1
PERBEDAAN KEJADIAN OBESITAS ANTARA BAYI YANG
MENDAPATKAN DAN TIDAK MENDAPATKAN ASI EKSKLUSIF DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUANYAR KOTA SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
DESSY TRI PRATIWI
G 0008078
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Perbedaan Kejadian Obesitas antara Bayi yang
Mendapatkan dan Tidak Mendapatkan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta
Dessy Tri Pratiwi, NIM : G0008078, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Senin, Tanggal 8 Agustus 2011
Pembimbing Utama
Nama : Endang Sutisna Sulaeman., dr., M.Kes.
NIP : 1956032 198312 1 002 (...) Pembimbing Pendamping
Nama : Sumardiyono, SKM, M.Kes.
NIP : 19650706 198803 1 002 (...) Penguji Utama
Nama : Hardjono, Drs.,M.Si.
NIP : 19590119 198903 1 002 (...) Anggota Penguji
Nama : Bagus Wicaksono, Drs., M.Si
NIP : 19620901 198903 1 003 (...)
Surakarta,...2011
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Agustus 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
iv ABSTRAK
Dessy Tri Pratiwi, G0008078, 2011. Perbedaan Kejadian Obesitas antara Bayi yang Mendapatkan dan Tidak Mendapatkan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan Penelitian:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian obesitas antara bayi yang mendapatkan dan tidak mendapatkan ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, menggunakan teknik total sampling, dengan jumlah sampel 115 bayi berusia 0-6 bulan dari 12 posyandu di wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta pada bulan Maret-Juli 2011. Data ASI diperoleh dari data kohort Puskesmas, sedangkan obesitas diukur dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan yang kemudian dimasukkan dalam
growth chart WHO 2005 BB/TB sesuai jenis kelamin. Analisis statistik menggunakan uji Chi square.
Hasil Penelitian:Dari total 115 jumlah sampel, 63 bayi mendapat ASI eksklusif dan 52 bayi tidak mendapat ASI eksklusif. Dari 63 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, 12 bayi mengalami obesitas dan 51 bayi tidak mengalami obesitas, sedangkan dari 52 bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, 15 bayi mengalami obesitas dan 37 bayi tidak mengalami obesitas. Bayi dengan ASI eksklusif lebih sedikit mengalami obesitas dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI (p = 0,217).
Simpulan Penelitian: Tidak terdapat perbedaan kejadian obesitas antara bayi yang mendapatkan dan tidak mendapatkan ASI eksklusif (p = 0.217).
v ABSTRACT
Dessy Tri Pratiwi, G0008078, 2011. The Difference Incidence of Obesity in Infants with Getting and Not Getting Exclusive Breastfeeding, in the Work Area Health Center Banyuanyar Surakarta. Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta.
Objectives : The purpose of the research was to know the differences obesity insidence between infants getting and not getting exclusive breastfeeding in the work area health center Banyuanyar Surakarta.
Methods:This research was using observational cross sectional analytic approach metod, using total sampling technique, a sample of 115 infants aged 0-6 months from 12 Posyandu in the region of Surakarta Banyuanyar Health Center in March-July 2011. ASI data obtained from cohort data centers, while obesity was measured by measuring height and weight were then included in the WHO 2005 growth charts BB/TB according to gender. Data were analyzed using Chi Square. Results:Of the total 115 number of samples, 63 exclusively breastfed infants and 52 infants not exclusively breastfed. Of the 63 infants who received breast milk exclusively, 12 babies were obese and 51 infants not obese, whereas of 52 infants not exclusively breastfed, 15 infants were obese and 37 babies are not obese. Exclusively breast fed infants were less prone to obesity than infants who did not get exclusively breast fed (p = 0.217).
Conclusions:There were not significant differences in the incidence of obesity between infants with getting and not getting exclusive breastfeeding, in the work area health center Banyuanyar Surakarta (p = 0217).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vi PRAKATA
Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kemudahan, kesabaran dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Perbedaan Kejadian Obesitas antara Bayi yang Mendapatkan dan Tidak Mendapatkan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. H. Endang Sutisna Sulaeman., dr., M.Kes., selaku pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.
4. Sumardiyono, S.K.M., M.Kes., selaku pembimbing pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.
5. Hardjono, Drs.,M.Si., selaku penguji utama yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.
6. Bagus Wicaksono, Drs., M.Si., selaku anggota penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.
7. Pihak Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta yang telah membantu penelitian penulis di wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta. 8. Ibu-Ibu Kader Posyandu Kelurahan Banyuanyar Kota Surakarta yang telah
membantu pengumpulan data kripsi.
