• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA VCD PLAYER PADA SISWA KELAS III DI SLB B MANUNGGAL SLAWI KABUPATEN TEGAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA VCD PLAYER PADA SISWA KELAS III DI SLB B MANUNGGAL SLAWI KABUPATEN TEGAL"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

UPAYA PENINGKATAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI

PENGGUNAAN MEDIA VCD PLAYER PADA SISWA

KELAS III DI SLB B MANUNGGAL SLAWI

KABUPATEN TEGAL SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2010 - 2011

SKRIPSI

Oleh :

SRI TRI MURYATI

NIM : X5209019

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

UPAYA PENINGKATAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI

PENGGUNAAN MEDIA VCD PLAYER PADA SISWA

KELAS III DI SLB B MANUNGGAL SLAWI

KABUPATEN TEGAL SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2010- 2011

SKRIPSI

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

SRI TRI MURYATI

NIM. X 5209019

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

Halaman Persetujuan

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Maryadi, M. Ag Dewi Sri Rejeki, S.Pd. M.Pd

NIP.19520601 198103 1 003 NIP 19760730 200604 2 001

Mengetahui

Ketua Program PLB

(4)

commit to user

iv

Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Senin

Tanggal : 11 Juli 2011

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Gunarhadi, M.A. Ph.D ...

Sekretaris : Priyono, S.Pd. M.Si ...

Anggota I : Drs. Maryadi, M.Ag ...

Anggota II : Dewi Sri Rejeki, S.Pd. M.Pd ...

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Sri Tri Muryati. UPAYA PENINGKATAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA VCD PLAYER PADA SISWA KELAS III DI SLB B MANUNGGAL SLAWI KABUPATEN TEGAL. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa kelas III di SLB B Manunggal Slawi Kabupaten Tegal setelah melalui pembelajaran dengan menggunakan media VCD Player. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III di SLB B Manunggal Slawi. Dipilihnya kelas ini karena siswa kelas III sudah mulai mengenal beberapa kata dan siswa mulai berlatih komunikasi dengan lisannya , walaupun harus dengan latihan terus menerus agar siswa dapat mengucapkan dalam susunan kalimat Subyek, Predikat dan Obyeknya tidak terbalik.Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskritip kualitatif.

Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan tes hasil belajar. Tehnik analisis data yang sudah dikumpulkan adalah tehnik komparatif yaitu membandingkan antara siklus I dan siklus II.

Prosedur penelitian ini menggunakan dua siklus, yang masing masing siklus terdiri dari tahapan- tahapan : perencanaan , tindakan, pengamatan dan refleksi.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : kemampuan berkomunikasi lisan siswa kelas III di SLB B manunggal Slawi dapat meningkat setelah melalui pembelajaran dengan menggunakan media VCD Payer.

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Sri Tri Muryati. THE ATTEMPT OF IMPROVING ORAL COMMUNICATION USING VCD PLAYER MEDIA IN THE III GRADERS OF SLB B MANUNGGAL SLAWI OF TEGAL REGENCY. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, June 2011.

The objective of research was to improve the oral communication in the III graders of SLB B Manunggal Slawi of Tegal Regency through the learning using VCD Player Media.

The subject of research was all III graders of SLB B Manunggal Slawi. This class was chosen because the III graders have identified some words and the students begin to practice communication orally, although there should be continuously practice to make the students able to utter the sentence composition consisting of Subject, Predicate and object correctly. This research employed a descriptive qualitative descriptive approach.

Techniques of collecting data used were observation, interview, and learning achievement test. Technique of analyzing data used for the collected data was comparative technique namely by comparing the cycle I and cycle II. The procedure of research employed two cycles, each of which consists of the following stages: planning, acting, observing, and reflecting. The conclusion of research is that the oral communication in the III graders of SLB B Manunggal Slawi of Tegal Regency improves through the learning using VCD Player Media.

(7)

commit to user

vii Motto

Dan hendaklah takut kepada Allah orang- orang yang seandainya meninggalkan di

belakang mereka anak- anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap

(kesejahteraan ) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka mengucapkan perkataan

yang benar..

(8)

commit to user

viii

Halaman Persembahan

Karya ini dipersembahkan kepada :

Ibuku tercinta, Suami dan

anak-anakku tersayang

serta almamater

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan hidayahnya yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat

diselesaikan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada FKIP

jurusan Ilmu Pendidikan program studi Pendidikan Luar Biasa..

Skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, penulis sampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS Surakarta.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa UNS Surakarta.

4. Bp.Drs. Maryadi, M.Ag dan Ibu Dewi Sri Rejeki, S.Pd. M.Pd selaku

pembimbing.

5. Ibu Soegiharti Widjaja Sosrodjojo selaku Ketua Yayasan Keluarga Sejahtera

Manunggal Slawi.

6. Kepala SLB B, C dan C1 Manunggal Slawi Kabupaten Tegal.

7. Teman-teman sejawat di SLB Manunggal Slawi.

Kepada semua pihak yang telah membantu memberikan sumbangan tenaga,

pikiran dan kesempatan kepada penulis, semoga mendapatkan balasan dari Allah

SWT.

Harapan penulis semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat

membantu perkembangan pendidikan terutama Pendidikan Luar Biasa.

Surakarta, Juni 2011

(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 4

1. Anak Tunarungu ... 4

a. Pengertian Anak Tunarungu ... 4

b. Sebab- sebab Anak Tunarungu ... 5

c. Karakteristik Anak Tunarungu ... 8

d. Klasifikasi Anak Tunarungu ... 10

2. Komunikasi Lisan ... 13

a. Pengertian Komunikasi Lisan ... 13

b. Macam-macam Komunikasi Lisan ... 15

(11)

commit to user

xi

d. Langkah-langkah Belajar Komunikasi Lisan ... 20

B. Keranga Berpikir ... 23

C. Hipoteses Tindakan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 25

B. Subyek Penelitian ... 25

C. Data dan sumber Data ... 25

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 26

E. Validitas Data ... 35

F. Tehnih Analisis Data ... 35

G. Indikator Kinerja / Keberhasilan ... 35

H. Prosedur Penelitian ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 37

1. Siklus I ... 38

2. Siklus II ... 40

B. Hasil Penelitian Kemampuan Berkomunikasi secara Lisan 42

1. Hasil Penelitian Pre Tes ... 42

2. Hasil Penelitian Post Tes I ( siklus I ) ... 44

3. Hasil Penelitian Post Tes 2 ( siklus II ) ... 46

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 Instrumen Observasi Siswa ... 27

Tabel 2 Silabus ... 29

Tabel 3 Skor Penilaian ... 32

Tabel 4 Data Nilai Hasil Pre Tes ... 43

Tabel 5 Data Nilai Hasil Post Tes 1 ( siklus I ) ... 45

Tabel 6 Data Perbandingan Nilai Pre Tes dengan Nilai Post Tes 1 pada siklus I ... 46

Tabel 7 Data Nilai Post Tes 2 ( siklus II ) ... 47

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GRAFIK

Hal

Grafik 1 Perolehan Nilai Pre Tes ... 43

Grafik 2 Perolehan Nilai Post Tes 1 ( siklus I ) ... 45

Grafik 3 Perolehan Nilai Post Tes 2 ( siklus II ) ... 47

Grafik 4 Nilai Perbandingan Pre Tes, Nilai Post Tes 1

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 RPP 1 dan 2... 56

Lampiran 2 Lembar Observasi Guru 1 dan 2 ... 81

Lampiran 3 Hasil Pre Tes ... 83

Lampiran 4 Hasil Post Tes 1 ( siklus I ) ... 85

Lampiran 5 Hasil Post Tes 2 ( siklus II ) ... 87

Lampiran 6 Data Nilai Hasil Pre Tes ... 89

Lampiran 7 Data Nilai Hasil Post Tes 1 ( siklus I ) ... 90

Lampiran 8 Data Nilai Post Tes 2 ( siklus II ) ... 91

Lampiran 9 Data Perbandingan Nilai Pre Tes, Post Tes 1 dengan Nilai Post Tes 2 ( siklus II ) ... 92

Lampiran 10 Grafik Perolehan Nilai Pre Tes ... 93

Lampiran 11 Grafik Perolehan Nilai Post Tes 1 ... 94

Lampiran 12 Grafik Perolehan Nilai Post Tes 2 ... 95

Lampiran 13 Grafik Perbandingan Nilai Pre Tes, Nilai Post Tes 1 dengan Nilai Post Tes 2 ... 96

Lampiran 14 Foto- foto Kegiatan Pembelajaran ... 97

Lampiran 15 Silabus Bahasa Indonesia ……….. 100

Lampiran 16 Permohonan Ijin Research ... 102

Lampiran 17 Permohonan Ijin Skripsi ... 103

Lampiran 18 SK Penyusunan Skripsi ...104

Lampiran 19 Surat Keterangan melaksanakan Research ...105

(15)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu mengkomunikasikan

diri dengan lingkungannya. Dalam hal ini kemampuan berbicara merupakan

komponen utama yang mendominasi bentuk sosialisasi tersebut, sulit

mengembangkan kemampuan berbicara sehingga menjadi kendala dalam

berkomunikasi lisan. Padahal anak tunarungu sebagai kelompok kecil dalam

masyarakat dengan segala keterbatasannya dituntut untuk

mengkomunikasikan diri dengan lingkungan masyarakat.

