• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN LOGIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS : Kuasi-Eksperimen Peningkatan Penalaran Melalui Pembelajaran Logika Ibnu Sina Bagi Mahasiswa Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN LOGIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS : Kuasi-Eksperimen Peningkatan Penalaran Melalui Pembelajaran Logika Ibnu Sina Bagi Mahasiswa Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HAL

ABSTRACT ……… i

ABSTRAK ……….. ii

KATA PENGANTAR ……… iii

UCAPAN TERIMAKASIH ……… iv

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR GAMBAR ………... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ………... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 12

D. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ……….. 15

E. Metode Penelitian ………... 16

F. Lokasi dan Subjek penelitian ……….... 19

G. Paradigma Penelitian ………... 21

BAB II LANDASAN TEORETIS A. Filsafat Pendidikan Penalaran Dan Proses Pembelajaran ……….. 24

1. Dasar Ontologis Ilmu Pendidikan ……… 27

2. Dasar Epistemologi Ilmu Pendidikan ……….. 28

3. Dasar Aksiologis Ilmu Pendidikan ……….. 29

4. Dasar Antropologis Ilmu Pendidikan ……….. 30

(2)

6. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Nasional ………... 36

7. Pendidikan Di Era Globalisasi ………... 39

8. Paradigma Global dan Lokal dalam Dunia Pendidikan Di Indonesia ……. 44

B. Beberapa Studi Yang Berhubungan Dengan Penelitian ……….. 48

C. Kaitan Logika Dengan Pendidikan Umum ……….... 63

1. Konsep Logika ………. 63

2. Macam-Macam Logika ……….... 67

3. Fungsi dan Kedudukan PU sebagai Ilmu ……….... 95

4. Model Pembelajaran Alternatif ……….... 109

5. SPPKBP ………... 114

D. Pendidikan Penalaran ………. 123

1. Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan ………... 123

2. Pendidik dan Peserta Didik ………... 125

3. Tujuan Pendidikan ……….. 127

4. Kurikulum Pendidikan………. 129

5. Evaluasi Pendidikan ……… 131

E. Logika Ibnu Sina ………. 132

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan ………. 177

B. Penjelasan Istilah………. 181

C. Subjek Penelitian dan Kriteria Pemilihan ……….. 191

D. Instrumen Penelitian ……….. 192

(3)

F. Teknik Pengolahan Data ………... 253

G. Pelaksanaan dan Jadwal Kegiatan………. 257

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis……….. 261

B. Temuan-temuan Penelitian ……… 269

C. Pembahasan ……… 273

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ………... 295

B. Rekomendasi…..……… 300

C. Implikasi . ………. 301

DAFTAR PUSTAKA ……….. 303

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….. 314

1. Butir-Butir Soal Tes Penalaran ………. 315

2. Hasil Tes Potensi Akademik………. 335

3. Mahasiswa Lulusan Yang Tes Penalaran……….. 340

4. Model Silabus Mata Kuliah Logika Ibnu Sina……….. 345

5. Model SAP Mata Kuliah Logika Ibnu Sina……….. 350

6. Bahan Ajar Logika Ibnu Sina……… 355

7. Perkembangan Tingkat Penalaran dan Indeks Prestasi………. 375

8. Quesioner………... 380

9. Surat-Surat ……… 382

10.Abstrak Makalah Pada Seminar Internasional……….... 387

(4)

DAFTAR TABEL

HAL

TABEl 2.1 : Pembuktian Argumen Sebagai Tautologi……….... 84

TABEL 2.2 : Aturan Inferensi……….. 84

TABEL 3.1 : Kisi-Kisi Tes ……….. 193

TABEL 3.2 : Skor Konversi Kuantitatif Berdasarkan Mean Ideal dan Standar Deviasi Ideal……….. 194

TABEL 3.3 : Kartu Analisis Butir Soal (3.3.1-3.3.100)………... 201

TABEL 3.4 : Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal……… 251

TABEL 3.5 : Quesioner Sikap Penalaran Logis……… 256

TABEL 4.1 : Analisis Statistik Skor Hasil Tes Penalaran Dari Sampel…………... 261

TABEL 4.2 : Analisis Statistik Skor Hasil Tes Penalaran menurut Kelas………… 261

TABEL 4.3 : Hasil Uji Kesamaan Varians Kelas Kontrol dan Eksperimen ……… 263

TABEL 4.4 : Hasil Analisis Tingkat Penalaran Perbedaan Kelas Kontrol dan Eksperimen ………. 263

(5)

DAFTAR GAMBAR

HAL

Gambar 1.1 : Desain Eksperimen……… 18

Gambar 1.2 : Alur Pikir Penelitian ………. 22

Gambar 1.3 : Paradigma Penelitian ..………. 23

(6)
(7)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sejak diberlakukannya kurikulum UPI tahun 2004, telah banyak dilakukan

usaha-usaha untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dan kemampuan

mengajar dari dosen dalam berbagai bidang disiplin ilmu. Namun demikian, tidak

semua fakultas mengenalkan mata kuliah pelajaran logika, padahal tingkat

penalaran dari kompetensi lulusan dari salah satu jurusan yang ada di Fakultas

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia sangat

rendah. Dari empat orang lulusan jurusan Akuntansi angkatan 2004 yang akan

mengikuti wisuda pada bulan April 2009, tingkat penalaran mereka hanya

menjawab benar antara 35 – 40 dari 70 butir soal tes penalaran yang disediakan.

Demikian juga ketika penulis mengadakan pretes kepada 72 orang peserta didik

angkatan 2006, berdasarkan hasil tes penalaran yang dilaksanakan pada tanggal 26

April 2007, hasilnya 89 % di bawah 5,5. Dari kenyataan di atas, timbul pertanyaan,

usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan daya nalar

peserta didik, khususnya mahasiswa jurusan Akuntansi, dan jurusan-jurusan lain

yang ada di lingkungan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Fakultas

Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia pada umumnya.

Untuk menjawab persoalan di atas, tentu diperlukan penelitian. Di sini

dilakukan penelitian disertasi terbatas di satu jurusan pendidikan guru Ilmu

Pengetahuan Sosial, dan diperlukan pula strategi pembelajaran yang menekankan

(8)

2 harus ada model pembelajaran Cognitive Growth: Increasing the Capacity to

Think. Dalam pola pembelajarannya, pendidik memanfaatkan pengalaman peserta

didik sebagai titik tolak berpikir, bukan teka-teki yang harus dicari jawabannya.

Selama ini IPS dianggap sebagai pelajaran hafalan. Ilmu - Ilmu Sosial dan

Pengetahuan Sosial dianggap sebagai ilmu kelas dua. Para orang tua peserta didik

berpendapat bahwa IPS merupakan pelajaran yang tidak terlalu penting

dibandingkan dengan pelajaran yang lainnya, seperti Ilmu Pengetahuan Alam dan

Matematika (Sanjaya, 2002: 102). Hal ini merupakan pandangan yang keliru.

Sebab, pelajaran apa pun diharapkan dapat membekali para peserta didik untuk

terjun ke masyarakat maupun untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi. Kekeliruan ini juga terjadi pada sebagian pendidik. Mereka berpendapat

bahwa IPS pada hakikatnya adalah pelajaran hafalan yang tidak menantang untuk

berpikir. Seakan-akan IPS adalah pelajaran yang sarat dengan konsep-konsep,

pengertian-pengertian, data atau fakta yang harus dihafal dan tidak perlu

dibuktikan. Karena itu tidak perlu peserta didiknya pun memiliki kemampuan

penalaran yang tinggi.

Sekarang, bagaimana mengubah paradigma berpikir yang keliru tersebut?

Bagaimana para peserta didik yang ada di lingkungan jurusan IPS mampu

mengembangkan kemampuan daya nalarnya? Pembelajaran memerlukan proses

interaksi baik antara manusia dengan manusia ataupun antara manusia dengan

lingkungan. Proses interaksi ini diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan, misalkan yang berhubungan dengan tujuan perkembangan kognitif.

(9)

3 kaitannya dengan meningkatkan aspek pengetahuan, baik secara kuantitatif maupun

kualitatif (Sanjaya, 2008: 227). Apa hakikat dari pengetahuan itu? Bagaimana

sebenarnya setiap individu memperoleh pengetahuan? Hal itu merupakan

pertanyaan-pertanyaan yang mendasar yang membutuhkan kajian filosofis.

