• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Negeri 1 Sabu Timur Terhadap Batas Konsumsi Bahan Tambahan Pangan Pada Jajanan Sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Negeri 1 Sabu Timur Terhadap Batas Konsumsi Bahan Tambahan Pangan Pada Jajanan Sekolah"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA NEGERI 1

SABU TIMUR TERHADAP BATAS KONSUMSI

BAHAN TAMBAHAN PANGAN

PADA JAJANAN SEKOLAH

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

Jhon Kasianus Christian

PO 530333215658

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan uuntuk memenuhi salah satu persyarataan dalam menyelesaikan program pendidikan Ahli Madya Farmasi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI FARMASI

KUPANG

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan di sebutkan dalam daftar pustaka.

Kupang, Agustus 2018

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas cinta dan rahmatNya yang telah menyertai penulis dalam menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri 1 Sabu Timur terhadap batas konsumsi bahan tambahan pangan pada jajanan sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa sekaligus sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Ahli Madya Farmasi di program studi farmasi.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat di selesaikan tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Maria Hilaria, S.Si.,S.Farm.,Apt.,M.Si selaku Ketua Jurusan

Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang sekaligus pembimbing akademik dan para dosen yang sabar mendidik penulis selama berada di jurusan farmasi yang telah mendukung dan mendidik penulis selama berada di jurusan farmasi.

2. Yohanes M.Abanit, S.Farm.,Apt selaku penguji 1 yang dengan

ketulusan telah membimbing dan mengarahkan penulis serta memberikan masukan dalam melakukan penelitian serta menyusun Karya Tulis Ilmiah ini

(6)

vi

3. Emanuel G.A.Rahmat, S.Farm., Apt selaku pembimbing sekaligus

penguji 2 yang dengan ketulusan telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam melakukan penelitian serta menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Yang tercinta Mama Martina Remi, Bapa Christian Djara Raba, Kakak Ade Irma Christian, Adik Giovanny Adrian Christian Dan Wilhelmus Christian, Jhovanka Christian serta semua keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Yang terkasih Marthina Kelyombar yang selalu mendukung dan

memotivasi penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Sahabat Danial Siki, Dionysius Simon, Didi Manu Lede,

Christoforus Ole, Theodorus Ola Beda, Markus Kewa Ama, Marselinus Dede, Yosep Nuho, Keviq Laha, Erik Kapitan, Petrus Neot, Ronaldo Kaku, Filmon Fankari, Vinsen Riberu, Kontrius Kurniawan yang selalu setia memberi dukungan dan doa dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan untuk penyempurnaan Karya Tulis ini selanjutnya.

Kupang, Agustus 2018

(7)

vii INTISARI

Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Penggunaan bahan tambahan pangan sangat sulit dihindari, mengingat bahan ini sangat bermanfaat dalam pengelolaan makanan, lagi pula tidak semua bahan tambahan memiliki efek samping terhadap kesehatan. Namun masyarakat harus memiliki pengetahuan mengenai bahan tambahan pangan sebelum menggunakannya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan di SMA Negeri 1 Sabu Timur untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa di SMA Negeri 1 Sabu Timur terhadap batas konsumsi bahan tambahan pangan pada jajanan sekolah. Teknik sampel yang digunakan adalah random sampel yaitu semua siswa-siswi di SMA Negeri 1 Sabu Timur yang terdiri dari kelas X dan kelas XI. Tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri 1 Sabu Timur dikategorikan cukup. Dengan rincian berpengetahuan baik sebanyak 36,8%, berpengetahuan cukup sebanyak 44,8% dan berpengetahuan kurang sebanyak 18,4%.

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Batas Konsumsi Bahan Tambahan Pangan.

(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN. ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

INTISARI ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 1. Tujuan umum ... 3 2. Tujuan khusus ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 4 1. Bagi Siswa ... 4 2. Bagi institusi ... 4 3. Bagi Peneliti ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Pengetahuan ... 5

1. Pengertian ... 5

2. Tingkat Pengetahuan ... 5

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 5

B. Bahan tambahan pangan ... 8

1. Pengertian ... 8

2. Syarat-syarat bahan tambahan pangan ... 8

3. Tujuan penggunaan ... 9

4. Golongan bahan tambahan pangan ... 9

5. Bahan tambahan pangan yang di larang ... 14

6. Batas konsumsi ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Jenis Penelitian ... 18

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

1. Tempat penelitian ... 18

2. Waktu penelitian ... 18

C. Populasi dan Sampel ... 18

1. Populasi ... 18

2. Sampel ... 18

(9)

ix

E. Prosedur penelitian ... 19

1. Tahap persiapan ... 19

2. Tahap pelaksanaan ... 19

3. Tahap penyusunan laporan ... 19

F. Definisi Operasional ... 19

G. Instrumen Penelitian ... 20

H. Pengolahan dan Analisis Data ... 21

1. Pengolahan data ... 21

2. Analisis data ... 21

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

A. Data responden ... 23

B. Tingkat pengetahuan responden ... 23

BAB.V SIMPULAN DAN SARAN ... 28

A. Simpulan ... 28 B. Saran ... 28 1. Pemerintah ... 28 2. Keluarga ... 28 3. Sekolah ... 29 DAFTAR PUSTAKA ... 30 LAMPIRAN

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar. 1 Pembagian kuesioner ………... 39 Gambar. 2 Penjelasan cara pengisian kuesioner .………... 39

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel. 1 Pemanis ... 16

Tabel. 2 Pengatur Keasaman ... 16

Tabel. 3 Pengawet ... 16

Tabel. 4 Pewarna ... 17

Tabel. 5 Indikator soal pada kuesioner yang digunakan pada penelitian ... 20

Tabel. 6 Pengetahuan siswa terhadap hal umum tentang Bahan Tambahan Pangan ... 24

