• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN INSEKTISIDA ORGANIK (URIN SAPI & SERBUK BIJI MIMBA) TERHADAP MORTALITAS LARVA (Spodoptera Litura.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN INSEKTISIDA ORGANIK (URIN SAPI & SERBUK BIJI MIMBA) TERHADAP MORTALITAS LARVA (Spodoptera Litura.)."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

KAJ IAN INSEKTISIDA ORGANIK (URIN SAPI & SERBUK BIJ I MIMBA) TERHADAP MORTALITAS LARVA (Spodoptera Litura.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyar atan dalam Memper oleh Gelar Sar jana Per tanian

J ur usan Hama dan Penyakit Tumbuhan

Oleh : RAFIT YAMAN NPM : 0522010003

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN’ J AWA TIMUR SURABAYA

(2)

KAJ IAN INSEK TISIDA ORGANIK (URI NE SAPI & SERBUK

BIJ I MIMBA) TERHADAP MORTALITAS LARVA

(

Spodoptera Litura.)

SKRIPSI

Diajukan Oleh : RAFIT YAMAN NPM : 0522010003

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN’ J AWA TIMUR SURABAYA

(3)
(4)

R I W A Y A T H I D U P

P en u l i s d l ah i r k a n d i Ter n a t e Pr op i n si M a l u k u u t a r a p a d a t a n gga l 6

A p r i l 1985 d a r i k el u a r ga B a p a k Y a m a n K Ba r h a m d a n I bu D ha l i f a h

Sy a h u n d en ga n n a m a n R a f i t Y a m a n .

P a d a t a h u n 1998 m en a m a t k a n p en d i d i k a n M a d r a sa h I bt i d a y a h N eger i

T er n a t e. P a d a t a h u n 20 02, p en u l i s m en y el esa i k a n p en d i d i k a n Sek ol a h

M en en ga h Per t a m a d i SM P I sk a n d a r Sa i d Su r a ba y a d en ga n m a sa st u d i

3 t a h u n . D a n p a d a t a h u n y a n g sa m a , p en u l i s m ela n j u t k a n p en d i d i k a n

k e Sek ol a h M en en ga h A t a s d i SM A A n -N a ji y a h Su r a ba y a y a n g

k em u d i a n d a p a t d i sel esa i a k a n p ad a 20 0 5. P a d a 20 0 5, p en u l i s d i t er i m a

d i F a k u l t a s P er t a n i a n U n i v er si t a s P em ba gu n a n N a si on a l “ V et er a n ”

Ja w a T i m u r d a n t er ca t a t seba ga i m a h a si sw a Ju r u sa n H P T . P a d a 0 1

Ju l i 210 , p en u l i s m en y el esa i k a n st u d i n y a d en ga n m en d ap a t gel ar

(5)

RINGKASAN

RAFIT YAMAN. NPM 0522010003 J udul : KAJ IAN INSEKTISIDA ORGANIK URIN SAPI DAN SERBUK BIJ I MIMBA TERHADAP MORTALITAS LARVA (Spodoptera Litura) Pembimbing Utama : DR. Ir . Indr iya Radiyanto, MS dan Pembimbing Pendamping DRH. Wiludjeng Widayati, MP.

Di Indonesia, hama ulat grayak menjadi hama pemakan daun kedelai paling penting dibandingkan dengan hama daun lainnya, seperti ulat jengkal, ulat tongkol jagung dan ulat penggulung daun. Pengendalian ulat grayak telah dilakukan dengan berbagai upaya seperti penggunaan sex-pheromon maupun dengan pengendalian biologis menggunakan Bacillus thuringencis (Bt) dan SlNPV (Spodoptera Litura Nuclear Polyhedrosis Virus). dengan alternatif penggunaan insektisida tetap menonjol, bahkan cenderung dilakukan secara tidak bijaksana. Akibatnya, di beberapa sentra produksi kedelai dilaporkan hama ulat grayak menjadi resisten (Muchlish, 2008).

Percobaan faktor tunggal dengan empat macam perlakuan ditempatkan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) diulang lima kali. Seperti pada Perlakuan: A adalah Urin sapi 100 cc + (1 Liter) air, B adalah Serbuk biji mimba ( sbm) 20 gr + (1 Liter) air C adalah Campuran (100 cc A + 100 cc B) + Liter , dan D adalah Air (Kontrol)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah maka Skripsi dengan judul “KAJIAN INSEKTISIDA ORGANIK (URIN SAPI & SERBUK BIJI MIMBA) TERHADAP MORTALITAS LARVA (Spodoptera Litura.)

Tujuan dari penyusunan Proposal Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur .

