• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Akuntansi Biaya dan Pengertian Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. (Mulyadi, 2009:7)

Foster et al. (2006:3) menjelaskan pengertian akuntansi biaya bahwa

Akuntansi biaya mengukur, menganalisis, dan melaporkan informasi keuangan

dan non keuangan yang terkait dengan biaya perolehan atau penggunaan sumber

daya dalam suatu organisasi”. Pendapat lain dijelaskan oleh Mursyidi (2008:10)

bahwa “Akuntansi biaya merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan biaya pabrikasi, dan penjualan produk dan jasa,

dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadap hasil-hasilnya”.

Selanjutnya menurut Bastian (2006:2) mengungkapkan pendapatnya mengenai akuntansi biaya bahwa “Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur dan melaporkan tentang

informasi biaya yang digunakan”. Sedangkan menurut Armanto (2005:1), definisi

akuntansi biaya adalah “Akuntansi biaya didefinisikan sebagai ilmu dan seni mencatat, mengakumulasikan, mengukur serta menyajikan informasi berkenaan

dengan biaya dan beban”.

(2)

2. Fungsi Akutansi Biaya

Akuntansi biaya memberikan hasil akuntansi untuk perencanaan dan pengendalian, khususnya pengumpulan, penyajian dan analisis biaya yang dapat membantu manajemen menyelesaikan tugas-tugas berikut (Mursyidi, 2008:13):

a. Penyusunan dan pelaksanaan perencanaan dan anggaran untuk operasi pada kondisi ekonomi dan persaingan tertentu.

b. Menentukan metode dan prosedur kalkulasi harga pokok.

c. Menentukan nilai persediaan sebagai dasar, yang mungkin akan mengurangi atau meningkatkan biaya.

d. Memilih beberapa alternatif yang dapat meningkatkan pendapatan atau menurunkan biaya.

Armanto (2006:4) menjelaskan fungsi akuntansi biaya adalah sebagai berikut: a. Sebagai pemasok informasi dasar untuk menentukan harga jual produk

barang dan jasa.

b. Sebagai bagian dari alat pengendalian manajemen, terutama yang berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban. c. Sebagai pemasok informasi pada pihak eksternal berkenaan dengan

seluruh aspek biaya operasi, misalnya saja untuk kepentingan pajak.

Menurut Bastian (2006:3) fungsi akuntansi biaya adalah sebagai berikut: a. Menyusun dan melaksanakan rencana anggaran operasi perusahaan.

b. Menetapkan metode perhitungan biaya dan prosedur yang menjamin adanya pengendalian dan jika memungkinkan pengurangan biaya atau pembebanan biaya dan perbaikan mutu.

c. Menentukan nilai persediaan dalam rangka kalkulasi biaya dan menetapkan harga, evaluasi kinerja suatu produk, departemen atau divisi, dan sewaktu-waktu memeriksa persediaan dalam bentuk fisik.

d. Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk satu periode akuntansi, tahunan atau periode yang sangat singkat.

e. Memilih alternatif yang terbaik yang menaikan pendapatan ataupun menurunkan biaya.

(3)

Sedangkan menurut Carter dan Usry (2004:11), fungsi akuntansi biaya adalah: a. Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk operasi dalam

kondisi-kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya.

b. Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian aktivitas, mengurangi biaya dan memperbaiki kualitas.

c. Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan dan menentukan biaya dari setiap produk dan jasa yang dihasilkan untuk tujuan penetapan harga dan evaluasi kinerja dari suatu produk, departemen atau divisi.

d. Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk satu tahun periode akuntansi atau untuk periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menentukan nilai persediaan dan harga pokok produk sesuai dengan aturan pelaporan eksternal.

e. Memilih diantara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka panjang yang dapat mengubah pendapatan atau biaya.

