LAPORAN AKHIR PENELITIAN
HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015
Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi
Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama
di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng
Tim Pengusul :
1. Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT. NIP. 195312311986021004 2. I Ketut Mudra, ST., MT. NIP. 196811201995031001
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA SEPTEMBER 2015
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015
Judul Penelitian : Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Rencana Pembangunan
Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng
.
Ketua Tim Peneliti :
a. Nama Lengkap : Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT. b. NIDN / NIP : 0031125330 / 195312311986021004 c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Nomor HP / e-mail : (+62) 89601304858 / bagus.bupala@gmail.com
Anggota Peneliti :
a. Nama Lengkap : I Ketut Mudra, ST., MT.
b. NIDN / NIP : 0020116801 / 196811201995031001 c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Nomor HP / e-mail : (+62) 818558516 / ikmudra@yahoo.com
Biaya Penelitian : - diusulkan ke Jurusan Rp.
10.000.000,-- dana institusi lain Rp. 0 - inkind sebutkan -
Bukit Jimbaran, 03 September 2015 Menyetujui,
Ketua Jurusan Arsitektur FT-UNUD Ketua Tim Peneliti
Ir. I Made Suarya, MT.
NIP. 195610151986011001
Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT.
Ringkasan
Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, maka pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pengaruh dari pertumbuhan penduduk dan peningkatan ekonomi tentunya akan meningkatkan kebutuhan pelayanan rumah sakit yang bermutu dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Permasalahan keterbatasan akses dan pemerataan sarana pelayanan rumah sakit saat ini tidak hanya didominasi daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan tetapi juga ditemui juga pada daerah perkotaan di mana daya tampung rawatan rumah sakit tidak sebanding dengan jumlah penduduk di sekitarnya. Kondisi ini sering membuat persaingan tidak sehat pengguna jasa rumah sakit dalam mendapatkan kesempatan prioritas pelayaann yang akhirnya masyarakat tidak mampu menjadi pihak yang sulit mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segala keterbatasannya.
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan rujukan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah Sakit Tipe D Pratama merupakan salah satu upaya Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan di daerah tersebut.
Sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai dengan ketentuan, maka Pemerintah Kabupaten Buleleng merencanakan pembangunan sebuah Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt. Oleh karena itu, usulan penelitian ini akan mencoba melakukan studi kelayakan teknis dan ekonomi terhadap rencana pembangunan rumah sakit di atas, sehingga dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian yang menggunakan metode kuantitatif. Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi ke lokasi rencana rumah sakit dengan pengukuran dan dokumentasi (foto). Data-data sekunder diperoleh melalui literatur/buku-buku kepustakaan, dokumen tata ruang terkait, dan internet. Kegiatan klasifikasi dan kompilasi data dilakukan untuk memudahkan dalam menyusun hasil penelitian. Keluaran penelitian ini adalah berupa kelayakan teknis dan ekonomi terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, sehingga dapat dijadikan bahan rujukan dan pedoman bagi pemerintah dalam menyusun gambar/dokumen perencanaan.
Prakata
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat karunia-Nyalah Laporan Akhir Penelitian yang berjudul “Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tujuan penelitian ini secara umum adalah melakukan studi kelayakan terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan dari rencana pembangunan rumah sakit tersebut di atas dari aspek teknis dan ekonomi, sehingga dapat dijadikan bahan rujukan dan pedoman bagi pemerintah dalam menyusun gambar/dokumen perencanaan. Kegiatan penelitian ini dibiayai dari dana PNBP Universitas Udayana Tahun 2015.
Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu memberikan informasi dan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini.
Sangat disadari, bahwa Laporan Akhir Penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, segala bentuk saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi kesempurnaannya. Semoga Laporan Penelitian ini dapat memenuhi tujuan yang diharapkan dan bermanfaat bagi para pembaca.
Bukit Jimbaran, 03 September 2015 Ketua Tim Peneliti
Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT.
Daftar Isi
2.1. Pengertian Kesehatan dan Sarana Kesehatan... 6
2.2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan... 7
2.3. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)... 9
2.4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit... 10
2.5. Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama... 14
2.6. Agenda Prioritas Bidang Kesehatan dalam RPJP Kabupaten Buleleng... 20
BAB 3 Metode Penelitian... 22
3.1. Pendekatan Penelitian... 22
3.2. Metode Kegiatan Penelitian... 22
3.3. Teknik Kegiatan Penelitian... 23
3.4. Tahapan Kegiatan Penelitian... 23
3.5. Kerangka Pikir Penelitian... 24
BAB 4 Hasil dan Pembahasan... 26
4.1. Kondisi Kesehatan di Kabupaten Buleleng... 26
4.2. Analisis Situasi... 28
4.3. Analisis Permintaan... 46
4.4. Analisis Kebutuhan... 50
4.5. Kelayakan Teknis... 62
Daftar Gambar
Gambar 1 : Lokasi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di
Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng ... 3
Gambar 2 : Kerangka Pikir Penelitian... 25
Gambar 3 : Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas D... 44
Gambar 4 : Kelayakan Lokasi Rencana RS Kelas D Pratama... 63
Gambar 5 : Rancangan Block Plan RS Kelas D Pratama... 64
Gambar 6 : Rancangan Lay Out Plan RS Kelas D Pratama... 69
Daftar Tabel
Tabel 1 : Persyaratan Minimal Ketenagaan Rumah Sakit Kelas D Pratama... 16
Tabel 2 : Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Buleleng... 26
Tabel 3 : Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis di Kabupaten Buleleng... 27
Tabel 4 : Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2007-2011... 27
Tabel 5 : Proyeksi Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Buleleng Tahun 2011 - 2031... 30
Tabel 6 : Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Buleleng Menurut Agama Tahun 2007... 32
Tabel 7 : Proyeksi Jumlah Kebutuhan Sarana Kesehatan di Kabupaten Buleleng Tahun 2023... 39
Tabel 8 : Persentase Penduduk Kabupaten Buleleng Menurut Jenis Keluhan Kesehatan Tahun 2011... 40
Tabel 9 : Jumlah Penderita Penyakit Menular di Kabupaten Buleleng Tahun 2011... 40
Tabel 10 : 10 Besar Penyakit di Kabupaten Buleleng Tahun 2011... 41
Tabel 11 : Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS, dan Infeksi Menular Seksual Lainnya Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas di Kabupaten Buleleng Tahun 2011... 41
Tabel 12 : Kebutuhan Jenis dan Luasan Ruang RS Kelas D Pratama... 51
Tabel 13 : Kebutuhan Peralatan Ruang Rawat Inap... 54
Tabel 14 : Kebutuhan Peralatan Unit Gawat Darurat (UGD)... 54
Tabel 15 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Vaksinasi... 55
Tabel 16 : Kebutuhan Peralatan Ruang Tindakan... 55
Tabel 17 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Penyakit Dalam... 56
Tabel 18 : Kebutuhan Peralatan Ruang Obgyn... 56
Tabel 19 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Anak... 57
Tabel 20 : Perhitungan Biaya Struktur dan Arsitektur... 71
Bab 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional, maka pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah selama ini, telah berhasil
meningkatkan derajat kesehatan secara bermakna, meskipun belum dapat dinikmati secara
merata oleh seluruh penduduk di Indonesia, khususnya masyarakat yang bermukim di
lokasi-lokasi terpencil, termasuk di daerah pesisir, pulau-pulau kecil dan daerah
pemekaran. Padahal di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
secara tegas mengamanatkan kepada pemerintah untuk bertanggung jawab merencanakan,
mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan
yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan upaya kesehataan saat ini
lebih mengedepankan pemerataan dan keterjangkauan masyarakat mengakses pelayanan
kesehatan khususnya pelayanan rujukan.