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak terutama kepada yang terhormat :

1. Dr. Ir. RAMDAN HIDAYAT, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ir. Mulyadi, MS, Ketua jurusan Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Dr. Ir Indriya Radiyanto MS, selaku Dosen Pembimbing Utama 4. Drh. Wiludjeng Widayati, MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping

5. Bapak dan ibu ku tercinta, serta saudara-saudara ku yang ada di Maluku Utara dan selalu mendoakan saya

(7)

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih terdapat kekurangan serta kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membagun guna perbaikan serta kesempurnaan penulis selanjutnya.

Surabaya , …... 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan masalah ...3

1.3 Tujuan ...3

1.4 Luaran yang di harapkan ...3

II. TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan morfologi Sopodoptera litura ...4

2.2 Insektisida organik (urin sapi) ...9

2.3 Insektisida organik (serbuk biji mimba) ... 10

2.4 Fungsi dari bahan organik ...12

2.5 Nutrisi (Larutan Pupuk) ...14

2.6 Teknologi fermentasi...14

III. MET ODE PELAKSANAAN 3.1. Tempat kegiatan ...16

3.2 Alat dan bahan ...16

3.3 Metode penelitian ...16

(9)

a. Persiapan ...17

b. Pembiakan ... 18

c. Pelaksanaan ... 18

c. Pengamatan ...19

d. Analisis data ...19

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perlakuan Urin Sapi terhadap larva Spodoptera litura......…...…. 20

4.2. Perlakuan Serbuk Biji Mimba terhadap larva Spodoptera litura ………….21

4.3. Perlakuan Campuran (Urin Sapi dan Serbuk Biji Mimba) terhadap larva Spodoptera litura…………. 22

4.4.Perlakuan Kontrol (air) terhadap larva Spodoptera litura ... 24

4.4.1. Mortalitas larva Spodoptera litura sampai 24 jam……… 24

4.4.2. Mortalitas larva Spodoptera litura berdasarkan hari ……… 25

V. KESIMPULAN A Kesimpulan ………...………..…..27

B Saran ……….……….... 27

DAFTAR PUSTAKA ………...………28

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Ha laman

Teks

1. Kandungan unsur hara pada ternak urin sapi cair ... 14 2. Rerata Persentasi Mortalitas larva Spodoptera litura.

Pada perlakuan 6, 12, 18 dan 24 jam ………. 25 3. Rerata Persentasi Mortalitas larva Spodoptera litura

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Ha laman

Teks

1. Telur Spodoptera litura (Anonim 2009a)………... 4

2. Larva Spodoptera litura (Anonim 1991) ……… 6

3. Pupa Spodoptera litura…………. 6

4. Imago Spodoptera litura (Anonim 2009b) ………. 7

5. Larva Spodoptera litura Instar dua (Anonim 2009c) ………. 8

6. Denah penempatan pada masing-masing perlakuan dalam rancangan acak lengkap ... 17

7. Larva Spodoptera litura yang mati pada perlakuan urin sapi….………... 20

8. Spodoptera litura yang mati pada perlakuan serbuk biji mamba ……….. 22

9. Larva Spodoptera litura yang mati pada perlakuan campuran (urin sapi dan serbuk biji mimba) ………...23

(12)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

(13)

2

Pestisida kimia apabila digunakan secara terus-menerus bagi tanaman bukan saja akan mengancam kesehatan manusia, tetapi juga bisa mengakibatkan pergeseran ekosistem dalam jangka panjang. Organisme yang mestinya bisa bermanfaat bagi tanaman, terutama dalam penyerbukan, bisa ikut mati bersama hama tanaman. Pestisida kimia umumnya mengandung logam berat berkadar tinggi. Residu pestisida pada tataran yang tidak rasional akan menyebabkan buah dan sayuran tercemar (Samsudin, 2008)

Alternatif pencegahan perusakan lingkungan harus dilakukan, salah satunya melalui penggunaan pestisida alami yang tidak meninggalkan residu berbahaya dan ramah lingkungan. (friendly environment).

Urin sapi sangat bermanfaat untuk dijadikan pestisida yang ramah lingkungan. Pestisida organik dari urine sapi tersebut, merupakan upaya alternatif dalam pengendalian hama yang ramah lingkungan. Keprihatinan bahwa kondisi pertanian sekarang makin kritis. Hal lain akibat pergeseran keseimbangan ekosistem.

(14)

3

Akibatnya, di beberapa sentra produksi kedelai dilaporkan hama ulat grayak menjadi resisten (Muchlish, 2008).