Anak tunarungu seperti anak normal lainnya mempunyai kesempatan

yang sama dalam memperoleh pendidikan . Hak memperoleh pendidikan ini

berlaku bagi setiap warga negara termasuk anak tunarungu sebagaimana

tercantu dalam pasal 31 ayat 1 UUD 1945 Yang berbunyi : “ Tiap- tiap

warga negara berhak mendapatkan pengajaran “. Hak untuk memperoleh

pendidikan tertuang pula dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab IV pasal 5 ayat 2 yang berbunyi :” Warga negara

yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial

berhak memperoleh pendidikan khusus “. lebih lanjut lagi disebutkan dalam

pasal 3 ayat 4 bahwa “ warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan

bakat istimewa berhak mendapatkan pendidikan khusus “.

Perkembangan bahasa anak tunarungu dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain : faktor dari guru dan orang tua yang berkomunikasi

dengan anak tunarungu menggunakan bahasa isyarat, serta antar sesama anak

tunarungu yang berkomunikasi tanpa menggunakan bahasa lisan. Hal inilah

yang menyebabkan anak tunarungu kurang termotivasi untuk meningkatkan

kemampuan berkomunikasi secara lisan padahal anak tunarungu yang alat

bicaranya masih bagus dan ketunarunguannya tergolong ringan dapat

diupayakan untuk dapat berkomunikasi secara lisan; sedangkan anak

(16)

commit to user

2

isyarat yang sudah dibakukan seperti yang tetulis dalam Kamus Isyarat

Bahasa Indonesia.. Namun demikian guru tetap mengkondisikan anak agar

selalu berkomunikasi secara lisan. Anak tuna rungu yang ada di SLB

Manunggal Slawi khususnya siswa kelas III yang menjadi obyek penelitian

ini lebih banyak menggunakan bahasa isyarat daripada menggunakan oral

dalam berkomunikasi dengan sesama tunarungu maupun dengan guru . Hal

inilah yang menyebabkan anak tunarungu menjadi malas berbicara dan

mengungkapkan pikirannya secara lisan .

Dalam melihat kondisi tersebut diatas , penulis ingin mengadakan

penelitian kemampuan komunikasi secara lisan anak tunarungu untuk

mempersiapkan dan membekali anak agar bisa berkembang secara optimal

dengan sisa pendengaran yang dimiliki agar mampu beradaptasi dengan

lingkungannya terutama dalam berkomunikasi.secara lisan.

B. Perumusan Masalah

Apakah dengan penggunaan media VCD Player dapat meningkatkan

komunikasi lisan siswa kelas III di SLB B Manunggal Slawi kabupaten

Tegal secara baik?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan

komunikasi lisan siswa kelas III di SLB B Manunggal Slawi Kabupaten

Tegal setelah melalui pembelajaran dengan menggunakan media VCD Payer.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

a. dapat menambah pengetahuan bagi anak tunarungu

b. dapat menambah perbendaharaan kata

(17)

commit to user

2. Bagi Guru

a. dapat meningkatkan kemampuan guru dalam berkreasi.

b. dapat memudahkan guru dalam memberikan materi pada proses

belajar mengajar bagi anak tunarungu.

c. dapat menemukan solusi untuk anak tunarungu sesuai dengan

(18)

commit to user

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Anak Tunarungu

a. Pengertian anak tunarungu

Anak tunarungu akan mengalami hambatan dalam

perkembangan bahasa . Kehilangan kemampuan mendengar

mengakibatkan ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya

dalam kehidupan secara komplek dan baik . Banyak pengertian yang

disampaikan oleh para ahli mengenai anak tunarungu anatara lain :

“Tunarungu adalah istilah yang menggambarkan keadaan kemampua

dengar yang kurang atau tidak berfungsi secara optimal sehingga

tidak mungkin diandalkan untuk belajar bahasa dan wicara tanpa

dibantu dengan metode dan peralatan khusus”. Dudung Abdurahman

( 1986 : 3 ).

Tunarungu sendiri menunjukkan pada keadaan atau kondisi

tidak berfungsinya organ pendengaran secara normal, sehingga secara

pedagogis diperlukan adanya pelayanan pendidikan dan bimbingan

secara khusus. Ketunarunguan merupakan hambatan pendengaran

dimana alat pendengarannya mengalami gangguan, dan gangguan ini

bisa mengenai pada organ pendengaran baik secara sebagian ataupun

secara menyeluruh.

Selain itu menurut Mufti Salim ( 1984 : 8 ) Anak tunarungu

ialah : “ anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan

kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau ketidak

fungsian sebagian atau seluruh alat pendengaran sehinggan dia

mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa “. Istilah

(19)

commit to user

dalam rentangan dan taraf ringan sampai gangguan berat dan dari

masing- masing derajat gangguan pendengaran anak tunarungu

memiliki konskwensi tersendiri dalam masalah bahasa dan

ucapannya.

Sedangkan menurut Andreas Dwijo Sumarto ( 1988 ) “ anak

tunarungu diartikan sebagai anak yang kehilangan pendengaran yang

mengakibatkan tidak dapat menangkap berbagai perangsang yang

baik melalui pendengaran “. Ketunarunguan anak bisa disebabkan

sejak masih dalam kandungan maupun setelah anak lahir, sehingga

untuk melatih pendengarannya perlu diberikan rangsangan berupa

latihan BKPBI (Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama ).

Berdasarkan batasan diatas tentang pengertian tunarungu ,

maka dapat disimpulkan bahwa : tunarungu adalah seseorang yang

mengalami kehilangan atau kekurangan kemampuan mendengar

baik sebagian ataupun seluruhnya dalam kehidupan secara kompleks

dan baik dalam perkembangan bahasa, oleh karenanya secara

pedagogis membutuhkan bimbingan , latihan rangsangan

pendengaran dan pendidikan khusus dengan dibantu metode

pengajaran yang khusus pula.

b. Sebab- sebab anak tunarungu

Brown seperti dikutip oleh Heward & Orlansky dalam Prof.

Dr Bambang suhendro ( 1994 : 71 ) memberi contoh penyebab

kerusakan pendengaran yaitu :

1. materna rubella ( campak ) pada saat ibu mengandung muda

terkena penyakit campak sehingga dapat menyebabkan rusaknya

pendengaran anak

2. faktor keturunan dari adanya beberapa anggota keluarga yang

mengalami kerusakan pendengaran

3. ada komplikasi pada saat dalam kandungan kelahiran prematur ,

(20)

commit to user

6

4. meningitis ( radang otak ) sehingga ada semacam bakteri yang

dapat merusak sensitivitas alat dengar di bagian dalam telinga.

5. kecelakaan / trauma atau penyakit.

Sebab-sebab ketunarunguan menurut waktu kejadian atau faktor-faktornya

dijelaskan oleh Slamet Riyadi, dkk ( 1984 : 28- 31 ) yaitu :

1. Sebelum lahir ( prenatal )

a. karena keturunan

Semenjak anak dilahirkan sudah menderita kelainan pendengaran .

Ternyata setelah diselidiki keluarga dari nenek moyangnya ada yang

menderita kelainan pendengaran.

b. karena penyakit

Ibu yang sedang mengandung menderita penyakit cacar air, campak,

penyakit kotor dll.

c. karena keracunan atau infeksi

Ibu yang sedang mengandung menderita keracunan darah yang

berakibat plasenta rusak, pengaruhnya dapat mengganggu

perkembangan pendengaran, anak yang lahir dapat menjadi tuli atau

kurang pendengaran.

d. karena sebab lain

kegagalan dalam menggugurkan kandungan dengan meminum pil

atau obat-obat terlalu banyak. Bila anak lahir dapat menderita

kelainan pendengaran.