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan rujukan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Pengaruh dari pertumbuhan penduduk dan peningkatan ekonomi tentunya akan
meningkatkan kebutuhan pelayanan rumah sakit yang bermutu dan menjangkau seluruh
lapisan masyarakat. Permasalahan keterbatasan akses dan pemerataan sarana pelayanan
rumah sakit saat ini tidak hanya didominasi daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan
tetapi juga ditemui juga pada daerah perkotaan di mana daya tampung rawatan rumah sakit
tidak sebanding dengan jumlah penduduk di sekitarnya. Kondisi ini sering membuat
persaingan tidak sehat pengguna jasa rumah sakit dalam mendapatkan kesempatan prioritas
pelayaann yang akhirnya masyarakat tidak mampu menjadi pihak yang sulit mendapatkan
Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit
di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, daerah bermasalah kesehatan, daerah
pemekaran baru dan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, di
mana belum tersedianya fasilitas kesehatan tersebut atau sarana pelayanan yang ada masih
belum dapat memenuhi kebutuhan daerah tersebut, maka dilakukan kerjasama antara
pemerintah dengan pemerintah daerah untuk menyediakan sarana pelayanan kesehatan
rumah sakit yang bermutu dan melayani seluruh lapisan masyarakat.
Rumah Sakit Tipe D Pratama merupakan salah satu upaya Kementerian Kesehatan
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan di
daerah tersebut.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota mengamanatkan bahwa urusan kesehatan merupakan salah satu urusan
pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan, yang penyelenggaraannya oleh
Pemerintah dapat ditugaskan kepada Pemerintah Daerah berdasarkan asas tugas
pembantuan, dan secara bertahap dapat diserahkan untuk menjadi urusan Pemerintah
Daerah yang bersangkutan apabila Pemerintah Daerah telah menunjukkan kemampuan
untuk memenuhi norma, standar, prosedur dan kriteria yang dipersyaratkan.
Sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di atas, maka Pemerintah Kabupaten
Buleleng merencanakan pembangunan sebuah Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan
Seririt. Oleh karena itu, penelitian ini akan melakukan studi kelayakan teknis dan ekonomi
terhadap rencana pembangunan rumah sakit di atas, sehingga dapat menyediakan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
1.2. Permasalahan
Sehubungan dengan rencana Pemerintah Kabupaten Buleleng yang akan membangun
Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt dan memperhatikan ketentuan dan
peraturan yang berlaku, maka terlebih dahulu sangat dibutuhkan adanya sebuah Studi
prasarana, baik secara ekonomi, sosial budaya, teknis teknologis, lingkungan, dan
lain-lain.
Salah satu unsur objek yang dirasakan masih menemui permasalahan adalah dalam hal
standarisasi pelayanan yang tentu merujuk kepada ketersediaan fasilitas/sarana. Dilihat dari
aspek sosial kependudukan bahwa kondisi masyarakat di lingkungan sekitar lokasi dan
masyarakat Buleleng pada umumnya merupakan masyarakat dengan lingkungan yang
agamais serta menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan. Hal tersebut merupakan salah satu
dasar dan landasan dalam rangka perencanaan suatu wilayah agar pembangunan yang
dihasilkan tidak mengurangi atau menyalahi nilai dan norma sosial di wilayah Buleleng.
Jika dilihat dari keberadaan lokasi peruntukan rumah sakit sangat berpotensi dan strategis
untuk dikembangkan, karena terletak di sisi jalan pusat Kota Seririt, Kabupaten Buleleng
yang dapat meningkatkan kawasan tersebut menjadi lebih hidup dan memberikan fasilitas
bagi masyarakat setempat dan masyarakat luas akan kebutuhan kesehatan. Dilihat dari
kondisi eksisting di sekitar lokasi peruntukan rumah sakit bahwa penggunaan lahan di sisi
jalan sudah terbangun beberapa macam aktivitas/kegiatan dalam bidang perdagangan dan
jasa, serta diperuntukkan sebagai permukiman penduduk.
Lokasi peruntukan rumah sakit merupakan lahan potensial yang sangat baik jika
dikembangkan, akan tetapi dalam pengembangan suatu kawasan tidak terlepas dari
berbagai faktor sebagai bahan pertimbangan yang menunjang perkembangan tersebut.
Peta Orientasi Kabupaten Buleleng
Adapun faktor-faktor tersebut antara lain adalah : 1) Faktor lingkungan; 2) Faktor sosial
ekonomi; 3) Faktor kependudukan; 4) Faktor infrastruktur; 5) Faktor daya dukung dan
daya tampung lahan; dan 5) Faktor kelembagaan dan pembiayaan.
Hal lain yang menjadi pertimbangan pengembangan suatu lahan adalah aspirasi
masyarakat terhadap perencanaan pembangunan serta kemampuan lokasi tersebut terhadap
daya serap dan daya tarik terhadap masyarakat, juga memperhatikan kemungkinan
masalah-masalah yang akan muncul dan berdampak negatif terhadap perkembangan
penduduk di masa yang akan datang, serta keberadaan lokasi objek tersebut khususnya.
Akan tetapi yang perlu dicermati, bahwa perencanaan diciptakan untuk menjadikan suatu
kawasan menjadi lebih baik, berdaya guna dan berhasil guna yang dapat dimanfaatkan bagi
daerah setempat dan masyarakat luas pada umumnya.
Mengingat kompleksnya komponen yang harus di-studi dengan waktu yang relatif terbatas,
maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini akan dibatasi pada aspek teknis
dan ekonomi terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan
Seririt, Kabupaten Buleleng. Hal ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan, apakah
secara teknis dan ekonomi rumah sakit tersebut memang layak atau tidak dibangun?
