.
2. Analisis Data
Ada beberapa langkah yang ditempuh dalam melakukan analisis terhadap data yang diperoleh, baik dari hasil observasi, wawancara maupun data hasil
studi dokumentasi, yaitu:
a. Mendeskripsikan Data
Deskripsi data dilakukan dengan menguraikan data secara lengkap dan detail sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan dan
dilakukan secara berurutan sesuai dengan fokus masalah yang diajukan.
•b. Menganalisis Data
Untuk menganalisis data, maka berdasarkan deskripsi yang telah
dilakukan kemudian direkapitulasi menjadi satu kesatuan sesuai dengan
fokus masalahnya, selanjutnya berdasarkan deskripsi tersebut dilakukan
penginterpretasian data sehingga diketahui maknanya dengan lebih jelas sebagai dasar pengambilan kesimpulan. Terakhir dilakukan pembahasan lebih lanjut terhadap temuan penelitian dengan telaah berdasarkan kajian
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Telah dijelaskan dalam Bab I bahwa penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren
Modern Husnul Khotimah di Desa Maniskidul Kecamatan Jalaksana Kabupaten
Kuningan Jawa Barat yang dalam program pendidikannya telah memadukan
unsur-unsur pendidikan sekolah dengan pendidikan luar sekolah, termasuk pendidikan
keterampilan, dengan tujuan utama untuk memperoleh data tentang misi, visi, dan
tujuan pemaduan program, bentuk keterpaduan program dan kurikulum, peran
pemaduan sistem pendidikan madrasah dan pendidikan keterampilan dalam pembinaan
bakat dan minat santri, dampaknya terhadap dunia kewirausahaan, faktor penghambat
dan pendukung, serta upaya mengatasinya.
Selanjutnya dalam Bab IV telah dipaparkan secara rinci tentang hasil temuan
lapangan sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Namun, untuk memaknai lebih
lanjut tentang temuan-temuan tersebut, kiranya perlu dilakukan pembahasan.
Dalam bab ini, penulis mencoba untuk melakukan pembahasan tersebut, sehingga
temuan-temuan penelitian ini dapat memberikan gambaran yang lebih bermakna.
A. Pondok Pesantren Husnul Khotimah sebagai Pondok Pesantren Modern dan
Terpadu
Sudjoko Prasodjo (1994:24) menegaskan bahwa suatu pondok pesantren
dapat dikatakan modern atau terpadu apabila dalam keselumhan program
pembinaan terhadap para santrinya telah memadukan tradisi pesantren dengan
sistem pendidikan lainnya, sedang bila ditinjau dari fasilitasnya minimal terdiri dari Mesjid, rumah kyai, pondok, dan madrasah.
Kenyataan bahwa Pondok Pesantren Husnul Khotimah di Kuningan Jawa Barat telah memiliki seperangkat program pendidikan yang tidak mengkhususkan diri pada ilmu keagamaan melalui pengkajian kitab salaf, tetapi juga pendidikan
umum, serta terdapatnya kelengkapan fasilitas yang lebih dari sekedar Mesjid,
mmah kyai, pondok (asrama), dan madrasah, membuktikan bahwa pondok pesantren Husnul Khotimah tersebut dapat diklasifikasikan sebagai suatu Pondok Pesantren Modern dan terpadu.
