• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERPADUAN SISTEM PENDIDIKAN SEKOLAH DAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM PEMBINAAN BAKAT DAN MINAT SANTRI: Studi Deskriptif tentang Pengintegrasian Kurikulum Madrasah dan Kurikulum Pendidikan Keteratmpilan di Lembaga Pendidikan Islam Pondok Pesantren Husnu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KETERPADUAN SISTEM PENDIDIKAN SEKOLAH DAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM PEMBINAAN BAKAT DAN MINAT SANTRI: Studi Deskriptif tentang Pengintegrasian Kurikulum Madrasah dan Kurikulum Pendidikan Keteratmpilan di Lembaga Pendidikan Islam Pondok Pesantren Husnu"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

DAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM PEMBINAAN BAKAT DAN MINAT SANTRI

(Studi Deskriptif tentang Pengintegrasian Kurikulum Madrasah

dan Kurikulum Pendidikan Keteratnpilan di Lembaga Pendidikan Islam Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kabupaten Kuningan Jawa Barat)

TESIS

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh Gelar Magister Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Oleh:

NASEHUDIN

NIM. 979637

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Disetujui Oleh:

Pembimbing I

'i.iy

Prof. Dr. H. Djudju Sudjana, M.Ed.

NIP. 130 143 871

Pembimbing II

c r

3^4-Prof. Dr. Rusli Lutan, M.Pd.

NIP. 130 319 774

Mengetahui:

Ketua Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Universitas Pendidikan Indonesia

Pr^fTDr. H. SutaryatTrisnamansyah, MA.

(3)

Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pemaduan

sistem pendidikan sekolah dan pendidkan luar sekolah, dengan fokus pada pemaduan

kurikulum madrasah dengan kurikulum pendidikan keterampilan, dalam upaya

pengembangan bakat dan minat santri di Pondok pesantren Husnul Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Secara rinci permasalahan yang diajukan adalah bagaimana: (1) Gambaran umum Pondok, (2) Faktor dominan yang melatarbelakangi pemaduan, (3) Bentuk keterpaduan program pendidikan, (4) keterpaduan kurikulum pendidikan yang diterapkan, (5) Peran program pemaduan dalam rangka pembinaan bakat dan

minat santri, (6) Dampak pemaduan terhadap dunia kewirausahaan, (7) faktor-faktor

penghambat dan pendukung upaya pemaduan, dan (8) Upaya-upaya dalam mengatasi

hambatan. Tujuan penelitian untuk memperoleh data obyektif, mendalam, dan

komprehensif tentang keterpaduan sistem pendidikan sekolah dan pendidikan luar

sekolah, dalam hal ini keterpaduan kurikulum pendidikan madrasah dan kurikulum

pendidikan keterampilan, dalam upaya pengembangan bakat dan minat santri.

Pemaduan antara pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah telah banyak ditawarkan para ahli, salah satunya adalah model terpadu (integrated), dimana kedua jalur pendidikan tersebut digabungkan ke dalam satu sistem pendidikan terpadu, meliputi pengintegrasian kurikulum, proses pendidikan dan pengelolaan, serta komponen-komponen lainnya dari kedua jalur pendidikan tersebut. Sistem pendidikan terpadu umumnya dapat menjangkau sasaran populasi pendidikan yang lebih luas,

lebih fleksibel, berorientasi pada kebutuhan masyarakat, dan erat relevansinya dengan

perkembangan pembangunan. (D. Sudjana, 1996:101). Pondok pesantren dikatakan terpadu apabila dalam keseluruhan pembinaan terhadap para santri telah memadukan tradisi pesantren dengan sistem pendidikan lainnya, sedang bila ditinjau dari fasilitasnya minimal terdiri dari Mesjid, rumah kyai, pondok, dan madrasah (Sudjoko Prasodjo, 1994:24).

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif. Intrumen penelitian

adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi. Dijadikan subyek penelitian adalah: kyai, ustad/ustadah, pembimbing keterampilan, maupun para santri. Teknik pemeriksaan keabsahan data melalui teknik diskusi rekan sejawat, triangulasi, dan auditing, serta analisis data yang mendalam berdasar kaidah-kaidah penelitian kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pondok Pesantren Husnul Khotimah merupakan lembagapendidikan Islamterpadu yang digarap dengan metode dan sarana modern. Keterpaduan pendidikan, tampak dalam berbagai dimensi, baik dalam dimensi tujuan, program pendidikan, kurikulum, satuan pendidikan strategi

pembelajaran, proses pembelajaran, maupun dalam dimensi penyelenggaraan

pendidikan.

Misi utama pondok pesantren Husnul Khotimah adalah membangkitkan kesadaran umat islam akan pentingnya generasi muda yang berkualitas tinggi dan

berjiwa islami, menggelorakan syiar islam, dan turut mensukseskan wajib belajar.

(4)

dikembangkan tiga program utama, yaitu program transformasi ilmu pengetahuan dan bahasa, penanaman nilai-nilai Islam dan akhlaqul karimah, serta program dakwah dan pengarah masyarakat menuju kehidupan yang diridhloi Allah SWT., yang selanjutnya dijabarkan dalam lima jalur program pembinaan pendidikan, yaitu program pembinaan pendidikan persekolahan (madrasah), pendidikan keagamaan, pendidikan

bahasa, pendidikan umum, dan pendidikan keterampilan, sebagai satu kesatuan.

Untuk menjamin kelancaran dan keberhasilan program, kurikulum disusun dengan pola tarbiyah islamiyah, salafiah, sistematis, terpadu, dan baik, melalui pendekatan tematik, tekstual, pragmatis, dan fungsional. Program pembinaan bakat

dan minat santri melalui pemaduan sistem pendidikan madrasah dan pendidikan

keterampilan, sekalipun hanya diikuti santri yang sangat minimal karena berbagai

hal, terutama karena faktor beaya, namun bukan berarti program ini tidak memberikan

kontribusi yang berarti bagi penyaluran, pembinaan, serta pengembangan bakat dan

minat santri. Walaupun, faktanya kurang berdampak pada tumbuh dan

berkembangnya sikap dan minat santri untuk menggeluti dunia wirausaha. Sedangkan untuk meningkatkan efektifitas program, pondok terus melakukan berbagai terobosan baik melalui pemberdayaan sumber daya pondok, maupun dengan menjalin kerja sama sinergik dengan instansi lain, baik pemerintah maupun swasta.

Hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa pesantren sebagai sub sistem

pendidikan luar sekolah sekalipun didalamnya terdapat sekolah, namun pondok pesantren tetap bukan sekolah. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan

kemasyarakatan. Untuk itu, agar jati diri atau eksistensinya dapat dipertahankan,

pelaksanaan pemaduan perlu dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan

berbagai komponen, baik komponen masukan sarana, masukan mentah, masukan lingkungan, proses, keluaran, masukan lain, maupun dampak atau pengaruhnya,

sehingga pemaduan tersebut benar-benar mampu memenuhi kebutuhan belajar

fungsional bagi warga belajar dalam meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. Pada akhirnya disimpulkan bahwa pemaduan sistem pendidikan sekolah (kurikulum madrasah) dan pendidikan luar sekolah (kurikulum pendidikan keterampilan) dalam upaya pembinaan bakat dan minat santri telah direncanakan secara sistematis dan terprogram, serta dilakukan secara terintegrasi melalui berbagai

program yang dikembangkan. Namun, karena berbagai faktor, baik yang sifatnya

internal maupun eksternal, hasilnya masih belum maksimal sesuai yang diharapkan.

Untuk itu direkomendasikan perlunya penerapan manajemen pondok yang

profesional, pemberdayaan potensi pondok melalui kerja sama sinergik dengan instansi atau lembaga lain, penyediaan program pendidikan keterampilan yang

bervariasi sesuai bakat dan minat santri sesuai hasil identifikasi dan dilaksanakan

secara intensif, sehingga pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan ke-Islaman

mampu terus mempertahankan eksistensinya dalam menyahuti tuntutan kebutuhan

masyarakat sesuai perubahan zaman.

