BAB II
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN TUJUAN:
• Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu • Mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu A. PRE-LAB
1. Jelaskan perbedaan molaritas, molalitas dan normalitas?
Molaritas adalah satuan konsentrasi dalam Systeme International (SI). Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut per liter zat pelarut. Satuan molaritas adalah mol/L atau molL-1. Jadi 1
mol zat terlarut apapun yang terlarut dalam 1 liter pelarut memiliki kosentrasi 1,0 mol/L (James, 2008).
Molalitas adalah suatu cara lain untuk menyatakan konsentrasi sehingga diketahui banyaknya partikel zat terlarut dalam sejumlahtertentu partikel pelarut adalah dalam satuan molalitas. Molalitas dari suatu larutan adalah jumlah mol zat terlarut per kilogram pelarut (Chang, 2007).
Normalitas suatu larutan menggambarkan banyaknya ekuivalen zat terlarut (solute) dalam 1 L larutan. N=ekuivalen solute/liter larutan =miliekuivalen solute/mililiter larutan. Ekuivalen dan miliekuivalen adalah satuan yang menggambarkan banyaknya suatu spesi kimia sebagai mana mol dan milimol. Konsep mol mungkin lebih dikenal dalam perhitungan -perhitungan stoikiometri, sedangkan konsep ekuivalen lebih banyak digunakan dalam menyelesaikan perhitungan dalam titrasi (Widiarto, 2009).
2. Jelaskan perbedaan satuan konsentrasi dalam molar (M), normal (N), %(b/v), %(v/v), %(b/b), ppm,dan ppb !
Molar (M)
Satu molar, atau 1 M suatu larutan didefinisikan sebagai 1 mol suatu zat terlarut di dalam 1 liter larutan, atau 1 mmol zat itu terlarut dalam 1 ml larutan (Mulyono, 2012).
Normal (N) 𝑁 = Massa
BE x Volume
Konsentrasi normal berbanding lurus dengan massa dan berbanding terbalik dengan berat ekuivalen dan volume (Mulyono, 2012).
%(v/v)
Merupakan simbol satuan dari persen volume, persen volume berbanding lurus dengan volume zat terlarut dikali 100% dan berbanding terbalik dengan volume zat terlarut ditambah volume pelarut dan bisa juga berbanding lurus dengan volume zat terlarut dikali 100% dan berbanding terbalik dengan volume total larutan (Mulyono, 2012).
%(b/b)
Merupakan simbol satuan dari persen massa, persen massa berbanding lurus dengan massa zat terlarut dikali 100% dan berbanding terbalik dengan massa zat terlarut di tambah massa pelarut dan bisa juga persen massa berbanding lurus dengan massa zat terlarut dikali 100% dan berbanding terbalik dengan massa total larutan (Mulyono, 2012).
Ppm
Merupakan simbol satuan dari bagian per juta (bpj). Untuk larutan, antar dua zat penyusunnya dapat dinyatakan bahwa ppm berbanding lurus dengan bagian zat terlarut dikali 106 dan
berbanding terbalik dengan bagian zat terlarut ditambah bagian pelarut.
NIM 175100601111018
KELAS K
Untuk larutan dengan lebih dari dua zat penyusunnya satuan konsentrasi ppm dapat dinyatakan bahwa ppm zat A berbanding lurus dengan zat terlarut dikali 106 dan berbanding
terbalik dengan total bagian larutan. Satuan ppm sering diterapkan untuk konsentrasi zat yang kuantitasnya sangat kecil dalam campurannya terutama banyak dijumpai dalam analisis mikro, analisis spektometri, atau pada pernyataan komposisi pencemar/racun (Mulyono, 2012).
%(b/v)
Merupakan simbol dari massa zat terlarut ( gram) yang memiliki persamaan massa zat terlarut per 100 mililiter volume larutan dikali 100% (Mulyono, 2012).
ppb
memiliki persamaan massa zat terlarut (gram) per massa zat pelarut (gram) dikali 1000.000.000 (Mulyono, 2012).
3. Jelaskan perbedaan pengenceran larutan HCl dan H2SO4 dari larutan pekatnya!
Pengenceran larutan HCl dari larutan pekatnya yaitu dengan cara menambahkan air pada HCl Pada pengenceran asam sulfat pekat, maka yang dilakukan adalah dengan cara menambahkan asam sulfat pada aquades bukan sebaliknya. Hal ini disebabkan perbedaan massa jenis kedua zat, sehingga air akan mengapung di atas asam sulfat karena massa jenisnya lebih rendah. Oleh sebab itu jika pengenceran dilakukan dengan cara
menambahkan aqudes pada asam sulfat maka akan terjadi reaksi yang keras atau mendidih, sama seperti air yang jatuh ke dalam minyak panas (Lestari, 2007).