1.3. Tujuan
Tujuan umum penelitian ini adalah melakukan studi kelayakan terhadap rencana
pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.
Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan dari rencana
pembangunan rumah sakit tersebut di atas dari aspek teknis dan ekonomi, sehingga dapat
dijadikan bahan rujukan dan pedoman bagi pemerintah dalam menyusun gambar/dokumen
perencanaan.
1.4. Target dan Luaran
Target yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah studi kelayakan teknis dan ekonomi
rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten
Buleleng. Luaran sebagai hasil penelitian ini adalah :
a. Kelayakan teknis, terdiri atas :
1) Lokasi;
3) Block Plan;
4) Struktur dan bahan;
5) Prasarana dan utilitas;
6) Tampilan bangunan;
7) Ruang dalam;
8) Ruang luar (landscaping); dan 9) Schematic design.
b. Kelayakan ekonomi, terdiri atas :
1) Rencana investasi dan sumber dana;
2) Proyeksi pendapatan dan biaya;
3) Proyeksi Cash Flow;
4) Nilai Break Event Point (BEP);
Bab 2. Tinjauan Pustaka
2.1. Pengertian Kesehatan dan Sarana Kesehatan
Pengertian kesehatan menurut wikipedia adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Sedangkan Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948
menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Pada tahun
1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa
pengertian kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup
Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta
kemampuan fisik.
Untuk mendukung pengertian di atas, maka Haryanto (2012) menguraikan beberapa
pemahaman, definisi, dan kondisi terkait dengan kesehatan yang dirangkum dari berbagai
sumber, yaitu :
1) Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk
kehamilan dan persalinan.
2) Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara
sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan
pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang
lain.
3) Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya
yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang
dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif
bagi kesehatan.
4) Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak
mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang
pemeliharaan kesehatan, seperti Askes, Taspen, dan Jamsostek.
5) Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan
6) Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam
manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi
juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri
Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyebutkan,
bahwa sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.
2.2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Bab I,
Pasal 1, angka 1). Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan
perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan
kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama (Bab II, Pasal
2).
Pembangunan kesehatan harus memperhatikan berbagai asas yang memberikan arah
pembangunan kesehatan dan dilaksanakan melalui upaya kesehatan sebagai berikut :
a. Asas perikemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dilandasi atas
perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak
membedakan golongan agama dan bangsa.
b. Asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dilaksanakan antara
kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental, serta antara material dan
sipiritual.
c. Asas manfaat berarti bahwa pembangunan kesehatan harus memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kemanausiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga
negara.
d. Asas pelindungan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dapat memberikan
pelindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
e. Asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa pembangunan kesehatan
dengan menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai bentuk kesamaan
f. Asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan
yang terjangkau.
g. Asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa pembangunan kesehatan tidak
membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki
h. Asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus memperhatikan dan
menghormati serta tidak membedakan agama yang dianut masyarakat.
Sedangkan tujuan pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomis (Bab II, Pasal 3).
Pengaturan Fasilitas Pelayanan Kesehatan diatur dalam Pasal 30, dimana menurut jenis
pelayanan terdiri dari :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan spesialistik.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan sub spesialistik.
Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan oleh pemerintah
daerah dengan mempertimbangkan (Pasal 35 Ayat 2) :
a. luas wilayah;
b. kebutuhan kesehatan;
c. jumlah dan persebaran penduduk;
d. pola penyakit;
e. pemanfaatannya;
f. fungsi sosial;
g. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.
Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah, dimana fasilitas pelayanan kesehatan wajib :
b. Mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada pemerintah daerah
atau menteri.
Pada pasal 32 dinyatakan bahwa :
a. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta,
wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
b. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta
dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
2.3. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
Sekalipun SKN 1982 secara nyata telah berhasil digunakan sebagai acuan dalam
menetapkan berbagai kebijakan kesehatan di Indonesia, namun jika ditinjau dari
pencapaian dan kinerjanya, SKN 1982 tersebut masih belum begitu menggembirakan.
Sesuai dengan laporan WHO tahun 2000 (the World Health Report 2000) tentang “Health
Systems Improving Performance”, tercatat indikator pencapaian dan indikator kinerja Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Indonesia masih terhitung rendah.
Indikator pencapaian SKN ditentukan oleh dua determinan. Pertama, status kesehatan
yakni yang menunjuk pada tingkat kesehatan yang berhasil dicapai oleh SKN yang
dihitung dengan menggunakan disability adjusted life expectancy (DALE). Kedua, tingkat ketanggapan (responsiveness) sistem kesehatan yakni yang menunjuk pada kemampuan SKN dalam memenuhi harapan masyarakat tentang bagaimana mereka ingin diperlakukan
dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Hasil yang diperoleh untuk indikator ini
menempatkan Indonesia pada urutan ke 106 dari 191 negara anggota WHO yang dinilai.
Indikator kinerja SKN ditentukan oleh tiga determinan. Pertama, distribusi tingkat
kesehatan di suatu negara ditinjau dari kematian Balita. Kedua, distribusi ketanggapan
(responsiveness) sistem kesehatan ditinjau dari harapan masyarakat. Ketiga, distribusi pembiayaan kesehatan ditinjau dari penghasilan keluarga. Hasil yang diperoleh untuk
indikator ini menempatkan Indonesia pada urutan ke 92 dari 191 negara anggota WHO
yang dinilai.
Karena indikator pencapaian SKN menunjuk pada tingkat kesehatan yang berhasil dicapai
dan tingkat ketanggapan SKN, maka indikator ini terutama dipengaruhi oleh upaya
tersedia dan tidak dapat dijangkau oleh masyarakat, maka sulit diharapkan meningkatnya
taraf kesehatan masyarakat.
2.4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta pengaturan
hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, perlu mengatur
Rumah Sakit dengan Undang-Undang. Untuk itu, guna memberikan pemahaman secara
umum tentang rumah sakit sebagai dasar penyusunan Studi Kelayakan, maka akan
diuraikan beberapa ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
1) Ketentuan Umum, Asas dan Tujuan Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai
kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi
sosial.
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan :
a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;
b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah
sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;
c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan
d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah
sakit, dan Rumah Sakit.
2) Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna.
Untuk menjalankan tugas di atas, Rumah Sakit mempunyai fungsi :
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
3) Tanggung Jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk :
a. menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat;
b. menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau
orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah Sakit;
d. memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan secara profesional dan bertanggung jawab;
e. memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan Rumah Sakit
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. menggerakkan peran serta masyarakat dalam pendirian Rumah Sakit sesuai dengan
jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat;
g. menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;
h. menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di Rumah Sakit akibat bencana dan
kejadian luar biasa;
i. menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan; dan
j. mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan berteknologi tinggi dan
bernilai tinggi.