9. Seluruh keluarga (Bapak, Ibu, Arief Tri N, dan lain-lain) yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat (Dian K, Anissa H, Femi D, Merida L, Ayu I, Dian Ajeng, Ayu R, Fitri F, Dyah L, dan lain-lain) yang telah membantu, memberikan pengertian, menemani dan menyemangati.
11. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis yakin bahwa tulisan ini belum sempurna dan masih perlu banyak perbaikan, oleh karena itu saran, pendapat, koreksi dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga skripsi dapat bermanfaat.
vii DAFTAR ISI
PRAKATA... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ... 5
A. Tinjauan Pustaka ... 5
1. Air Susu Ibu (ASI) ... 5
2. Obesitas pada Bayi... 9
4. Hubungan ASI dengan Obesitas... 12
B. Kerangka Berpikir ... 16
C. Hipotesis ... 16
BAB III. METODE PENELITIAN ... 17
A. Jenis Penelitian... 17
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 17
C. Subjek Penelitian ... 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
viii
E. Identifikasi Variabel Penelitian... 18
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 18
G. Instrumen Penelitian ... 20
H. Rancangan Penelitian... 20
I. Cara Kerja ... 20
J. Teknik Analisis Data... 21
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 23
A. Karakteristik Sampel Penelitian... 23
B. Analisis Statistika... 27
BAB V. PEMBAHASAN ... 29
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 33
A. Simpulan ... 33
B. Saran ... 33
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Perbedaan Kandungan ASI, Susu Sapi, dan Susu Formula ... 7
Tabel 2.Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 22
Tabel 3.Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Pemberian ASI ... 23
Tabel 4.Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pemberian ASI... 24
Tabel 5.Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Status Obesitas ... 24
Tabel 6.Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Obesitas….. 25
Tabel 7.Distribusi Sampel Berdasarkan Pemberian ASI dan Status Obesitas .... 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran
Lampiran 2. Growth ChartWHO 2005 BB/TB Jenis Kelamin Laki-Laki Lampiran 3. Growth ChartWHO 2005 BB/TB Jenis Kelamin Perempuan Lampiran 4. Data Mentah Hasil Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
ASI adalah makanan pilihan pertama yang paling baik diberikan pada semua bayi (Staas, 2007). ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan atau susu lain bahkan air putih, kecuali obat sesuai anjuran tenaga kesehatan yang diberikan sejak dilahirkan sampai sekitar usia enam bulan (Sidi et al.,2004). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2006-2007), ASI eksklusif kurang dari 2 bulan hanya mencakup 67 % dan makin menurun dengan bertambahnya usia bayi, yaitu 54 % pada bayi usia 2-3 bulan dan 19 % pada bayi usia 7-9 bulan. Sedangkan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif tersebut, sebagian besar telah diberikan susu formula oleh ibunya (Damayanti, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id2
ASI memiliki banyak kelebihan dibandingkan susu formula, salah satunya adalah menyatakan bahwa ASI dapat menurunkan risiko obesitas. Teori-teori tersebut menjelaskan bahwa kandungan hormon pada ASI yang dapat mengontrol nafsu makan dan mengendalikan obesitas, lemak pada ASI yang lebih mudah dicerna, dan respon menghisap ASI yang lebih baik daripada susu formula yang menggunakan botol (Savino et al., 2009; Sidi et al., 2004; Susilowati, 2008).
Saat ini banyak orang tua yang merasa senang jika anaknya terlihat gemuk. Namun, orang tua tidak memahami bahaya ke depan bagi anak yang mengalami kegemukan. Berdasarkan penelitian, perubahan berat badan yang besar pada bayi umur 6 bulan memiliki risiko obesitas pada umur 3 tahun (Taveras et al., 2009). Sedangkan obesitas yang terjadi pada masa anak-anak, 70 % akan menjadi obesitas pada masa dewasanya (Sztainer, 2008). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Perkumpulan Masyarakat Pediatri Indonesia (2002-2005), rata-rata prevalensi anak yang mengalami kegemukan cukup tinggi, yaitu 12,2 % (Yussac et al.,2007).
Sztainer, 2008; Cattaneo et al., 2009). Pencegahan terhadap obesitas sangat efektif dilakukan pada masa bayi (Taveras et al., 2009).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta, didapatkan banyak bayi yang mengalami obesitas. Cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta hingga bulan Juli 2011 adalah 55 %.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti perbedaan angka kejadian obesitas antara bayi yang mendapatkan dan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
B. Perumusan Masalah
Adakah perbedaan kejadian obesitas antara bayi yang mendapatkan dan tidak mendapatkan ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan kejadian obesitas antara bayi yang mendapatkan dan tidak mendapatkan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta.
