• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TENTANG MAKNA MODERNISASI PESANTREN TERPADU: Menyimak Keterpaduan Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah dan Pendidikan Sekolah di Pesantren Al-Fath Cicalengka Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN TENTANG MAKNA MODERNISASI PESANTREN TERPADU: Menyimak Keterpaduan Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah dan Pendidikan Sekolah di Pesantren Al-Fath Cicalengka Bandung."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TENTANG MAKNA MODERNISASI

PESANTREN TERPADU

"iZzlsSLZtZttsjftzr ess1-"-—

T E S I S

T„-*i* ™»M*n Kepada Panltfa UJian Te«ls

Institut Kjguruan dan Ilmu Pendidikan Bandun*

untuk memenuhi sebagian dari syarat

«_. ™g**am Pascasarjana

Bidang Stud! Pendidikan Luar Sekolah

O t e h :

iohlas Bxttiyamin

9032221/XX1I/14

n„ PROGRAM PASCASAHJANA

INSTITUT KEGUHUAN DAN ILmFpSdIDIKAN

BANDUNG

(2)

Prof. Dr. H. Sudardja Adiwikarta, MA

( Pembimbing 1)

Dr. H. Djudju Sudjana SP. MEd.

(Pembimbing II)

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGUHUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

B A N D U N G

(3)

Daftar Penguji :

Prof. Dr. H. Sudardja Adiwikarta M. A.

(Fetngxtji Tahap I dan. Tahap II)

Dr. H. Djudju Sudjana SP. MEd.

( Fengzcfi Tahap I dan Tahap II )

Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah M.A.

C Pttngxtji Tahap I dan Tahap II )

Prof. Dr. Nursid Sumaatmadja

( Fengu.fi Tahap I dan Tahap II)

Prof. Dr. Soepardjo Adikusumo (Atm.)

(4)

Pesantren Terpadu;

Menyimak Keterpaduan Kegiatan

Penyelengga-raan Pendidikan Luar Sekolah dan Pendidikan Sekolah di Pondok

Pesantren Al-Falah Cicalengka Bandung, Yang melatar belakangi

penelitian di antaranya ingin mengkaj i lembaga PLS yang asli, yaitu pesantren, yang akhir-akhir ini, mengalami perkembangan

cukup pesat. Pemaduan itu ialah antara sistem tradisonal

(salafiah) dengan modern (ashriyah), dan atau pemaduan

Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dengan Pendidikan Sekolah (PS).

Metode pendekatam yang digunakan untuk mengungkap makna

tersebut adalah metode kualitatif. Sasaran yang ingin dicapai

ingin mengetahui apa, dan bagaimana kegiatan penyelenggaraan pendidikan di lembaga yang menerapkan model terpadu tersebut; Apanya yang terpadu, apakah upaya pemaduan itu sebagai proses

modernisasi, khususnya di Pesantren Al-Falah Cicalengka.

Beberapa temuan di antaranya; temuan monumentalnya

adalah; terdapat keunggulan dari model terpadu, misalnya

wawasan santri semakin luas, lebih relevan dengan perkembangan

pembangunan, lebih bisa mengantisipasi masa depan, memperluas prospektif dunia kerja. Keterpaduan di Al-Falah; pada awalnya pengintegrasian program pesantren tradisional dengan program

madrasah, perkembangan selanjutnya, setelah madrasah semakin

banyak peminat, sementara program takhasus cenderung menurun,

pola terpadu di itu menjadi PLS sebagai pelengkap PS, Keterpa

duan di Al-Falah juga dalam membina kehidupan santri secara utuh yaitu terpadu antara belajarf beribadah dan bertisaha.

(5)

kemajuan itu di antaranya, pemikiran kiai dan santrinya,

strategi kegiatan pendidikannya, pengembangan sarana fisiknya,

manajemen dan penambahan unti-unit atau lembaga-lembaga, yang

saling

terkait dan saling menunjang dalam

suatu

pola

keterpaduan tersebut. Dalam usaha peningkatan wawasan serta kualitas para santri, berbagai strategi, pendekatan dan metode

pembelajaran digunakan. Misalnya dengan penerapan

<empo*ering

process', pendekatannya pedagogi dan andragogi. Metode belajar

membelajarkan yang digunakan, misalnya metode partisipasi;

sorogan, badungan, simulasi, ceramah bervariasi dll.

Dari keterpaduan itu terdapat juga kelemahan-kelemahan

di antaranya dari segi pelayanan 'kelas takhosus' cenderung

'terkalahkan' oleh madrasah. Kemungkinan karena kelelahan

siswa dengan padatnya pendidikan, peningkatan mutu cenderung

*mudab-dahun', masih banyak program yang belum konsisten dan

kontinu, misalnya pendidikan keterampilan khusus yang

sifat-nya masih musiman. Saran dari peneliti; jadilah pesantren

yang betul-betul menerapkan model terpadu; dalam hal ini

madrasah dituntut menerapkan kurikulum Depag Plusf Pesantren

Tradisional sesuai dengan kaidah-kaidah yang sudah ada dan

positif, begitu pula pendidikan keterampilan khusus yang

selama ini belum kontinu perlu ditata secara profesional.

Insya-Allah lembaga ini akan semakin besar peranannya dalam meningkatkan kualitas manusia khususnya para santri diharapkan

menjadi manusia; beriman bertaqwa, mandiri, dan modern, sesuai dengan ilmu yang telah diperolehnya.

(6)

LEMBAR JUDUL TESIS

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

RATA PENGANTAR

UCAPAN SYUKUR DAN TERIMAKASIH ABTRAKSI

DAFTAR ISI ;

DAFTAR BAGAN

DAFTAR LAMPIRAN

11

iii

v

viii

x

xiv xiv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemikiran

B. Identifikasi, Fokus dan Pembatasan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 14

D. Penjelasan Istilah 15

JAB II KONSEP MODERNISASI, PESANTREN DAN PLS

A. Konsep Makna, Modernisasi dan Pesantren Modern 20

B. Unsur-Unsur, Tipologi dan Pembaruan Pesantren

1. Unsur-Unsur Pondok Pesantren 37

2. Tipologi, Karakter dan Fungsi Pesantren .... 38

3. Pembaruan Pesantren 40

C. PLS.; KBM, Andragogi dan 'empowering process'...

1. Pesantren Sebagai PLS 42

2. Teori KBM dalam PLS 45

3. Kegiatan Belajar Partisipatif dan

teknik-tekniknya 51

x

(7)

D. Manajenen Pesantren/PLS

59

B. Pesantren K8„ghadapi Era Globalisasi dan „asa

Depan

64

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A- Metode Kualitatif dan Kerangka Penelitian

74

B. Teknik Pengunpulan data

79

C Wilayah dan Objek Penelitian

80

D. Analisis dan Penafsiran Data

82

E. Pelaksanaan Penelitian

nMn 84

BAB IV HASIL PENELITIAN

A- Sejarah Singkat dan Letak Pesantren Al-Falah

...

89

1- Sejarah Singkat Berdirinya Pesantren Al-Falah

89

2- Letak Geografis dan Sosial Pesantren Al-Falah

92

B- Profil Pesantren Al-Falah Sebagai

Pesantren

Terpadu ...

94

1- Keterpaduan dari segi Tujuan Pendidikan

94

2. Keterpaduan antar Unsur-unsur Pesantren

97

a. Kiai dan Ustad di Al-Falah

97

b. Santri Takhosus Al-Falah

101

c Alumni Al-Falah

• • . 107

d. Pondok. Masjid, Perpustkaan, dll

m

e• Yayasan ..

119 f. Sistem Nilai

120

(8)

C Keterpaduan Program Pendidikan di Al-Falah

129

1. Program Pendidikan di Pesantren (Takhosus) ..

129

2- Program Pendidikan di Madrasah

132

3. Program Pendidikan Keterampilan Khusus

134

D. Keterpaduan Kegiatan Pendidikan

138

1. Kegiatan Pendidikan

138

2. Pendekatan Pedagogi dan Andragogi

142

3. Metode Pembelajaran

144

4. Media dan Evaluasi Pendidikan

147

E- Pola Terpadu di Beberapa Pesantren

148

F. Latar Belakang Modernisasi di Al-Falah

155

1. Pola Pemikiran Kiai

• xoo

2. Pola Pemikiran Santri

156

3. Pola Pemikiran Alumni

loo

G. Modernisasi Sistem Pendidikan .

163

1- Pemaduan PLS dan PS sebagai Upaya Modernisasi

163

2. Qiro'at Sebagai Ciri Khas al-Falah

185

H. Modernisasi Pengelolaan dan Kele^bagaan

168

1. Pengelolaan Unsur-unsur Pesantren

168

2. Kelembagaan dan Kerjasama dengan intansi lain

172

I. Kendala dan Prestasi di Al-Falah

1 /b

&B V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ....

182

A. Prakata Analisis

182

B. Mengkaji Makna Pemikiran

184

C Pesantren Terpadu Diuinati Masyarakat

187

(9)

E- Pesantren Terpadu Sebagai Salah Satu Model PLS

. l96

1. Pesantren Terpadu sebagai 'integrated model'.

198

2. Keterpaduan Pesantren dilihat dari

karakte-ristik PLS dan PS .