Tanggung jawab sebagaimana dimaksud di atas, dilaksanakan berdasarkan kewenangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Persyaratan Rumah Sakit
a. Ketentuan Umum :
(1) Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber
daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.
(3) Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus
berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan,
Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan
Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang
kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan.
b. Persyaratan Lokasi :
(1) Persyaratan lokasi harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan
lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan
kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.
(2) Ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan lingkungan menyangkut Upaya
Pemantauan Lingkungan, Upaya Pengelolaan Lingkungan dan/atau dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(3) Ketentuan mengenai tata ruang dilaksanakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang
diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
(4) Hasil kajian kebutuhan penyelenggaraan Rumah Sakit harus didasarkan pada studi
kelayakan dengan menggunakan prinsip pemerataan pelayanan, efisiensi dan
efektivitas, serta demografi.
c. Persyaratan Bangunan :
Dalam Bab V Bagian Ketiga; Bangunan, Pasal 8, disebutkan bahwa :
(1) persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
(2) persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.
Selanjutnya, persyaratan bangunan Rumah Sakit juga mengatur tentang :
Persyaratan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan.
Persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit diatur dengan Peraturan Menteri.
d. Persyaratan Prasarana, SDM, Kefarmasian dan Peralatan
Hal-hal yang terkait dengan Persyaratan Prasarana, SDM, Kefarmasian, dan Peralatan
dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit diatur pada Bab V
Pasal 11 sampai dengan Pasal 16.
5) Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.
(1) Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam
Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
(2) Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
penyakit.
(3) Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis
penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau
kekhususan lainnya.
Berdasarkan pengelolaannya, Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan
Rumah Sakit privat.
(1) Rumah Sakit Publik :
Rumah Sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.
Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat
dialihkan menjadi Rumah Sakit privat.
(2) Rumah Sakit Privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk
Perseroan Terbatas atau Persero.
Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah memenuhi
persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan, antara lain :
Rumah Sakit pendidikan ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri yang membidangi urusan pendidikan.
kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan
lainnya.
Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat dibentuk Jejaring Rumah Sakit Pendidikan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit pendidikan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Klasifikasi Rumah Sakit diatur dalam Bab V Pasal 24, yaitu :
(1) Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi
rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.
(2) Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas :
a. Rumah Sakit umum kelas A;
b. Rumah Sakit umum kelas B
c. Rumah Sakit umum kelas C;
d. Rumah Sakit umum kelas D.
(3) Klasifikasi Rumah Sakit khusus terdiri atas :
a. Rumah Sakit khusus kelas A;
b. Rumah Sakit khusus kelas B;
c. Rumah Sakit khusus kelas C.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi diatur dengan Peraturan Menteri.
2.5. Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
Rumah Sakit (RS) Kelas D Pratama adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan spesialis dasar yang hanya
menyediakan pelayanan perawatan kelas 3 (tiga) yang memberikan pelayanan gawat
darurat, pelayanan rawat jalan, dan rawat inap serta pelayanan penunjang lainnya untuk
peningkatan akses bagi masyarakat dalam rangka menjamin upaya pelayanan kesehatan
perorangan.
1) Persyaratan
a. Lokasi
Dalam menentukan lokasi/lahan untuk mendirikan RS Kelas D Pratama perlu
prioritas daerah yang membutuhkan disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah,
rencana tata bangunan dan lingkungan.
Lokasi RS Kelas D Pratama harus bebas dari pencemaran, banjir, rawan longsor, dan
tidak berdekatan dengan tempat bongkar muat barang, fasilitas umum, fasilitas
pendidikan, daerah industri, dan areal limbah pabrik. Diperlukan studi kelayakan
dalam penentuan lokasi pembangunan RS Kelas D Pratama.
Di samping persyaratan umum di atas, terdapat persyaratan lain yaitu :
(1) Kriteria Daerah :
Rumah sakit sulit dijangkau atau belum tersedia.
Daerah terpencil.
Daerah tertinggal.
Daerah perbatasan.
Daerah pulau-pulau kecil terluar.
Daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi. (2) Lahan, Akses, Keamanan dan Fasilitas Penunjang.
b. Sarana dan Prasarana
(1) Sarana :
Massa bangunan dan block plan.
Bentuk bangunan dan fasilitas bangunan.
Zonasi.
Program ruang dan persyaratan teknis ruang. (2) Prasarana :
Sistem tata udara.
Sistem kelistrikan.
Sistem pencahayaan.
Sistem proteksi kebakaran.
Sistem komunikasi.
Sistem gas medik dan vakum medik.
Sistem sanitasi.
Sistem pengendalian terhadap kebisingan.
Jalur sirkulasi.
(3) Fasilitas :
RS Kelas D Pratama mempunyai kapasitas minimal 10 tempat tidur sesuai dengan
kebutuhan pelayanan atau dapat mengacu pada standar WHO 1 TT/1.000
penduduk.
c. Sumber Daya Manusia
Penyediaan sumber daya manusia RS Kelas D Pratama diupayakan oleh
penyelenggara pelayanan rumah sakit baik dari pemerintah, pemerintah daerah,
maupun masyarakat. Kekurangan tenaga yang dibutuhkan dapat dikoordinasikan
dengan kementerian kesehatan atau institusi pendidikan kesehatan.
Penyelenggara RS Kelas D Pratama dapat melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit
Umum Pusat maupun Rumah Sakit Umum Daerah untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kesehatan yang dibutuhkan.
Keterangan RS Kelas D Pratama paling sedikit terdiri dari tenaga medis, keperawatan,
penunjang kesehatan, dan tenaga non-kesehatan. Dokter gigi yang bekerja di RS kelas
D Pratama di antaranya harus menjadi pimpinan rumah sakit.