1.2. Perumusan Masalah

Serangan hama dan penyakit pada tanaman budidaya merupakan salah satu faktor penting yang dapat mengurangi hasil pertanian. Selama ini, petani sangat bergantung kepada pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit tersebut. Pestisida kimia yang digunakan terus menerus akan menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Hal lain hama menjadi resisten dan timbul resujensi. Sehubungan hal tersebut perlu dicari dan dikaji alternatif pestisida organik yang ramah lingkungan.

1.3. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi insektisida organik yaitu (urin sapi) terhadap mortalitas larva Spodoptera litura.

1.4. Luaran Yang Dihar apkan

(15)

4

II. TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika dan Mor fologi Spodoptera Litura.

Menurut Kalshoven (1981), sistematika serangga Spodoptera litura termasuk pada :

Phylum : Anthropoda Klas : Hexapoda Ordo : Lepidoptera Famili : Noctuidae Genus : Spodoptera

Spesies : Spodoptera litura F.

Telur berbentuk bulat berwarna putih kekuningan terdapat pada daun dan bagian tanaman lain, dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi. Telur S. litura

bergaris tengah 025 – 0,5 milimeter, kelompok telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bagian ujung ngegant betina telur tersebut diletakkan pada bawah daun atau pelepah daun, dengan lama stadia telur berkisar antara 3-9 hari (Gambar 1).

(16)

5

Larva mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai kalung/bulan sabit berwarna hitam pada segmen abdomen yang ke empat dan ke sepuluh, serta pada sisi latera dorsal terdapat garis kuning. Larva S litura yang baru menetas dari telur berwarna kehijauan dengan sisi kecoklatan, lama stadia larva 16 – 20 hari dengan 6 kali pergantian instar (Hersusanti, 1994).

Adapun ciri-ciri larva pada setiap instar S. litura adalah sebagai berikut :

Instar I warna tubuhnya bening atau hijau mengkilat dengan ditumbuhi bulu-bulu halus. Kepala berwarna hitam dengan panjang tubuh 2 – 2,75 mm dan lebar 0,30 mm, umur setiap pergantian instar 2 – 3 hari. Instar II panjang tubuhnya 3,75 – 10 mm dan lebar kepalanya 0,30 – 0,50 mm bulu-bulu pada tubuhnya sudah tidak kelihatan lagi, pada bagian dorsal terdapat garis putih memanjang dari thoraks hingga ujung abdomen pertama. Instar III pajang tubuhnya 10 – 15 mm dan lebarnya kepalanya 0,30 – 0,60 mm. Instar IV. Panjang tubuhnya antara 15 – 20 mm dan lebar kepalanya antara 0,80 – 1 mm. pada kiri dan kanan tubuhnya mulai muncul struktur berbentuk setengah lingkaran. Instar V. Panjang tubuhnya antara 25 – 35 mm dan lebar kepalanya 2 – 3 mm. Instar VI. Panjang tubuhnya antara 35 – 50 mm. (Anonim 1991).

(17)

6

Gambar : 2. larva spodoptera litura Instar V ( Anonim 2010a)

Pupa berwarna coklat kemerah-merahan dan agak mengkilat terbentuk didalam tanah dan panjangnya berkisar 1,6 cm dengan lama stadia pupa 9 – 10 hari.

Gambar 3 : Pupa Spodoptera litura (2010b)

(18)

7

Keterangan : A adalah Betina B adalah Jantan Gambar 4 : Imago Spodoptera litura (Anonim 2009c)

Gejala serangan Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas/transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Larva instar lanjut merusak tulang daun dan kadang-kadang menyerang buah. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun menyerang secara serentak berkelompok, serangan berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat. Serangan berat umumnya terjadi pada musim kemarau. Di bandingkan dengan gejala serangan imago tidak terlalu berbahaya bagi tanaman, tidak seperti larvanya. Gerombolan larva yang baru keluar dari telur langsung menggerogoti epidermis daun. Mula-mula hanya memakan daun dengan meninggalkan tulang daunnya saja. daun menjadi sobek, terpotong atau berlubang-lubang. Lalu dengan semakin bertambahnya umur larva mampu memakan seluruh daun dengan tulang daunnya. Tanaman tua lebih sering di serang larva di banding tanaman muda. (Soemadi, 1997)

(19)

8

Gambar 5 : Larva Spodoptera litura Instar dua (Anonim 2008c)

Hama ini bersifat polifag, selain kedelai tanaman inang lainnya yaitu kubis, sawi, padi, jagung, tomat, tebu, buncis, jeruk, tembakau, bawang merah, terung, kentang, kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah), kangkung, bayam, pisang, tanaman hias juga gulma Limnocharis sp., Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp., Clibadium sp. dan Trema sp (Muchlish, 2008).