(5)

PERNYATAAN i

ABSTRAK «i

KATA PENGANTAR iv

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Fokus Masalah 7

C. Defmisi Operaional 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 16

E. Asumsi Penelitian 19

BAB II KAJIAN TEORETIS

A. Konsep dasar Pendidikan Luar sekolah 20

B. Konsep dasar Pondok Pesantren 23

C. Pondok Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Luar Sekolah 37 D. Pengembangan Bakat dan Minat Santri di Pondok Pesantren 40 E. Pemaduan Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren dalam upaya

Pengembangan bakat dan Minat santri 42

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian 53

B. Daerah Penelitian 53

C. Subyek dan ObyekPenelitian 54

D. Teknik Pengumpulan data 56

E. Teknik Pemeriksaan Keabasahan data 59

F. Teknik Analisis Data 61

(6)

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Husnul Khotimah

64

B. Faktor Dominan yang Melatarbelakangi Pemaduan Sistem

Pendidikan di Pondok Pesantren Husnul Khotimah

71

C. Bentuk Keterpaduan Program Pendidikan Pondok Pesantren

Husnul Khotimah

D. Keterpaduan Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Husnul

Khotimah

E. Peran Pemaduan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Husnul

Khotimah

F Dampak pemaduan Sistem Madrasah dan Pendidikan

Keterampilan sebagai Upaya Pembinaan Bakat dan Minat

Santri terhadap Dunia Kewirausahaan

G Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Bakat

dan Minat Santri melalui Pemaduan Sistem Pendidikan Madrasah

dan Pendidikan Keterampilan

HUpaya Mengatasi Hambatan Pembinaan Bakat dan Minat Santri

melalui Pemaduan Sistem Pendidikan Madrasah dan Pendidikan

.. 98

Keterampilan

BAB V PEMBAHASAN

A. Pondok Pesantren Husnul Khotimah sebagai Pondok Pesantren

Modern dan Terpadu

Pendidikan 106

C. Bentuk keterpaduan Program B. Latar Belakang Pemaduan sistem

.... 108

112 D. Keterpaduan Kurikulum

E. Peran Pemaduan Sistem Pendidikan Sekolah dan Pendidikan

Keterampilan dalam Pembinaan bakat dan Minat

F Dampak Pemaduan Kurikulum Pendidikan Madrasah dan

Kurikulum Pendidikan Keterampilan sebagai Upaya Pembinaan

Bakat dan Minat terhadap Dunia Kewirausahaan

IX

(7)

salam Pembinaan Bakat dan Minat Santri 120

H. Upaya Mengatasi Berbagai Hambatan

120

I. Temuan Penelitian 126

SAB VI KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

132

B Rekomendasi '34

C Implikasi Hasil Penelitian

]38

DAFTAR PUSTAKA l41

(8)

Tabel 1 Perbandingan Jumlah Siswa Putra yang Mengambil Program

Keterampilan dengan Jumlah seluruh Siswa Putra 88

Tabel 2 Perbandingan Jumlah Siswa Putri yang Mengambil Program

Keterampilan dengan Jumlah seluruh Siswa Putri 89

(9)

Gambar 1 Hubungan Fungsional antara Komponen Pendidikan Luar Sekolah 23

[image:9.595.158.442.284.558.2]

Gambar 2 Hubungan Model Pendekatan PLS Terhadap Pendidikan Sekolah 47 Gambar 3 Susunan Pengurus Pondok Pesantren Husnul Khotimah Manis Kidul

Kecamatan Jalaksana, Kuningan M

(10)

Lampiran 1 Surat Keputusan Direktur Program Pascasarjana IKIP Bandung Tentang Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis Program

Pascasarjana (S2) Angkatan 1997/1998 144

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian Lembaga Pendidikan Islam Pondok

Pesantren Husnul Khotimah 145

Lampiran 3 Data Inventarisasi Bangunan Lembaga Pendidikan Islam Pondok

Pesantren Husnul Khotimah 146

Lampiran 4 Denah Lokasi Kelas dan Asrama Pondok Pesantren Husnul

Khotimah 147

Lampiran 5 Data Pegawai Tetap dan tidak Tetap Pondok Pesantren Husnul

Khotimah 14g

Lampiran 6 Data Statistik Santri Pondok Pesantren Husnul Khotimah Bulan

Januari Tahun 2000 151

Lampiran 7 Jadwal Kegiatan Harian Santri Putra Pondok Pesantren Husnul

Khotimah Tahun Ajaran 1999/2000 152

Lampiran 8 Data Peserta Ekstrakulikuler 10

Lampiran 9 Raport Penilaian Lembaga Tahfidzal Qur'an Khusnul

Khotimah 163

Lampiran 10 Raport Penilaian Penelitian Madrasah Tsanawiyah Islamiah

Khusnul Khotimah 164

Lampiran 11 Raport Penilaian Madrasah Aliah Khusnul Khotimah j^5

Lampiran 12 Buku Raport Madrasah Tsanawiyah Khusnul Khotimah j^

Lampiran 13 Buku Raport Penilaian Madrasah Tsanawiyah Khusnul

Khotimah 167

Lampiran 14 Peta Wilayah Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan , go

(11)

A. Latar Beiakang Masalah

Pondok pesantren sebagai perguruan keislaman di bawah asuhan kyai, merupakan salah satu jenis pendidikan luar sekolah yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagai lembaga pendidikan atau perguruan keislaman, pondok pesantren telah berdiri semenjak masa-masa permulaan kedatangan agama Islam di tanah air (Mahmud Yunus, 1979:11). Bahkan akhir-akhir ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan laju perkembangan bangsa. Pondok pesantren yang semula dianggap sebagai lembaga pendidikan tradisional, dan hanya terdapat di daerah pedesaan, kini berkembang sebagai lembaga pendidikan modern dan merambah jauh ke perkotaan, sehingga menjadi pendidikan alternatif bagi sebagian umat Islam. Hal tersebut ditandai dengan menjamurnya pondok pesantren modern di berbagai kota, yang ternyata mendapat respon positif dari masyarakat.

(12)

tersebut.

Berbeda dengan pendapat di atas, Martin Van Bruinessen (1995:25) berpendapat bahwa pesantren sebagai perguruan, pertama kali didirikan tahun

1742 di Ponorogo Jawa timur, yaitu Pesantren Tegalsari. Sedangkan

lembaga-lembaga sebelumnya bukan merupakan pesantren. Ditegaskannya lebih lanjut bahwa apa yang disebut pesantren pada masa itu hanya merupakan ekstrapolasi dari pengamatan akhir abad 19. Memang terdapat indikasi bahwa tempat-tempat pertapaan pra-lslam bertahan terus sampai Jawa dilslamkan, bahkan pertapaan baru terus didirikan. Namun tidak jelas apakah semua itu merupakan lembaga pendidikan tempat pengajaran tekstual berlangsung, karena itu pesantren bagi tempat-tempat tersebut patut dipertanyakan. Dengan demikian, Van Bruinessen melihat pesantren merupakan produk asli umat Islam yang menjadi fondasi awal bagi pengembangan dakwah dan pendidikan di daerah Pulau Jawa.

Tanpa harus ditemukan sejarah awalnya serta asal mula nama pesantren, lembaga ini merupakan realitas kekayaan umat Islam di Indonesia yang amat besar, yang dalam perkembangan sejarahnya terus berkembang seiring dengan tuntutan perkembangan masyarakat.

Hingga akhir abad ke 19, sistem pendidikan pesantren belum pernah berubah, terutama dilihat dari segi materi pelajaran dan metode yang diterapkannya. Materi yang diajarkan berkisar pada pelajaran akidah, fiqh, akhlak, dan tafsir. Sedangkan

penerapan metode, terbatas pada metode sorogan dan bandungan dengan pola

(13)

arah yang lebih baik, yang ditandai dengan kejelasan pola pengajaran yang

diterapkan serta sarana pendidikan yang disediakan, sehingga terdapat ciri-ciri yang berbeda antara sistem pondok pesantren pada masa awal abad ke 20 dengan abad sebelumnya. (Hasbullah, 1995).

Sesuai dengan tuntutan perubahan dan kebutuhan masyarakat Muslim, sistem pendidikan di pesantren juga terus mengalami perubahan. Pesantren tidak lagi hanya memasukkan pola klasikal dalam penyelenggaraan pendidikannya, tetapi sekaligus memadukan dengan sistem pendidikan lainnya yang dibutuhkan masyarakat, seperti pemaduan dengan madrasah/sekolah sebagai respon kebutuhan asas legalitas pendidikan di masyarakat. Selanjutnya, pemaduan juga dilakukan dengan pendidikan keterampilan, sebagai respon terhadap keahlian tertentu bagi

bekal santri dalam memasuki dunia usaha.

Pemaduan antara pesantren sebagai lembaga pendidikan luar sekolah (khusus b'idang keagamaan) dengan lembaga pendidikan sekolah (madrasah) dan kursus keterampilan (lembaga pendidikan luar sekolah), sangat dimungkinkan karena menurut D. Sudjana (1997) sub sistem pendidikan luar sekolah dimiliki oleh sub sistem sekolah, yakni terdapatnya komponen, proses, dan tujuan.

Seiring dengan sistem pendidikan pesantren yang terus menerus berkembang, maka otomatis perkembangan itu berimplikasi terhadap keanekaragaman jenis

pesantren, baik dari segi fisik bangunan maupun jenis pendidikan yang

diselenggarakan. Menurut Manfred Ziemek (1886:104), dilihat dari fisik

(14)

1. Pesantren yang terdiri dari rumah kyai dan mesjid. Pesantren jenis ini pada

mulanya merupakan pesantren tarekat, tetapi sering menjadi cikal bakal dari

suatu pesantren.

2. Pesantren yang terdiri dari rumah kyai, mesjid, dan pondok.

3. Pesantren yang sudah dilengkapi dengan madrasah/sekolah disamping adanya

rumah kyai, mesjid, dan pondok.

4.

Pesantren yang selain sudah memiliki madrasah/sekolah, juga dilengkapi

dengan kursus-kursus keterampilan.

5. Pesantren yang dilengkapi dengan madrasah/sekolah sejak tingkat dasar sampai

ke perguruan tinggi dan kursus-kursus keterampilan.

Dilihat dari jenis pendidikan yang diselenggarakan, Zamakhsyari Dhofier

(1994:41) membagi pesantren menjadi dua jenis, yakni pesantren salafi dan

pesantren khalafi. Pesantren salafi, yaitu pesantren yang tetap mempertahankan

pengajaran kitab-kitab salaf sebagai bagian inti dari pendidikannya. Pendirian

sekolah di pesantren ini lebih dimaksudkan agar pengajaran kitab-kitab tersebut

lebih mudah dilaksanakan. Sedangkan pesantren khalafi, yakni pesantren yang

membuka madrasah/sekolah umum serta memasulckan ke dalamnya pelajaran umum, meskipun tidak meninggalkan tradisi salafnya.