Bagaimana pengetahuan itu bisa diperoleh manusia? Hal ini dapat didekati

dari dua pendekatan yang berbeda, yaitu pendekatan rasional dan pendekatan

empiris. Rasionalisme menyatakan bahwa pengetahuan itu menunjuk kepada objek

dan kebenaran, merupakan akibat dari deduksi logis. Aliran rasionalis menekankan

pada rasio, logika, dan pengetahuan deduktif. Berbeda dengan aliran rasionalis,

aliran empiris lebih menekankan kepada pentingnya pengalaman dalam memahami

setiap objek. Aliran ini memandang bahwa semua kenyataan itu diketahui melalui

indra dan kriteria kebenaran itu adalah kesesuaian dengan pengalaman. Dengan

demikian, pandangan empirisme menekankan kepada pengalaman dan pengetahuan

induktif.

Berdasarkan penalaran deduktif yang direalisasikan melalui pengamatan

terhadap sejumlah anak dari berbagai kelompok umur di Jenewa, Piaget

membedakan tiga tahap utama perkembangan kognitif anak. Ketiga tahap ini secara

berturut-turut dinamakan tahap praoperasi konkret, tahap operasi konkret dan tahap

operasi formal. Dalam teorinya, Piaget merinci kemampuan kognitif apa yang dapat

dilakukan dan kemampuan kognitif apa yang belum dapat dilakukan oleh individu

pada tiap tahap perkembangannya (Inhelder dan Piaget, 1972).

Membandingkan diperlukannya kemampuan kognitif yang makin

(10)

4 kompleks, dengan adanya pentahapan perkembangan kognitif yang membedakan

kemampuan kognitif atau kemampuan penalaran logik peserta didik pada tiap tahap

perkembangannya, maka ada dugaan bahwa perkembangan kognitif peserta didik

berperan terhadap hasil belajarnya dalam suatu disiplin ilmu. Sehubungan dengan

hal di atas, penelitian ini dirancang untuk menemukan model pembelajaran logika

yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran logik peserta didik sehingga

membantu untuk mempermudah pemahaman dalam mempelajari suatu disiplin

ilmu dan hasil belajarnya bermutu.

Merupakan suatu kenyataan bahwa dalam suatu penelitian dan pada saat

yang sama, tidak mungkin dapat diteliti tiap variabel yang diduga berpengaruh

terhadap variabel lain. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengontrolan terhadap

variabel lain di luar variabel yang diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang

bukan untuk memperoleh informasi mengenai hubungan kausal antara dua variabel,

melainkan untuk memperoleh data tentang kadar hubungan beberapa unsur proses

belajar-mengajar materi logika Ibnu Sina dalam upaya meningkatkan kemampuan

pemahaman dan penalaran peserta didik di Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial, khususnya jurusan Pendidikan Ekonomi.

Beberapa unsur proses belajar-mengajar yang akan dipelajari dalam

penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik dalam tes formatif Logika Ibnu

Sina, beberapa kegiatan belajar peserta didik dan beberapa kegiatan mengajar

pendidik. Penetapan variabel atau unsur yang dimaksud, didasarkan pada pemikiran

(11)

5 Pertama, berdasarkan pandangan logika sebagai ilmu dan kecakapan

menalar, berpikir dengan tepat (the science and art of correct thinking), dapat

dipahami bahwa penguasaan peserta didik dalam topik logika tertentu, akan

menuntut penguasaan peserta didik dalam topik logika sebelumnya (Poespoprodjo,

2006: 13).

Kedua, satu diantara kemampuan yang dimiliki individu pada tahap operasi

formal adalah kemampuan penalaran hipotetik deduktif. Piaget (dalam Stone, 1978)

berpendapat bahwa bahasa merupakan syarat yang perlu untuk penalaran hipotetik

deduktif. Jika pendapat itu dikaitkan dengan dugaan adanya hubungan antara

kemampuan penalaran logik dengan pemahaman dan penalaran terhadap disiplin

ilmu lain, maka timbul pertanyaan mengenai hubungan kemampuan berbahasa

dengan kemampuan pemahaman dan penalaran terhadap disiplin ilmu lain.

Beberapa ahli seperti Raven (1977: 156) dan Bell (1966: 54) telah

menyebutkan bahwa salah satu tujuan Pendidikan Umum adalah mempersiapkan

peserta didik agar mampu berkomunikasi. Dalam berkomunikasi diperlukan

kemampuan cara memilih dan menutur kata yang baik sesuai dengan nilai-nilai

yang berlaku di masyarakat. Bahasa santun merupakan alat yang paling tepat

dipergunakan peserta didik dalam berkomunikasi (Sauri, 2002: 5). Ucapan dan

perilaku santun tersebut merupakan salah satu gambaran dari manusia yang utuh

sebagaimana tersurat dalam tujuan Pendidikan Umum, yaitu manusia yang

berkepribadian (Dahlan, 1988: 14; Soelaeman, 1988: 147; Sumaatmadja dalam

(12)

6 Menurut McConnell yang disunting oleh Henry (1952: 73), ada lima

tujuan dasar dari Pendidikan Umum, yaitu: (1) mengembangkan intelegensi kritis

yang dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan; (2) mengembangkan dan

meningkatkan karakter moral untuk menjadi manusia yang berkepribadian;

(3)mengembangkan dan meningkatkan kewarganegaraan; (4) menciptakan

kesatuan intelektual dan keharmonisan pemikiran; dan (5) memberikan kesempatan

yang sama sedapat mungkin melalui pendidikan untuk peningkatan ekonomi dan

sosial individu. Keempat tujuan pertama merupakan perbedaan utama antara bidang

Pendidikan Umum dengan Pendidikan Kejuruan dan spesialisasi.

Logika sebagai suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti

ketepatan penalaran atau sebagai alat, instrumen, pengukur yang dipergunakan

untuk menjaga akal agar tidak salah dalam berpikir (Shaliba, 1973: 428).

Aristoteles mulai mengungkapkan bahwa logika yang disebutnya sebagai ilmu

analisis adalah ilmu berpikir yang membedakan cara kerja akal antara yang benar

dan yang salah. Logika adalah instrumen ilmu. Setiap ilmu membutuhkan logika

(Kamal, 1995: 123). Juga manusia sebagai makhluk berpikir dan makhluk yang

berbicara memerlukan logika tersebut, baik dalam konvensi ilmiah khusus maupun

dalam interaksi pergaulan hidup.

Diantara para filosof muslim yang mempunyai perhatian besar terhadap

logika adalah Abu Ali Husain Ibnu ‘Abdillah Ibnu Sina, atau disebut juga dengan

nama Syaikh al-Rais Abu Sina (Bakry, 1984: 43). Dan di negara-negara Barat

namanya lebih dikenal dengan sebutan Avicena (Nasution, 1995: 34). Ibnu Sina

(13)

7 H/980 M. Dan meninggal pada hari jum’at, bulan Ramadhan tahun 1037 M di

Isfahan, Iran dan dimakamkan di Hamazan, Iran (A. Daudy, 1985: 71). Motivasi

utama yang mendorong Abu Ali Husain Ibnu ‘Abdillah Ibnu Sina untuk

menterjemahkan dan mengembangkan logika Aristoteles adalah untuk

mempertahankan ajaran Islam dari serangan penentang Islam yang bersenjatakan

dengan logika Aristoteles. Di Indonesia, khususnya di pesantren-pesantren dan

Perguruan Tinggi Islam, pelajaran logika merupakan materi pokok, tetapi materi

yang disajikan tidak lebih dari logika Aristoteles (Nurcholis, 1984: 39).

Di Universitas Pendidikan Indonesia, materi logika baru diberikan di

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) dan

Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) di beberapa program studi. Fakultas-fakultas

lainnya belum diberikan, termasuk di Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

(Kurikulum UPI, Tahun 2008).

Selama empat tahun, penulis mengikuti kuliah Diploma 3 di Jurusan

Matematika IKIP Bandung (sekarang, UPI), dua tahun kuliah Strata S1 kedua di

Jurusan Matematika IKIP Malang (sekarang, Universitas Negeri Malang), dan

empat tahun kuliah Strata S1 di Jurusan Pendidikan Bahasa Arab UPI, serta dua

tahun kuliah Strata S2 di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang, UIN), penulis

belum pernah mendengar adanya uraian tokoh filosof muslim yang bernama Abu

Ali Husain Ibnu ‘Abdillah Ibnu Sina yang telah menulis filsafat yang berisikan

logika dan matematika. Informasi yang diperoleh hanya tokoh-tokoh yang datang

dari Barat, seperti: Thales (640-546 SM) dari Miletus, yang oleh para penulis

(14)

8 merupakan ahli matematika Yunani yang pertama, yang oleh Ward Bouwsma

dinyatakan sebagai ”The father of deductive reasoning” (Bouwsma, 1972: 114).

