• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SISTEM REFRIGERASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SISTEM REFRIGERASI."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN SISTEM REFRIGERASI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin

Oleh

ARI ASHARI RAMADHAN E.0551.0808595

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sistem

Refrigerasi

Oleh

Ari Ashari Ramadhan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Ari Ashari Ramadhan 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ARI ASHARI RAMADHAN E.0551.0808595

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SISTEM REFRIGERASI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

PEMBIMBING I

Drs. Syamsuri Hasan, M.Pd. NIP. 1951041 198103 1 002

PEMBIMBING II

Dr. H. Kamin Sumardi, M.Pd. NIP. 19670926 199702 1 001

Mengetahui,

KETUA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan untuk mengetahui aktivitas siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran Sistem Refrigerasi kelas X TP B SMK Negeri I Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014. Metode penelitian pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian terdiri atas tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah soal pre-test, post test dan lembar observasi aktivitas belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar yang ditunjukan oleh nilai rata-rata N-Gain pada siklus I yang masuk dalam kategori sedang, siklus II kategori sedang, dan siklus III kategori tinggi. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga menyebabkan aktivitas belajar siswa meningkat untuk pada siklusnya. Hasil rata-rata persentase aktivitas pada siklus I masuk dalam kategori sedang, meningkat pada siklus II kategori tinggi, dan siklus III kategori tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Sistem Refrigerasi.

(5)

ABSTRACT

This research was conducted to investigate the improvement of student learning outcomes through the implementation of cooperative learning type NHT and to examine student activities after the teacher conducted cooperative learning type NHT in Refrigeration System subject of class X TP B SMK Negeri 1 Cimahi 2013/2014. The research method employed in this research was Classroom Action Research (CAR) which is consisting of three cycles. Each cycle consists of planning, implementation, observation and reflection. The data were collected through pre-test, post-test and observation sheets covering student learning activities. The findings of this research reveal that there was an improvement in student learning outcomes indicated by the average score of N-Gain which is average on the first dan second cycle, then high in last cycles. The implementation of cooperative learning type NHT also lead to increase student learning activities for each cycle. The result showed that the average percentage of activity in the first cycle can be categorized as an average category, and then it increases in the second and third cycle which can be categorized as a high category. The Conclusion of this research is: the implementation of cooperative learning type NHT can improve student learning outcomes and student learning activities in Refrigeration Systems subject.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Strukrtur Organisasi ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran ... 6

B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 7

C. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 9

D. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif ... 10

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together... 11

F. Hasil Belajar ... 14

1. Pengertian Hasil Belajar ... 14

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 15

G. Aktivitas Belajar ... 17

1. Pengertian Aktivitas Belajar ... 17

2. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar ... 18

H. Sistem Evaluasi ... 19

1. Pengertian Sistem Evaluasi ... 19

2. Jenis-Jenis Evaluasi ... 19

3. Jenis-Jenis Alat Evaluasi ... 20

I. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20

J. Kaitan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together dengan Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 21

K. Karakteristik Mata Pelajaran Sistem Refrigerasi ... 21

L. Kerangka Pemikiran ... 22

(7)