198

3- Pesantren Sebagai Sub Sistem Pendidikan

Na-sional ..

203

4. Pola Terpadu Al-Falah: PLS sebagai pelengkap

PS . . .

206

5- Menggugat Qiro'at, Kitab Kuning dan

'Kuriku-lum Terpadu'

207

6- Menyinggung Tipe Kegiatan Belajar Partisipa

tif . .

211

7. Menyinggung Pengelolaan Pesantren

21g

F- Pengembangan SDM di Pesantren dilihat

dari

'empowering process' dan 'modernisasi manusia'..

222

G. Keunggulan Keterpaduan dan Kontribusinya bagi

Pesantren, Santri dan Masyarakat

230

H. Kelemahan Pola Pesantren Terpadu Al-Falah d

Alternatif Pemecahannya

lan

235

B VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

241 B. Rekomendasi

250

?TAR BACAAN . . .

258 fPIRAN

265

(10)

1- BAGAN 1:PARADIGMA ATAU KERANGKA PENELITIAN

2. BAGAN 2:PERUBAHAN NILAI-NILAI DALAM PROSES MODERNI

SASI

DAFTAR LAMPIRAN

1. LAMPIRAN 1; Nama-nama Responsen

2- LAMPIRAN 2; Peta Kecamatan Cicalengka (Letak

Pesan-Al-Falah

3. LAMPIRAH 3; Tabal 1 Perkembangan Santri Takhosus

Al-Falah (1979 - igg2)

1. LAMPIRAH 4; Tabel 2 Perkenbangan P..ert.' Pesantren

Kilat Al-Falah (1987 - 1992)

5. LAMPJRAH 5; Tabs! 3Daftar Kitab Kuning Di

Perpusta-kaan Al-Falah

»- IAMPIRAH 6; Denah Pondok Pesantren Al-Falah

Ciea-lenka Bandung

•LAMPIRAN 7; Tabel 4 Perkembangan Jumlah Siswa Madra

sah Tsanawiyah Al-Falah (85/86-91/92)

•LAMPIRAN 8; Tabel 5 Nama Guru-Guru dan Pembagian

Tu-gas Mengajar Madrasah Tsanawiyah Al-Falah

-LAMPIRAN 9; Tabel 6Perkembangan Jumlah Siswa Madra

sah Al-Falah 1986/1987-1991/1992

LAMPIRAN 10; Tabel 7, laoei / Daftar Guru dan Karyawan MadraDnft-o,. n

sah Aliyah Al-Falah Cicalengka_ ta

xiv

78

227

265

272

273

274

275

276

277

278

279

(11)

Tarbiyah Al-Falah

281

12.

LAMPIRAH 12; Tabe! 8 PerkeBbanSan

nahasiSBa STITA

C1985 / 1986 - l8ai / 1982)

282

13. LAMPIRAH

13; GaBbara„ PeBasukan Keuangan ^

d. ^

Falah . .

284

14. LAMPIRAN 14; Tabel 10 Struktur Program Kurikulum Mad

rasah Aliyah Tahun 1984, Pilihan A (He

lium Agama) ..

286

».

LAMPIRAH 15; Tabel U Kegiatan „arlan Santri

^ ^

^

«. LAMPIRAH 16; SK Pe«bUbing dan Surat izi„ PeneUtlan

^

17. LAMPXRAH 17; Albun Foto Sltuasi dan ^ ^ ^ ^

(12)

. Latar Belakang Pemikiran

Dilihat dari beberapa segi, pesantren merupakan tempat

kegiatan pendidikan luar sekolah. Misalnya, di satu sisi jika

dilihat dari awal kemunculannya atau penyelenggaraannya suatu

Pesantren muncul atas dasar inisyatif dari angota masyarakat.

Di sisi lain, dalam hal ini menurut peranturan pemerintah no.

73 (1992) pesantren memang diakui sebagai salah satu lembaga

Pendidikan luar sekolah yang membina pendidikan mengenai

keagamaan.

Supardjo Adikusomo ( S. Trisnamansyah, 1984:75),

mengemu-kakan bahwa :

terSsn*^ L^f Sekolah ada^h setiap kesempatan di mana

sekoUh dan^i ' 7ang tertSUr dan terarah ^i W

sekolah, dan seseorang memperoleh informasi, pengetahuan

latihan atau bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan

sikap^an nfa^tU^ian »en*e»ba^an tingkat keterampUan

™a 4- nilai-nilai yang memungkinkan baginya meniadi

lltl

bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya"

ta y&nf efisien dan efektif dalam lingkungan kelSarga

keluarga

Pesantren sebagai lembaga pendidikan dalam proses

edukasinya demi menyiapkan warga belajar (santri)

untuk

menyadari dirinya di tengah lingkungannya. Sesuai dengan makna

Pendidikan, menyadari diri dalam arti menyangkut manifesto

dari

pikiran, perasaan dan kehendak seperti kata

B.S.

Mardiatmadja (1991; 52)

"pendidikan memupuk cipta, rass dan

**rSa, yang terus dikembangkan selama mungkin".

Demikian juga

(13)

yang dike.ukaka„ Dick Hartoko> 198s> pendidikan ^

^^

berbudi l„hur, »niJai ^

yang ingin ^^ ss]ur^

^

^

~r*. oisa, yanff secara seimDa„ff »«nge„ba„9ta„ cipta,

karsa dan rasa".

Pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohan.

bag, yang masih memerlukan (M.J. Langeveld, 1949). Pendidikan

adalah bantuan supaya orang dapat membantu dirinya dalam

-gala bida„g hidup (J. Rlberu_ 187Q) ^^

^ . ^

seseorang diharapkan dapat mandiri dalam relasi dengan yang

'"•' "*"" diUngkaP "• <"^«*-a. 1980 ''pendidikan sebagai

Pemanusiaan manusia muda; pendidikan membantu seseorang untuk

tahu dan mau bertindak sebagai manUsia yang

m„ini

Jad.

Pendidikan adalah

^nisasl dsn

htl01anisasi„ ^

^ ^

Pendidikan sebagaimana dikemukakan Ki Hajar Dewantara -flna*

»*rus

tetes

^ngembangkan tmkat

tfa„

lmtrmtlva.m

Bebas bag.

anak tentu bebas yang bertangung jawab. Soeparddo A (1992)

"enyatakan

^nggu itu tidak pada

^

^

^

^^

«*ta ssndiri yang mmymb^kan k.tm t.dak ^

^^

^

kaitan ini konsep-konsep dan prinsip-prinsip PLS perl.

dipergunakan dalam penvelwtftf....

penyelenes«aan suatu program PLS, misalnya

Penerapan 'ermpowering process', andragogi, manajmen PLS dll

?enyelenggara.an pendidikan luar sekolah itu salah satunya ada

H pesantren.

am

u

Empowering Process, sebagaimana dikemukakan S

:indervatter (1979, 150) sebagai berikut

defined

uzanne Empowering was

(14)

K in -ociety. fl„ empowering process is a

means to tring about suc„ Ufx,erstantfi„ff a„ co„tr(jJ „_

Seoara bebas pengertian di atas sebagai

berikut;

empowering proses adalah, pendekatan yang bertujuan untuk

-mberikan pengertian dan kesadaran kepada seseorang, kelompok

untuk

memahami dan mengontrol kekuata„-kekuata„

sosial

ekonomi dan Politik sehingga dapat memperbaiki peranannnya

dalam masyarakat. Secara terperinoi Kindervatter menjelaskan

konsepsi empowering sehagai berikut;

E££ ?an*9meninXt?annyLnk?*''*r*n —»»"• «ntuk

keterampilan yang o™a2t. Jeour^tlTlT, .T'«""

kegiatan yang terarah hZr,.,ZZ ' J berkiprah dalam

Ketiga, terus mener^ "P"""")'*"' pada diri sendiri.

keyaki'nan pada 7/r7 senTirf dZf3" *ete™,piJan

dan

kemampuan dalam mengambil kepu'tjLn *L ""**' me"i"S^'*^"

Sumner untuk meninglatkan I^ZZrlZZ£?am*m

S""">er-Selanoutnya, Kindervatter mengemukakan empat strategi

untuk

penerapan empowering proses, yaitu; (!)

Comunity

Organization, <2> SeXf-Management and Collaboration,

(3)

Partisipant approache, dan (4) Education for justice. Adapun

»u,ud nyata dari empowering, ditunjukkan melalui delapan oiri

utama, meliputi;

^Me^?ki^„g^i^^^Lb?ne^»g?af%^ra:be^^-"•

saling tukar dalam kelompok, meningkat dala* kekuatan

'"nirn1"!?:'"^"1 dan k"»^t« untuk memilih berbagai

4) Adanya peningkatan konsep diri, rasa ...,,• n i, •a

M Ja*? yang positif pada identUas budaya

*^

°Ua

5) Memiliki kemampuan untnk r*c.n««Z i y '

tepat, memiliki ?iUkan E'SE

"2 ?engalaBan s^«a

(15)

?>

Zt^sllt"^^^

UBtUk

^"^

"••« -'"--"if

8) -la1uikkanPLrtSee?aSLrdne„gI„bih ??""" "« I"™"' -l-

1979;63) eraKsi dengan lingkungan (Kindervatter,

Untuk mengaplikasikan konsep-konsep tersebut tentu perlu

disesuai dengan srategi, metode dan pendekatannya. Menyinggung

mengenai salah satu pendekatan yang biasa juga diterapkan

dalam program PLS ialah andragogi, penggunaan istilah

andragogi telah dimulai pada parun awal abad delapan belas

(Cross, 1981). Namun pakar pendidikan orang dewasa yang

mengkao'i kembangkan konsep andragogi adalah Knowles (1970)

Andragogi,

'sebagai pendidikan orang dewasa' didasarkan

sekurang-kurangnya pada empat asumsi mengenai karakteristik

warga belajarnya.