2. Tujuan khusus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id4
b. Mengetahui angka kejadian obesitas pada bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan tentang angka kejadian obesitas pada bayi.
b. Sebagai sumber informasi dalam rangka upaya pencegahan kejadian obesitas pada anak.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan tentang manfaat ASI dalam menurunkan risiko obesitas, sehingga mendukung upaya peningkatan program ASI eksklusif khususnya di Wilayah Kerja Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat, petugas
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Air Susu Ibu (ASI)
Definisi
Air Susu Ibu (ASI) adalah susu yang diproduksi oleh kelenjar payudara ibu, sebagai sumber nutrisi utama untuk bayi baru lahir sebelum bayi mendapatkan makanan dan minuman dari luar (Roesli, 2008).
Produksi ASI
ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. Perkembangan payudara dimulai pada masa pubertas, kemudian trisemester kedua kehamilan payudara mengalami pembesaran oleh karena pertumbuhan dan diferensiasi dari lobulo alveolar dan sel epitel payudara. Pada perkembangan payudara ini hormon laktogen dan prolaktin plasenta aktif, khususnya dalam memproduksi ASI (Proverawati et al.,2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id6
pengeluaran air susu dapat berjalan dengan lancar (Proverawati et al.,2010).
Volume pengeluaran ASI pada minggu-minggu pertama biasanya banyak, yaitu sekitar 450-650 ml. Seorang bayi membutuhkan 600 ml/hari. Kebutuhan tersebut dapat dengan memberikan ASI pada enam bulan pertama. Oleh karena itu, selama kurun waktu tersebut ASI dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah enam bulan, produksi ASI menurun sehingga kebutuhan gizi tidak dapat lagi dipenuhi dengan ASI, maka dibutuhkan makanan tambahan (Prabantini, 2010).
Macam-Macam ASI
banyak dari ASI matur. Total energinya lebih rendah bila dibandingkan ASI matur dan volumenya berkisar antara 150-300 ml/24 jam (Afifah, 2007).
Sedangkan ASI transisi adalah ASI yang diproduksi pada hari ke-4 sampai ke-7 atau hari ke-10 sampai ke-14. Kadar protein berkurang, sedangkan kadar karbohidrat dan lemaknya meningkat. Volume juga semakin menigkat. ASI matur merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan seterusnya. Komposisi ASI jenis ini relatif konstan. Pada ibu yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik bagi bayi sampai usia 6 bulan (Afifah, 2007).
Perbedaan Kandungan ASI, Susu Sapi dan Susu Formula
Tabel 1.Perbedaan Kandungan ASI, Susu Sapi, dan Susu Formula
Properti ASI Susu Sapi Susu Formula
Kontaminan bakteri
Tidak ada Mungkin ada Mungkin ada bila dicampurkan
Faktor antiinfeksi Ada Tidak Ada Tidak Ada
Faktor pertum-buhan
Ada Tidak Ada Tidak Ada
Protein dan lemak Jumlah sesuai dan mudah dicerna
Terlalu banyak dan sukar dicerna
Sebagian diperbaiki, disesuaikan dengan ASI
Zat Besi Jumlah kecil tapi mudah dicerna
Jumlah lebih banyak tapi tidak diserap dengan baik
Ditambahkan ekstra, tidak diserap dengan baik
Vitamin Cukup Tidak
cukupVitamin A dan C
Vitamin ditambahkan
Air Cukup Perlu
tambahan
Mungkin perlu tambahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id8
ASI Eksklusif
ASI ekskulsif adalah menyusui bayi dan tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes, ASI perah juga diperbolehkan. Menurut program pemerintah, ASI eksklusif sebaiknya diberikan hingga bayi berumur enam bulan. Kemudian ASI tetap diteruskan hingga bayi berusia dua tahun dengan diberikan makanan tambahan (Roesli, 2008).
Keuntungan ASI eksklusif diberikan selama enam bulan (Sidi et
al.,2004), yaitu:
1) ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh kembang sampai umur enam bulan. Sedangkan bayi yang mendapat makanan lain, misalnya nasi lumat, atau pisang hanya akan mendapat banyak karbohidrat, sehingga zat gizi tidak seimbang dan mudah menyebabkan kegemukan pada anak. 2) Bayi di bawah usia enam bulan belum mempunyai enzim
pencernaan yang sempurna, sehingga belum mampu mencerna makanan dengan baik. ASI mengandung beberapa enzim yang memudahkan pemecahan makanan selanjutnya.