Marsono dan Sigit (2001) menerangkan bahwa, pupuk organik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk kimia. Berikut ini kelebihan penggunaan pupuk organik :

a. Aman di gunakan dalam jumlah besar

b. Membantu menetralkan racun akibat adanya logam berat dalam tanah c. Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur

d. Mempertinggi prositas tanah dan secara langsung meningkatkan ketersediaan air tanah

(20)

9

2.2. Insektisida Organik (Urin sapi)

Urin sapi merupakan zat pengatur alami yang mudah di dapat dan merupakan limbah peternakan yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya hortikultura. Urin sapi mengandung IAA dalam bentuk asam asetat, selain itu juga auksin a dan auksin b dalam jumlah sedikit. Sebagai hewan pemakan tumbuh-tumbuhan sapi, sering memakan jaringan tanaman terutama yang muda yang diduga mengandung auksin. (Wahyurini, 1999).

Urin sapi merupakan sumber unsur N, K, Mg dan P yang penting dimana kandungannya beragam sesuai jenis pakan dan cara pemeliharaannya. (Parwoto & Gatot, 1992).

(21)

10

Menurut Putranto (2003), Pupuk organik mempunyai efek jangka panjang yang baik bagi tanah, yaitu dapat memperbaiki struktur kandungan organik tanah dan selain itu juga menghasilkan produk pertanian yang aman bagi kesehatan. Oleh karena itu sekarang ini penggunaan pupuk organik digalakkan pemakaiannya di kalangan petani. Pupuk organik ada dua macam, yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Salah satu bahan dasar pembuat pupuk organik cair adalah urin sapi perah. Kelemahan pupuk organik cair dari urin sapi perah adalah kurangnya kandungan unsur hara yang dimiliki.

2.3. Insektisida Organik (Serbuk Biji Mimba)

Menurut Simmonds et al. 1992, mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tanaman dari famili Meliaceae yang telah diketahui menghasilkan lebih dari 20 jenis metabolit sekunder. Azadirachtin merupakan salah satu metabolit sekunder kelompok triterpenoid telah lama dimanfaatkan sebagai bahan aktif pestisida botani dan terbukti dapat mengendalikan lebih dari 300 spesies serangga hama. Menurut Schmutterer, 1995, Sampai saat ini, produksi azadirachtin sebagai bahan aktif pestisida botani dari tanaman mimba dilakukan dengan cara mengisolasi langsung dari tanaman utuh, terutama dari biji. Setiap gram biji mimba mengandung 3,6 mg azadirahtin

(22)

11

(van Emden 1989, Whitten 1992) .Saat ini telah ditemukan sekitar 11 spesies tumbuhan dari famili Meliaceae yang diketahui mengandung

metabolit sekunder berupa terpenoid yang bekerja sebagai penolak makan (antifeedant) bagi serangga (Simmonds et al. 1992). Mimba (Azadirachta indica, A. Juss.) merupakan satu diantara famili Meliaceae yang sudah semenjak lama dijadikan pestisida botani untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman budidaya. Biji dan daunnya telah diketahui mengandung beberapa jenis metabolit sekunder yang aktif sebagai pestisida, diantaranya azadirachtin, salanin, meliatriol, dan nimbin. Senyawa kimia tersebut dapat berperan sebagai penghambat pertumbuhan serangga, penolak makan (antifeedant), dan repelen bagi serangga. Metabolit lain yang terdapat di dalam mimba adalah mimbandiol, 3-desasetil salanin, salanol, azadiron, azadiradion, epoksiazadiradion, gedunin, dan alkaloid. Pada bagian kulit batang dan kulit akarnya mengandung nimbin, nimbosterol, nimbosterin, sugiol, nimbiol dan margosin, sedangkan pada bunganya ditemukan kuersetin dan kaemferol, dan bagian kayunya ditemukan nimaton dan 15% zat samak terkondensasi alkaloid (azaridin)(Singhal & Monika, 1998)

(23)

12

mengakibatkan abnormalitas anatomi dan dapat mematikan serangga. Walter (1999) melaporkan bahwa azadirachtin telah terbukti efektif mengendalikan lebih dari 300 spesies serangga hama termasuk hama-hama penting tanaman budidaya seperti ulat grayak (armyworm), pengorok daun (leafminer), kutu daun (aphid) dan kutu putih (whiteflies).