3. Pengertian Biaya

Seringkali istilah biaya diartikan sama dengan istilah beban, padahal sebenarnya pengertian biaya (cost) berbeda dengan beban (expense). Untuk lebih menjelaskan perbedaan kedua istilah tersebut, berikut akan diuraikan pengertian antara biaya dengan beban yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

Foster et al. (2006:31) berpendapat “Biaya (cost) sebagai sumber daya yang dikorbankan (sacrificed) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan

tertentu”. Pendapat lain diungkapkan oleh Armanto (2006:10) yang menjelaskan

“Beban (expense) adalah arus keluar aktiva (aset) terhadap penghasilan karena

perusahaan menggunakan sumber ekonomi yang ada”. Menurut Carter dan Usry

(2004:29), “Biaya adalah nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk

memperoleh manfaat”. Pendapat dari Mulyadi (2009:8) menyatakan bahwa

“Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam

satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan

(4)

Pendapat lain diungkapkan oleh Bastian (2006:4), yaitu:

“Biaya (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Beban (expense) adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis.”

Sedangkan Mursyidi (2007:14) mengemukakan definisinya sebagai berikut: “Biaya (cost) diartikan sebagai suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang.

Beban (expense) adalah biaya yang telah terjadi (expired cost) yang dikurangkan dari penghasilan atau dibebankan pada periode yang bersangkutan, dimana pengorbanan terjadi”.

4. Penggolongan Biaya

Penggolongan biaya adalah pengelompokkan biaya secara sistematis atas seluruh elemen biaya ke dalam golongan-golongan tertentu untuk memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting. Penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep “Different Costs for Different Purposes”.

Menurut Mursyidi (2008:15) penggolongan biaya adalah sebagai berikut: a. Produk

b. Volume produksi c. Departemen manufaktur d. Periode akuntansi

Carter dan Usry (2004:40) penggolongan biaya adalah sebagai berikut: a. Produk (satu lot, batch atau unit dari suatu barang dan jasa) b. Volume produksi

c. Departemen, proses, pusat biaya atau subdivisi lain dari manufaktur d. Periode akuntansi

(5)

Menurut Bastian (2006:9) klasifikasi biaya yang umum digunakan adalah biaya dalam hubungan dengan:

a. Produk

b. Volume produksi

c. Departemen dan pusat biaya d. Periode akuntansi

e. Pengambilan keputusan

a. Biaya dalam hubungan dengan produk

1) Biaya produksi, yaitu biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

a) Biaya bahan baku, yaitu bahan baku yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai.

b) Biaya tenaga kerja langsung, yaitu tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai.

c) Biaya overhead pabrik, yaitu biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam merubah bahan menjadi produk selesai. Biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai.

2) Biaya non produksi, terdiri dari:

a) Beban pemasaran, yaitu biaya yang dikeluarkan apabila produk selesai dan siap dipasarkan kepada konsumen.

(6)

b) Beban administrasi, yaitu biaya yang dikeluarkan dalam hubungan kegiatan penentu kebijakan, pengarahan, pengawasan kegiatan perusahaan keseluruhan agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. c) Beban keuangan, yaitu biaya yang muncul dalam melaksanakan

fungsi-fungsi keuangan.

b. Biaya dalam hubungan dengan volume produk

1) Biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per unit tetap.

2) Biaya tetap adalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam rentang relevan tertentu, tetapi secara per unit berubah.

3) Biaya semi adalah biaya di dalamnya mengandung unsur tetap dan mengandung unsur variabel.

a) Biaya semivariabel ialah biaya di dalamnya mengandung unsur tetap dan memperlihatkan karakter tetap dan variabel.

b) Biaya semitetap ialah biaya yang berubah dan volume secara bertahap. c. Biaya dalam hubungan dengan departemen produksi

1) Biaya langsung departemen (direct departmental overhead expenses) adalah biaya overhead pabrik yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut.

2) Biaya tidak langsung departemen (indirect departmental overhead

expenses) adalah biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh

lebih dari satu departemen. Contohnya biaya depresiasi, pemeliharaan dan asuransi gedung pabrik.

(7)

d. Biaya dalam hubungan dengan periode waktu

1) Biaya pengeluaran modal adalah biaya yang dikeluarkan untuk memberikan manfaat di masa depan dan dalam jangka waktu yang panjang dan dilaporkan sebagai aktiva.