Kebutuhan minimal ketenagaan baik tenaga kesehatan maupun tenaga non-kesehatan
dalam rangka penyelenggaraan palayanan di RS Kelas D Pratama sebagai berikut :
Tabel 1 : Persyaratan Minimal Ketenagaan Rumah Sakit Kelas D Pratama
NO. JENIS TENAGA JUMLAH TENAGA
1 Tenaga Dokter/Dokter Kewenangan Tambahan* 4
2 Tenaga Dokter Gigi* 1
3 Tenaga Keperawatan
- Perawat anastesi* 1
- Perawat 8
- Bidan 2
4 Tenaga Kesehatan Non Keperawatan
- Asisten apoteker* 1
Jumlah sumber daya manusia disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan dan
ketersediaan sarana dan prasarana. Pelayanan medik spesialis dasar yang
sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat) jenis pelayanan spesialis dasar meliputi pelayanan
penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri ginekologi. Pelayanan medik
spesialis dasar dapat dilaksanakan oleh dokter dengan kewenangan tambahan sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki selama tidak ada dokter spesialis dengan bidang
kompetensi yang sama.
d. Peralatan
Peralatan kesehatan dan non-kesehatan dibutuhkan untuk mendukung kegiatan
pelayanan RS Kelas D Pratama dengan minimal 10 tempat tidur. Peralatan ini dikuasai
atau dimiliki dan dapat dibuktikan keberdaannya di ruang/tempat masing-masing di
dalam dan/atau di lingkungan rumah sakit.
e. Manajemen
(1) Perizinan :
Izin mendirikan RS Kelas D Pratama diberian oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di
bidang kesehatan pada pemerintah daerah kabupaten/kota.
Izin operasional RS Kelas D Pratama diberian oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atas rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota.
(2) Administrasi :
Rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah harus
berbentuk unit pelaksana teknis dari instansi yang bertugas di bidang kesehatan,
instansi tertentu, atau lembaga teknis daerah dengan pengelolaan badan layanan
umum atau badan layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Rumah sakit yang didirikan oleh masyarakat harus berbentuk badan hukum yang
kegiatan usahanya hanya bergerak dibidang perumahsakitan.
(3) Organisasi :
Organisasi dan tata kerja RS Kelas D Pratama disusun berdasarkan prinsip hemat
struktur dan kaya fungsi, menggambarkan kewenangan, tanggung jawab, dan tata
hubungan kerja dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan administrasi
Struktur organisasi paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur
rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan medis serta administrasi
umum dan keuangan. Penetapan organisasi dan tata kerja rumah sakit menjadi
wewenang pemilik rumah sakit dengan mengacu pada peraturan yang berlaku.
2) Penyelenggaraan
Pelayanan RS Kelas D Pratama sebagaimana rumah sakit, yang mencakup pelayanan
dasar dan pelayanan spesialistik. Pelayanan ditujukan untuk kepentingan terbaik
pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang sesuai SOP dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Lingkup Pelayanan
Lingkup pelayanan RS Kelas D Pratama terdiri atas :
(1) Pelayanan Medik Umum.
(2) Pelayanan Medik Spesialistik Dasar.
(3) Pelayanan Gawat Darurat.
(4) Pelayanan Pemulihan Pascatindakan.
(5) Pelayanan Keperawatan.
(6) Pelayanan Laboratorium.
(7) Pelayanan Radiologi.
(8) Pelayanan Farmasi.
(9) Pelayanan Gizi.
(10)Pelayanan Sterilisasi.
(11)Pelayanan Kesehatan Tradisional Alternatif Komplementer.
(12)Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS).
b. Kerjasama Operasional
Untuk menjamin mutu dan ketersediaan pelayanan RS Kelas D Pratama, diperlukan
kerjasama operasional dengan rumah sakit yang memiliki klasifikasi yang lebih tinggi.
Kerjasama operasional yang dilaksanakan RS Kelas D Pratama diantaranya kerjasama
dengan rumah sakit pemerintah atau swasta yang lokasinya terdekat sebagai rumah
sakit pengampu.
Pelaksanaan kerjasama RS Kelas D Pratama dengan rumah sakit pengampu harus
dituangkan dalam perjanjian kerjasama yang disetujui kepala dinas kesehatan
Kerjasama operasional yang diberikan rumah sakit pengampu dapat berupa
penyediaan dokter spesialis dasar konsulen, pelatihan tenaga kesehatan, pelatihan
manajemen rumah sakit, dan kerjasama lainnya.
Kerjasama dapat dijalin dengan institusi lain seperti institusi pendidikan kedokteran,
BKKBN, dan lembaga lainnya. Kerjasama pembiayaan pelayanan kesehatan dapat
dilakukan dengan Jamkesmas, PT Askes dan lembaga pembiayaan kesehatan lainnya.
c. Klasifikasi
Pengelompokan kelas pelayanan RS Kelas D Pratama diklasifikasikan pada kelas D
Pratama. Dalam proses pengembangan pelayanan rumah sakit, RS Kelas D Pratama
dapat ditingkatkan menjadi rumah sakit umum kelas D atau kelas yang lebih tinggi.
d. Pembiayaan Operasional
Pembiayaan operasional RS Kelas D Pratama menjadi tanggung jawab pemilik rumah
sakit.
e. Tarif
Pada tarif ditetapkan Menteri Kesehatan dan besaran tarif RS Kelas D Pratama
ditetapkan oleh pemilik rumah sakit. Penentuan besaran tarif disesuaikan dengan tarif
kelas III dan harus memperhitungkan kemampuan perekonomian daerah setempat.
f. Peraturan Internal Rumah Sakit
Peraturan internal rumah sakit atau “hospital bylaws” merupakan konstitusi rumah sakit yang mengatur secara administratif peran, tugas dan wewenang pemilik rumah
sakit, direktur rumah sakit, dan staf medis. Peraturan internal rumah sakit ditetapkan
oleh pemilik rumah sakit atau perwakilannya.
g. Komite Medik
Seluruh dokter merangkap sebagai anggota komite medik dan salah satunya menjadi
ketua komite. Ketua komite medik tidak boleh dijabat oleh direktur rumah sakit.
h. Penelitian dan Pengembangan dalam Bidang Kedokteran Komunitas dan
Humaniora Kesehatan
RS Kelas D Pratama dapat merupakan bagian dari institusi yang mengembangkan
penelitian dan pengembangan dalam bidang kedokteran komunitas dan humaniora
kesehatan yang bekerjasama dengan institusi pendidikan, institusi/lembaga kesehatan
masyarakat lainnya. Diprioritaskan kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan
i. Pendidikan Tenaga Kesehatan dan SDM Kesehatan Lainnya
Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan lainnya diupayakan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan medik yang dibutuhkan RS Kelas D Pratama.
Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan lainnya merupakan bagian dari
kerjasama operasional yang dilakukan RS Kelas D Pratama.
3) Pembinaan dan Pengendalian
Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
melaksanakan pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan RS Kelas D Pratama
dalam bentuk penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta melakukan
supervisi, konsultasi, evaluasi dan bimbingan teknis. Pembinaan dan pengendalian
kegiatan pelayanan RS Kelas D Pratama dapat lakukan oleh pemerintah daerah dan
organisasi profesi serta asosiasi perumahsakitan sesuai dengan fungsi masing-masing.
RS Kelas D Pratama wajib melaporkan hasil penyelenggaraan pelayanan laporan
kinerja setiap triwulan ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi.