2.4. Fungsi dar i Bahan Organik

Anonim (2008) menyatakan bahwa bahan organik tanah meliputi semua jenis lapisan tanaman dan sisa hewan. Bahan organik ini akan berganti menjadi humus apabila telah dipisahkan menjadi komponen yang aktif di tanah. Di dalam tanah bahan organik secara garis besarnya berfungsi sebagai fisik, kimia dan biologi tanah. Senyawa organik karbon adalah sumber energi yang dibutuhkan organisme untuk melakukan aktivitasnya. Senyawa organik dengan perbandingan C/N yang ada dalam tanah dapat digunakan untuk merangsang penyebaran nutrisi yang sulit masuk ke dalam tubuh mikroorganisme karena kekurangan nitrogen dalam tanah. Dengan perbandingan seimbang banyak mikroorganisme yang mati dan terurai kembali menjadi unsur-unsur nutrisi untuk kesuburan tanah

(24)

13

Unsur-unsur tersebut memiliki manfaat yang sangat penting terhadap pertumbuhan tanaman antara lain unsur N bermanfaat untuk mempertinggi pertumbuhan vegetatif terutama daun, mempertinggi kandungan protein, mempercepat kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara lain, seperti kalium fospor dll. Merangsang pertunasan, menambah tinggi tanaman dan mengaktifkan mikroba agar proses penghancuran bahan organik berjalan lancar. Unsur P bermanfaat dalam pembentukan sel-sel lemak dan albumin, memperbaiki pertumbuhan perakaran, menambah ketahanan terhadap penyakit, memperbaiki kualitas, khususnya tanaman rumput dan sayuran. Unsur K bagi tanaman bermanfaat untuk memperkuat vigor tanaman. Tanaman lebih tahan tehadap penyakit, perakaran lebih baik mengurangi efek negatif dan penting dalam pembentukan klorofil (Jumin 1994).

(25)

14

2.5. Nutr isi ( larutan pupuk)

Urin sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh diantaranya adalah IAA. Lebih lanjut dijelaskan bahwa urin sapi juga memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman. Karena baunya yang khas urin ternak juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman sehingga urin sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman dari serangan (Hsieh, 1990).

Urin sapi mempunyai kandungan unsur hara, diantaranya sebagai berikut Table 1. Kandungan unsur hara pada ternak urin sapi cair

Nama ternak Urin

(26)

15

(27)

16

III METODE PELAKSANAAN

3.1. Tempat Kegiatan

Penelitian di laksanakan di laboratorium hama & penyakit tumbuhan Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (UPN). Penelitian ini di mulai pada bulan November 2009 sampai dengan bulan Desember 2009.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan penelitian ini adalah kantong plastik hitam, gunting, kuas, kertas label, kaca pembesar, cawan petri, erlemeyer, kamera digital, dan pinset

Bahan yang digunakan penelitian ini adalah ulat Spodopdtera litura, daun tanaman kedelai yang masih sehat, pupuk, aquades, serbuk biji mimba dan urin sapi.

3.3 Metode Penelitian.

Percobaan faktor tunggal dengan empat macam perlakuan ditempatkan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) diulang lima kali.

Perlakuan : A adalah Urin sapi 100 cc + (1 Liter) air

(28)

17

Denah penempatan pada masing-masing perlakuan dalam rancangan acak lengkap

A 2 C3 D5 A 4 D1

D adalah Kontrol (1 liter air) Angka 1, 2, 3, 4 dan 5 adalah ulangan

Gambar 6. Denah Penempatan pada masing-masing perlakuan

3.4 Metode Pelaksanaan a. Persiapan

Langkah awal menanam tanaman kedelai dipolibag sebanyak 50 polibag masing-masing polibag diberi 4 biji kedelai yang digunakan sebagai pakan

Spodoptera litura, apabila sudah tumbuh berumur 3 (tiga) minggu daun tanaman kedelai dapat digunakan sebagai pakan Spodoptera litura. Langkah kedua menyiapkan serbuk biji mimba 20 gr dicampur air 1 liter diaduk dan diamkan selama 24 jam. Langkah ketiga menyediakan urin sapi yang sudah difermentasikan selama 2 minggu, kemudian urin sapi 100 cc + air 1 liter, SBM 20 gr + air 1 liter, campuran 200 cc, kemudian di ulangi 5 kali selanjutnya diaplikasikan dengan perlakuan yang ada.