4) Makanan tambahan mungkin mengandung zat tambahan yang berbahaya bagi bayi, misalnya zat pewarna dan zat pengawet. 5) Makanan tambahan pada bayi yang muda mungkin menimbulkan
alergi. 2. Obesitas pada Bayi
a. Definisi
Obesitas adalah kondisi abnormal, yaitu terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh normal sehingga mengganggu kesehatan (Hadi, 2005).
b. Patogenesis
Patogenesis obesitas adalah terjadi pembesaran/hipertrofi sel lemak, peningkatan jumlah/hiperplasi sel lemak atau kedua-duanya. Penambahan jumlah sel lemak paling cepat pada masa anak-anak dan mencapai puncaknya pada masa dewasa. Pada masa dewasa tidak akan terjadi penambahan jumlah sel, tetapi hanya terjadi pembesaran sel. Obesitas yang terjadi pada anak selain hiperplasi juga terjadi hipertrofi. Sedangkan obesitas pada masa dewasa pada umumya hanya terjadi hipertrofi sel lemak (Soetjiningsihet al.,1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id10
c. Penyebab
Penyebab Obesitas adalah masukan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor genetik dan lingkungan memegang peranan yang paling penting. Faktor genetik yaitu penelitian yang memperlihatkan bahwa masa lemak anak kembar yang diturunkan adalah sekitar 40 %-70 % (Naamsyah, 2008). Seorang anak mempunyai kemungkinan 40 % menjadi gemuk jika salah satu orang tuanya obesitas, dan kemungkinan 80% jika kedua orang tuanya gemuk. Dan anak akan cenderung overweight (kelebihan berat badan atau kegemukan) pada ibu yang memilki kadar gula tinggi atau diabetes melitus (Soetjiningsih et al.,1995).
Faktor-faktor lingkungan meliputi aktifitas fisik yang rendah, perubahan pola makan siap saji yang berkalori tinggi, dan pandangan masyarakat yang salah tentang bayi yang sehat adalah bayi yang gemuk (Hadi, 2005).
d. Dampak
Dampak obesitas pada anak (Mallbaby, 2010) antara lain: 1) Penyakit kardiovaskuler;
2) Gangguan metabolisme glukosa, seperti intoleransi glukosa;
3) Gangguan kedudukan dan pertumbuhan tulang yang harus menahan beban yang lebih berat;
4) Asma dan gangguan pernafasan seperti sleep apnea;
5) Gangguan kulit, khususnya di daerah lipatan, akibat sering bergesekan;
6) Masalah psikososial seperti rendah diri, depresi dan menarik diri dari lingkungan misalnya karena diolok-olok temannya.
e. Penatalaksanaan
Tujuan terapi obesitas pada anak bukan untuk menurunkan berat badannya, tetapi memperlambat kecepatan kenaikan berat badannya. Pencegahan dan penatalaksanaan obesitas pada anak antara lain:
1) Pencegahan, yaitu dengan mengubah pandangan masyarakat bahwa sehat itu tidak identik dengan gemuk, membiasakan anak mengonsumsi makanan berserat, seperti sayuran dan buah-buahan serta mengurangi makanan berkalori tinggi. Selain itu juga menghindari makan cepat saji (Mallbaby, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id12
3. Hubungan ASI dengan Obesitas
Kandungan lemak pada ASI
Bayi belum dapat mencerna lemak dengan baik. Untuk mencerna lemak dibutuhkan enzim lipase. ASI mengandung enzim lipase, sedangkan pada susu formula tidak mengandung enzim ini. Susu formula yang mengandung lemak tinggi tanpa adanya enzim lipase ini merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya obesitas karena adanya penimbunan lemak (Sidiet al., 2004).
Teori menghisap ASI
Bayi yang mendapat ASI cenderung menghisap puting susu secara aktif, dan akan berhenti menghisap jika bayi telah merasa kenyang. Sebaliknya, bayi yang mendapat susu formula yang diberikan menggunakan botol, cenderung mendapatkan tetesan-tetesan susu secara pasif dari botol dan berhenti meminum susu jika botol telah kosong. Jadi bayi yang mendapat susu formula lebih mudah mengalami kegemukan dan obesitas (Susilowati, 2008).
Hormon pada ASI
Beberapa hormon dalam ASI berperan dalam pengaturan asupan makanan dan keseimbangan energi, sehingga dapat mencegah risiko obesitas dikemudian hari (Savino et al., 2009).
1) Leptin
endokrin (Rahayu, 2007). Beberapa penelitian membuktikan bahwa ASI manusia mengandung leptin. Bayi yang mendapatkan ASI memiliki kadar leptin yang lebih tinggi daripada bayi yang mendapatkan susu formula. Kadar leptin semakin menurun dengan durasi pemberian ASI (Ilcol et al., 2006; Savino et al., 2009). Dari hasil penelitian Mirales et al.(2006), berat badan bayi yang menyusui selama 2 tahun pertama dipengaruhi oleh kadar leptin dalam ASI. Hal ini menunjukkan bahwa leptin ASI merupakan faktor penting dalam memberikan perlindungan terhadap kelebihan berat badan pada bayi.