.ar\irSko„sepl!rf„hyakbe:gerana?i",ende''aSa"Se0r^-yang bergantung ke arah LrfhfJf seseorang pribadi

mengakumulasikln

banyak

ventlll™*

mandiri> <2> manusia

sehingga menjadi suatT^ber bela?S yanTbe dirr0lehnya

kesiapan belajar manusia secara «™4n»Eg*berkembang, (3)

pada tugas perkembangan L^n^ meningkat diorientasikan

nirmana5 (pers^ktive) ?SakJCnyr^beruSah"1^'- d-" (4)

Pengetahuan yang tertnnH* ™« berubah dari suatu

yang segara/ yfng secara ^eirinf"75- "T^1

P*™***™

belajar beralih dari *uf?„ * l*Xnf ?rientasinya terhadap

Pelajaran kepada orlentasfterouS^31/6^5^ pada *ata

1970, Knowlwes 1980)

terpusat pada masalah" (Knowles

Sedikit menyinggung mengenai manajemen PLS, H.D. Sudjana

(1992) mengemukakan

"ManaJemn program pendidikan luar sekolah

**P*t didefinisikan sebagai upaya menerapkan fungsi-fungsi

Pengelolaan baik untuk setiap kegiatan yang berkaitan dengan

kelembagaan pendidikan luar sekolah maupun untuk

satuan

(16)

hubungan kemanusiaan dan organises!. Adapun fungsi manajemen

Pendidikan luar sekolah yaitu; perencanaan. pengorganisasian,

penggerakan, pembi„aan, penilaian, dan pengembangan. Antara

masing-masing fungsi tersebut berkaitan secara 'sirkuler'.

Berbicara mengenai kemunculan suatu pesantren, yang

biasanya atas dasar inisyatif anggota masyarakat, dimulai dari

adanya

anggota masyarakat yang ingin

mempelajari

ilmu

pengetahuan keagamaan yang diberikan oleh guru ngaji, ustad,,

kiai atau ajengan. Seperti halnya yang terjadi di salah satu

desa Tenjolaya, Cicalengka Bandung bermula dari ada empat

orang yang ingin belajar ngaji pada guru ngaji dalam hal ini

Pada Achmad Syahid seorang alumni suatu pesantren. la, terus

aembina para santri yang dari waktu ke waktu semakin berta.bah

dan berkembang sampai saat ini. bahkan sudah menerapkan

'sistem terpadu'. Achmad Syahid sudah tergolong seorang Kiai,

dan menjadi pimpinan pesantren di Al-Falah tersehut.

Dari fenomena dan fakta yang ada di masyarakat serta

informasi dari media massa, dan referensi lain, kini banyak

anggota masyarakat yang mendirikan pesanten dengan dinamikanya

masing-masing, ada yang berkembang pesat dan ada yang lamban

Beberapa Pesantren dalam mengalami perkembangannya itu ada

yang bertahan dengan pola tradisional ada yang memadukannya

dengan ditambah dengan mendirikan madrasah, atau ditambah

dengan

keterampila„ khusus lain„ya. Apakah

perkembangan

(17)

hal ini bisa diangap bahwa pesantren tersebut dalam rangka

berusaha untuk dapat menyesuaiken diri dengan tuntutan saman?

Hal ini dihubungkan dengan Pernyataan-pernyataan para

ahli, misalnya, Brembeck, 1973 mengemukakan;

-Pendidikan luar

sekolan sebagai

sun sistem pendidikan dipandang

sebagai

lemtaga yang selalu narus ada dalam proses peruoanan sosial,

yaitu dituntut sebagai lembaga yang paling sensitif ternadap

perubahan~.

Ir. Kaufman „.ltMn> ^

..^^

^^

menunjukkan kesigapan pendidikan luar sekolah

sefcagai

lembaga

pendidikan, dalam pendekatannya perlu mengggunakan

sistem

manajemen perubanan-.

Teori sistem ini di dalamnya terdiri

dari in pot, proses dan out put.

Perubahan sistem, perubahan oriental dalam suatu

lembaga sangat tergantung dari keinginan pengasuhnya,

katakanlah jika di pesantren tergantung Kiainya. Botkin. 1979

menyatakan "Peran guru (termasuk Kiai) dalam proses pendidikan

bukan lagl hanya terbatas pada

mmlntmnam

yang ieMh

berorientasi pada pemeliharaan kebudayaan dan kebiasaan lama,

akan tetapi harus lebih antisipatori yang bercirikan penuh

kreatif baru dan berorientasi pada perubahan.

Sementara

Knowles dan Darkenwals. 1982. memaknai suatu perubahan,

khusunya mengenai perubahan sikap,

yaitu dalam oentuk-oentuk

^anfaatan intelektual, adanya aktualisasi diri, peningkatan

>ribadi dan sosial, transformasi (peruoanan atas keputusan

;endiri) adanya peningkatan efektiyitas organisasi".

Konteks

(18)

Jadi dari fenomena tersehut penulis ingin mengungkapnya

dengan keca.ata PLS. Misalnya, dari segi tujuannya apakah

berupaya untuk membina dan meningkatkan kemandirian para

santri, dalam hal ini dilihat dari konsep dan Prinsip-prinsip

•empowering process'. Dari segi Penydenggaraannya, dala. hal

»i dUihat dari manajemen PLS. Dari segi kegiatan belajar

-mbelajerkannya apakah menekankan pedagcgi atau andragogi

Juga dari segi perkembangannya dalam hal ini dilihat dari

konsep modernisasi.

Sesuai dengan konsep-konsep dan

prinsip-prinsip

empowering

procese dala„ konteks peningkatan ^^ ^^

atau dalam mengusung warga belajar menjadi i„Sa„-i„sa„ yang

-nyadari eksistensi dirinya, lalu berupaya .„„.„„,,„

dxrinya Belalui aktivitas pendidikan, keterampilan dan

komunikasi terkendeli lainnya dalam rangka mengembangkan

potensi yang dimiliki seseorang CsarH-r^ h ~seorang (santri), dengan menggunakan

sumber-sumber yang tersedia dan ditujukan pada peningkatan

kemampuan dirinye, sehi„gga nenjadi insan ^.^ ^ ^

-nyesu.ikan diri dengan lingkungan sosial. budaya, politik

dan lain sebaginya. Upaya ini pada dasarnya ^

^^

membangun sumber daya manusia agar berkualitas.

Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia

Soepardjo Adikusumo, 1992, mengemukaan bahwa ;

"Kualitas sumber daya msnu^i^ *.

pengertian kesadaran mlnutia ter'nada^:tli,/iPaha",i •*"*'"

(19)

»ela*sena*a„

lingkungannya,

peranannya dalZ Pros^"9**?"1 "iri">" "'"

sehinooa ™ ™ Proses mteraksi dengan hidupnya". ^mngga peranannya itu bermakna dalam

Pembangunan sumber daya manusia sebagaimana diisaratkan

Garis-garis Besar Hainan Hegara, dalam rangka meningkatkan

kualitas manusia Indonesia, baik kei.anan dan

ketaowaan

terhadap Tuhan VME, berbudi luhur, bertanggung jawab, tangguh

berdisiplin, cerdas dan terampil serta sehat jasma„i da„

roh.ni.

Membangun manusia-manusia terdidik, mandiri

dan

memiliki rasa kesetiakawanan sosial, bekerja keras, produktif

kreatif dan inovatif, serta berorientasi ke masa depan untuk

-nciptakan kehidupan yang lebih baik. Untuk itu selayak„ya

kebijaksanaan pembangunan sumber daya manusia ini dilaksanak

secara menyeluruh, terarah, terpadu dan berkesinambungan.

Dalam pembangunan sekarang ini, amatlah wajar apabila

kite, juga pemerintah menjadikan pesantren sebagai kekuatan

pembangunan

dengan

jalan

membina

dan

„.„„ u

,

18 dan aengembangkan

Pesantren semaksimal mungkin. Kerja sama ulama-umaro, insya

Allah bisa menjadi kunci bagi keberhasilan

pembangunen

Pesantren biasanya memiliki kekuatan tertentu, dalam hal i„i

masyarakat

Pesantren memiliki karakteristik khas

meliputi-keterendeun, keunggula„,, sikap disiplin, sikap sosial, sikap

moral dan sikap loyal.

Karel, A. ,1974, mengemukakan;

"Dal™ sistem pesantren

tradisional, huhungan antara guru dan murid

sa„9at

erat

^orang santri secara permanenen nidup dalam

1ingkungan

(20)

kepada Kiai~.

