commit to user
i
UPAYA PENINGKATAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI
PENGGUNAAN MEDIA VCD PLAYER PADA SISWA
KELAS III DI SLB B MANUNGGAL SLAWI
KABUPATEN TEGAL SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2010 - 2011
SKRIPSI
Oleh :
SRI TRI MURYATI
NIM : X5209019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
ii
UPAYA PENINGKATAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI
PENGGUNAAN MEDIA VCD PLAYER PADA SISWA
KELAS III DI SLB B MANUNGGAL SLAWI
KABUPATEN TEGAL SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2010- 2011
SKRIPSI
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
SRI TRI MURYATI
NIM. X 5209019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
iii
Halaman Persetujuan
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Maryadi, M. Ag Dewi Sri Rejeki, S.Pd. M.Pd
NIP.19520601 198103 1 003 NIP 19760730 200604 2 001
Mengetahui
Ketua Program PLB
commit to user
iv
Halaman Pengesahan
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : Senin
Tanggal : 11 Juli 2011
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Gunarhadi, M.A. Ph.D ...
Sekretaris : Priyono, S.Pd. M.Si ...
Anggota I : Drs. Maryadi, M.Ag ...
Anggota II : Dewi Sri Rejeki, S.Pd. M.Pd ...
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,
commit to user
v ABSTRAK
Sri Tri Muryati. UPAYA PENINGKATAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA VCD PLAYER PADA SISWA KELAS III DI SLB B MANUNGGAL SLAWI KABUPATEN TEGAL. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa kelas III di SLB B Manunggal Slawi Kabupaten Tegal setelah melalui pembelajaran dengan menggunakan media VCD Player. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III di SLB B Manunggal Slawi. Dipilihnya kelas ini karena siswa kelas III sudah mulai mengenal beberapa kata dan siswa mulai berlatih komunikasi dengan lisannya , walaupun harus dengan latihan terus menerus agar siswa dapat mengucapkan dalam susunan kalimat Subyek, Predikat dan Obyeknya tidak terbalik.Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskritip kualitatif.
Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan tes hasil belajar. Tehnik analisis data yang sudah dikumpulkan adalah tehnik komparatif yaitu membandingkan antara siklus I dan siklus II.
Prosedur penelitian ini menggunakan dua siklus, yang masing masing siklus terdiri dari tahapan- tahapan : perencanaan , tindakan, pengamatan dan refleksi.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : kemampuan berkomunikasi lisan siswa kelas III di SLB B manunggal Slawi dapat meningkat setelah melalui pembelajaran dengan menggunakan media VCD Payer.
commit to user
vi ABSTRACT
Sri Tri Muryati. THE ATTEMPT OF IMPROVING ORAL COMMUNICATION USING VCD PLAYER MEDIA IN THE III GRADERS OF SLB B MANUNGGAL SLAWI OF TEGAL REGENCY. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, June 2011.
The objective of research was to improve the oral communication in the III graders of SLB B Manunggal Slawi of Tegal Regency through the learning using VCD Player Media.
The subject of research was all III graders of SLB B Manunggal Slawi. This class was chosen because the III graders have identified some words and the students begin to practice communication orally, although there should be continuously practice to make the students able to utter the sentence composition consisting of Subject, Predicate and object correctly. This research employed a descriptive qualitative descriptive approach.
Techniques of collecting data used were observation, interview, and learning achievement test. Technique of analyzing data used for the collected data was comparative technique namely by comparing the cycle I and cycle II. The procedure of research employed two cycles, each of which consists of the following stages: planning, acting, observing, and reflecting. The conclusion of research is that the oral communication in the III graders of SLB B Manunggal Slawi of Tegal Regency improves through the learning using VCD Player Media.
commit to user
vii Motto
Dan hendaklah takut kepada Allah orang- orang yang seandainya meninggalkan di
belakang mereka anak- anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan ) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar..
commit to user
viii
Halaman Persembahan
Karya ini dipersembahkan kepada :
Ibuku tercinta, Suami dan
anak-anakku tersayang
serta almamater
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahnya yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada FKIP
jurusan Ilmu Pendidikan program studi Pendidikan Luar Biasa..
Skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa UNS Surakarta.
4. Bp.Drs. Maryadi, M.Ag dan Ibu Dewi Sri Rejeki, S.Pd. M.Pd selaku
pembimbing.
5. Ibu Soegiharti Widjaja Sosrodjojo selaku Ketua Yayasan Keluarga Sejahtera
Manunggal Slawi.
6. Kepala SLB B, C dan C1 Manunggal Slawi Kabupaten Tegal.
7. Teman-teman sejawat di SLB Manunggal Slawi.
Kepada semua pihak yang telah membantu memberikan sumbangan tenaga,
pikiran dan kesempatan kepada penulis, semoga mendapatkan balasan dari Allah
SWT.
Harapan penulis semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
membantu perkembangan pendidikan terutama Pendidikan Luar Biasa.
Surakarta, Juni 2011
commit to user
x
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK ... v
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 2
D. Manfaat Penelitian ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 4
1. Anak Tunarungu ... 4
a. Pengertian Anak Tunarungu ... 4
b. Sebab- sebab Anak Tunarungu ... 5
c. Karakteristik Anak Tunarungu ... 8
d. Klasifikasi Anak Tunarungu ... 10
2. Komunikasi Lisan ... 13
a. Pengertian Komunikasi Lisan ... 13
b. Macam-macam Komunikasi Lisan ... 15
commit to user
xi
d. Langkah-langkah Belajar Komunikasi Lisan ... 20
B. Keranga Berpikir ... 23
C. Hipoteses Tindakan ... 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 25
B. Subyek Penelitian ... 25
C. Data dan sumber Data ... 25
D. Tehnik Pengumpulan Data ... 26
E. Validitas Data ... 35
F. Tehnih Analisis Data ... 35
G. Indikator Kinerja / Keberhasilan ... 35
H. Prosedur Penelitian ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 37
1. Siklus I ... 38
2. Siklus II ... 40
B. Hasil Penelitian Kemampuan Berkomunikasi secara Lisan 42
1. Hasil Penelitian Pre Tes ... 42
2. Hasil Penelitian Post Tes I ( siklus I ) ... 44
3. Hasil Penelitian Post Tes 2 ( siklus II ) ... 46
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52
B. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 54
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1 Instrumen Observasi Siswa ... 27
Tabel 2 Silabus ... 29
Tabel 3 Skor Penilaian ... 32
Tabel 4 Data Nilai Hasil Pre Tes ... 43
Tabel 5 Data Nilai Hasil Post Tes 1 ( siklus I ) ... 45
Tabel 6 Data Perbandingan Nilai Pre Tes dengan Nilai Post Tes 1 pada siklus I ... 46
Tabel 7 Data Nilai Post Tes 2 ( siklus II ) ... 47
commit to user
xiii
DAFTAR GRAFIK
Hal
Grafik 1 Perolehan Nilai Pre Tes ... 43
Grafik 2 Perolehan Nilai Post Tes 1 ( siklus I ) ... 45
Grafik 3 Perolehan Nilai Post Tes 2 ( siklus II ) ... 47
Grafik 4 Nilai Perbandingan Pre Tes, Nilai Post Tes 1
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 RPP 1 dan 2... 56
Lampiran 2 Lembar Observasi Guru 1 dan 2 ... 81
Lampiran 3 Hasil Pre Tes ... 83
Lampiran 4 Hasil Post Tes 1 ( siklus I ) ... 85
Lampiran 5 Hasil Post Tes 2 ( siklus II ) ... 87
Lampiran 6 Data Nilai Hasil Pre Tes ... 89
Lampiran 7 Data Nilai Hasil Post Tes 1 ( siklus I ) ... 90
Lampiran 8 Data Nilai Post Tes 2 ( siklus II ) ... 91
Lampiran 9 Data Perbandingan Nilai Pre Tes, Post Tes 1 dengan Nilai Post Tes 2 ( siklus II ) ... 92
Lampiran 10 Grafik Perolehan Nilai Pre Tes ... 93
Lampiran 11 Grafik Perolehan Nilai Post Tes 1 ... 94
Lampiran 12 Grafik Perolehan Nilai Post Tes 2 ... 95
Lampiran 13 Grafik Perbandingan Nilai Pre Tes, Nilai Post Tes 1 dengan Nilai Post Tes 2 ... 96
Lampiran 14 Foto- foto Kegiatan Pembelajaran ... 97
Lampiran 15 Silabus Bahasa Indonesia ……….. 100
Lampiran 16 Permohonan Ijin Research ... 102
Lampiran 17 Permohonan Ijin Skripsi ... 103
Lampiran 18 SK Penyusunan Skripsi ...104
Lampiran 19 Surat Keterangan melaksanakan Research ...105
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu mengkomunikasikan
diri dengan lingkungannya. Dalam hal ini kemampuan berbicara merupakan
komponen utama yang mendominasi bentuk sosialisasi tersebut, sulit
mengembangkan kemampuan berbicara sehingga menjadi kendala dalam
berkomunikasi lisan. Padahal anak tunarungu sebagai kelompok kecil dalam
masyarakat dengan segala keterbatasannya dituntut untuk
mengkomunikasikan diri dengan lingkungan masyarakat.