D. Lokasi dan Objek Penelitian ... 29

E. Definisi Operasional ... 29

F. Instrumen Penelitian ... 30

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 31

H. Teknik Pengolahan Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38

1. Kegiatan Pembelajaran Siklus I ... 38

2. Kegiatan Pembelajaran Siklus II ... 42

3. Kegiatan Pembelajaran Siklus III ... 45

4. Hasil Pembelajaran ... 48

B. Pembahasan ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai ulangan harian ... 2

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 8

Tabel 2.2 Ilustrasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 12

Tabel 2.3 Kompetensi Mata Pelajaran Sistem Refrigerasi ... 21

Tabel 3.1 Kriteria Reliabilitas ... 33

Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 34

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Daya Pembeda ... 35

Tabel 3.4 Kriteria Nilai ... 35

Tabel 3.5 Kriteria N-Gain ... 36

Tabel 3.6 Kriteria Aktivitas Belajar Siswa ... 36

Tabel 3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran... 37

Tabel 4.1 Rata-rata nilai Pre test dan Post Test ... 49

Tabel 4.2 Rata-rata N-Gain Setiap Siklus ... 49

Tabel 4.3 Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa ... 50

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A1. Silabus ... 60

A2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 64

A3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 68

A4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III... 72

LAMPIRAN B B1. Analisis Validitas Butir Soal Siklus I ... 77

B2. Analisis Reliabilitas Butir Soal Siklus I ... 78

B3. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Siklus I ... 79

B4. Analisis Daya Pembeda Soal Siklus I ... 80

B5. Analisis Validitas Butir Soal Siklus II... 81

B6. Analisis Reliabilitas Butir Soal Siklus II ... 82

B7. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Siklus II ... 83

B8. Analisis Daya Pembeda Soal Siklus II ... 84

B9. Analisis Validitas Butir Soal Siklus III ... 85

B10. Analisis Reliabilitas Butir Soal Siklus III ... 86

B11. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Siklus III ... 87

B12. Analisis Daya Pembeda Soal Siklus III ... 88

B13. Perhitungan Uji Instrumen ... 89

B14. Kisi-kisi Instrumen Tes ... 93

B15. Soal Pre Test Siklus I ... 96

B16. Soal Post Test Siklus I ... 98

B17. Soal Pre Test Siklus II ... 101

B18. Soal Post Test Siklus II ... 104

B19. Soal Pre Test Siklus III ... 107

B20. Soal Post Test Siklus III ... 110

B21. Kunci Jawaban dan Lembar Jawaban... 112

LAMPIRAN C C1. Rekapitulasi Nilai Pre Test, Post Test, dan N-Gain ... 114

LAMPIRAN D D1. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 118

D2. Lembar Observasi Aktivitas Belajar SIswa ... 119

D3. Lembar Observasi Guru ... 121

D4. Lembar Catatan Lapangan ... 122

D5. Judgment Lembar Observasi ... 123

D6. Rekapitulasi Nilai Observasi Siswa ... 125

D7. Rekapitulasi Nilai Observasi Guru ... 128

LAMPIRAN E E1. Dokumentasi Penelitian ... 130

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu lembaga

pendidikan yang diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia

berkualitas, terampil, dan berdisiplin tinggi guna menunjang produk yang siap

pakai di bidangnya. Hal tersebut tercermin dalam tujuan dari Sekolah Menengah

Kejuruan, yaitu;

1. Mewujudkan Lembaga Pendidikan yang akuntabel sebagai pusat Pembudayaan Kompetensi Berstandar Internasional

2. Mendidik Sumber Daya Manusia yang mempunyai etos kerja dan kompetensi berstandar internasional

3. Memberikan berbagai layanan Pendidikan Kejuruan yang permeabel dan fleksibel secara terintegritas antara jalur dan jenjang pendidikan 4. Memperluas layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan 5. Mengangkat keunggulan lokal sebagai modal daya saing bangsa

(www.ditsmk.net)

Tujuan tersebut tentunya harus didukung oleh lembaga yang bersangkutan,

seperti sarana dan prasarana yang memadai, guru yang berkompeten, kurikulum,

dan proses pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan proses belajar mengajar

(PBM). Salah satu elemen vital tersebut ialah guru, karena guru terlibat langsung

dalam PBM. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru diharuskan

menggunakan strategi pembelajaran yang menarik dan kondusif serta berpusat

pada siswa, hal ini bertujuan agar siswa menjadi mandiri dan tidak menjadi objek

pasif. Namun pada kenyataannya PBM masih berpusat pada guru, dimana guru

masih mendominasi PBM dengan menggunakan teknik ceramah. Hal ini

menyebabkan siswa menjadi pasif dan cenderung mengantuk sehingga

pembelajaran terasa monoton dan membosankan. Persoalan yang terjadi seperti

ini merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat dalam mencapai tujuan

(11)

2

Berdasarkan pengalaman yang diperoleh penulis pada saat melaksanakan

Program Latihan Profesi (PLP) di SMKN 1 Cimahi, persoalan di atas juga terjadi.