A adalah urin sapi 100 cc + (1 Liter) air

(29)

18

b. Pembiakan

Pembiakan Larva Spodoptera litura di laboratorium yang di letakan didalam toples kemudian di tutup dengan kain dan setiap hari diberi makan daun tanaman kedelai dibersihkan kotorannya, dipelihara sampai menjadi ngengat, dipelihara dengan diberi pakan cairan madu ngengat didalam toples, kemudian terjadi penetesan dan menghasilkan telur. Telur di letakkan didalam toples yang sudah ada pakan daun, kemudian larva dipelihara dengan diberi pakan daun kedelei sampai menjadi instar III yang siap digunakan dalam penelitian ini.

c. Pelaksanaan

(30)

19

a b c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap satu jam sampai 24 jam setelah aplikasi untuk mengetahui kematian larva Spodoptera litura. Apabila masih ada larva S. litura yang hidup pengamatan dilanjutkan dengan interval setiap 24 jam sampai hari dtentutakan larva pada. Persentase mortalitas dihitung dengan rumus sebagai berikut : Rumus P =

d. Analisis data

Data mortalitas larva Spodoptera litura pada masing-masing perlakuan dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam. Apabila F hitung > F tabel, dilanjut dengan menguji perbandingan BNT 5 % antar perlakuan.

Keteragan :

(31)

20

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Per lakuan Urin Sapi terhadap larva Spodoptera litura

Urin sapi efektif mencegah makan Larva Spodoptera litura karena mangandung antifeedant (rasa pahit) bagi Larva Spodoptera litura dan baunya dapat mencegahnya mendekati tanaman (repellent) sehingga larva yang lapar hanya makan sedikit atau tidak sama sekali (Anonim, 2004). Urin sapi tidak membunuh, namun karena Larva Spodoptera litura hanya makan sedikit atau tidak sama sekali menyebabkan larva lemas. Karena hama lemas, para predator alami dengan mudah memangsa larva tersebut (Anonim, 2010).

Gambar 7. Larva Spodoptera litura yang mati pada perlakuan urin sapi

(32)

21

4.2Per lakuan Serbuk Biji Mimba terhadap larva Spodoptera litura Menurut Mordue dan Blackwell, 1990, Mimba mengandung senyawa aktif

azadirachtin. Azadirachtin mempunyai rumus kimia C35H44O16. Senyawa ini merupakan salah satu dari tujuh puluh limnoid yang dikandung tanaman Mimba. Zat ini berfungsi sebagai antifeedant, mengganggu pertumbuhan dan reproduksi pada serangga. Menurut Schmutterer (1990 dalam Anonim 2008), pengaruh

antifeedant Azadirachtin ada dua macam yaitu : pengaruh primer yang terjadi pada proses penangkapan rangsangan kimia pada suatu organisme dan pengaruh sekunder seperti pengaruh pada gangguan pencernaan usus yang disebabkan aplikasi secara topikal. Penghambatan makan yang disebabkan azadirachtin

(33)

22

Gambar 8. Larva Spodoptera litura yang mati pada perlakuan serbuk biji mimba Pada pengamatan diketahui bahwa larva Spodoptera litura yang telah memakan daun kedelai setelah diperlakukan dengan serbuk biji mimba memiliki gejal-gejala yang sama seperti pada perlakuan urin sapi. Ulat terpaksa makan daun yang telah diperlakukan dan lama-lama gerakannya melambat, tidak nafsu makan dan akhirnya mati. Larva Spodoptera litura yang terinfeksi gerakannya menjadi lambat dan larva tersebut mati secara perlahan-lahan. Tubuhnya mengalami perubahan warna yang semula berwarna hijau kekuningan menjadi hijau kehitaman, dapat di perhatikan gambar 8.

4.3Per lakuan Campuran (Urin Sapi dan Serbuk Biji Mimba) terhadap larva

Spodoptera litura.

(34)

23

anti hama keduanya. didukung oleh Baehaki (1993) yang menyatakan bahwa efektivitas patogen serangga dapat ditingkatkan dengan beberapa cara, salah satunya dengan introduksi suatu bahan bersama-sama. bahwa toksitas insektida dapat bertambah bila suatu senyawa lain ditambahkan.

Penggabungan urin sapi dan serbuk biji mimba diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anti hama keduanya. Hal ini didukung oleh Steinhaus dalam (Tripujo dalam Prananingrum, dkk 2005) yang menyatakan bahwa efektivitas patogen serangga dapat ditingkatkan dengan beberapa cara, salah satunya dengan introduksi suatu bahan bersama-sama. Serta oleh Baehaki (1993) yang menyatakan bahwa toksitas insektida dapat bertambah bila suatu senyawa lain ditambahkan.

Gambar 9. Larva Spodoptera litura yang mati pada perlakuan campuran (urin sapi dan serbuk biji mimba)

(35)

24

4.4Per lakuan Kontrol (air) terhadap larva Spodoptera litura.

Berdasarkan pengamatan pada kontrol larva spodoptera litura masih hidup lebih lama karena daun yang dimakan tidak pahit dan tidak mengandung

antifeedant Azadirachtin.