Telah ditegaskan sebelumnya bahwa Pondok Pesantren Husnul Khotimah dalam keselumhan pembinaan terhadap para santrinya tidak sekedar memfokuskan diri pada pengkajian ilmu-ilmu kauli yaitu ilmu-ilmu keagamaan yang bersumber pada Al-Qur'an dan Al-Hadits melalui Kitaf Salaf, Kitab Klasik atau Kitab Kuning, tetapi secara simultan juga dibarengi dengan pengkajian ilmu kauni yaitu ilmu pengetahuan umum mutakhir melalui sistem pendidikan persekolahan (madrasah)
maupun program pendidikan lainnya, guna menyahuti pembahan dan tuntutan zaman. Ditegaskan oleh Suwendi (Marzuki Wahid, dkk., 1999:217) bahwa
pesantren modern berarti pesantren yang selalu tanggap terhadap pembahan dan
tuntutan zaman, berwawasan masa depan, selalu mengutamakan prinsip efektifitas,
efisiensi, dan sejenisnya. Keterpaduan juga mencerminkan pandangan bahwa modernisasi bukan diterima sebagai masalah, tetapi sebagai tantangan yang hams
dihadapi secara arif dan bijaksana. Dijelaskan oleh Jamali (Marzuki Wahid, dkk.,
mengingkari realita yang terjadi di dunia ini. Karena itu langkah yang arif adalah selain pesantren hams mempertahankan nilai-nilai keteladanan Nabi Muhammad dan para sahabatnya, pesantren tidak boleh menutup diri dari mengambil manfaat dan nilai-nilai yang baik dari peradaban modern, sebab islam telah memiliki filter atas dampak negatif yang diakibatkannya. Dengan demikian apa yang dilakukan oleh pondok pesantren Husnul Khotimah adalah bukti keterbukaan pondok terhadap transformasi dan dinamika sosial budaya yang terns berlangsung di
tengah-tengah masyarakat sebagai dampak modernisasi di berbagai bidang kehidupan. Pilihan pondok pesantren Husnul Khotimah juga dipandang tepat, mengingat bahwa pondok pesantren model ini akan menjadi model alternatif dalam pemberdayaan pesantren dalam menghasilkan sumber daya manusia unggul baik ditinjau dari aspek spiritual maupun intelektual. Seperti dituturkan Mohammad Ali
(Marzuki Wahid, dkk., 1999:178-180) bahwa dalam menyikapi permasalahan
penyelenggaraan pendidikan, dimana pendidikan yang berciri umum porsi keagamaan kurang memadai, serta faktor-faktor yang mendasari reorientasi pendidikan di pesantren, seperti pergeseran dalam kegiatan ekonomi, pergeseran sistem nilai dan budaya, pergeseran jenis dan kualifikasi pekerjaan, makin menonjolnya orientasi nilai tambah, terjadinya transformasi struktur masyarakat,
tenaga pendidikan, proses pendidikan, sarana dan prasarana, maupun
penyelenggaraannya.
Sebagai pondok pesantren modern, dalam keseluruhan program pembinaannya Kyai atau Ustadz di Pondok Pesantren Husnul Khotimah tidak sekedar memposisikan diri sebagai pengajar agama, tetapi sekaligus juga memposisikan diri sebagai guru yang harus mengajar ilmu pengetahuan umum melalui program pendidikan persekolahan (madrasah) maupun program pendidikan lainnya (bahasa, umum, maupun keterampilan). Kedudukan santri juga tidak semata-mata sebagai seorang yang mengkhususkan diri untuk belajar agama, tetapi juga sekaligus sebagai siswa yang hams belajar ilmu pengetahuan umum, melalui sekolah atau pendidikan luar sekolah. Dengan demikian diperoleh pengetahuan, sikap, dan perilaku sebagai cermin kepribadian yang utuh (akhlaqul karimah).
M. Dawam Rahardjo (1983) menegaskan bahwa pondok pesantren sekalipun didalamnya terdapat sekolah atau madrasah, namun pondok pesantren tetap bukan sekolah. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan kemasyarakatan. Karena sebagai lembaga pendidikan kemasyarakatan maka kedudukan pondok pesantren pada hakekatnya adalah pendidikan luar sekolah.
utuh. Dalam pandangan Dedi Djubaedi (Marzuki Wahid, 1999:189-190) keterkaitan
pesantren dengan sekolah (pendidikan formal) menunjukkan vitalnya integrasi dua sistem pendidikan yang sangat tinggi, sehingga pesantren memiliki karakter yang khas baik dalam sistemnya maupun peranannya dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Bahkan pemaduan ini dapat menjadi langkah strategis dalam
mengukuhkan kemampuannya dalam meningkatkan kualitas manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan (habl min Allah) maupun korelasinya dengan sesamanya (habl min an-nas).