Tokoh lain yang diperkenalkan diantaranya: Phytagoras (572-497 SM), yang

ungkapan filsafatnya menjadi sebuah dalil yang berbunyi : ” number rules the

universe” (Kramer, 1970: 19); Euclides (300 SM); Bertrand Russell (1872-1970),

tokoh pelopor madzhab landasan matematik logisme; David Hilbert (1862-1943),

tokoh pelopor madzhab landasan matematik formalisme; Luitzen Egbertus Jan

Brouwer (1881-1966), tokoh pelopor madzhab landasan matematik instuitionisme.

Pendidikan Umum didasarkan pada upaya pengembangan individu secara

berimbang dalam hal jasmani, intelek, emosi, sosial, dan moral peserta didik.

Manusia mampu mengembangkan pengetahuan karena mempunyai bahasa dan

kemampuan menalar. Kemampuan menalar adalah kemampuan untuk menarik

konklusi yang tepat dari bukti-bukti yang ada dan menurut aturan-aturan tertentu.

Aturan-aturan untuk dapat melakukan penalaran dengan tepat dapat dipelajari

dalam logika (Cohen, 1961: 15). Disinilah pentingnya pelajaran logika diberikan

kepada peserta didik agar mereka mampu berpikir dan menalar dengan benar

sehingga didapatkan kesimpulan yang absah.

Salah satu dari tujuan dasar Pendidikan Umum adalah mengembangkan

intelegensi kritis, menciptakan kesatuan intelektual dan keharmonisan pemikiran.

Kemudian pada Pendidikan Umum juga berupaya pengembangan individu secara

berimbang dalam hal jasmani, intelek, emosi, sosial, dan moral peserta didik

(15)

9 logika itu sangat berkaitan erat dengan salah satu dari tujuan dasar Pendidikan

Umum.

Menurut Kosasih, Trainer Internasional, saat menyampaikan makalahnya

pada acara seminar pendidikan Tingkat Internasional di Bandung, tanggal 24 Juli

2010 yang dilaksanakan oleh Forum Komunikasi Guru-Global Bina Generasi

Indonesia (FKG-GBI) dengan tema ”Inspiring Teachers, Motivation &Innovation

Teaching” dijelaskan bahwa keberhasilan Ibnu Sina adalah contoh sukses dari

seorang ilmuwan sekaligus sebagai filosof yang sebaiknya menjadi paradigma

utama di setiap lembaga pendidikan, terutama di UPI, dimana sebagian besar

mahasiswanya bertanggung jawab dalam pembentukan karakter bangsa. Ibnu

Sinalah yang paling banyak menulis buku ilmiah, mulai dari soal yang pokok

sampai kepada soal-soal yang bersifat cabang. Sejak kecil Ibnu Sina yang hapal

Al-Quran telah banyak mempelajari ilmu pengetahuan yang ada di zamannya, seperti:

fisika, matematika, kedokteran dan hukum. Sewaktu berusia 17 tahun, Ibnu Sina

sudah dikenal sebagai dokter, dan atas panggilan istana, ia pernah mengobati

Pangeran Nuh Ibn Mansyur hingga pulih kembali kesehatannya.

Ibnu Sina merupakan tokoh besar dunia yang berkontribusi besar terhadap

ilmu kedokteran. Di dunia Barat dikenal dengan nama Avicenna. Banyak

karya-karya luar biasa yang dibuat ilmuwan kelahiran Bukhara, Turkistan (kini dikenal

dengan nama Uzbekistan). Namun mahakarya yang mengharumkan namanya

adalah sebuah buku di bidang kedokteran yang berjudul ”Al Qonun Fit-Tibb atau

Code of Laws in Medicine”. Buku Ibnu Sina ini merupakan salah satu buku teks

(16)

10 mendetail. Dalam buku ini, Ibnu Sina menuliskan semua dokumen dan referensi

ilmu pengetahuan di bidang medis. Banyak pakar menyebut, karyanya sangat

komprehensif, layaknya buku teks kedokteran modern.

Dalam bukunya, Ibnu Sina mengklasifikasi jenis penyakit, penyebabnya,

epidemologinya, gejala dan tanda-tandanya, serta cara mengatasinya. Karena

sedemikian terstruktur dan lengkapnya inilah, tak heran kalau kemudian karyanya

tersebar ke berbagai belahan dunia dan dipelajari baik oleh dunia Islam maupun

dunia Barat. Di dunia Barat, karya Ibnu Sina bisa dikenal berkat jasa Gerard dari

Cremona yang menerjemahkannya di abad ke -15. Setelah itu, buku ini menjadi

buku wajib mahasiswa di bidang kedokteran. Bahkan menurut jurnal UNESCO

yang diliris bulan oktober 1980, buku ini tetap dipergunakan di Universitas Brussel

hingga tahun 1909 (Haerudin, 2003: 17).

Risalah Al Qonun Fit-Tibb terdiri dari lima buku. Yang pertama berisi

pembahasan prinsip kedokteran umum, yang kedua soal materia medica, yang

ketiga soal penyakit yang menimpa anggota tubuh tertentu, yang keempat

membahas penyakit yang tidak spesifik menimpa tubuh (seperti demam), termasuk

juga membahas kecelakaan yang menimbulkan trauma, antara lain: patah tulang.

Dan buku kelima, membahas soal formula obat-obatan dan bagaimana meraciknya.

Karena itu, penulis ingin mengkaji pola pembelajaran logika Abu Ali

Husain Ibnu ’Abdillah Ibnu Sina untuk mahasiswa Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis

(17)

11 Berdasarkan alasan-alasan rasional di atas, maka penelitian ini dirancang

untuk mempelajari materi Logika Ibnu Sina beserta model pembelajarannya dalam

upaya untuk meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik sehingga mereka

memiliki bekal untuk memudahkan pemahaman terhadap disiplin ilmu yang

lainnya.

B. Rumusan Masalah

Pendidikan penalaran diperlukan bagi peserta didik agar mereka mampu

berpikir dengan tepat serta cakap menerapkan aturan-aturan pemikiran yang tepat

terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi setiap hari, serta pembentukan sikap

ilmiah, kritis, dan objektif.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dikemukakan fokus

masalah dalam penelitian ini, yaitu ”Model Pembelajaran yang bagaimana yang

dapat meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial?”. Untuk menjawab masalah tersebut diperlukan

langkah-langkah yang dapat dijadikan solusi dalam pembelajaran Ilmu Menalar (Logika) di

setiap jurusan yang ada di lingkungan Fakultas. Untuk itu diperlukan

pengembangan strategi pendidikan penalaran di jurusan-jurusan yang sesuai

dengan kondisi peserta didik, lingkungan pembelajaran, maupun tenaga pendidik

yang ada di masing-masing jurusan.

Permasalahan tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam beberapa

(18)

12 1) Model pengembangan pembelajaran ilmu menalar (logika) seperti apa yang

sebaiknya dikembangkan di Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI?

2) Prosedur pembelajaran logika seperti apa yang perlu dilaksanakan untuk

mahasiswa Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI ?

3) Materi logika seperti apa yang harus diberikan kepada peserta didik Fakultas

Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial UPI ?

4) Kompetensi pendidik apa yang layak untuk memberikan perkuliahan logika

bagi peserta didik Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI?

5) Pola evaluasi seperti apa yang tepat untuk menguji penalaran peserta didik

Fakultas pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial UPI ?

6) Apa yang menjadi gambaran ideal bagi peserta didik setelah dilakukan

pendidikan penalaran melalui pembelajaran logika (Logika Ibnu Sina)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Adapun tujuan akhir dari penelitian ini adalah menghasilkan model

pengembangan pendidikan penalaran (Ilmu Menalar) Ibnu Sina yang dapat

meningkatkan kemampuan peserta didik Fakultas pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial dalam berpikir logis dan nalar yang benar yang didasarkan pada kelompok

kompetensi yang akan dicapai pada satu periode tertentu. Model Pendidikan

tersebut disusun dalam bentuk langkah-langkah praktis yang dapat digunakan oleh

para pengelola program studi/jurusan yang ada di lingkungan Fakultas Pendidikan

(19)

13 Adapun tujuan khususnya, yaitu:

1. Menemukan model pengembangan pembelajaran logika yang sebaiknya

dilaksanakan di Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI.

2. Mengembangkan prosedur pembelajaran logika yang sebaiknya dilaksanakan

untuk peserta didik di lingkungan FPIPS UPI.

3. Mengembangkan materi logika Ibnu Sina yang sebaiknya diberikan kepada

peserta didik di lingkungan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI.

4. Menentukan persyaratan pendidik yang kompeten untuk mengajar logika Ibnu

Sina kepada peserta didik di lingkungan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial UPI.

5. Menemukan pola evaluasi pembelajaran logika Ibnu Sina yang tepat untuk

menguji penalaran peserta didik yang ada di lingkungan Fakultas Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial UPI.