Sementara Bapak Pendidikan Hasional, Ki Hajar

Dewantara, menyatakan bahwa »SBJain

„uran biayanya

.^

inters edukatif antara guru dan murid terjadi selama 24 Jam

terus menerus".

Pondck Pesantren memiliki unsur-unsur dan tipcloginya

•eliputi unsur-unsur; Kiai, Santri,

Pondo^ ^

^.^

serta siste„ nilei. UnSur-unsur ini berkaitan dengan tipclo

ginya atau pola pesantren yang bersangkutan. Unsur-unsur yang

dimiliki, seperti di atas itu termasuk

"Pesantren

tradisional". Jika unsur-unsur itu sudah bertambah, misalnya

ada

Madrasah, Koperasi, Tempat Keterampilan, Lapangan Olah

raoa,

dan Iain-lain ini disebut

-Pesantren Modern-

(Sudjoko,

1974) atau "Pesantren Terpadu- Art. ,„„.

pu • *aa Juga yang menyebutnya

"Pesantren Alternatif". (Jalaluddin, E., 1991).

Perbedaan tipologi atau pola pesantren itu, bukan

semata-mate dilihat dari unsur-unsur fisiknya, tapi berkaiatan

dengan unsur lain, misalnya: tujuan, penyelenggarann, kegiatan

Pendidikan,

pendekatan atau metode pembelajaren,

dan

pengembangannya (proses modernisasi). Kemodernan itu bisa

dilihat dari in pot, proses da„ out put pesantren_ ^

dampaknya. Di sisi lain oiasanya pesantren terpadu tidak hanya

semata-mata calon

kiai tapi kiai plus

atau

"ulama

xntelektual" atau "intelektual ulama". Di sisi lain para

santri atau calon ulama itu

memiliki keterampilan atau

Profesi yang bervariasi, sebagai bekal daUm kehidupan di

masyarakat. Jadi dengan ciri seperti ini, dianggapap mengalami

(21)

Mengenai ketertarikan melihat pesantren

dengan

•enggunakan konsep modernisasi, di antaranya karena melihat

fenomena dan aspires! ya„g berkembang di masyarakat, di mana

masyarakat mengharapkan pesantren semakin dinamis dan mampu

memenuhi tuntutan masyarakat yang semakin hari semakin maju

Seperti ya„g muncul melalui media massa terdapat berbagai

tulisan, di antaranya pengamat pesantren Asep S.M. (1991)

-engemukakan,

-Untuk meruhah tradisi kaum santri di dalam

mempelajari agama tlsl.m,, diperluk.n keheranian para kiai dan

°IaM U"tU* "•'•*«*•»

Perutehan-peruoahan yang herarti, yaitu

meningkatkan=* daya"ta^ci nalar t>=,,mu&i&r Kaum s a n t r i "A -„ ai«„.

1 ' Alasannya pesantren

sebagai lembaga keilmuan Islam Ctafaguh fiddin'), dituntut

memiliki visi dan misi yang jelas.

Kamaludin, S.F. (199!), ia Ketua „„„„, MajUs ^.^

fkuwah islamiah Jabar, alumni beberapa pesantren mengemukakan

"Prinsip-prinsip Jslam harus melandasi pemoaruan pesantren;

Sistem tradisional tak dapat dipertahankan lagi-.

Tulisan.

tulisan lain yang nadanya Benpernasalahkan nodernisas.

Pesantren, dalam Surat Kabar Kompas 20 Juli 1881 berjudul- (1)

-Pesantren

Modern di Simpang Zaman-,

«,

-Modernisasi

Suhkultur Tradisional-, <3) Usianya Kini Delapan Uindu; ^ntor

Mengimhangi Perubahan Zaman". (4, -Modern d*n T

f/

w

nooern dan Tradisional

pernedaan Vang Nisbi-.

Dalam „„, ^

^.^

^^

terdapet juga beberaPa tulisan, di antaranya;

ly -Modern Sukan

*-.!..

Sontor Tetap Sederhana-

(21 .8.„,„. ,,

.^

^

(22)

- 1991). 3) -Perpaduan Pesantren ^^ ^ TradiB.ons2M (i6

- 8 - 1992), dll.

B- Identifikasi, Fokus Penelitian dan Pembatasan Masalah

1- Identifikasi Masalah.

Salah satu permasalahan dalam kehidupan yang masih

dirasakan sampai saat ini adalah masalah pendidikan

masyarakat.

Indikasinya tingkat pendidikan

masyarakat

rendah begitu juga lembaga-lembaga pendidikan yang

melahirkannya. Apakah permasalahan pendidikan luar sekolah

itu,

dialami juga oleh pesantren.

Apakah mengenai

kuantitas, kualitas, efisiensi, efektivitas dan relevansi,

Pendidikan masyarakat telah berkembang secara baik, atau

sejalan dengan asas PLS yang ideal. Di dalam pendidikan

luar sekolah idealnya harus berkembang di atas empat asas,

yaitu (1) asas kebutuhan, (2) asas pendidikan sepanjang

hayat, (3) asas relevansi dengan pengembangan masyarakat,

dan (4) asas wawasan ke masa depan. (H.D. Sudjana,

1989).

Lalu bagaimana pesantren-pesantren yang ada, khususnya

Pesantren terpadu, sudahkah menjalankan asas-asas tersebut?

Diasumsikan bahwa yang modern itu termasuk melaksanakan

asas-asas tersebut.

2. Fokus Penelitian.

Sehubungan banyak sisi yang dapat dilihat dari

dinamika dan permasalahan pesantren, baik karakteristik,

(23)

'Pesantren Terpadu'.

Apa

makna dan manfaat yang terkandung

di

dalamnya.

Apa tujuannya

?

Bagaimana

Kegiatan

Penyelenggaraannya, bagaimana pengelolaannya, Bagaimanana

strategi pendekatannya? Bagaimana kiat-kiat pengembangannya

dan bagaimana prospektifnya?

Jadi fokus penelitian ini,ingin melihat proses mo

dernisasi yang dialami pesantren yang bersangkutan,

terutama dilihat dari sistemnya. Kalau dalam sistem PLS ada

masukan instrumental, masukan lingkungan, masukan lain,

Proses, out put dan dampaknya maka fokus pengkajian dalam

tesis

ini ialah

kegiatan penyelenggaraan

pendidikan,

dalam hal ini sehubungan penyelenggaraan pesantren di

Al-Falah menerapkan dua jalur yaitu

Pendidikan Luar Sekolah

dan

Pendidikan Sekolah.

Kegiatan penyelenggaraan pendidikan

di sini termasuk penerapan tujuan,

metode dan teknik

Pembelajaran, manajemen dan hal lain termasuk sarana dan

prasarana, penunjangnya, dan sebagainya. Unsur-unsur yang

lainnya seperti kelembagaan unit-unit kegaiatan lain akan

diungkap juga sebagai pelengkap. Alasannya karena antar

unsur-unsur yang satu dengan yang lain merupakan bagian

integral dari konsekuensi keterpaduan suatu pesantren.

3. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang diangkat atau perumusan masalah,

dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

a- Kapan, di mana, oleh siapa, mengapa dan

bagaimana

(24)

berkembang atau mengalami proses modernisasi ? (akan

diungkap sebagai pendahuluan )

b. Apa dan bagaimana sebetulnya profil pesantren terpadu di

Al-Falah ;

1) Apakah keterpaduan dari segi tujuan, sebagai hakekat

dari membina manusia seutuhnya ?

2) Apakah

keterpaduan dari segi

penyelenggaraannya

karena mengintegrasikan berbagai unsur-unsur yang

dimilikinya, seperti pesantren dengan Madrasah ?

3) Apakah keterpaduan dari segi program pendidikan ?

4) Apakah keterpaduan dari segi Kegiatan Pendidikan:

pendekatan dan metode pembelajarannya ?

5) Di mana saja pesantren yang menerapkan pola terpadu

selain di Al-Falah khususnya di Jawa Barat ?

c Apa

keterpaduan tersebut berarti mengandung

makna

modernisasi ? jika ia, dalam hal apa:

1) Apakah karena modernisasi dari pola pikir Kiai,

santri dan alumninya ?

2) Apakah proses modernisasi dari sistem pendidikannya ?

3) Apakah modernisasi dari pengelolaan kelembagaannya ?

4) Apakah terdapat kendala, tantangan yang dihadapi dan

prestasi yang diraih Al-Falah ?

Dari permasalahan pokok tersebut, diharapkan

dapat

menggali informasi dan data yang lebih terperinci dalam

upaya mengungkap dan menganalisis makna pesantren terpadu,

(25)

'- Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1- Tujuan Penelitian.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

informasi tentang pengembangan pembaruan (modernisasi) di

pesantren

terpadu. Lalu peran-peran apa yang dilakukan

Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Luar Sekolah, dalam

Partisipasinya

terhadap pembangunan,

khususnya dalam

membina santri menjadi insan-insan yang

berpendidikan

(educated man), mandiri dan dapat menjadi warga negara

yang baik, sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya.