Tabel. 7 Pengetahuan siswa terhadap penggolongan Bahan Tambahan Pangan ... 25

Tabel. 8 Tingkat pengetahuan siswa terhadap batas konsumsi Bahan tambahan pangan serta bahayanya ... 26

Tabel. 9 Persentase tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri 1 Sabu Timur Terhadap Batas Konsumsi Bahan Tambahan Pangan Pada Jajanan Sekolah... 27

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 32

Lampiran 2. Skema Kerja ... 36

Lampiran 3. Lembar Permintaan Menjadi Responden ... 37

Lampiran 4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 38

Lampiran 5. Dokumentasi ... 39

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian ... 40

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.(Anonim, 2012)

Sejalan dengan perkembangan zaman, maka teknologi produksi bahan pangan juga berkembang pesat. Sejak pertengahan abad 20 peran Bahan Tambahan Pangan (BTP) menjadi semakin penting, ini dapat dilihat dari banyaknya bahan tambahan pangan yang tersedia secara komersil dengan harga yang relatif murah. Hal ini mendorong meningkatnya pemakaian Bahan Tambahan Pangan (BTP) di masyarakat (cahyadi, P2008).

Penggunaan bahan tambahan pangan sangat sulit dihindari, mengingat bahan ini sangat bermanfaat dalam pengelolaan makanan, lagi pula tidak semua bahan tambahan memiliki efek samping terhadap kesehatan. Namun masyarakat harus memiliki pengetahuan mengenai bahan tambahan pangan sebelum menggunakannya (Cahyadi, 2008)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan siswa pada umumnya dapat dipengaruhi oleh faktor usia dan penyuluhan yang sudah didapatkan oleh tiap siswa (Notoatmodjo, 2010)

Dari hasil evaluasi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2014 masih terdapat penggunaan bahan tambahan pangan berlebih

(14)

2

dalam makanan khususnya pada jajanan anak sekolah. Berdasarkan pemeriksaan sampel jajanan yang paling tidak memenuhi syarat adalah minuman berwarna/sirup, minuman es, jelly/agar-agar, dan bakso. Penyebab sampel tidak memenuhi syarat antara lain karena menggunakan bahan berbahaya yang dilarang untuk pangan, menggunakan bahan tambahan pangan melebihi batas maksimal, mengandung cemaran logam berat melebihi batas maksimal. Hal ini dapat dicegah jika siswa atau anak sekolah memiliki pengetahuan yang baik tentang bahaya dan batas konsumsi bahan tambahan makanan pada jajanan sekolah (Anonim, 2015).

Bahan tambahan pangan dalam bentuk sintesis atau bahan aditif buatan adalah bahan tambahan pangan yang berpotensi lebih besar menyebabkan penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis. Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan bahan aditif adalah kanker dan kerusakan ginjal. Oleh sebab itu pemerintah mengatur penggunaan bahan aditif makanan secara ketat dan juga melarang penggunaan bahan aditif makanan tertentu jika dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berbahaya. (Praja, 2015)

Kementerian Kesehatan (2012) telah memuat bahwa bahan tambahan pangan hanya boleh digunakan tidak melebihi batas maksimum penggunaan. Batas maksimum penggunaan telah dinyatakan dengan nilai ADI (Acceptabel Daily Intake). Asupan harian yang dapat diterima atau yang selanjutnya disingkat ADI, adalah jumlah maksimum bahan tambahan pangan dalam

(15)

3

miligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan.

Hasil penelitian sebelumnya Riska, (2012) menyatakan bahwa pemberian bahan tambahan pangan Monosodium Glutamat (MSG) yang berlebihan pada mencit menunjukan aktifitas mutagenik dengan adanya peningkatan jumlah mikronukleus sel darah merah mencit.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis berkeinginan melakukan penelitian dengan judul “TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA NEGERI 1 SABU TIMUR TERHADAP BATAS KONSUMSI BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA JAJANAN SEKOLAH”

B.Rumusan Masalah.

Bagaimana tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri 1 Sabu Timur Terhadap Batas Konsumsi Bahan Tambahan Pangan Pada Jajanan Sekolah?

C.Tujuan Penelitian.

1. Tujuan umum.

Mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri 1 Sabu Timur Terhadap Batas Konsumsi Bahan Tambahan Pangan Pada Jajanan Sekolah

2. Tujuan khusus.

Mengukur bagaimana tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri 1 Sabu Timur Terhadap Batas Konsumsi Bahan Tambahan Pangan Pada Jajanan Sekolah meliputi Tahu, Memahami dan Penerapannya.

(16)

4

D.Manfaat Penelitian.

1. Bagi siswa

Sebagai bahan informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai batas konsumsi bahan tambahan pangan.

2. Bagi institusi

Sebagai pustaka dan acuan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi peneliti

Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama pendidikan dan menambah pengalaman dalam pelaksanaan penelitian.

(17)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seorang (Natoadmodjo, 2010).

2. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Natoadmodjo (2010) mempunyai enam tingkat yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya dan mampu mengingat kembali secara spesifik keseluruhan materi yang dipelajari atau diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami adalah kemampuan yang menjelaskan secara benar suatu objek dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seorang yang sudah paham akan mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya apa yang diketahui.

(18)

6 c. Menerapkan ( application)

Menerapkan adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan materi yang dipelajari dikondisi sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjadikan materi atau objek kedalam komponen-komponen tapi masih dalam struktur organisasi yang masih saling berkaitan.

e. Sintesa (shyntesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau menyusun suatu formula baru ataupun yang sudah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan menggunakan yang sudah ada.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:

a. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tanggap dan pikir seseorang. Semakin tua usia seseorang semakin bijak dan semakin banyak

(19)

7

informasi yang diperoleh serta semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.

b. Sosial budaya

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang di perlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

c. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologi, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan di respon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

d. Pengalaman

Pengalaman bekerja dan belajar akan meningkatkan penampilan proesional serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari kepribadian penalaran secara ilmiah.

