• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dilakukan oleh PT. LEKJ dalam rangka melakukan evaluasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dilakukan oleh PT. LEKJ dalam rangka melakukan evaluasi"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini penulis akan menguraikan mengenai pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh PT. LEKJ dalam rangka melakukan evaluasi perencanaan dan pengendalian anggaran dalam usaha membantu manajemen dalam rangka melakukan effisiensi serta melakukan kontrol terhadap biaya produksi dan menganalisis varians yang terjadi khususnya terhadap biaya produksi.

A. Penyajian Data

1. Anggaran Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, dimana elemen-elemen yang akan dibahas serta dianalisis terdiri dari biaya bahan baku dengan indikator harga bahan baku dan kuantitas bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dengan indikator tarip upah dan jam kerja langsung dan biaya overhead pabrik dengan indikator tingkat kapasitas produksi dan tarif biaya overhead pabrik disajikan dalam tabel 4-1

(2)

( Rp / M2 ) %

Total Produksi ( m2 ) 6.283.200

Bahan Baku yang Digunakan

Bahan Chemical 27.226.322.729 4.333 Bahan Baku 10.684.428.604 1.700

Jumlah Pemakaian Bahan 37.910.751.333 6.034 43,52% Upah Tenaga Kerja Langsung 5.000.412.803 796 5,74% Biaya Prod Tidak Langsung

Gas 17.794.022.400 2.832

Pemeliharaan & Perbaikan 3.809.222.484 606

Penyusutan & Amortisasi 6.716.307.024 1.069 Listrik 7.385.324.264 1.175 Upah Tenaga Kerja Tidak Langsung 2.125.656.216 338

Riset dan Pengembangan 178.128.720 28

Pemakaian air 27.708.912 4 Biaya Sewa Asuransi 52.284.804 8 Perlengkapan Pabrik 264.367.652 42 Pengiriman Bahan 129.967.992 21 Bahan Packing 3.744.199.721 596

Bahan Penolong lainnya 1.974.498.319 314

Jumlah Overhead Pabrik 44.201.688.507 7.035 50,74%

Sumber dari PT Lantai Emas Kemenangan Jaya

Jumlah Biaya Produksi 87.112.852.643 13.864 100% Tabel : 4 - 1

ANGGARAN BIAYA PRODUKSI

TAHUN 2007

URAIAN ANGGARAN BEBAN PER UNIT

2. Anggaran Penjualan

Anggaran penjualan adalah anggaran yang pertama kali disusun dalam perusahaan berdasarkan asumsi-asumsi penjualan untuk tahun

(3)

mendatang dengan memperhatikan penjualan yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Anggaran ini disusun dengan mempertimbangkan berbagai kondisi terutama kondisi pasar. Anggaran penjualan PT. LEKJ disajikan dalam tabel 4-2

Jumlah Hari Kerja 357

Kapasitas/ Hari

Produksi Per Bulan 6,283,200 Motif Produksi 1 PP 314,160 2 MDP 942,480 3 MDPS 1,570,800 4 MEDIUM 1,884,960 5 MDHJ 314,160 6 MDC 628,320 7 MDSB 314,160 8 MDSM 314,160 Jumlah 6,283,200

Sumber dari PT Lantai Emas Kemenangan Jaya

NO

Uraian

TABEL : 4 - 2

ANGGARAN PENJUALAN UBIN KERAMIK

TAHUN 2007

( Dalam M2 )

Total Permintaan

3. Anggaran Produksi

Setelah anggaran penjualan disusun, langkah selanjutnya adalah penyusunan anggaran produksi . Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun anggaran produksi adalah menentukan tingkat

(4)

persediaan, merencanakan kuantitas yang akan diproduksi serta membuat jadwal produksi disajikan pada tabel 4-3.