Secara khusus penelitian ini bermaksud :

a. Mengungkap sepintas tentang sejarah pendirian

dan

perkembangan Pondok Pesantren (Pontren) Al-Falah.

b. Mengungkap hal ihwal dari sistem keterpaduan suatu

Pesantren; dalam hal ini di pondok pesantren Al-Falah

baik dari segi tujuan, unsur-unsur, program pendidikan,

kegiatan pendidikan, pendekatan dan metode pembelajaran.

c

Mengungkap makna modernisasi atau kemajuan yang diraih

Al-Falah, baik dari pola pemikiran Kia, santri dan

alumninya; dari sistem pendidikannya, pengelolaannya dan

kelembagaannnya, serta mengenai kendala dan prestasi

(26)

Adapun hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :

a. Bahan masukan baik bagi para pengelola Pesantren dan

masyarakat umum, juga khususnya bagi masyarakat yang

berminat

memasukan

anggota

keluarganya mengikuti

pendidikan di Pesantren.

b. Bahan masukan bagi institusi atau instansi yang terkait,

seperti Dikluspora, Depag, Depsos, Pemda setempat dan

Iain-lain.

o. Bahan masukan bagi pengembangan ilmu khususnya mengenai

wawasan Pendidikan Luar Sekolah, lebih khusus lagi yang

berkaitan dengan *kepesantrenan'.

d. Bahan masukan dan pertimbangan bagi para peminat PLS

untuk berperan mengembangkan Pesantren melalui wawasan

ke-PLS-an.

Penjelasan Istilah.

1. Kajian Makna Modernisasi

Kajianf

maksudnya mempelajari sesuatu, dalam hal ini

tentang makna atau pengertian modernisasi. Pengkajian di

sini tentu bukan hanya makna harfiah tekstual, melainkan

dengan berbagai karakteristik kontekstual,

sebagaimana

kata

makna

itu sendiri. Kata

makna, bermakna, kebermaknaan

atau

^meaning',

^meaningful•,

•meaningfulness<, seperti

(27)

terhadap sesuatu itu tentunya menurut artinya sejauh yang

dapat

dikira,

teraba

dari

isyarat-isyarat

yang

dikomunikasikan

orang mengenai sesuatu kejadian

atau

sesuatu

hal

berikut

konteks

atau lingkungan

yang

bersangkutan-.

Sementara istilah

modernisasi,

yang berasal

dan kata 'modern', dapat diterapkan dalam berbagai

segi

kehidupan. Istilah (term) 'modern' mempunyai berbagai macam

arti baik takstual atau kontekstual.

-Pada umumnya kata modern digunakan untuk menunjukkan

terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik, lebih maju

dalam arti lebih menyenangkan, dan lebih meningkatkan

kesejahteraan hidup. Dengan cara baru (modern) sesuatu akan

lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-,

(Jbrahim,

1988, 42).

Yang dimaksud dengan modernisasi di dalam tesis ini,

yaitu modernisasi dalam bidang pendidikan, khususnya

Pendidikan masyarakat yang diselenggarakan Pesantren.

2. Pesantren Terpadu.

Pesantren atau lengkapnya

pondok pesantren,

suatu

lembaga pendidikan agama Islam yang biasanya tersebar di

Pedesaan. Istilah pondok berasal dari kata funduk dari

bahasa Arab yang artinya hotel atau asrama (Yacub H.M.,

1985). Tempat tersebut adalah tempat tinggal santri di

sekitar rumah Kiai atau Masjid. Sementara kata

(28)

*";

"Pe-santri-an" berubah menjadi "pesantren",

yang

artinya "tempat santri".

Rata

"santri"

sendiri berasal

dari kata

shastra

(i) dari bahasa Tamil yang berarti

seorang ahli buku suci (Hindu). Dalam dunia pesantren

istilah santri adalah peserta didik yang biasanya tinggal

di asrama (pondok). Kecuali santri yang rumahnya dekat

dengan Pesantren tidak demikian. Istilah "santri" juga

menunjukkan kelompok yang taat pada ajaran agama, sebagai

lawan dari abangan (Geertz, 1981).

Hn ."Men\8naui istilah Pesantren Terpadu, dapat dilihat

dari perkembangan pola pesantren, dari mulai van*

sederhana atau tradisional sampai yang 'modern'

PolaT

hanya terdiri Masjid dan rumah Kiyai Pois it.' T a- '

darJMMaS^id'DRU8iahKiai dan Pondok Volfi^; terdiri

sepert?5' ;ofriThr

lM' 1°^^

dan

***"**' *>£lV,

seperti pola III hanya ditambah Tempat Keterampilan

TilLr, I

f,ePertl. Po^ IV, hanya lebih lengkap yaitu

dan lain

llZ*™)^*' ^"J

Perte—

>

Tepaf Olahraga

oan lam-lam. Jadi yang dimaksud dengan Pesantren

pesrantrenddenSlai'P°la

U1' V*nS

telah --dukantrad™

pesantren dengan sistem pendidikan' lainnya." (Sudjoko*

Jika Sudjoko melihat makna keterpaduan dari segi

unsur-unsur yang dimiliki suatu pesantren dan cenderung

sifatnya fisik. Bisa saja melihat makna keterpaduan bukan

hanya sekedar pengintegrasian yang sifatnya fisik atau

saranya, yaitu misalnya terpadu dari segi tujuan

pendidikan. kurikulum pendidikannya, kegiatan pendidikannya

atau kegiatan belajar membelajarkannya.

Hal yang cukup

menarik

justru keterpaduan bisa juga

dilihat

ialah

keterpaduan dalam melaksanakan hakkekat hidup manusia yang

sudah langsung diamalkan oleh para santri, dalam hal ini

(29)

3. Menyimak Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan

Sehubungan penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif, di .ana pengumpulan data dan informasi akan

banyak diperoleh dari responden yang relevan,

make

informasi dari pimpinan pesantren tersebut yang diutamakan

di samping dari santri dan alumninya. Menyimak di sini

maksudnya memperhatikan dengan serius

kegiatan

mereka

dalam kegiaten penyelenggaraan pendidikan atau secara lebih

luas pelaksanaan sistem pendidikan yang berlaku di

Pesantren terpadu tersebut. Apa saja yang dinilai ada

Perubahan (modernisasi). Adapun data yang diperoleh akan

dibantu dengan hasil observes!, dekumen yang ada, serta

informasi

•trianggulasi' dari pimpi„a„ atau Dengurus

Pesantren lain, orang tua santri dan Iain-lain sebagai

penunjangnya.

4. Pesantren Al-Falah Cicalengka Bandung.

Mengenai wilayah penelitian, memilih pesantren

Al-Falah Cicalengka, karena atas dasar penjajagan pendehuluan,

pesantren tersebut dinilai suatu pesantren yang menerepkan

sistem terpadu, dalam hal ini dalam sistem pendidikannya

memadukan sistem

salafiyah

(tradiscnal) dan

asnriyan

(modern) maksudnya sudah memiliki sekolah (madraseh) dan

Perguruan Tinggi yang sistem pembelajarannya klasikal.

Kalupun fokusnya di Al-Falah, namun eda juga pesantren lain

yang dikunjungi; pesantren yang ada alumni Al-Falah„ya den

(30)

CUerah, dan Al-Basyariyah Cikancung Cicalengka. keduanya

di Kabupaten Bandung. Satu Pesantren dari Cijantung Ciamis.

Di samping itu masih ada pesantren di Kotamadya yang

Pimpinannya

diwawancarai,

yaitu

Pondok

Pesantren

Sukamiskin. Desa Cisaranten Kecameten Arcamanik Kodya

Bandung, dan Pesantren Cijwura Margacinta Kodya Bandung.

Pesantren di luar Al-Falah yang

dikunjungi,

maksudnya untuk meminta pendapat dan informasi mengenai

keterpaduan pesantren atau proses modernisasi yang

dilakukan cleh sejumlah pesantren, khususnya tanggapannya

terhadap perkembangan atau modernisasi yang dialami Pondok

(31)
(32)

Metode Kualitatif dan Paradigma Penelitian

1. Metode Kualitatif

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Ada

beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif, yaitu inkuiri naturalistik atau alamiah.

etnografi, interak-sionis simbolik, prespektif ke dalam,

etnometodologi, the Chicago School, fenomenologis, studi

kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif, (Bogdan dan Biklen, 1982;3). Ada juga yang menyebutnya Grounded

Research. Metode kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan Grounded Theory, yakni teori yang timbul dari

data bukan dari hipotesis-hipotesis seperti dalam metode

kuantitatif (Nana S. dan Ibrahim, 1989).

Menurut Bogdan dan Taylor, 1975; (Lexy J.Moleong,

1989) "metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada

latar belakang individu tersebut secara holistik (utuh)".

Sementara menurut Lofland dan Lofland dalam Lexy J.

Moleong (1989),- sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan Iain-lain. Pemilihan

metode kualitatif dalam kajian tentang modernisasi

(33)

pesantren terpadu ini, di antaranya didasarkan atas

pertimbangan bahwa paradigma naturalistik akan lebih cocok, karena pandangan alamiah bersumber pada pandangan

fenomenologis. "Fenomenologi berusaha memahami perilaku

manusia dari segi kerangka berpikir maupun bertindak

orang-orang itu sendiri. Bagi mereka yang penting ialah kenyataan

yang terjadi sebagai yang dibayangkan atau dipikirkan oleh

orang-orang itu sendiri", (L.J. Moleong, 1989).