Gambar 10. Larva Spodoptera litura pada pencelupan air

Larva Spodoptera litura tidak mengalamai gejala-gejala penurunan nafsu makan dan gerakannya tetap aktif. Kematian larva pada kontrol lebih lama dan umumnya sampai pada instar 6.

4.4.1. Mortalitas larva Spodoptera litura sampai 24 jam setelah aplikasi

(36)

25

Tabel 2. Rerata Persentasi Mortalitas larva Spodoptera litura. Pada perlakuan jam ke 6, 12, 18 dan 24 jam.

Keterangan : Angka-angka di dampingi huruf yang sama pada kolom tidak berbeda nyata pada uji BNT (P = 0,05)

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa, jumlah mortalitas larva

Spodoptera litura pada perlakuan campuran (urin sapi dan serbuk biji mimba) lebih tinggi pada jam ke 18 dibanding dengan perlakuan jam ke 6 dan jam ke 12, selanjutnya perlakuan campuran yang diperoleh angka lebih tertinggi yaitu 86 pada jam ke 24 (dua empat).

4.4.2. Mortalitas larva Spodoptera litura dari 24 jam setelah aplikasi

Hasil analisis sidik ragam dari rerata mortalitas Spodoptera litura pada perlakuan Urin sapi, Serbuk biji mamba, Campuran dan Kontrol pada pengamatan hari ke 2 samapai hari ke 6 menujukan ada perbedaan yang nyata.

(37)

26

Berdasarkan tabel 3 persentasi perlakuan A, B, dan C beda nyata dibanding kontrol, dengan analisis diatas tersebut jumlah mortalitas campuran (serbuk biji mimba dan urin sapi ) hari ke ke 4 (empat) dengan angka 100 % sedangkan yang paling kecil pada perlakuan urin sapi hari ke 2 dengan angka 48 % pada pengamatan hari ke 3 sampai hari ke 6 perlakuan campuran (serbuk biji mimba dan urin sapi) menunjukan angka yang paling tertingi persentase mortalitas larva

(38)

27

V KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan kajian insektisida organik (urin sapi dan mimba) terhadap mortalitas larva Spodoptera litura. pada tiga perlakuan Spodoptera litura dengan pencelupan daun kedelai yang direndam pada urin sapi dan serbuk biji mimba jumlah mortalitas larva Spodoptera litura terjadi gejala kematian, kejadian ini disebabkan oleh bertambah kuatnya toksitas akibat adanya percampuran senyawa serbuk biji mimba dan urin sapi seperti.

Perlakuan urin sapi, perlakuan serbuk biji mimba dan perlakuan campuran (urin sapi dan serbuk biji mimba) ternyata tidak berbeda nyata,

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1991. Petunjuk bergambar untuk Indentifikasi Hama dan Penyakit Kedelai di Indonesia. Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu Jakarta 56 Hal.

, 2007. Pestisida yang Ramah Lingkungan http://www.biovermint.com Sumber : Kedaulatan Rakyat (Agustus 2007).

, 2008a. Petunjuk Bergambar untuk Identifikasi Hama dan Penyakit kedelai di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai tanaman Pangan. Bogor. 56 Hal

,2008b. Pemanfaatan Urine Sapi yang Difermentasi Sebagai Nutrisi

Tanaman. HYPERLINK "http://Affandi21's/Xanga"

http://Affandi21's/Xanga Site - Weblog.htm , 2008c. nanang.blog.unej.ac.id/category/kuliah/ , 2008d HYPERLINK "http://karya-" http://karya-

ilmiah.um.ac.id/index.php/pkm/article/view/2147

Baehaki (1993) dalam anonim 2008 HYPERLINK "http://karya-" http://karya- ilmiah.um.ac.id/index.php/pkm/article/view/2147

Grace-Sierra Crop Protection Co. 1990. Margosan-O technical bulletin. Grace-Sierra Crop Protection Co., Milpitas, CA.

Hersusanti, S.E. 1994. Pengaruh beberapa Kosentrasi Ekstark Biji Sirsak (Annona muricata L) terhadap Perkembangan Spodoptera litura

(40)

Hsieh, SC. 1990. Pemanfaatan Urine Sapi yang Difermentasi Sebagai Nutrisi Tanaman.HYPERLINK"http://Affandi21's/Xanga"http://Affandi21's/Xa nga Site - Weblog.htm

Jumin, H. B. 1994. Dasar-Dasar Agronomi. PT. Raja Grafindo Jakarta 140 Hal Kalshoven, l. G. E. 1981. The Pest of Corps In Indonesia (Revised and Tanslated

by P . A. Vander laa ). PT. Ichtiar Bau Van Hoeve. Jakarta 781 Hal. Lingga, P. 1994. Petunjuk Penggunaan Pupuk. PT. Penebar Swadaya Jakarta 163

Hal.