2) Adiponektin
Adiponektin adalah protein spesifik terbesar dari jaringan adiposa. Hormon ini dapat mengikat asam lemak yang dihasilkan oleh jaringan adiposa dan berhubungan dengan metabolisme lipid. Hormon ini ditemukan dalam ASI (Martin et al.,2006). Kadar hormon ini menurun dengan durasi laktasi (Savino et al., 2009). Penurunan berat molekul adiponektin atau penurunan konsentrasi adiponektin memegang peranan yang cukup penting sebagai penanda obesitas dengan resistensi insulin dan sindroma metabolik (Yamauci, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id14
(PPAR ) di liver yang berakibat meningkatnya sensitivitas insulin dan penurunan inflamasi. Penurunan adiponektin dan peningkatan monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) membentuk jaringan adipokin yang menyebabkan obesitas dengan resistensi insulin dan
metabolik sindrom. PPAR mengatur berat molekul adiponektin dan
PPAR mengatur reseptor adiponektin. Dalam kondisi lapar,
adiponektin mengaktifkan AMPK di hipotalamus dan meningkatkan asupan makan. Pada saat yang sama, adiponektin mengaktifkan AMPK di jaringan perifer, seperti otot rangka dan menstimulasi penimbunan lemak (Yamauci, 2008).
Konsentrasi hormon ini berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa dan meningkat terkait sensitivitas insulin (Savino et al., 2009). Bayi yang tidak mendapat ASI menjadi lebih rendah kadar adiponektin-nya, sedangkan konsentrasi plasma adiponektin yang rendah lebih cenderung mengalami obesitas dan diabetes tipe 2 ( Stefan et al.,2002).
3) Resistin
dalam pengaturan nafsu makan dan metabolisme dalam perkembangan bayi (Savinoet al.,2009).
4) Ghrelin
Ghrelin adalah peptida 28-asam amino yang terutama diproduksi di lambung. Menurut penelitian, konsentrasi ghrelin pada bayi yang mendapat susu formula lebih tinggi daripada bayi yang mendapat ASI. Ghrelin ini merangsang asupan makanan, mengurangi pemanfaatan lemak dan pengeluaran energi. Jadi bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih cenderung mengalami obesitas (Savinoet al.,2009).
5) Obestatin
Obsestatin adalah peptida 23 asam amino yang berasal dari prekursor preproghrelin dan diproduksi oleh lambung, usus kecil dan kelenjar ludah. Obestatin ditemukan terdapat pada ASI. Hormon ini berperan mengurangi asupan makanan, menekan motilitas usus, mengatur pertambahan berat badan dan pengosongan lambung. Jadi bayi yang mendapat asupan ASI lebih jarang mengalami obesitas (Savinoet al.,2009).
6) Insulin-Like Growth Factor-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id16
hipofisis yaitu Growth hormone (GH). Klagsburn adalah orang pertama yang menunjukkan bahwa ASI mengandung faktor pertumbuhan sel-sel dalam kultur, sedangkan Baxter et al. menunjukkan adanya IGF-I dalam ASI. Hormon ini lebih tinggi kadarnya pada kolostrum dibanding ASI transisi dan matur (Savino
et al.,2009). Berdasarkan hasil penelitian, insulin pada ASI memiliki kadar yang lebih rendah dibandingkan dengan susu formula, yang sebagian besar berasal dari susu sapi (Zagorski et al.,1998).
B. Kerangka Berpikir
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Terdapat perbedaan kejadian obesitas antara bayi yang mendapatkan dan tidak mendapatkan ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta.
: Mempengaruhi, diteliti : Mempengaruhi, tidak diteliti : Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Penyakit Mendapatkan ASI Eksklusif Tidak Mendapat ASI Eksklusif Berat Badan Orang tua Aktivitas Fisik
Obesitas Tidak Obesitas Berat Badan Bayi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan metode
cross sectionalsehubungan penelitian ini mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen) dengan faktor efek (dependen), observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama (Riyanto, 2011).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta, pada bulan Maret-Juli 2011.
C. Subjek Penelitian
Populasi sasaran pada penelitian ini adalah bayi berusia 0-6 bulan. Populasi sumber pada penelitian ini adalah bayi berusia 0-6 bulan yang tercatat pada bulan Maret - Juli 2011 di Wilayah Kerja Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta.
