• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Analisis Varians

Analisis varians adalah suatu proses sistematis untuk mengidentifikasi, melapor, dan menjelaskan varians atau penyimpangan hasil yang sesungguhnya dari hasil yang diharapkan atau dianggarkan (Tunggal 1995:201).Yang dimaksud dengan analisis varians dalam penelitian ini adalah proses untuk mengidentifikasi adanya penyimpangan antara biaya produksi yang dianggarkan dengan realisasi biaya produksi yang terjadi.

Analisis varians biaya produksi terdiri dari analisis varians biaya bahan baku, analisi varians biaya tenaga kerja langsung, dan analisi varians biaya overhead pabrik.

1. Analisis varians biaya bahan baku

Penghitungan selisih biaya bahan baku dapat di lakukan dengan model satu selisih,model dua selisih atau model tiga selisih (Daljono: 2001:2012). Model satu selisih dengan cara membandingkan biaya standart dengan biaya yang sesungguhnya. Model dua selisih membedakan selisih biaya menjadi selisih harga dan selisih kuantitas. Model tiga selisih membedakan selisih biaya menjadi selisih harga, selisih kuantitas dan selisih gabungan. Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model dua selisih.

a. Selisih harga bahan baku

Untuk menghitung selisih harga bahan baku dilakukan perbandingan antara harga bahan baku sesungguhnya dengan harga bahan baku menurut standart. Jumlah

(2)

persatuan dengan kuantitas sesungguhnya yang dibeli.

b. Selisih kuantitas bahan baku

Selisih kuantitas bahan bahan baku adalah seslisih kuantitas yang timbul karena telah dipakai kuantitas bahan baku yang lebih besar atau lebih kecil disbanding dengan kuantitas standar dalam pengolahan produk. Selisih kuantitas bahan baku dapat dihitung sebesar kuantias bahan baku dikalikan dengan harga standar bahan baku per buah.

2. Analisis varians biaya tenaga kerja langsung

Penghitungan selisih biaya tenaga kerja langsung dapat dilakukan dengan model satu selisih, model dua selisih dan model tiga selisih (Daljono 2001:212). Model satu selisih menghitung selisih biaya tenaga kerja langsung dengan cara membandingkan biaya standar dan biaya sesungguhnya. Model dua selisih membedakan selisih biaya menjadi selisih tarif upah langsung dan selisih efisiensi upah langsung. Model tiga selisih membedakan selisih biaya menjadi selisih tarif upah langsung, selisih efisiensi upah langsung dan selisih gabungan. Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah model dua selisih.

a. Selisih tarif upah langsung

Selisih tarif upah langsung timbul karena perusahaan telah membayar upah langsung dengan tarif lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan tarif upah langsung standar. Selisih tarif upah langsung dapat dihitung sebesar selisih tarif upah langsung per jam dikalikan jam kerja sesungguhnya.

b. Selisih efisiensi upah langsung

Selisih efisiensi upah langsung dihitung dari selisih jam kerja langsung sesungguhnya dengan jam kerja standar dikalikan tarif upah langsung standar.

(3)

3. Analisis varians biaya overhead pabrik

Selisih biaya overhead pabrik timbul karena perbedaan antara biaya overhead pabrik yang sesungguhnya dengan yang seharusnya terjadi dalam mengolah produk. Analisis selisih biaya overhead pabrik dapat dilakukan dengan model satu selisih, model dua selisih, model tiga selisih dan model empat selisih. Model satu selisih menghitung selisih biaya overhead pabrik secara total yaitu dengan membandingkan biaya overhead pabrik standar dan biaya overhead pabrik sesungguhnya. Model dua selisih membedakan selisih biaya menjadi selisih terkendalikan dan selisih volume. Model tiga selisih membedakan selisih biaya menjadi selisih anggaran, selisih kapasitas dan selisih efisiensi. Model empat selisih membedakan selisih biaya menjadi selisih anggaran, selisih kapasitas, selisih efisiensi variabel dan selisih efisiensi tetap. Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah model dua selisih.

a. Selisih terkendalikan

Selisih terkendalikan adalah selisih yang diakibatkan oleh perbedaan antara biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. dengan biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada jam atau kapasitas standar.

b. Selisih volume

Selisih volume adalah selisih antara kapasitas normal dengan kapasitas standar.