Sebagai lembaga pendidikan terpadu, keterpaduan pendidikan luar sekolah
dan pendidikan sekolah di Pondok pesantren Husnul Khotimah dapat ditelusuri dari
berbagai dimensi. Menumt D. Sudjana (1995) keterpaduan pendidikan luar sekolah dan pendidikan sekolah dapat ditelaah berdasar dimensi tujuan, program pendidikan, kurikulum, satuan pendidikan, strategi pembelajaran, proses pembelajaran, dan penyelenggaraan. Mengacu pada pendapat ini, maka keterpaduan pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah yang terjadi di pondok
pesantren Husnul Khotimah dapat ditafsirkan sebagai berikut:
Pertama, dimensi tujuan, yaitu obsesi pondok untuk menghasilkan genarasi muslim rabbani yang memiliki keimanan dan ketagwaan yang mantap terhadap
Allah SWT, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan fungsional sehingga dapat hidup mandiri dan mampu berperan aktif dalam pembangunan masyarakat dan bangsa, seperti yang tercermin dalam visi, misi, dan tujuan serta
Kedua, dimensi program pendidikan. Keberadaan madrasah,
program-program keterampilan, serta program keagamaan, bahasa, dan umum
mencerminkan bahwa Pondok pesantren Husnul Khotimah secara sadar telah
memadukan pendidikan agama, akademik, umum, maupun keterampilan fungsional sebagai persiapan kerja dan berwirausaha.
Ketiga, dimensi kurikulum Pondok pesantren Husnul Khotimah disamping
menerapkan kurikulum persekolahan yang seragam dan baku baku untuk pendidikan MTs dan MA sebagai dasar pengembangan akademik, umum, maupun agama, secara khusus juga mengembangkan kurikulum yang berorientasi pada
pengembangan bakat dan minat melalui kurikulum pendidikan keterampilan,
sehingga manyahuti tuntutan dan kebutuhan masyarakat bagi pembangunan agama,
bangsa, dan negara.
Keempat, dimensi satuan pendidikan. Pondok Pesantren Husnul Khotimah secara tegas disamping memiliki satuan pendidikan persekolahan melalui MTs dan MA, juga memadukan dengan program-program pendidikan lainnya baik
keagamaan, umum, bahasa, maupun keterampilan dalam bentuk
kelompok-kelompok belajar, kursus, maupun latihan-latihan.
Kelima, dimensi strategi pembelajaran. Pondok Pesantren Husnul Khotimah mencoba menyatupadukan antara teori dengan praktek, antara beribadat dengan
belajar, dalam satu kesatuan yang utuh dan seimbang. Apa yang sudah dipelajari
Keenam, dimensi proses pembelajaran. Proses pembelajaran di Pondok pesantren Husnul Khotimah tidak terbatas pada pendidikan di sekolah (madrasah) tetapi juga di luar jam sekolah melalui pengajian, halaqoh, latihan keterampilan, pendidikan keagamaan, dsb. Selama di pondok, selama itu pula pembelajaran tems berlangsung. Tidak terpisahnya antara pondok dengan sekolah dalam satu kampus,
menjadikan proses pembelajaran di pondok tersebut hakekatnya berlangsung selama 24 jam perharinya.
Ketujuh, dimensi penyelenggaraan. Seluruh penyelenggaraan program
pendidikan di pondok pesantren Husnul Khotimah, baik program pendidikan persekolahan maupun luar sekolah dilakukan dalam satu manajemen di bawah
organisasi pondok.
B. Latar Belakang Pemaduan Sistem Pendidikan
Pesatnya perkembangan Pondok Pesantren Husnul Khotimah tampaknya tidak lepas dari keseriusan, kegigihan, ketekunan, dan keikhlasan, kesederhanaan,
dalam memegang amanah untuk mencetak genarasi muslim rabbani yang mampu
menyiapkan dan menata kehidupan islami yang harmonis, sekaligus keprihatinan dan kepedulian yang mendalam dalam mensikapi situasi dan kondisi pendidikan umum serta kehidupan masyarakat saat ini yang dirasa semakin jauh dari nilai-nilai
islami.