2. Pada saat dilahirkan ( natal )

a. karena pinggul ibu sempit

Seorang ibu yang pinggulnya terlalu sempit, sehingga bayi yang

dilahirkan mengalami kesulitan dan mengakibatkan kerusakan bagian

(21)

commit to user

b. dengan pertolongan tang ( tangverlossing )

Bayi dilahirkan dengan bantuan alat ( tang ) akan berakibat kerusakan

pada susunan syaraf pendengaran, sehingga anak menjadi tuli.

c. karena lahir prematur

Anak lahir sebelum waktunya, sehingga belum mempunyai daya

tahan yang kuat dan mudah terserang penyakit atau anak akan

menderita kekurangan darah .

d. karena proses lahir terlalu lama

Pada waktu melahirkan prosesnya terlalu lama maka akan

mengakibatkan anak bayi kekurangan oksigen sehingga merusak

jaringan otak.

3. Pada saat sesudah lahir ( post natal )

a. karena infeksi

Infeksi atau luka-luka pada alat pendengaran misalnya mengalami

kecelakaan, liang telinga tersumbat serumen yang mengeras.

b. karena penyakit

Penyakit panas yang sangat tinggi dapat mempengaruhi fungsi

pendengaran, misalnya malaria tropika, typhus, radang paru-paru,

influensa.

c. karena Otitis Media ( kopokan )

Penyakit Otitis Media disebabkan karena peradangan di liang

gendang yang biasa ditimbulkan oleh adanya selaput lendir di tekak

dan tenggorokan . Otitis Media sangat berbahaya karena merusak

kerja selaput lendir untuk selamanya sehingga orang menjadi tuli.

d. karena trauma

1. Bantuan benda-benda keras pada kepala yang mengakibatkan

dasar tengkorak retak atau gegar cocklea.

2. Trauma alustis , misalnya :

a. gendang pendengaran yang pecah akibat bunyi ledakan yang

(22)

commit to user

8

b. kepekaan telinga akibat bekerja di pabrik yang menggunakan

mesin-mesin yang bersuara keras dan bising.

3. Telinga tertusuk atau kemasukan benda tajam yang

mengakibatkan kerusakan pada gendang pendengaran maupun

tulang-tulang pendengaran.

Menurut Rochmat Wahab ( 1993 : 8 ) ,menerangkan bahwa sebab-

sebab ketunarunguan antara lain:

1). Sebab ketunarunguan yang terjadi sebelum kelahiran .

Sewaktu ibu mengandung mengalami keracunan sehingga

perkembangan pendengaran anak mengalami kecacatan .

2). Sebab trauma dan kondisi sewaktu lahir/ natal.

Bisa terjadi karena pengalaman trauma pada saat melahirkan ,

seperti penekanan forcep, perdarahan terlalu banyak sehingga

mengakibatkan cidera pada sistem syaraf pendengaran dan

kecacatan lainnya.

3). Sebab – sebab ketunarunguan setelah lahir .

Ini dapat terjadi karena terkena penyakit atau kecelakaan yang

sering banyak menyebabkan kecacatan pendengaran.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang penyebab

ketunarunguan, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab

tunarungu yaitu 1). Saat ibu mengandung antara lain karena

keturunan, karena penyakit atau penyebab lain. 2). Saat bayi

dilahirkan antara lain karena pinggul ibu sempit, karena terkena

benda ( tang ), lahir prematur dan proses kelahiran yang lama .3).

Saat sesudah lahir antara lain karena kecelakaan, penyakit, infeksi

dan terkena benda tajam.

c. Karakteristik anak tunarungu

Sutjihati Soemantri ( 1996 : 76- 80 ) mengemukakan bahwa

(23)

commit to user

1. Perkembangan bicara dan bahasa

Perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa dalam

berkomunikasi pada anak tunarungu terutama yang tergolong tuli

tentu tidak mungkin untuk sampai pada penguasaan bahasa

sepenuhnya melalui indera pendengarannya melainkan harus

melalui penglihatannya dan memanfaatkan sisa pendengaran yang

masih ada. Oleh sebab itu komunikasi bagi anak tunarungu

menggunakan segala aspek yang ada pada anak tunarungu

tersebut

a. Perkembangan Kognitif

Pada umumnya inteligensi anak tunarungu secara potensial

sama dengan anak normal, tetapi secara fungsional

perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas

komunikasi lingkungan sosialnya. Hal inilah yang sangat

menentukan kemampuan berbahasa , perolehan informasi dan

daya abstraksi anak yang menghambat proses pencapaian

pengetahuan yang lebih luas. Dengan demikian perkembangan

inteligensi secara fungsional terhambat.

b. Perkembangan Emosi

Pada umumnya emosi anak tunarungu selalu bergolak

kemiskinannya dalam memperoleh informasi akibat dari

rendahnya akses informasi dan perilaku lingkungan sekitarnya

yang tidak mendukung. Misalnya mereka akan tampak

bingung, resah, gelisah bila ditegur orang yang belum

dikenalnya.

c. Perkembangan Sosial

Karena ketidak mampuan masyarakat sekitarnya untuk

berinteraksi dengan anak tunarungu dan bahkan pada

umumnya masyarakat menganggap anak tunarungu sebagai

individu yang memiliki kekurangan dan menilainya sebagai

(24)

commit to user

10

benar- benar besar pengaruhnya terhadap besarnya hambatan

perkembangan fungsi sosialnya.

d. Perkembangan Kepribadian

Pertemuan antara faktor dalam anak tunarungu yaitu

ketidakmampuan menerima rangsang pendengaran dengan

faktor luar yaitu sikap negatif dari masyarakat sekitarnya,

mengakibatkan mereka berada dalam kemiskinan berbahasa,

ketidak tetapan emosi dan keterbatasaninteligensi, maka

akibatnya hal ini sangat menghambat perkembangan

kepribadianya.

Menurut Emon Sastra Winata ( 1997 : 19 ) menyebutkan

bahwa dalam segi bahasa anak tunarungu memiliki ciri khas sebagai

berikut : a). Miskin bahasa b). Sulit mengartikan bahasa kiasan dan

ungkapan. c). Sulit mengartikan kata- kata abstrak dan d).Kurang

menguasai irama dan gaya bahasa.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak

tunarungu antara lain bahwa anak tunarungu pada umumnya

memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa banyak masalah,

mereka mereka lebih miskin dalam fantasi .

d. Klasifikasi anak tunarungu

Pada umumnya anak tunarungu diklasifikasikan menjadi dua

golongan yaitu mereka yang disebut tuli dan mereka yang kurang

dengar. Anak tuli adalah anak yang mengalami kehilangan

kemampuan mendengar sehingga mengalami hambatan pada proses

penerimaan informsi bahasa melalui pendengaran, baik memakai atau

tidak memakai alat bantu dengar. Sedang anak yang kurang dengar

ada;lah anak yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan

(25)

commit to user

pemakaian alat bantu mendengar memungkinkan keberhasilan serta

membantu proses penerimaan informasi bahasa melalui pendengaran.

Samuel A. Kirk dalam Setia Adi Purwanta dkk ( 1995 : 10)

mengklasifikasikan anak tunarungu menurut kemampuan

pendengarannya sebagai berikut :

No Tingkat

Pendengaran Kemampuan yang dimiliki

1 27- 40 db Mempunyai kesulitan mendengar bunyi yang jauh,

membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya

dan memerlukan terapi bicara ( tergolong tunarungu

ringan )

2. 41- 55 db Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti

diskusi kelas, butuh alat bantu dengar, dan terapi

bicara ( tergolong tunarungu sedang )

3. 56- 70 db Hanya bisa mendengar suara dari jarak dekat, masih

mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan

bicara, dan menggunakan alat bantu mendengar

dengan cara khusus (tergolong tunarungu agak berat)

4 71- 90 db Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat,

kadang-kadang dianggap tuli, membutuhkan

pendidikan luar biasa yang intensif, butuh alat bantu

dengar dan latihan bicara yang khusus ( tergolong

tunarungu berat )

5. 91 db ke atas Mungkin sadar adanya bunyi atau suara dan getaran,

banyak tergantung pada penglihatan daripada

pendengaran untuk proses menerima informasi yang

bersangkutan dianggap tuli ( tergolong tunarungu berat

(26)

commit to user

12

Menurut Mufti Salim( 1984 : 12-14 ), mengklasifikasikan

anak tunarungu disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan pendidikan,

yaitu :

1). Mereka yang kehilangan pendengaran antara 40 – 60 db.

