9
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Alamat Jl. Brigjen Katamso No.51, Medan. Waktu penelitian mulai dari bulan April – Agustus 2020.
3.2. Desain dan Rencana Penelitian 3.2.1. Susunan Perlakuan
Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dua Faktor, dengan pengambilan data langsung di PPKS medan.
a) Faktor pertama adalah: suhu awal air S0 = direndam air biasa (kontrol)
S1 = direndam suhu awal 60 ºC dibiarkan hingga dingin 1x24 jam, diulangi pada hari ke 2 dan 3.
S2 = direndam suhu awal 80 ºC dibiarkan hingga dingin 1x24 jam, diulangi pada hari ke 2 dan 3.
b) Faktor kedua adalah: intensitas perendaman air biasa P1 = direndam air biasa selama 2 hari
P2 = direndam air biasa selama 4 hari P3 = direndam air biasa selama 6 hari
Tabel 3.1. Kombinasi Perlakuan
Perlakuan S0 S1 S2
P1 S0P1 S1P1 S2P1
P2 S0P2 S1P2 S2P2
10
Perendaman benih dilakukan dengan cara memasukan PGS kedalam air bersuhu tertentu sesuai dengan perlakuan, kemudian dibiarkan hingga air menjadi dingin (Copeland & Mc Donald, 2001). Kombinasi perlakuan tersebut adalah.
1. (S0P1): PGS direndam air biasa suhu 26 ºC selama 2 hari, dikecambahkan suhu kamar (kontrol).
2. (S0P2): PGS direndam air biasa suhu 26 ºC selama 4 hari, dikecambahkan suhu kamar (kontrol).
3. (S0P3): PGS direndam air biasa suhu 26 ºC selama 6 hari, dikecambahkan suhu kamar (kontrol).
4. (S1P1): PGS direndam dalam air panas suhu awal 60 ºC dan dibiarkan hingga dingin selama 1 x 24 jam, dan diulang hari ke 2 dan ke 3, kemudian di rendam dalam air biasa selama 2 hari.
5. (S1P2): PGS direndam dalam air panas suhu awal 60 ºC dan dibiarkan hingga dingin selama 1 x 24 jam, dan diulang hari ke 2 dan ke 3, kemudian di rendam dalam air biasa selama 4 hari.
6. (S1P3): PGS direndam dalam air panas suhu awal 60 ºC dan dibiarkan hingga dingin selama 1 x 24 jam, dan diulang hari ke 2 dan ke 3, kemudian di rendam dalam air biasa selama 6 hari.
7. (S2P1): PGS direndam dalam air panas suhu awal 80 ºC dan dibiarkan hingga dingin selama 1 x 24 jam, dan diulang hari ke 2 dan ke 3, kemudian di rendam dalam air biasa selama 2 hari.
8. (S2P2): PGS direndam dalam air panas suhu awal 80 ºC dan dibiarkan hingga dingin selama 1 x 24 jam, dan diulang hari ke 2 dan ke 3, kemudian di rendam dalam air biasa selama 4 hari.
9. (S2P3): PGS direndam dalam air panas suhu awal 80 ºC dan dibiarkan hingga dingin selama 1 x 24 jam, dan diulang hari ke 2 dan ke 3, kemudian di rendam dalam air biasa selama 6 hari.
11
Jumlah Perlakuan 9
Jumlah ulangan 4
Sampel/unit perlakuan 300
Jumlah unit sample : 10.800 unit
Hasil penelitian dianalisis dengan Analisa Sidik Ragam (ANOVA) jika hasil menunjukan nyata maka dilanjutkan dengan uji DMRT taraf 5% (Gomez dan Gomez, 2007), dan dijelaskan hubungan antara kadar air terhadap daya berkecambah, kecepatan berkecambah, potensi tumbuh maksimum, dan potensi terserang cendawan menggunakan SPSS versi 20.