(20)

8

e. Sumber informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi pengantara dalam menyampaikan informasi. Semakin banyak informasi yang di peroleh maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket dengan mengemukakan sejumlah pertanyaan tentang isi materi yang hendak diukur dari subjek penelitian atau responden

B. Bahan tambahan pangan

a. Pengertian

Bahan tambahan pangan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 33 tahun 2012 adalah bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.

b. Syarat-syarat bahan tambahan pangan

Bahan tambahan pangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Bahan tambahan pangan tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara

langsung dan/atau diperlakukan sebagai bahan baku pangan.

2) Bahan tambahan pangan dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai

gizi, yang sengaja ditambahkan kedalam pangan untuk tujuan teknologis pada pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan dan/atau pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung.

(21)

9

3) Bahan tambahan pangan tidak termasuk cemaran atau bahan yang

ditambahkan kedalam pangan untuk mempertahankan atau

meningkatkan nilai gizi.(Anonim, 2012)

c. Tujuan penggunaan

Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan.(Cahyadi, 2008)

d. Golongan bahan tambahan pangan

Bahan tambahan pangan yang di gunakan dalam pangan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.33 tahun 2012 terdiri atas beberapa golongan sebagai berikut:

1) Antibuih (Antifoaming Agent)

Antibuih adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau mengurangi pembentukan buih.

2) Antikempal (Anticaking Agent)

Antikempal adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah mengempalnya produk pangan.

3) Antioksidan (Antioxidant)

Antioksidan adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau menghambat kerusakan pangan akibat oksidasi.

(22)

10

4) Bahan pengkarbonasi (Carbonating Agent)

Bahan pengkarbonasi adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk karbonasi di dalam pangan.

5) Garam pengemulsi (Emulsifying Salt)

Garam pengemulsi adalah bahan tambahan pangan untuk

mendispersikan protein dalam keju sehingga mencegah pemisahan lemak.

6) Gas untuk kemasan (Packaging Gas)

Gas untuk kemasan adalah bahan tambahan pangan berupa gas, yang dimasukan kedalam kemasan pangan sebelum, saat maupun setelah kemasan diisi dengan pangan untuk mempertahankan mutu pangan dan melindungi pangan dari kerusakan.

7) Humektan (Humectant)

Humektan adalah bahan tambahan pangan untuk mempertahankan kelembapan pangan.

8) Pelapis (Glazing Agent)

Pelapis adalah bahan tambahan pangan untuk melapisi permukaan pangan sehingga memberikan efek perlindungan dan/atau penampakan mengkilap.

9) Pemanis (Sweetener)

Pemanis adalah bahan tambahan pangan berupa pemanis alami dan pemanis buatan yang memberikan rasa manis pada produk pangan.

(23)

11 10)Pembawa (Carrier)

Pembawa adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk memfasilitasi penanganan, aplikasi atau penggunaan bahan tambahan pangan lain atau zat gizi di dalam pangan dengan cara melarutkan, mengencerkan, mendispersikan atau memodifikasi secara fisik bahan tambahan pangan lain atau zat gizi tanpa mengubah fungsinya dan tidak mempunyai efek teknologi pada pangan.

11)Pembentuk gel (Gelling Agent)

Pembentuk gel adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk gel. 12)Pembuih (Foaming Agent)

Pembuih adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk atau memelihara homogenitas dispersi fase gas dalam pangan berbentuk cair atau padat.

13)Pengatur keasaman (Acidity Regulator)

Pengatur keasaman adalah bahan tambahan pangan untuk

mengasamkan, menetralkan dan/atau mempertahankan derajat

keasaman pangan. 14)Pengawet (Preservative)

Pengawet adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian, dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.

(24)

12 15)Pengembang (raising agent)

Pengembang adalah bahan tambahan pangan berupa senyawa tunggal atau campuran untuk melepaskan gas sehingga meningkatkan volume adonan.

16)Pengemulsi (emulsifier)

Pengemulsi adalah bahan tambahan pangan untuk membantu terbentuknya campuran yang homogen dari 2 atau lebih fase, yang tidak tercampur seperti minyak dan air.

17)Pengental (thickener)

Pengental adalah bahan tambahan pangan untuk meningkatkan viskositas pangan.

18)Pengeras (firming agent)

Pengeras adalah bahan tambahan pangan untuk memperkeras, mempertahankan jaringan buah dan sayuran, atau berinteraksi dengan bahan pembentuk gel untuk memperkuat gel.

19)Penguat rasa (flavour enhancer)

Penguat rasa adalah bahan tambahan pangan untuk memperkuat atau memodifikasi rasa dan/atau aroma yang telah ada dalam bahan pangan tanpa memberikan rasa dan/atau aroma baru.

20)Peningkat volume (bulking agent)

Peningkat volume adalah bahan tambahan pangan untuk meningkatkan volume pangan.

(25)

13 21)Penstabil (Stabilizer)

Penstabil adalah bahan tambahan pangan untuk menstabilkan sistem dispersi yang homogen pada pangan.

22)Peretensi warna (Colour Retention Agent)

Peretensi warna adalah bahan tambahan pangan yang dapat mempertahankan, menstabilkan, atau memperkuat intensitas warna pangan tanpa menimbulkan warna baru.