Memahami uraian di atas, dapat dicermati adanya berbagai upaya yang terus

menerus di kalangan pesantren untuk senantiasa merespon tuntutan dan

perkembangan masyarakat, dengan cara mengadopsi sistem pendidikan lain

(15)

daiam penyelenggaraan pendidikan pondok pesantren.

Upaya di atas tentu sangat berkaitan dengan peningkatan mutu lulusan yang dituntut mampu beradaptasi dengan kondisi sosial yang berubah dan bergerak maju, atau tantangan kemajuan jaman. Respon pesantren seperti itu, tentu saja menuntut peningkatan kemampuan manajemen pendidikan yang lebih baik. Sebab tanpa manajemen yang memadai dikhawatirkan banyaknya kegiatan yang diikuti santri

akan menurunkan kualitas pendidikan mereka terutama dalam penguasaan

ilmu-iimu agama, dan tidak menutup kemungkinan menggeser tujuan utama pendidikan

pondok pesantren itu sendiri, dengan penguasaan

pengetahuan umum sebagai

tujuan utama, yang menggantikan pendalaman dan penguasaan pengetahuan agama

Islam.

Seiring dengan meningkatnya kesadaran umat Isiam tentang pentingnya

nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, muncul

kekhawatiran bahwa pendidikan formal atau persekolahan saat ini kurang mampu

mencetak generasi muslim rabbani. Pendidikan sekolah saat ini sekalipun dianggap

penting, namun belum cukup karena ada kecenderungan kurang peduli dengan

penanaman nilai-nilai agama sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian

Muslim.

Apalagi pada saat ini disadari betul bahwa dampak dari modernisasi,

industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadikan perubahan

yang begitu cepat terhadap pola atau gaya hidup, dimana nilai-nilai moral, etika,

(16)

profesi, bahkan disertai dengan materi yang berlimpah, tetapi mengalami

kekosongan spiritual, kerohanian, dan rasa keagamaan.

Mengingat permasalahan di atas, muncul pemikiran di kalangan tokoh-tokoh umat Islam atau para kyai di pondok-pondok pesantren untuk menciptakan suatu sistem pendidikan yang diharapkan mampu mencetak generasi muda Muslim Rabbani, yaitu generasi muda muslim yang mampu menghambakan totaiitas kehidupan pribadinya kepada Allah SWT, serta mampu menyiapkan dan menata

kehidupan Islami yang harmonis. Salah satunya adalah dengan memadukan sistem

pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar sekolah, khususnya pendidikan

keterampilan dalam sistem pendidikan pondok pesantren.

Pondok pesantren Husnul Khotimah yang berdiri tahun 1994 di Kabupaten

Kuningan Jawa Barat merupakan salah satu pondok pesantren yang sadar betul akan

pentingnya upaya untuk mencetak generasi muda Muslim Rabbani. Untuk itu di

pondok pesantren ini telah dikembangkan poia pendidikan dengan orientasi tarbiyah

Islamiyah, salafiah, sistematis, terpadu dan baik

Sebagai pondok pesantren modern, dengan memadukan antara sistem

pendidikan sekolah, pendidikan keterampilan, dan pendidikan agama, pesantren

Husnul Khotimah tetap berusaha menyahuti tuntutan kebutuhan masyarakat Islam

sekitar tanpa kehilangan jati dirinya sebagai penggali pengetahuan Islam klasik

yang bersumber kitab salaf Untuk itu proses belajar mengajar dilakukan secara

terpadu dalam satu paket kegiatan yang harus diikuti setiap santri, yakni kegiatan

(17)

memasuki kehidupan di masyarakat, serta pendidikan agama dengan fokus pengkajian kitab salaf.

Dalam pelaksanaannya, pendidikan sekolah (tsanawivah dan alivah) meneacu pada kurikulum Departemen Agama dan mengikuti ujian negara. dipadukan dengan paket pendidikan pesanteren (kajian Kitab Salaf dan Bahasa Arab) serta studi agama (Al Qur'an/Hadits, Fiqh/Syari'ah, Akhlak. Sejarah Kebudayaan Isiam dan Bahasa Arab), serta pendidikan keterampilan sebagai media pengembangan bakat

dan minat santri serta sebaeai kem'atan ekstrakurikuler vane dilaksanakan setian

hari dengan pilihan keterampilan perkebunan, menjahit sablon, dan keterampilan kewanitaan. Sebagai langkah daiam mengantarkan pencapaian tujuan ideal pondok pesantren di atas; maka para santri diwaiibkan bermukin di asrama di bawah pengawasan dan bimbingan para pengasuh/ustadz

Rerdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka fokus penelitian ini tertuju pada upaya untuk mengkaji lebih jauh tentang pelaksanaan pemaduan sistem pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah yang diiakukan di pondok pesantren Husnul Khotimah tersebut dalam upaya pengembangan bakat dan minat para santri,

B. Fokus Masalah

(18)

Secara konseptual, pelaksanaan di atas terkait erat dengan beberapa

dimensi, yaitu dimensi pondok, latar belakang pemikiran pemaduan, program

pendidikan, kurikulum, dampak terhadap minat kewirausahaan, faktor penghambat dan pendorong, dan upaya mengatasinya Sehubungan dengan itu, agar dalam penelitian ini diperoleh gambaran yang utuh dan komprehensif tentang fokus

penelitian di atas, maka secara rinci pertanvaan nenelitian ini danat dirinci atau dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:

1 Bagaimana gambaran umum tentang Pondok Pesantren Husnul Khotimah7 2 Apa faktor dominan yang melatarbelakangi pemaduan sistem pendidikan

sekolah dan pendidikan luar sekoiah di Pondok Pesantren Husnul Khotimah0 3. Bagaimana bentuk keterpaduan program pendidikan di Pondok Pesantren

Husnul Khotimah, ditinjau dari dimensi Pendidikan sekolah dan pendidikan

luar sekolah0

4. Bagaimana keterpaduan kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Husnul Khotimah disusun dan dilaksanakan?

5 Bagaimana peran pemaduan sistem pendidikan madrasah dan pendidikan

keterampilan di Pondok Pesantren Husnui Khotimah dalam rangka pembinaan

bakat dan minat siswa?

6. Bagaimana dampak pemaduan sistem pendidikan madrasah dan pendidikan keterampilan di Pondok Pesantren Husnul Khotimah sebagai upaya pembinaan bakat dan minat santri terhadap dunia kewirausahaan?

7. Apa faktor-faktor penghambat dan pendukung upaya pemaduan sistem

(19)

8. Apa upaya-upaya yang dilakukan Pondok Pesantren Husnul Khotimah dalam mengatasi berbagai hambatan pembinaan bakat dan minat santri melalui pemaduan sistem pendidikan madrasah dan pendidikan keterampilan?

Perlu ditegaskan bahwa Pondok Pesantren Husnul Khotimah memiliki santri

putra dan putri. Sekalipun secara organisatoris dan administratif pengelolaan santri

putra maupun putri disatukan, namun secara teknis seluruh pelaksanaan program

pembinaan dipisahkan. Mengingat berbagai hal, sekalipun secara umum aktivitas

pembinaan yang berkaitan dengan santri putri dibahas, namun secara khusus fokus

penelitian ini dibatasi pada aktivitas pondok yang berkaitan dengan pembinaan

santri putra.

C. Definisi Operasional

Sejalan dengan fokus penelitian yang diajukan, variabel utama penelitian ini

adalah pemaduan sistem pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah dalam

upaya pengembangan bakat dan minat santri.

1. Keterpaduan

Keterpaduan dapat diartikan sebagai perihal tentang sesuatu yang sudah

disatukan atau dilebur menjadi satu (Depdikbud, 1995:713) Jadi keterpaduan

berarti peleburan dau hal atau lebih dalam satu kesatuan yang utuh dan

terintegrasi.

2. Sistem

Sistem dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian,

(20)

berhubungan, dan saling berpengaruh. Perubahan dalam satu bagian (sub sistem)

akan mempengaruhi bagian (sub sistem) yang lain.

3. Pendidikan sekolah.

Pendidikan sekolah sering disebut dengan pendidikan formal. Menurut Coombs (1973, dalam Sudjana, 1986:20):

Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur,

bertingkat, berjenjang, dimuiai dari sekolah dasar sampai dengan

nermiruan tineei dan vans setaraf dengannva. termasuk ke dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum. program spesialisasi. dan latihan profesionaf yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.

Menurut Unesco (Sudjana, 1986) salah satu ciri pendidikan sekolah adalah

adanya keketatan dan keseragaman yang tinggi dalam bentuk dan isi program untuk setian satuan jenis dan jenjang pendidikan. Berdasarkan uraian tersebut dimaksudkan dengan pendidikan sekolah adalah seperangkat kegiatan yang dilakukan secara sistematis, berstruktur, bertingkat, dan berjenjang mulai dari

tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi atau yang setaraf

' dengannva, yang dicirikan dengan keseragaman yang tinggi dalam bentuk dan

isi program untuk setiap jenis dan jenjangnya, karena dilaksanakan berdasar

kurikulum yang baku.

Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan pendidikan sekolah adalah

pendidikan Madrasah, baik Madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah

4. Pendi di kan 1uar sekol ah

Dalam Peraturan Pemrintah No. 73 Tahun 1991 Pasal 1 ayat 1 disebutkan

(21)

luar sekolah baik dilembagakan maupun tidak, Sedangan pada Bab TIT nasal 3 ayat

1 disebutkan bahwa: "Jem's pendidikan luar sekolah terdiri dari pendidikan umum, pendidikan keagamaan, pendidikan jabatan kerja, pendidikan kedinasan dan pendidikan kejuruan", Menurut Coombs (1973, dalam Sudjana, 1996:19) termasuk pendidikan luar sekolah adalah pendidikan non formal dan pendidikan

informal,

Berdasarkan uraian di atas Pendidikan l.uar Sekolah dapat diartikan sebagai keseluruhan kegiatan yang dilaksanakan di luar sistem pendidikan persekolahan, baik pendidikan non formal maupun informal yang memungkinkan seseorang atau kelompok dapat melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan belajarnya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini lingkup pendidikan luar sekolah dibatasai pendidikan keterampilan, yaitu suatu program pendidikan untuk memperluas, meningkatkan, dan mempersiapkan peserta didik atau warga belaiar memasuki dunia kerja

5: Pembinaan

(22)

sebagai segala daya dan upaya yang sengaia dirancang dan dilaksanakan secara

berdaya guna dalam rangka memperoleh hasil yang lebih baik

6, Bakat

Bakat adalah dasar (kepandaian, sifat, dan pemhawaan) yang dihawa dari lahir (Depdikbud, 1995:81). Menurut Suhino (1986:16) bakat adalah

kemampuan dasar individu (basic/potential ability) yang apabila melalui proses nendidikan atau latihan tertentu akan menyatakan diri dalam bentuk

kemampuan Sedangkan menurut SC Utami Munandar (1985:17) bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Berdasarkan uraian di atas bakat dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam bidang kehidupan tertentu yang dihawa

sejak lahir dan sifatnya potensial, serta akan menyatakan diri dalam bentuk

prestasi, walaupun hanya dengan sedikit sentuhan pendidikan atau latihan

tertentu.

7. Minat

Minat sinonim dengan interes, dan dapat diartikan sebagai ketertarikan

individu pada suatu bidang tertentu yang dianggapnya mampu memberikan

kepuasan

Sejalan dengan pengertian-pengertian di atas, secara operasional dapat

ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan keterpaduan sistem pendidikan sekolah

dan pendidikan luar sekolah dalam upaya pembinaan bakat dan minat adalah

bagaimana peleburan antara sistem pendidikan madrasah (tsanawiyah dan aliyah)

(23)

Agama dengan pendidikan keterampilan yang disusun dan dilaksanakan

berdasarkan kurikulum yang dibuat oleh pondok pesantren tersebut menjadi satu

kesatuan yang teratur, terintegrasi, dan harmonis dalam kaitannya dengan upaya menumbuhkembangkan ketertarikan dan keunggulan potensi yang dimiliki siswa

pondok pesantren yang dilaksanakan melalui herhagai aktivitas pembelajaran.

Rila dikaitkan dengan rincian fokus penelitian yang diajukan. maka dapat

diielaskan bahwa yang dimaksud dengan dimensi iatar helakang pemikiran nemaduan sistem nendidikan adalah visi, misi, dan tujuan yang mendasari upaya

peleburan antara sistem madrasah dengan pendidikan keterampilan tersebut menjadi

satu kesatuan yang terintegrasi Keterpaduan program pendidikan berarti

keseluruhan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan dalam rangka mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya Keterpaduan program kurikulum berarti keseluruhan program nengalaman belajar yang sengaja dirancang untuk mencapai

tujuan pemaduan program,

Sedang bentuk keterpaduan program adalah keseluruhan program pembinaan

pendidikan yang ada dan dilaksanakan di lingkungan pondok pesantren, baik

program pendidikan sekolah maupun program pendidikan luar sekolah. Sedangkan

untuk menilai dampak keterpaduan terhadap pembinaan bakat dan minat siswa,

dilakukan dengan melihat indikator jumlah peserta, kesungguhan dalam mengikuti

program tersebut, ketertarikan, dan pandangannya terhadap program tersebut

terhadap pembinaan dan pengembangan bakat dan minatnya.

(24)

bagaimana pengaruh langsung ataupun tidak langsung dari pemaduan sistem

pendidikan, khususnya pelaksanaan pendidikan keterampilan yang diselenggarakan

oleh

pondok

pesantren

tersebut

terhadap

pandangannya

tentang

dunia

kewirausahaan. Sedangkan faktor penghambat adalah faktor-faktor yang diduga

menjadi perintang, penghalang, atau pembatas upaya pencapaian tujuan Dalam

kaitannya dengan penelitian ini, faktor penghambat dibatasi pada faktor-faktor yang

sifatnya internal (faktor santri, pembina pondok, pengajar dan fasilitas), dan faktor

eksternal yaitu faktor-faktor di luar pondok pesantren. Sedangkan faktor pendukung adalah faktor-faktor yang secara potensial memberikan kemudahan dan kelancaran

sehineeoa mamnu memberikan sumbangan terhadap keberhasilan pelaksanaan

program

Sedangkan upaya mengatasi hambatan adalah upaya-upaya yang

dilakukan dalam rangka menanggulangi berbagai hambatan, rintangan, halangan,

atau pembatas upaya pencapaian tujuan.

Sejalan dengan uraian di atas, secara rinci dapat dijelaskan bahwa

variabel-variabel yang akan diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini adalah:

1. Gambaran umum Pondok Pesantren Husnul Khotimah, ditinjau dari latar

belakang dan sejarah singkat, program pendidikan dan kurikulum, struktur

organisasi, kondisi santri, pembina, dan sarana pondok

2. Faktor dominan yang melatarbelakangi pengintegrasian kurikulum pendidikan

persekolahan dan pendidikan luar sekolah dalam kaitannya dengan upaya

pengembangan bakat dan minat santri, ditinjau dari visi, misi, dan tujuan yang

(25)

3, Bentuk-bentuk keterpaduan program pendidikan sekolah dan pendidikan luar

sekolah, ditinjau dari jenis program pendidikan yang dikembangkan dan

pengelolaannya.

4 Keterpaduan kurikulum pendidikan sekolah dan kurikulum pendidikan

keterampilan yang diterapkan di pondok dalam rangka pembinaan bakat dan

minat santri, ditinjau dari aspek perencanaan dan pelaksanaannya

5. Peran program keterpaduan pendidikan madrasah dan pendidikan keterampilan

dalam pembinaan bakat dan minat santri, ditinjau dari jumlah peserta, pandangan-pandangannya, dan alasan-alasan yang mendasarinya

6 Dampak pemaduan pendidikan madrasah dan pendidikan keterampilan sebagai

upaya pembinaan bakat dan minat santri terhadap dunia kewirausahaan, ditinjau

siswa terhadap dunia kewirausahaan setelah lulus sekolah dan faktor dominan

yang melatarhelakangi.

7 Faktor-faktor dominan yang menjadi penghambat, perintang, atau penghalang

maupun pendorong upaya pembinaan bakat dan minat santri melalui

pengintegrasian kurikulum pendidikan madrasah dan kurikulum pendidikan

keterampilan, ditinjau dari aspek pembina pondok, staf pengajar, fasilitas, dan

santrinya.

8. Upaya-upaya nyata yang dilakukan dalam mengatasi berbagai hambatan,

perintang, atau penghalang dalam pengembangan bakat dan minat santri melalui

pengintegrasian kurikulum pendidikan madrasah dan kurikulum pendidikan

(26)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan pelaksanaan pemaduan sistem pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah, dalam hal ini pendidikan madrasah dan nendidikan keteramnilan. dalam rani»ka neneembanaan bakat dan minat santri, yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kab. Kuningan Jawa Barat

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah memperoleh seperangkat data yang akurat, rinci, obyektif. dan ternercaya tentang pemaduan sistem pendidikan madrasah (tsanawiyah dan aliyah) dengan pendidikan keterampilan dalam upaya pengembangan bakat dan minat santri di atas dari berbagai sumber informasi terkait (pengelola pondok, staf pengajar, dan para santri), baik melalui teknik wawancara, observasi, maunun studi dokumentasi. Sesuai dengan fokus masalah yang diajukan, data tersebut meliputi data tentang:

a. Latar belakang dan sejarah singkat, program pendidikan dan kurikulum, struktur organisasi, kondisi santri dan alumni, pembina, serta sarana Pondok

Pesantren Husnul Khotimah.

b. Faktor dominan yang melatarhelakangi pelaksanan pemaduan sistem

pendidikan madrasah dan pendidikan keterampilan yang dilakukan oleh

Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kab. Kuningan, ditinjau dari visi, misi, dantujuannya..

(27)

pelaksanaannya

d Penyusunan dan pelaksanaan kurikulum pendidikan madrasah dan kurikulum pendidikan keterampilan dalam kaitannya dengan upaya pembinaan bakat dan

minat siswa

e Pengetahuan. keterampilan, dan ketertarikan santri dalam mengikuti program keterampilan sebagai upaya pengembangan bakat dan minatnya yang

dilakukan melalui pemaduan sistem pendidikan di pondok pesantren tersebut. f Jumlah siswa yang mengikuti program nendidikan keterampilan,

pandangannya terhadap pragram tersebut , dan aiasan-alasan yang mendasari nemramhilan nroeram nendidikan keteramnilan tersebut dalam kaitannya dengan bakat dan minat mereka

g Pandangan dan ketertarikan siswaterhadap dunia kewirausahaan siswa setelah mereka lulus dari pondok pesantren, serta aiasan-alasan yang mendasarinya h Faktor-faktor dominan yang menjadi penghambat, perintang, atau penghalang

maupun pendorong upaya pembinaan bakat dan minat santri melalui

pengintegrasian kurikulum pendidikan madrasah dan kurikulum pendidikan

keterampilan, ditinjau dari aspek pembina pondok, staf pengajar, fasilitas,

dan siswanya.

i Upaya-upaya nyata yang dilakukan dalam mengatasi berbagai hambatan, perintang, atau penghalang dalam pengembangan bakat dan minat siswa melalui pengintegrasian kurikulum pendidikan madrasah dan kurikulum

pendidikan keterampilan, ditinjau dari pihak pengelola pondok, pengajar, dan

(28)

Berdasarkan temuan lapangan pelaksanaan pemaduan sistem pendidikan

sekolah dan luar sekolah dalam upaya peminaan bakat dan minat santri di

Pondok Pesantren Husnul Khotimah di atas,

selanjutnya dijadikan sebagai

masukan utama dalam memberikan rekomendasi terhadap unaya-upaya

nerbaikan program yang dilaksanakan, sehingga upaya tersebut dapat lebih

berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan

2. Manfaat Penelitian

Secara teoretis manfaat penelitian dapat difungsikan dalam dua segi,

yakni memperkuat (menetapkan teori yang telah ada sebelumnya) dan menolak

atau memperbaiki teori lama (teori sebelumnya). Pada fungsi yang nertama,

nenelitian danat berfungsi untuk melegimitasi teori lama sebagai upaya

neneembanean vano lebih luas. Sedangkan pada fungsi ke dua, adalah untuk

mengoreksi atau menggantikan teori lama dengan teori baru yang ditemukan.

Dengan demikian secara teoritis manfaat penelitian ini adalah sebagai upaya

• pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pemaduan sistem

pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah dalam kaitannya dengan upaya

pembinaan atau pengembangan bakat dan minat santri di pondok pesantren,

Secara praktis penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai alat evaluasi

dalam pelaksanaan pendidikan di pondok pesantren yang telah memasukkan

unsur pendidikan persekolahan dan pendidikan keterampilan dalam kaitannya

dengan pembinaan atau pengembangan bakat dan minat santri. Dengan demikian

bagi lembaga yang diteliti, akan sangat bermanfaat sebagai masukan atau

(29)

peningkatan, atau bahkan koreksi manakala terdapat kebijakan atau langkah yang

kurang tepat. Di samping itu juga sangat bermanfaat bagi langkah penelitian

berikutnya, dalam upaya pengembangan pendidikan di pondok pesantren,

E. Asumsi Penelitian

Penelitian ini berangkat dari sejumlah asumsi sebagai berikut:

1 Pendirian pondok pesantren Husnul Khotimah di Kabupaten Kuningan Jawa

Barat, yang pelaksanaan program pendidikannya dilakukan melalui pemaduan

sistem pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah dilandasi oleh nemikiran

tertentu menuju terwujudnya generasi muda Muslim Rabbani,

2 Agar pencapaian tujuan pelaksanaan pemaduan sistem pendidikan sekolah dan

pendidikan luar sekolah di pondok pesantren berlangsung secara efektif dan

efisien, maka diperlukan dukungan satuan program pembinaan pendidikan dan

kurikulum yangberbeda dengan pondok pesantren tradisional

3. Pelaksanaan pembinaan bakat dan minat santri yang dilaksanakan pondok

pesantren, disamping sebagai media penyaluran, pembinaan, dan pengembangan

bakat dan minat santri, kemungkinan juga berdampak pada minat mereka

terhadap dunia kewirausahaan setelah mereka lulus dari pondok,

4. Sekalipun program pembinaan bakat dan minat santri melalui pemaduan sistem

pendidikan sekolah dan luar sekolah telah direncanakan secara matang,

sistematis, dan terprogram, namun dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari

berbagai hambatan, rintangan, atau tantangan, baik yang sifatnya internal

maupun eksternal. Untuk itu diperlukan upaya-upaya khusus sesuai dengan

(30)
(31)

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Lexy J. Moleong (1997:27) menyatakan bahwa: "Pendekatan

fenomenologi berusaha mengerti subyek dari segi pandangan mereka sendiri".

Sedangkan metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dikarenakan data yang dikumpulkan bersifat kaulitatif Hal ini sesuai dengan pendapat S. Nasution

(1996:18) bahwa:

Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik. Disebut kaulitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi atau diatur dengan eksperimen atau tes".

B. Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kab. Kuningan Jawa Barat, yang didirikan pada tanggal 2 Mei 1994. Pondok Pesantren Husnul Khotimah merupakan suatu pondok pesantren modern dan terpadu dalam keselumhan program pendidikan yang dilaksanakan, yang meliputi program transformasi ilmu pengetahuan dan bahasa, program penanaman nilai-nilai Islam dan akhlaqul karimah, serta program da'wah dan pengarah menuju kehidupan

yang diridhoi Allah SWT. Untuk mendukung pelaksanaan program tersebut Pondok Pesantren Husnul Khotimah, mencoba memadukan tiga kurikulum menjadi satu kesatuan, yaitu kurikulum tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah,

(32)

kurikulum pendidikan keterampilan, dan kurikulum/manhaj salaf yang semuanya

digarap dengan metode pendidikan dan sarana yang modern.

Sejalan dengan fokus penelitian yang diajukan dalam penelitian ini, maka pelaksanaan penelitian akan dilakukan dalam berbagai latar yang bervariasi. Mulai dari situasi formal dalam pengajaran di sekolah/madrasah yang dilaksanakan pagi sampai siang hari, pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler/pendidikan keterampilan sebagai upaya pembinaan bakat dan

minat santri yang diselenggarakan siang hari sampai sore hari, sampai pada situasi pendalaman ilmu agama melalui telaah kitab-kitab salaf sebagai inti kegiatan pondok pesantren yang dilaksanakan pada malam hari.

Dalam kaitannya dengan upaya pengembangan atau pembinaan bakat dan

minat santri, penelitian akan dilakukan dalam latar yang juga bervariasi. Seperti

pada saat santri mengikuti kegiatan di kelas maupun kegiatan praktek di luar kelas

atau di lapangan, terhadap semua bidang keterampilan yang diselenggarakan.

Melalui latar yang bervariasi di atas, diharapkan diperoleh data yang

obyektif, akurat, komprehensif, dan alamiah sehingga mampu menggambarkan

keadaan yang sesungguhnya sesuai dengan fokus penelitian yang diajukan.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif subyek penelitian adalah semua orang yang

dapat dijadikan sebagai sumber informasi. Sejalan dengan fokus yang diajukan dalam penelitian ini, subyek penelitian tidak terbatas pada kyai yang

(33)

yang mampu menjadi sumber informasi langsung dari masalah yang diteliti. Dengan demikian diperoleh data yang obyektif, akurat, terpercaya, rinci, dan komprehensif.

Untuk itu dijadikan subyek dalam penelitian ini disamping kyai adalah ustad/ustadah, tenaga pengajar di madrasah, pembimbing pendidikan keterampilan, maupun para santri itu sendiri.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, sesuai dengan kedalaman dan keluasan data penelitian yang ingin diperoleh, serta kedudukan. peran, dan kewenangan kyai sebagai pimpinan pondok pesantren, maka posisi kyai dijadikan sebagai responden. Artinya sebagai sumber informasi utama dari masalah yang diteliti. Sedangkan posisi ustad/ustadah, staf pengajar madrasah, pembimbing keterampilan, dan para santri dijadikan sebagai informan.

(34)

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui: (1) observasi situasi yang wajar, sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja. (2) wawancara terbuka terhadap subyek penelitian, dan (3) studi dokumentasi. Data

yang terkumpul dideskripsikan secara rinci yang dituangkan dalam bentuk

laporan dan uraian, sehingga dapat diketahui maknanya.

Karakteristik yang khas dari penelitian kualitatif yaitu kedudukan peneliti sebagai alat dan metode penelitian yang digunakan. Artinya instrumen dalam

penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Dalam penelitian kualitatif peneliti adalah

key instrumen atau alat peneliti utama (S. Nasution, 1996). Kedudukan peneliti adalah sebagai perencana. pengumpul, analisis, dan penafsir data, serta menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.

Peneliti melakukan observasi partisipasi (pengamatan berperan serta) untuk mengamati dan mendengarkan secermat mungkin berbagai hal yang berkaitan dengan subjek penelitian dan selama itu pula data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis.

Agar peneliti sebagai alat penelitian dapat menjalankan fungsi dan

perannya dengan baik, maka diperlukan beberapa alat bantu. Beberapa alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman singkat wawancara. buku

catatan hasil wawancara dan observasi. Alat bantu ini tidak digunakan sebagai

(35)

agar peneliti datang ke lapangan sudah dengan maksud memperoleh data

tertentu, serta mencatat secara garis besar hasilnya sebelum dideskripsikan lebih

jelas dan rinci.

Untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang fokus penelitian

yang diajukan, maka diperlukan berbagai teknik pengumpulan data yang relevan.

Teknik pengumpul data tersebut meliputi observasi partisipan. wawancara pada

subjek penelitian. dan studi dokumentasi.

1. Observasi Partisipasi

Observasi partisipasi (pengamatan berperan serta) dilakukan untuk mengamati secermat mungkin berbagai hal yang berkaitan dengan subjek penelitian dan selama itu pula data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis.

Observasi partisipasi ini terjadi selama peneliti menghabiskan waktunya

bersama subyek penelitian untuk mengamati berbagai aktivitas yang dilakukan

terutama dalam mengikuti dan mengerjakan berbagai aktivitas belajar, baik

yang sifatnya kurikuler di sekolah maupun ekstrakurikuler dalam pendidikan keterampilan). baik yang dilakukan di kelas maupun di luar kelas. khususnya yang berkaitan dengan upaya pengembangan bakat dan minat santri, serta memonitor secara langsung sikap, reaksi dan tanggapan santri terhadap aktivitas belajar yang dilakukan..

Selama proses penelitian berlangsung, peneliti sekaligus mencatat segala

(36)

menjawab fokus penelitian ini.

Secara khusus data yang ingin diperoleh melalui kegiatan observasi adalah pelaksanaan pembinaan bakat dan minat santri, ketertarikan atau kesediaan santri untuk mengikuti program pendidikan, serta faktor penghambat dan upaya nyata dalam mengatasinya.

2. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini sifatnya terbuka dan tidak terbatas serta dalam bentuk dialog semi teratur pada setiap anggota subjek penelitian. baik terhadap kyai, ustadAustadah, staf pengajar, pembimbing keterampilan,

maupun para santri.

Data yang ingin diperoleh melaui kegiatan wawancara terutama tentang gambaran umum pondok, latar belakang pemikiran pemaduan sistem pendidikan yang dilakukan, bentuk program, kurikulum, peran pemaduan,

dampak pemaduan terhadap kewirausahaan, faktor penghambat, maupun upaya mengatasi hambatan.

Secara umum, wawancara dilakukan untuk menggali lebih jauh permaalahan-permasalahan yang diajukan, sehingga diperoleh data yang luas, mendalam, dan komprehensif. Data hasil wawancara juga berfungsi untuk melengkapi data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang lain.

3. Studi dokumentasi

(37)

adalah catatan-catatan belajar harian siswa. Sedangkan dokumen resmi yang digunakan dalam penelitian ini terutama adalah data siswa/santri, lulusan,

jadwal kegiatan, serta laporan-laporan kegiatan yang dilaksanakan oleh pondok

dalam melaksanakan program pembinaan bakat dan minat santri.

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menilai apakah data yang diperoleh dari lapangan sahih atau tidak.

maka perlu dilakukan pemeriksaan secara seksama dan teliti. Data yang dianalisis hanya data yang benar-benar sahih, baik dilihat dari segi substansi data, sumber data, maupun teknik pengambilan datanya.

Berkenaan dengan itu, dalam penelitian ini pemeriksaan keabsahan data dilakukan melalui tiga (3) cara, yaitu : diskusi rekan sejawat, triangulasi, dan

auditing.

1. Diskusi rekan sejawat

Setiap langkah yang dilakukan oleh peneliti dan data yang diperoleh diupayakan selalu didiskusikan dengan teman seprofesi yang dianggap tahu banyak tentang permasalahan yang diteliti, sehingga dicapai kesepakatan terhadap data yang dianggap valid. Rekan sejawat tersebut antara lain rekan sekerja peneliti di STAIN Cirebon dan teman-teman di PPS UPI Bandung.

Selanjutnya data hasil kesepakatan tersebut dikonfirmasikan lebih

lanjut kepada konsultan peneliti (pembimbing) untuk dimintai penilaiannya

berkenaan dengan kesepakatan yang telah diambil tadi, maupun dengan

(38)

menjamin kesahihan dan keabsahan data penelitian.

2. Triangulasi

Teknik ini digunakan untuk mengecek secara silang terhadap data yang

telah diperoleh dari sumber utama. Dalam penelitian ini data utamanya ialah

hasil observasi partisipasi peneliti pada saat subjek penelitian mengikuti

berbagai aktivitas dalam upaya pengembangan bakat dan minat santri. Untuk

menilai apakah data yang diperoleh dari sumber utama itu sahih. maka

peneliti melakukan cek kepada kyai, ustad/ustadah, staf pengajar. maupun

guru pembimbing keterampilan.

Data hasil wawancara yang dilakukan terhadap subyek penelitian

selanjutnya juga perlu dikonfirmasikan dengan data pokok (data hasil

observasi partisipasi dan data dokumentasi). Jika data utama tersebut sesuai

dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara, menunjukkan bahwa data

tersebut sahih. Demikian pula apabila di antara data utama ada yang tidak

cocok atau tidak didukung oleh data hasil wawancara, maka data tersebut dapat diabaikan karena dianggap tidak sahih.

3. Auditing

Teknik auditing yang digunakan dalam penelitian ini meliputi proses

inklusi dan eklusi data, yang sebenarnya dilaksanakan pada saat atau

bersamaan dengan teknik pertama (diskusi teman sejawat) dan teknik kedua

(triangulasi).

(39)

yang diperoleh itu relevan dengan masalah penelitian, kalau tidak maka data

tersebut dikeluarkan atau diganti dengan data baru yang dianggap lebih

relevan.

Dengan menggunakan ketiga teknik pemeriksaan keabsahan data di

atas, diharapkan dapat menambah keyakinan peneliti bahwa data yang akan

diolah dan dianalisis merupakan data yang sahih. sehingga kesimpulan yang

diambil juga merupakan kesimpulan yang benar. Dengan demikian

faktor-faktor tertentu yang dapat mencemari validitas internal maupun eksternal

dapat diantisipasi sedini mungkin.

F. Teknik Analisis Data

Jawaban terhadap masalah penelitian memerlukan sejumlah data kualitatif

yang berasal dari sumber-sumber data yang telah ditetapkan.

1. Proses Pencatatan Data

Untuk menganalisis data penelitian, maka keseluruhan data yang

diperoleh dalam penelitian ini dicatat secara seksama dan sistematis melalui

langkah-langkah sebagai berikut:

a). Mengorganisasikan Data

Sebelum melaksanakan pencatatan data terlebih dahulu dilakukan

pencatatan data yang diperlukan sesuai dengan fokus dan tujuan

penelitian. Setelah dikaji secara seksama ditetapkan delapan kelompok

(40)

1) Gambaran umum Pondok Pesantren Husnul Khotimah.

2) Latar belakang pemikiran pelaksanaan program pemaduan sistem pendidikan.

3) Bentuk keterpaduan program pendidikan sekolah dan pendidikan luar

sekolah

4) Keterpaduan kurikulum pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di pondok.

5) Peran pemaduan sistem pendidikan dalam rangka pembinaan bakat dan

minat santri.

6) Dampak pelaksanaan program pemaduan terhadap dunia kewirausahaan

santri.

7) Faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan program pemaduan sistem pendidikan.

8) Upaya yang dilakukan pondok pesantren dalam mengatasi berbagai

hambatan.

Kedelapan kelompok data di atas, terutama dalam kaitannya dengan upaya pengembangan bakat dan minat santri.

Proses pencatatan data tersebut dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung, sehingga dapat dihimpun data yang

lengkap dan akurat. Dengan demikian validitas dan objektivitas data

(41)

b). Merangkum data

Data yang telah diorganisir kemudian dirangkum dalam bentuk yang lebih sederhana, sehingga lebih memudahkan dalam melakukan analisis dan

interpretasi terhadap data yang terkumpul. Setelah data dirangkum selanjutnya data siap untuk diinterpretasikan dan dianalisis lebih lanjut.

2. Analisis Data

Ada beberapa langkah yang ditempuh dalam melakukan analisis terhadap data yang diperoleh, baik dari hasil observasi, wawancara maupun data hasil

studi dokumentasi, yaitu:

a. Mendeskripsikan Data

Deskripsi data dilakukan dengan menguraikan data secara lengkap dan detail sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan dan

dilakukan secara berurutan sesuai dengan fokus masalah yang diajukan.

•b. Menganalisis Data

Untuk menganalisis data, maka berdasarkan deskripsi yang telah

dilakukan kemudian direkapitulasi menjadi satu kesatuan sesuai dengan

fokus masalahnya, selanjutnya berdasarkan deskripsi tersebut dilakukan

penginterpretasian data sehingga diketahui maknanya dengan lebih jelas sebagai dasar pengambilan kesimpulan. Terakhir dilakukan pembahasan lebih lanjut terhadap temuan penelitian dengan telaah berdasarkan kajian

(42)
(43)

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Telah dijelaskan dalam Bab I bahwa penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren

Modern Husnul Khotimah di Desa Maniskidul Kecamatan Jalaksana Kabupaten

Kuningan Jawa Barat yang dalam program pendidikannya telah memadukan

unsur-unsur pendidikan sekolah dengan pendidikan luar sekolah, termasuk pendidikan

keterampilan, dengan tujuan utama untuk memperoleh data tentang misi, visi, dan

tujuan pemaduan program, bentuk keterpaduan program dan kurikulum, peran

pemaduan sistem pendidikan madrasah dan pendidikan keterampilan dalam pembinaan

bakat dan minat santri, dampaknya terhadap dunia kewirausahaan, faktor penghambat

dan pendukung, serta upaya mengatasinya.