Gejala umum ialah kurang mampu menangkap percakapan

sehingga timbul salah paham. Ucapannya sering tidakdimengerti

dan susunan bahasanya terbatas.

2). Mereka yang kehilangan pendengaran 61 – 75 db.

Gejala umum ialah : hanya mendengar suara dalam jarak dekat .

Spontanitas bahasa tidak dapat berkembang dan dapat

membedakan vokal, tetapi konsonan tidak dapat dibedakan.

3). Mereka yang kehilangan pendengaran 75 db ( tuli ) sampai dengan

tanta reaksi terhadap bunyi ( tuli total ).

Menurut Emon Sastra Winata( 1997 : 12 )mengklasifikasikan

ketunarunguan menjadi empat kategori yaitu :

1). Ketunarunguan pada taraf 15 – 25 db, yaitu ketunarunguan taraf

ringan . Anak tunarungu ini masih dapat belajar bersama- sama

dengan anak normal dengan memakai alat bantu mendengar.

2). Ketunarunguan taraf 26 – 50 db, yaitu ketunarunguan taraf sedang

Anak tunarungu ini memerlukan program pendidikan khusus ,

dengan latihan bicara, membaca ujaran dan latihan mendengar

dengan bantuan alat bantu dengar.

3). Ketunarunguan taraf 51 – 75 db, yaitu ketunarunguan pada taraf

berat . Anak tunarungu ini dalam pelajarannya harus diutamakan

dalam pelajaran bahasa .

4). Ketunarunguan taraf 75 db keatas , yaitu ketunarunguan pada taraf

sangat berat .

Menurut Chomariatin yang dikutip Sundari ( 1965 : 33- 34 )

mengklasifikasikan tunarungu ke dalam lima golongan yaitu :

1). Tunarungu minimal ( 20 – 30 db ) , mereka dapat belajar bicara

(27)

commit to user

2). Tunarungu ringan ( 31 – 40 db ) , mereka mengalami

kesulitandalam menangkap , mengikuti percakapan kelompok

melalui indera pendengaran .

3). Tunarungu sedang ( 41 – 60 db)., mereka mempunyai cukup

pendengaran untuk belajar bicara dan bahasa apabila bunyi bicara

diperkeras dan dibantu dengan indera penglihatan.

4). Tunarungu berat ( 61 – 75 db ), mereka mempunyai sedikit sisa

pendengaran yang dapat dimanfaatkan dalam pendengaran,

bahasa dan bicara tidak dapat berkembang secara spontan

meskipun dibantu alat pendengaran .

5). Tunarungu terberat atau tuli sama sekali ( 75 db lebih ), mereka

tidak dapat bicara dan bahasa melalui indera pendengaran

walaupun dibantu alat dengar .

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa ketunarunguan dapat diklasifikasikan menjadi

lima golongan, yaitu tunarungu ringan, tunarungu sedang,

tunarungu berat dan tunarungu sangat berat. Mereka perlu

bantuan alat dengar agar dapat menerima pesan melalui bunyi

atau suara

2. Komunikasi lisan

a. Pengertian komunikasi lisan

Hambatan ketunaan yang disandang anak-anak tunarungu

adalah bahasa / komunikasi yang sangat terbatas ( miskin bahasa ).

Oleh karena itu anak yang memiliki problema bahasa umumnya tidak

dapat mengirim dan menerima pesan-pesan dari seseorang. Anak-

anak demikian memiliki pengetahuan tentang diri dan lingkungannya,

tetapi tidak dapat membicarakannya dan memahami makna

pembicaraan orang lain dengan baik. Oleh karena itu proses

pembelajaran bahasa bagi anak tunarungu sangat diperlukan agar

(28)

commit to user

14

Menurut S. Bernard Rosenblatt dalam bukunya Comunication

in Business, 1983 ( Kemahiran Komunikasi Guru. http//webcache.

googleusercontent.com ). “ Komunikasi sebagai pertukaran ide,

pendapat, maklumat perhubungan dan sebagainya yang mempunyai

tujuan dan dipersembahkan secara pribadi atau tidak pribadi melalui

simbol atau isyarat yang bertujuan untuk mencapai maklumat

organisasi“. Komunikasi ini sendiri merupakan proses pertukaran

ide untuk persamaan satu bentuk komunikasi lisan alat utama

komunikasi lisan adalah bahasa, oleh karena itu anak tunarungu harus

diajarkan bahasa sebaik- baiknya agar bisa menyampaikan gagasan,

pikiran atau perasaannya .

Santosa berpendapat ( 1983 / 1984: 40 ) bahwa “ Kemampuan

komunikasi pada anak tunarungu dapat dilihat dari kemampuan

berpikirnya, kemampuan mengartikan perasaan orang lain,

kemampuan ikut menghayati kenyataan yang sedang berjalan dan

kemampuan mengekspresikan pendapat dan perasaannya lewat

bahasa “. Kaidah- kaidah bahasa disusun menjadi suatu kalimat sesuai

dengan aturan bahasa yang benar dan dituturkan melalui alat bicara

sebagai pengantar bunyi, sehingga buah pikiran, perasaan dan pesan

yang ingin disampaikan dapat terungkap, kegiatan ini dinamakan

bahasa lisan atau berbicara . Peristiwa penyampaian ide, pikiran,

perasaan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan

sebagai maksud tersebut dipahami orang lain merupakan peristiwa

berbicara atau berkomunikasi lisan .

Menurut Saefudin Azwar ( 2002 : 22 ) bahwa “ Kemampuan

verbal / lisan merupakan salah satu kemampuan yang bisa

menggambarkan tingkat inteligensi seseorang. Kemampuan ini

meliputi pemahaman akan hubungan kata, kosa kata dan penguasaan

bahasa untuk komunikasi “.

Komunikasi itu sendiri menurut Tarmansyah ( 1996 : 89 )

(29)

commit to user

bicara, suara dan irama kelancaran “. Sedangkan Emery, Ault dan

Agee ( dalam Sulaiman Masri 1997: 1 ) mendifinisikan bahwa

“Komunikasi ialah seni memindahkan maklumat, idea, dan sikap

daripada seseorang kepada seseorang “.

Dalam konteks pendidikan, komunikasi diartikan sebagai

sesuatu proses penyampaian, atau pertukaran maklumat diantara

individu atau diantara individu dengan dengan sekumpulan orang.

Berlaku interaksi sosial diantara orang melalui aktifitas pemindahan

maklumat secara lisan. Biasanya berlaku diantara guru dengan murid

semasa aktivitas atau diantara murid dengan murid semasa aktivitas.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa :

kemampuan komunikasi lisan merupakan penyampaian yang

melibatkan aspek berbahasa, bicara, suara dan irama dengan

kemampuan mengandalkan berpikir, mengartikan perasaan orang lain,

menghayati kenyataan dan kemampuan berekspresi sehingga dapat

menyampaikan perasaan, kehendak, pikiran dan pesan dengan

rangkaian kaidah bahasa melalui kalimat yang sesuai dengan aturan

yang dituturkan lewat alat bicara.

b. Macam-macam komunikasi lisan

Menurut Alo Liliweri. MS ( 1994 : 43- 44 ), ada enam jenis

komunikasi lisan atau verbal yaitu :

Pertama : emotive speech, merupakan gaya bicara yang lebih

mementingkan aspek psikologis. Ia lebih mengutamakan pilihan

‘kata’ yang didukung oleh pesan non verbal.

Kedua : phatic spech, adanya gaya komunikasi verbal ( lisan )

yang berusaha menciptakan hubungan sosial sebagaimana yang

dikatakan oleh Bronislaw Melinoswski yang dikutip Alo Liliweri

( 1994: 43 ) dengan phatic communication, phatic speech ini tidak

(30)

commit to user

16

kaitannya dengan konteks disaat ‘ kata’ diucapkan dalam suatu

tatanan sosial masyarakat .

Ketiga : cognitive speech, merupakan jenis komunikasi verbal

( lisan ) yang mengacu pada kerangka berpikir atau rujukan yang

secara tegas mengartikan suatu kata secara denotatif dan bersifat

informatif.

Keempat : rethorical speech, mengacu pada komunikasi verbal

( lisan ) yang menekankan sifat konotif. Gaya bicara ini mengarahkan

pilihan ucapan yang mendorong terbentuknya perilaku.