6. Menemukan gambaran realitas ideal berkaitan dengan proses pembelajaran

disiplin ilmu lain yang diikutinya beserta hasilnya bagi peserta didik setelah

dilakukan pendidikan penalaran melalui pembelajaran logika Ibnu Sina.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini merupakan upaya merefleksikan landasan-landasan

Pendidikan Umum dengan menggali gagasan-gagasan filsafat logika dari tokoh

besar filsafat Islam, Abu Ali Husain Ibnu ‘Abdillah Ibnu Sina (980 M/370H –

1037 M/428 H). Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai

(20)

14

1. Nilai Akademik

Secara akademis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu

pengetahuan bagi dunia pendidikan, khususnya bagi Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial UPI. Logika sebagai cabang pengetahuan filsafat, yaitu ilmu

tentang proses penalaran atau penyimpulan formal. Dengan logika dapat dijadikan

alat untuk menguji kesahihan dan akuntabilitas setiap pemikiran dan gagasan.

Pendek kata, logika dapat membantu peserta didik menghindari salah penafsiran,

dan meningkatkan keahlian peserta didik dalam berpikir analitis. Selain

memberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan di Indonesia, khususnya di

lingkungan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI, juga merespon

adanya kesenjangan daya nalar para mahasiswa dari Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial dengan para mahasiswa yang ada di Fakultas Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Dengan belajar logika secara khusus,

maka diharapkan kesenjangan yang terjadi diantara para mahasiswa yang

mengikuti kuliah di Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan mahasiswa

yang mengikuti kuliah di Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam tidak terjadi. Hal ini dirasakan langsung oleh penulis tatkala memberikan

kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Lingkungan Sosial

Budaya dan Teknologi di dua tempat yang berbeda tersebut.

2. Nilai Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan tuntunan alternatif terhadap

arah kurikulum dan model pembelajaran setiap mata kuliah, lebih khusus lagi untuk

(21)

15 para peneliti lain untuk mau menggali karya-karya para filosof muslim kaliber

internasional yang pada saat ini banyak dilupakan oleh sebagian besar kaum

muslimin sendiri.

Mengenai penalaran ini perlu mendapat perhatian dari setiap pendidik,

karena melalui penalaran yang benar akan diperoleh pengetahuan yang bermakna

bagi peserta didik. Selain dari pada itu, penalaran yang logis akan membantu peseta

didik mengembangkan berpikir tingkat tinggi lainnya.

Manfaat praktis lainnya adalah dapat membantu pendidik mendiagnosis

kelemahan belajar peserta didik dan kelemahan penyampaian materi pembelajaran

untuk merancang pengajaran remedial dan merancang metode pengajaran baru

yang dapat membantu peserta didik mencapai hasil belajar yang lebih baik.

D. Asumsi dan Hipotesis Penelitian (Kuantitatif)

Beberapa asumsi yang melandasi pemikiran adalah:

1. Individu memiliki kemampuan kognitif, afektif, psikomotor dan konatif.

2. Kemampuan kognitif mencakup penalaran; dan kemampuan penalaran dari

individu dapat meningkatkan hasil belajar.

3. Latar belakang pendidikan dan keragaman serta banyaknya pengalaman yang

dimiliki oleh individu akan menjadi bekal bagi pemilikan kemampuan

penalaran yang diperlukan.

4. Dengan berpikir logis, kritis, dan praktis menurut alur logika, seorang individu

akan mampu mengembangkan potensi dirinya untuk menjadi manusia berilmu,

(22)

16 5. Dengan menggunakan prinsip-prinsip penalaran yang ada dalam logika, peserta

didik akan dapat mengembangkan cara berpikir dan nalar yang benar.

6. Pendidikan di Universitan Pendidikan Indonesia belum memberikan

kesempatan ke seluruh jenjang dan program studi yang ada untuk

melaksanakan pembelajaran logika, tetapi baru dilaksanakan di jurusan dan

fakultas tertentu.

7. Mahasiswa FPIPS UPI adalah calon guru yang memerlukan model

pembelajaran penalaran.

Hipotesis yang diajukan penulis dalam penelitian ini adalah H0:

Tidak terdapat perbedaan antara kemampuan mahasiswa yang telah mendapatkan

pembelajaran logika dan mahasiswa yang tidak mendapatkan pembelajaran logika

dengan hasil belajar yang diperolehnya. Atau tidak terdapat perbedaan prestasi

antara mahasiswa yang telah mendapatkan perlakuan pembelajaran logika Ibnu

Sina dengan mahasiswa yang tidak mendapatkan perlakuan pembelajaran logika

Ibnu Sina dalam perolehan hasil belajar.

E. Metode Penelitian

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuasi-eksperimen, diawali dengan eksperimen pengembangan model debat dan think,

pair and share dalam pembelajaran logika dengan langkah-langkah sebagai

(23)

17 1. Mengidentifikasi bermacam-macam variabel yang relevan.

2. Mengidentifikasi variabel-variabel non-eksperimental yang mungkin

mengkontaminasi eksperimen, dan menentukan bagaimana caranya

mengontrol variabel-variabel tersebut.

3. Menentukan rancangan eksperimen.

4. Memilih subjek yang representatif bagi populasi tertentu dan merancang

siapa-siapa yang masuk kelompok kontrol dan siapa-siapa-siapa-siapa yang masuk kelompok

eksperimen.

5. Merancang perlakuan dan kontrol.

6. Memilih atau menyusun alat untuk mengukur hasil eksperimen dan

memvalidasikan alat tersebut.

7. Merancang prosedur pengumpulan data, dan jika memungkinkan melakukan

trial run test untuk menyempurnakan alat pengukur atau rancangan eksperimen.

8. Merumuskan hipotesis nol.

9. Melaksanakan eksperimen, termasuk menerapkan perlakuan.

10.Mengatur data kasar untuk mempermudah analisis selanjutnya, menempatkan

dalam rancangan yang memungkinkan memperhitungkan efek yang

diperkirakan akan ada.

11.Menerapkan tes signifikansi untuk menentukan taraf signifikansi hasilnya.

12.Membuat interpretasi mengenai hasil tentang itu, memberikan diskusi

seperlunya, dan menulis laporannya dalam rangka penulisan Disertasi.

(24)

18 Gambar 1.1

Randomized Control-Group Pretest-Postest Design

Group Pretest Treatment Postest

Exp.Group® T1 T2

Control-Group® T1 X T2

Desain Prosedur Penelitian:

1. Memilih sejumlah subjek secara rambang dari suatu populasi.

2. Secara rambang, menggolongkan subjek menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang dikenai variabel perlakuan X, dan kelompok

kontrol yang tidak dikenai variabel perlakuan.

3. Memberikan pretest T1 untuk mengukur variabel tergantung pada kedua kelompok itu, lalu menghitung mean masing-masing kelompok.

4. Mempertahankan semua kondisi untuk kedua kelompok itu agar tetap sama, kecuali pada satu hal yaitu kelompok eksperimen yang dikenai variabel

Perlakuan X untuk jangka waktu tertentu.

5. Memberikan postest T2 kepada kedua kelompok itu untuk mengukur variabel dependen, lalu menghitung rata-ratanya untuk masing-masing kelompok.

6. Menghitung perbedaan antara hasil pretests T1 dengan postest T2 untuk masing-masing kelompok; jadi (T2e – T1e) dan (T2c- T1c).

7. Membandingkan perbedaan-perbedaan tersebut untuk menentukan apakah penerapan perlakuan X itu berkaitan dengan perubahan yang lebih besar pada

kelompok eksperimental, jadi ((T2e – T1e) – ( T2c – T1c)).

(25)

19 yaitu apakah perbedaan tersebut cukup besar untuk menolak hipotesis nol

bahwa perbedaan itu hanya terjadi secara kebetulan.

Subjek penelitian adalah mahasiswa Program Studi Akuntansi Tingkat I

semester genap, Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia berdasarkan kemungkinan

paling tingginya peneliti berpartisipasi pada lingkungan tersebut mengingat peneliti

bekerja di lingkungan FPIPS UPI. Hal ini sesuai dengan kaidah penelitian kualitatif

yang menghendaki peneliti sebagai instrument yang berpartisipasi di lingkungan

subjek penelitian.

F. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Alasannya sebagai

berikut: (1) UPI telah merumuskan visinya dengan jelas, yaitu Universitas Pelopor

dan Unggul. Salah satu misinya adalah menyelenggarakan pendidikan untuk

menyiapkan tenaga pendidik professional dan tenaga professional lainnya yang

berdaya saing global. Untuk bisa bersaing dengan yang lain diperlukan salah satu

syaratnya memilki kemampuan penalaran yang tinggi. (2) Visi FPIPS UPI sebagai

lembaga pendidikan terdepan pengembang ilmu pengetahuan dan profesi dalam

bidang pendidikan ilmu pengetahuan social dan ilmu-ilmu social yang berbasis

pada keunggulan penelitian. Salah satu misinya adalah meningkatkan mutu

pembelajaran bidang ilmu pendidikan IPS dan ilmu-ilmu social untuk memperkuat

(26)

20 salah satu syaratnya jika para peserta didik memiliki kemampuan penalaran yang

tinggi. (3) Selain kuliah dan response, proses belajar-mengajar di FPIPS diadakan

juga kuliah lapangan. Kuliah semacam ini ada pada setiap jurusan dan dirancang

khusus oleh dosen Pembina. Pada umumnya kuliah lapangan dilakukan di luar

kampus dalam waktu tertentu yang tidak mengganggu perkuliahan rutin. Kuliah

lapangan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berhubungan

langsung dengan studi dan untuk dapat mengenal masyarakat lebih dekat. Dengan

memiliki penalaran yang tinggi maka peserta didik akan mampu beradaptasi

dengan baik di lingkungan masyarakat bentuk apa pun yang mereka hadapi. (4)

Adanya anggapan bahwa peserta didik yang ada di lingkungan ilmu-ilmu sosial

tingkat penalarannya kurang baik, sehingga sulit jika diajak untuk cepat

mengembangkan dirinya.

2. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah mahasiswa tingkat I semester

genap program studi Pendidikan Akuntansi (Angkatan 2006 ) sebanyak 72 orang

Pemilihan ini dilakukan secara random (rambang), karena setiap anggota populasi

mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Cara random ini

dilakukan melalui undian, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Semua anggota populasi diberi nomor kode (PPKn, Sejarah, Geografi, Ekop,

Akuntansi, Tata Niaga, administrasi Perkantoran, Manajemen Resor dan Lesur,

Manajemen Pemasaran Pariwisata,Manajemen Industri Katering).

b. Kode tersebut kemudian ditulis dalam kertas-kertas kecil (bentuk segi empat)

(27)

21 c. Kotak tersebut diaduk baik-baik dan gulungan kertas yang telah dimasukkan itu

dikeluarkan satu persatu sebanyak jumlah sampel yang dibutuhkan.

Nomor-nomor yang tertulis dalam kertas yang terambil itu menunjukkan Nomor-nomor

anggota populasi.

G. Paradigma Penelitian

Paradigma yaitu perangkat keyakinan mendasar atau metafisis yang

merupakan system ide yang memberikan arah untuk menimbang dan membuat

keputusan tentang hakekat realitas, atau memberikan alasan mengapa kita harus

puas dengan mengetahui sesuatu yang kurang dari hakekat realitas itu. Paradigma

mencakup pula metode kerja yang sesuai (Rochman, 1988: 5).

Jenis penelitian yang dilakukan untuk penulisan disertasi ini dimulai

eksperimen sesungguhnya, yaitu penelitian yang ditujukan untuk menelaah

kemungkinan-kemungkinan sebab-akibat dengan mengemukakan satu atau

beberapa kelompok eksperimen dalam satu atau beberapa kondisi perlakuan dan

membandingkan hasilnya dengan satu atau beberapa kelompok kontrol yang tidak

menerima perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen. Alur berpikir

(28)

22

Gambar 1.2

ALUR PIKIR PENELITIAN

Model Pengembangan

Pembelajaran Logika Ibnu Sina seperti apa yang sebaiknya dilaksanakan di FPIPS UPI?

KAJIAN DATA KAJIAN TEORI

PERTANYAAN PENELITIAN

FORMULA ANALISIS - SINTESIS

REFLEKSI

Model Pembelajaran Logika Ibnu Sina

PEMIKIRAN IBNU SINA

TENTANG LOGIKA

- Logika Ibnu Sina sebagai bentuk pendidikan penalaran - Filsafat Ibnu Sina

PENDIDIKAN PENALARAN DI ERA GLOBALISASI

- Pendidikan berpikir kritis - Pendidikan penalaran masa

(29)

23

Gambar 1.3

PARADIGMA PENELITIAN

P - P +

KULIAH REGULER X1

KELOMPOK KONTROL

MATERI LOGIKA IBNU SINA

X2

KULIAH REGULER X1

KELOMPOK EKSPERIMEN

KEMAMPUAN BERPIKIR DAN HASIL TES NALAR LB

(30)

177 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif secara eksperimental yaitu

sebuah metode yang dipergunakan untuk mencobakan perlakuan (treatment)

sehingga diketahui efektivitas dan/atau efisiensi dari perlakuan tersebut.

Jenis penelitian yang diterapkan dalam penulisan disertasi ini adalah

kuasi-eksperimen (quasi-experiment research), yakni menyelidiki kemungkinan saling

hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan kepada satu kelompok

eksperimental atau satu kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan

satu kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan. Secara khas

menggunakan kelompok kontrol sebagai ”garis dasar” sehingga tidak ada pihak

yang dirugikan karena hanya melibatkan kelompok subyek yang relatif kecil untuk

dibandingkan dengan kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental.

Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis dan teliti

di dalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam penelitian ini, peneliti

memanipulasikan sesuatu stimuli, treatmen atau kondisi-kondisi eksperimental,

kemudian mengobservasi pengaruh yang diakibatkan oleh adanya perlakuan atau

manipulasi tersebut.

Pada penelitian ini diujicobakan model pembelajaran Debat dan Think, Pair

(31)

178

Ibnu Sina sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa sebagai

calon guru dalam berpikir logis dan nalar yang benar.

Mutu penelitian terutama dinilai dari validitas hasil yang diperoleh.

Validitas penelitian diklasifikasikan menjadi validitas internal dan validitas

eksternal. Validitas internal berkaitan dengan keyakinan peneliti tentang kesahihan

hasil penelitian, sedangkan validitas eksternal berkaitan dengan tingkat generalisasi

hasil penelitian yang diperoleh. Validitas hasil penelitian berada pada suatu garis

kontinum yang terbentang dari mulai yang sangat tidak valid sampai dengan yang

sangat valid (Furqon, 2004: 14).

Dalam penelitian, validitas internal merupakan tolok ukur yang paling

utama, karena kalau kita sudah meragukan validitas hasil penelitian yang diperoleh,

maka semua konsekuensi berikutnya menjadi tidak bermakna lagi. Karena itu,

peneliti memberikan perhatian khusus terhadap validitas internal hasil penelitian

yang dilakukan saat ini. Untuk meningkatkan validitas internal tersebut, peneliti

melakukan beberapa cara sebagai berikut:

a. Melakukan pengukuran yang valid dan andal (reliable) atas peubah yang dikaji.

Pemahaman konsep, prinsip-prinsip, dan prosedur pengukuran yang membantu

peneliti untuk dapat memperoleh data yang valid.

b. Mengontrol peubah-peubah yang diduga mempengaruhi peubah terikat. Hal ini

dilakukan, antara lain dengan (1) random assignment pada penelitian

eksperimen, (2) menyeragamkan nilai peubah yang dikontrol, (3) melakukan

penyesuaian dalam analisis statistik, dan (4) menggunakan desain penelitian dan

(32)

179

Salah satu upaya yang mendukung validitas eksternal pada penelitian ini

adalah pemilihan subjek secara acak (random selection), sehingga sampel yang

diteliti dapat mewakili populasi yang diharapkan. Pengacakkan dalam pemilihan

subjek penelitian ini merupakan langkah esensial walaupun belum memberikan

jaminan bagi generalisasi hasil penelitian.

Skor rata-rata (arithmetic mean) merupakan ukuran gejala pusat yang lebih

sering digunakan dalam praktek penelitian karena sifatnya yang lebih stabil

dibandingkan dengan ukuran gejala pusat yang lain seperti modus atau median.

Modus merupakan ukuran gejala pusat yang paling labil. Harga modus berubah

secara mencolok seiring dengan perubahan bentuk distribusi datanya. Namun

demikian, modus merupakan ukuran yang bermanfaat untuk data yang berskala

nominal, seperti jenis kelamin, penyebab kecelakaan lalu lintas, dan jenis pekerjaan

orang tua siswa. Selain itu, modus juga sering digunakan jika gambaran kasar

tentang suatu distribusi data diperlukan dengan segera. Median sering digunakan

sebagai ukuran gejala pusat pada data yang berskala ordinal (Furqon, 2004: 48).

Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti menggunakan skor rata-rata karena

peneliti tidak hanya hendak menggambarkan keadaan sampel, akan tetapi juga

ingin melakukan inferensi tentang keadaan populasinya. Selain karena secara

matematik lebih mudah digunakan, rata-rata juga lebih stabil dibandingkan dengan

modus dan median. Adapun kelemahan unsur skor rata-rata jika terjadi data yang

distribusinya sangat juling (baik ke arah positif maupun negatif) dimana terdapat

(33)

180

menunjukkan ukuran gejala pusat. Hal ini dikarenakan harga rata-rata akan ditarik

ke arah dan mendekati skor ekstrim.

Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran logika Ibnu Sina ini

dilakukanlah perbandingan antara hasil tes awal dan tes akhir. Selanjutnya hasil

perbedaan tes tersebut diuji signifikansinya dengan menggunakan uji t (t-test). Uji t

dilakukan dengan asumsi bahwa variabel yang diperhatikan berdistribusi normal

dalam populasi tempat pengambilan sampel, dan varians dalam populasi tempat

sampel-sampel diambil adalah sama. Menurut Ferguson (1976: 236), asumsi yang

disebutkan di atas, walaupun tidak dipenuhi, tidak terlalu mengganggu validitas

kesimpulan yang diambil melalui analisis varians. Begitu pula untuk uji t bahwa

penyimpangan dari asumsi tersebut tidak terlalu mempengaruhi kesimpulan yang

diambil. Selain alasan di atas, pada penelitian ini hanya menguraikan pengujian

hipotesis dalam analisis korelasi sederhana, yaitu korelasi antara dua peubah (satu

peubah bebas dan satu peubah terikat).

Dalam hal mengkaji bahan ajar Logika Ibnu Sina, peneliti menggunakan

metode hermeneutik dan fenomenologi. Metode Hermeneutik yaitu sebuah metode

filsafat yang berupaya untuk memahami teks atau masalah filsafat melalui

interpretasi (Hans-George Gadamer, 1977: 75). Peneliti mengikuti proses mulai

dari sistem keseluruhan yang peneliti terima di dalam pengalaman hidup sehingga

dapat peneliti mengerti.

Menurut Paul Ricoeur (1985: 67), ada tiga langkah pemahaman, yaitu

berlangsung dari penghayatan atas simbol-simbol ke gagasan tentang berpikir dari

(34)

181

simbol ke simbol. Langkah kedua adalah pemberian makna. Langkah ketiga adalah

langkah yang benar-benar filosofis, yaitu berpikir dengan menggunakan simbol

sebagai titik tolaknya. Ketiga langkah tersebut berhubungan erat dengan

langkah-langkah pemahaman bahasa, yaitu : semantik, refleksif serta eksistensial atau

ontologis. Langkah semantik adalah pemahaman pada tingkat bahasa yang murni;

pemahaman refleksif adalah pemahaman pada tingkat yang lebih tinggi, sedang

langkah pemahaman eksistensial atau ontologis adalah pemahaman pada tingkat

being atau kebenaran makna itu sendiri.

Menurut Edmund Husserl (Noerhadi,1996: 10), metode fenomenologi

merupakan metode yang ketat untuk melawan skeptisme. Metode ini dimaksudkan

untuk melepaskan jalan pikiran dari apa saja yang dianggap ideal, tetapi tidak

mendasarkan diri pada realitas. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan,

peneliti awali dengan menggunakan pendekatan kualitatif ilmiah melalui

penelusuran perpustakaan dan wawancara kepada para ahli disamping pendekatan

kuantitatif eksperimental. Bahan-bahan itu diperoleh dari kitab-kitab kuning

maupun buku-buku populer dewasa ini.

B. Penjelasan Istilah

Ada beberapa istilah yang perlu peneliti jelaskan agar tidak

membingungkan bagi para pembaca hasil peneltian ini. Istilah-istilah yang

dimaksud adalah sebagai berikut: ,

1. Pendidikan Penalaran

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

(35)

182

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (UU RI No. 20 th

2003 tentang SISDIKNAS).

Penalaran merupakan kemampuan manusia untuk mengikuti suatu alur tertentu

di dalam memahami dan mengembangkan pengetahuan. Penalaran merupakan

proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan berupa pengetahuan

(Suriasumantri, 1984: 85). Proses penalaran memerlukan landasan logika.

Sedangkan landasan logika berkaitan dengan penarikan kesimpulan yang

berorientasi pada terumuskannya suatu pengetahuan baru bagi dirinya

(Huffman, 1997: 92).

Yang dimaksud pendidikan penalaran dalam penelitian ini adalah usaha yang

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik mampu berpikir menurut alur kerangka berpikir tertentu dan

mampu menarik kesimpulan secara logis, konsisten, serta perhitungan secara

matang yang dinyatakan dalam kalimat yang tepat. Untuk menguji

komponen-komponen kemampuan penalaran tersebut digunakan uji tes standar melalui tes

potensi akademik, khususnya tes penalaran yang telah disusun dan

dikembangkan oleh para ahli sebagai tes standar dalam mengkaji proses belajar

yang bersangkutan. Dalam penelitian ini diukur melalui penilaian terhadap

(36)

183 2. Model Pembelajaran

Pengertian model yang digunakan dalam penelitian ini adalah representasi

produk atau karya hasil kreatifitas manusia yang lebih kecil daripada yang

aslinya atau merupakan bagian-bagian dari sebuah produk. Khadiq (2003: 80)

mengartikan model sebagai teladan, pola atau rancangan sebagai deskripsi

singkat dari sebuah penjelasan untuk menggambarkan sebuah bentuk yang

sesungguhnya. Sedangkan pembelajaran mengacu kepada hal-hal yang

berhubungan dengan kegiatan pembelajaran yang meliputi interaksi

pembelajaran, kegiatan belajar sebagai proses dan hasil, serta hubungan

fungsional antara unsur-unsur kegiatan belajar.

Yang dimaksud dengan model pembelajaran dalam penelitian ini adalah pola,

rancangan atau contoh dari suatu kegiatan pembelajaran yang disajikan di

dalam kelas yang mempunyai beberapa keunggulan dalam memecahkan

masalah-masalah pembelajaran dan membawa peserta didik untuk menjadi

lebih efektif dalam belajar (effective learners).

Model pembelajaran yang dieksperimenkan dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran think, pair and share, dan model debate.

3. Peningkatan Keterampilan Penalaran

Belajar dirumuskan sebagai perubahan yang terjadi pada diri peserta didik.

Perubahan ini bukan disebabkan oleh faktor alami melainkan oleh usaha

sengaja dari luar peserta didik, yaitu berupa stimulus, dan perubahan yang

terjadi dalam diri peserta didik merupakan respon terhadap stimulus itu.

(37)

184

dilakukan dengan sengaja dari pihak luar peserta didik (Djudju Sudjana, 2005:

51-52).

Yang dimaksud dengan peningkatan keterampilan penalaran dalam penelitian

ini adalah adanya peningkatan kemampuan berpikir peserta didik setelah

dilakukan proses pembelajaran logika Ibnu Sina.

4. Peserta Didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,

dan jenis pendidikan tertentu (UU RI No. 20 Th 2003 Tentang SISDIKNAS,

Bab I, Pasal 1).

Yang dimaksud dengan peserta didik dalam penelitian ini adalah para

mahasiswa yang menempuh jenjang pendidikan formal di Jurusan Pendidikan

Ekonomi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI Program Studi

Akuntansi semester 2 tahun akademik 2006/2007.

5. Pembelajaran Logika Ibnu Sina

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar (C.E.Beeby, 1979: 75).Yang dimaksud dengan pembelajaran logika

Ibnu Sina dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang merupakan

upaya bersama antara dosen dan mahasiswa untuk berbagi dan mengolah

informasi dengan tujuan agar pengetahuan logika Ibnu Sina yang terbentuk

dapat terinternalisasi dalam diri mahasiswa dan menjadi landasan untuk

(38)

185 6. Statistika Deskriptif adalah statistika yang berkenaan dengan penyusunan,

penyajian, penyimpulan, serta penghitungan data sampel . Fungsinya untuk

memberikan gambaran tentang hasil pengukuran sebagaimana adanya.

7. Statistika Induktif atau statistika inferensial atau statistika probabilitas

merupakan statistika yang berkenaan dengan pembuatan keputusan dalam

ketidaktentuan, yaitu upaya untuk membuat keputusan terbaik dengan

menggunakan dan berdasarkan informasi yang tidak lengkap (Guilford, 1956:

4-5). Pengambilan keputusan tersebut dapat berupa keputusan dari perhitungan

data sampel untuk menyimpulkan keadaan populasi dalam waktu yang sama,

ataupun dalam arti meramalkan, yaitu menyimpulkan keadaan populasi pada

waktu yang akan datang dengan menggunakan perhitungan data sampel yang

ada.