23)Perisa (Flavouring)

Perisa adalah bahan tambahan pangan berupa preparat konsentrat dengan atau tanpa ajudan perisa yang digunakan untuk memberi flavour dengan pengecualian rasa asin, manis dan asam.

24)Perlakuan tepung (Flour Treatment Agent)

Perlakuan tepung adalah bahan tambahan pangan yang ditambahkan pada tepung untuk memperbaiki warna, mutu adonan dan atau pemanggangan termasuk bahan pengembang adonan, pemucat dan pematang tepung.

25)Pewarna (Colour)

Pewarna adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna alami dan pewarna sintesis, yang ketika di tambahkan atau diaplikasikan pada pangan mampu memberi atau memperbaiki warna.

(26)

14 26)Sekuestran (Sequestrant)

Sekuestran adalah bahan tambahan pangan yang dapat mengikat ion logam polivalen untuk membentuk kompleks sehingga meningkatkan stabilitas dan kualitas pangan.(Anonim, 2012)

e. Bahan tambahan pangan yang dilarang

Bahan tambahan pangan yang dilarang penggunaannya di indonesia menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 33 tahun 2012

1.Asam borat dan senyawanya (Boric Acid)

2.Asam salisilat dan garamnya (Salicylic Acid And Its Salt) 3.Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC) 4.Dulsin (Dulcin)

5.Formalin (Formaldehyde)

6.Kalium bromat (Potassium Bromate) 7.Kalium klorat (Potassium Chlorate) 8.Kloramfenikol (Chloramphenicol)

9.Minyak nabati yang di brominasi (Brominated Vegetabel Oils) 10.Nitrofurason (Nitrofurazone)

11.Dulkamara (Dulcamara) 12.Kokain (Cocaine)

13.Nitrobenzene (Nitrobenzene)

14.Sinamil atranilat (Cinnamyl Anthranilate) 15.Dihidrosafrol (Dihydrosafrole)

(27)

15 17.Minyak kalamus (Calamus Oil) 18.Minyak tansi (Tansy Oil) 19.Minyak sasafras (Sasafras Oil)

f. Batas konsumsi

Bahan tambahan pangan hanya boleh konsumsi tidak melebihi batas maksimum penggunaan. Asupan Harian yang Dapat Diterima atau Acceptabel Dayli Intake (ADI) adalah jumlah maksimum bahan tambahan pangan dalam miligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan. (Anonim, 2012)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan batas-batas yang disebut Acceptabel Daily Intake (ADI) atau kebutuhan per orang perhari, yaitu jumlah yang dapat dikonsumsi tanpa menimbulkan resiko. ADI menentukan berapa banyak konsumsi food additives setiap hari yang dapat diterima dan dicerna tanpa mengalami resiko kesehatan. ADI dihitung berdasarkan berat badan konsumen dan sebagai standar digunakan berat badan 50 kg untuk negara Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Satuan ADI adalah mg food additives per kg.( Femelia, 2009) Berikut Bahan tambahan yang memiliki nilai ADI menurut Peraturan Kepala Badan POM No. 4 tahun 2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis

(28)

16

Tabel 1.Pemanis

NO Bahan tambahan pangan Golongan Nilai ADI (mg/kgBB)

1 Glikosida steviol (Steviol

Glycosides)

Pemanis alami 0-4

2 Asesulfam-K (Acesulfame

Potassium)

Pemanis buatan 0-15

3 Aspartam (Aspartame) Pemanis buatan 0-40

4 Siklamat (Cyclamates) Pemanis buatan 0-11

5 Sakarin (Saccharins) Pemanis buatan 0-5

6 Sukralosa(Sucralose) Pemanis buatan 0-15

7 Neotam (Neotame) Pemanis buatan 0-2

Peraturan Kepala Badan POM No.8 tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengatur Keasaman

Tabel.2 Pengatur Keasaman

NO Bahan tambahan pangan Golongan Nilai ADI (mg/kgBB)

1 Asam tartat (Tartaric Acid) Pengatur keasaman 0-30

2 Kalium hidrogen tartat

(Potassium Hydrogen

Tartrate)

Pengatur keasaman 0-30

3 Asam adipat dan garamnya

(Adipic Acid And Its Salts)

Pengatur keasaman 0-5

Peraturan Kepala Badan POM No. 36 tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet.

Tabel 3. Pengawet

NO Bahan tambahan pangan Golongan Nilai ADI (mg/kgBB)

1 Asam sorbat dan garamnya

(Sorbic Acid And Its Salts) Pengawet 0-25

2 Asam benzoat dan garamnya

(Benzoic Acid And Its Salt) Pengawet 0-5

3 Garam Sulfit (Sulphites) Pengawet 0-0,7

4 Garam nitrat (Nitrates Salt) Pengawet 0-3,7

Peraturan Kepala Badan POM No. 37 tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna

(29)

17

Tabel.4 Pewarna

NO Bahan tambahan pangan Golongan Nilai ADI (mg/kgBB)

1 Kurkumin Cl.No. 75300

(Curcumin)

Pewarna alami 0-3

2 Riboflavin (Riboflavin) Pewarna alami 0-0,5

3 Karmin Cl.No.75470

(Carmines)

Pewarna alami 0-5

4 Ekstrak Anato Cl.No.75120

(Annatto Extract)

Pewarna alami 0-12

5 Antosianin (Anthocyanins) Pewarna alami 0-2,5

6 Tartrazin Cl.No.19140

(Tartrazine)

Pewarna sintesis

0-7,5

7 Kuning kuinolin Cl.No.47005

(Quinoline Yellow) Pewarna sintesis 0-5 8 Kuning FCF Cl.No.15985 (Sunset Yellow FCF) Pewarna sintesis 0-4 9 Karmoisin Cl.No.14720 (Azorubine (Carmoizine)) Pewarna sintesis 0-4 10 Ponceau 4R Cl.No.16255

(Ponceau 4R (Cochineal Red A)) Pewarna sintesis 0-4 11 Eritrosin Cl.No.45430 (Erytrosine) Pewarna sintesis 0-0,1

12 Merah allura Cl.No.16035

(Allura Red AC)

Pewarna sintesis

0-7 13 Biru berlian FCF Cl.No.42090

(Brilliant Blue FCF)

Pewarna sintesis

0-12,5 14 Hijau FCF Cl.No.42053 (Fast

Green FCF) Pewarna sintesis 0-25 15 Coklat HT Cl.No.20285 (Brown Ht) Pewarna Sintesis 0-1,5

(30)

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian Deskriptif Kualitatif.