D. Teknik Sampling
Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah total sampling atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id18
tercatat di Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta pada bulan Maret - Juli 2011, sebanyak 115 bayi.
E. Identifikasi Variabel
1. Variabel Bebas : ASI Eksklusif 2. Variabel Terikat : Obesitas 3. Variabel Luar
a. Variabel luar terkendali : usia
b. Variabel luar tak terkendali : faktor genetik, jenis kelamin, lingkungan
F. Definisi Operasional Variabel
1. ASI Eksklusif
a. Definisi : ASI ekskulsif adalah air susu ibu yang diberikan oleh ibu kepada bayinya dengan tidak memberi makanan atau minuman lain, kecuali air putih, obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes hingga bayi berusia enam bulan.
b. Alat Pengukuran : cheklist
c. Kategori :1) Mendapatkan ASI eksklusif, jika sejak lahir hingga saat pengukuran, bayi hanya mendapat ASI saja dan tidak mendapat makanan atau minuman lain, kecuali air putih dan obat-obatan.
mendapat makanan atau minuman selain ASI, air putih dan obat-obatan.
d. Skala Pengukuran : Nominal 2. Obesitas
a. Definisi : Obesitas adalah kondisi yang ditandai dengan BB/TB > persentil 95.
b. Alat Pengukuran : growth chartWHO 2005
c. Kategori :1) Obesitas, jika BB/TB pada growth chart
WHO 2005 berada di atas persentil 95%. 2) Tidak Obesitas, jika BB/TB pada growth
chart WHO berada dibawah persentil 95%. d. Skala Pengukuran : Nominal
3. Usia
a. Definisi : Umur kalender bayi dihitung dari tanggal lahir sampai dengan bulan saat didata.
b. Alat Pengukuran : Akta Kelahiran c. Kategori : 1 bulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id20
G. Instrumen Penelitian
Peralatan dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1. Cheklist berisi data bayi yang mendapat ASI eksklusif dan yang tidak
mendapat ASI eksklusif dengan mengambil data kohort Puskesmas
2. Growth chartWHO 2005 BB/TB untuk melihat bayi mengalami obesitas atau tidak
[image:30.595.118.497.243.551.2]H. Rancangan Penelitian
Gambar 2.Skema Penelitian I. Cara Kerja
1. Penelitian pendahuluan
a. Peneliti membawa surat ijin penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan memohon ijin untuk melakukan penelitian di Puskesmas Banyuanyar Surakarta.
Obesitas(-) Bayi Usia 0-6 bulan di Puskesmas
Banyuanyar Surakarta
Mendapatkan ASI Eksklusif Tidak MendapatkanASI Eksklusif
Obesitas(+) Obesitas(-)
Chi Square
b. Meminta data jumlah bayi usia 0-6 pada bulan Maret-Juli 2011 di Puskesmas Banyuanyar Surakarta dan menanyakan cakupan ASI eksklusifnya.
2. Penelitian sesungguhnya
a. Meminta data kohort Puskesmas tentang bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan yang tidak mendapat ASI eksklusif. Kemudian mencatatnya dalam cheklist bayi yang mendapat ASI eksklusif dan yang tidak mendapat ASI eksklusif.
b. Mendatangi semua Posyandu-Posyandu di wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta dan mencatat hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan semua bayi yang berusia 0-6 bulan.
c. Memasukkan hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan pada
growth chart WHO 2005 BB/TB sesuai jenis kelamin. Jika hasil pengukuran BB/TB berada di atas persentil 95 maka dimasukkan kriteria obesitas.
d. Menghitung jumlah bayi yang mengalami obesitas pada kelompok yang mendapat ASI eksklusif dan yang tidak mendapat ASI eksklusif.
e. Mengolah data hasil tes. J. Teknik Analisis Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id22
hanya disebabkan oleh kesalahan sampling, ataukah merupakan perbedaan yang signifikan (Hadi, 2000).
Rumus manual Chi Squareuntuk tabel 2x2 (Hadi, 2000) adalah x2= N(ad-bc)2
(a+d)(c+d)(a+c)(b+d)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Sampel Penelitian
[image:33.595.126.523.256.649.2]Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2011 di seluruh Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta, sebanyak 12 Posyandu. Subjek penelitian adalah seluruh bayi berusia 0-6 bulan pada bulan Maret-Juli 2011 di seluruh Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta. Pada penelitian ini didapat total sampel sebanyak 115 bayi.