Dimana pelaksanaan pembelajaran belum difokuskan pada siswa, sehingga proses

komunikasi yang berlangsung adalah satu arah, karena metode yang digunakan

oleh guru ialah ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Walaupun adakalanya

guru berupaya memusatkan pembelajaran pada siswa dengan metode diskusi,

tetapi hasilnya kurang memuaskan (tabel 1.1) karena hanya sebagian siswa saja

yang aktif dan sebagaian lainnya hanya mengikuti atau menontonnya. Akhirnya

berpengaruh pada hasil belajar yang didapat oleh siswa.

Tabel 1.1 Nilai ulangan harian semester ganjil mata pelajaran Sistem

Refrigerasi Tahun Ajaran 2012/2013 SMKN 1 Cimahi

Kelas Nilai Kriteria Frekuensi Persentase (%)

X TP B ≥ 75 Lulus 13 39,39 < 75 Tidak Lulus 20 60,61

Jumlah 33 100

(Sumber: Dokumentasi PLP SMKN 1 Cimahi 2012)

Data di atas memperlihatkan masih banyak siswa yang memperoleh nilai

di bawah standar yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 75, sebesar 60,61%

siswa memperoleh nilai di bawah standar dan yang telah memenuhi standar yaitu

sebesar 39,39%. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa tersebut, guru

harus memiliki strategi belajar yang tepat sehingga siswa dapat belajar secara

efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, penulis berusaha

memberikan sebuah solusi berupa suatu model pembelajaran yang dapat dijadikan

alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Karena model pembelajaran memiliki

peranan penting dalam merangsang keaktifan sisawa di dalam kelas.

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

diharapkan mampu mengatasi masalah yang dikemukakan di atas. Model

pembelajaran ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif

yang memusatkan aktivitas pada siswa secara berkelompok. Keunggulan tipe ini

(12)

3

atau keaktifan setiap siswa sebagai anggota kelompok dalam usaha pencapaian

tujuan belajar.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT berbeda degan kerja kelompok karena

pada umumnya kerja kelompok didominasi oleh siswa pintar saja. Dalam hal ini

guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok heterogen dalam hal

kemampuan atau akademiknya yang kemudian diberi nomor diri, dan memastikan

bahwa setiap anggota kelompok menguasai dan memahami tugas yang

diterimanya.

Merujuk pada latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka

penulis berniat untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sistem Refrigerasi”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:

a. Proses belajar mengajar masih monoton dan membosankan.

b. Metode pembelajaran yang digunakan masih berupa ceramah dan diskusi

yang kurang variatif.

c. Siswa tidak semua aktif berdiskusi dalam kelas dengan mengunakan

metode diskusi.

d. Rendahnya hasil belajar siswa

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah perlu dilakukan dalam suatu penelitian agar

permasalahan yang diteliti lebih jelas. Berdasarkan latar belakang di atas,

maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sistem

(13)

4

b. Bagaimana aktivitas siswa setelah diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT?

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dan mendalam pada masalah

yang diteliti, maka penulis membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Hasil belajar yang diungkapkan dibatasi pada aspek kognitif setelah

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pada mata

pelajaran sistem refrigerasi dengan standar kompetensi mengisi refrigeran

ke dalam sistem refrigerasi dan kompetensi dasar memahami fungsi

refrigeran dalam sistem refrigerasi di kelas X TP B SMK Negeri 1 Cimahi.

2. Aktivitas belajar yang diungkapkan dibatasi dengan aktivitas fisik.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui besarnya peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Mengetahui aktivitas siswa setelah menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh penulis dari pelaksanaan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa, model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat memberikan

pengaruh positif terhadap belajar di dalam kelas.

2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran tentang

peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT.

3. Bagi sekolah, model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dijadikan

(14)

5

F. Sistematika Penulisan

Bab I menjelaskan tentang hal yang mendorong dilaksanakannya

penelitian diantaranya latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan laporan.