Tidak dapat dipungkiri bahwa program pendidikan umum yang saat ini
karimah. Sementara pendidikan pondok pesantren dianggap kuno, tradisional, dan tidak mampu menyahuti tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman.
Sedangkan kehidupan yang berlangsung ditengah-tengah masyarakat, lebih marak dengan pengamh-pengamh budaya asing, globalisasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sering kali dengan kuat dan cepatnya mengikis dan
bahkan memntuhkan sebagaian masyarakat dari nilai-nilai hidup beragama.
Kondisi yang serba dilematis inilah tampaknya yang memicu kesadaran Pondok Pesantren Husnul Khotimah untuk mengembangkan visi, misi, dan tujuan
yang lebih religius, komprehensif, dan prospektif guna menjawab tantangan zaman melalui sistem pendidikan yang terpadu dan modern dengan meletakkan penanaman nilai-nilai keislaman sebagai fondasi utamanya, sehingga mampu
berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan masyarakat islam yang diridhoi
oleh Allah SWT, mengharumkan nama bangsa dan kebesran Islam, serta
menggelorakan syiar Islam di muka bumi. Uraian di tas tampaknya senada dengan yang dikemukakan oleh Abdulrahmad wahid (M. Dawam Rahardjo, 1974:44-45)
bahwa kebanyakan pesantren didirikan sebagai salah satu bentuk reaksi terhadap
pola kehidupan tertentu yang dianggap rawan menuju terwujudnya asetisme (kealiman) sebagai proyeksi pilihan ideal bagi pola kehidupan yang dilanda krisis
kemasyarakatan sekitarnya.
hams ditempuh melalui jalur pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.
Hal senada juga diungkapkan oleh
Dedi Djubaedi (Marzuki Wahid, dkk.,
1999:183-184) bahwa pelaksanaan pendidikan nasional, dalam kenyataannya, harus
dipadukan dengan program-program pembangunan di segala bidang, dengan titik
berat diantaranya: (1) tujuan pendidikan nasional tidak hanya meningkatkan
kecerdasan dan keterampilan, tetapi juga meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur. memperkuat kepribadian, dan mempertebal
semangat kebangsaan dan cinta tanah air, (2) pendidikan tidak hanya dilaksanakan
di sekolah, tetapi juga dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, karena itu juga
menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat, (3) menggariskan agar setiap
jenjang pendidikan diintegrasikan pendidikan berpikir dengan pendidikan
humaniora atau kemnusiaan, dan (4) perlunya perluasan kesempatan memperoleh
pendidikan dan sekaligus mengarahkan pada kebutuhan pembangunan, dengan
pembinaan mantap dan terpadu.
C. Bentuk Keterpaduan Program Pendidikan
Mencetak generasi muda islam rabbani yang mampu menyiapkan diri dan
menata kehidupan yang harmonis, berarti membangun generasi muda islam yang
berkepribadian unggul dan utuh. Upaya ini tentu tidak dapat dilakukan secara
segmental atau sepotong-sepotong, tetapi hams dilakukan secara simultan dan utuh.
Manusia terdiri dari totalitas jiwa-raga; kognitif, afektif, dan psikomotor; cipta,
rasa, dan karsa, yang satu dengan yang lain mempakan satu kesatuan yang tak
seseorang mempakan kekuatan emosional yang membimbing dan mengarahkan
selumh perilaku manusia.
Dikembangkannya tiga program utama di Pondok Pesantren Husnul
Khotimah, yaitu program transformasi ilmu pengetahuan dan bahasa, penanaman
nilai-nilai Islam dan akhlaqul karimah, serta program dakwah dan pengarah
masyarakat menuju kehidupan yang diridhloi Allah SWT, mencerminkan keutuhan
program sebagai landasan dan penuntun dalam membangun totalitas kerpibadian
manusia yang berlandaskan nilai-nilai keislaman atau generasi muda muslim
rabbani atau kafah yang diridhloi Allah SWT.