2.2. Pengertian Kontrol Efisiensi Biaya Produksi

a. Kontrol merupakan pengendalian biaya yang dilakukan untuk menilai prestasi dengan membandingkan biaya standar yang ditetapkan dengan realisasi biaya yang sesungguhnya terjadi, sehingga akan dapat ditentukan efisiensi biaya pada setiap departemen di mana produk diolah (Supriyono 1999:98).

(4)

1995:7). Efisiensi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan sumber daya dengan benar dan tidak ada pemborosan.

c. Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual (Mulyadi 2000:14).

Yang di maksud dengan kontrol efisiensi biaya produksi dalam penelitian ini adalah pengendalian biaya agar tidak terjadi pemborosan dalam proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi dengan cara membandingkan biaya standar dengan realisasi biaya yang sesungguhnya terjadi sehingga dapat dicapai suatu efisiensi.

2.3. Pendekatan Penyelidikan Penyimpangan Biaya

Untuk menyelidiki penyimpangan biaya dapat digunakan beberapa pendekatan, di antaranya:

1. Pendekatan pertimbangan manajemen

Pendekatan ini mendasarkan pada pertimbangan atau intuisi manajemen. Manajemen menentukan pedoman investigasi penyimpangan berdasarkan pertimbangan manajemen dengan cara:

a) Menentukan jumlah absolut dalam rupiah penyimpangan yang harus diselidiki. b) Menentukan persentase penyimpangan dari anggaran atau standar yang harus diselidiki.

Kelemahan pendekatan ini adalah tidak mempertimbangkan probabilitas antara kegiatan yang “ in control ” dan kegiatan yang “ out of control ”.

(5)

2. Pendekatan expected value

Pendekatan expected value (nilai yang diharapkan) untuk menyelidiki penyimpangan adalah suatu prosedur untuk membuat keputusan investigasi yang didasarkan pada minimumisasi expected cost yang dihubungkan dengan tersedianya alternatif bagi manajemen. Tanpa menggunakan model-model kuantitatif, manajemen tidak dapat dengan objektif dan masuk akal untuk memutuskan perlu tidaknya suatu penyimpangan diselidiki. Manajemen juga tidak dapat mempertimbangkan biaya dan manfaat dari penyelidikan penyimpangan biaya. Akibatnya, manajemen tidak dapat menjamin penggunaan sumber-sumber dengan efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Untuk mengembangkan sistem pengendalian manajemen yang terintegrasi, manajemen perlu mengembangkan dan menggunakan model-model penyelidikan penyimpangan biaya dianggarkan dibanding dengan realisasinya. Model-model tersebut dapat diambil atau dikembangkan dari teknik-teknik yang berasal dari luar akuntansi, misalnya dari matematika dan statistika.

Penyimpangan biaya yang terjadi di dalam suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

(a) Penyimpangan yang terjadi pada kegiatan “in control ”. (b) Penyimpangan yang terjadi pada kegiatan “ out control ”.

3. Pendekatan statistical quality control (SQC)

Statistical Quality Control (pengendalian mutu statistik) merupakan suatu metode untuk mengevaluasi proses yang berulang guna menentukan apakah prosesnya tidak terkendali (Maher dan Deakin 1997:412). Statistical Quality Contol dapat dipakai membuat pedoman memutuskan penyelidikan penyimpangan dengan menggunakan Control Chart yang menunjukkan expected cost beserta “ Upper Control Limit ”(UCL) dan “ Lower Control Limit ” (LCL).