B. Tempat dan Waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sabu Timur, Kecamatan Sabu Timur, Kabupaten Sabu Raijua.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan juni 2018

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa Kelas X dan XI SMA Negeri 1 Sabu Timur

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah 87 orang siswa SMA Negeri 1 Sabu Timur, dengan kriteria sampel:

a. Siswa kelas X dan XI

b. Siswa yang pernah/sering jajan disekolah

c. Mampu berkomunikasi

d. Bersedia menjadi responden

Rumus perhitungan penentuan sampel :n = ( ) (sugiyono, 2010) Keterangan :

(31)

19

N : jumlah populasi 675

d2 : tingkat kesalahan 10%

D. Variabel penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Batas Konsumsi Bahan Tambahan Pangan Pada Jajanan Sekolah.

E. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Survey lokasi penelitian b. Mengurus surat izin penelitian c. Penyusunan kuesioner penelitian

2. Tahap pelaksanaan

a. Pengenalan responden

b. Pembagian kuesioner kepada responden dan penjelasan

c. Pengumpulan kuesioner yang telah diisi oleh responden

3. Tahap penyusunan laporan

a. Merekap hasil pengisian kuesioner b. Pengolahan dan analisis data

c. Penarikan kesimpulan

F. Definisi Operasional (DO)

1. Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia terhadap suatu objek. Tingkat pengetahuan meliputi tahu, memahami dan penerapannya. Dalam hal ini tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri 1 Sabu Timur, Kecamatan

(32)

20

Sabu Timur Kabupaten Sabu Raijua, terhadap batas konsumsi bahan tambahan pangan pada jajanan sekolah. Pengetahuan baik bila jawaban responden ≥76%-100%, pengetahuan cukup bila jawaban responden 56%-75%, dan pengetahuan kurang bila jawaban responden <56%.

2. Siswa merupakan murid Sekolah Menengah Atas, dalam hal ini adalah siswa SMA Negeri 1 Sabu Timur, Kecamatan Sabu Timur Kabupaten Sabu Raijua yang pernah/sering mengkonsumsi jajanan di sekolah.

3. Bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam pangan

untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Dalam hal ini adalah bahan tambahan pangan yang digunakan pada jajanan sekolah siswa SMA Negeri 1 Sabu Timur, Kecamatan Sabu Timur Kabupaten Sabu Raijua. 4. Jajanan adalah pangan yang di jajakan, dalam hal ini jajanan sekolah yang

biasa atau sering dikonsumsi oleh siswa SMA Negeri 1 Sabu Timur, Kecamatan Sabu Timur, Kabupaten Sabu Raijua.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner yang terdiri dari 3 indikator dan disebarkan ke dalam 15 item soal.

Tabel.5 Indikator soal pada kuesioner yang digunakan pada penelitian No Indikator Butir Soal Jumlah Soal

1. Pengetahuan siswa terhadap hal umum tentang bahan tambahan pangan

1, 2, 3, 9, 11

5 soal

2. Pengetahuan siswa terhadap

Penggolongan bahan tambahan pangan

4, 5, 6, 7, 8 5 soal

3. Pengetahuan siswa terhadap batas konsumsi bahan tambahan pangan dan bahayanya

10, 12, 13, 14, 15

5 soal

(33)

21

H. Pengolahan dan Analisis Data

1.

Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a. Tahap editing

Sebelum diolah data yang sudah terkumpul perlu diperiksa terlebih dahulu, meliputi kelengkapan pengisian, kejelasan tulisan dan maksud.

b. Tahap coding

Jawaban pada kuesioner diberi kode, yaitu dengan memberikan tanda pada jawaban yang benar dan yang salah.

c. Tahap scoring

Memberikan skor atau nilai pada setiap jawaban yang diberikan oleh responden.

d. Tabulasi

Tabulasi dimaksudkan untuk memasukkan data ke dalam tabel dan mengatur angka sehingga dapat dihitung dalam berbagai kategori.

2.

Analisis data

Data yang diperoleh diberi skor menggunakan skala guttman, yaitu untuk jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0, dideskripsikan dalam bentuk tabel. Data yang telah dideskripsikan dari kuisioner tersebut dikategorikan dalam kategori pengetahuan baik, cukup dan kurang.

(34)

22 1) pengetahuan baik : 76 % - 100 % 2) pengetahuan cukup : 56 % - 75 % 3) pengetahuan kurang : < 56 %

Adapun rumus untuk mengetahui skor persentase (Arikunto, 2006):

Keteranagan : P : Persentase

X : Jumlah jawaban benar n : Jumlah seluruh item soal

(35)

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Responden

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan cara observasi langsung dan instrument berupa kuesioner. Responden yang diambil adalah siswa SMA Negeri 1 Sabu Timur yang terdiri dari siswa kelas X (sepuluh) atau kelas 1 sebanyak 58 orang dan kelas XI (sebelas) atau kelas dua sebanyak 29 orang sehingga total responden adalah 87 orang. Adapun dalam penelitian ini tidak menggunakan responden dari kelas XII dikarenakan pada saat melakukan penelitian siswa kelas XII telah mengikuti ujian akhir nasional yang berarti tidak lagi mengikuti aktivitas pembelajaran di sekolah tersebut. Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan, seluruh siswa menyatakan bahwa bersedia menjadi responden dan bersedia mengisi koesioner yang dibagikan. Hal ini dinyatakan dengan tanda tangan lembar persetujuan menjadi responden oleh seluruh sampel siswa (100%).