Bab II menjelaskan tentang kajian pustaka, teori yang mendukung dan relevan

dengan permasalahan penelitian ini. Bab III menjelaskan tentang metode

penelitian, prosedur penelitian, lokasi dan objek penelitian, definisi operasional,

instrumen penelitian, pengujian instrumen penelitian, dan teknik pengolahan data.

Bab IV menjelaskan tentang hasil penelitian, yaitu pengolahan data disertai

pembahasannya, yang merupakan jawaban dari masalah yang timbul dalam

penelitian. Bab V menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam rangka memecahkan permasalahan yang

terjadi selama proses pembelajaran di kelas berlangsung dengan mencoba

menerapkan model pembelajaran untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.

Berdasarkan pada tujuan tersebut, maka metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action

Research (CAR). Kunandar (2012:45) mengungkapkan definisi penelitian

tindakan kelas sebagai berikut:

Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus.

Sedangkan Wiriatmadja (2007:13) menyatakan bahwa:

Penelitian tindakan kelas yaitu sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pengajarannya, dan melihat pengaruh nyata dari upaya tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas merupakan studi yang sistematis terhadap suatu praktik

pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan

kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar dengan melakukan tindakan

tertentu dalam suatu siklus. Penelitian tindakan kelas juga memiliki tahapan

penelitian yang terus berulang sampai suatu permasalahan dianggap teratasi.

Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas diawali dengan kesadaran akan

adanya permasalahan yang dirasakan mengganggu yang dianggap menghalangi

pencapaian tujuan pendidikan sehingga dianggap berdampak kurang baik terhadap

(16)

25

Langkah menemukan masalah kemudian dilanjutkan dengan menganalisis

masalah, merumuskan masalah, dan menentukan perencanaan penelitian tindakan

kelas yang akan dilakukan.

B. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan

Mc Taggart (Kunandar, 2012:70) terdiri dari 4 tahap, yakni penyusunan rencana,

tindakan, observasi dan refleksi. Lebih jelasnya penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Penyusunan Rencana (Planning)

Penyusunan rencana penelitian adalah melakukan identifikasi masalah

kemudian membuat rencana suatu kegiatan pembelajaran berdasarkan analisa

masalah yang didapatkan, mulai dari penetapan waktu, materi, metode

penyampaian materi.

2. Tindakan (Action)

Tindakan merupakan tahap implementasi dari berbagai rencana dan

kegiatan praktis yang telah dirancang pada tahap sebelumnya dan merupakan

tindakan yang terkontrol secara seksama. Tindakan dapat terlaksana dengan

baik jika mengacu pada rencana yang rasional dan terukur.

3. Pengamatan (Observation)

Pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan, selain itu dalam pengamatan dilakukan juga analisis. Peneliti akan

melakukan analisa berdasarkan pengamatan seluruh pelaksanaan tindakan.

Peneliti dan mitra melakukan pengamatan terhadap gejala yang muncul

selama berlangsungnya tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Kegiatan ini

bertujuan untuk merekam dan mengumpulkan data yang diperlukan oleh

peneliti.

4. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali terhadap

(17)

26

pemikiran yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, isu, dan

hambatan yang muncul perencanaan tindakan strategi.

Refleksi dalam siklus akan berulang kembali pada siklus berikutnya,

kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam

bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya, atau dengan beberapa siklus. Pada

model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc Taggart, komponen tindakan dan

observasi dijadikan sebagai suatu kesatuan. Disatukannya kedua komponen

tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi tindakan

dan observasi merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua

kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya

suatu tindakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Berikut ini

dikutipkan model visualisasi bagan yang disusun oleh Kemmis dan Mc Taggart.

Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart

C. Prosedur Penelitian Numbered Head Together

1. Perencanaan

Keberhasilan suatu tindakan akan ditentukan dengan perencanaan yang

matang, oleh karena itu pada tahap ini dilakukan beberapa perencanaan yaitu:

(18)

27

b. Menentukan jumlah siklus penelitian, yaitu 3 siklus. Setiap siklusnya

dilakukan satu kali tatap muka pembelajaran.

c. Memilih bahan pelajaran yang sesuai.

d. Merencanakan pembelajaran berupa rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan dalam proses belajar

mengajar.

e. Menentukan skenario pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT.

f. Menyusun format evaluasi.

g. Menyusun format observasi pembelajaran yang terdiri dari 2 jenis

yaitu aktivitas guru dan siswa.

2. Tindakan

Tahap ini peneliti memberi tindakan dalam tiap siklus penelitian dengan

indikator adanya peningkatan hasil belajar siswa. Berikut ini dijelaskan secara

rinci tindakan untuk 3 siklus, yaitu:

a. Siklus ke-1

Tindakan yang dilaksanakan yang mengacu pada RPP, yaitu

pembelajaran dengan menggunakan model NHT. Tahapan pelaksanaan

tindakan yang dilakukan sebagai berikut:

1) Guru mengulas materi yang sebelumnya diajarkan dan

memberikan sedikit penjelasan materi yang diajarkan atau

penjelasan materi.

2) Guru memberikan penjelasan Model pembelajaraan kooperatif

tipe NHT.

3) Guru memberikan soal pre test untuk mengukur kemampuan awal

siswa.

4) Siswa diorganisasikan dalam kelompok belajar lima sampai enam

orang untuk berdiskusi.

(19)

28

6) Guru membimbing siswa atau kelompok yang mengalami

kesulitan dalam memahami materi yang disajikan.

7) Guru mengkondisikan untuk evaluasi kelompok, peran guru di sini

hanya sebagai moderator.

8) Setelah evaluasi selesai, guru bersama siswa mengulas hasil

evaluasi kelompok lalu siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.

9) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang dinilai

paling baik pada pembelajaran hari itu.

10)Pada akhir tindakan dilaksanakan post test untuk mengetahui hasil

belajar yang telah dicapai siswa.

b. Siklus ke-2

Tahapan pembelajaran pada siklus kedua sama seperti pembelajaran

pada siklus pertama. Namun pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus

kedua ini, dilihat berdasarkan pada hasil refleksi siklus pertama dan

rencana perbaikan pembelajaran yang telah disusun untuk siklus kedua.

c. Siklus ke-3

Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus ketiga ini berdasarkan

hasil refleksi pada siklus kedua, sampai permasalahan terselesaikan sesuai

waktu yang telah dialokasikan. Tahapan proses pembelajaran pada siklus

ketiga sama seperti pembelajaran siklus kedua

3. Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru kelas atau teman sejawat

sebagai observer untuk memperoleh data meliputi kegiatan fasilitator

pembelajaran dan aktivitas siswa. Waktu pelaksanaan observasi adalah

saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas dari siklus pertama

(20)

29

4. Refleksi

Tahapan refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil

tindakan yang telah dilaksanakan dan untuk memperbaiki langkah-langkah

pada tindakan selanjutnya. Refleksi yang dilakukan meliputi:

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi

evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.

2) Melakukan diskusi untuk membahas hasil evaluasi tentang

rencana pembelajaran dan lembar kerja siswa dengan guru mata

pelajaran.

3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi,

untuk digunakan pada siklus berikutnya.

D. Lokasi dan Objek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Cimahi Jl. Mahar Martanegara No. 48

Leuwi Gajah, Cimahi. Dimana penulis pernah melakukan kegiatan PLP di

sekolah tersebut.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah siswa kelas X Program Keahlian Teknik

Pendingin dan Tata Udara B SMKN 1 Cimahi. Objek terdiri dari satu kelas

yang berjumlah 35 siswa.

E. Definisi Operasional

1. Model Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dirancang atau

dikembangkan dengan menggunakan pola tertentu.

2. Pembelajaran Kooperatif adalah strategi belajar mengajar yang

mengedepankan pada kegiatan kelompok kecil yang anggotanya terdiri

dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang heterogen.