Jumlah Hari Kerja 357

Kapasitas/ Produksi / hari 17,600

1 Penjualan yang dianggarkan 6,283,200 2 Persediaan akhir yang diharapkan 88,000 3 Jumlah unit yang tersedia 6,371,200 4 Persediaan Awal 88,000

Produksi yang dianggarkan 6,283,200

Sumber dari PT Lantai Emas Kemenangan Jaya

NO Uraian RENCANA PRODUKSI

TABEL : 4 - 3

ANGGARAN PRODUKSI UBIN KERAMIK

TAHUN 2007

( Dalam M2 )

4. Anggaran Pemakaian Bahan Baku

Anggaran pemakaian bahan baku dibuat setelah anggaran produksi disusun. Dalam proses pembuatan keramik PT. LEKJ menggunakan bahan baku langsung dan bahan baku penolong disajikan pada tabel 4-4

(5)

( Rp / M2 )

%

Total Produksi ( m2 )

6,283,200

BAHAN BAKU YANG DIGUNAKAN

1 Body

Tanah

10,684,428,604

1,700

28%

2 Chemical

Glazure

18,373,420,170

2,924

48%

Engobe

6,615,174,254

1,053

17%

Under Tile

75,362,569

12

0%

Fixactive

145,141,920

23

0%

Pasta

2,017,223,816

321

5%

37,910,751,333

6,034

100%

Pemakaian Bahan

ANGGARAN

BEBAN PER UNIT

TABEL : 4 - 4

TAHUN 2007

ANGGARAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU

URAIAN

Anggaran kebutuhan bahan baku yang diperlukan dalam proses pembuatan keramik sesuai dengan target kuantitas produksi yang telah ditetapkan lihat lampiran 3 dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :

a. Body, tediri dari beberapa jenis material tanah antara lain clay Sukabumi, clay Parung, clay Belitung dan Feld pard Jepara untuk mendapat kualitas body yang baik sesuai dengan standart dibuatkan

(6)

formulasi serta aplikasi oleh bagian R&D, berdasarkan formulasi serta jumlah kuantitas unit yang akan diproduksi maka dapat dihitung kebutuhan bahan yang diperlukan baik kuantiti maupun value dengan memperhatikan tingkat harga material yang berlaku pada saat itu.

b. Chemical, terdiri dari Glazur, Engobe, Under tile, Fixative serta Pasta kebutuhan bahan yang diperlukan dihitung dari masing-masing formulasi dan aplikasi yang telah ditetapkan sehingga dapat ditentukan jumlah kuantiti yang diperlukan dalam proses produksi.

5. Anggaran Pembelian

Anggaran pembelian bahan baku dibuat setelah anggaran kebutuhan bahan baku telah diperhitungakan dengan pasti. Dengan memperhatikan persediaan awal dan akhir bahan baku yang tersedia maka anggaran pembelian dilakukan

6. Anggaran Tenaga Kerja Langsung

Dalam rangka pelaksanaan dari suatu produksi diperlukan adanya tenaga kerja yang secara langsung melakukan kegiatan produksi dalam suatu pabrik, yaitu berkaitan langsung dengan jumlah tenaga kerja dan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang terlibat langsung proses akhir produksi.

(7)

( Rp / M2 ) %

Total Produksi ( m2 ) 6,283,200

Beban Tenaga Kerja Langsung

Bonus/ THR 459,884,387 73 9% Gaji 3,352,982,100 534 67% Jamsostek 148,563,120 24 3% Lembur 304,187,196 48 6% Tunjangan Jabatan 66,600,000 11 1% Tunjangan Kehadiran 58,680,000 9 1% Tunjangan Makan 228,624,000 36 5% Tunjangan Masa Kerja 25,080,000 4 1% Tunjangan Piket 30,000,000 5 1% Tunjangan Shift 47,652,000 8 1% Tunjangan Transport 278,160,000 44 6%

Sumber dari PT Lantai Emas Kemenangan Jaya

ANGGARAN

URAIAN BEBAN PER UNIT

100% TABEL : 4 - 5

ANGGARAN BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG

TAHUN 2007

Biaya Tenaga Kerja Langsung 5,000,412,803 796

Penyusunan anggaran biaya tenaga kerja langsung pada PT. LEKJ menggunakan biaya standart, dengan menggunakan data historical serta mempertimbangkan faktor eksternal dan asumsi yang diperoleh dari Departemen HRGA seperti UMR yang akan diberlakukan oleh pemerintah serta memperhitungkan adanya kenaikan upah, Bonus, Jam lembur serta kemungkinan adanya penambahan serta pengurangan tenaga kerja. Anggaran biaya tenaga kerja langsung akan diperhitungkan

(8)

terhadap jumlah produk yang akan diproduksi sebagai beban biaya tenaga kerja langsung per unit yang dianggarkan, seperti yang terlihat pada tabel 4-5 .