Kelima : metalingual speech, adalah komunikasi lisan secara

verbal, tema pembicaraannya tidak mengacu pada obyek dan

peristiwa dalam dunia nyata melainkan dalam pembicaraan itu

sendiri. Tipe pembicaraan ini sulit dilakukan oleh anak tunarungu

karena ia bersifat sangat abstrak dan berorientasi pada code / tanda-

tanda komunikasi .

Keenam : poetic speech, adalah komunikasi lisan secara verbal

berpusat pada struktur penggunaan kata yang tepat melalui

perpindahan pilihan kata, ketepatan ungkapan, biasanya

menggambarkan rasa seni dan pandangan serta gaya – gaya lain yang

khas .

Bentuk komunikasi lisan dalam penelitian ini tertuju pada

komunikasi lisan dalam percakapan, alasannya sebagaimana diketahui

bahwa anak tunarungu mempunyai keterbatasan dalam berbagai

aspek komunikasi, sehingga untuk anak tunarungu masih duduk di

bangku sekolah dasar lebih mengutamakan komunikasi lisan dalam

bentuk percakapan yang tentunya dari percakapan ini akan

berkembang dan mengarah ke bentuk komunikasi lisan yang lebih

luas.

Menurut Anne Ahira. ( tt: 1) yang berjudul Cara Melakukan

(31)

commit to user

Team ) bahwa Komunikasi lisan dibagi 3 tahap jika ditinjau dari

lawan bicara :

1. Komunikasi Personal ( one on one )

Komunikasi personal ini adalah komunikasi antar individu yang

biasanya terjadi dalam suasana informal atau pergaulan sehari-

hari, meskipun tidak menutup kemungkinan komunikasi

personalpun terjadi dalam suasana formal seperti dalam

lingkungan kerja atau sekolah.

2. Komunikasi berektorika dan berdiskusi

Komunikasi ini berupa mempresentasikan ide atau gagasan dalam

dunia kerja atau akademis di muka publik. Peristiwa ini pasti

berlangsung dalam keadaan formal sehingga harus memberikan

kesan yang baik kepada lawan bicara.

Menurut Sawardi dan Soeparno ( 1993 : 73 ) untuk dapat

mencapai komunikasi lisan yang baik dalam berkomunikasi lisan

secara formal, bahasa Indonesia yang dipergunakan adalah bahasa

baku. Persyaratan yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi

lisan adalah :

1). Faktor kebahasaan dalam komunikasi lisan.

a). Pelafalan atau pengucapan yang baik dan jelas dengan

lafal baku, sehingga perlu mengoreksi kesalahan-

kesalahan pengucapan fonem, pengucapan vokal atau

konsonannya.

b). Diksi atau pilihan kata

Pilihan kata ini mencakup pengertian kata- kata nama

yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan dan

bagaimana mengungkapkan ungkapan yang tepat.

c). Struktur kalimat

Kalimat yang digunakan dalam komunikasi lisan secara

(32)

commit to user

18

d). Intonasi

Suatu kalimat akan jelas maksudnya apabila diucapkan

dengan lagu kalimat yang tepat. Intonasi ini penting

artinya bagi anak tunarungu sendiri untuk lebih

memperjelas apa yang diucapkanya.

2). Faktor non kebahasaan dalam komunikasi lisan .

Faktor non kebahasaan perlu mendapatkan perhatian juga

untuk mencapai keefektifan berbicara. Faktor non

kebahasaan dalam komunikasi lisan meliputi : (a). Sikap

wajar, tenang dan tidak kaku (b). Pandangan

terarah kepada lawan bicara atau bagi anak tunarungu adalah

keterarahan wajah. (c). Gerak gerik atau mimik yang tepat

(d). Volume suara (e). Kelancaran atau ketepatan.

c. Bahasa sebagai alat komunikasi

Bahasa menurut Gorys Kerap ( 1997 : 1 ) adalah “ alat

komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia”.

Sebagai alat komunikasi bahasa merupakan saluran perumusan

maksud kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan

sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas

kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita.

( Gorys Keraf, 1997: 4).

Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai fungsi utama

bahasa adalah bahwa komunikasi ialah penyampaian pesan atau

makna oleh seseorang kepada orang lain. Keterikatan bahasa dengan

manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring

perubahan kegiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat.

Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan

dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan

(33)

commit to user

Dalam komunikasi sehari – hari, salah satu alat yang paling

sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa

tulis.

Bahasa sebagai alat komunikasi sesuai dengan tujuan

pembelajaran bahasa bagi anak tunarungu menurut Maria C susilo

Yuwati ( 1998 : 15 ) diberikan dengan tujuan :

1. Agar anak dapat mengucapkan atau mewujudkan pikiran dalam

bentuk bahasa mempergunakan bahasa secara aktif sebagai alat

komunikasi untuk melahirkan pikiran dan perasaan berarti

mempergunakan apa yang telah ada di dalam perbendaharaan

bahasanya .

Tugas guru di sekolah untuk mengembangkan bahasa pada anak

tunarungu dengan menggunakan cara : a). Memelihara dan

menumbuhkan keberanian dan kesanggupan anak untuk

berbahasa. b). Mengajarkan ucapan yang betul dan jelas.

c). Menambah kekayaan bahasa d). Memilih kata-kata yang

tepat . e). Memakai kalimat yang benar .

2. Agar anak tunarungu dapat menerima dan menangkap pikiran

orang lain dalam bentuk bahasa anak tunarungu menerima,

menangkap pikiran orang lain dengan cara melihat ucapan lawan

bicara, tulisan atau membaca. Membaca bagi anak tunarungu

merupakan salah satu usaha yang efektif untuk mengembangkan

bahasa tulis. Anak tunarungu dapat menambah khasanah bahasa

yang jelas dengan jalan membaca, yang merupakan faktor penting

bagi pengembangan penguasaan bahasa aktif, baik yang tertulis

maupun yang lisan atau ucapan / komunikasi .

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

bahasa merupakan alat komunikasi yang diungkapkan secara lisan

(34)

commit to user

20

komunikasi lisan bagi anak tunarungu dimaksudkan untuk

memberikan sarana dalam mengungkapkan diri. Melalui kata-kata

dan kalimat-kalimat yang terungkap dalam rangkaian percakapan,

anak tunarungu dapat memberitahukan pikiran dan perasaan serta

kehendaknya demikian juga sebaliknya karakteristik dari bicara

sebagai alat komunikasi menjadi indikator yang akan

dikembangkan dalam penelitian ini .

d. Langkah-langkah belajar komunikasi lisan

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,

berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman . ( KBBI. 2007: 17 ).

Menurut Sutomo, 1983:68 ( dalam Wijisari Putri’s Blog 2010)

pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang

disengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk

melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.

Dalam pembelajaran komunikasi kepada anak tunarungu harus

diajarkan beberapa kata agar anak tunarungu mudah untuk

mengucapkan dan memahami arti kata yang diucapkan. Untuk

memudahkan ucapan / menirukan kata maka perlu dibantu dengan

media pembelajaran / alat peraga misalnya : kartu gambar, kartu kata,

VCD player bahkan kalau ada dengan alat bantu mendengat

(Hearing Aid ).

Pada dasarnya komunikasi adalah upaya untuk meraih

perhatian, minat, kepedulian, simpati,tanggapan maupun respon dari

orang lain. Dalam membangun komunikasi yang efektif, perlu

memperhatikan lima hal diantaranya:

1). Respect. Dalam mengembangkan komunikasi, sikap menghargai

setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang disampaikan.

2). Empathy. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri

(35)

commit to user

proses belajar mengajar, perlu saling memahami dan mengerti

keberadaan , perilaku dan keinginan dari komunikan. Rasa empati

akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan respek akan

membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam

membangun sebuah suasana kondusif dalam proses belajar

mengajar.

3). Audible. Yaitu dapat didengarkan dan dimengerti dengan baik.

Pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.Agar

pesan bisa diterima dengan baik, maka perlu media atau alat bantu

audio visual seperti VCD Player.

4). Clarity. Yaitu kejelasan dari pesan yang disampaikan sehingga

tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda. Dalam pembelajaran

perlu penyampaikan yang sistematis dan teratur disertai peraga/

media

5). Humble. Yaitu sikap rendah hati. Untuk membangun rasa

menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati

yang dimiliki.

Dengan pengalaman maka peneliti menyampaikan

langkah-langkah dalam pembelajaran komunikasi antara lain :

1. Mengenalkan dan menjelaskan kata- kata benda kepada anak

[image:35.612.176.511.182.465.2]

tunarungu dengan mengenalkan kata benda disertai dengan

gambar dan ucapan, anak tunarungu menirukan kata tersebut dan

diulang- ulang sampai anak benar- benar mengerti dan memahami

benda tersebut .