B. Tingkat Pengetahuan Responden

Karakteristik tingkat pengetahuan siswa Terhadap Batas Konsumsi Bahan Tambahan Pangan Pada Jajanan Sekolah yang diteliti meliputi Tahu, Memahami, dan Penerapannya yang dibagi dalam 3 indikator dan disebarkan dalam 15 item soal, kemudian dipersentasikan satu persatu dan tiap item dibagi dengan banyaknya siswa agar didapatkan persentasi untuk tiap nomor. Data tingkat pengetahuan siswa terhadap batas konsumsi bahan tambahan pangan pada jajanan sekolah dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

(36)

24

Tabel.6 Pengetahuan siswa mengenai definisi tentang Bahan Tambahan Pangan.

No Indikator Skor benar

Presentase

(%) Kategori

1. Apakah saudara/I pernah

mendengar tentang bahan

tambahan pangan?

74 85,1 Baik

2. Apakah sudara/I tahu

mengapa bahan tambahan

pangan ditambahkan kedalam makan atau minuman?

51 58,6 Cukup

3. Apakah saudara/I tahu ada

berapa golongan bahan

tambahan pangan yang ada diindonesia

13 14,9 Kurang

4. Tahukah sudara/I tidak semua

bahan tambahan pangan

diijinkan untuk ditambahkan

kedalam makan atau

minuman?

56 64,4 Cukup

5.. Apakah saudara/I tahu

meskipun diijinkan untuk

ditambahkan kedalam pangan, bahan tambahan pangan tetap

memiliki batas

konsumsi(ADI)?

55 63,2 Cukup

(Data primer 2018)

Data tabel.6 menunjukan siswa memiliki tingkat pengetahuan baik pernah mendengar tentang bahan tambahan pangan (85,1%), siswa memiliki pengetahuan cukup tidak semua bahan tambahan pangan diijinkan untuk ditambahkan kedalam pangan (64,4%), dan siswa memiliki pengetahuan kurang tentang golongan Bahan Tambahan Pangan yang ada di Indonesia (14,9%), hal ini menggambarkan kurangnya pengetahuan tentang golongan bahan tambahan pangan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Rata-rata tingkat pengetahuan siswa mengenai definisi tentang bahan tambahan pangan berdasarkan data diatas adalah berpengetahuan cukup (57,24%).

(37)

25

Tingkat pengetahuan terhadap penggolongan bahan tambahan pangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel.7 Pengetahuan siswa terhadap penggolongan Bahan Tambahan Pangan

No Indikator Skor benar Presentase

(%) Kategori

1 Apakah saudara/I pernah

membaca komposisi dan nilai

gizi pada jajanan seperti

minuman instan dan makanan ringan atau snack

74 85,1 Baik

2 Tahukah saudara/I jajanan

sepeti sirup manis dan

minuman penyegar

mengandung pemanis dan

pengawet yang merupakan

salah satu golongan bahan tambahan pangan ?

58 66,7 Cukup

3 Apakah bahan bahan tambahan

pangan seperti pengawet,

pemanis dan pewarna memiliki nilai gizi?

67 77 Baik

4 Menurut sudara/I apakah

pemanis (sorbitol, siklamat, dan sakarin) termasuk bahan tambahan pangan?

46 52,9 Kurang

5 Menurut saudara/I apakah

formalin merupakan bahan

tambahan pangan?

68 78,2 Baik

(Data primer 2018)

Dari tabel.7 menunjukan siswa memiliki pengetahuan kurang bahwa pemanis (sorbitol, siklamat, dan sakarin) termasuk bahan tambahan pangan (52,9%). 74 orang 85,1% Siswa pernah membaca komposisi dan nilai gizi pada jajanan seperti minuman instan dan makanan ringan atau snack, hal ini memberikan gambaran siswa hanya membaca komposisi jajanan tanpa mengetahui jenis zat yang terkandung didalam komposisi jajanan tersebut.

(38)

26

Data tingkat pengetahuan siswa terhadap batas konsumsi bahan tambahan pangan dan bahayanya bagi tubuh dapat dilihat dibawah ini.

Tabel.8 Tingkat pengetahuan siswa terhadap batas konsumsi bahan tambahan pangan serta bahayanya.

No Indikator Skor

benar Presentase (%) Kategori

1 Bila suatu makan mengandung

asam borat, apakah masih layak untuk dijajakan?

73 83,9 Baik

2 Dapatkah seseorang anak

dengan berat badan 20 kg,

mengkonsumsi minuman

instan yang memiliki ADI 15 mg/kgBB lebih dari 300 mg

66 75,9 Baik

3 Tahukah saudara/I jika

mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan pangan melebihi batas dapat

menimbulkan masalah

kesehatan

78 89,7 Baik

4 Apakah sudara/I salah satu

pemicu terjadinya kanker dan gagal ginjal adalah karena mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan makanan secara berlebihan

55 63,2 Cukup

5 Apakah saudara/I masih mau

mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan secara berlebihan?