8. Peubah terikat (dependent variable), yaitu peubah yang dipengaruhi oleh peubah lain. Dalam berbagai konteks penelitian, peubah ini dikenal dengan

sebutan yang beragam, seperti peubah keluaran (output), peubah kriteria, dan

peubah respon.

9. Peubah bebas (independent variable), yaitu peubah yang mempengaruhi peubah lain. Peubah ini pun dikenal dengan berbagai sebutan, seperti peubah

pendahulu, peubah masukan (input), peubah prediktor, dan treatment (dalam

penelitian eksperimental).

10. Peubah kontrol (control variable), yaitu peubah yang pengaruhnya kepada peubah terikat dikendalikan. Peubah ini merupakan peubah yang secara

(39)

186

namun penelitian yang bersangkutan tidak bermaksud mengetahuinya,

melainkan mengendalikannya sedemikian rupa sehingga keragaman yang

terdapat pada peubah terikat tidak lagi berkaitan dengan keragaman peubah

kontrol.

11. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian atau prediksi tentang hasil penelitian yang akan diperoleh. Dalam banyak hal, hipotesis dapat

diganti oleh pertanyaan penelitian. Ada dua macam hipotesis yang menarik

untuk diuji melalui analisis korelasi sederhana. Pertama, hipotesis nol bahwa

kedua peubah tidak berhubungan satu sama lain. Kedua, hipotesis nol bahwa

koefisien korelasi antara dua peubah sama dengan nilai tertentu. Hipotesis lain

dikenal dengan hipotesis kerja atau hipotesis alternatif (H1). Jikaditerjemahkan

ke dalam hipotesis statistik maka menjadi sebagai berikut (Furqon, 2004:

223-224):

a. Hubungan positif

Ho : rxy = 0; H1 : rxy > 0.

b. Hubungan negatif

Ho : rxy = 0 ; H1 : rxy < 0

12. Logika adalah undang-undang untuk memelihara manusia agar terhindar dari pikiran-pikiran yang sesat. Logika juga merupakan teknik penalaran yang dapat

menemukan suatu hakikat tertentu, mampu memaksa lawan bicara menyerah,

memaksa lawan bicara mengerjakan sesuatu dan dapat mengenakan

(40)

187 13. Lafadh adalah setiap sesuatu yang diucapkan yang menunjukkan pada makna

(arti) dengan esensinya, seperti kata benda dan kata kerja.

14. Universal (kulli) ialah suatu lafadh yang tunggal yang mengandung isi yang banyak, seperti: manusia, madrasah, dan sebagainya.

15. Partial (Juz’i) ialah lafadh yang tunggal yang tidak menerima maknanya yang satu, tetapi akan ikut menyertainya isi yang banyak, seperti: Muhammad Ali,

Jakarta, dan sebagainya.

16. Esensi adalah substansi dari suatu benda dimana sifat-sifatnya dapat diprediksikan, seperti sebutan hewan untuk manusia. Sedangkan aksiden

adalah sesuatu yang kualitasnya terkait dengan suatu subjek, tetapi berbeda

dengan sifat-sifatnya, misalnya: warna kulit manusia ada yang putih, hitam atau

sawo matang.

17. Spesies ialah lafadh universal yang disesuaikan dengan berbagai lafadh yang bernaung dalam suatu hakikat, seperti lafadh manusia dibawah lafadh binatang. Genus ialah lafadh universal yang sesuai dengan beberapa pribadi-pribadi dari bermacam-macam hakikat yang berlainan. Contoh: hewan, arti dari hewan

hanya menjelaskan sebagian dari esensi pribadinya. Differensia merupakan suatu sifat atau kumpulan dari beberapa sifat yang universal. Contoh: Natiq

merupakan bagian lain dari keseluruhan esensi manusia. Common accidens merupakan sifat umum yang mensifati pribadi-pribadi dari beberapa hakikat

yang bermacam-macam, seperti berjalan dimiliki oleh beberapa spesies dari

(41)

188

dengan adanya sifat-sifat itu dapat terlihat pribadi-pribadi daripada suatu

hakikat, contoh:”dapat menjadi hewan”, hal ini khusus untuk spesies manusia.

18. Definisi yang sempurna (Analitic definition) apabila saat mendefinisikan sesuatu, kita dapat mengenali esensi sesuatu tersebut dan menjelaskan

bagian-bagian esensinya secara lengkap.

19. Definisi yang kurang sempurna (descriptive definition) apabila kita hanya mendapatkan sebagian dari esensi hal tersebut.

20. Sepuluh macam kategori: (1) Substansi berarti segala sesuatu yang ada dalam realitas; (2)kuantitas menunjukkan besaran sesuatu dan alur suatu peristiwa; (3) kualitas adalah segala sesuatu yang akan dikenai pertanyaan

Bagaimana?”; (4) relasi menunjukkan hubungan antara dua hal atau benda;

(5) place menunjukkan tempat tertentu dimana sesuatu itu ada; (6) time

menunjukkan hubungan sesuatu dengan waktu; (7) situasi atau posisi

menunjukkan postur suatu benda atau keadaan sesuatu benda; (8).pemilikan

menunjukkan hubungan antara suatu benda dengan sesuatu yang menutupi

seluruh atau sebagian keberadaannya; (9) aksi atau perbuatan berarti mempengaruhi sesuatu yang menerima akibatnya; (10) kehendak atau pasif

merupakan sesuatu yang menerima pengaruh dari aksi.

21. Proposisi adalah setiap perkataan yang di dalamnya ada hubungan antara dua hal yang bisa bernilai benar atau salah.

22. Proposisi Kategoris adalah suatu jenis proposisi dimana subjek dan predikat merupakan dua unsur yang berhubungan, yang masing-masing unsur senantiasa

(42)

189 23. Proposisi Kondisional adalah satu proposisi yang berasal dari dua proposisi

kategoris atau lebih dengan menggunakan adat syarat. Contoh: (1) Udara hari

ini panas; (2) Ahmad keluar rumah. Ditambah alat agar keluar dari proposisi

kategoris, sehingga pernyataannya menjadi:”Bilamana udara panas maka

Ahmad keluar dari rumah.

24. Proposisi Kondisional Hipotesis ialah suatu proposisi yang mengandung hukum kebenaran suatu pernyataan berdasarkan atas kebenaran suatu

pernyataan yang lain di dalam hal afirmatif, atau suatu proposisi yang

mengandung hukum tidak benarnya suatu pernyataan berdasarkan atas tidak

benarnya suatu pernyataan yang lain di dalam hal negatif.

25. Proposisi Kondisional Disjungtif ialah suatu proposisi yang mengandung hukum adanya hubungan yang bertentangan dari suatu pernyataan dengan

pernyataan yang lain. Contoh: Udara itu adakalanya panas, adakalanya sejuk.

26. Proposi Singular ialah suatu proposisi yang subjeknya merupakan sesuatu yang terbatas, contoh: ”Saya pergi ke Makkah”.

27. Proposisi Indeterminatif ialah suatu proposisi yang subjeknya lafad universal, tapi tidak dijelaskan apakah hukum itu berlaku untuk seluruh isi lafadh atau

hanya untuk sebagian saja.

28. Proposisi Determinatif adalah suatu proposisi yang subjeknya lafadh universal dan sudah mengandung keterangan yang tegas mengenai hukum itu

berlaku untuk semuanya atau untuk sebagian isinya.

(43)

190

contoh:”Tiap-tiap segitiga mempunyai tiga garis yang saling

potong-memotong”.

30. Proposisi Determinatif Partikular adalah suatu proposisi determinatif yang jika hukum yang terkandung dalam proposisi itu hanya berlaku untuk sebagian

isi subjek, Contoh:”Sebagian dosen Sekolah Pascasarjana UPI lulusan dari Luar

Negeri”.

31. Proposisi Termodifikasi adalah suatu proposisi yang kata negatifnya menjadi satu bagian dari subjeknya atau predikat keduanya. Contoh: Sebagian yang

bukan menteri itu ialah pengusaha besar(konglomerat).

32. Kontradiksi ialah perbedaan dua proposisi di dalam kuantitas dan kualitas, salah satu proposisi itu benar dan yang lainnya salah. Contoh: ”Setiap matahari

itu terbit, pasti siang itu datang”. Kontradiksinya:” Kadang-kadang tidak akan

terjadi, bilamana matahari terbit siang akan datang”.

33. Konversi ialah menarik proposisi dengan mengambil kesimpulan langsung dari proposisi yang ada dengan memindahkan subjek dan predikatnya tanpa

mengubah kualitasnya serta tetap benar dan salahnya sesuai dengan

keadaannya.