7. Biaya Overhead Pabrik.

Persoalan utama dalam pengendalian biaya overhead pabrik adalah pemilihan ukuran yang tepat atas output / kegiatan setiap pusat tanggung jawab. Anggaran biaya overhead pabrik disajikan pada tabel 4-6

( Rp / M2 ) %

Total Produksi ( m2 ) 6.283.200

Biaya Prod Tidak Langsung

Gas 17.794.022.400 2.832 40%

Pemeliharaan & Perbaikan 3.809.222.484 606 9%

Penyusutan & Amortisasi 6.716.307.024 1.069 15%

Listrik 7.385.324.264 1.175 17%

Upah Tenaga Kerja Tidak Langsung 2.125.656.216 338 5%

Riset dan Pengembangan 178.128.720 28 0%

Pemakaian air 27.708.912 4 0% Biaya Sewa - 0% Asuransi 52.284.804 8 0% Perlengkapan Pabrik 264.367.652 42 1% Pengiriman Bahan 129.967.992 21 0% Karton Box 3.744.199.721 596 8% Bahan Penolong 1.974.498.634 314 4%

Jumlah Biaya Overhead Pabrik 44.201.688.822 7.035 100% TABEL : 4 - 6

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD

TAHUN 2007

(9)

Perusahaan dalam melakukan alokasi biaya overhead adalah langsung dialokasikan berdasarkan perbandingan jumlah biaya terhadap jumlah kuantitas produk, sehingga didapati beban biaya overhead per unit.

B. Analisis Varians Biaya Produksi

Realisasi biaya produksi secara keseluruhan dibandingkan dengan anggaran yang ditetapkan dilihat dari rata-rata beban per unit mengalami kenaikan dari Rp. 13.864 menjadi Rp. 14.269 yaitu sebesar Rp. 405 /m2 (unfavorable). Hal tersebut disebabkan adanya penyimpangan yang terjadi pada component biaya produksi disajikan pada table 4-7

(10)

BEBAN BEBAN

/UNIT /UNIT /UNIT F/UF

Total Produksi ( m2 ) 6.283.200 5.806.732 476.468

Bahan Baku yang Digunakan

Bahan Baku - Body 10.684.428.604 1.700 10.731.229.405 1.848 (148) UF Bahan Chemical -Engobe 6.615.174.254 1.053 3.376.062.091 581 471 F Bahan Chemical -Glazur 18.373.420.170 2.924 16.105.913.704 2.774 151 F Bahan Chemical -Under Tile 75.362.569 12 57.837.948 10 2 F Bahan Chemical -Pasta 2.162.365.736 344 2.178.632.194 375 (31) UF

Jumlah Pemakaian Bahan 37.910.751.333 6.034 32.449.675.342 5.588 445 F Upah Tenaga Kerja Langsung 5.000.412.803 796 4.324.144.345 745 51 F Biaya Prod Tidak Langsung

Gas 17.794.022.400 2.832 20.001.518.121 3.445 (613) UF Pemeliharaan & Perbaikan 3.809.222.484 606 4.841.074.049 834 (227) UF Penyusutan & Amortisasi 6.716.307.024 1.069 6.965.004.584 1.199 (131) UF Listrik 7.385.324.264 1.175 5.883.410.101 1.013 162 F Upah Tenaga Kerja Tidak Langsung2.125.656.216 338 1.533.674.616 264 74 F Riset dan Pengembangan 178.128.720 28 195.789.994 34 (5) UF Pemakaian air 27.708.912 4 0 4 F Biaya Sewa 0 561.796.124 97 (97) UF Asuransi 52.284.804 8 92.725.192 16 (8) UF Perlengkapan Pabrik 264.367.652 42 222.445.183 38 4 F Pengiriman Bahan 129.967.992 21 157.620.515 27 (6) UF Bahan Packing 3.744.199.721 596 3.926.356.053 676 (80) UF Bahan Penolong lainnya 1.974.498.319 314 1.703.190.737 293 21 UF Jumlah Overhead Pabrik 44.201.688.508 7.035 46.084.605.269 7.936 (902) UF

Sumber dari PT. Lantai Emas Kemenangan Jaya Tabel : 4 - 7

LAPORAN BUDGET VS REALISASI BIAYA PRODUKSI

TAHUN 2007

KETERANGAN BUDGET REALISASI VARIANCE

UF Jumlah Biaya Produksi 87.112.852.643 13.864 82.858.424.957 14.269 (405)