3. NHT adalah salah satu jenis dari pembelajaran kooperatif dimana siswa

(21)

30

nomor. Guru memberikan masalah, kemudian dikerjakan bersama dan

dipresentasikan sesuai nomor diri tersebut.

4. Hasil belajar merupakan seluruh kecakapan yang dicapai melalui proses

belajar disekolah yang dinyatakan dengan nilai hasil belajar berdasarkan

hasil tes.

5. Mata pelajaran Sistem Refrigerasi merupakan mata pelajaran produktif

yang berfungsi untuk membekali siswa agar memiliki kompetensi yang

diharapkan. Mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran dasar yang

berguna mendukung kepada mata pelajaran lainnya

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi,

dokumentasi, pre test dan post test.

1. Observasi

Observasi adalah aktivitas yang dilakukan melalui pengamatan langsung

untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan

suatu penelitian. Sugiyono (2008:203) berpendapat bahwa “Teknik

pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan

dengan perilaku, proses kerja, gejala alam dan bila responden yang diamati

tidak terlalu besar”. Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan guru dan

aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi guru dan

siswa diisi oleh observer.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan untuk menggambarkan apa yang sedang

terjadi di kelas pada waktu pembelajaran dalam rangka penelitian tindakan

kelas peneliti dapat menggunakan rekaman foto, slide, tape dan video. Pada

penelitian ini jenis dokumentasi yang digunakan adalah foto. Foto digunakan

untuk menangkap suasana kelas, detail tentang peristiwa penting atau khusus

(22)

31

3. Pre Test

Pre test digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum

proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Hasil pre test akan digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa.

4. Post Test

Post test digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi dasar

atau indikator yang disampaikan dalam program pembelajaran yang telah

dikuasai siswa. Kemudian untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara

hasil pre test dengan hasil post test.

G. Pengujian Instrumen Penelitian

Proses pengujian instrumen digunakan untuk mengukur atau mengetahui

instrument yang akan digunakan apakah telah layak atau belum.

1. Lembar Observasi

Sebelum lembar observasi diberikan kepada observer, lembar tersebut

harus melakukan tahap pengujian terlebih dahulu. Upaya yang dapat

dilakukan salah satunya dengan melakukan expert judgment, yaitu dengan

meminta evalusi dari seorang ahli terhadap panduan yang dibuat.

2. Tes

Pengujian yang akan diterapkan pada instrumen tes ini diantaranya:

validitas, realibilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahihan dengan tujuan kriteria belajar dan tingkah laku yang

menggunakan perhitungan teknik korelasi product moment yang

dikemukakan oleh Pearson (Arikunto, 2006:170).

(23)

32

ΣXY = jumlah hasil kali dari variabel X dan variabel Y

ΣX2

= jumlah kuadrat dari variabel X

ΣY2

= jumlah kuadrat dari variabel Y

Setelah harga rxy diperoleh, kemudian dilanjutkan dengan taraf

signifikansi koefisien yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:258)

dengan menggunakan rumus uji-t yaitu:

………..(3.2)

Dimana:

n = Banyak data

t = Nilai t hitung

r = koefisien korelasi

Penafsiran dari harga koefisien korelasi dinyatakan valid apabila thitung

> ttabel dengan taraf kesalahan α =0,05.

b. Uji Reliabilitas

Pada penelitian ini penulis berusaha mengukur tingkat reliabilitas

instrumen dengan menggunakan rumus Spearman-Brown dengan teknik

belah dua ganjil-genap. Adapun langkah-langkah yang digunakan menurut

Arikunto (2006:170) sebagai berikut:

1) Mengelompokkan skor butir soal bernomor ganjil sebagai belahan

pertama dan skor butir soal bernomor genap sebagai belahan kedua.

2) Mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua

dengan menggunakan rumus korelasi dan akan diperoleh harga rxy.

rxy =

(24)

33

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi

X = Jumlah skor X

Y = Jumlah skor Y

XY = Jumlah skor X dan Y N = Jumlah responden

Menghitung indeks reliabilitas dengan menggunakan rumus

Spearman-Brown, yaitu:

r11 =

………. (3.4)

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen

= rxy yang disebut sebagai indeks korelasi antara dua

belahan instrumen.