Marsono, & Sigit, P. 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi Penebar Swadaya. Jakarta. 96 Hal

Mordue (at al.1990) Azadirachtin from the Neem Tree Azadirachta indica: its Action Against Insects. An. Soc. Entomol. Brasil 29 (4):615-632.

Muchlish, M. 2008. Perbaikan Ketahanan Kedelai

http://prasetya.brawijaya.ac.id/jul08.html. Juli 2008

Natawigana, 1989. Pestisida dan Kegunaannya. CV Amico Bandung 7 Hal

Parwoto, A. A. & Gatot, S. 1992. Kandungan Hormon dalam Air Seni Beberapa Jenis Ternak. Pelita Perkebunan. Jember 79-84 Hal

Putranto, A. S. T. A. 2003. Pemanfaatan Urine Ternak Sapi Perah Untuk

Pembuatan Pupuk Organik Cair. Program Studi Ilmu Lingkungan

Jurusan Antar Bidang. Daerah Istimewa Yogyakarta.

Prananingrum Pratiwi dkk. 2005. Peningkatan Efektifitas Insektisida Nabati Dalam Membasmi Ulat Grayak (Spodoptera litura) (Spodoptera: Noctuidae). Penelitian Kreativitas Mahasiswa Universitas Negeri

Malang file:///E:/hasil%20dan%20pembhasan/campuran%20mimba.htm Samsudin. 2008. Pengendalian Hama Dengan Insektisida Botani HYPERLINK

"http://www.pertaniansehat.or.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=l ihat&id=20"

Setiawan, A. I. 2002. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya Jakarta 82 hal.

(41)

Singhal, N., & Monika, S. 1998. “Neem and Environment”, World Neem 14, New Delhi

Simmonds, et al. 1992. Pesticides: mycochemicals and botanicals, p.127-164. In A.A.S.A. Kadir (ed.), Pest management and the environment in. C.A.B.I., Wallingford.

Soemadi, W. 1997. Pengendalian Hama Tanaman Pangan, C.V. Aneka 74 Hal Thomson, W.T. 1992. Agricultural Chemicals. Book I: Insecticides. Thomson

Publications, Fresno, CA.

Van Emden, H.F. 1989. Pest control. 2nd ed., Edward Arnold, London, 117 p. Walter, J. F. 1999. Commercial Experience with Neem Products, p. 155-170. In

Franklin R. Hall and Julius J. Menn. Biopesticides Use and Delivery. Humana Press. Totowa, New Jersey.

Wahyurini, E. 1994. Peranan Urin Sapi dalam Budidaya Holtikultura. Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yokyakarta. 488-496 hal

Zain, M. 1992. Efikasi Ekstrak Biji Mimba (Azadirachta indica) terhadap ulat

Gambar

Gambar 1 :  Telur Larva Spodoptera litura (Anonim 2009b)
Gambar : 2. larva spodoptera litura Instar V ( Anonim 2010a)
Gambar 4 : Imago Spodoptera litura  (Anonim 2009c)
Gambar    5 : Larva Spodoptera litura  Instar dua (Anonim 2008c)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian mengenai Analisis Multivariat Biplot pada Data Potensi Desa di Indonesia tahun 2010 adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi hubungan antara

Jika diaplikasikan pada briket, kondisi ideal pembentukan briket adalah menggunakan serbuk arang tempurung kelapa yang benar-benar kering (bebas dari kandungan air dan

Pembentukan pegunungan pada kala miosen tengah telah mengangkat bagian tenggara dari cekungan tersebut dan batuan Formasi Tertiary yang muncul dari erosi

Pada gilirannya, perkembangan ini melahirkan ajaran- ajaran dan bentuk pendidikan di kalangan sufi, yang merupakan fenomena besar dan tidak mungkin diabaikan dalam

Visi Koperasi ini adalah berpijak pada prinsip-prinsip koperasi wujudkan kesejahteraan anggota dan masyarakat yang berdikari dalam bidang ekonomi, berdaulat dalam

Istini za volju, moram napomenuti da ispod navedene dubine u svoj širini sonde nije bilo mogu}e obaviti sustavna istra‘ivanja, i to iz dva razloga: 1. sve ve}i priljev vode i

Artikel mode dari masa ke masa dimulai awal kemunculan Femina tahun 1974 dapat dianalisis secara simbolik menggu- nakan analisis semiotika dengan melihat pe- rubahan

Hasil penelitian kualitas air peternakan ayam broiler di Desa Mangesta Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan ditinjau dari Jumlah Bakteri Escherichia coli yang diambil