Tabel 2.Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Umur
Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id24
[image:34.595.121.505.249.560.2]Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa sampel terbanyak didapatkan pada umur 6 bulan dengan jumlah sampel 39 bayi (33,91 %). Sampel berjenis kelamin laki-laki berjumlah 60 bayi (52,17 %) dan terbanyak didapatkan pada umur 6 bulan dengan jumlah sampel 16 bayi (13,91 %). Sedangkan sampel berjenis kelamin perempuan berjumlah 55 bayi (47,83 %) dan banyak didapatkan pada umur 6 bulan dengan jumlah sampel 23 bayi (20 %).
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Pemberian ASI Eksklusif
Umur
Pemberian ASI
Total ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif
1 bulan 4 (3,48 %) 3 (2,60 %) 7 (6,09 %) 2 bulan 13 (11,30 %) 6 (5,22 %) 19 (16,52 %) 3 bulan 9 (7,83 %) 9 (7,83 %) 18 (15,65 %) 4 bulan 7 (6,09 %) 9 (7,83 %) 16 (13,91 %) 5 bulan 11 (9,56 %) 5 (4,35 %) 16 (13,91 %) 6 bulan 19 (16,52 %) 20 (17,34 %) 39 (33,91 %) Jumlah 63 (54,78 %) 52 (45,22 %) 115 (100 %)
Tabel 4.Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pemberian ASI
Jenis Kelamin
Pemberian ASI
Total ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif
Laki-laki 34 (29,56 %) 26 (22,61 %) 60 (52,17 %) Perempuan 29 (25,22 %) 26 (22,61 %) 55 (47,83 %)
[image:35.595.120.519.134.705.2]Sumber: Data primer 2011 Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan sampel dengan jenis kelamin laki-laki yang mendapatkan ASI eksklusif 34 bayi (29,56 %) dan perempuan yang mendapatkan ASI eksklusif 29 bayi (25,22 %). Berdasarkan frekuensi bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif, jumlah bayi laki-laki sama dengan jumlah bayi perempuan, yaitu 26 bayi (22,61 %).
Tabel 5.Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Status Obesitas
Umur
Status Obesitas
Total Obesitas Tidak Obesitas
1 bulan 1 (0,87 %) 6 (5,22 %) 7 (6,09 %) 2 bulan 3 (2,61 %) 16 (13,91 %) 19 (16,52 %) 3 bulan 5 (4,35 %) 13 (11,30 %) 18 (15,65 %) 4 bulan 8 (6,96 %) 8 (6,96 %) 16 (13,91 %) 5 bulan 3 (2,61 %) 13 (11,30 %) 16 (13,91 %) 6 bulan 7 (6,09 %) 32 (27,83 %) 39 (33,91 %)
Jumlah 27 (23,48%) 88 (76,52%) 115 (100%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id26
[image:36.595.116.510.249.487.2]Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa bayi yang mengalami obesitas ada 27 bayi (23,48 %) dan yang tidak mengalami obesitas ada 88 bayi (76,52 %). Sampel dengan kategori obesitas paling banyak ditemukan pada umur 4 bulan (6,96 %).
Tabel 6.Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Obesitas
Jenis Kelamin
Status Obesitas Total
Obesitas Tidak Obesitas
Laki-laki 18 42 60
Perempuan 9 46 55
Jumlah 27 88 115
Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif dan Status
Obesitas
Pemberian ASI
Eksklusif
Status Obesitas
Total Obesitas Tidak Obesitas
ASI Eksklusif 12 (19,04 %) 51 (80,95 %) 63 (54,78 %) Tidak ASI
Eksklusif
15 (28,85 %) 37 (71,15 %) 52 (45,22 %)
Jumlah 27 (23,49 %) 88 (76,52 %) 115 (100 %)
Sumber: Data primer 2011 Dari Tabel 7 dapat digambarkan kategori status obesitas berdasarkan pemberian ASI eksklusifnya. Untuk sampel yang masuk dalam kategori diberi ASI Eksklusif, didapatkan sampel dengan kategori obesitas 12 bayi atau 19,04 % dari keseluruhan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Sedangkan untuk sampel yang masuk dalam kategori tidak diberi ASI Eksklusif, didapatkan sampel dengan kategori obesitas sebanyak 15 bayi atau 28,85 % dari seluruh sampel yang tidak mendapat ASI eksklusif.
B. Analisis Statistika
[image:37.595.127.511.168.487.2]perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id28
[image:38.595.126.516.195.503.2]data yang tercantum pada lampiran, dapat disimpulkan bahwa syarat uji Chi Square terpenuhi karena semua nilai harapan > 5.
Tabel 8.Hasil Analisis dengan Uji Chi Square
Value df p
Pearson Chi-Square 1.522 1 0.217
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian dilaksanakan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, serta mencatat pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia 0-6 bulan di seluruh Posyandu Wilayah Kerja Banyuanyar Kota Surakarta.