2) Biaya pengeluaran pendapatan adalah biaya yang memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban.

e. Biaya dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan

1) Biaya relevan adalah biaya masa akan datang yang berbeda dalam beberapa alternatif berbeda.

a) Biaya diferensial adalah selisih biaya atas beberapa alternatif pilihan. b) Biaya kesempatan adalah biaya yang dikorbankan dalam memilih

suatu alternatif.

c) Biaya tersamar adalah biaya yang tidak kelihatan dalam catatan akuntansi tetapi mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.

d) Biaya nyata yang dikeluarkan akibat memilih suatu alternatif. e) Biaya yang dapat dilacak kepada produk selesai.

2) Biaya tidak relevan adalah biaya yang dikeluarkan tetapi tidak mempengaruhi keputusan apapun.

a) Biaya masa lalu/biaya histori adalah biaya yang sudah dikeluarkan tetapi tidak mempengaruhi keputusan apapun.

(8)

5. Metode Pengumpulan Biaya Produksi

Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya: biaya produksi dan biaya nonproduksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya nonproduksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan nonproduksi. Biaya produksi membentuk biaya produksi yang digunakan untuk menghitung biaya produk jadi dan biaya produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Biaya nonproduksi ditambahkan pada biaya produksi untuk menghitung total biaya produk.

Pengumpulan biaya produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar, cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam: produksi atas dasar pesanan dan produksi massa. (Mulyadi, 2009:16)

a. Metode Biaya Pesanan (Job Order Cost Method)

Metode pengumpulan biaya produksi menurut Bastian (2006:49) ialah

“Suatu metode yang digunakan dalam pengumpulan biaya suatu produk dimana

biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah

dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisah sesuai identitasnya”. Perusahaan

yang memproduksi suatu produk berdasarkan pesanan (order) akan melaksanakan kegiatannya setelah pesanan diterima. Akumulasi biaya pesanan dapat diterapkan pada perusahaan yang menggunakan proses produksi secara terputus-putus, seperti pekerjaan konstruksi, percetakan, catering, dan mebel. Oleh karena itu kartu harga pokok pesanan harus dimodifikasi sedemikian rupa sehingga setiap pesanan dapat dianalisa selisih biaya yang timbul. (Supriyono, 2008:165)

(9)

b. Metode Biaya Proses (Process Cost Method)

Metode biaya proses menurut Bastian (2006:49) ialah “Suatu metode dalam pengumpulan biaya produk dengan mengumpulkan biaya untuk setiap

satuan waktu tertentu”. Perusahaan memproduksi produknya berdasarkan

produksi massa, melakukan pengolahan produknya secara kontinyu/terus-menerus dalam rangka memenuhi permintaan pasar atau persediaan di gudang. Akumulasi biaya proses dapat diterapkan pada perusahaan yang menggunakan proses produksi secara terus-menerus, seperti perusahaan semen, pupuk, dan obat-obatan.

6. Metode Penentuan Biaya Produksi

Metode penentuan biaya produksi memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam biaya produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam biaya produksi, terdapat dua pendekatan: full costing dan variable costing.

a. Metode Full Costing

Menurut Bastian (2006:48) metode full costing adalah “Suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk dengan memperhitungkan semua

biaya produksi, seperti biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,

biaya overhead variabel dan biaya overhead tetap”. Menurut Mursyidi

(2008:29) metode full costing (absorption costing) adalah sebagai berikut:

Full costing adalah metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan

semua unsur biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang bersifat variabel (variable cost) maupun yang bersifat tetap (fixed cost)”.

(10)

Dengan demikian biaya produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini (Mulyadi, 2009:17):

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx Biaya overhead pabrik variabel xxx Biaya overhead pabrik tetap

Biaya produksi xxx

xxx

b. Metode Variable Costing

Menurut Bastian (2006:48) metode variabel costing ialah sebagai berikut:

“Metode variabel costing adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk, hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel saja. Dalam metode ini biaya overhead tetap tidak diperhitungkan sebagai biaya produksi tetapi biaya overhead tetap akan diperhitungkan sebagai biaya periode yang akan dibebankan dalam laporan laba-rugi tahun berjalan”.

Mulyadi (2009:18) menjelaskan mengenai variabel costing ialah sebagai berikut:

Variabel costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang hanya

memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel”.