(11)

1. Varian Biaya Bahan Baku SHB = (HS x KS) – (HSt x KS) 32.449.675.342 35.036.081.970 (2.586.406.627) Keterangan:

SHB: Selisih Harga Bahan Baku HS : Harga Sesungguhnya KS : Kuantitas Sesungguhnya HSt : Harga Standar SKB = (KS x HSt) – (KSt x HSt) 35.036.081.970 37.910.751.333 (2.874.669.363) Keterangan :

SKB : Selisih Kuantitas Bahan Baku KS : Kuantitas Sesungguhnya Kst : Kuatitas Standar

Hst : Harga Standar

1. Selisih Harga Bahan Baku (SHB)

2. Selisih Kuantitas Bahan Baku (SKB)

Penjelasan varians bahan baku secara detail adalah sebagai berikut :

Varian bahan baku antara anggaran dan realisasi atas pemakaian bahan baku per unit mengalami penurunan dari Rp. 6.034 /m2 menjadi Rp.5.588/m2 yaitu sebesar Rp. 445 /m2 (favorable), hal ini disebabkan karena :

(12)

a. Body, beban per m2 mengalami kenaikan dari Rp. 1.700 menjadi Rp.1.848 terdapat varian sebesar Rp. 148 (unfavorable) hal ini dikarenakan pada saat perhitungan anggaran memakai formulasi berat aplikasi untuk produk regular 16 kg/m2 dan produk kontrak line 12.5 kg/m2 sedangkan realisasi produksi lebih dominan reguler daripada kontrak line, selain itu terdapat kenaikan beberapa material body yang tidak diantisipasi pada saat penyusunan anggaran.

b. Engobe, beban per m2 turun dari Rp. 1.053 menjadi Rp. 581 terdapat varian sebesar Rp. 471 (favorable), hal ini dikarenakan adanya pemakaian chemical engobe yang effisien dan realisasi berat aplikasi lebih kecil daripada berat yang dianggarkan.

c. Glazure, beban per m2 turun dari Rp. 2.924 menjadi Rp. 2.774 terdapat varian sebesar Rp. 151 (favorable), hal ini dikarenakan adanya pemakaian chemical glazur yang effisien dan realisasi berat aplikasi lebih kecil dari berat yang dianggarkan serta adanya perubahan pemakaian material yang kualitasnya lebih rendah dengan harga beli yang murah.

d. Under tile, variance yang terjadi sebesar Rp. 2 (favorable) dikarenakan saat pemakaian material pada saat proses produksi banyak menggunakan H2O sehingga aplikasi daripada formulasi semakin effisien.

(13)

e. Pasta, beban per m2 turun dari Rp. 344 menjadi Rp. 375 terdapat varian sebesar Rp. 31 (unfavorable), hal ini disebabkan adanya perubahan berat aplikasi dari formulasi yang dianggarkan , adanya perubahan motif-motif produksi dengan menggunakan material pasta dengan warna gelap sebesar 8 % dari anggaran yang telah ditetapkan.

2. Varian Biaya Tenaga Kerja Langsung

STU = (TS x JS) – (TSt x JS) 4,324,144,345 5,000,412,803

FAVORABLE (676,268,458) Keterangan:

STU : Selisih Tarif Upah Langsung TS : Tarif Sesungguhnya TSt : Tarif Standar JS : Jam Sesungguhnya SEUL = (TSt x JS) – (TSt x JSt) 5,000,412,803 5,000,412,803 Keterangan:

SEUL : Selisih Efisiensi Upah Langsung TSt : Tarif Standar

JS : Jam Sesungguhnya JSt : Jam Standar

1. Selisih Tarif Upah Langsung (STU)

(14)

Penjelasan varians biaya tenaga kerja langsung secara detail adalah sebagai berikut :

Dilihat dari perbandingan antara anggaran dan realisasi biaya tenaga kerja langsung terdapat varian sebesar Rp. 51 per m2 (favorable), hal ini disebabkan antara lain :

a. Beban gaji per m2 turun dari Rp. 534 menjadi Rp. 471 selama tahun anggaran tahun 2007 terdapat effisiensi tenaga kerja terutama pada bagian produksi selain itu tidak terealisasinya kenaikan gaji yang telah diprediksi pada saat penyusunan rencana anggaran sebesar 10 %.

b. Beban lembur per m2 meningkat dari Rp. 48 menjadi Rp 80 terdapat varian sebesar Rp 32 (unfavorable), kenaikan biaya ini disebabkan adanya jam lembur (piket) pada saat menjelang dan sesudah hari raya lebaran.

c. Beban Bonus per m2 mengalami penurunan yang cukup signifikan dikarenakan perhitungan pada anggaran diprediksi bonus akan dibayarkan setiap bulannya namun realisasinya hanya terjadi pada bulan Maret, dikarenakan tidak tercapainya target kapasitas dan kualitas yang ditentukan.