Anak tunarungu seperti anak normal lainnya mempunyai kesempatan
yang sama dalam memperoleh pendidikan . Hak memperoleh pendidikan ini
berlaku bagi setiap warga negara termasuk anak tunarungu sebagaimana
tercantu dalam pasal 31 ayat 1 UUD 1945 Yang berbunyi : “ Tiap- tiap
warga negara berhak mendapatkan pengajaran “. Hak untuk memperoleh
pendidikan tertuang pula dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab IV pasal 5 ayat 2 yang berbunyi :” Warga negara
yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial
berhak memperoleh pendidikan khusus “. lebih lanjut lagi disebutkan dalam
pasal 3 ayat 4 bahwa “ warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa berhak mendapatkan pendidikan khusus “.
Perkembangan bahasa anak tunarungu dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain : faktor dari guru dan orang tua yang berkomunikasi
dengan anak tunarungu menggunakan bahasa isyarat, serta antar sesama anak
tunarungu yang berkomunikasi tanpa menggunakan bahasa lisan. Hal inilah
yang menyebabkan anak tunarungu kurang termotivasi untuk meningkatkan
kemampuan berkomunikasi secara lisan padahal anak tunarungu yang alat
bicaranya masih bagus dan ketunarunguannya tergolong ringan dapat
diupayakan untuk dapat berkomunikasi secara lisan; sedangkan anak
commit to user
2
isyarat yang sudah dibakukan seperti yang tetulis dalam Kamus Isyarat
Bahasa Indonesia.. Namun demikian guru tetap mengkondisikan anak agar
selalu berkomunikasi secara lisan. Anak tuna rungu yang ada di SLB
Manunggal Slawi khususnya siswa kelas III yang menjadi obyek penelitian
ini lebih banyak menggunakan bahasa isyarat daripada menggunakan oral
dalam berkomunikasi dengan sesama tunarungu maupun dengan guru . Hal
inilah yang menyebabkan anak tunarungu menjadi malas berbicara dan
mengungkapkan pikirannya secara lisan .
Dalam melihat kondisi tersebut diatas , penulis ingin mengadakan
penelitian kemampuan komunikasi secara lisan anak tunarungu untuk
mempersiapkan dan membekali anak agar bisa berkembang secara optimal
dengan sisa pendengaran yang dimiliki agar mampu beradaptasi dengan
lingkungannya terutama dalam berkomunikasi.secara lisan.
B. Perumusan Masalah
Apakah dengan penggunaan media VCD Player dapat meningkatkan
komunikasi lisan siswa kelas III di SLB B Manunggal Slawi kabupaten
Tegal secara baik?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi lisan siswa kelas III di SLB B Manunggal Slawi Kabupaten
Tegal setelah melalui pembelajaran dengan menggunakan media VCD Payer.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. dapat menambah pengetahuan bagi anak tunarungu
b. dapat menambah perbendaharaan kata
commit to user
2. Bagi Guru
a. dapat meningkatkan kemampuan guru dalam berkreasi.
b. dapat memudahkan guru dalam memberikan materi pada proses
belajar mengajar bagi anak tunarungu.
c. dapat menemukan solusi untuk anak tunarungu sesuai dengan
commit to user
4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Anak Tunarungu
a. Pengertian anak tunarungu
Anak tunarungu akan mengalami hambatan dalam
perkembangan bahasa . Kehilangan kemampuan mendengar
mengakibatkan ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya
dalam kehidupan secara komplek dan baik . Banyak pengertian yang
disampaikan oleh para ahli mengenai anak tunarungu anatara lain :
“Tunarungu adalah istilah yang menggambarkan keadaan kemampua
dengar yang kurang atau tidak berfungsi secara optimal sehingga
tidak mungkin diandalkan untuk belajar bahasa dan wicara tanpa
dibantu dengan metode dan peralatan khusus”. Dudung Abdurahman
( 1986 : 3 ).
Tunarungu sendiri menunjukkan pada keadaan atau kondisi
tidak berfungsinya organ pendengaran secara normal, sehingga secara
pedagogis diperlukan adanya pelayanan pendidikan dan bimbingan
secara khusus. Ketunarunguan merupakan hambatan pendengaran
dimana alat pendengarannya mengalami gangguan, dan gangguan ini
bisa mengenai pada organ pendengaran baik secara sebagian ataupun
secara menyeluruh.
Selain itu menurut Mufti Salim ( 1984 : 8 ) Anak tunarungu
ialah : “ anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau ketidak
fungsian sebagian atau seluruh alat pendengaran sehinggan dia
mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa “. Istilah
commit to user
dalam rentangan dan taraf ringan sampai gangguan berat dan dari
masing- masing derajat gangguan pendengaran anak tunarungu
memiliki konskwensi tersendiri dalam masalah bahasa dan
ucapannya.
Sedangkan menurut Andreas Dwijo Sumarto ( 1988 ) “ anak
tunarungu diartikan sebagai anak yang kehilangan pendengaran yang
mengakibatkan tidak dapat menangkap berbagai perangsang yang
baik melalui pendengaran “. Ketunarunguan anak bisa disebabkan
sejak masih dalam kandungan maupun setelah anak lahir, sehingga
untuk melatih pendengarannya perlu diberikan rangsangan berupa
latihan BKPBI (Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama ).
Berdasarkan batasan diatas tentang pengertian tunarungu ,
maka dapat disimpulkan bahwa : tunarungu adalah seseorang yang
mengalami kehilangan atau kekurangan kemampuan mendengar
baik sebagian ataupun seluruhnya dalam kehidupan secara kompleks
dan baik dalam perkembangan bahasa, oleh karenanya secara
pedagogis membutuhkan bimbingan , latihan rangsangan
pendengaran dan pendidikan khusus dengan dibantu metode
pengajaran yang khusus pula.
b. Sebab- sebab anak tunarungu
Brown seperti dikutip oleh Heward & Orlansky dalam Prof.
Dr Bambang suhendro ( 1994 : 71 ) memberi contoh penyebab
kerusakan pendengaran yaitu :
1. materna rubella ( campak ) pada saat ibu mengandung muda
terkena penyakit campak sehingga dapat menyebabkan rusaknya
pendengaran anak
2. faktor keturunan dari adanya beberapa anggota keluarga yang
mengalami kerusakan pendengaran
3. ada komplikasi pada saat dalam kandungan kelahiran prematur ,
commit to user
6
4. meningitis ( radang otak ) sehingga ada semacam bakteri yang
dapat merusak sensitivitas alat dengar di bagian dalam telinga.
5. kecelakaan / trauma atau penyakit.
Sebab-sebab ketunarunguan menurut waktu kejadian atau faktor-faktornya
dijelaskan oleh Slamet Riyadi, dkk ( 1984 : 28- 31 ) yaitu :
1. Sebelum lahir ( prenatal )
a. karena keturunan
Semenjak anak dilahirkan sudah menderita kelainan pendengaran .