Kemudian untuk mengetahui suatu pengaruh kuat atau tidaknya maka dapat dilihat pada (Tabel 3.2) dimana angka korelasi berkisar antara -1 s/d 1. Semakin mendekati 1 maka korelasi semakin mendekati sempurna. Interpretasi angka korelasi (Sugiyono, 2017:147) adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2017:147)
3.3. Bahan dan Peralatan
a. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Kecambah kelapa sawit yang telah disimpam selama 2 tahun, varietas (D x P) PPKS
2. Fungisida (Dithane 0,2%)
b. Peralatan
12
1. Tray
2. Ember
3. Timbangan analitik 4. Kipas angin
5. Kompor dan panci 6. Termometer 7. Oven
3.4. Tahapan Penelitian
1. Persiapan penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan persiapan ini antara lain adalah mengecek ketersediaan bahan di gudang stok benih, persiapan alat dan tempat.
2. Pesiapan bahan
Mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan khususnya: a. Pemeriksaan identitas dan jumlah benih yang akan digunakan. b. Menyeleksi dan memisahkan antara yang masih memiliki plumula
radikula dengan yang sudah kering dan tidak ada lagi plumula radikulanya yang nantinya digunakan sebagai bahan penelitian. c. Merendam benih untuk melihat antara yang tenggelam dan
mengapung sebagai dasar dugaan viable dan yang sudah rusak. d. Memecahkan seluruh benih antara yang mengapung dan yang
tenggelam untuk melihat kondisi embrio secara visual didalam benih, serta menyimpulkan sebagain dasar awal dugaan.
13
a b c d
e f
Gambar 3.1. a. penyeleksian post germinated seed (PGS), b. gambaran umum kecambah digudang penyimpanan, c. uji viabilitas secara fisik (apung tenggelam), d. kondisi benih yang mengapung dipecahkan, e. kondisi benih yang tenggelam dipecahkan, f. pengelompokan post germinated seed (PGS).
Sumber: Dokumentasi pribadi 3. Aplikasi dan perlakuan
Salah satu teknik perlakuan pendahuluan adalah melalui skarifikasi benih secara fisik dengan merendam benih kedalam air dingin atau air panas. Metode ini mengacu pada metode penelitian perendaman benih sengon dengan air panas bersuhu 50-90 ºC selama 12 jam dan 50-70 ºC selama 24 jam (Alghofar dkk., 2017; Putra dkk., 2019). Dengan mengkombinasikan metode penelitian penggunaan air panas suhu 80 ºC selama 3x24 jam untuk perendaman benih kelapa sawit. Benih kelapa sawit direndam dalam air panas suhu 80 ºC dan dibiarkan dingin hingga 1x24 jam, kemudian diganti dengan air panas suhu 80 ºC pada hari ke 2 dan ke 3. Setelah perendaman dengan air panas dilanjutkan dengan perendaman dalam air suhu kamar
14
selama (2, 4 dan 6 hari) (Farhana dkk., 2013; Aminarti, 2015). Dengan perbedaan material yang digunakan pada penelitian ini yaitu PGS kelapa sawit yang telah disimpan selama 2 tahun.
a. Perendaman suhu awal.
Benih yang telah dipilih dan dikelompokan kemudian direndam kedalam air biasa suhu 26ºC (kontrol), air panas dengan suhu 60ºC dan 80ºC. Benih kelapa sawit yang direndam air panas dengan suhu 60ºC dan 80ºC dibiarkan hingga dingin selama 24 jam, kemudian diganti lagi dengan air panas dengan suhu yang serupa hari ke 2 dan ke 3.
a b c
Gambar 3.2 a. perlakuan suhu awal perendaman air biasa (kontrol), b. perlakuan suhu awal perendaman 60ºC, c. perlakuan suhu awal perendaman 80ºC
Sumber: Dokumentasi pribadi b. Perendaman air biasa
Setelah perendaman dengan air panas, dilanjutkan perendaman dengan air biasa selama (2,4, dan 6 hari) yang membedakannya yaitu waktu perendaman.
c. Pengeringan
Pada tahap ini benih dikering anginkan (dengan kipas angin), dicuci dan direndam pada larutan dithane 2g/l selama 5 menit lalu dikering anginkan kembali selama ±5 jam.