2. Mengenalkan dan menjelaskan kata-kata kerja. Dalam

mengenalkan kata kerja kepada anak tunarungu harus dengan

diperagakan, tidak hanya diucapkan saja ; sebenarnya kata kerja

anak tunarungu sering dilakukan karena miskinnya bahasa maka

anak tidak tahu apa nama yang mereka lakukan. Setelah

dijelaskan guru maka anak tunarungu akan cepat dan mudah

(36)

commit to user

22

3. Setelah anak tunarungu mengerti dan memahami beberapa kata

yang sudah diajarkan dan dilaksanakan setiap hari kemudian anak

tunarungu dilatih untuk merangkaikan kata menjadi suatu kalimat

yang sederhana dengan cara menggabungkan kata dari nama

(subyek ) kata kerja ( predikat ) dan kata benda ( obyek ) sambil

diucapkan kata- katanya dengan lisan. Setelah anak tunarungu

mencoba membuat kalimat sambil diarahkan pasti bisa dan akan

terjadi komunikasi yang berulang-ulang dan anak tunarungu akan

bisa berkomunikasi lisan ( percakapan ) dengan teman, guru,

anggota keluarga .

4. Selain merangkai kata menjadi suatu kalimat, anak tunarungu juga

dilatih komunikasi lisan dengan tanya jawab langsung

(komunikasi personal ) misalnya menanyakan tentang data diri

anak tunarungu .

Komunikasi dengan anak tunarungu mengenai data diri akan

terjadi jawaban yang berbeda maka akan mudah dimengerti /

mengetahui kemampuan komunikasi lisannya masing- masing

anak. Bagi anak yang sudah lancar berkomunikasi bisa

ditingkatkan ke materi yang lebih tinggi misalnya : cerita tentang

keadaan di rumahnya . Bagi anak tunarungu yang belum lancar

berkomunikasi, maka perlu dilatih berulang- ulang sampai

artikulasi ( ucapannya ) benar.

B. Kerangka Berpikir

Pada prinsipnya masalah yang paling utama ketunarunguan adalah

kemampuan penguasaan bahasa atau komunikasi secara lisan sangat penting

bagi anak Tunarungu dalam kehidupan bermasyarakat, dikarenakan anak

tunarungu dengan keterbatasan bahasanya dituntut untuk hidup dan

berkehidupan serta dapat mengkomunikasikan diri dengan lingkungan

(37)

commit to user

Kemampuan berkomunikasi secara lisan anak tunarungu masih belum

optimal padahal sebagai makhluk sosial diperlukan komunikasi lisan dalam

proses interaksi dengan masyarakat karena pada umumnya masyarakat yang

berbicara dan berbahasa.

Di dalam penelitian ini penulis mengemukakan kerangka pikiran ini

tentang pembelajaran komunikasi secara lisan dengan penggunaan media

VCD player, yang penulis anggap penggunaan VCD player sangat

membantu dalam berlatih berkomunikasi, karena anak Tunarungu dapat

[image:37.612.156.504.188.580.2]

melihat dan menirukan gerak bibir atau membaca mimik lawan bicara /

gambar yang dilihat dalam VCD player. Karena anak tunarungu kalau

berkomunikasi harus secara berhadapan dengan lawan bicara, maka

penglihatan bagi anak tunarungu sangat penting sekali .

Dalam bentuk bagan dapat dikemukakan seperti :

C. Hipoteses Tindakan

Hipoteses adalah jawaban sementara atas perumusan masalah.

Penulis merumuskan dalam bentuk hipoteses kerja yaitu “ Ada peningkatan

berkomunikasi lisan setelah belajar dengan menggunakan VCD player “.

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Anak belum bisa berkomunikasi dengan lancar

ƒ Dilatih artikulasi ƒ Dilatih membaca bibir

ƒ Dilatih komunikasi menggunakan

media VCD player

(38)

commit to user

24 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan

dalam kurun waktu selama empat bulan dan bertepatan dengan semester

kedua tahun pelajaran 2010 – 2011

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas III tingkat dasar SLB B

Manunggal Slawi, dengan jumah siswa sebanyak enam orang yang terdiri

dari empat orang laki- laki dan dua orang perempuan. Dipilihnya kelas ini

karena anak kelas III sudah mulai mengenal beberapa kata dan anak mulai

berlatih berkomunikasi dengan lisannya, walaupun harus dengan latihan terus

menerus agar anak dapat mengucapkan dalam susunan kalimat subyek,

predikat dan obyeknya tidak terbalik. Karena untuk berkomunikasi anak

tunarungu biasanya masih banyak yang susunan kalimatnya tidak teratur,

maka penulis lebih berkesan pada kelas ini agar dengan diadakan penelitian

yang menggunakan VCD player perhatian dan daya ingat anak tunarungu

lebih matang .

Jadi harapan peneliti agar anak tunarungu dapat cepat lancar dalam

menggunakan komunikasi lisannya daripada menggunakan isyarat.

C. Data dan sumber data

1. Jenis Data

(39)

commit to user

a. Kemampuan siswa dalam perbendaharaan kata masih sangat

rendah.

b. Motivasi siswa dalam berkomunikasi menggunakan lisan kurang.

c. Kemampuan guru dalam melatih berkomunikasi lisan masih kurang.

2. Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan berbagai sumber antara lain :

a. Nara sumber / informasi yang diperoleh dari siswa, guru dan orang

tua siswa.

b. SLB B manunggal Slawi yang terdiri dari bagian B, C dan C1 .

c. Berbagai dokumen, arsip lain berupa kurikulum, RPP, hasil kerja

siswa dan administrasi kelas lainnya .

D. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data diperoleh melalui Pengamatan / Observasi,

Kajian dokumen dan tes hasil belajar .

1. Pengamatan / Observasi

a.Pengertian Observasi. .

Menurut Suharsimi Arikunto ( 1995 : 189 ) “ Observasi adalah

suatu istilah umum yang mempunyai arti semua bentuk penerimaan data

yang dilakukan dengan cara menekankan kejadian, menghitungnya,

mengukurnya dan mencatatnya. Mengumpulkan data yang dilakukan

secara sitematis dengan prosedur terstandar.”

Lebih lanjut Irawan S,(1995 : 65) mengartikan Observasi atau

pengamatan adalah pengamatan dengan indera penglihatan yang berarti

tidak mengajukan pertanyaan- pertanyaan. Pengumpulan data yang

diamati meliputi kegiatan pembelajaran serta aktifitas siswa selama

mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia .

b. Macam – macam Observasi

(40)

commit to user

26

partisipasi, observasi eksperimen dan observasi sistematis.

1). Observasi Partisipasi

Observasi ini digunakan karena peneliti bisa ikut ambil bagian

dalam kegiatan yang dilakukan selama observasi. Yang diamati

kegiatan belajar siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa, terutama

komunikasi / ucapan, membaca kata atau kalimat .

2). Observasi Eksperimen

Penulis akan mengamati siswa untuk mengetahui

perubahan-perubahan yang terjadi selama siswa menerima pelajaran bahasa

tentang komunikasi lisan dengan menggunakan media VCD player.

pada pelaksanaannya penulis menggunakan tiga jenis tehnik

observasi. Bentuk pedoman observasi yang digunakan berupa daftar

cek ( cheklist ).

3). Observasi Sistematis

Peneliti menyusun rencana yang berupa waktu, tujuan dan alat

yang akan digunakan. Pada observasi ini peneliti mengamati dan

memperoleh data sikap siswa dalam pelajaran bahasa tentang

komunikasi lisannya selama pembelajaran belum diberikan, selama

proses pembelajaran dan akhir pembelajaran.

c. Observasi yang digunakan.

Dalam penelitian ini observasi yng digunakan adalah observasi

[image:40.612.177.510.181.469.2]

partisipasi. Adapun instrumen yang digunakan adalah :

Tabel 1 Instrumen Observasi Siswa

n o

nama inisia l

Aspek yang diobservasi Penilaian

(41)

commit to user

2. Kajian Dokumen

Kajian dilakukan tentang dokumen dan arsip yang ada, seperti

kurikulum, RPP, buku pelajaran hasil kerja dan nilai hasil belajar .

3. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar yang digunakan adalah tes lisan berupa perintah

kepada siswa untuk mengetahui perubahan ucapan siswa sekaligus

kesulitan apa yang dihadapi selama pembelajaran

a. Pengertian Tes

Menurut Endang Poerwanti dalam buku Asesmen Pembelajaran SD,

tes secara sederhana dapat diartikan sebagai :

“ himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pertanyaan-pertanyaan

harus dipilih/ditanggapi, atau tugas- tugas yang harus dilakukan oleh

peserta dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari

peserta tes “ ( Endang Poerwanti, 2008 : 3 ).

b. Macam- macam tes

Untuk memperoleh data proses dan hasil belajar dapat menggunakan

berbagai tehnik penilaian sesuai dengan kompetensi yang dinilai.

Berdasarkan tujuan penyelenggaraan yaitu untuk mengetahui hasil

belajar maka dalam penelitian ini menggunakan tes hasil belajar.

Hasil belajar yang diungkap lewat tes hasil belajar mengacu pada

hasil pengajaran secara keseluruhan pada waktu penyelenggaraan

atau pada kurun waktu tertentu.

Sedangkan cara mengerjakan tes adalah dengan tes tertulis dan tes

lisan .

1). Tes Tertulis

Tes tertulis merupakan tes yang bisa berupa tes dengan jawaban

pilihan atau isian, baik pilihan ganda, benar salah ataupun

menjodohkan serta tes yang jawabannya berupa isian ataupun

(42)

commit to user

28

2). Tes Lisan

Tes dapat pula berupa tes lisan, yaitu tes yang dilaksanakan

melalui komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik

dengan satu atau beberapa penguji. Pertanyaan atau jawaban

disampaikan secara langsung atau spontan. (Endang Poerwanti,

2008 : 26- 27 ).

Tes hasil belajar yang digunakan penulis adalah tes lisan berupa

perintah kepada siswa untuk mengetahui perubahan ucapan

siswa sekaligus kesulitan apa yang dihadapi selama

pembelajaran.

c. Kisi – kisi Tes

Penulis menuangkan materi Bahasa Indonesia klas III SDLB

tunarungu ke dalam silabus sebagai acuan pembelajaran.dan

[image:42.612.120.556.103.724.2]

sekaligus penilaiannya.

Tabel 2 Silabus Bahasa Indonesia

Standar Kompetensi : Mendemonstrasikan pengalaman, peristiwa, seseorang dan

tanggapan secara sederhana .

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaia n Alokasi Waktu Sumber Belajar 1). Mengucapkan

kata benda, kata kerja dan kalimat sederhana dengan bahasa yang mudah dipahami secara lisan dan / atau isyarat. Kata benda Meniru mengucap-kan nama benda dan menunjukkan . Mengucap-kan kata- kata yang ada pada VCD player dan menunjukkan bendanya. Mengenal dan mengucap-kan nama benda di sekitarnya. Menirukan nama benda dan menunjuk bendanya.

Lisan

(43)

commit to user

2) Mendemonstrasi kan percakapan dan peristiwa Kata kerja Kalimat sederha- na Data diri Menirukan ucapan kata kerja dan melakukan-nya. Mengucap-kan kata-kata kerja yang ada pada VCD player dan melakukan-nya Menyusun dan mengucap-kan kalimat sederhana . Menyusun kalimat berdasar kata-kata yang ada pada VCD player. Menanyakan namanya, orang tua, kelas/ sekolah dll. Tanya jawab tentang data diri siswa dan lingkungan-nya . Mengenal dan mengucap-kan kata kerja serta dapat melakukan. Dapat menyusun dan mengucap-kan kalimat yang dibuat. Mengucap-kan kalimat yang dibuat dari kata- kata di VCD player Mengucap-kan data diri Siswa . Menanggapi pertanyaan yang disampai-kan melalui VCD player

Lisan 3 perte-

(44)

commit to user

30

d. Soal Tes

1). Tirukan bacaan berikut ini dengan baik !

am

al

as

ak

im

il

is

ik

um

ul

us

uk

em

el

es

ek

Om

ol

os

ok

2). Ucapkan bacaan di bawah ini dengan benar !

Bal

sal

kal

dak

Bil

sil

kil

dik

Bul

sul

kil

duk

Bel

bul

bul

duk

Bol

sol

bol

dod

3) Tirukan kata- kata di bawah ini !

Bola

asin

bapak

Lima

ilmu

salak

Malu

sapu

kakak

4). Ucapkan kalimat berikut ini !

(45)

commit to user

Saya kelas tiga

Saya belajar bahasa

Saya bisa bicara

Bapak suka membaca

5). Jawablah pertanyaan di bawah ini

siapa namamu ? ...

kamu kelas berapa ? ...

siapa bapakmu ? ...

temanmu berapa ? ...

dimana seko

lahmu ? ...

e. Kriteria Penilaian

1). Mampu melakukan tugas yang diberikan dengan baik dinilai 3

2). Mampu melakukan dengan bimbingan dinilai 2

3). Tidak mampu melakukan tugas yang diberika dinilai 1

Tabel 3 Skor Penilaian

Mata Pelajaran : Bahasa Undonesia

Kelas : III

Semester : 2

Tema : Komunikasi

(46)

commit to user

32

Variabel yang diukur

No Aspek yang

dinilai

Skor Maksi mal

Skor yang diperoleh siswa

AS LN RZ AJ NZ HQ

Memahami cara

mengucapkan kata

Memahami tanya jawab / Komunikasi lisan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Menirukan suku kata yang diawali huruf hidup/Vokal Menirukan ucapan yang diawali huruf konsonan . Menirukan ucapan kata- kata benda .

Menirukan ucapan kata- kata kerja .

(47)

commit to user

11

12

13

14

15

Dapat

menyebut-kan alamat

rumahnya. Dapat

menyebut-kan tanggal lahirnya

Dapat menyebutkan bulan lahirnya

Dapat

menyebut-kan tahun lahirnya

Dapat

menyebut-kan nama sekolah dan kelasnya.

3

3

3

3

3

Skor maksimum dan skor perolehan 45

Nilai Akhir : Jumlah Skor perolehan X 100 =... Skor maksimum

Standar Nilai : Nilai tertinggi = 100 Nilai Ketuntasan = 60

Narasi Penilaian :

1 Siswa dikatakan berhasil dengan sempurna apabila mencapai 90 %

dari aspek yang dinilai.

2. Siswa dikatakan berhasil dengan baik apabila mencapai 70 – 89 % dari

(48)

commit to user

34

3. Siswa dikatakan berhasil kategori cukup apabila mencapai 50 – 69 %

dari aspek yang dinilai.

4. Siswa dikatakan belum berhasil apabila tidak mencapai 49 % dari

aspek yang dinilai.

E. Validitas Data

Agar data yang diperoleh adalah benar-benar valid maka tehnik yang

digunakan adalah review informasi kunci. Tehnik ini digunakan untuk

mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa dalam kegiatan mengucapkan kata

atau kalimat serta faktor penyebabnya.

Review informasi kunci adalah mengkonfirmasikan data sehingga

diperoleh kesepakatan antara peneliti dengan informan tentang data dan

temuan yang diperoleh.

F. Tehnik Analisis Data

Tehnik yang digunakan untuk menganalisis data dalam Penelitian

Tindakan Kelas ini yaitu dengan tehnik analisis kritis yang berkaitan dengan

data kwalitatif. Sedangkan data yang dianalisis secara kwantitatif adalah

membandingkan data yang diperoleh sebelum dan sesudah tindakan

dilaksanakan ( Pre Tes dengan Post Tes )

G. Indikator Keberhasilan / Kinerja

Setelah diadakan penelitian diharapkan agar kemampuan berkomunikasi

lisan siswa di kelas ini meningkat. Siswa yang dapat berkomunikasi bisa

mencapai 80 % dari jumlah siswa di kelas .Sebelumnya siswa yang mampu

diajak berkomunikasi lisan dibawah 80 %.

(49)

commit to user

H. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus . Rancangan

siklus-siklus ini adalah :

SIKLUS I

Perencanaan I > Merencanakan pembelajaran bahasa terutama

Percakapan / komunikasi.

> Materi tentang kata benda.

> Materi tentang kata kerja.

> Materi percakapan data diri.

Tindakan I Menerapkan komunikasi lisan tentang kata

benda , kata kerja dan data diri siswa.

Pengamatan I > Melakukan pengamatan menggunakan format

observasi.

> Menilai siswa dalam menyelesaikan masalah

selama pembelajaran.

Refleksi I > Melakukan evaluasi terhadap aktivitas yang

dilakukan siswa.