Ternyata setelah diselidiki keluarga dari nenek moyangnya ada yang
menderita kelainan pendengaran.
b. karena penyakit
Ibu yang sedang mengandung menderita penyakit cacar air, campak,
penyakit kotor dll.
c. karena keracunan atau infeksi
Ibu yang sedang mengandung menderita keracunan darah yang
berakibat plasenta rusak, pengaruhnya dapat mengganggu
perkembangan pendengaran, anak yang lahir dapat menjadi tuli atau
kurang pendengaran.
d. karena sebab lain
kegagalan dalam menggugurkan kandungan dengan meminum pil
atau obat-obat terlalu banyak. Bila anak lahir dapat menderita
kelainan pendengaran.
2. Pada saat dilahirkan ( natal )
a. karena pinggul ibu sempit
Seorang ibu yang pinggulnya terlalu sempit, sehingga bayi yang
dilahirkan mengalami kesulitan dan mengakibatkan kerusakan bagian
commit to user
b. dengan pertolongan tang ( tangverlossing )
Bayi dilahirkan dengan bantuan alat ( tang ) akan berakibat kerusakan
pada susunan syaraf pendengaran, sehingga anak menjadi tuli.
c. karena lahir prematur
Anak lahir sebelum waktunya, sehingga belum mempunyai daya
tahan yang kuat dan mudah terserang penyakit atau anak akan
menderita kekurangan darah .
d. karena proses lahir terlalu lama
Pada waktu melahirkan prosesnya terlalu lama maka akan
mengakibatkan anak bayi kekurangan oksigen sehingga merusak
jaringan otak.
3. Pada saat sesudah lahir ( post natal )
a. karena infeksi
Infeksi atau luka-luka pada alat pendengaran misalnya mengalami
kecelakaan, liang telinga tersumbat serumen yang mengeras.
b. karena penyakit
Penyakit panas yang sangat tinggi dapat mempengaruhi fungsi
pendengaran, misalnya malaria tropika, typhus, radang paru-paru,
influensa.
c. karena Otitis Media ( kopokan )
Penyakit Otitis Media disebabkan karena peradangan di liang
gendang yang biasa ditimbulkan oleh adanya selaput lendir di tekak
dan tenggorokan . Otitis Media sangat berbahaya karena merusak
kerja selaput lendir untuk selamanya sehingga orang menjadi tuli.
d. karena trauma
1. Bantuan benda-benda keras pada kepala yang mengakibatkan
dasar tengkorak retak atau gegar cocklea.
2. Trauma alustis , misalnya :
a. gendang pendengaran yang pecah akibat bunyi ledakan yang
commit to user
8
b. kepekaan telinga akibat bekerja di pabrik yang menggunakan
mesin-mesin yang bersuara keras dan bising.
3. Telinga tertusuk atau kemasukan benda tajam yang
mengakibatkan kerusakan pada gendang pendengaran maupun
tulang-tulang pendengaran.
Menurut Rochmat Wahab ( 1993 : 8 ) ,menerangkan bahwa sebab-
sebab ketunarunguan antara lain:
1). Sebab ketunarunguan yang terjadi sebelum kelahiran .
Sewaktu ibu mengandung mengalami keracunan sehingga
perkembangan pendengaran anak mengalami kecacatan .
2). Sebab trauma dan kondisi sewaktu lahir/ natal.
Bisa terjadi karena pengalaman trauma pada saat melahirkan ,
seperti penekanan forcep, perdarahan terlalu banyak sehingga
mengakibatkan cidera pada sistem syaraf pendengaran dan
kecacatan lainnya.
3). Sebab – sebab ketunarunguan setelah lahir .
Ini dapat terjadi karena terkena penyakit atau kecelakaan yang
sering banyak menyebabkan kecacatan pendengaran.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang penyebab
ketunarunguan, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab
tunarungu yaitu 1). Saat ibu mengandung antara lain karena
keturunan, karena penyakit atau penyebab lain. 2). Saat bayi
dilahirkan antara lain karena pinggul ibu sempit, karena terkena
benda ( tang ), lahir prematur dan proses kelahiran yang lama .3).
Saat sesudah lahir antara lain karena kecelakaan, penyakit, infeksi
dan terkena benda tajam.
c. Karakteristik anak tunarungu
Sutjihati Soemantri ( 1996 : 76- 80 ) mengemukakan bahwa
commit to user
1. Perkembangan bicara dan bahasa
Perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa dalam
berkomunikasi pada anak tunarungu terutama yang tergolong tuli
tentu tidak mungkin untuk sampai pada penguasaan bahasa
sepenuhnya melalui indera pendengarannya melainkan harus
melalui penglihatannya dan memanfaatkan sisa pendengaran yang
masih ada. Oleh sebab itu komunikasi bagi anak tunarungu
menggunakan segala aspek yang ada pada anak tunarungu
tersebut
a. Perkembangan Kognitif
Pada umumnya inteligensi anak tunarungu secara potensial
sama dengan anak normal, tetapi secara fungsional
perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas
komunikasi lingkungan sosialnya. Hal inilah yang sangat
menentukan kemampuan berbahasa , perolehan informasi dan
daya abstraksi anak yang menghambat proses pencapaian
pengetahuan yang lebih luas. Dengan demikian perkembangan
inteligensi secara fungsional terhambat.
b. Perkembangan Emosi
Pada umumnya emosi anak tunarungu selalu bergolak
kemiskinannya dalam memperoleh informasi akibat dari
rendahnya akses informasi dan perilaku lingkungan sekitarnya
yang tidak mendukung. Misalnya mereka akan tampak
bingung, resah, gelisah bila ditegur orang yang belum
dikenalnya.
c. Perkembangan Sosial
Karena ketidak mampuan masyarakat sekitarnya untuk
berinteraksi dengan anak tunarungu dan bahkan pada
umumnya masyarakat menganggap anak tunarungu sebagai
individu yang memiliki kekurangan dan menilainya sebagai
commit to user
10
benar- benar besar pengaruhnya terhadap besarnya hambatan
perkembangan fungsi sosialnya.
d. Perkembangan Kepribadian
Pertemuan antara faktor dalam anak tunarungu yaitu
ketidakmampuan menerima rangsang pendengaran dengan
faktor luar yaitu sikap negatif dari masyarakat sekitarnya,
mengakibatkan mereka berada dalam kemiskinan berbahasa,
ketidak tetapan emosi dan keterbatasaninteligensi, maka
akibatnya hal ini sangat menghambat perkembangan
kepribadianya.
Menurut Emon Sastra Winata ( 1997 : 19 ) menyebutkan
bahwa dalam segi bahasa anak tunarungu memiliki ciri khas sebagai
berikut : a). Miskin bahasa b). Sulit mengartikan bahasa kiasan dan
ungkapan. c). Sulit mengartikan kata- kata abstrak dan d).Kurang
menguasai irama dan gaya bahasa.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak
tunarungu antara lain bahwa anak tunarungu pada umumnya
memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa banyak masalah,
mereka mereka lebih miskin dalam fantasi .
d. Klasifikasi anak tunarungu
Pada umumnya anak tunarungu diklasifikasikan menjadi dua
golongan yaitu mereka yang disebut tuli dan mereka yang kurang
dengar. Anak tuli adalah anak yang mengalami kehilangan
kemampuan mendengar sehingga mengalami hambatan pada proses
penerimaan informsi bahasa melalui pendengaran, baik memakai atau
tidak memakai alat bantu dengar. Sedang anak yang kurang dengar
ada;lah anak yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan
commit to user
pemakaian alat bantu mendengar memungkinkan keberhasilan serta
membantu proses penerimaan informasi bahasa melalui pendengaran.
Samuel A. Kirk dalam Setia Adi Purwanta dkk ( 1995 : 10)
mengklasifikasikan anak tunarungu menurut kemampuan
pendengarannya sebagai berikut :
No Tingkat
Pendengaran Kemampuan yang dimiliki
1 27- 40 db Mempunyai kesulitan mendengar bunyi yang jauh,
membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya
dan memerlukan terapi bicara ( tergolong tunarungu
ringan )
2. 41- 55 db Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti
diskusi kelas, butuh alat bantu dengar, dan terapi
bicara ( tergolong tunarungu sedang )
3. 56- 70 db Hanya bisa mendengar suara dari jarak dekat, masih
mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan
bicara, dan menggunakan alat bantu mendengar
dengan cara khusus (tergolong tunarungu agak berat)
4 71- 90 db Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat,
kadang-kadang dianggap tuli, membutuhkan
pendidikan luar biasa yang intensif, butuh alat bantu
dengar dan latihan bicara yang khusus ( tergolong
tunarungu berat )
5. 91 db ke atas Mungkin sadar adanya bunyi atau suara dan getaran,
banyak tergantung pada penglihatan daripada
pendengaran untuk proses menerima informasi yang
bersangkutan dianggap tuli ( tergolong tunarungu berat
commit to user
12
Menurut Mufti Salim( 1984 : 12-14 ), mengklasifikasikan
anak tunarungu disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan pendidikan,
yaitu :
1). Mereka yang kehilangan pendengaran antara 40 – 60 db.