15
Setelah proses pemecahan dormansi selesai, benih dimasukan dalam ruang perkecambahan dengan suhu 28-32℃. Dilakukan penyemprotan dengan air menggunakan hand sprayer pada 7 hari pertama. Tray yang berisi PGS ditumpuk dengan tray lainnya dan
tray bagian atas ditutup dengan tray kosong. Pengamatan daya
berkecambah dilakukan sebanyak lima kali yaitu pada 14 HSP (hari setelah perkecambahan), 21 HSP, 28 HSP, 35 HSP dan 42 HSP. Tabel 3.3 Teknik dan Lama Waktu Stratifikasi Ulang
Teknik Stratifikasi Perendaman PGS (hari) Pengering anginan (± jam) Lama waktu Perkecambahan 28-32ºC (hari) Total lama Perlakuan (hari) Perlakuan Air panas 60ºC dan 80ºC Air Suhu normal S0 - 2,4,6 5 42 54 S1 3 2,4,6 5 42 57 S2 3 2,4,6 5 42 57
3.5. Pengamatan dan Indikator
1. Pernghitung komposisi PGS
Perhitungan dilakukan dengan memisahkan antara yang mengapung dan yang tenggelam yang diduga memiliki viabilitas, baik dan yang sudah rusak (mati).
2. Kadar Air (KA)
Pengukuran kadar air PGS dilakukan dengan metode langsung menggunakan oven. PGS dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 105℃ selama 48 jam. Benih sebanyak 30 butir dengan empat ulangan, ditimbang menggunakan timbangan digital. Penetapan kadar air PGS ditentukan menggunakan rumus (Martine dkk., 2009).
16
KB = NIT1+N2T2+⋯.+NxTx
∑ Total
Keterangan:
KA : Kadar Air (%)
3. Persentase Daya Berkecambah (DB)
Daya berkecambah benih adalah kemampuan benih untuk dapat berkecambah normal pada kondisi lingkungan yang serba optimum, dan dinyatakan dalam persen. PGS yang digunakan setiap ulangannya adalah 300 butir dengan empat kali ulangan, pengamatan daya berkecambah dilakukan sebanyak 5 kali yaitu pada hari setelah perkecambahan (HSP) 14 HSP, 21 HSP, 28 HSP, 35 HSP, dan 42 HSP dengan menghitung jumlah PGS yang berkecambah setelah diberi perlakuan dengan formulasi sebagai berikut, rumus:
Keterangan :
DB : Daya Berkecambah (%)
∑ KN : Jumlah kecambah normal yang tumbuh sampai hari ke-42 (butir) ∑ TB : Jumlah total PGS yang dikecambahkan (butir)
4. Laju Perkecambahan /Kecepatan Berkecambah
Diukur dengan menghitung hari yang diperlukan untuk PGS berkecambah. PGS yang digunakan setiap ulangannya adalah 300 butir dengan empat kali ulangan, perhitugan dimulai dari hari ke-1, ke-2, ke- 3, ke-4, ke-x, ke-x menggunakan formulasi (Sutopo, 2008) sebagai berikut:
Keterangan :
KB: Kecepatan Berkecambahan (hari)
17
T : Jumlah waktu antara awal pengujian sampai akhir dari suatu pengamatan (hari)
∑ : Jumlah keseluruhan PGS yang dikecambahkan (butir) 5. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)
Potensi tumbuh maksimum adalah persentase semua PGS yang hidup atau menunjukan gejala hidup, baik menghasilkan kecambah normal maupun yang abnormal. PGS yang digunakan setiap ulangannya adalah 300 butir dengan empat kali ulangan. Perhitungan PTM dilakukan sebagai berikut:
Keterangan :
PTM : Potensi Tumbuh Maksimum (%) ∑ KN : Jumlah PGS normal (butir) ∑ KA : Jumlah PGS abnormal (butir)
∑ B : Jumlah total PGS yang dikecambahkan (butir) 6. Potensi Terserang Cendawan (PTC)
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah PGS yang terserang cendawan selama pengecambahan (42 HSP). PGS yang digunakan setiap ulangannya adalah 300 butir dengan empat kali ulangan. Perhitungan persentase PGS terserang cendawan menggunakan rumus:
Keterangan:
PTC : Potensi Terserang Cendawan (%) ∑ BC : Jumlah PGS terserang cendawan (butir)
∑ B : Jumlah total PGS yang dikecambahkan (butir) PTC = ∑BC × 100%