65 74,7 Cukup

(Data primer 2018)

Tabel.8 menunjukan siswa memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap batas konsumsi bahan tambahan pangan serta bahayanya. 73 orang siswa (83,9%) mengetahui makanan yang mengandung asam borat, tidak layak untuk dijajakan dan 78 orang Siswa (89,7%) mengetahui bahaya mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan pangan melebihi batas dapat menimbulkan masalah kesehatan. Siswa berpengetahuan cukup (63,2%)

(39)

27

bahwa mengkonsumsi bahan tambahan pangan yang berlebihan dapat menyebabkan kanker dan gagal ginjal.

Dari 3 indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa menunjukan siswa memiliki tingkat pengetahuan cukup mengenai definisi bahan tambahan pangan (57,24%), tingkat pengetahuan cukup terhadap penggolongan bahan tambahan pangan (71,98%), dan berpengetahuan baik terhadap batas konsumsi bahan tambahan pangan serta bahayanya (77,48%). Secara keseluruhan tingkat pengetahuan siswa Terhadap Batas Konsumsi Bahan Tambahan Pangan Pada Jajanan Sekolah dilihat pada tabel berikut.

Tabel.9 Persentase tingkat pengetahuan siswa Terhadap Batas Konsumsi Bahan Tambahan Pangan Pada Jajanan Sekolah

Tingkat Pengetahuan Skor Jumlah Presentase

Baik 12-15 32 36,8%

Cukup 9-11 39 44,8%

Kurang 1-8 16 18,4%

Jumlah 87 100%

(Data primer 2018)

Dari tabel.10 menunjukan siswa yang mendapat nilai 12-15 dengan tingkat pengetahuan baik 32 orang (36,8%), siswa yang mendapatkan nilai 9-11 dengan pengetahuan cukup adalah 39 orang (44,8%), dan 16 orang (18,4%) mendapatkan nilai 1-8 dengan pengetahuan kurang. Kurangnya pengetahuan siswa dapat di sebabkan oleh berbagai faktor.

(40)

28

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Tingkat pengetahuan siswa terhadap Batas Konsumsi Bahan Tambahan Pangan Pada Jajanan Sekolah adalah berpengetahuan cukup dengan rincian tingkat pengetahuan baik sebanyak 36,8%, tingkat pengetahuan cukup sebanyak 44,8%, dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 18,4%. Meskipun hanya 18,4% yang memiliki tingkat pengetahuan kurang namun perlu perlu adanya sosialisasi tentang Batas Konsumsi Bahan Tambahan Pangan sehingga siswa memiliki pengetahuan yang baik terhadap penggunaan bahan tambahan pangan.

B. Saran

1. Pemerintah

a. meningkatkan sosialisasi keberbagai media

b. memaksimalkan fungsi lembaga terkait dalam upaya peningkatan

pengetahuan siswa terutama terhadap penggolongan dan batas konsumsi serta bahaya bahan tambahan pangan.

c. memberiksn akses yang mudah kepada pelajar untuk lebih

mendapatkan pengetahuan yang luas tentang Bahan Tambahan Pangan.

2. Keluarga

Keluarga dalam hal orang tua memberikan pengetahuan dasar mengenai bahaya mengkonsumsi jajanan yang mengandung bahan tambahan pangan

(41)

29

secara berlebihan sejak dini kepada anak dan memberikan teladan atau contoh yang baik dalam memilih makanan.

3. Sekolah.

a. Sekolah yang memberlakukan program jajanan sehat.

b. Menyediakan referensi-referensi yang sesuai diperpustakaan sekolah. c. Mengoptimalkan peran dan fungsi BK (bimbingan dan konseling)

(42)

30

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktek. Rineka Cipta : Jakarta

Badan Pengawas Obat Dan Makanan, 2013a. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Nomor 8 tahun 2013, tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengatur Keasaman, Jakarta, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Badan Pengawas Obat Dan Makanan, 2013b. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Nomor 36 tahun 2013, tentang

Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet,

Jakarta, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Badan Pengawas Obat Dan Makanan, 2013c. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Nomor 37 tahun 2013, tentang

Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna,

Jakarta, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Badan Pengawas Obat Dan Makanan, 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Nomor 4 tahun 2014, tentang

Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis,

Jakarta, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Cahyadi W, 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, PT Bumi Aksara, Jakarta

Femelia, Welly. Analisa Penggunaan Zat Warna Pada Kripik Balado Yang Diproduksi Di Kecamatan Paya Kumbu Barat. Medan: Universitas Sumatra Utara. Hlm 42. 2009

Kementerian Kesehatan.2012, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

Nomor 33 tahun 2012, tentang Bahan Tambahan Pangan, Jakarta,

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan.2015, Pusat Data Dan Informasi, Situasi Pangan Jajanan Anak Sekolah, Jakarta, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2018, Data Referensi Pendidikan,

Profil Satuan Pendidikan SMAN 1 SABU TIMUR, Jakarta, Pusat Data Dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

(43)

31

Natoadmodjo S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat,Prinsip-Prinsip Dasar.Rineka Cipta : Jakarta

Natoadmodjo S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan,Rineka Cipta : Jakarta Rangkuti, H.R, dkk. 2012, Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat (MSG)

Pada Pembentukan Mikronukleus Sel Darah Merah Mencit, Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 1 (1): 29-36. Diakses pada 20 februari 2018, http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jpp/article/view/1964

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif DAN R&D, Alfabeta: Bandung

(44)

32

Lampiran 1.Kuesioner penelitian

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA NEGERI 1 SABU TIMUR TERHADAP BATAS KONSUMSI BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA JAJANAN SEKOLAH

Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Negeri 1 Sabu Timur Terhadap Batas Konsumsi Bahan Tambahan Pangan pada Jajanan Sekolah. Setiap jawaban atau respon yang anda berikan akan sangat ternilai bagi penelitian ini. Untuk bantuan tersebut sebelum dan sesudahnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Data kuesioner ini di pergunakan semata-mata hanya untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Mohon diisi sesuai dengan pengetahuan saudara/i.