Laporan sebagaimana di maksud di atas mencakup antara lain kelahiran, morbiditas,
dan kualitas hidup. Laporan mortalitas mencakup data tentang penyebab kematian.
2.6. Agenda Prioritas Bidang Kesehatan dalam RPJP Kabupaten Buleleng
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Buleleng tahun 2005-2025
secara umum menyebutkan bahwa visi pembangunan daerah Kabupaten Buleleng adalah
“Buleleng Kerta Raharja Mengantarkan Bali Dwipa Jaya Berlandaskan Tri Hita Karana”.
Di mana misi dari RPJP Kabupaten Buleleng adalah :
1. Mewujudkan masyarakat Buleleng yang unggul, kompetitif, dan bertaqwa kepada
Tuhan, dengan jalan membangun sumberdaya manusia yang berkualitas, menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki daya saing, melalui penyelengaraan
pendidikan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk semua warga masyarakat;
2. Mewujudkan masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidup, dengan jalan
melaksanakan pembangunan bidang ekonomi untuk meningkatkan pendapatan dan
pemerataan pendapatan masyarakat, mengurangi pengangguran dan kemiskinan;
3. Mewujudkan keamanan daerah dan masyarakat, dengan menyelenggarakan
masyarakat sipil, mendorong pengarusutamaan gender, menegakkan budaya hukum dan
politik, dan memantapkan pelaksanaan otononomi daerah;
4. Mewujudkan kebudayaan yang responsif terhadap perkembangan zaman dan
lingkungan global, melalui pelestarian, pewarisan dan pengembangan nilai-nilai budaya
yang dijiwai oleh agama Hindu, pemantapan kelembagaan, dan aktivitas budaya;
5. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, dengan jalan melaksanakan
pembangunan yang seimbang antar lapisan masyarakat, antar sektor, dan antar wilayah,
mempertahankan dan meningkatkan kemampuan lingkungan untuk menopang
pembangunan, sehingga pembangunan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini
dengan tidak mengurangi hak generasi berikutnya akan sumberdaya alam.
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, RPJP Kabupaten Buleleng memberikan arahan
agenda prioritas setiap tahap pembangunan lima tahun. Arahan prioritas pembangunan
bidang kesehatan lima tahun tahap I terdapat pada point 4), yaitu : Agenda peningkatan
aksesibilitas dan kualitas kesehatan: meningkatkan kuantitas dan kualitas personil
paramedis; meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan;
meningkatkan pelayanan gizi; meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan; mencegah dan
memberantas penyakit menular; meningkatkan kesehatan ibu dan anak; meningkatkan
Bab 3. Metode Penelitian
3.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini pada hakekatnya merupakan sebuah studi tentang kelayakan teknis dan
ekonomi terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan
Seririt, Kabupaten Buleleng. Berdasarkan permasalahan, tujuan serta target dan luaran
yang telah diuraikan pada sub bab 1.2., 1.3., dan 1.4. di depan, maka penelitian ini
dirancang sebagai sebuah penelitian menggunakan metode kuantitatif.
Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan
fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur
dan percobaan terkontrol. Ada beberapa metode penelitian yang dapat dimasukan ke dalam
penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode : deskriptif, survai,
ekspos facto, komparatif, korelasional dan penelitian tindakan (https://karobby.wordpress.com/ 2012/05/12/konsep-dan-macam-macam-metode-penelitian).
3.2. Metode Kegiatan Penelitian
Untuk mencapai tujuan serta target dan luaran yang diharapkan, maka dalam penelitian ini
dilakukan langkah dan metode sebagai berikut :
1) Melakukan studi literatur terhadap pemahaman tentang kesehatan, sarana kesehatan,
peraturan perundang-undangan tentang kesehatan, rumah sakit, dan Rumah Sakit Tipe
D Pratama, kebijakan Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Buleleng
terkait pembangunan bidang kesehatan, metode perhitungan kelayakan teknis dan
ekonomi sebuah rumah sakit, dan hal-hal yang berkorelasi dengan rencana
pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten
Buleleng dari sumber/pustaka berupa buku-buku dan dokumen tata ruang, serta oleh
peneliti terdahulu.
2) Melakukan survey (observasi) lapangan untuk mendapatkan kondisi terkini tentang
sarana, prasarana, dan fasilitas kesehatan di Kabupaten Buleleng serta lokasi tapak
dari rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt yang
selanjutnya dilakukan pengukuran dan dokumentasi untuk mendapatkan data fisik dan
3) Melakukan interview (wawancara) dengan para stakeholder yaitu pejabat teknis terkait, pelaku kesehatan, dan masyrakat sekitar lokasi rencana pembangunan rumah
sakit untuk mengetahui kecenderungan perkembangan kesehatan dan kebutuhan
pelayanan kesehatan.
3.3. Teknik Kegiatan Penelitian
1) Penelitian lapangan (field research) merupakan teknik yang akan digunakan untuk melakukan identifikasi dan dokumentasi. Kunjungan lapangan secara langsung akan
dilakukan sebanyak tiga kali dengan kegiatan pengukuran dan pemotretan.
2) Kegiatan diskusi dengan para stakeholder di wilayah penelitian untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan kesehatan di Kabupaten Buleleng khususnya
di Kecamatan Seririt.
3.4. Tahapan Kegiatan Penelitian
1) Persiapan :
a Membuat program kerja, kerangka pikir dan jadwal kegiatan penelitian.
b Menyusun program survey.
2) Pengumpulan Data :
a Data Primer, dengan melakukan survey ke lapangan dan wawancara untuk
mengumpulkan data lapangan yang mencakup aspek situasi (eksternal dan internal),
aspek permintaan (lahan dan lokasi, klasifikasi rumah sakit, kapasitas tempat tidur),
dan aspek kebutuhan (kebutuhan ruang, kebutuhan lahan, peralatan medis dan non
medis, sumber daya manusia, organisasi dan uraian tugas) dalam konteks
pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng.
b Data Sekunder, melalui survey ke dinas/instansi terkait dan studi literatur ke
perpustakaan dan ruang baca untuk mencari materi/bahan bacaan yang berkorelasi
langsung maupun tidak langsung dengan judul penelitian.