(6)

sampel n keseluruha rata -rata Jarak subgrup pada sampel pengamatan jumlah oleh i dipengaruh besarnya yang Konstanta sampel n keseluruha rata -Rata bawah) kendali (batas limit control Lower atas) kendali (batas limit control Upper 2 = = = = = R A X LCL UCL Keterangan :

Perhitungan A2 ini menggunakan tabel statistika yang dipengaruhi oleh sample size

yang diteliti. Daerah antara LCL sampai dengan UCL menunjukkan bahwa penyimpangan yang terjadi pada daerah tersebut berarti masih berada pada kegiatan yang “ in control ” sehingga tidak perlu diselidiki. Tetapi jika penyimpangan berada di luar daerah UCL dan LCL maka manajemen perlu menyelidiki penyimpangan tersebut karena penyimpangan berada pada kegiatan yang “ out of control ”. Penyimpangan yang berada di atas batas UCL menunjukkan prestasi atau pelaksanaan yang abnormal, demikian pula penyimpangan yang terjadi di bawah batas LCL yang menunjukkan prestasi atau pelaksanaan yang abnormal.

2.4. Kerangka Berfikir

Biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari proses produksi perlu dikendalikan agar efisiensi biaya dapat dicapai oleh perusahaan. Analisis varians merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi biaya. Biaya standar dengan biaya sesungguhnya dibandingkan untuk melihat apakah biaya telah efisien atau belum. Varians (selisih) yang terjadi dari perbandingan biaya tersebut baik itu menguntungkan atau merugikan perlu diselidiki. Salah satu penyelidikan terhadap penyimpangan biaya adalah menggunakan pendekatan Statistical Quality Control (SQC). Pedoman memutuskan penyelidikan penyimpangan melalui Statistical Quality Control (SQC) adalah dengan

R A X UCL= + 2 R A X LCL= − 2

(7)

menggunakan Control Chart yang menunjukkan expected cost beserta “ Upper Control Limit ” (UCL) dan “ Lower Control Limit ” (LCL).

Untuk memudahkan mengenai kerangka berfikir tersebut, maka penulis menyajikannya dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Produksi

Biaya produksi : 1. Biaya bahan baku

2. Biaya tenaga kerja langsung 3. Biaya overhead pabrik

Pengendalian biaya produksi

Standar biaya produksi : 1. Standar biaya bahan baku

2. Standar biaya tenaga kerja langsung 3. Standar biaya overhead pabrik

Realisasi biaya produksi : 1. Realisasi biaya bahan baku

2. Realisasi biaya tenaga kerja langsung 3. Realisasi biaya overhead pabrik

Varians biaya produksi

Analisis perbedaan varians biaya produksi dan penyebab varians biaya produksi (Kruskall Wallis dan Analisis varians)

Analisis tingkat efisiensi biaya produksi (Deskriptif persentase dan SQC)

Hasil analisis :

1. Tidak ada perbedaan varians biaya produksi 2. Ada perbedaan varians biaya produksi Hasil analisis :

1. Efisien

2. Kurang efisien 3. Tidak efisien

(8)

H0: Tingkat efisiensi biaya produksi dan varians biaya produksi penerbit USU Press

tahun 2008, 2009, dan 2010 tidak berbeda. (µ1=µ2 =µ3)

H1: ada perbedaan tingkat efisiensi biaya produksi dan varians biaya produksi penerbit

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2019 capaian sasaran kinerja Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Kepulauan Riau dapat dicapai dengan capaian target 100% pada capaian periode rencana

Likuiditas adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang harus segra dibayar dengan harta lancarnya. Bank disebut likuid, apabila bank

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan tahapan pelaksanaan yang meliputi: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian

1. Penerapan metode resitasi akan mampu membimbing siswa merekonstruksi pengalamannya terhadap nilai-nilai positif menerapkan perilaku terpuji bagi diri sendiri.

Data yang diperlukan antara lain informasi tentang pengungkapan informasi terkait dengan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat diambil dari laporan tahunan

23 Yayat dan Acep Komara, Op. 24 Achmad Slamet dan Sumarli, Op.. 1) Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi yang siap

a) Fungsi produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. b) Fungsi pemasaran, merupakan fungsi yang

Merencanakan dan melakukan administrasi perkara, mempersiapkan persidangan perkara, menyimpan berkas perkara yang masih berjalan dan urusan lain yang berhubungan