Jika r hitung> r tabel, hal itu menunjukan bahwa koefisien ada artinya

hingga tidak diabaikan. Artinya instrumen ini reliabel pada taraf

kepercayaan yang telah ditentukan yaitu 95 %.

Tabel 3.1 Kriteria Reliabilitas Koefisien Korelasi (r11) Kategori

0,00 – 0,20 Sangat Rendah

Untuk menghitung taraf kesukaran butir soal dapat digunakan rumus

menurut Surapranata (2006:12) sebagai berikut:

(25)

34

Keterangan:

p = tingkat kesukaran satu butir soal tertentu

∑x = Jumlah siswa yang menjawab benar pada butir itu Sm N = Skor maksimum seluruh siswa peserta test

Kriteria tingkat kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kesukaran

Rentang Tk Kategori

p = 0,00 Sangat sukar, sebaiknya dibuang 0,16 ≤ p < 0,30 Sukar

0,30 ≤ p < 0,70 Sedang 0,70 ≤ p < 0,85 Mudah

p = 1,00 Sangat mudah, sebaiknya dibuang

(Surapranata, 2006:21)

d. Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda dilakukan untuk mengukur sejauh mana

suatu butir soal mampu membedakan siswa yang pandai dan siswa yang

kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu, sebagaimana diungkapkan

Arikunto (2010:211) bahwa “Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu

soal untuk membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)

dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).

Untuk menghitung daya pembeda setiap item ini dapat menggunakan

rumus berikut:

DP = - = PA - PB ………..………….. (3.6)

Keterangan:

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas

BB = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah

PA = Proporsi peserta kelompok atas menjawab benar

(26)

35

Tabel 3.3 Kriteria Daya Pembeda

Nilai DP Kategori

1. Menilai Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Kognitif

Peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif dapat dilihat dari data

yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan, berupa pre

test dan post test. Hasil tes kemudian dapat diolah setelah itu diinterpretasikan

dan dilihat peningkatan siswa yang tuntas dalam belajarnya. Sesuai dengan

kurikulum yang ditetapkan di SMKN 1 Cimahi bahwa dalam pembelajaran

mata pelajaran produktif dalam hal ini Sistem Refrigerasi bahwa siswa

dikatakan lulus jika mendapat nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) ≥

75.

Tabel 3.4 Kriteria Nilai

Nilai Kategori

N-gain dipergunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa

setelah dilakukannya pembelajaran. rumus N-Gain dapat dihitung melalui

rumus berikut:

N-Gain =

(27)

36

Tabel 3.5 Kriteria Gain

Nilai Kategori

G > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ G ≤ 0,7 Sedang G < 0,3 Rendah

(Hake, 2002:4)

3. Menilai Aktivitas Belajar Siswa

Nilai aktivitas belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di

kelas, digunakan untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa di kelas.

Analisis dilakukan pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan

rumus-rumus melalui persentasi.

Adapun perhitungan persentase keaktifan pembelajaran siswa dalam

mengikuti proses belajar sebagai berikut:

A = ………..………….. (3.8)

Keterangan:

A = Persentase aktivitas belajar siswa (%)

B = Jumlah skor perolehan aktivitas yang dilakukan siswa

C = Jumlah skor maksimum aktivitas siswa

Setelah data tersebut didapat, kemudian diinterpretasikan kedalam empat

kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sesuai dengan tabel

berikut ini.