34. Konversi Yang Sederhana ialah pernyataan dengan cara menjadikan bagian pertama dari suatu proposisi pindah jadi bagian kedua, dan bagian kedua pindah

jadi bagian pertama, serta tetap kebenaran dan salahnya sesuai dengan keadaan

keduanya.Contoh: ”Setiap bola itu bulat”. Konversi sederhananya:”Sebagian

(44)

191 35. Kontraposisi ialah pengambilan kesimpulan secara langsung dari proposisi

yang ada diambil proposisi lain dengan mengambil lawan predikat yang ada

sebagai subjeknya. Contoh: ”Manusia itu hewan”. Kontraposisinya:” Yang

bukan hewan adalah bukan manusia” (Kontra dari masing-masing subjek dan

predikat menggantikan tempat yang lain).

C. Subjek Penelitian dan Kriteria Pemilihan

Yang menjadi subjek penelitian pada penulisan disertasi ini adalah

mahasiswa Strata S1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Tingkat I semester Genap (Mahasiswa angkatan 2006/2007).

Jumlah mahasiswa seluruhnya ada 72 orang. Untuk subjek kelompok I (Kelompok

eksperimen) ada 36 orang, dan untuk subjek kelompok II (Kelompok kontrol ) ada

36 orang. Pemilihan ini didasarkan kepada:

Pertama, belum adanya perkuliahan penalaran secara khusus melalui mata kuliah

tertentu bagi mahasiswa FPIPS UPI, khususnya di Jurusan Pendidikan Ekonomi.

Kedua, belum adanya nuansa pembelajaran dalam pelaksanaan pendidikan yang

melatih daya nalar bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi FPIPS UPI.

Ketiga, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi semestinya memiliki tingkat

penalaran yang lebih baik dibanding mahasiswa-mahasiswa yang ada di jurusan

lain di lingkungan FPIPS, karena ilmu ekonomi merupakan pilar utama kehidupan

bernegara, sehingga perlu orang-orang yang cerdas, cermat, teliti, akurat, dan

(45)

192 D. Instrumentasi Penelitian

Untuk keperluan penelitian eksperimental, instrumen yang digunakan

adalah instrumen untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam berpikir logis

dan nalar yang benar. Untuk mengukur kemampuan di atas digunakan tes penalaran

berupa Tes Potensi Akademik (TPA). Tes yang digunakan adalah bentuk objektif

yang banyaknya70 butir soal yang terdiri dari 12 butir soal berkaitan dengan verbal

comprehension, 6 butir soal berkaitan dengan word fluency, 6 butir soal berkaitan

numerical fluency, 10 butir soal berkaitan dengan spatial visualization, 12 butir

soal berkaitan dengan assosiative memory, 12 butir soal berkaitan perceptual

(46)

193

Adapun kisi-kisi tesnya sebagai berikut:

Kisi-kisi untuk menguji kemampuan peserta didik dalam berpikir logis dan

nalar yang benar ( Tabel 3.1)

Nomor Tujuan Khusus Nomor Soal

1

Peserta didik dapat mengerti hubungan kata, kosa kata, kalimat, dan penguasaan komunikasi lisan

1 s.d 12

Verbal comprehension

2

Peserta didik mampu

mencernakan kata-kata tertentu atau kalimat tetentu secara tepat

19 s.d 24 Word fluency

3

Peserta didik dapat crmat dan cepat dalam penggunaan fungsi-fungsi hitung dasar

31 s.d 36 Numerical fluency

4

Peserta didik mampu mengenali berbagai bentuk hubungan visual

(47)

194

Skor Konversi Kuantitatif Berdasarkan Mean Ideal dan Standar Deviasi Ideal:

(48)

195

2 55-60 9

3 50-54 8

4 44-49 7

5 38-43 6

6 32-37 5

7 27-31 4

8 20-26 3

9 15-19 2

10 1-14 1

Soal-soal yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya telah

diujicobakan terlebih dahulu kepada para mahsiswa yang bukan menjadi sampel,

kemudian dianalisis validitas dan reliabilitasnya. Soal yang kurang memenuhi

syarat kemudian direvisi atau dihilangkan. Pengujian instrumen dilaksanakan

kepada mahasiswa-mahasiswa FPIPS Jurusan Pendidikan Ekonomi yang

mempunyai kondisi yang relatif sama dengan mahasiswa program studi Akuntansi

yang dijadikan sampel penelitian ini.

Langkah-langkah yang dipergunakan dalam menganalisa butir soal adalah

sebagai berikut:

1. Mengurutkan lembar jawaban dari skor tertinggi sampai skor terendah.

2. Lembar jawaban yang telah diurutkan dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:

(49)

196

b. 27 % skor terbawah sebagai kelompok kurang (kelompok bawah = lower

group).

c. 46 % skor golongan sedang (kelompok tengah-tengah = middle group).

3. Setiap butir soal dianalisa, dan data-datanya dimasukkan ke dalam format

kartu analisis butir soal.

Rumus: Indeks Kesukaran (IK) =

Indeks ini untuk menetapkan apakah butir soal terlalu sukar, sehingga

sangat sedikit yang dapat menjawab benar atau seluruhnya tidak dapat menjawab,

ataukah terlalu mudah, sehingga sangat banyak yang dapat menjawab benar atau

seluruhnya.

Soal yang terlalu sukar (IK = 0,15; berarti 15 % yang menjawab benar) atau

yang terlalu mudah (IK = 0,85; berarti 85 % yang menjawab benar) dianjurkan

tidak dipakai lagi. Soal yang dapat dipakai adalah : 0,15<IK<0,85

TK = Tingkat kesukaran/kemudahan Nilai Fasilitas.

BU = Jumlah peserta didik golongan pandai yang menjawab benar.

BL = Jumlah peserta didik golongan kurang yang menjawab benar.

T = Jumlah dari golongan pandai dan golongan kurang.

Kualifikasi:

TK = 0,29 ke bawah : soal sukar.

TK = 0,30 – 0,69 : Soal sedang.

TK = 0,70 ke atas : soal mudah.

(50)

197

Rumus : DP =( – )

, (Permadi, 1988: 18).

DP = 0,40 ke atas : soal sangat baik.

DP = 0,30 – 0,39 : soal cukup baik, mungkin masih dapat diperbaiki.

DP = 0,20 – 0,29 : soal kurang baik, perlu diperbaiki

DP = 0,19 ke bawah : soal jelek, dibuang atau dirombak

Untuk menentukan reliabilitas digunakan rumus koefisien reliabilitas pada

tes obyektif menurut Kuden Richardson. 20 (KR 20);

KR 20 =

!

" "#$

% !$–

&' ∑()* + ),)#∑()*+ ),)& -,../0∑()*#),)1&

2

Keterangan:

KR 20 = Koefisien yang dicari.

k = Banyaknya butir soal.

N = 27 % dari jumlah seluruh teste, untuk upper group dihitung dari atas, dan

untuk lower group dihitung dari bawah. U = L = 27 %.

WL = Jumlah jawaban salah dari kelompok teste yang kurang.

WU = Jumlah jawaban yang salah dari kelompok teste yang pandai.

Kualifikasi:

KR 20 = 0,00 – 0,20 ; tidak reliabel.

KR 20 = 0,21 – 0,40; reliabel sedikit.

KR 20 = 0,41 – 0,70; cukup reliabel.

Gambar

gambar-gambar,
Tabel 3.3.1
Tabel 3.3.3
Tabel 3.3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pilihlah jawaban dengan memberikan tanda ( X ) atau centang ( ) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan kondisi Anda. Ikutilah setiap petunjuk pengisian dengan benar.

dalam judul penelitian yaitu Manfaat Hasil Belajar “Menyediakan Layanan Makanan dan Minuman di Restoran” sebagai Kesiapan Kerja Pramusaji pada Peserta Didik SMKN

Upaya pengelolaan lingkungan airtanah agar terdapat keseimbangan antara persediaannya dengan tingkat kebutuhan kawasan kepariwisataan, berdasarkan analisis SWOT menunjukkan

SEGMEN BERITA REPORTER B BISNIS CAT MOBIL YANG TAK PERNAH

“Pengaruh Kompleksitas, Time Budget Pressure , Independensi Auditor Dan Risiko Kesalahan Terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik Yang Terdapat Di

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat serta kasih dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “Transportasi Darat

Selain itu dapat juga dijelaskan bahwa kekalahan politik Islam itu disebabkan (1) partai-partai Islam yang mengusung ideologi agama tidak dapat menjabarkan dalam bentuk program

ANALISIS KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM PENYAJIAN PRODUK WORKSHOP MSDK BERBASIS PROJECT BASED LEARNING. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |