• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan Menggunakan LKS Matematika Berbasis Life Skill - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan Menggunakan LKS Matematika Berbasis Life Skill - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Singkat Objek 1. Letak Geografis

MTs PSM Tanen Rejotangan berada di Jalan Raya desa Tanen, kecamatan Rejotangan, kabupaten Tulungagung. MTs PSM Tanen memiliki letak yang unik karena di ujung tenggara dari kabupaten Tulungagung yang berbatasan dengan kabupaten Blitar. Satu kilo meter ke selatan, dan 2 km ke timur merupakan kabupaten Blitar.

Letak secara geografis MTs PSM Tanen Rejotangan memang kurang menguntungkan, akan tetapi ada sisi positifnya yaitu tenang, karena di pinggir jalan utama yang ramai sehingga situasi sangat kondusif untuk sebuah lembaga pendidikan. Sisi lain MTs PSM Tanen Rejotangan adalah berada dalam lingkungan Pondok Pesantren Sabilil Muttaqin (Pondok PSM) yang memiliki lembaga pendidikan dari PAUD, TK, RA, SD Islam, MI PSM , yang mana lembaga tersebut tetap eksis.

(2)

PSM Tanen Rejotangan akan tetap menjadi salah satu alternatif pilihan wali murid menyekolahkan anaknya.

2. Lingkungan Demografis.

Jumlah penduduk kecamatan Rejotangan adalah 73.744 orang, yang terdiri atas 10.131 KK dan sejumlah KK tersebut 98 % beragama Islam. Sedangkan jumlah penduduk desa Tanen sendiri yang dijadikan tempat berdiri gedung MTs PSM Tanen Rejotangan sejumlah 5.054 orang, 1553 KK yang 100 % beragama Islam. Hal ini yang menjadi modal dasar bagi pengembangan MTs PSM Tanen Rejotangan ke depan.

3. Sejarah Berdirinya Madrasah

Sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah Pesantren Sabilil Muttaqien Tanen Rejotangan Tulungagung ini berawal dari inisiatif seorang tokoh agama yang bernama H. Afandi yang bermaksud untuk mendirikan sebuah Lembaga Pendidikan Dasar / Madrasah Ibtidaiyah (MI), yang akhirnya beliau bersama tokoh-tokoh masyarakat yang lain berkumpul dan sepakat untuk mendirikan Lembaga Pendidikan tersebut. Maka tepat pada tanggal 10 Oktober 1949 diresmikanlah pendirian Madrasah Pendidikan tersebut.

(3)

lulus kelas 6 MI. Pada perkembangannya Madrasah ini pernah berganti nama menjadi Sekolah Menengah Pertama (SMP) “Nilo Swarno” dan dipindahkan ke Desa Buntaran Rejotangan, akan tetapi di tempat yang baru ini SMP Nilo Swarno kurang mendapat respon yang positif dari warga sekitar. Akhirnya SMP ini dipindah lagi ke Desa Tanen Rejotangan (tempat pertama berdiri) tetapi berganti nama menjadi Madrasah Tsanawiyah “Jami’ul Khoiroh”.

Pada tahun 1959 berdirilah Madrasah Islamiyah Menengah (MIM) selama enam tahun. Kemudian kelas 1,2,3 menjadi Madrasah Tsanawiyah Pesantren Sabilil Muttaqin (MTs PSM) dan kelas 4,5,6 berubah menjadi Madrasah Aliyah Agama Islam (MAAI) pada tahun 1968.

Dan tepat pada tanggal 10 Oktober 1973 diresmikanlah berdirinya Madrasah Tsanawiyah Pesantren Sabilil Muttaqin (MTs PSM) Tanen Rejotangan sampai saat ini tanggal 10 Oktober merupakan moment yang sangat penting dan bersejarah bagi berdirinya lembaga pendidikan yang sempat berubah-ubah tersebut, akan tetapi setiap perubahan nama dan jenjang pendidikan selalu menggunakan moment 10 Oktober untuk mengawalinya.

4. Struktur Organisasi Madrasah

Struktur Organisasi dalam suatu lembaga sangat penting. Karena dengan adanya struktur organisasi orang akan mudah mengetahui sejumlah personil yang menduduki jabatan tertentu dalam lembaga tersebut.

Gambar 3. Struktur Organisasi MTs PSM Tanen Rejotangan Tulungagung

Kepala Komite

Fathoni Kepala MadrasahGufron M.Pd.I

Wakamad KTU

(4)

Keterangan:

: Garis Koordinasi : Garis Komando

5. Data Siswa dan Prestasi yang diraih

a. Data Siswa

Data tentang keadaan siswa MTs PSM Tanen Rejotangan Tulungagung pada tahun pelajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut:

TABEL 1. Data siswa MTs PSM Tanen Rejotangan Tahun Pelajaran

TABEL 2. Prestasi yang di capai MTs PSM Tanen Rejotangan

(5)

2 Veskora Bahasa Inggris Nasional 1 2005

3 Lomba Volly Kecamatan 2 2006

4 Lomba Lingkungan Kelas

Sehat Madrasah 1 2006

5 Gelar Lomba Penggalang Kabupaten 3 2008 6 Lomba PMR Madya Kabupaten 2 2008 8 Qiro’atul Qur’an Kecamatan 2

6. Keadaan Tenaga Pengajar

MTs PSM Tanen Rejotangan mempunyai tenaga pengajar yang cukup banyak yaitu 25 tenaga pengajar. Sebagian dari guru di MTs ini adalah tenaga dinas, tetapi mayoritas adalah tenaga honorer yang diambil dari masyarakat lingkungan sekolah dan rata-rata memiliki spesifikasi pendidikan S-I pendidikan.

TABEL 3. Data Guru MTs PSM Tanen Rejotangan Tahun Ajaran 2009/2010

NO NAMA GURU TANGGAL LAHIRTEMPAT FungsionalJabatan

1 Gufron, M,Pd.I Tulungagung, 6/7/1969 MadrasahKepala

2 Mariyadi, S.Pd Tulungagung, 6/8/1966 Guru

3 Imam Syafi'I, S.Pd Tulungagung, 30/11/1959 Guru

4 Joko Supa'at, S.Pd Tulungagung, 19/06/1976 Guru

5 Dra. Anisah Fahmi, S.Pd Tulungagung,6/7/1963 Guru

6 Latifah Naili, S.Pd Tulungagung,18/04/1971 Guru

7 Dra. Hj. Uswatun Mubarokah Tulungagung, 7/12/1966 Guru

8 M. Zen Ma'arif, S.Pd Tulungagung,26/07/1976 Guru

9 Arif Wahyudi, S.Pd.I Tulungagung,24/12/1983 Guru

10 Siti Masithoh, S.Pd.I Tulungagung,11/7/1973 Guru

11 Fikriyatus Shofia, S.Si Tulungagung,8/9/1979 Guru

12 Ulul Hikmah, S.Tp Tulungagung,5/8/1981 Guru

13 Ahmad Zaini Tulungagung,2/4/1968 Guru

14 Ahmad Ali Mustakim Tulungagung,26/02/1975 Guru

15 M. Khoirul Anam M, S.Ag Tulungagung,20/04/1970 Guru

16 Rofi'ah, S.Ag Tulungagung,15/02/1970 Guru

17 Wahyu Muthoharoh Tulungagung,30/08/1988 Guru

18 Nurjanatin, S.ag Tulungagung,20/07/1979 Guru

(6)

S.Ag

20 Jamila Wijayanti, S.S Tulungagung,13/01/1984 Guru

21 Lutfi Mu'inah Tulungagung,20/10/1989 Guru

22 Nasrotun Nasikhin Tulungagung,10/5/1990 Guru

23 Saiful Rohman Tulungagung,22/02/1987 Guru

24 Agusng Sulistiyo Tulungagung,19/06/1989 Guru

25 Siti Mu'awanah, A.Ma Tulungagung,7/10/1974 Guru

7. Keadaan Sarana Prasarana

5 Toilet dan tempat wudlu 2

6 Perpustakaan 1

7 Ruang UKS 1

8 Ruang Osis 1

9 Asrama putra dan putrid 1 10 Lapangan olahraga 1

11 Kantin 1

12 Komputer 10

13 Peralatan olahraga 5

(7)

TABEL 5. Struktur Kurikulum MTS. PSM Tanen Rejotangan Kelas VII,

C.Pengembangan Diri 2*) 2 2*) 2

Jumlah 42 56 42 56

*) = ekuivalen 2 jam pembelajaran

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data

(8)

kesimpulan dari hasil penelitian. Analisis data pada penelitian ini

terdiri dari dua tahap, yaitu analisis data tahap awal dan analisis

data tahap akhir.

1. Analisis Data Tahap Awal

Analisis data tahap awal dilakukan untuk mengetahui

kondisi awal sampel. Data yang akan dianalisis diperoleh dari

data nilai ulangan harian siswa kelas VII A, kelas VII B pada

pokok bahasan sebelumnya. Sampel yang diambil dalam

penelitian dikatakan layak/signifikan digunakan jika sampel

berasal dari populasi yang homogen atau berangkat dari titik

awal yang sama. Analisis pada tahap awal meliputi tiga

langkah yaitu sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah

sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari

hasil uji normalitas pada kelas VII A, diperoleh hitung =5.66,

sedangkan dari distribusi chi-kuadrat dengan signifikasi 5%

dan dk=4 diperoleh harga tabel =9.49, sehingga diperoleh

(9)

bahwa kelas VII A berasal dari populasi yang berdistribusi

normal. Uji normalitas pada kelas VII B diperoleh hitung

=2.83, sedangkan dari distribusi chi-kuadrat dengan

signifikasi 5% dan dk=4 diperoleh harga tabel =9.49,

sehingga diperoleh hitung < tabel. Karena hitung < tabel maka

dapat disimpulkan bahwa kelas VII B berasal dari populasi

yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya

terdapat pada lampiran.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah

sampel yang diambil berasal dari populasi dengan varians

yang homogen. Untuk menguji homogenitas varians dari

kedua kelas digunakan uji Bartlet. Berikut ini disajikan data

varians kedua kelas.

TABEL 6. Data Varian pada Uji Homogenitas Awal

Kelas Banyaknya Siswa

(n) Varians

VII A 29 258.2

(10)

Fhitung =

= = 1.008

Dari perhitungan diperoleh Fhitung= 1.008. Dengan p=0.05,

dengan dbpembilang = 1, dbpenyebut= 56 diperoleh Ftabel 0.05 (1,56) =

4.02 F 0,95(56,1) = 0.2487, sehingga didapat.0.2487 < F < 4.02. Karena 0.2487 <F < 4.02 maka hipotesis Ho diterima, sehingga dapat dikatakan kedua kelas mempunyai varians yang

homogen

Dari uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh suatu

kesimpulan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol

layak/signifikan digunakan sebagai sampel dalam penelitian

ini karena berangkat dari titik awal yang sama.

2. Analisis Data Tahap Akhir

Analisis data tahap akhir dilakukan untuk menjawab

hipotesis penelitian, yaitu apakah prestasi matematika siswa

dengan penerapan model pembelajaran matematika dengan

LKS matematika berbasis life skill pada pokok bahasan segi

tiga lebih baik dari prestasi matematika siswa dengan

(11)

dianalisis diperoleh dari data nilai tes kecakapan matematika

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes prestasi

matematika pada penelitian ini dilaksanakan pada pertemuan

kelima. Analisis pada tahap akhir meliputi tiga langkah yaitu

sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji kenormalan data dilakukan sebagai acuan dalam

memilih statistik yang digunakan, apakah statistik

parametrik atau statistik nonparametrik. Uji normalitas pada

penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah kelas

eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi

berdistribusi normal. Untuk menguji kenormalan data

digunakan uji chi kuadrat. Untuk kelas eksperimen, dari

perhitungan diperoleh hitung = 4.15, sedangkan dari

distribusi chi kuadrat dengan signifikasi 5% dan dk=4

diperoleh harga tabel =9,49. Karena hitung < tabel, maka

dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen berasal dari

polulasi yang berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelas

kontrol dari perhitungan diperoleh hitung = 8,33, sedangkan

(12)

diperoleh harga tabel =9,49, sehingga hitung < tabel, maka

dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol berasal dari polulasi

yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya

terdapat pada lampiran.

b. Uji Homogenitas

Untuk menguji homogenitas dari dua varians digunakan

uji Pearson. Berikut ini disajikan data varians kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

TABEL 7. Data Varian pada Uji Homogenitas Akhir

Kelas Varian

Eksperimen 168.1182

Kontrol 242.73

Diperoleh Fhitung =

= = 1.444

Dari perhitungan diperoleh Fhitung= 1.444. Dengan p=0.05,

dengan dbpembilang = 1, dbpenyebut= 56 diperoleh Ftabel 0.05 (1,56) =

(13)

dapat dikatakan kedua kelas mempunyai varians yang

homogen.

Hasil analisis dari data observasi aktivitas siswa adalah

sebagai berikut.

a. Pada pembelajaran I (pada tanggal 4 Mei 2010)

prosentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran

adalah 68,57%.

b. Pada pembelajaran II (pada tanggal 10 Mei 2010)

prosentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran

adalah 75,71%

c. Pada pembelajaran III (pada tanggal 11 Mei 2010)

prosentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran

adalah 82,85%.

d. Pada pembelajaran VI (pada tanggal 17 Mei 2010)

prosentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran

adalah 92,43%.

c. Uji t-test

uji t-tes digunakan untuk mengetahui pembelajaran

yang dilakukan mempunyai pengaruh atau tidak terhadap

(14)

TABEL 8. Data Mean pada Uji t-test

Kelas Mean

Eksperimen 11.31

Kontrol 1.448

Dari perhitungan diperoleh thitung = 2.839 dengan db =

56, untuk taraf signifikan 5% ttabel = 2.68 sedangkan untuk

taraf signifikan 1% ttabel = 2.42. Dari data tersebut diperoleh

t0 > ts > ts yaitu 2.839 > 2.68 > 2.24 ini menunjukkan bahwa

penelitian yang dilakukan mempunyai pengaruh terhadap

kelas eksperimen.

C. Pembahasan

Setelah diterapkan model pembelajaran menggunakan LKS

matematika berbasis life skill pada kelompok eksperimen dan

pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol, terlihat

bahwa prestasi matematika kedua kelompok tersebut berbeda

secara nyata. Berdasarkan hasil dari analisis statistik pada data

tahap akhir, dengan menggunakan uji t diperoleh suatu

kesimpulan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian

(15)

lebih baik dari rata-rata prestasi matematika pada kelas kontrol

pada Pokok Bahasan Segitiga. Terjadinya perbedaan nilai prestasi

matematika tersebut salah satunya disebabkan adanya

perbedaan perlakuan pada kedua kelas yaitu penerapan

pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill

pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada

kelas kontrol. Pembelajaran menggunakan LKS matematika

berbasis life skill pada kelas eksperimen lebih mendorong siswa

untuk aktif dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuan dengan

melibatkan kegiatan-kegiatan seperti aktif bertanya, belajar

dalam kelompok dan kegiatan lainnya sehingga hal ini

mempengaruhi adanya perbedaan kemampuan dalam

memahami konsep antara kelas eksperimen dengan kelas

kontrol.

Pada pertemuan pertama pembelajaran dengan menerapkan

Pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill

dalam pelaksanaannya terdapat hambatan-hambatan. Adanya

perubahan cara mengajar guru dirasakan siswa sebagai hal yang

baru dan memerlukan penyesuaian terhadap model

pembelajaran baru tersebut. Salah satu hambatannya adalah

(16)

penemuan terhadap pengetahuan yang disajikan oleh guru dalam

bentuk soal pemecahan masalah. Hambatan itu terjadi karena

siswa belum terbiasa dengan media yang disajikan guru, berupa

lembar kerja siswa yang digunakan untuk membantu siswa

mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui pengajuan soal

pemecahan masalah. Hambatan yang lain adalah timbulnya

kegaduhan saat pembentukan kelompok kecil sehingga berakibat

cukup menyita banyak waktu untuk mengkondisikan kelas. Siswa

yang sebelumnya diajar dengan pembelajaran konvensional

mengalami kesulitan saat diterapkan pembelajaran

menggunakan LKS matematika berbasis life skill seperti ketika

guru melakukan Tanya jawab dalam rangka untuk menggali

seberapa jauh kemampuan siswa menguasai materi segitiga

siswa masih pasif dan kurang percaya diri dalam menjawab dan

mengeluarkan pendapatnya .

Hambatan-hambatan yang terjadi pada pertemuan pertama

perlahan-lahan mulai berkurang pada pertemuan selanjutnya,

siswa sudah bisa menyesuaikan dengan model pembelajaran

baru yaitu pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis

life skill tersebut. Siswa juga mulai tertarik pada pembelajaran

(17)

diterapkannya pembelajaran menggunakan LKS matematika

berbasis life skill, siswa mulai merasa senang dengan kegiatan

mengkonstruksi pengetahuan dalam bentuk pengerjaan soal

pemecahan masalah dan siswa mulai sadar dan aktif bertanya

untuk mengembangkan pengetahuan. Siswa juga merasa

bersemangat saat belajar dalam kelompok-kelompok. Mereka

saling berdiskusi, saling menjelaskan dan saling membantu dalam

memecahkan masalah yang disajikan oleh guru.

Permasalahan kontekstual yang ada pada soal pemecahan

masalah juga memotivasi siswa untuk terus belajar dan menggali

pengetahuan mereka sendiri karena permasalahan yang disajikan

sering mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi inilah

yang mempermudah siswa dalam menangkap materi pelajaran

yang diberikan guru. Soal pemecahan masalah yang diberikan

dengan mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan keadaan

kehidupan sehari-hari membuat siswa merasa antusias dan

termotivasi untuk mengerjakan permasalahan yang disajikan

sebaik mungkin.

Sedangkan pada pembelajaran yang dilaksanakan pada

kelas kontrol yaitu pembelajaran konvensional, siswa tidak

(18)

pembelajaran karena kondisi yang kurang mendukung dimana

guru masih sebagai sentral pembelajaran. Hal ini mengakibatkan

kemampuan siswa dalam menangkap isi materi yang disajikan

menjadi lambat dan kurang mengena pada siswa. Selain itu

dalam pembelajaran konvensional pada kelompok/kelas kontrol,

siswa tidak termotivasi untuk berani mengeluarkan pendapat dan

gagasan mereka. Hal ini mengakibatkan guru tidak bisa

menganalisis kesulitan siswa dalam menyerap materi pelajaran.

Berdasarkan hasil analisis observasi pada kelas eksperimen

mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan

hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran, pada

pertemuan I sampai II menunjukan adanya peningkatan

persentase. Pada pembelajaran I memang ada sedikit hambatan

dalam pengelolaan pembelajaran, tapi persentase aktivitas baik

pada kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran maupun

persentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran

menunjukan kenaikan yang sangat baik pada pertemuan kedua.

Adanya kekurangan dan hambatan dalam setiap pembelajaran

segera ditindak lanjuti sehingga tidak mengurangi efektifitas

Gambar

TABEL 1. Data  siswa MTs  PSM  Tanen  Rejotangan  Tahun  Pelajaran
TABEL 3. Data Guru MTs PSM Tanen Rejotangan Tahun Ajaran 2009/2010
TABEL  4.  Jumlah  Sarana  Prasarana  yang  dimiliki  MTs  PSM  Tanen
TABEL 5. Struktur Kurikulum MTS. PSM Tanen  Rejotangan Kelas VII,
+2

Referensi

Dokumen terkait

3.3 Memahami isi kandungan Hadits tentang amal salih riwayat Muslim dari Abu Hurairah مدآ نبا تاماذإ هلمع

3 Berdasarkan permasalahan diatas dalam proyek akhir ini dibuat suatu dispenser dengan menggunakan sensor air disertai bunyi buzzer dan sumber tegangan akan

[r]

kapal selam, dan yang terakhir sistem arah kemudi yang berarti dapat. mengendalikan kapal untuk melakukan perubahan arah sesuai

[r]

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

70 Tahun 2012 beserta petunjuk teknisnya, serta Surat Penetapan Hasil Evaluasi Dokumen Kualifikasi Nomor : 602.1/07/SS-PPGK/POKJA-INDAGKOP/ULP-STG/VI/2014, Tanggal 11 Juni 2014,

penyelenggara ritual adat menyediakan 4 (empat) lapak yang digunakan untuk permainan dadu, kemudian masyarakat sekitar tempat berlangsungnya upacara adat tersebut dapat