Gejala umum ialah kurang mampu menangkap percakapan
sehingga timbul salah paham. Ucapannya sering tidakdimengerti
dan susunan bahasanya terbatas.
2). Mereka yang kehilangan pendengaran 61 – 75 db.
Gejala umum ialah : hanya mendengar suara dalam jarak dekat .
Spontanitas bahasa tidak dapat berkembang dan dapat
membedakan vokal, tetapi konsonan tidak dapat dibedakan.
3). Mereka yang kehilangan pendengaran 75 db ( tuli ) sampai dengan
tanta reaksi terhadap bunyi ( tuli total ).
Menurut Emon Sastra Winata( 1997 : 12 )mengklasifikasikan
ketunarunguan menjadi empat kategori yaitu :
1). Ketunarunguan pada taraf 15 – 25 db, yaitu ketunarunguan taraf
ringan . Anak tunarungu ini masih dapat belajar bersama- sama
dengan anak normal dengan memakai alat bantu mendengar.
2). Ketunarunguan taraf 26 – 50 db, yaitu ketunarunguan taraf sedang
Anak tunarungu ini memerlukan program pendidikan khusus ,
dengan latihan bicara, membaca ujaran dan latihan mendengar
dengan bantuan alat bantu dengar.
3). Ketunarunguan taraf 51 – 75 db, yaitu ketunarunguan pada taraf
berat . Anak tunarungu ini dalam pelajarannya harus diutamakan
dalam pelajaran bahasa .
4). Ketunarunguan taraf 75 db keatas , yaitu ketunarunguan pada taraf
sangat berat .
Menurut Chomariatin yang dikutip Sundari ( 1965 : 33- 34 )
mengklasifikasikan tunarungu ke dalam lima golongan yaitu :
1). Tunarungu minimal ( 20 – 30 db ) , mereka dapat belajar bicara
commit to user
2). Tunarungu ringan ( 31 – 40 db ) , mereka mengalami
kesulitandalam menangkap , mengikuti percakapan kelompok
melalui indera pendengaran .
3). Tunarungu sedang ( 41 – 60 db)., mereka mempunyai cukup
pendengaran untuk belajar bicara dan bahasa apabila bunyi bicara
diperkeras dan dibantu dengan indera penglihatan.
4). Tunarungu berat ( 61 – 75 db ), mereka mempunyai sedikit sisa
pendengaran yang dapat dimanfaatkan dalam pendengaran,
bahasa dan bicara tidak dapat berkembang secara spontan
meskipun dibantu alat pendengaran .
5). Tunarungu terberat atau tuli sama sekali ( 75 db lebih ), mereka
tidak dapat bicara dan bahasa melalui indera pendengaran
walaupun dibantu alat dengar .
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa ketunarunguan dapat diklasifikasikan menjadi
lima golongan, yaitu tunarungu ringan, tunarungu sedang,
tunarungu berat dan tunarungu sangat berat. Mereka perlu
bantuan alat dengar agar dapat menerima pesan melalui bunyi
atau suara
2. Komunikasi lisan
a. Pengertian komunikasi lisan
Hambatan ketunaan yang disandang anak-anak tunarungu
adalah bahasa / komunikasi yang sangat terbatas ( miskin bahasa ).
Oleh karena itu anak yang memiliki problema bahasa umumnya tidak
dapat mengirim dan menerima pesan-pesan dari seseorang. Anak-
anak demikian memiliki pengetahuan tentang diri dan lingkungannya,
tetapi tidak dapat membicarakannya dan memahami makna
pembicaraan orang lain dengan baik. Oleh karena itu proses
pembelajaran bahasa bagi anak tunarungu sangat diperlukan agar
commit to user
14
Menurut S. Bernard Rosenblatt dalam bukunya Comunication
in Business, 1983 ( Kemahiran Komunikasi Guru. http//webcache.
googleusercontent.com ). “ Komunikasi sebagai pertukaran ide,
pendapat, maklumat perhubungan dan sebagainya yang mempunyai
tujuan dan dipersembahkan secara pribadi atau tidak pribadi melalui
simbol atau isyarat yang bertujuan untuk mencapai maklumat
organisasi“. Komunikasi ini sendiri merupakan proses pertukaran
ide untuk persamaan satu bentuk komunikasi lisan alat utama
komunikasi lisan adalah bahasa, oleh karena itu anak tunarungu harus
diajarkan bahasa sebaik- baiknya agar bisa menyampaikan gagasan,
pikiran atau perasaannya .
Santosa berpendapat ( 1983 / 1984: 40 ) bahwa “ Kemampuan
komunikasi pada anak tunarungu dapat dilihat dari kemampuan
berpikirnya, kemampuan mengartikan perasaan orang lain,
kemampuan ikut menghayati kenyataan yang sedang berjalan dan
kemampuan mengekspresikan pendapat dan perasaannya lewat
bahasa “. Kaidah- kaidah bahasa disusun menjadi suatu kalimat sesuai
dengan aturan bahasa yang benar dan dituturkan melalui alat bicara
sebagai pengantar bunyi, sehingga buah pikiran, perasaan dan pesan
yang ingin disampaikan dapat terungkap, kegiatan ini dinamakan
bahasa lisan atau berbicara . Peristiwa penyampaian ide, pikiran,
perasaan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan
sebagai maksud tersebut dipahami orang lain merupakan peristiwa
berbicara atau berkomunikasi lisan .
Menurut Saefudin Azwar ( 2002 : 22 ) bahwa “ Kemampuan
verbal / lisan merupakan salah satu kemampuan yang bisa
menggambarkan tingkat inteligensi seseorang. Kemampuan ini
meliputi pemahaman akan hubungan kata, kosa kata dan penguasaan
bahasa untuk komunikasi “.
Komunikasi itu sendiri menurut Tarmansyah ( 1996 : 89 )
commit to user
bicara, suara dan irama kelancaran “. Sedangkan Emery, Ault dan
Agee ( dalam Sulaiman Masri 1997: 1 ) mendifinisikan bahwa
“Komunikasi ialah seni memindahkan maklumat, idea, dan sikap
daripada seseorang kepada seseorang “.
Dalam konteks pendidikan, komunikasi diartikan sebagai
sesuatu proses penyampaian, atau pertukaran maklumat diantara
individu atau diantara individu dengan dengan sekumpulan orang.
Berlaku interaksi sosial diantara orang melalui aktifitas pemindahan
maklumat secara lisan. Biasanya berlaku diantara guru dengan murid
semasa aktivitas atau diantara murid dengan murid semasa aktivitas.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa :
kemampuan komunikasi lisan merupakan penyampaian yang
melibatkan aspek berbahasa, bicara, suara dan irama dengan
kemampuan mengandalkan berpikir, mengartikan perasaan orang lain,
menghayati kenyataan dan kemampuan berekspresi sehingga dapat
menyampaikan perasaan, kehendak, pikiran dan pesan dengan
rangkaian kaidah bahasa melalui kalimat yang sesuai dengan aturan
yang dituturkan lewat alat bicara.
b. Macam-macam komunikasi lisan
Menurut Alo Liliweri. MS ( 1994 : 43- 44 ), ada enam jenis
komunikasi lisan atau verbal yaitu :
Pertama : emotive speech, merupakan gaya bicara yang lebih
mementingkan aspek psikologis. Ia lebih mengutamakan pilihan
‘kata’ yang didukung oleh pesan non verbal.
Kedua : phatic spech, adanya gaya komunikasi verbal ( lisan )
yang berusaha menciptakan hubungan sosial sebagaimana yang
dikatakan oleh Bronislaw Melinoswski yang dikutip Alo Liliweri
( 1994: 43 ) dengan phatic communication, phatic speech ini tidak
commit to user
16
kaitannya dengan konteks disaat ‘ kata’ diucapkan dalam suatu
tatanan sosial masyarakat .