(15)

d. Jamsostek terdapat varian sebesar Rp. 20 per m2, hal ini terjadi perhitungan anggaran terlalu besar serta adanya outstanding beban biaya tersebut.

BEBAN BEBAN

PER M2 PER M2 PER M2 F/UF

Total Produksi ( M2 ) 6,283,200 5,806,732 1 Gaji 3,352,982,100 534 2,732,457,721 471 63 F 2 Lembur 304,187,196 48 465,611,093 80 (32) UF 3 THR 459,884,387 73 243,149,304 42 31 F 4 Bonus - 20,880,000 4 (4) UF 5 Pesangon - - 62,127,695 11 (11) UF 6 Tunjanagan Makan 228,624,000 36 265,001,000 46 (9) UF 7 Tunjanagan Transport 278,160,000 44 257,012,000 44 0 F 8 Piket 30,000,000 5 19,506,000 3 1 F 9 Tunjanagan Masa Kerja 25,080,000 4 39,060,000 7 (3) UF 10 Tunjangan Jabatan 66,600,000 11 68,600,000 12 (1) UF 11 Tunjanagan Sift 47,652,000 8 47,502,000 8 (1) UF 12 Tunjanagan Hadir 58,680,000 9 44,110,000 8 2 F 13 Pengobatan - - 21,146,900 4 (4) UF 14 Tunjangan Suka Duka - - 14,250,000 2 (2) UF 15 Jamsostek 148,563,120 24 23,730,632 4 20 F

TOTAL 5,000,412,803 796 4,324,144,345 745 51 F Karyawan Tetap awal tahun 295

Karyawan Tetap akhir tahun 261 Jumlah karywan keluar 34 Sumber data PT. Lantai Emas Kemenangan Jaya

VARIANCE Tabel 4-8

LAPORAN BUDGET VS REALISASI BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG

TAHUN 2007

(16)

3. Varian Biaya Produksi Tidak Langsung (FOH) 1. Selisih Terkendalikan (ST) ST = BOPS – AFKSt 46.084.605.269 44.201.688.507 1.882.916.762 Keterangan : ST : Selisih Terkendalikan

BOPS : Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya AFKSt : Anggaran Fleksibel pada Kapasitas Standar

2. Selisih Volume (SV) SV = AFKSt – (KSt x T) 44.201.688.507 44.201.688.507 Keterangan: SV : Selisih Volume

AFKSt : Anggaran Fleksibel pada ……. Kapasitas Standar

KSt : Kapasitas atau jam standar T : Tarif total

Penjelasan varians biaya overhead pabrik secara detail adalah sebagai berikut :

a. Biaya Gas, dilihat dari realisasi mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari Rp. 2.832 menjadi Rp. 3.445 yaitu sebesar Rp. 613 per m2 (unfavorable) hal ini dipengaruhi oleh fluktuasi rate valas (usd) yang cenderung meningkat sepanjang tahun 2007. Kondisi tekanan Gas yang mulai tidak stabil mempengaruhi kinerja mesin saat proses pembakaran keramik, maka diambil kebijakan untuk memakai LPG

(17)

sebagai tambahan energy dimana harga LPG cukup tinggi bila dibandingkan dengan harga LNG.

b. Biaya Pemeliharaan dan perbaikan, terdapat varian sebesar Rp. 227 per m2 (unfavorable), kebutuhan spare part untuk maintenance mengalami peningkatan dari rencana budget, mengingat kondisi mesin yang harus dilakukan overhaoul dan harga barang yang melambung tinggi khususnya spare part import akibat kenaikan kurs valuta asing.

c. Biaya penyusutan dan amortisasi, mengalami kenaikan sebesar Rp 131 (unfavorable), dikarenakan perusahaan mengadakan investasi dengan membeli asset baru.