B. TINJAUAN PUSTAKA
a) Pengertian dan Sifat Larutan (sitasi)
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang memiliki komposisi serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan terdiri dari satu atau beberapa macam zat terlarut dan satu pelarut. Secara umum zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. Larutan yang mengandung dua komponen yaitu zat terlarut dan pelarut disebut sebagai larutan biner (Widjajanti, 2007).
b) Pengertian Konsentrasi dan Perhitungan dalam Konsep Larutan (sitasi) Konsentrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif
antara zat terlarut dan pelarut. Konsentrasi merupakan jumlah zat tiap satuan volume (besaran intensif), larutan encer berupa jumlah zat terlarut sangat sedikit, dan larutan pekat adalah jumlah zat terlarut sangat banyak. Cara menyatakan konsentrasi antara lain bisa dengan molar, molal, persen, fraksi mol, bagian persejuta (ppm), dan lain-lain. Untuk bagian persejuta (ppm) adalah massa komponen larutan (g) per 1 juta gram larutan. Untuk pelarut air, 1 ppm setara dengan 1 mg/liter, sedangkan persen berat, menyatakan jumlah gram berat zat terlarut dalam larutan 100 gram (Stocker, 2013). Sifat larutan menurut Sutersna (2007) sebagai berikut tidak ada bidang batas antara komponen-komponen penyusun, antara partikel solven dan solut tidak dapat dibedakan, komponen yang paling banyak dianggap sebagai pelarut jika larutan berbentuk cair maka air yang dianggap sebagai pelarut, dan komposisi di seluruh bagian adalah sama.
c) Aplikasi Larutan Dalam Teknologi Pertanian (sitasi)
Larutan sangat berguna diberbagai bidang, di bidang teknologi pertanian Susila (2009) memaparkan teknologi hidroponik sistem terapung (THST) merupakan metode penanaman yang memanfaatkan kolam berukuran besar dengan volume larutan hara yang besar pula, sehingga dapat menekan fluktuasi konsentrasi larutan hara. Dilihat dari paparan tersebut larutan sangat dibutuhkan dan juga diperhitungkan untuk metode THST itu sendiri.
C. DIAGRAM ALIR
1. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M
NIM 175100601111018
KELAS K
KELOMPOK K4
Menyiapkan alat dan bahan
Menghitung konsentrasi larutan yang akan dibuat
Menimbang NaCl timbangan analitik
Diletakkan pada gelas beker
Dilarutkan dengan aquades secukupnya
Dipinndahkan larutan ke dalam labu ukur yang berukuran 100ml
Ditambahkan aquades hingga tanda batas pada labu ukur
Dihomogenkan
Hasil
NaCl sebanyak 0.585 gram gram
2. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm
NaCl ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik
Diletakkan NaCl ke dalam gelas beker
Dilarutkan dengan aquades secukupnya
Dipindahkan larutan NaCl ke dalam labu ukur dengan ukuran 100 mL
Ditambahkan aquades dalam labu ukur
Hasil
Menambah NaCl sebanyak 10 mg Menyiapkan alat dan bahan
3. Pembuatan 100 ml larutan etanol 10% (v/v)
NIM 175100601111018
KELAS K
KELOMPOK K4
Dihitung volume etanol dengan rumus pengenceran
Dipindahkan ke dalam labu ukur dengan ukuran 100ml
Ditambah hingga tanda batas
Dihomogenkan
Hasil
Aquade ss
4. Pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v)
Ditimbang sebanyak 5 gr
Diletakkan dalam gelas beker
Ditambahkan aquades ke dalam gelas beker hingga larut
Dipindahkan larutan gula ke dalam labu ukur dengan ukuran 100ml
Ditambahkan aquades hingga tanda batas ukur
Dihomogenkan
Hasil
5. Pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32%
NIM 175100601111018
KELAS K
KELOMPOK K4
Dihitung konsentrasi HCl 32% dan volume yang dibutuhkan
Konsentrasi 32% dalam (M)
Dihitung volume HCl yang akan diambil dengan rumus pengenceran
Diletakkan dalam labu ukur yang berukuran 100ml Larutan HCl 32%
Aquades
Ditambahkan hingga tanda batas
Kocok hingga homogen
Hasil
Aksara.
James, Joyce, Colin Baker, dan Helen Swain. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk Kperawatan. Diterjemahkan oleh: dr. Indah Retno Wardhani. Jakarta: Erlangga.
Lestari, Fatma. 2007. Bahaya Kimia Sampling dan Pengukuran Kontaminan di Udara. Jakarta: EGC.
Stocker, Stephen. 2013. General, Organic, and Biological Chemistry. Haboken: Hungry Minds. Susila, Anas D.. 2009. Teknologi Hidroponik Siatem Terapung (THST) Untuk Menghasilkan
Sayuran Berkualitas. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.
Sutersna, Nana. 2007. Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama. Widiarto, Sonny. 2009. Kimia Analitik.