Ketiga : cognitive speech, merupakan jenis komunikasi verbal
( lisan ) yang mengacu pada kerangka berpikir atau rujukan yang
secara tegas mengartikan suatu kata secara denotatif dan bersifat
informatif.
Keempat : rethorical speech, mengacu pada komunikasi verbal
( lisan ) yang menekankan sifat konotif. Gaya bicara ini mengarahkan
pilihan ucapan yang mendorong terbentuknya perilaku.
Kelima : metalingual speech, adalah komunikasi lisan secara
verbal, tema pembicaraannya tidak mengacu pada obyek dan
peristiwa dalam dunia nyata melainkan dalam pembicaraan itu
sendiri. Tipe pembicaraan ini sulit dilakukan oleh anak tunarungu
karena ia bersifat sangat abstrak dan berorientasi pada code / tanda-
tanda komunikasi .
Keenam : poetic speech, adalah komunikasi lisan secara verbal
berpusat pada struktur penggunaan kata yang tepat melalui
perpindahan pilihan kata, ketepatan ungkapan, biasanya
menggambarkan rasa seni dan pandangan serta gaya – gaya lain yang
khas .
Bentuk komunikasi lisan dalam penelitian ini tertuju pada
komunikasi lisan dalam percakapan, alasannya sebagaimana diketahui
bahwa anak tunarungu mempunyai keterbatasan dalam berbagai
aspek komunikasi, sehingga untuk anak tunarungu masih duduk di
bangku sekolah dasar lebih mengutamakan komunikasi lisan dalam
bentuk percakapan yang tentunya dari percakapan ini akan
berkembang dan mengarah ke bentuk komunikasi lisan yang lebih
luas.
Menurut Anne Ahira. ( tt: 1) yang berjudul Cara Melakukan
commit to user
Team ) bahwa Komunikasi lisan dibagi 3 tahap jika ditinjau dari
lawan bicara :
1. Komunikasi Personal ( one on one )
Komunikasi personal ini adalah komunikasi antar individu yang
biasanya terjadi dalam suasana informal atau pergaulan sehari-
hari, meskipun tidak menutup kemungkinan komunikasi
personalpun terjadi dalam suasana formal seperti dalam
lingkungan kerja atau sekolah.
2. Komunikasi berektorika dan berdiskusi
Komunikasi ini berupa mempresentasikan ide atau gagasan dalam
dunia kerja atau akademis di muka publik. Peristiwa ini pasti
berlangsung dalam keadaan formal sehingga harus memberikan
kesan yang baik kepada lawan bicara.
Menurut Sawardi dan Soeparno ( 1993 : 73 ) untuk dapat
mencapai komunikasi lisan yang baik dalam berkomunikasi lisan
secara formal, bahasa Indonesia yang dipergunakan adalah bahasa
baku. Persyaratan yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi
lisan adalah :
1). Faktor kebahasaan dalam komunikasi lisan.
a). Pelafalan atau pengucapan yang baik dan jelas dengan
lafal baku, sehingga perlu mengoreksi kesalahan-
kesalahan pengucapan fonem, pengucapan vokal atau
konsonannya.
b). Diksi atau pilihan kata
Pilihan kata ini mencakup pengertian kata- kata nama
yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan dan
bagaimana mengungkapkan ungkapan yang tepat.
c). Struktur kalimat
Kalimat yang digunakan dalam komunikasi lisan secara
commit to user
18
d). Intonasi
Suatu kalimat akan jelas maksudnya apabila diucapkan
dengan lagu kalimat yang tepat. Intonasi ini penting
artinya bagi anak tunarungu sendiri untuk lebih
memperjelas apa yang diucapkanya.
2). Faktor non kebahasaan dalam komunikasi lisan .
Faktor non kebahasaan perlu mendapatkan perhatian juga
untuk mencapai keefektifan berbicara. Faktor non
kebahasaan dalam komunikasi lisan meliputi : (a). Sikap
wajar, tenang dan tidak kaku (b). Pandangan
terarah kepada lawan bicara atau bagi anak tunarungu adalah
keterarahan wajah. (c). Gerak gerik atau mimik yang tepat
(d). Volume suara (e). Kelancaran atau ketepatan.
c. Bahasa sebagai alat komunikasi
Bahasa menurut Gorys Kerap ( 1997 : 1 ) adalah “ alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia”.
Sebagai alat komunikasi bahasa merupakan saluran perumusan
maksud kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan
sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas
kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita.
( Gorys Keraf, 1997: 4).
Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai fungsi utama
bahasa adalah bahwa komunikasi ialah penyampaian pesan atau
makna oleh seseorang kepada orang lain. Keterikatan bahasa dengan
manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring
perubahan kegiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat.
Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan
dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan
commit to user
Dalam komunikasi sehari – hari, salah satu alat yang paling
sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa
tulis.
Bahasa sebagai alat komunikasi sesuai dengan tujuan
pembelajaran bahasa bagi anak tunarungu menurut Maria C susilo
Yuwati ( 1998 : 15 ) diberikan dengan tujuan :
1. Agar anak dapat mengucapkan atau mewujudkan pikiran dalam
bentuk bahasa mempergunakan bahasa secara aktif sebagai alat
komunikasi untuk melahirkan pikiran dan perasaan berarti
mempergunakan apa yang telah ada di dalam perbendaharaan
bahasanya .
Tugas guru di sekolah untuk mengembangkan bahasa pada anak
tunarungu dengan menggunakan cara : a). Memelihara dan
menumbuhkan keberanian dan kesanggupan anak untuk
berbahasa. b). Mengajarkan ucapan yang betul dan jelas.
c). Menambah kekayaan bahasa d). Memilih kata-kata yang
tepat . e). Memakai kalimat yang benar .
2. Agar anak tunarungu dapat menerima dan menangkap pikiran
orang lain dalam bentuk bahasa anak tunarungu menerima,
menangkap pikiran orang lain dengan cara melihat ucapan lawan
bicara, tulisan atau membaca. Membaca bagi anak tunarungu
merupakan salah satu usaha yang efektif untuk mengembangkan
bahasa tulis. Anak tunarungu dapat menambah khasanah bahasa
yang jelas dengan jalan membaca, yang merupakan faktor penting
bagi pengembangan penguasaan bahasa aktif, baik yang tertulis
maupun yang lisan atau ucapan / komunikasi .
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
bahasa merupakan alat komunikasi yang diungkapkan secara lisan
commit to user
20
komunikasi lisan bagi anak tunarungu dimaksudkan untuk
memberikan sarana dalam mengungkapkan diri. Melalui kata-kata
dan kalimat-kalimat yang terungkap dalam rangkaian percakapan,
anak tunarungu dapat memberitahukan pikiran dan perasaan serta
kehendaknya demikian juga sebaliknya karakteristik dari bicara
sebagai alat komunikasi menjadi indikator yang akan
dikembangkan dalam penelitian ini .
d. Langkah-langkah belajar komunikasi lisan
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman . ( KBBI. 2007: 17 ).
Menurut Sutomo, 1983:68 ( dalam Wijisari Putri’s Blog 2010)
pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang
disengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk
melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.
Dalam pembelajaran komunikasi kepada anak tunarungu harus
diajarkan beberapa kata agar anak tunarungu mudah untuk
mengucapkan dan memahami arti kata yang diucapkan. Untuk
memudahkan ucapan / menirukan kata maka perlu dibantu dengan
media pembelajaran / alat peraga misalnya : kartu gambar, kartu kata,
VCD player bahkan kalau ada dengan alat bantu mendengat
(Hearing Aid ).
Pada dasarnya komunikasi adalah upaya untuk meraih
perhatian, minat, kepedulian, simpati,tanggapan maupun respon dari
orang lain. Dalam membangun komunikasi yang efektif, perlu
memperhatikan lima hal diantaranya:
1). Respect. Dalam mengembangkan komunikasi, sikap menghargai
setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang disampaikan.
2). Empathy. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri
commit to user
proses belajar mengajar, perlu saling memahami dan mengerti
keberadaan , perilaku dan keinginan dari komunikan. Rasa empati
akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan respek akan
membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam
membangun sebuah suasana kondusif dalam proses belajar
mengajar.