Dengan demikian biaya produksi menurut metode variable costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini (Mulyadi, 2009:19):

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx Biaya overhead pabrik variabel

Biaya produksi xxx

(11)

B. Biaya Overhead Pabrik

1. Pengertian Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik memiliki karakteristik yang berbeda dengan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Biaya overhead pabrik merupakan bagian dari biaya produksi yang tidak nampak dan tidak dapat ditelusuri secara langsung baik ke produk itu sendiri maupun ke volume produksi. Abdul (2006: 90) menjelaskan bahwa “Biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya produksi yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku langsung atau biaya tenaga kerja

langsung”.

PendapatMursyidi (2008:33) mengenai biaya overhead pabrik bahwa:

“Biaya overhead pabrik (Factory Overhead Cost) disebut juga factory burden, manufacturing expense, manufacturing overhead, factory expense, dan

indirect manufacturing cost, merupakan biaya yang terjadi atau dibebankan

dalam suatu proses produksi selain bahan baku dan tenaga kerja langsung”. Menurut Firdaus dan Wasilah (2009:246) menjelaskan definisinya mengenai biaya overhead pabrik sebagai berikut:

“Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya yang harus terjadi meskipun biaya tersebut secara langsung tidak mempunyai hubungan yang dapat diukur dan diamati terhadap satuan-satuan aktivitas tertentu, produksi atau tujuan-tujuan biaya (cost objectives)”.

2. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik digolongkan sebagai berikut (Mulyadi, 2009: 193): a. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya.

b. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.

c. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen.

(12)

a. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya

Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan berikut ini:

1) Biaya Bahan Penolong

2) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan 3) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

4) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap 5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu

6) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai

1) Biaya Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.

2) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan

Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (sparepart), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan peralatan, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.

(13)

3) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Tenaga kerja tidak langsung terdiri dari:

a) Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemen-departemen pembangkit tenaga listrik, bengkel dan departemen gudang.

b) Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti kepala departemen produksi, karyawan administrasi pabrik, mandor. 4) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap

Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan peralatan, dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.

5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu

Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan peralatan, asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run. 6) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran

uang tunai

Biaya yang termasuk kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan lain-lain.

(14)

b. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan

Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan: biaya overhead pabrik tetap, biaya overhead pabrik variabel, biaya overhead pabrik semivariabel.

c. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen

Jika di samping memiliki departemen produksi, perusahaan juga mempunyai departemen-departemen pembantu, maka biaya overhead pabrik meliputi juga semua jensi biaya yang terjadi di departemen-departemen pembantu ini.

Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok: biaya overhead pabrik langsung departemen (direct departmental overhead

expenses) dan biaya overhead tidak langsung departemen (indirect

departmental overhead expenses).

3. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik

a. Alasan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik kepada Produk atas Dasar Tarif yang Ditentukan di Muka

Alasan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2009:196):

1) Apabila biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dibebankan kepada produk, maka harga pokok produksi per satuan mungkin berfluktuasi karena:

(15)

a) Perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan ke bulan. b) Perubahan tingkat efisiensi produksi.

c) Adanya biaya overhead pabrik yang terjadinya secara sporadik, menyebar tidak merata selama jangka waktu setahun.

d) Biaya overhead pabrik tertentu sering terjadi secara teratur pada waktu-waktu tertentu.

2) Dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan, manajemen memerlukan informasi harga pokok produksi per satuan pada saat pesanan selesai dikerjakan. Padahal ada elemen biaya overhead pabrik yang baru dapat diketahui jumlahnya pada akhir setiap bulan, atau akhir tahun.

b. Langkah-langkah Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik

Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap berikut (Mulyadi, 2009:197):

1) Menyusun anggaran biaya overhead pabrik

2) Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk 3) Menghitung tarif biaya overhead pabrik

1) Menyusun anggaran biaya overhead pabrik

Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus diperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran biaya overhead pabrik. Tiga kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead pabrik: kapasitas praktis, kapasitas normal, dan kapasitas sesungguhnya diharapkan. Penentuan kapasitas praktis dan normal

(16)

dapat dilakukan dengan lebih dulu menentukan kapasitas teoritis, yaitu volume produksi maksimum yang dapat dihasilkan oleh pabrik.

a) Kapasitas teoritis (theoritical capacity) adalah kapasitas pabrik atau suatu departemen untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu. Kapasitas praktis adalah kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intern perusahaan.

b) Kapasitas normal (normal capacity) adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produksinya dalam jangka panjang. Jika dalam penentuan kapasitas praktis hanya diperhitungkan kelonggaran-kelonggaran waktu akibat faktor-faktor intern perushaan, dalam penentuan kapasitas normal diperhitungkan pula kecenderungan penjualan dalam jangka panjang.

c) Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan (expected actual capacity) adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang.

2) Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk

Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk diantaranya adalah (a) satuan produk, (b) biaya bahan baku, (c) biaya tenaga kerja langsung, (d) jam tenaga kerja langsung, (e) jam mesin.

(17)

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai adalah:

a) Harus diperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang domnan jumlahnya dalam departemen produksi.

b) Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai.

3) Menghitung tarif biaya overhead pabrik

Menghitung tarif biaya overhead pabrik menggunakan rumus berikut:

Untuk keperluan analisis selisih antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif, biaya overhead pabrik harus dipisahkan antara biaya overhead pabrik tetap dan variabel.

4. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik kepada Produk atas Dasar Tarif Tarif biaya overhead pabrik yang telah ditentukan di muka kemudian digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk yang diproduksi. Jika perusahaan menggunakan metode full costing dalam penentuan harga pokok produksinya, produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik variabel dan tarif biaya overhead tetap. Jika perusahaan menggunakan metode variable costing, produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik variabel saja.

(18)

PT. Eliona Sari menerima 100 macam pesanan dan menghabiskan waktu pengerjaan sebanyak 75.000 jam mesin dalam tahun 20X1. Tarif biaya overhead pabrik telah ditentukan sebesar Rp140 per jam mesin. Maka biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk adalah sebesar Rp10.500.000 (Rp140 x 75.000 jam mesin).

Contoh kasus perhitungan pembebanan biaya overhead:

5. Pengumpulan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya

Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan untuk dibandingkan dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Selisih yang terjadi antara biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi merupakan biaya overhead pabrik yang lebih atau kurang dibebankan (over or underapplied factory

overhead cost).

6. Perlakuan terhadap Selisih Biaya Overhead Pabrik

Setiap akhir bulan, biaya overhead pabrik yang kurang atau lebih dibebankan dipindahkan dari rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya ke rekening Selisih Biaya Overhead Pabrik. Rekening Selisih Biaya Overhead Pabrik dicantumkan dalam neraca sebagai beban yang ditangguhkan (deferred charges) atau deferred credits. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa selisih biaya overhead pabrik yang terjadi dalam bulan tertentu akan diimbangi dengan selisih biaya overhead pabrik pada bulan berikutnya. Perlakuan terhadap selisih biaya overhead pabrik pada akhir tahun tergantung pada penyebab terjadinya selisih

(19)

tersebut. Jika selisih tersebut disebabkan karena kesalahan dalam penghitungan tariff biaya overhead pabrik, atau keadaan-keadaan yang tidak berhubungan dengan efisiensi operasi, maka selisih tersebut dibagi rata ke dalam rekening-rekening Persediaan Produk dalam Proses, Persediaan Produk Jadi, dan Harga Pokok Penjualan. Jika selisih biaya overhead pabrik disebabkan karena ketidakefesienan pabrik atau kegiatan perusahaan di atas atau di bawah kapasitas normal, maka selisih tersebut harus diperlakukan sebagai pengurang atau penambah rekening Harga Pokok Penjualan.

C. Departementalisasi Biaya Overhead Pabrik

1. Langkah-langkah Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik Per Departemen

Langkah-langkah penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2009:224):

a. Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik per departemen

b. Alokasi biaya overhead departemen pembantu ke departemen produksi. Ada dua macam metode alokasi biaya overhead departemen pembantu:

1) Metode langsung

2) Metode bertahap, yang terdiri dari: a) Metode alokasi kontinu

b) Metode aljabar

c) Metode urutan alokasi yang diatur

c. Perhitungan tarif pembebanan biaya overhead per departemen

a. Penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik per Departemen Jika produk diolah melalui beberapa tahap proses produksi, biasanya perusahaan membentuk lebih dari satu departemen produksi. Di samping

(20)

departemen produksi tersebut, perusahaan biasanya membentuk beberapa departemen pembantu untuk melayani berbagai kebutuhan derpatemen produksi. Dalam hal ini biaya overhead pabrik tidak hanya terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang terjadi di berbagai departemen produksi tersebut, melainkan meliputi juga biaya-biaya yang terjadi di berbagai departemen pembantu yang menyediakan jasa untuk kepentingan departemen produksi. Menganggarkan overhead memerlukan suatu perkiraan yang didasarkan atas tingkat produksi, kebijakan manajemen, kapasitas jangka panjang dan kebijakan perusahaan lainnya, serta faktor eksternal seperti meningkatnya pajak properti. (Maher dan Deakin, 2007: 119)

Dalam penghitungan tarif biaya overhead pabrik per departemen produksi, di samping harus diperhitungkan biaya overhead pabrik departemen produksi, harus diperhitungkan pula biaya yang terjadi di departemen pembantu, dengan cara mengalokasikan biaya overhead departemen pembantu ke departemen produksi yang menikmati manfaatnya. Langkah pertama dalam penghitungan tarif biaya overhead pabrik per departemen produksi adalah dengan menyusun anggaran biaya overhead pabrik departemen produksi dan departemen pembantu. Penyusunan anggaran biaya overhead per departemen dibagi menjadi empat tahap utama berikut ini:

1) Penaksiran biaya overhead langsung departemen atas dasar kapasitas yang direncanakan untuk tahun anggaran.

(21)

3) Distribusi biaya overhead tidak langsung departemen ke departemen-departemen yang menikmati manfaatnya.

4) Menjumlah biaya overhead pabrik per departemen (baik biaya overhead langsung maupun tidak langsung departemen) untuk mendapatkan anggaran biaya overhead pabrik per departemen (baik departemen produksi maupun departemen pembantu).

1) Penaksiran Biaya Overhead Langsung Departemen atas Dasar Kapasitas yang Direncanakan untuk Tahun Anggaran

Dalam menyusun anggaran, biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua golongan: biaya langsung departemen (direct departemental expenses) dan biaya tidak langsung departemen (indirect departmental expenses). Biaya overhead pabrik langsung departemen adalah jenis biaya overhead pabrik yang terjadi atau dapat langsung dibebankan kepada departemen tertentu biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah jenis biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Dalam penghitungan tarif biaya overhead pabrik per departemen produksi, biaya overhead tidak langsung departemen ini harus didistribusikan lebih dahulu kepada departemen-departemen yang menikmati manfaatnya. Dalam penyusunan anggaran biaya overhead pabrik per departemen, langkah pertama yang dilaksanakan adalah menaksir berapa biaya overhead langsung departemen pada tingkat kapasitas yang direncanakan.

(22)

2) Penaksiran Biaya Overhead Tidak Langsung Departemen

Setelah biaya overhead langsung ditaksir untuk setiap departemen, langkah berikutnya adalah menaksir biaya overhead tidak langsung departemen yang akan dikeluarkan dalam tahun anggaran. Biaya tidak langsung departemen ini kemudian didistribusikan kepada departemen-departemen yang menikmati manfaatnya atas dasar distribusi tertentu.

3) Distribusi Biaya Overhead Tidak Langsung Departemen ke Departemen-departemen yang Menikmati Manfaatnya

Dalam rangka penentuan tarif, biaya-biaya overhead pabrik tidak langsung departemen harus didistribusikan kepada departemen-departemen yang menikmati manfaatnya atas salah satu dasar distribusi tersebut di atas. 4) Menjumlah Biaya Overhead Pabrik per Departemen

Setelah selesai dilakukan distribusi biaya overhead tidak langsung departemen ke departemen-departemen yang menikmati manfaatnya, langkah selanjutnya dalam penyusunan anggaran biaya overhead pabrik per departemen adalah menjumlah taksiran biaya overhead langsung dan tidak langsung departemen dalam tiap-tiap departemen.

b. Alokasi Biaya Overhead Departemen Pembantu ke Departemen Produksi

Setelah anggaran overhead pabrik per departemen disusun, langkah selanjutnya adalah mengalokasikan biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi yang menikmati jasa departemen pembantu. Hammer dan Usry (2005:415) menjelaskan definisinya sebagai berikut:

(23)

“Departemen produksi terlibat langsung dalam pengolahan produk dengan mengubah bentuk, potongan, dan sifat bahan yang dikerjakan, ataupun dengan cara merakit suku cadang menjadi suatu barang jadi. Departemen jasa memberikan jasa yang secara tidak langsung membantu pengolahan produk tanpa mengadakan perubahan dalam potongan, bentuk, maupun sifat bahan yang diolah menjadi barang jadi”.