d. Biaya listrik, terdapat penurunan sebesar Rp. 162 per m2 (favorable) varian tersebut dikarenakan asumsi kenaikan listrik pada saat penyusunan anggaran terlalu besar (per 3 bulan ada kenaikan) namun realisasi kenaikan PLN hanya terjadi pada awal tahun.

e. Upah tenaga kerja langsung, mengalami penurunan dari Rp. 338 menjadi Rp. 264, hal tersebut dikarenakan selama tahun 2007 perusahaan belum dapat menaikan gaji pokok karyawan hanya ada penyesuaian UMR sesuai dengan peraturan pemerintah.

f. Biaya riset, meningkat dikarenakan Dept R&D banyak melakukan riset atas motif-motif baru untuk mengantisipasi pasar.

g. Biaya sewa, mengalami peningkatan yang cukup signifikan dikarenakan kebutuhan akan kendaraan Loader dan Forklift guna menunjang kinerja bagian produksi dan shipping (Werehouse).

(18)

h. Karton Box, kebutuhan akan karton disesuaikan dengan asumsi rencana produksi berdasarkan kualitas, hanya produk yang menpunyai kualitas saja yang menggunakan karton box ( Kualitas 1,2,3 ), serta memperhitungkan tingkat waste yang akan terjadi pada saat proses packing.

i. Bahan Penolong, dianggarkan berdasarkan schedul produksi serta motif-motif yang akan dibuat oleh bagian produksi serta memperhatikan historis biaya yang terjadi pada masa lalu.

C. Pembahasan atas Varians Biaya Produksi

Berdasarkan analisis deskriptif terhadap varians biaya produksi PT. lantai Emas Kemenangan Jaya, menunjukkan adanya penyimpangan antara anggaran terhadap produk per unit Rp. 13.864,- dengan realisasi sebesar Rp. 14.629,- dengan adanya varian biaya produksi per unit sebesar Rp. 405,-dengan kapasitas sesungguhnya sebanyak 5.806.732 m2 perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp, 2.351.516.617,-. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya perhatian dari semua pihak untuk mengatasi penyimpangan serta mencari penyebabnya agar dapat dicari solusi untuk mengatasi penyimpangan tersebut.

1. Biaya Bahan Baku

Secara keseluruhan varian biaya bahan baku aktual dan anggaran terjadi penurunan sebesar Rp. 5.461.075.991,-, hal ini disebabkan karena

(19)

realisasi kapasitas yang sesungguhnya hanya tercapai sebesar 92 % dari target, namun biaya rata-rata bahan baku per unit mengalami penurunan sebanyak Rp. 445,-. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi effisiensi pemakaian bahan baku dalam proses produksi sebesar Rp.2.586.226.824,-. Pengendalian bahan baku mencakup pengendalian terhadap pemakaian dan pembelian bahan baku. Untuk pengendalian pemakaian bahan baku, perusahaan harus menetapkan kuantitas yang

diperlukan dalam proses produksi yang akan dilaksanakan. PT Lantai Emas Kemenangan Jaya telah menetapkan standar komposisi

bahan baku, sehingga kuantitas yang diperlukan untuk proses produksi diperoleh dari perkalian antara jumlah produksi sesuai forecast yang telah disepakati dan komposisi berataplikasi bahan baku. Penentuan kuantitas bahan baku yang akan dipakai untuk proses produksi dilakukan oleh staf PPC (Production Planning Control) yang masih berada dalam koordinasi bagian produksi. Dalam pembelian perlu diperhatikan tentang harga bahan baku yang akan dibeli. Perlu kiranya dilakukan studi perbandingan harga, di mana informasi untuk harga bahan baku dapat diperoleh dari daftar harga pemasok maupun dari katalog atau informasi yang sejenis. Perusahaan menerapkan kebijakan berupa multiple supplier, yaitu membeli bahan baku tidak hanya dari satu pemasok tetapi beberapa pemasok. Kebijakan ini dilakukan untuk menjaga kelancaran proses produksi dan menghemat biaya bahan baku. Perusahaan harus senantiasa mengontrol dan mengendalikan biaya bahan