Tabel 3.6 Kriteria Aktivitas Belajar Siswa Persentase (%) Kategori

75 – 100 Sangat Tinggi 50 – 74,99 Tinggi 25 – 49,99 Sedang 0 – 24,99 Rendah

(28)

37

4. Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Data mengenai pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

merupakan data yang diambil dari observasi aktivitas guru. Pengolahan data

dilakukan dengan cara mencari persentase keterlaksanaan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT. Keterlaksanaan model pembelajaran ini dapat dihitung

dengan menggunakan rumus berikut:

Kemudian nilai persentase tersebut dikonversikan ke dalam kategori

keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Nilai tersebut

diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran Persentase (%) Kategori

0 – 24,9 Sangat Kurang 25 – 37,5 Kurang 37,6 – 62,5 Sedang 62,6 – 87,5 Baik

87,6 – 100 Sangat Baik

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar siswa ini

diantaranya sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran koperatif tipe NHT pada mata pelajaran

sistem refrigerasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini

ditunjukan dengan peningkatan nilai N-gain pada setiap siklusnya. Siklus I

dan siklus II termasuk dalam kategori sedang, kemudian siklus III

termasuk dalam kategori tinggi.

2. Aktivitas belajar siswa di dalam kelas selama pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT mengalami

peningkatan di setiap siklusnya. Pada siklus I termasuk dalam kategori

tinggi, siklus II masuk dalam kategori sangat tinggi. kemudian siklus III

masuk dalam kategori sangat tinggi. Model pembelajaran kooperatif tipe

NHT ini memberikan hasil positif terhadap kegiatan belajar mengajar

karena dapat meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran,

sehingga siswa lebih aktif dalam belajar.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas penulis mempuyai beberapa saran

diantaranya :

1. Bagi guru, pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang perlu dipertimbangkan oleh

guru untuk dipergunakan dalam proses pembelajaran yang mampu

menciptakan pembelajaran yang lebih baik.

2. Bagi siswa, kegiatan pembelajaran ini memberikan kesempatan siswa

(30)

55

Tetapi agar dapat menunjang kegiatan pembelajaran tersebut, hendaknya

kebutuhan peralatan dan sumber-sumber belajar dapat dilengkapi.

3. Bagi peneliti lain, penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT guru harus pintar mengatur waktu dan perlu

direkomendasikan terhadap mata pelajaran produktif lain untuk melihat

keberhasilannya.

4. Bagi sekolah, sebaiknya lebih diperhatikan lagi aspek kognitif siswa, dan

lebih mengontrol guru-guru supaya melakukan pembelajaran yang sesuai

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S, Suhardjono dan Supardi (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. (2013). Visi Misi dan Tujuan

SMK [online] Tersedia: ditpsmk.net/?page=content;3. [25 Juni 2013]

Djamarah, S. B. (2005). Guru dan Anak Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Hake, R. R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning

Gains in Mechanics with Gender, High School Mathematics and Spatial Visualization.[Online].Tersedia:www.physics.indiana.edu/~hake/PERC20

02h-Hake [03 September 2013]

Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Isjoni, (2011). Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada.

Lie, A. (2002). Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning Di

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Nuraeni, D. (2013). Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together

(NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Motivasi Siswa Pada Sub Konsep Ekosistem Pantai. Skripsi JPB FPMIPA UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenda Media.

Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Siddiq, A. (2011). Perbandingan Model Pembelajaran Problem Based Learning

(32)

57

Pengetahuan Dasar Listrik Dan Elektronika Di SMKN 4 Bandung. Skripsi

JPTE FPTK UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Slavin, R. E. (2010). Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana,N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Supriadi, Y. (2009). Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Pada Mata

Pelajaran Gambar Teknik 2 Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together NHT. Skripsi JPTM UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Surapranata, S. (2006). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Rosda.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Usman, U. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya

Wiriaatmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Yonny, A., et.al. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.

Zoraya, A. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Gambar

Tabel 1.1 Nilai ulangan harian semester ganjil mata pelajaran Sistem Kelas Refrigerasi Tahun Ajaran 2012/2013 SMKN 1 Cimahi Nilai Kriteria Frekuensi Persentase (%)
Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 3.1  Kriteria Reliabilitas
Tabel 3.3 Kriteria Daya Pembeda
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) untuk meningkatkan hasil belajar Biologi pokok bahasan fotosintesis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Biologi siswa pada pokok bahasan ekosistem dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada mata

Sebagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) yang bertujuan untuk

Berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I, berdasarkan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: (1) Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam mempelajari fotosintesis melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT, (2) untuk

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A SMP