Sebagaimana kita maklumi bahwa yang diperhatikan pendekatan grounded adalah mencari pengertian tentang keadaan yang realistik mengenai sasaran atau obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini objeknya adalah kegiatan

penyelenggaraan pendidikan yang melibatkan berbagai

komponen. Adapun yang menjadi responden melipuiti; pimpinan

pesantren, staf pengajar (ustadz, atau fasilitator lain),

santri, dan alumni.

"Pendirian yang melandasi pendekatan grounded adalah kalau

xngin memahami tindakan manusia dengan benar, maka tidak

dapat digunakan teori-teori atau konsep-konsep tentang

txndakan sosial yang dirumuskan terlebih dahulu sebelum

penelitian itu sendiri dimulai. Konsep-konsep dan

hipotesa-hipotesa itu muncul dari data itu sendiri, di mana

kategori-kategori, penjelasan-penjelasan dan

keterangan-keterangan tidak pernah dibuat sebelum penelitian terjadi"

(Stuart A. Schlegel, 1986).

Penggunaan metode kualitatif dalam mengkaji

pesantren, juga karena didasarkan atas ciri-ciri kualitatif

yang relevan dengan tuntutan. Dalam hal ini; (a) penelitian

kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber

data langsung, yaitu pimpinan dan santri serta alumni

(34)

wawancara, p.emotretan, dokumen, catatan lapangan dll. yang

disusun dilokasi penelitian, yang tidak selalu dituangkan

dalam bentuk dan bilangan statistik, (c) dalam penelitian

kualitatif, data dan informasi yang diperlukan berkenaan

dengan

pertanyaan apa, mengapa, dan

bagaimana,

(d)

penelitian kualitatif sifatnya induktif, yaitu dimulai dari

lapangan, (e) penelitian kualitatif mengutamakan makna.

Dalam hal ini makna modernisasi dalam pesantren terpadu.

Secara lebih terinci S. Nasution menjabarkan karakteristik pendekatan kualitatif tersebut sbb.:

illttn^er(?d^i ^lth

SlKUaSi ?ang Wadar atau "natural

q!n^t? 'ax Pe"?ixtl sebagai mstrumen penelitian, (3)

IHaI

de=kr^tlf> <4> Mementingkan proses

maupun

produk jadi juga memperhatikan bagaimana perkembangan

terjadmya sesuatu, (5) Mencari makna di

belakfng

atau sUuasT

VfST^l

"Jin«* dapat -«»h«i masalah

£„Sltuas

x>

<6> Mengutamakan data langsung atau "first

S"d.' (7) Triangulasi: data atau informasi dari satu

pihak harus diteliti kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dan sumber lain, (8) Menonjolkan rincian h^eHSHtUa1' <9) Subyek yan* diteliti dipandang

perspekSfan

.1?*

^T" peneliti> <10> MengutanaS?

reJoonden v.Jnt k - artinya mementingkan pandangan

responden yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan

^?n* t^1-3^1 Pendiria"^a, (11) Verifikasi, antara

lam melalui kasus yang bertentangan atau negatif, (12)

Sampling yang purposif, (13) Menggunakan "audit trail"

v»nSX 5^JaCakan apakah laP°ran Penelitian sesuai dengan

MM Min^5Uluan'

(±V

?a?tisiP*si tanpa mengganggu?

Nasutiori988:9-ll)nallS1S

"*" ml

penelitia" <*•

Adapun penggunaan studi kasus dalam hal ini hanya

memilih Pondok Pesantren Al-Falah, didasarkan pada

pertim-bangan bahwa penelitian kualitatif lebih menekankan

pada upaya untuk mendapatkan gambaran yang nyata, yang

natural dari subyek yang diteliti. Pendekatan ini menuntut

(35)

diteliti, yang tidak sekedar mencari jawaban atas

pertanyaan "apa" atau "bagai-mana", tetapi juga mencari

jawaban atas pertanyaan "mengapa". Studi kasus adalah

metode yang lebih berorientasi untuk menggali secara lebih

mendalam tentang suatu gejala kehidupan (saat sekarang) melalui pertanyaan "bagaimana" dan "mengapa" sebagaimana dijelaskan oleh Robert K. Yin berikut : "In general, case

studies are the preferred strategy when 'how' or 'why'

questions are being posed, when the investigator has little control over events, and when the focus is on a contem

porary phenomenon within some real life context". (Yin, 1987: 13).

2. Kerangka Penelitian

Atas dasar latar belakang pemikiran, tujuan

penelitian, dan asumsi-asumsi teoritis yang telah

disinggung dalam tinjauan teroritis serta metode kualitatif ini, maka ilustrasi kerangka penelitian ini, sebagaimana

(36)

NPUT JGAAN -4 5eru-)ahan >KTUAL QLISA — ——--——i L S BAGAN 1

PARADIGMA ATAU KERANGKA PENELITIAN

Masukan : - Santri — Instrumen T Masukan Lingk. - Fisikal - Sos.Bud,

Tradisional I Transisional

J

Modern

PROSES MODERNISASI PESANTREN

Misi-.,Kurikulum, Kegiatan Pendidikan Strategi Pendkt- Metode & Teknik KBM

Masukan lain - Dana/Biaya - Donatur J OUTPUT - Kognitif - Afektif - Psikomotor 1 Historis

masa lalu Perubahan j Program & An-penambahanj tisipasi ms.d.

DAMPAK —Kemandirian

- Ibadat

-Partisipasi t

Kajian Makna Modernisasi Pesantren Terpadu

Pola Pemikiran

Kiai, santri &

A1umn i

Sist. Pend.

Pengelolaan

P L S

Pendk.; Pedagogi

- Andragogi

(37)

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pene

litian ini adalah :

1. Wawancara mendalam yang tertuju pada perorangan. Ciri khas

wawancara ini adalah penekanannya pada hubungan perorangan

(pewawancara dan yang diwawancarai) yang kuat, sehingga

hal-hal yang sifatnya pribadi sekalipun dapat terungkap

(Winarno Surakhmad, 1978).

Dalam wawancara diusahakan mengungkap data yang obyektif dan menciptakan 'rapport' yang baik, dan

menghindarkan diri dari bias, sebagamana diajurkan oleh J.

Allen William Jr. dalam Forcese dkk. (1970), bahwa;

"JLThberlbisB ini d*Pat dikurangi bila pewawancara tidak

membxarkan responden merasakan seperti ia melihat

pendapatnya sendiri ke arah materi pokok. Hal ini tldtk

ZtZTJ^Tt'Z TtUk mend"e* Pendapat pewawancara,

tandT-taZa

t~ f 1^1

l*

""** ***"

^pengaruh oleh

tanda tanda txngkah laku atau perkataan darinya.

Kemampuan pewawancara untuk tidak memberikan isyarat atau tanda-tanda pada responden disebut 'obyektif

Dengan menampilkan dua ciri tampilan peran ini secara bersama-sama, proposisi umumnya adalah bahwa seorang

pewawancara yang baik harus mampu untuk menciptakan

obje£ivitas'y:*n9

ba±k

^

JU9a

^Pertahankan

Dalam hal ini, yang diwawancarai meliputi antara

lain: pimpinan pesantren, santri dan alumni pesantren

yang bersangkutan, dll.

Hal lain yang diperhatikan dalam wawancara di

lapangan, mengenai 'peran informant'. Seperti kata Mooris

Z. Jr. dalam Forcese dkk. (1970), informant bisa berperan

(38)

wakil dari kelompok tertentu, (2) informant sebagai 'prima

facie' (sumber informasi utama), (3) informant sebagai

'representative

respondent'

dan

informant

sebagai

'observer's observer' (mengamati pengamat)".

2.

Observasi

non-partlsipasi

terhadap perilaku

pimpinan,

santri dan alumni, beserta lingkungan yang mengitarinya.

3.

Observasi partisipasi,

pada saat-saat tertentu, seperti

sewaktu pengajian, pembelajaran dan kegiatan lainnya.

4.

Studi

literatur

dan dokumentasi untuk memperoleh bahan

masukan teoritis dan dokumentasi.

Adapun perlengkapan dalam pengumpulan data

yang

digunakan, di antaranya;

adalah pedoman wawancara untuk

Pimpinan pesantren, santri, dan

alumni pesantren.

Di

samping pedoman wawancara, digunakan juga pedoman untuk

observasi atau lembar pengamatan, baik untuk situasi dan

kondisi

lingkungan

pondok

pesantren.

Jadi

demi

objektivitas, di samping mewawancarai beberapa responden

Pilihan

(informant) juga mengikuti beberapa

kegiatan

tertentu seperti mengikuti bagaimana PBM

berlangsung,

misalnya dalam peberapan metode bandungan, sorogan dll.

Wilayah dan Objek Penelitian.

1. Wilayah Penelitian

Dalam menentukan wilayah penelitian, ada beberapa

hal yang dipertimbangkan, mengacu pada pendapat Rober M.