A. Identitas responden No responden :

Nama :

Umur :

Kelas :

B. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pengetahuan saudara/i

(45)

33

1. Apakah saudara/I pernah mendengar tentang bahan tambahan pangan?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah saudara/I tahu mengapa bahan tambahan pangan di tambahkan

kedalam makanan atau minuman?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah saudara/I tahu ada berapa golongan bahan tambahan pangan yang ada di Indonesia?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah saudara/I pernah membaca komposisi dan nilai gizi pada jajanan seperti minuman instan dan makanan ringan atau snack?

a. Ya

b. Tidak

5. Menurut saudara/I apakah pemanis (sorbitol, siklamat dan sakarin) termasuk bahan tambahan pangan?

a. Ya

b. Tidak

6. Menurut saudara/I apakah formalin merupakan bahan tambahan

pangan?

a. Ya

(46)

34

7. Tahukah saudara/I jajanan seperti sirup manis dan minuman penyegar

mengandung pemanis dan pengawet yang merupakan salah satu golongan bahan tambahan pangan?

a. Ya

b. Tidak

8. Apakah bahan bahan tambahan pangan seperti pengawet, pemanis, dan

pewarna memiliki nilai gizi?

a. Ya

b. Tidak

9. Tahukah saudara/I tidak semua bahan tambahan pangan diijinkan untuk ditambahkan kedalam makanan atau minuman?

a. Ya

b. Tidak

10.Bila suatu makanan mengandung Asam borat, apakah masih layak untuk di jajakan?

a. Ya

b. Tidak

11.Apakah saudara/I tahu meskipun diijinkan untuk ditambahkan ke dalam pangan, Bahan tambahan pangan tetap memiliki batas konsumsi (ADI)?

a. Ya

(47)

35

12. Dapatkah seorang anak dengan berat badan 20 kg, mengkonsumsi minuman instan yang memiliki ADI 15 mg/kgBB lebih dari 300 mg?

a. Ya

b. Tidak

13.Tahukah saudara/i jika mengkonsumsi makanan yang mengandung

bahan tambahan pangan melebihi batas dapat menimbulkan masalah kesehatan?

a. Ya

b. Tidak

14.Apakah saudara/I salah satu pemicu terjadinya kanker dan gagal ginjal adalah karena mengonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan makanan secara berlebihan?

a. Ya

b. Tidak

15.Apakah saudara/I masih mau mengkonsumsi makanan yang

mengandung bahan tambahan makanan secara berlebihan?

a. Ya

(48)

36

Lampiran 2. Skema Kerja

SurveiLokasi

Melakukan Observasi

Mengurus Surat Perizinan

Penyusunan kuesioner Pembagian Kuesioner Pengumpulan kuesioner Rekapitulasi data Mencari Responden Tabulasi Data Kesimpulan Analisis Data

(49)

37

Lampiran 3. Lembar permintaan menjadi responden

Kepada

Yth. Calon Responden Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Jhon Kasianus Christian

NIM : PO.530333215658

Adalah mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang Program Studi Farmasi yang akan melakukan penelitian dengan judul Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Negeri 1 Sabu Timur terhadap Batas Konsumsi Bahan Tambahan Pangan pada Jajanan Sekolah. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi responden dengan segala informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya serta hanya digunakan untuk penelitian. Pada surat ini, calon responden boleh menolak berpartisipasi dalam penelitian ini.

Atas bantuan dan kerja sama yang baik, saya ucapkan terima kasih.

Kupang, Juni 2018

Peneliti

Jhon Kasianus Christian NIM. PO.530333215658

(50)

38

Lampiran 4. Lembar persetujuan menjadi responden

Setelah saya membaca penjelasan pada lembar pertama, saya bersedia turut berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang Program Studi Farmasi atas nama Jhon Kasianus Christian dengan judul Tingkat Pengetahuan Siswa SMANegeri 1 Sabu Timur terhadap Batas Konsumsi Bahan Tambahan Pangan pada Jajanan Sekolah. Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak berakibat negative pada saya, sehingga informasi yang saya berikan adalah yang sebenar-benarnya dan tanpa paksaan. Dengan demikian saya bersedia menjadi responden peneliti.

Kupang, 4 Juni 2018 Responden

(51)

39

Lampiran 5. Dokumentasi

1. Pembagian Kuesioner

(52)

40

(53)
(54)
(55)

43

(56)

Gambar

Tabel 3. Pengawet

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Seal coat untuk perawatan permkaan dapat digunakan untuk meperaiki bebrapa kerusakan jalan mislanya seperti retakan kecil dengan area yang luas, pelapukan

- Guru mengarahkan peserta didik untuk mengambil potongan kertas yang telah terdapat 1 kata kunci untuk dilengkapi dan ditempelkan pada karton besar yang tersedia (lihat lampiran)

Dalam mengukur pH suatu larutan dapat dilakukan dengan berbagai cara Dalam mengukur pH suatu larutan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan menggunakan kertas lakmus,

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

Bunyi hukum kekekalan momentum sudut : jika tidak ada resultan momen gaya luar yang bekerja pada sistem (  = 0), maka momentum sudut sistem adalah kekal. Saat kedua

Jadi, persepsi politik organisasi pada STT sangkakala dalam kaitan dengan pengambilan keputusan dipahami sebagai sesuatu dinamika yang berguna untuk mencapai

Selain itu, pada pasal 1 ayat 13 dinyatakan bahwa prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana

Dari rancangan prototype ini dianalisis apakah sesuai kebutuhan yang telah ditetapkan, dari proses ini akan didapatkan gambaran bagian-bagian yang dibutuhkan oleh pengguna,