Selanjutnya dalam Bab IV telah dipaparkan secara rinci tentang hasil temuan

lapangan sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Namun, untuk memaknai lebih

lanjut tentang temuan-temuan tersebut, kiranya perlu dilakukan pembahasan.

Dalam bab ini, penulis mencoba untuk melakukan pembahasan tersebut, sehingga

temuan-temuan penelitian ini dapat memberikan gambaran yang lebih bermakna.

A. Pondok Pesantren Husnul Khotimah sebagai Pondok Pesantren Modern dan

Terpadu

Sudjoko Prasodjo (1994:24) menegaskan bahwa suatu pondok pesantren

dapat dikatakan modern atau terpadu apabila dalam keselumhan program

pembinaan terhadap para santrinya telah memadukan tradisi pesantren dengan

(44)

sistem pendidikan lainnya, sedang bila ditinjau dari fasilitasnya minimal terdiri dari Mesjid, rumah kyai, pondok, dan madrasah.

Kenyataan bahwa Pondok Pesantren Husnul Khotimah di Kuningan Jawa Barat telah memiliki seperangkat program pendidikan yang tidak mengkhususkan diri pada ilmu keagamaan melalui pengkajian kitab salaf, tetapi juga pendidikan

umum, serta terdapatnya kelengkapan fasilitas yang lebih dari sekedar Mesjid,

mmah kyai, pondok (asrama), dan madrasah, membuktikan bahwa pondok pesantren Husnul Khotimah tersebut dapat diklasifikasikan sebagai suatu Pondok Pesantren Modern dan terpadu.

Telah ditegaskan sebelumnya bahwa Pondok Pesantren Husnul Khotimah dalam keselumhan pembinaan terhadap para santrinya tidak sekedar memfokuskan diri pada pengkajian ilmu-ilmu kauli yaitu ilmu-ilmu keagamaan yang bersumber pada Al-Qur'an dan Al-Hadits melalui Kitaf Salaf, Kitab Klasik atau Kitab Kuning, tetapi secara simultan juga dibarengi dengan pengkajian ilmu kauni yaitu ilmu pengetahuan umum mutakhir melalui sistem pendidikan persekolahan (madrasah)

maupun program pendidikan lainnya, guna menyahuti pembahan dan tuntutan zaman. Ditegaskan oleh Suwendi (Marzuki Wahid, dkk., 1999:217) bahwa

pesantren modern berarti pesantren yang selalu tanggap terhadap pembahan dan

tuntutan zaman, berwawasan masa depan, selalu mengutamakan prinsip efektifitas,

efisiensi, dan sejenisnya. Keterpaduan juga mencerminkan pandangan bahwa modernisasi bukan diterima sebagai masalah, tetapi sebagai tantangan yang hams

dihadapi secara arif dan bijaksana. Dijelaskan oleh Jamali (Marzuki Wahid, dkk.,

(45)

mengingkari realita yang terjadi di dunia ini. Karena itu langkah yang arif adalah selain pesantren hams mempertahankan nilai-nilai keteladanan Nabi Muhammad dan para sahabatnya, pesantren tidak boleh menutup diri dari mengambil manfaat dan nilai-nilai yang baik dari peradaban modern, sebab islam telah memiliki filter atas dampak negatif yang diakibatkannya. Dengan demikian apa yang dilakukan oleh pondok pesantren Husnul Khotimah adalah bukti keterbukaan pondok terhadap transformasi dan dinamika sosial budaya yang terns berlangsung di

tengah-tengah masyarakat sebagai dampak modernisasi di berbagai bidang kehidupan. Pilihan pondok pesantren Husnul Khotimah juga dipandang tepat, mengingat bahwa pondok pesantren model ini akan menjadi model alternatif dalam pemberdayaan pesantren dalam menghasilkan sumber daya manusia unggul baik ditinjau dari aspek spiritual maupun intelektual. Seperti dituturkan Mohammad Ali

(Marzuki Wahid, dkk., 1999:178-180) bahwa dalam menyikapi permasalahan

penyelenggaraan pendidikan, dimana pendidikan yang berciri umum porsi keagamaan kurang memadai, serta faktor-faktor yang mendasari reorientasi pendidikan di pesantren, seperti pergeseran dalam kegiatan ekonomi, pergeseran sistem nilai dan budaya, pergeseran jenis dan kualifikasi pekerjaan, makin menonjolnya orientasi nilai tambah, terjadinya transformasi struktur masyarakat,

(46)

tenaga pendidikan, proses pendidikan, sarana dan prasarana, maupun

penyelenggaraannya.

Sebagai pondok pesantren modern, dalam keseluruhan program pembinaannya Kyai atau Ustadz di Pondok Pesantren Husnul Khotimah tidak sekedar memposisikan diri sebagai pengajar agama, tetapi sekaligus juga memposisikan diri sebagai guru yang harus mengajar ilmu pengetahuan umum melalui program pendidikan persekolahan (madrasah) maupun program pendidikan lainnya (bahasa, umum, maupun keterampilan). Kedudukan santri juga tidak semata-mata sebagai seorang yang mengkhususkan diri untuk belajar agama, tetapi juga sekaligus sebagai siswa yang hams belajar ilmu pengetahuan umum, melalui sekolah atau pendidikan luar sekolah. Dengan demikian diperoleh pengetahuan, sikap, dan perilaku sebagai cermin kepribadian yang utuh (akhlaqul karimah).

M. Dawam Rahardjo (1983) menegaskan bahwa pondok pesantren sekalipun didalamnya terdapat sekolah atau madrasah, namun pondok pesantren tetap bukan sekolah. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan kemasyarakatan. Karena sebagai lembaga pendidikan kemasyarakatan maka kedudukan pondok pesantren pada hakekatnya adalah pendidikan luar sekolah.

(47)

utuh. Dalam pandangan Dedi Djubaedi (Marzuki Wahid, 1999:189-190) keterkaitan

pesantren dengan sekolah (pendidikan formal) menunjukkan vitalnya integrasi dua sistem pendidikan yang sangat tinggi, sehingga pesantren memiliki karakter yang khas baik dalam sistemnya maupun peranannya dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Bahkan pemaduan ini dapat menjadi langkah strategis dalam

mengukuhkan kemampuannya dalam meningkatkan kualitas manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan (habl min Allah) maupun korelasinya dengan sesamanya (habl min an-nas).

Sebagai lembaga pendidikan terpadu, keterpaduan pendidikan luar sekolah

dan pendidikan sekolah di Pondok pesantren Husnul Khotimah dapat ditelusuri dari

berbagai dimensi. Menumt D. Sudjana (1995) keterpaduan pendidikan luar sekolah dan pendidikan sekolah dapat ditelaah berdasar dimensi tujuan, program pendidikan, kurikulum, satuan pendidikan, strategi pembelajaran, proses pembelajaran, dan penyelenggaraan. Mengacu pada pendapat ini, maka keterpaduan pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah yang terjadi di pondok

pesantren Husnul Khotimah dapat ditafsirkan sebagai berikut:

Pertama, dimensi tujuan, yaitu obsesi pondok untuk menghasilkan genarasi muslim rabbani yang memiliki keimanan dan ketagwaan yang mantap terhadap

Allah SWT, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan fungsional sehingga dapat hidup mandiri dan mampu berperan aktif dalam pembangunan masyarakat dan bangsa, seperti yang tercermin dalam visi, misi, dan tujuan serta

(48)

Kedua, dimensi program pendidikan. Keberadaan madrasah,

program-program keterampilan, serta program keagamaan, bahasa, dan umum

mencerminkan bahwa Pondok pesantren Husnul Khotimah secara sadar telah

memadukan pendidikan agama, akademik, umum, maupun keterampilan fungsional sebagai persiapan kerja dan berwirausaha.

Ketiga, dimensi kurikulum Pondok pesantren Husnul Khotimah disamping

menerapkan kurikulum persekolahan yang seragam dan baku baku untuk pendidikan MTs dan MA sebagai dasar pengembangan akademik, umum, maupun agama, secara khusus juga mengembangkan kurikulum yang berorientasi pada

pengembangan bakat dan minat melalui kurikulum pendidikan keterampilan,

sehingga manyahuti tuntutan dan kebutuhan masyarakat bagi pembangunan agama,

bangsa, dan negara.

Keempat, dimensi satuan pendidikan. Pondok Pesantren Husnul Khotimah secara tegas disamping memiliki satuan pendidikan persekolahan melalui MTs dan MA, juga memadukan dengan program-program pendidikan lainnya baik

keagamaan, umum, bahasa, maupun keterampilan dalam bentuk

kelompok-kelompok belajar, kursus, maupun latihan-latihan.

Kelima, dimensi strategi pembelajaran. Pondok Pesantren Husnul Khotimah mencoba menyatupadukan antara teori dengan praktek, antara beribadat dengan

belajar, dalam satu kesatuan yang utuh dan seimbang. Apa yang sudah dipelajari

(49)

Keenam, dimensi proses pembelajaran. Proses pembelajaran di Pondok pesantren Husnul Khotimah tidak terbatas pada pendidikan di sekolah (madrasah) tetapi juga di luar jam sekolah melalui pengajian, halaqoh, latihan keterampilan, pendidikan keagamaan, dsb. Selama di pondok, selama itu pula pembelajaran tems berlangsung. Tidak terpisahnya antara pondok dengan sekolah dalam satu kampus,

menjadikan proses pembelajaran di pondok tersebut hakekatnya berlangsung selama 24 jam perharinya.