Tabel 2 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dan usia. Pada hasil penelitian, jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Pada penelitian ini tidak mengkategorikan jenis kelamin ke dalam variabel luar yang dapat dikendalikan. Selain itu, pada tabel 2 ini juga menunjukkan distribusi sampel berdasarkan umur. Pada penelitian ini, sampel paling banyak berusia 6 bulan (33,91 %).
[image:39.595.113.518.245.490.2]perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id30
persalinan dan memantau tumbuh kembang bayi, serta pekerjaan ibu (Yuliani, 2008).
Tabel 5 menunjukkan angka obesitas terbesar pada sampel terdapat pada bayi yang berusia 4 bulan (6,96 %). Tabel 6 menunjukkan persentase obesitas pada sampel laki-laki lebih tinggi daripada sampel perempuan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa laki-laki lebih mudah mengalami obesitas disebabkan karena kemampuan laki-laki lebih rendah dibanding dengan wanita dalam hal memproses karbohidrat (British Broadcasting Corporation, 2005).
Berdasarkan Tabel 7, didapatkan hasil sampel yang diberi ASI Eksklusif mengalami obesitas 12 bayi (10,43 % dari seluruh sampel) dan 19,04 % dari keseluruhan bayi yang mendapat ASI eksklusif, sedangkan untuk sampel yang masuk dalam kategori tidak diberi ASI Eksklusif, didapatkan sampel dengan kategori obesitas sebanyak 15 bayi (13,04 % dari seluruh sampel) dan 28,85 % dari seluruh sampel yang tidak mendapat ASI eksklusif.
[image:40.595.111.513.249.487.2]Ketidaksesuaian hasil penelitian dengan hipotesis dapat dijelaskan oleh beberapa faktor , yaitu:
1. Ibu yang memiliki berat badan dan persentase lemak yang lebih akan berpengaruh pada lebih besarnya masukan ASI yang diberikan pada bayi. Bayi tersebut akan mendapat makan lebih sering dan lebih banyak karbohidrat dalam waktu yang singkat dibandingkan dengan bayi dari ibu berat badan normal (Rising et al., 2005).
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huh et al. (2011), pemberian makanan selain ASI yang terlalu dini pada bayi dapat meningkatkan kejadian obesitas pada anak pada usia 3 tahun serta belum dapat terlihat pada usia awal pada bayi.
3. Faktor genetik juga mempengaruhi terjadinya obesitas. Contoh kejadian-kejadian pada genetik yang dapat menyebabkan obesitas yaitu adanya polimorfisme dari gen yang mengontrol nafsu makan dan metabolisme. Hal tersebut antara lain Sindrom Prader-Willi (hyperphagia/banyak makan), adanya mutasi reseptor leptin dan defisiensi leptin congenital (Farooqi dan O’Rahilly, 2006). Leptin berfungsi dalam regulasi metabolisme, asupan makanan, penggunaan energi, serta memiliki faktor metabolik dan endokrin (Rahayu, 2007). Persentase obesitas yang dikaitkan dengan genetik bervariasi antara 6 % sampai 85 % tergantung pada populasi yang diperiksa (Yang et al., 2007). 4. Beberapa penyakit medis pada bayi dapat mempengaruhi terjadinya obesitas,
antara lain adalah Cushing Sindrom, defisiensi hormon pertumbuhan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id32
Aktivitas dari kortisol yang bekerjasama dengan insulin dapat mempengaruhi terjadinya obesitas (farooqi et al., 1997). Defisiensi hormon pertumbuhan dapat menyebabkan terjadinya obesitas karena kurangnya pengendalian terhadap pertumbuhan bayi. Sedangkan pada hypothyroidism terdapat hormon yang dapat menyebabkan obesitas, yaitu berdasarkan penelitian bahwa bayi yang hipotiroidisme memilki 7 % asupan kalori yang lebih tinggi daripada bayi yang tidak hipotiroidsme (Tagliaferri et al., 2001).
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kejadian obesitas antara bayi yang mendapatkan dan tidak mendapatkan ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta (p = 0.217).
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran penulis adalah sebagai berikut:
1. ASI eksklusif disarankan minimal diberikan hingga bayi berusia enam bulan.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan kejadian obesitas pada bayi yang mendapatkan dan tidak mendapatkan ASI eksklusif dengan mengendalikan faktor-faktor perancu yang turut mempengaruhi, seperti berat badan ibu dan penyakit yang diderita anak maupun ibu. Hal ini diharapkan semakin memperkuat simpulan dan semakin memperkecil bias. 3. Perlu dilakukan penelitian pada wilayah penelitian dengan sampel yang