Mayer dalam

The Disgn of Social Policy Research

(1984),

(39)

(1) Uaktu yang tersedia bagi pengumpul data,

(2) Kerumitan dari gejala yang diobservasi, (J) Besarnya populasi yang harus diobservasi, (4) Distribusi dalam ruangan,

(5) Motivasi dan atau kepekaan populasi terhadap

partxsxpasi dalam studi,

(6) Kemampuan populasi untuk menerbitkan data yang

harus dxkumpulkan". Y y

Yang dimaksud dengan wilayah penelitian di sini

sebagai pengganti istilah 'sampel' dalam penelitian

kuantitatif. Dalam hal ini berkaitan dengan fokus penelitian sebagaimana telah disinggung pada bagian depan. Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Falah

Cicalengka Kabupaten Bandung. Di samping itu sebagai bahan

'pembanding'

dan menambah wawasan khususnya

mengenai

penerapan sistem pesantren terpadu mengunjungi beberapa

pesantren untuk mewawancarai pengurus atau pimpinannya,

seperti pesantren yang salah satu pengelolanya alumni

Al-Falah, juga pesantren lain yang ada di Bandung. Pesantren

yang dikunjungi tersebut di antaranya; Pesantren Cijantung

Kabupaten

Ciamis,

Pesantren Al-Basyariyah

Cikancung

Kabupaten Bandung, Pesantren Sindang Sari, Cijerah Kabupaten Bandung, Pesantren Sukamiskin, Cisaranten

Kotamadya

Bandung, dan Pesantren

Cijawura

Margasih,

Kotamadya Bandung. Sekali lagi bahwa yang diungkap dari

mereka ialah mengenai makna modernisasi pesantren terpadu,

khususunya mengenai kegiatan-kegiatan pendidikannya.

2. Objek Yang Diteliti (Responden)

Unit analisis atau 'fakus penelitian' ini ialah

(40)

tersebut di antaranya, meliputi; Kiyai atau sesepuh

pesantren, para ustadz, santri atau siswa dan alumni, juga

staf pembantu lainnya, seperti bagian pengelola

perpustakaan, dan kantin. Adapun para responden tersebut

dapat diperhatikan pada lampiran 1.

D. Analisis dan Penafsiran Data.

Secara umum penganalisaan data dalam penelitian

kualitatif,

meliputi;

pemrosesan satuan

(unityzing),

kategorisasi dan penafsiran data. Secara operasionalnya

penganalisaan data ini ada dua cara, yaitu; (1) analisa

data yang bersamaan pada saat pengumpulan data, dan (2)

analisa data setelah data terkumpul.

Cara pertama ditempuh melalui langkah-langkah

sebagai berikut: (1) penegasan pada tujuan penelitian, (2)

pengembangan pertanyaan analisis yang bersumber pada

pedoman wawancara yang telah dibuat, (2) memasukan data

yang telah diperoleh ke dalam bagian-bagian tertentu sesuai

dengan sub permasalahan, (4) membuat komentar secara umum

terhadap data yang diperoleh sesuai dengan gagasannya, (5) membuat memo tertentu apabila terdapat kekhususan data yang

dikumpulkan, (6) mendalami literatur yang

berhubungan

dengan data yang diperoleh selama di lapangan.

Cara kedua, proses analisis data diambil dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,

yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan

(41)
[image:41.595.56.503.50.676.2]

gambar, foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak sekali,

dan setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, maka langkah

berikutnya ialah mengadakan

reduksi data

yang dilakukan

dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha

membuat rangkuman yang inti, proses, dan

pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di

dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam

satuan-satuan.

Satuan-satuan

itu

selanjutnya

dikategorisasikan.

"Sebuah kategori, dengan kata lain, adalah sesuatu

konsep yang dapat digunakan untuk menegaskan persamaan dan

perbedaan dari apa saja yang akan diperbandingkan" (Struart

A.S., 1986). Mencari kategori-kategori yang berguna

sesung-guhnya merupakan sesuatu pencarian untuk sifat-sifat yang

penting dan yang membedakan satu dengan lain.

Kategori-kategori

itu dilakukan

sambil

membuat

koding. Tahap akhir dari analisis data ini ialah

mengadakan

pemeriksaan

keabsahan data.

Setelah selesai tahap ini,

mulailah

tahap

penafsiran data

dalam mengolah

hasil

sementara menjadi teori

substantif

dengan

menggunakan

beberapa metode tertentu.

Teori substantif merupakan hubungan antar proposisi

atau konsep yang menyangkut berbagai fakta dan aspek dari

suatu populasi dengan keadaan dan waktu tertentu atau

(42)

Margaret D.L., 1984) ; "... substantive theories are interrelated propositions or concepts logded in particular

aspects of populations, setting, or times. They are restricted to features of populations , setting, and times

that can be identified concretely".

E. Pelaksanaan Penelitian

Secara keseluruhan penelitian ini dilaksanakan dalam

dua tahap, yakni tahap orientasi pendahuluan dan tahap

penelitian lapangan (secara lebih intensif).

1. Orientasi Pendahuluan

Orientasi atau penjajagan pendahuluan terbagi dua

periode, yakni sebelum disain penelitian disusun dan

sesudah disain penelitian selesai disusun serta

diseminarkan.

Orientasi pendahuluan sebelum disain penelitian

disusun dilaksanakan pada bulan Januari 1992. Dalam orientasi ini penulis berhasil mendapatkan informasi data

tentang kemungkinan melakukan penelitian di pesantren terpadu, dalam hal ini di Pondok Pesantren Al-Falah

Cicalengka.

Bulan Februari penyusunan disain penelitian, untuk selanjutnya disain diseminarkan. Pada tanggal 2 Maret 1992 menerima SK penunjukan pembimbing yang ditanda tangani Dekan FPS, dalam Hal ini Bapak Prof. Dr. Ahmad Sanusi.

(43)

H.D. Sudjana MEd. Pada Tanggal 6 Mei 1992 pengurusan Izin

penelitian yang pengantarnya ditanda tangani oleh Bapak

Prof. Dr. Sudardja Adiwikarta. Atas dasar saran pembimbing

2 pada tanggal 13 Mei 1992, disain penelitian dirampingkan,

lalu dikonsultasikan pada tanggal 22 Mei 1992, masih

perbaikan dan penegasan fokus penelitian. Pada tanggal 27

Mei 1992 disain dikonsultasikan pada pembimbing 1 masih ada

perbaikan judul dan paradigma penelitian. Pada tanggal 11

Juni 1992 disain penelitian disetujui. Pada tanggal 13 Juni

1992 pembahasan instrumen penelitian dengan pembimbing 2

dan pada tanggal 15 dengan pembimbing 1. Pada tanggal 27

Instrumen penelitian disetujui oleh kedua

Pembimbing,

dengan catatan instrumen berkembang di lapangan.

Disela-sela memperbaiki instrumen pengurusan

juga berjalan, pada tanggal 6 Juni Izin dari Sospol Jab

keluar, lalu diteruskan ke Sospol Kabupaten, dan keluar

izin dari Sospol Kabupaten pada tanggal 24 juni 1992.

Orientasi pendahuluan sesudah disain penelitian

disusun dan diseminarkan. Tujuan orientasi ini adalah dalam

rangka penyempurnaan disain. Kegiatan penulis di antaranya

dalam rangka memperluas dan memperdalam informasi yang

telah diperoleh sebelumnya. Kegiatan ini dilaksanakan pada

akhir bulan Mei 1992. Perlu diketahui sebelumnya peneliti

merencanakan penelitian di tiga pesantren terpadu, namun

setelah

orientasi

pendahuluan,

peneliti

mengambil

keputusan

untuk memfokuskan diri pada satu pesantren,

izin

(44)

dengan catatan, sebagai bahan pelengkap melakukan juga

wawancara dengan beberapa pengurus pesantren, namun tidak

seintensif di Pondok Pesantren Al-Falah.

2. Penelitian Lapangan

Dengan telah keluarnya izin penelitian pada tanggal 24

Juni

1992, dan instrumen penelitian

disetujui

oleh

pembimbing pada tanggal 27 Juni 1992, penulis tidak

menyia-nyiakan waktu. Pada tanggal 23 Mei 1992 surat

izin

disampaikan pada instansi terkait, di antaranya kepada

Kepala Wilayah Kewedanaan Cicalengka, juga Kepada Camat

Cicalengka. Saat itu juga sekalian mencatat data penunjang

yang

ada di Kecamatan yang ada

hubungannya

dengan

Penelitian, seperti data pendidikan, peta Kecamatan dan

Iain-lain.