PT. XYZ mengolah produknya melalui dua departemen: departemen A dan departemen B, dan ditunjang oleh tiga departemen pembantu: departemen X, departemen Y dan departemen Z. Anggaran biaya overhead pabrik per departemen untuk tahun 20X1 ialah:

Contoh kasus perhitungan alokasi biaya overhead:

Jenis Biaya Overhead

Jumlah A B X Y Z

Biaya overhead langsung departemen:

Biaya bahan penolong 1.450 550 750 50 75 25

Biaya bahan bakar 1.000 - - - 1.000 -Biaya tenaga kerja tidak langsung 2.000 750 800 200 150 100

Biaya kesejahteraan karyawan 655 250 300 50 30 25

Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin 1.375 400 500 300 100 75

Jumlah biaya overhead langsung dep. 6.480 1.950 2.350 600 1.355 225

Biaya overhead tidak langsung departemen: Biaya depresiasi gedung 400 100 120 76 40 64

Biaya asuransi gedung 500 125 150 95 50 80

Jumlah biaya overhead tidak langsung dep. 900 225 270 171 90 144

Jumlah biaya overhead pabrik 7.380 2.175 2.620 771 1.445 369 Tabel 2.1

PT Eliona Sari

Anggaran Biaya Overhead Pabrik per Departemen Tahun 20X1 (dalam ribuan rupiah)

Departemen Produksi Departemen Pembantu

(a) (b) © Departemen A 2.000 25% Departemen B 2.400 30% Departemen X 1.520 19% Departemen Y 800 10% Departemen Z 1.280 16% Jumlah 8.000 100%

Dep. yang menikmati

manfaat biaya Luas lantai (m2)

Propors i luas lantai {(b) : 8.000} x 100% Tabel 2.2

PT. Eliona Sari

(24)

Departemen Pembantu Dep. Produksi A Dep. Produksi B

Departemen pembantu Z 75% 25%

Departemen pembantu Y 45% 55%

Departemen pembantu X 60% 40%

PT. Eliona Sari

Taksiran Jasa Departemen Pembantu yang Dipakai Departemen Produksi Tabel 2.3

A B X Y Z

Jumlah BOP langsung dan tidak langsung dep. 2.175,00 2.620,00 771 1.445 369 Alokasi biaya overhead departemen Z 276,75 92,25 - - (369) Alokasi biaya overhead departemen Y 650,25 794,75 - (1.445) -Alokasi biaya overhead departemen X 462,60 308,40 (771) - -Jumlah alokasi biaya overhead dari dep. pembantu 1.389,60 1.195,40 - - -Jumlah biaya dep. Produksi setelah menerima

alokasi biaya dari dep. Pembantu 3.564,60 3.815,40 PT. XYZ

Departemen Pembantu Departemen Produksi

Anggaran Biaya Overhead Pabrik per Departemen Tahun 2009

Keterangan

Tabel 2.4

Pada umumnya tarif biaya overhead pabrik hanya dihitung untuk departemen-departemen produksi saja, karena pengolahan bahan baku menjadi produk biasanya terjadi di departemen produksi. Oleh karena biaya overhead pabrik yang akan dibebankan kepada produk tidak hanya terdiri dari biaya yang terjadi di departemen-departemen pembantu, maka dalam rangka penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen, biaya overhead departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi.