3). Audible. Yaitu dapat didengarkan dan dimengerti dengan baik.
Pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.Agar
pesan bisa diterima dengan baik, maka perlu media atau alat bantu
audio visual seperti VCD Player.
4). Clarity. Yaitu kejelasan dari pesan yang disampaikan sehingga
tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda. Dalam pembelajaran
perlu penyampaikan yang sistematis dan teratur disertai peraga/
media
5). Humble. Yaitu sikap rendah hati. Untuk membangun rasa
menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati
yang dimiliki.
Dengan pengalaman maka peneliti menyampaikan
langkah-langkah dalam pembelajaran komunikasi antara lain :
1. Mengenalkan dan menjelaskan kata- kata benda kepada anak
[image:35.612.176.511.182.465.2]tunarungu dengan mengenalkan kata benda disertai dengan
gambar dan ucapan, anak tunarungu menirukan kata tersebut dan
diulang- ulang sampai anak benar- benar mengerti dan memahami
benda tersebut .
2. Mengenalkan dan menjelaskan kata-kata kerja. Dalam
mengenalkan kata kerja kepada anak tunarungu harus dengan
diperagakan, tidak hanya diucapkan saja ; sebenarnya kata kerja
anak tunarungu sering dilakukan karena miskinnya bahasa maka
anak tidak tahu apa nama yang mereka lakukan. Setelah
dijelaskan guru maka anak tunarungu akan cepat dan mudah
commit to user
22
3. Setelah anak tunarungu mengerti dan memahami beberapa kata
yang sudah diajarkan dan dilaksanakan setiap hari kemudian anak
tunarungu dilatih untuk merangkaikan kata menjadi suatu kalimat
yang sederhana dengan cara menggabungkan kata dari nama
(subyek ) kata kerja ( predikat ) dan kata benda ( obyek ) sambil
diucapkan kata- katanya dengan lisan. Setelah anak tunarungu
mencoba membuat kalimat sambil diarahkan pasti bisa dan akan
terjadi komunikasi yang berulang-ulang dan anak tunarungu akan
bisa berkomunikasi lisan ( percakapan ) dengan teman, guru,
anggota keluarga .
4. Selain merangkai kata menjadi suatu kalimat, anak tunarungu juga
dilatih komunikasi lisan dengan tanya jawab langsung
(komunikasi personal ) misalnya menanyakan tentang data diri
anak tunarungu .
Komunikasi dengan anak tunarungu mengenai data diri akan
terjadi jawaban yang berbeda maka akan mudah dimengerti /
mengetahui kemampuan komunikasi lisannya masing- masing
anak. Bagi anak yang sudah lancar berkomunikasi bisa
ditingkatkan ke materi yang lebih tinggi misalnya : cerita tentang
keadaan di rumahnya . Bagi anak tunarungu yang belum lancar
berkomunikasi, maka perlu dilatih berulang- ulang sampai
artikulasi ( ucapannya ) benar.
B. Kerangka Berpikir
Pada prinsipnya masalah yang paling utama ketunarunguan adalah
kemampuan penguasaan bahasa atau komunikasi secara lisan sangat penting
bagi anak Tunarungu dalam kehidupan bermasyarakat, dikarenakan anak
tunarungu dengan keterbatasan bahasanya dituntut untuk hidup dan
berkehidupan serta dapat mengkomunikasikan diri dengan lingkungan
commit to user
Kemampuan berkomunikasi secara lisan anak tunarungu masih belum
optimal padahal sebagai makhluk sosial diperlukan komunikasi lisan dalam
proses interaksi dengan masyarakat karena pada umumnya masyarakat yang
berbicara dan berbahasa.
Di dalam penelitian ini penulis mengemukakan kerangka pikiran ini
tentang pembelajaran komunikasi secara lisan dengan penggunaan media
VCD player, yang penulis anggap penggunaan VCD player sangat
membantu dalam berlatih berkomunikasi, karena anak Tunarungu dapat
[image:37.612.156.504.188.580.2]melihat dan menirukan gerak bibir atau membaca mimik lawan bicara /
gambar yang dilihat dalam VCD player. Karena anak tunarungu kalau
berkomunikasi harus secara berhadapan dengan lawan bicara, maka
penglihatan bagi anak tunarungu sangat penting sekali .
Dalam bentuk bagan dapat dikemukakan seperti :
C. Hipoteses Tindakan
Hipoteses adalah jawaban sementara atas perumusan masalah.
Penulis merumuskan dalam bentuk hipoteses kerja yaitu “ Ada peningkatan
berkomunikasi lisan setelah belajar dengan menggunakan VCD player “.
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Anak belum bisa berkomunikasi dengan lancar
Dilatih artikulasi Dilatih membaca bibir
Dilatih komunikasi menggunakan
media VCD player
commit to user
24 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan
dalam kurun waktu selama empat bulan dan bertepatan dengan semester
kedua tahun pelajaran 2010 – 2011
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas III tingkat dasar SLB B
Manunggal Slawi, dengan jumah siswa sebanyak enam orang yang terdiri
dari empat orang laki- laki dan dua orang perempuan. Dipilihnya kelas ini
karena anak kelas III sudah mulai mengenal beberapa kata dan anak mulai
berlatih berkomunikasi dengan lisannya, walaupun harus dengan latihan terus
menerus agar anak dapat mengucapkan dalam susunan kalimat subyek,
predikat dan obyeknya tidak terbalik. Karena untuk berkomunikasi anak
tunarungu biasanya masih banyak yang susunan kalimatnya tidak teratur,
maka penulis lebih berkesan pada kelas ini agar dengan diadakan penelitian
yang menggunakan VCD player perhatian dan daya ingat anak tunarungu
lebih matang .
Jadi harapan peneliti agar anak tunarungu dapat cepat lancar dalam
menggunakan komunikasi lisannya daripada menggunakan isyarat.
C. Data dan sumber data
1. Jenis Data
commit to user
a. Kemampuan siswa dalam perbendaharaan kata masih sangat
rendah.
b. Motivasi siswa dalam berkomunikasi menggunakan lisan kurang.
c. Kemampuan guru dalam melatih berkomunikasi lisan masih kurang.
2. Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berbagai sumber antara lain :
a. Nara sumber / informasi yang diperoleh dari siswa, guru dan orang
tua siswa.
b. SLB B manunggal Slawi yang terdiri dari bagian B, C dan C1 .
c. Berbagai dokumen, arsip lain berupa kurikulum, RPP, hasil kerja
siswa dan administrasi kelas lainnya .
D. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data diperoleh melalui Pengamatan / Observasi,
Kajian dokumen dan tes hasil belajar .
1. Pengamatan / Observasi
a.Pengertian Observasi. .
Menurut Suharsimi Arikunto ( 1995 : 189 ) “ Observasi adalah
suatu istilah umum yang mempunyai arti semua bentuk penerimaan data
yang dilakukan dengan cara menekankan kejadian, menghitungnya,
mengukurnya dan mencatatnya. Mengumpulkan data yang dilakukan
secara sitematis dengan prosedur terstandar.”
Lebih lanjut Irawan S,(1995 : 65) mengartikan Observasi atau
pengamatan adalah pengamatan dengan indera penglihatan yang berarti
tidak mengajukan pertanyaan- pertanyaan. Pengumpulan data yang
diamati meliputi kegiatan pembelajaran serta aktifitas siswa selama
mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia .
b. Macam – macam Observasi
commit to user
26
partisipasi, observasi eksperimen dan observasi sistematis.
1). Observasi Partisipasi
Observasi ini digunakan karena peneliti bisa ikut ambil bagian
dalam kegiatan yang dilakukan selama observasi. Yang diamati
kegiatan belajar siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa, terutama
komunikasi / ucapan, membaca kata atau kalimat .
2). Observasi Eksperimen
Penulis akan mengamati siswa untuk mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi selama siswa menerima pelajaran bahasa
tentang komunikasi lisan dengan menggunakan media VCD player.
pada pelaksanaannya penulis menggunakan tiga jenis tehnik
observasi. Bentuk pedoman observasi yang digunakan berupa daftar
cek ( cheklist ).