3) Pengolahan Data :
a Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif dari sumber data primer maupun
sekunder sebagai bahan analisis.
b Melakukan strukturisasi, klasifikasi, kompilasi, dan tabulasi data merujuk kepada
4) Hasil dan Pembahasan :
a. Menguraikan keseluruhan hasil tabulasi data secara terstruktur dan sistematis, baik
data kuantitatif maupun kualitatif yang mendukung penjelasan kondisi kekinian
pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng.
b. Melakukan studi kelayakan terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D
Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng yang meliputi : 1) Studi
kelayakan teknis yaitu tentang lokasi, situasi, block plan, struktur dan bahan, prasarana dan utilitas, tampilan bangunan, ruang dalam, ruang luar (landscaping), dan schematic design; dan 2) Studi kelayakan ekonomi meliputi rencana investasi dan sumber dana, proyeksi pendapatan dan biaya, proyeksi Cash Flow, nilai Break Event Point (BEP), nilai Internal Rate of Return (IRR), dan nilai Net Present Value
(NPV).
c. Merumuskan hasil studi berupa layak atau tidak secara teknis dan ekonomi rencana
pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten
Buleleng sebagai landasan dalam menentukan langkah selanjutnya.
5) Kesimpulan dan Saran :
a Menarik sebuah kesimpulan berdasarkan rumusan hasil dan pembahasan tentang
kelayakan teknis dan ekonomi rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama
di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng sebagai bahan rujukan dan pedoman
bagi pemerintah selaku pemangku kepentingan, guna melanjutkan pembuatan
gambar desain/dokumen perencanaan rumah sakit.
b Mengajukan beberapa opsi sebagai saran dalam menyikapi hasil studi kelayakan
yang telah dirumuskan agar rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di
Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng dapat diwujudkan dan mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang memadai kepada masyarakat secara berkelanjutan.
3.5. Kerangka Pikir Penelitian
Pemahaman terhadap aspek situasi, aspek permintaan, dan aspek kebutuhan dalam konteks
pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng akan sangat menentukan tujuan
serta target dan luaran dari penelitian ini.
Untuk itu, pada gambar 2 di bawah akan dijabarkan kerangka pikir penelitian tentang studi
kelayakan teknis dan ekonomi rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di
Gambar 2 : Kerangka Pikir Penelitian Judul penelitian :
Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt,
Kabupaten Buleleng situasi, block plan, struktur
dan bahan, prasarana dan proyeksi Cash Flow, nilai
Bab 4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Kondisi Kesehatan di Kabupaten Buleleng
Kesehatan merupakan salah satu tolok ukur dalam mendukun pencapaian Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), sehingga untuk itu pembangunan sektor kesehatan
mendapat perhatian yang serius dari Pemerintah.Dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan masyarakat di Kabupaten Buleleng, pemerintah disamping secara
berkesinambungan melaksanakan pembinaan kesehatan, juga membangun dan menyiapkan
berbagai fasilitas pelayanan kesehatan, baik yang dibangun oleh pemerintah maupun dari
pihak swasta serta menyiapkan tenaga medis maupun non medis.
Pembangunan sarana prasana kesehatan ini terus ditingkatkan, khusus dalam meningkatkan
pelayanan RSUD Singaraja, telah dibangun Ruang Bedah Sentral dan ICU. Peningkatan
kapasitas dan kualitas pelayanan RSUD Singaraja dimaksudkan untuk mampu memberikan
pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat Buleleng yang selama ini sering berobat ke
Denpasar, demikian juga untuk menampung pasien-pasien dari perbatasan kabupaten
(Karangasem, Bangli dan Tabanan). Adapun data fasilitas kesehatan di Buleleng tersaji
pada tabel berikut :
Tabel 2 : Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Buleleng
No Kecamatan
Fasilitas Kesehatan
Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas
Pembantu Poliklinik
1. Gerokgak - 2 5 -
2. Seririt 1 3 7 -
3. Busungbiu - 2 9 -
4. Banjar - 2 9 -
5. Sukasada - 2 12 -
6. Buleleng 5 3 6 2
7. Sawan - 2 7 -
8. Kubutambahan - 2 12 -
9. Tejakula - 2 8 -
Kabupaten Buleleng 6 20 75 2
Sumber : Buleleng Dalam Angka Tahun 2012
Tenaga Medis dan Para Medis merupakan sumber daya manusia bidang kesehatan yang
sangat dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan.Sebaran tenaga kesehatan
sangat mempengaruhi tingkat pelayanan kesehatan. Adapun jumlah dan sebaran tenaga
Tabel 3 : Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis di Kabupaten Buleleng
Kecamatan Dokter Umum Dokter
Gigi
Pelaksanaan program kegiatan pembangunan kesehatan ini telah mampu meningkatkan
drajat/kualitas kesehatan masyarakat, tercermin dari indikator kesehatan masyarakat
seperti :
1. Angka kematian bayi mencapai 7,9 per 1.000 kelahiran hidup, jauh dibawah angka
Provinsi Bali yang sebesar 17 per 1.000 kelahiran hidup.
2. Angka kematian ibu melahirkan hanya 9 orang dari 9.422 kelahiran, sedangkan angka
rata-rata nasional sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup.
3. Jumlah kasus Demam Berdarah rata-rata 200 penderita pertahun secara signifikan
belum dapat ditekan, namun Angka Kematian oleh karena Demam Berdarah (CFR)
dapat ditekan dari tahun ketahun.
4. Tingkat kesembuhan penyakit TB Paru 89,1% di atas target Nasional 85,71%.
5. Kasus Kurang Energi Protein (KEP) pada balita dari tahun ketahun dapat ditekan dari
9,17% menjadi 8,32% meskipun masih jauh dari target yang ditetapkan sebesar 9,34%
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan selain diukur dari nilai Angka Usia
Harapan Hidup, juga dapat dilihat dari Angka Kelangsungan Bayi Hidup dan Persentase
Balita Gizi Buruk. Nilai indikator-indikator tersebut tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4 : Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2007-2011
No. Indikator Kesehatan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Angka kelangsungan hidup Bayi : - - - - - 1.1 Angka kematian bayi/Infant Mortality Rate
(IMR) /1000 KH
7,1 5,36 4,96 2,81 5,6
3. Persentase balita gizi buruk (%) 0,4 0,01 0,01 0,02 0,03 3.1 Jumlah balita gizi buruk (balita) 11 3 7 12 7
Sumber : Dinkes Kab. Buleleng, Tahun 2011
Pada tabel di atas tampak bahwa Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup
berfluktuasi selama lima tahun terakhir, dengan kisaran antara 2,81-7,1. Nilai angka
kematian bayi tersebut cukup memprihatinkan.Selain menghadapai pesoalan masih cukup
tingginya Angka Kematian Bayi, Kabupaten Buleleng juga masih menghadapi
permasalahan berupa adanya balita menderita gizi buruk. Oleh karena itu dalam lima tahun
kedepan, Angka Kematian Bayi dan indikator-indikator kesehatan lainnya akan
diupayakan diperbaiki secara signifikan melalui perbagai upaya promotif, preventif
maupun kuratif, dengan mendekatkan pelayanan kesehatan paripurna kepada seluruh
masyarakat dan memaksimalkan upaya kesehatan lingkungan.