Mulai tanggal 28 Mei 1992, penulis menghubungi lagi

Pimpinan Pesantren dalam hal ini Kiyai Ahmad Syahid, sambil

menyerahkan izin penelitian dan sekaligus juga menyerahkan

disain penelitian. Saat itu juga di samping meminta izin

untuk melakukan penelitian, baik wawancara dengan dia

sendiri dengan stafnya juga minta izin untuk mengobservasi

lingkungan pesantren bahkan ikut berpartisipasi secara

langsung mendengar atau mengikuti pendidikan juga secara

tidak langsung. Dengan berbagai pelengkapan atau instrumen

yang telah dipersiapakan, baik instrumen penelitian/ materi

pertanyaan, peralatan seperti tustel, tape recorder, buku

(45)

Sebetulnya bukan tanpa hambatan, ketika melaksanakan

berbagai kegiatan, di antaranya ketika mengurus

izin

penelitian bersamaan dengan masa kampanye Pemilu 1992,

begitu juga untuk menemui Kiyai Syahid, karena kebetulan

dia juga saat itu ikut kampanye dengan membawa 'Bendera

Golkar'. Dengan demikian ada sedikit hambatan. Namun dengan

telah memperoleh izin dari Pimpinan, mewawancarai para

ustadz, juga dengan para santri, dan responden lainnya

Peneliti tidak mengalami kesulitan berarti karena telah

memiliki izin dan kebebasan untuk mewawancarainya. Secara

kebetulan bahwa Kiyai Syahid pernah sama-sama menjadi staf

LPPM Uninus Bandung, sehingga Alhamdulillah, penulis

benar-benar mendapat bantuan dari beliau. Ada juga hambatan yang

sifatnya

teknik, seperti tape recorder rusak,

harus

diperbaiki dulu. Pulang malam sulit kendaraan, maklum

naik kendaraan umum, dan suka duka lainnya.

Sambil berjalan mengobservasi dan mewawancarai p

responden di lingkungan Pondok Pesantren Al-Falah, untuk

menghilangkan kejenuhan, diselingi dengan

mewawancarai

alumni-alumni

Al-Falah

yang ada

di

luar

Al-Falah

Cicalengka.

Seperti mengungjungi alumni yang ada

di

Pesantren Sindang Sari Cijerah Kabupaten Bandung, Pesantren

di Al-Basyariyah Cikancung, Cicalengka, Kabupaten Bandung.

Juga mengunjungi Pondok Pesantren Terpadu Cijantung,

Kabu-Ciamis. Sementara Pesantren di Kotamadya Bandung yang

dikunjungi

di antaranya Pondok Pesantren

Sukamiskin,

Arcamanik dan

Pesantren Cijawura, Kecamatan Margacinta.

(46)

Di samping itu kunjungan dilakukan juga pada orang tua

Kiyai Syahid, dalam hal ini KH. Ahmad Sholeh.

Pada bulan September 1992 data yang dibutuhkan hampir

semuanya dapat diperoleh lalu dikonsultasikan pada

pembimbing. Atas beberapa saran, anjuran dan petunjuk dari

bapak-bapak pembimbing maka mulailah data tersebut diolah,

diklasifikasi dan terus dideskrisikan dalam bentuk draft.

Penyusunan hasil pengolahan data tersebut disesuaikan dengan tujuan, pemikiran-pemikiran dan asumsi-asumsi yang telah diajukan pada bagian pendahuluan. Namun

demikian ada juga hal-hal yang semula belum terpikirkan,

lalu ada masukan dari lapangan, maka hal itu juga diolah,

atau ada juga yang diasumsikan menemukan sesuatu

sebagaimana telah disiapkan dalam instrumen penelitian,

namun di lapangan sulit ditemukan, maka terdapat perubahan-perubahan atau penyemprnaan untuk sampai pada penyelesaian tesis ini. Akhirnya terbentuklah tesis ini, dan telah mendapat koreksi baik dari pembimbing juga penguji sewaktu

(47)

SftS^vflX'

a l p

=m

^ ^

(48)

A. Prakata Analisa

Bab ini merupakan pembahasan terhat \

deskripsi penelitian yang sudah dikemukakan pada bab IV.

Sesuai dengan tujuan semula bahwa penelitian ini ingin

melakukan "Kajian Tentang Makna Modernisasi Pesantren Terpadu". Penelitian ini, berusaha menyimak dan menafsirkan

kegiatan penyelenggaraan pendidikan di pesantren yang

mengalami kemajuan yang pesat. Dalam hal ini fokusnya di

Pondok Pesantren Al-Falah Cicalengka Bandung. Namun demikian

disinggung juga sepintas mengenai pesantren terpadu lainnya

sebagai bahan pelengkap. Untuk menemukan makna modernisasi

yang dilakukan pesantren tersebut, dapat dilihat dari berbagai sisi, sesuai dengan kata 'makna' itu sendiri. Kata makna atau

pemaknaan peneliti terhadap modernisasi pesantren tentunya

menurut artinya sejauh yang dapat dikira, teraba dari

isyarat-isyarat yang dikomunikasikan warga pesantren mengenai

keadaan, kegiatan atau sesuatu hal berikut konteks atau

lingkungan yang bersangkutan'.

Penelitian ini ingin melihat makna keterpaduan dan

makna modernisasi pesantren baik modernisasi pemikiran, sistem

pendidikan, pengelolaan, kurikulum, metode pembelajaran, perkembangan kelembagaan dan dari segi pengembangan kemampuan

para santrinya. Hal tersebut ditangkap dan disimak dari

pengamatan di lingkungan pesantren dan hasil wawancara dengan pimpinan pesantren, para ustadz, santri dan alumni Al-Falah.

(49)

Di samping itu disimak juga dari para pakar, peminat atau

pengamat pesantren bahkan dari pemikiran-pemikiran pimpinan

atau pengurus pesantren lainnya.

Jadi data yang telah dideskripsikan pada bab IV

dianalisa dengan dipilah-pilah sesuai kategori dari fokus

penelitian. Lalu data itu dihubungkan dengan konsep-konsep

atau teori-teori yang relevan dan yang telah dikomunikasikan

oleh para ahlinya. Dalam hal ini demi mencapai tingkat

kepercayaan dalam penelitian kualitatif tersebut,

mempertimbangkan persyaratan-persyaratan; Kredebilitas,

trans-ferabilitas, dependabilitas serta konfirmabilitas, artinya;

(1) Kredibilitas; maksudnya dalam mencapai syarat ini

peneliti melakukan observasi secara kontinu, mengadakan

trianggulasi (mencari kebenaran data yang ada dari sumber

lain), mengadakan diskusi dengan teman sejawat, mengadakan

member chek serta mendekumentasikan data yang ada melalui rekaman tape, foto, dan Iain-lain.

2) Tranferabilitas; maksudnya untuk mencapai syarat ini

data-data yang ada, disusun secara rinci dan detail sesuai

hasil penelitian dalam bentuk tabel atau bentuk lainnya.

3) Dependabilitas, artinya dengan melakukan audit trail,

konsultasi dengan pembimbing dan para pakar yang menguasai permasalahan yang diteliti, serta berdasarkan data mentah,

hasil analisis data dan sistesis data.

4) Konfirmabilitas, maksudnya untuk mencapai syarat ini, data-data yang telah terkumpul dikonfirmasikan secara terbuka kepada responden (sumber data) untuk dapat dicek

(50)

B. Mengkaji Makna Pemikiran

Dalam kaitannya dengan pola pemikiran Kiai sebagai

Pimpinan pesantren yang dinilai memiliki pola pemikiran

modern, sebagaimana telah disinggung dalam hasil penelitian,

di bawah ini akan dikemukakan makna pemikiran secara teoritis sebagai bahan pembahasan terhadap 'makna pemikiran modern'.

Sebagaimana dikemukakan dalam hasil penelitian bahwa

Kiai Syahid berpikiran modern dalam arti dinamis dan tidak

kaku dan terpaku pada tradisi. Berbicara mengenai tradisi yang kaku, Deliar Noer (1980), mengemukakan;

"Golongan tradisi lebih banyak menghiraukan soal-soal agama, dien atau ibadah belaka, Bagi mereka Islam seakan

sama dengan fikh, dan dalam hubungan ini mereka

mengikuti taklid dan menolak ijtihad. Banyak pula yana

memberikan perhatian pada tasauf".

Sikap tradisi tanpa-tanya ini sering membawa

mereka pada kepatuhan buta, sebab baik dalam fikh maupun

dalam tasauf, guru (kiai, syaikh) di anggap ma'sum, sunyi

dari kekeliruan dan kesalahan. Dalam situasi seperti itu Islam dan tafsiran tentangnya merupakan monopoli kiai atau syaikh dan bukan turut

Gambar

gambar, foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak
Gambaran Pemuda Sosial), Santri (dalam LP3ES, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam keadaan dimana nisbah kupas aktual tidak berbeda jauh dengan nisbah kupas yang direncanakan, biaya pengupasan tanah yang terjadi selama tahun tersebut diakui sebagai

Kegiatan Fasilitasi Perkembanagan Keragaman Budaya 115.410.000 Labuaan Bajo, Swakelola oleh Daerah (Mengikuti Jambore Pariwisata Tk. Provinsi NTT) Manggarai Barat instansi

1) Pengolahan tanah sawah sehat adalah pengolahan tanah yang dilakukan secara konvensional, dengan memberikan asupan bahan organik seperti kotoran hewan, hijauan, limbah

[r]

Dan apabila terdapat kekeliruan dikemudian hari yang mengakibatkan kerugian Negara, saya bersedia mengembalikan beserta pajak yang telah dibayar. Demikian pernyataan

orang lain dengan melwan hak, memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, supaya orang itu memberikan barang, yang sama sekali atau sebahagiannya termasuk kepunyaan

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN. TAHUN

Kepribadian merupakan salah satu variabel psikologis yang penting dalam karier individu. Adanya kecocokan individu dengan lingkungannya dapat diketahui dengan pilihan