3). Observasi Sistematis
Peneliti menyusun rencana yang berupa waktu, tujuan dan alat
yang akan digunakan. Pada observasi ini peneliti mengamati dan
memperoleh data sikap siswa dalam pelajaran bahasa tentang
komunikasi lisannya selama pembelajaran belum diberikan, selama
proses pembelajaran dan akhir pembelajaran.
c. Observasi yang digunakan.
Dalam penelitian ini observasi yng digunakan adalah observasi
[image:40.612.177.510.181.469.2]partisipasi. Adapun instrumen yang digunakan adalah :
Tabel 1 Instrumen Observasi Siswa
n o
nama inisia l
Aspek yang diobservasi Penilaian
commit to user
2. Kajian Dokumen
Kajian dilakukan tentang dokumen dan arsip yang ada, seperti
kurikulum, RPP, buku pelajaran hasil kerja dan nilai hasil belajar .
3. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar yang digunakan adalah tes lisan berupa perintah
kepada siswa untuk mengetahui perubahan ucapan siswa sekaligus
kesulitan apa yang dihadapi selama pembelajaran
a. Pengertian Tes
Menurut Endang Poerwanti dalam buku Asesmen Pembelajaran SD,
tes secara sederhana dapat diartikan sebagai :
“ himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pertanyaan-pertanyaan
harus dipilih/ditanggapi, atau tugas- tugas yang harus dilakukan oleh
peserta dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari
peserta tes “ ( Endang Poerwanti, 2008 : 3 ).
b. Macam- macam tes
Untuk memperoleh data proses dan hasil belajar dapat menggunakan
berbagai tehnik penilaian sesuai dengan kompetensi yang dinilai.
Berdasarkan tujuan penyelenggaraan yaitu untuk mengetahui hasil
belajar maka dalam penelitian ini menggunakan tes hasil belajar.
Hasil belajar yang diungkap lewat tes hasil belajar mengacu pada
hasil pengajaran secara keseluruhan pada waktu penyelenggaraan
atau pada kurun waktu tertentu.
Sedangkan cara mengerjakan tes adalah dengan tes tertulis dan tes
lisan .
1). Tes Tertulis
Tes tertulis merupakan tes yang bisa berupa tes dengan jawaban
pilihan atau isian, baik pilihan ganda, benar salah ataupun
menjodohkan serta tes yang jawabannya berupa isian ataupun
commit to user
28
2). Tes Lisan
Tes dapat pula berupa tes lisan, yaitu tes yang dilaksanakan
melalui komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik
dengan satu atau beberapa penguji. Pertanyaan atau jawaban
disampaikan secara langsung atau spontan. (Endang Poerwanti,
2008 : 26- 27 ).
Tes hasil belajar yang digunakan penulis adalah tes lisan berupa
perintah kepada siswa untuk mengetahui perubahan ucapan
siswa sekaligus kesulitan apa yang dihadapi selama
pembelajaran.
c. Kisi – kisi Tes
Penulis menuangkan materi Bahasa Indonesia klas III SDLB
tunarungu ke dalam silabus sebagai acuan pembelajaran.dan
[image:42.612.120.556.103.724.2]sekaligus penilaiannya.
Tabel 2 Silabus Bahasa Indonesia
Standar Kompetensi : Mendemonstrasikan pengalaman, peristiwa, seseorang dan
tanggapan secara sederhana .
Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaia n Alokasi Waktu Sumber Belajar 1). Mengucapkan
kata benda, kata kerja dan kalimat sederhana dengan bahasa yang mudah dipahami secara lisan dan / atau isyarat. Kata benda Meniru mengucap-kan nama benda dan menunjukkan . Mengucap-kan kata- kata yang ada pada VCD player dan menunjukkan bendanya. Mengenal dan mengucap-kan nama benda di sekitarnya. Menirukan nama benda dan menunjuk bendanya.
Lisan
commit to user
2) Mendemonstrasi kan percakapan dan peristiwa Kata kerja Kalimat sederha- na Data diri Menirukan ucapan kata kerja dan melakukan-nya. Mengucap-kan kata-kata kerja yang ada pada VCD player dan melakukan-nya Menyusun dan mengucap-kan kalimat sederhana . Menyusun kalimat berdasar kata-kata yang ada pada VCD player. Menanyakan namanya, orang tua, kelas/ sekolah dll. Tanya jawab tentang data diri siswa dan lingkungan-nya . Mengenal dan mengucap-kan kata kerja serta dapat melakukan. Dapat menyusun dan mengucap-kan kalimat yang dibuat. Mengucap-kan kalimat yang dibuat dari kata- kata di VCD player Mengucap-kan data diri Siswa . Menanggapi pertanyaan yang disampai-kan melalui VCD playerLisan 3 perte-
commit to user
30
d. Soal Tes
1). Tirukan bacaan berikut ini dengan baik !
am
al
as
ak
im
il
is
ik
um
ul
us
uk
em
el
es
ek
Om
ol
os
ok
2). Ucapkan bacaan di bawah ini dengan benar !
Bal
sal
kal
dak
Bil
sil
kil
dik
Bul
sul
kil
duk
Bel
bul
bul
duk
Bol
sol
bol
dod
3) Tirukan kata- kata di bawah ini !
Bola
asin
bapak
Lima
ilmu
salak
Malu
sapu
kakak
4). Ucapkan kalimat berikut ini !
commit to user
Saya kelas tiga
Saya belajar bahasa
Saya bisa bicara
Bapak suka membaca
5). Jawablah pertanyaan di bawah ini
siapa namamu ? ...
kamu kelas berapa ? ...
siapa bapakmu ? ...
temanmu berapa ? ...
dimana seko
lahmu ? ...
e. Kriteria Penilaian
1). Mampu melakukan tugas yang diberikan dengan baik dinilai 3
2). Mampu melakukan dengan bimbingan dinilai 2
3). Tidak mampu melakukan tugas yang diberika dinilai 1
Tabel 3 Skor Penilaian
Mata Pelajaran : Bahasa Undonesia
Kelas : III
Semester : 2
Tema : Komunikasi
commit to user
32
Variabel yang diukur
No Aspek yang
dinilai
Skor Maksi mal
Skor yang diperoleh siswa
AS LN RZ AJ NZ HQ
Memahami cara
mengucapkan kata
Memahami tanya jawab / Komunikasi lisan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Menirukan suku kata yang diawali huruf hidup/Vokal Menirukan ucapan yang diawali huruf konsonan . Menirukan ucapan kata- kata benda .
Menirukan ucapan kata- kata kerja .
commit to user
11
12
13
14
15
Dapat
menyebut-kan alamat
rumahnya. Dapat
menyebut-kan tanggal lahirnya
Dapat menyebutkan bulan lahirnya
Dapat
menyebut-kan tahun lahirnya
Dapat
menyebut-kan nama sekolah dan kelasnya.
3
3
3
3
3
Skor maksimum dan skor perolehan 45
Nilai Akhir : Jumlah Skor perolehan X 100 =... Skor maksimum
Standar Nilai : Nilai tertinggi = 100 Nilai Ketuntasan = 60
Narasi Penilaian :
1 Siswa dikatakan berhasil dengan sempurna apabila mencapai 90 %
dari aspek yang dinilai.
2. Siswa dikatakan berhasil dengan baik apabila mencapai 70 – 89 % dari
commit to user
34
3. Siswa dikatakan berhasil kategori cukup apabila mencapai 50 – 69 %
dari aspek yang dinilai.
4. Siswa dikatakan belum berhasil apabila tidak mencapai 49 % dari
aspek yang dinilai.
E. Validitas Data
Agar data yang diperoleh adalah benar-benar valid maka tehnik yang
digunakan adalah review informasi kunci. Tehnik ini digunakan untuk
mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa dalam kegiatan mengucapkan kata
atau kalimat serta faktor penyebabnya.
Review informasi kunci adalah mengkonfirmasikan data sehingga
diperoleh kesepakatan antara peneliti dengan informan tentang data dan
temuan yang diperoleh.