Apa yang ingin dicapai Pondok Pesantren Husnul Khotimah, melalui tiga
program utamanya tampaknya sangat selaras dengan Tujuan Pendidikan Nasional
seperti yang terkandung dalam UUSPN No. 2Tahun 1989, yaitu:
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertagwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
' jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan berbangsa
Didorong oleh kesadaran bahwa untuk melaksanakan dan mencapai visi, misi,
tujuan, dan program dikembangkan, tidak mungkin dilakukan melalui satu jalur
pendidikan, maka dengan sengaja pondok telah mengintegrasikan sistem
pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah ke dalam satu kesatuan yang utuh
dan terpadu, melalui enam jalur pembinaan pendidikan, yaitu
jalur program
pembinaan pendidikan persekolahan atau madrasah (MTs, MAU, dan MAK),
Program Pembinaan Pendidikan Keagamaan, Program Pembinaan Pendidikan
Pendidikan Keterampilan, sebagai satu kesatuan. Ke lima jalur pembinaan pendidikan terakhir sebagai jalur pendidikan luar sekolah, pada prinsipnya juga ada
dan dilaksanakan di sekolah, namun dalam rangka pendalaman, perluasan, pengayaan, serta pengimplementasiannya, maka program tersebut direncanakan,
dikembangkan, dan dilaksanakan secara khusus, terpadu, terencana, terprogram,
sistematis, dan berkesinambungan, sehingga masing-masing jalur pembinaan dapat
berfungsi secara terpadu dan sinergik menuju pencapaian tujuan. Dengan demikian
sekalipun masing-masing jalur memiliki tujuan tertentu sesuai yang telah
digariskan, namun pada akhirnya memiliki titik temu yang sama, yaitu tercapainya
visi dan misi pendidikan pondok.
Pemaduan pendidikan kepesantrenan di Pondok Husnul Khotimah yang dijabarkan dalam empat julur program pendidikan di atas (keagamaan, bahasa, umum, dan keterampilan) sebagai bentuk pendidikan luar sekolah dan pendidikan
madrasah sebagai bentuk pendidikan persekolahan, dengan fungsi khusus yang dibawakan oleh masing-masing, dalam konteks pendidikan nasional dapat
dipandang sebagai cermin dinamika pendidikan yang lebih mantap. Seiring dengan
itu menumt Dedi Djubaedi (Marzuki Wahid, dkk., 1999:184) yang penting
diupayakan dalam mengintegrasikan jalur pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah adalah bagaimana agar diantara keduanya benar-benar terjadi integrasi baik secara fungsional maupun institusional. Sebab, bila keduanya kurang berjalan terpadu, maka pencapaian sasaran pendidikan akan terhambat.
terbatas pada proses pembelajaran, isi program, pengelolaan administrasi, tetapi
pada selumh komponen pendidikan, termasuk pengendalian program, dilakukan secara terencana, sistematis, dan terprogram, dengan maksud agar keduanya terjadi
keterpaduan baik secara fungsional maupun institusional. Selanjutnya, bila kita mengacu pada mmusan tentang model-model pendidikan luar sekolah yang diajukan D. Sudjana (1996), maka model pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren Husnul Khotimah adalah model terpadu (integated model) sebab apa yang terjadi di pondok tersebut adalah suatu penggabungan antara kedua jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah ke dalam sistem pendidikan terpadu, yang didalamnya selumh komponen dari dua jalur pendidikan tersebut diintegrasikan. Sedangkan bila kita mengacu pendapat Maksum
Muhtar (Marzuki wahid, 1999:198-200). berdasarkan lima model yang diangkat,
yaitu Model Pesantren: (1) Tebuireng, (2) Maslakul Huda Pati, (3) Darussalam -Gontor, (4) Darunnajah - Jakarta atau Assalam Surakarta, dan (5) sekolah yang
dimodel pesantren (boarding school), maka pemaduan yang diterapkan di pondok
pesantren Husnul Khotimah tampaknya lebih mendekati model yang kelima, dimana dalam model tersebut wujdunya adalah sekolah, tetapi dimodel pesantren (boarding school) atau sekolah berasrama. Ku