Ketujuh, dimensi penyelenggaraan. Seluruh penyelenggaraan program

pendidikan di pondok pesantren Husnul Khotimah, baik program pendidikan persekolahan maupun luar sekolah dilakukan dalam satu manajemen di bawah

organisasi pondok.

B. Latar Belakang Pemaduan Sistem Pendidikan

Pesatnya perkembangan Pondok Pesantren Husnul Khotimah tampaknya tidak lepas dari keseriusan, kegigihan, ketekunan, dan keikhlasan, kesederhanaan,

dalam memegang amanah untuk mencetak genarasi muslim rabbani yang mampu

menyiapkan dan menata kehidupan islami yang harmonis, sekaligus keprihatinan dan kepedulian yang mendalam dalam mensikapi situasi dan kondisi pendidikan umum serta kehidupan masyarakat saat ini yang dirasa semakin jauh dari nilai-nilai

islami.

Tidak dapat dipungkiri bahwa program pendidikan umum yang saat ini

(50)

karimah. Sementara pendidikan pondok pesantren dianggap kuno, tradisional, dan tidak mampu menyahuti tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman.

Sedangkan kehidupan yang berlangsung ditengah-tengah masyarakat, lebih marak dengan pengamh-pengamh budaya asing, globalisasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sering kali dengan kuat dan cepatnya mengikis dan

bahkan memntuhkan sebagaian masyarakat dari nilai-nilai hidup beragama.

Kondisi yang serba dilematis inilah tampaknya yang memicu kesadaran Pondok Pesantren Husnul Khotimah untuk mengembangkan visi, misi, dan tujuan

yang lebih religius, komprehensif, dan prospektif guna menjawab tantangan zaman melalui sistem pendidikan yang terpadu dan modern dengan meletakkan penanaman nilai-nilai keislaman sebagai fondasi utamanya, sehingga mampu

berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan masyarakat islam yang diridhoi

oleh Allah SWT, mengharumkan nama bangsa dan kebesran Islam, serta

menggelorakan syiar Islam di muka bumi. Uraian di tas tampaknya senada dengan yang dikemukakan oleh Abdulrahmad wahid (M. Dawam Rahardjo, 1974:44-45)

bahwa kebanyakan pesantren didirikan sebagai salah satu bentuk reaksi terhadap

pola kehidupan tertentu yang dianggap rawan menuju terwujudnya asetisme (kealiman) sebagai proyeksi pilihan ideal bagi pola kehidupan yang dilanda krisis

kemasyarakatan sekitarnya.

(51)

hams ditempuh melalui jalur pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.

Hal senada juga diungkapkan oleh

Dedi Djubaedi (Marzuki Wahid, dkk.,

1999:183-184) bahwa pelaksanaan pendidikan nasional, dalam kenyataannya, harus

dipadukan dengan program-program pembangunan di segala bidang, dengan titik

berat diantaranya: (1) tujuan pendidikan nasional tidak hanya meningkatkan

kecerdasan dan keterampilan, tetapi juga meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur. memperkuat kepribadian, dan mempertebal

semangat kebangsaan dan cinta tanah air, (2) pendidikan tidak hanya dilaksanakan

di sekolah, tetapi juga dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, karena itu juga

menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat, (3) menggariskan agar setiap

jenjang pendidikan diintegrasikan pendidikan berpikir dengan pendidikan

humaniora atau kemnusiaan, dan (4) perlunya perluasan kesempatan memperoleh

pendidikan dan sekaligus mengarahkan pada kebutuhan pembangunan, dengan

pembinaan mantap dan terpadu.

C. Bentuk Keterpaduan Program Pendidikan

Mencetak generasi muda islam rabbani yang mampu menyiapkan diri dan

menata kehidupan yang harmonis, berarti membangun generasi muda islam yang

berkepribadian unggul dan utuh. Upaya ini tentu tidak dapat dilakukan secara

segmental atau sepotong-sepotong, tetapi hams dilakukan secara simultan dan utuh.

Manusia terdiri dari totalitas jiwa-raga; kognitif, afektif, dan psikomotor; cipta,

rasa, dan karsa, yang satu dengan yang lain mempakan satu kesatuan yang tak

(52)

seseorang mempakan kekuatan emosional yang membimbing dan mengarahkan

selumh perilaku manusia.

Dikembangkannya tiga program utama di Pondok Pesantren Husnul

Khotimah, yaitu program transformasi ilmu pengetahuan dan bahasa, penanaman

nilai-nilai Islam dan akhlaqul karimah, serta program dakwah dan pengarah

masyarakat menuju kehidupan yang diridhloi Allah SWT, mencerminkan keutuhan

program sebagai landasan dan penuntun dalam membangun totalitas kerpibadian

manusia yang berlandaskan nilai-nilai keislaman atau generasi muda muslim

rabbani atau kafah yang diridhloi Allah SWT.

Apa yang ingin dicapai Pondok Pesantren Husnul Khotimah, melalui tiga

program utamanya tampaknya sangat selaras dengan Tujuan Pendidikan Nasional

seperti yang terkandung dalam UUSPN No. 2Tahun 1989, yaitu:

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,

yaitu manusia yang beriman dan bertagwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan

' jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung

jawab kemasyarakatan dan berbangsa

Didorong oleh kesadaran bahwa untuk melaksanakan dan mencapai visi, misi,

tujuan, dan program dikembangkan, tidak mungkin dilakukan melalui satu jalur

pendidikan, maka dengan sengaja pondok telah mengintegrasikan sistem

pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah ke dalam satu kesatuan yang utuh

dan terpadu, melalui enam jalur pembinaan pendidikan, yaitu

jalur program

pembinaan pendidikan persekolahan atau madrasah (MTs, MAU, dan MAK),

Program Pembinaan Pendidikan Keagamaan, Program Pembinaan Pendidikan

(53)

Pendidikan Keterampilan, sebagai satu kesatuan. Ke lima jalur pembinaan pendidikan terakhir sebagai jalur pendidikan luar sekolah, pada prinsipnya juga ada

dan dilaksanakan di sekolah, namun dalam rangka pendalaman, perluasan, pengayaan, serta pengimplementasiannya, maka program tersebut direncanakan,

dikembangkan, dan dilaksanakan secara khusus, terpadu, terencana, terprogram,

sistematis, dan berkesinambungan, sehingga masing-masing jalur pembinaan dapat

berfungsi secara terpadu dan sinergik menuju pencapaian tujuan. Dengan demikian

sekalipun masing-masing jalur memiliki tujuan tertentu sesuai yang telah

digariskan, namun pada akhirnya memiliki titik temu yang sama, yaitu tercapainya

visi dan misi pendidikan pondok.

Pemaduan pendidikan kepesantrenan di Pondok Husnul Khotimah yang dijabarkan dalam empat julur program pendidikan di atas (keagamaan, bahasa, umum, dan keterampilan) sebagai bentuk pendidikan luar sekolah dan pendidikan

madrasah sebagai bentuk pendidikan persekolahan, dengan fungsi khusus yang dibawakan oleh masing-masing, dalam konteks pendidikan nasional dapat

dipandang sebagai cermin dinamika pendidikan yang lebih mantap. Seiring dengan

itu menumt Dedi Djubaedi (Marzuki Wahid, dkk., 1999:184) yang penting

diupayakan dalam mengintegrasikan jalur pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah adalah bagaimana agar diantara keduanya benar-benar terjadi integrasi baik secara fungsional maupun institusional. Sebab, bila keduanya kurang berjalan terpadu, maka pencapaian sasaran pendidikan akan terhambat.

(54)

terbatas pada proses pembelajaran, isi program, pengelolaan administrasi, tetapi

pada selumh komponen pendidikan, termasuk pengendalian program, dilakukan secara terencana, sistematis, dan terprogram, dengan maksud agar keduanya terjadi

keterpaduan baik secara fungsional maupun institusional. Selanjutnya, bila kita mengacu pada mmusan tentang model-model pendidikan luar sekolah yang diajukan D. Sudjana (1996), maka model pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren Husnul Khotimah adalah model terpadu (integated model) sebab apa yang terjadi di pondok tersebut adalah suatu penggabungan antara kedua jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah ke dalam sistem pendidikan terpadu, yang didalamnya selumh komponen dari dua jalur pendidikan tersebut diintegrasikan. Sedangkan bila kita mengacu pendapat Maksum

Muhtar (Marzuki wahid, 1999:198-200). berdasarkan lima model yang diangkat,

yaitu Model Pesantren: (1) Tebuireng, (2) Maslakul Huda Pati, (3) Darussalam -Gontor, (4) Darunnajah - Jakarta atau Assalam Surakarta, dan (5) sekolah yang

dimodel pesantren (boarding school), maka pemaduan yang diterapkan di pondok

pesantren Husnul Khotimah tampaknya lebih mendekati model yang kelima, dimana dalam model tersebut wujdunya adalah sekolah, tetapi dimodel pesantren (boarding school) atau sekolah berasrama. Ku

Gambar

Gambar 3 Susunan Pengurus Pondok Pesantren Husnul Khotimah Manis Kidul

Referensi

Dokumen terkait