F. Tehnik Analisis Data
Tehnik yang digunakan untuk menganalisis data dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini yaitu dengan tehnik analisis kritis yang berkaitan dengan
data kwalitatif. Sedangkan data yang dianalisis secara kwantitatif adalah
membandingkan data yang diperoleh sebelum dan sesudah tindakan
dilaksanakan ( Pre Tes dengan Post Tes )
G. Indikator Keberhasilan / Kinerja
Setelah diadakan penelitian diharapkan agar kemampuan berkomunikasi
lisan siswa di kelas ini meningkat. Siswa yang dapat berkomunikasi bisa
mencapai 80 % dari jumlah siswa di kelas .Sebelumnya siswa yang mampu
diajak berkomunikasi lisan dibawah 80 %.
commit to user
H. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus . Rancangan
siklus-siklus ini adalah :
SIKLUS I
Perencanaan I > Merencanakan pembelajaran bahasa terutama
Percakapan / komunikasi.
> Materi tentang kata benda.
> Materi tentang kata kerja.
> Materi percakapan data diri.
Tindakan I Menerapkan komunikasi lisan tentang kata
benda , kata kerja dan data diri siswa.
Pengamatan I > Melakukan pengamatan menggunakan format
observasi.
> Menilai siswa dalam menyelesaikan masalah
selama pembelajaran.
Refleksi I > Melakukan evaluasi terhadap aktivitas yang
dilakukan siswa.
SIKLUS II
Perencanaan II > Mengidentifikasi masalah dan menetapkan
alternatif pemecahannya berdasarkan hasil pada
siklus I.
Tindakan II > Pelaksanaan Program tindakan II
Pengamatan II > Pengumpulan data tindakan II
Refleksi II > Evaluasi tindakan II
commit to user
36 BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ada dua siklus.
Dalam setiap siklus terdiri dari beberapa tahapan-tahapan yang dilaksanakan
oleh penulis yaitu meliputi perencanaan ( planning ), tindakan ( acting ),
pengamatan ( observing ), dan refleksi ( reflecting ).
Dalam dua siklus diharapkan dapat tercapai tujuan akhir dari penelitian
yaitu dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam komunikasi lisan pada
siswa kelas III di SLB Manunggal Slawi.
1. Siklus I
Pelaksanaan siklus 1 berisi tentang pembelajaran mata pelajaran
Bahasa Indonesia dengan standar kompetensi memahami cara berkomunikasi
lisan sedangkan kompetensi dasarnya percakapan ( pengucapan kata ). Siklus
1 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 3 Mei 2011.
a. Perencanaan
Rencana tindakan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan
kemampuan berkomunikasi lisan melalui media VCD player dengan isi
mengenalkan nama benda, nama orang, kata kerja, percakapan mengenai
data diri siswa kelas III di SLB Manunggal Slawi, antara lain sebagai
berikut :
1). Menyusun silabus berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III SDLB bagian B.
2). Mengembangkan silabus menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
( RPP ).
3). Merencanakan lembar kerja siswa sebagai sarana untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam berkomunikasi lisan dengan ucapan yang
commit to user
4). Peneliti juga mempersiapkan sarana dokumentasi serta lembar
observasi untuk mencatat kegiatan selama pembelajaran baik untuk
siswa maupun untuk guru.
b. Tindakan
Langkah- langkah yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan tindakan
terperinci sebagai berikut :
1). Tahapan dalam mempersiapkan tindakan
Penulis sekaligus sebagai guru menyiapkan silabus, RPP,
instrumen, sumber belajar dan media VCD player yang digunakan
untuk mendukung efektifitas pelaksanaan tindakan.
2). Pelaksanaan tindakan
Pada pelaksanaan tindakan, penulis melaksanakan tindakan sesuai
dengan rencana yang telah disusun dalam RPP. Secara garis besar
tindakan yang dilaksanakan meliputi :
a). Tindakan awal
Appersepsi
Peneliti / guru membuka materi pembelajaran dengan :
(1). Mengajak percakapan dengan memancing siswa agar
menanyakan / mengucapkan kata .
(2). Mempercakapkan nama benda di sekitar kelas dan sekolah serta
aktifitas.
(3). Peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar mau berbicara
secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b). Tindakan Inti
(1). Siswa diajak bercakap- cakap mengenai nama benda yang ada
di sekitarnya.
(2). Siswa mengucapkan sendiri nama- nama benda dan
commit to user
38
(3).Siswa diajak bercakap – cakap mengenai aktifitas yang
dilakukan sehari- hari seperti makan, minum, duduk, membaca,
mencuci, menyapu dan sebagainya.
(4).Siswa mengucapkan aktifitas tersebut diatas sambil
mengisyaratkan Bahasa Indonesia.
(5).Siswa menyusun kalimat sederhana dari kata- kata tersebut
dengan bimbingan guru.
(6).Siswa berkomunikasi dengan susunan kalimat yang benar.
c). Tindakan Akhir
Peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui keberhasilan dan
kelemahan dari materi pembelajaran.
c. Pengamatan
Ketika peneliti melakukan tindakan, anggota penulis kolaborator
melakukan pengamatan terhadap situasi yang terjadi selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Hal- hal yang diamati dan dicatat oleh
kolaburator dalam lembar observasi diantaranya :
1). Mengamati jalannya pembelajaran dan menilai kemampuan guru dalam
melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ).
2). Perubahan siswa yang terjadi selama proses pembelajaran.
3). Ketrampilan guru dalam mengajak komunikasi ( percakapan ), baik
dalam tindakan awal, tindakan inti maupun tindakan akhir.
4). Kesesuaian antara rencana dan implementasi tindakan.
5). Mengamati dan menilai kemampuan siswa dalam berkomunikasi lisan
( percakapan ).
d. Refleksi
Pada tahapan ini penulis menganalisa data yang diperoleh dari
berkomunikasi ( percakapan ) dengan siswa dapat berjalan tetapi ada
commit to user
benar, mengisyandokan dengan benar, perhatian, keaktifan dalam
komunikasi, menyusun kalimat dengan benar.
2. Siklus II
Siklus II merupakan pembelajaran lanjutan dari materi dan wacana
yang ada pada siklus I, dimana dalam siklus I materi atau wacana yang
diberikan baru pada menyusun kalimat belum pada materi percakapan (
imbal balik). Sehingga dalam siklus II peneliti memberikan tambahan
materi yang diperlukan siswa agar mampu berkomunikasi dengan baik dan
benar. Materi itu sendiri tertuang dalam standar kompetensi yang berisi
tentang mendemonstrasikan percakapan, dan kompetensi dasarnya
melakukan percakapan tentang data diri. Siklus II dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 9 Mei 2011.
a.Perencanaan
1). Menentukan kembali kompetensi dasar yang akan dicapai dalam
proses pembelajaran, terutama kemampuan dalam melakukan
percakapan data diri.
2). Merancang kembali pembuatan silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran sebagai pedoman dalam pembelajaran.
3). Merencanakan latihan percakapan tentang data diri siswa, untuk
mengetahui sejauh mana materi dapat diterima siswa.
4). Pengamat mempersiapkan lembar observasi baik untuk guru maupun
untuk siswa.
b. Tindakan
Pada proses tindakan peneliti / guru pada dasarnya adalah
melaksanakan program/ rencana yang telah disusun, diantaranya :
1). Guru menyusun kembali rencana pengajaran sebagai pedoman dalam
commit to user
40
2). Guru kembali memberikan materi percakapan imbal balik mengenai
data diri siswa.
3). Dengan metode pemberian tugas, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam
berkomunikasi ( percakapan ).
4). Dengan bimbingan guru, siswa dapat berkomunikasi( percakapan )
tentang data dirinya dengan baik.
c. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator/ pengamat,
diantaranya adalah :
1). Mengamati jalannya pembelajaran terutama kemampuan guru dalam
penguasaan materi pembelajaran, penguasaan kelas, ketepatan,
keefisienan alat peraga serta keaktifan siswa selam mengikuti proses
pembelajaran.
2). Mengamati perubahan kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas
yang diberikan.
d. Refleksi
Sebagaimana dalam siklus I, maka setelah mengadakan
pengamatan atas tindakan pembelajaran di dalam kelas, selanjutnya
diadakan refleksi atas segala tindakan yang telah dilaksanakan .Dalam
kegiatan siklus II refleksi yang dihasilkan sebagai berikut :
1). Guru dalam menyampaikan pelajaran