4.2. Analisis Situasi
Analisis situasi dilakukan terhadap aspek eksternal sebagai peluang ataupun ancaman serta
aspek internal yang dapat menjadi kekuatan ataupun kelemahan, sehingga dapat diketahui
kecenderungan yang harus dilakukan dalam pembangunan rumah sakit.
1) Aspek Eksternal
a. Kebijakan
Salah satu penjabaran isu pokok pembangunan kesehatan nasional yang tertuang dalam
RENSTRA Kementerian Kesehatan Tahun 2005 adalah terbatasnya aksesibilitas
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, terutama pada kelompok rentan seperti
penduduk miskin, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, dan kepulauan terdepan.
Untuk mengatasi isu pokok tersebut, maka ditetapkan visi, misi, dan tujuan berupa
terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam
rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Tujuan di atas kemudian didukung dengan Prioritas Nasional Bidang Kesehatan yang
dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan Kementerian Kesehatan 2010-2014,
yaitu untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti, dengan pengutamaan pada upaya promotif–preventif.
Tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pembangunan kesehatan dan
kebutuhan masyarakat serta menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Secara lokal, Pemerintah Provinsi Bali menempatkan bidang kesehatan sebagai program
prioritas pembangunan. Bahkan dalam RPJMD Provinsi Bali, urusan kesehatan
dikelompokkan ke dalam urusan wajib program prioritas pembangunan, di samping
urusan wajib lainnya.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng. Beberapa
kebijakan bidang kesehatan yang telah ditetapkan antara lain :
1) RPJPD Kabupaten Buleleng Tahun 2005-2025; agenda peningkatan aksesibilitas dan
kualitas kesehatan: meningkatkan kuantitas dan kualitas personil paramedis;
meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan; meningkatkan
pelayanan gizi; meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan; mencegah dan
memberantas penyakit menular; meningkatkan kesehatan ibu dan anak;
meningkatkan pembangunan kesehatan dan pembangunan manajemen kesehatan.
2) RPJM Kabupaten Buleleng Tahun 2012-2017 :
Tujuan; meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Sasaran; meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
Agenda Prioritas; peningkatan aksesibilitas dan kualitas kesehatan.
Jika dikaji berdasarkan kebijakan pembangunan bidang kesehatan di atas, baik secara
nasional maupun di lingkup daerah (Provinsi Bali dan Kabupaten Buleleng) kiranya
sangat dibutuhkan pembangunan fasilitas kesehatan (rumah sakit) non kelas agar dapat
melayani seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu, pembangunan sebuah RS Kelas D
Pratama di Kabupaten Buleleng menjadi hal yang sangat mendesak.
Dalam operasionalnya, RS Kelas D Pratama adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan spesialis
dasar yang hanya menyediakan pelayanan perawatan kelas 3 (tiga). Tujuan
pembangunannya diarahkan untuk memberikan pelayanan gawat darurat, pelayanan
rawat jalan, dan rawat inap serta pelayanan penunjang lainnya untuk peningkatan akses
b. Demografi
Lokasi rencana pembangunan RS Kelas D Pratama termasuk ke dalam wilayah Desa
Tangguwisia, Kecamatan Seririt. Analisis pertumbuhan demografi sebagai segmen
pasar dari layanan rumah sakit yang direncanakan tentunya juga harus melihat
kecenderungan pertumbuhan penduduk di kecamatan sekitar (tetangga) yaitu
Kecamatan Gerokgak di sebelah barat, Kecamatan Banjar di sebelah timur, dan
Kecamatan Busungbiu di sebelah selatan.
Dalam RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033, disebutkan bahwa rata-rata
pertambahan jumlah penduduk Kabupaten Buleleng adalah 1,77% per tahun, sedangkan
pertumbuhan penduduk per tahun untuk masing-masing kecamatan berkisar antara 0 –
3%. Rata-rata pertumbuhan penduduk di wilayah empat kecamatan di atas secara
berturut-turut dari yang paling tinggi adalah Kecamatan Gerokgak 2,36%, Kecamatan
Seririt 1,82%, Kecamatan Busungbiu 1,29% dan Kecamatan Banjar 0,07%.
Berdasarkan angka rata-rata pertumbuhan tersebut, maka proyeksi penduduk empat
kecamatan hingga Tahun 2031 dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5 : Proyeksi Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Buleleng Tahun 2011 – 2031
Sumber : RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033 (diolah)
No. Tahun Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Saw
1 2007 77.524 74.091 45.014 67.650 69.415 119.446 6
Rata-rata 0,02355 0,01815 0,01292 0,000740 0,022180 0,01322 0,0
e 2,718282 2,718282 2,718282 2,718282 2,718282 2,718282 2,71
2 2008 79.371 75.448 45.599 67.700 70.972 121.036 6
3 2009 81.263 76.830 46.192 67.750 72.564 122.646 6
4 2010 83.199 78.237 46.793 67.800 74.191 124.278 7
5 2011 85.182 79.670 47.401 67.851 75.855 125.932 7
6 2012 87.212 81.129 48.018 67.901 77.556 127.608 7
7 2013 89.290 82.615 48.642 67.951 79.296 129.306 7
8 2014 91.418 84.128 49.275 68.001 81.074 131.027 7
9 2015 93.596 85.669 49.916 68.052 82.892 132.771 7
10 2016 95.826 87.238 50.565 68.102 84.751 134.538 8
11 2017 98.110 88.836 51.222 68.152 86.652 136.328 8
12 2018 100.448 90.463 51.888 68.203 88.596 138.142 8
13 2019 102.841 92.120 52.563 68.253 90.583 139.981 8
14 2020 105.292 93.807 53.247 68.304 92.614 141.844 8
15 2021 107.801 95.526 53.939 68.354 94.691 143.731 8
16 2022 110.370 97.275 54.640 68.405 96.815 145.644 9
17 2023 113.000 99.057 55.351 68.456 98.986 147.582 9
18 2024 115.693 100.871 56.071 68.506 101.207 149.546 9
19 2025 118.450 102.719 56.800 68.557 103.476 151.536 9
20 2026 121.272 104.600 57.538 68.608 105.797 153.553 9
21 2027 124.162 106.516 58.287 68.659 108.170 155.596 10
22 2028 127.121 108.467 59.045 68.709 110.596 157.667 10
23 2029 130.150 110.453 59.812 68.760 113.076 159.765 10
24 2030 133.251 112.476 60.590 68.811 115.612 161.891 10