(20)

baku mengingat biaya bahan baku adalah unsur biaya produksi yang jumlahnya relatif besar dibandingkan unsur biaya produksi lainnya. Penetapan standar biaya bahan baku harus dilakukan secermat mungkin agar selisih antara standar dan realisasinya tidak terlalu besar.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Pengendalian atas biaya tenaga kerja langsung dilakukan dengan membandingkan antara standar yang telah ditetapkan dengan realisasinya. Terjadinya selisih antara standar yang telah ditetapkan dengan realisasi harus segera dianalisis dan dibuat laporan agar dapat diambil tindakan lebih lanjut. Penentuan standar tarif upah langsung pada PT Lantai Emas Kemenangan Jaya didasarkan atas upah sesungguhnya yang dibayarkan sama dengan tarif upah standar yang telah ditetapkan perusahaan sehingga tidak terjadi selisih tarif upah langsung. Kelonggaran waktu untuk istirahat, penundaan kerja yang tidak bisa dihindari dan faktor-faktor kelelahan kerja juga harus diperhitungkan dalam penentuan jam kerja standar, karena tidak mungkin seorang karyawan memiliki tingkat kecepatan yang sama dalam setiap menit selama 8 jam kerja. Penundaan kerja yang tidak bisa dihindari karena kemacetan mesin harus dapat diminimalisir dengan menjaga kondisi mesin melalui reparasi dan pemeliharaan mesin. Kemacetan mesin akan dapat mengurangi efisiensi kerja yang dapat berdampak pada tidak tercapainya target produksi yang telah ditetapkan. Standar-standar yang telah ditetapkan baik untuk tarif upah standar maupun jam kerja standar

(21)

harus senantiasa ditinjau untuk memastikan bahwa standar dapat dipakai untuk pengendalian biaya tenaga kerja. Perubahan terhadap standar perlu dilakukan apabila terjadi perubahan kondisi di dalam perusahaan maupun perubahan kondisi di luar perusahaan.

3. Biaya Overhead Pabrik

Pengendalian biaya overhead pabrik dilakukan dengan membandingkan biaya overhead pabrik standar dengan realisasi biaya overhead pabrik. Selisih yang terjadi dari perbandingan antara standar dengan realisasinya baik favorable maupun unfavorable harus dianalisis dan segera mungkin dibuat laporan agar dapat diambil tindakan lebih lanjut. Terjadinya selisih biaya overhead pabrik pada PT Lantai Emas Kemenangan Jaya diakibatkan karena beberapa komponen biaya yang mengalami kenaikan cukup signifikan khususnya biaya Gas sebesar Rp. 2.207.495.721,- ( 12 % ) dan Spare Parts sebesar Rp. 1.031.851.565,- ( 27 % ) dibandingkan dengan anggaran yang ditetapkan. Diperlukan data-data yang akurat serta asumsi-asumsi sebagai parameter dalam menyusun perencanaan yang baik. Faktor ekternal seperti laju inflasi, kurs valas, dan % tase kenaikan biaya energy harus diperioritaskan, kordinasi antar departemen terkait sangat diperlukan sehingga dapat memperkecil kerugian perusahaan yang akan terjadi. Standar yang telah ditetapkan kendaknya ditinjau secara periodik dengan melakukan review terhadap terkait untuk dilakukan pencegahan atas kerugian lebih besar serta dilakukan effisiensi dengan segera.

Referensi

Dokumen terkait

Biaya Produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Biaya ini meliputi biaya bahan baku, biaya

23 Yayat dan Acep Komara, Op. 24 Achmad Slamet dan Sumarli, Op.. 1) Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi yang siap

a) Fungsi produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. b) Fungsi pemasaran, merupakan fungsi yang

Berdasarkan berbagai pernyataan di atas maka dapat disimpulkan pengertian kolektivisme dikaitkan dengan penelitian ini adalah nilai yang berhubungan dengan

Pada tahun 2019 capaian sasaran kinerja Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Kepulauan Riau dapat dicapai dengan capaian target 100% pada capaian periode rencana

(1) Paban III/Latga dijabat oleh seorang Perwira Menengah TNI berpangkat Kolonel (M), sebagai pembantu utama Asops Panglima TNI di bidang latihan gabungan

Pada analisis bagian pertama yang ditunjukan pada Gambar 20, 21, dan 22 yaitu untuk daerah ellips bagian bawah dengan koordinat RSYS, 11 dapat dilihat persebaran

Biaya operasional pada PT Pindad terdiri dari : pertama, biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengolah bahan baku menjadi produk