SIKLUS II

Perencanaan II > Mengidentifikasi masalah dan menetapkan

alternatif pemecahannya berdasarkan hasil pada

siklus I.

Tindakan II > Pelaksanaan Program tindakan II

Pengamatan II > Pengumpulan data tindakan II

Refleksi II > Evaluasi tindakan II

(50)

commit to user

36 BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ada dua siklus.

Dalam setiap siklus terdiri dari beberapa tahapan-tahapan yang dilaksanakan

oleh penulis yaitu meliputi perencanaan ( planning ), tindakan ( acting ),

pengamatan ( observing ), dan refleksi ( reflecting ).

Dalam dua siklus diharapkan dapat tercapai tujuan akhir dari penelitian

yaitu dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam komunikasi lisan pada

siswa kelas III di SLB Manunggal Slawi.

1. Siklus I

Pelaksanaan siklus 1 berisi tentang pembelajaran mata pelajaran

Bahasa Indonesia dengan standar kompetensi memahami cara berkomunikasi

lisan sedangkan kompetensi dasarnya percakapan ( pengucapan kata ). Siklus

1 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 3 Mei 2011.

a. Perencanaan

Rencana tindakan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan

kemampuan berkomunikasi lisan melalui media VCD player dengan isi

mengenalkan nama benda, nama orang, kata kerja, percakapan mengenai

data diri siswa kelas III di SLB Manunggal Slawi, antara lain sebagai

berikut :

1). Menyusun silabus berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi

dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III SDLB bagian B.

2). Mengembangkan silabus menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

( RPP ).

3). Merencanakan lembar kerja siswa sebagai sarana untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam berkomunikasi lisan dengan ucapan yang

(51)

commit to user

4). Peneliti juga mempersiapkan sarana dokumentasi serta lembar

observasi untuk mencatat kegiatan selama pembelajaran baik untuk

siswa maupun untuk guru.

b. Tindakan

Langkah- langkah yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan tindakan

terperinci sebagai berikut :

1). Tahapan dalam mempersiapkan tindakan

Penulis sekaligus sebagai guru menyiapkan silabus, RPP,

instrumen, sumber belajar dan media VCD player yang digunakan

untuk mendukung efektifitas pelaksanaan tindakan.

2). Pelaksanaan tindakan

Pada pelaksanaan tindakan, penulis melaksanakan tindakan sesuai

dengan rencana yang telah disusun dalam RPP. Secara garis besar

tindakan yang dilaksanakan meliputi :

a). Tindakan awal

Appersepsi

Peneliti / guru membuka materi pembelajaran dengan :

(1). Mengajak percakapan dengan memancing siswa agar

menanyakan / mengucapkan kata .

(2). Mempercakapkan nama benda di sekitar kelas dan sekolah serta

aktifitas.

(3). Peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar mau berbicara

secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b). Tindakan Inti

(1). Siswa diajak bercakap- cakap mengenai nama benda yang ada

di sekitarnya.

(2). Siswa mengucapkan sendiri nama- nama benda dan

(52)

commit to user

38

(3).Siswa diajak bercakap – cakap mengenai aktifitas yang

dilakukan sehari- hari seperti makan, minum, duduk, membaca,

mencuci, menyapu dan sebagainya.

(4).Siswa mengucapkan aktifitas tersebut diatas sambil

mengisyaratkan Bahasa Indonesia.

(5).Siswa menyusun kalimat sederhana dari kata- kata tersebut

dengan bimbingan guru.

(6).Siswa berkomunikasi dengan susunan kalimat yang benar.

c). Tindakan Akhir

Peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui keberhasilan dan

kelemahan dari materi pembelajaran.

c. Pengamatan

Ketika peneliti melakukan tindakan, anggota penulis kolaborator

melakukan pengamatan terhadap situasi yang terjadi selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Hal- hal yang diamati dan dicatat oleh

kolaburator dalam lembar observasi diantaranya :

1). Mengamati jalannya pembelajaran dan menilai kemampuan guru dalam

melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ).

2). Perubahan siswa yang terjadi selama proses pembelajaran.

3). Ketrampilan guru dalam mengajak komunikasi ( percakapan ), baik

dalam tindakan awal, tindakan inti maupun tindakan akhir.

4). Kesesuaian antara rencana dan implementasi tindakan.

5). Mengamati dan menilai kemampuan siswa dalam berkomunikasi lisan

( percakapan ).

d. Refleksi

Pada tahapan ini penulis menganalisa data yang diperoleh dari

berkomunikasi ( percakapan ) dengan siswa dapat berjalan tetapi ada

(53)

commit to user

benar, mengisyandokan dengan benar, perhatian, keaktifan dalam

komunikasi, menyusun kalimat dengan benar.

2. Siklus II

Siklus II merupakan pembelajaran lanjutan dari materi dan wacana

yang ada pada siklus I, dimana dalam siklus I materi atau wacana yang

diberikan baru pada menyusun kalimat belum pada materi percakapan (

imbal balik). Sehingga dalam siklus II peneliti memberikan tambahan

materi yang diperlukan siswa agar mampu berkomunikasi dengan baik dan

benar. Materi itu sendiri tertuang dalam standar kompetensi yang berisi

tentang mendemonstrasikan percakapan, dan kompetensi dasarnya

melakukan percakapan tentang data diri. Siklus II dilaksanakan pada hari

Senin tanggal 9 Mei 2011.

a.Perencanaan

1). Menentukan kembali kompetensi dasar yang akan dicapai dalam

proses pembelajaran, terutama kemampuan dalam melakukan

percakapan data diri.

2). Merancang kembali pembuatan silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran sebagai pedoman dalam pembelajaran.

3). Merencanakan latihan percakapan tentang data diri siswa, untuk

mengetahui sejauh mana materi dapat diterima siswa.

4). Pengamat mempersiapkan lembar observasi baik untuk guru maupun

untuk siswa.

b. Tindakan

Pada proses tindakan peneliti / guru pada dasarnya adalah

melaksanakan program/ rencana yang telah disusun, diantaranya :

1). Guru menyusun kembali rencana pengajaran sebagai pedoman dalam

(54)

commit to user

40

2). Guru kembali memberikan materi percakapan imbal balik mengenai

data diri siswa.

3). Dengan metode pemberian tugas, guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam

berkomunikasi ( percakapan ).

4). Dengan bimbingan guru, siswa dapat berkomunikasi( percakapan )

tentang data dirinya dengan baik.

c. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator/ pengamat,

diantaranya adalah :

1). Mengamati jalannya pembelajaran terutama kemampuan guru dalam

penguasaan materi pembelajaran, penguasaan kelas, ketepatan,

keefisienan alat peraga serta keaktifan siswa selam mengikuti proses

pembelajaran.

2). Mengamati perubahan kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas

yang diberikan.

d. Refleksi

Sebagaimana dalam siklus I, maka setelah mengadakan

pengamatan atas tindakan pembelajaran di dalam kelas, selanjutnya

diadakan refleksi atas segala tindakan yang telah dilaksanakan .Dalam

kegiatan siklus II refleksi yang dihasilkan sebagai berikut :

1). Guru dalam menyampaikan pelajaran

Gambar

Tabel 1    Instrumen Observasi Siswa ......................................    27
Grafik 1      Perolehan Nilai Pre Tes .............................................. 43
gambar dan ucapan, anak tunarungu menirukan kata tersebut dan
gambar yang dilihat dalam VCD player. Karena anak tunarungu kalau
+6

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena terletak di Kelurahan tersebutlah maka nama Puskesmas pun diberikan dengan nama yang sama yaitu Puskesmas Ambacang yang untuk selanjutnya sesuai

[r]

Bimbingan karir dengan teknik genogram, dimaksudkan sebagai penyelenggaraan layanan yang difokuskan untuk membantu peserta didik dalam memahami diri, mengambil keputusan

Pantai Pasir Putih Parbaba yang berada di Danau Toba dapat dijadikan sebagai pilihan yang tepat untuk dikunjungi karena memiliki potensi sumberdaya untuk dijadikan wisata

Pemerintahan yang bersih dan professional adalah prasyarat mutlak yang harus dipenuhi suatu daerah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pemerintah tidak boleh hanya

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor.. 89,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Kajian Pengelolaan Sumberdaya Alam Danau Situgunung untuk Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.. Institut

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak mengurangi berlakunya hukum yang hidup dalam masyarakat yang menentukan bahwa seseorang patut dipidana walaupun