Alokasi biaya overhead pabrik adalah pembagian biaya overhead pabrik dari departemen pembantu ke departemen-departemen yang menikmatinya baik departemen produksi maupun departemen pembantu. (Mursyidi, 2008:240). Alokasi biaya overhead departemen pembantu ke departemen produksi dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara berikut ini:

(25)

a. Metode Langsung (Direct Method) b. Metode Bertahap (Step Method)

a. Metode Langsung (Direct Method)

Dalam metode alokasi langsung, biaya overhead departemen pembantu dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya dinikmati oleh departemen produksi saja, tidak ada departemen pembantu yang memakai jasa departemen pembantu lainnya. b. Metode Bertahap (Step Method)

Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen pembantu tidak hanya dipakai oleh departemen produksi saja, tetapi digunakan pula oleh departemen pembantu yang lain. Oleh karena itu, sebelum biaya overhead di dua departemen tersebut dialokasikan ke departemen produksi, perlu alokasi biaya overhead antar departemen pembantu yang saling menikmati jasa tersebut. Dengan demikian alokasi biaya overhead dari departemen pembantu ke departemen produksi dilakukan secara bertahap, pertama mengalokasikan biaya overhead antara departemen pembantu, baru kemudian mengalokasikan biaya overhead departemen pembantu ke departemen produksi. Metode alokasi bertahap dibagi menjadi dua kelompok metode, yaitu:

1) Metode alokasi bertahap yang memperhitungkan transfer jasa timbal balik antar departemen pembantu. Kelompok metode ini adalah:

(26)

a) Metode alokasi kontinu (continous allocation method)

Dalam metode alokasi kontinu, biaya overhead pabrik departemen-departemen pembantu yang saling memberikan jasa dialokasikan secara terus-menerus, sehingga jumlah biaya overhead yang belum dialokasikan menjadi tidak berarti.

b) Metode aljabar (algebraic method).

Dalam metode aljabar, jumlah biaya tiap-tiap departemen pembantu dinyatakan dalam persamaan aljabar.

Biaya overhead langsung dan tidak langsung departemen-departemen pembantu dan produksi selama tahun anggaran 20X1 diperkirakan sebagai berikut:

Contoh kasus perhitungan metode bertahap:

Departemen Produksi Departemen A Rp 9.000.000,- Departemen B Rp 15.000.000,- Departemen Pembantu Departemen X Rp 3.000.000,- Departemen Y Rp 5.000.000,-

Jasa departemen pembantu dibagikan menurut proporsi berikut:

Dep. X Dep. Y Dept. A Dept. B

Jasa Departemen X - 10% 65% 25%

Jasa Departemen Y 20% - 45% 35%

Dipakai di

Dep. Pembantu Dep. Produksi

Tabel 2.5

(27)

Misalkan:

x = jumlah biaya departemen X setelah menerima alokasi biaya departemen Y. y = jumlah biaya departemen Y setelah menerima alokasi biaya departemen X. Oleh karena itu:

x = 3.000.000 + 0,20 y y = 5.000.000 + 0,10 x

Dua persamaan tersebut dapat diselesaikan sebagai berikut: x = 3.000.000 + 0,20 y x = 3.000.000 + 0,20 (5.000.000 + 0,10 x) x = 3.000.000 + 1.000.000 + 0,02 x x – 0,02 x = 4.000.000 0,98 x = 4.000.000 x = 4.000.000 / 0,98 = 4.081.633 y = 5.000.000 + 0,10 x = 5.000.000 + 408.163 y = 5.408.163

Dep. X Dep. Y Dep. A Dep. B BOP langsung dan tidak langsung dep. Rp 3.000.000 Rp 5.000.000 Rp 9.000.000 Rp 15.000.000 Alokasi BOP dep. X Rp (4.081.633) Rp 408.163 Rp 2.653.061 Rp 1.020.408 Alokasi BOP dep. Y Rp 1.081.633 Rp (5.408.163) Rp 2.433.673 Rp 1.892.857 Jumlah Rp - Rp - Rp 14.086.735 Rp 17.913.265

Departemen Pembantu Departemen Produksi Tabel 2.6

(28)

2) Metode alokasi bertahap yang tidak memperhitungkan transfer jasa timbal balik antar departemen pembantu. Yang termasuk kelompok ini adalah “Metode urutan alokasi yang diatur” (specified order of

closing). Karakteristik metode urutan alokasi yang diatur adalah:

a) Alokasi biaya overhead departemen pembantu dialokasikan secara bertahap.

b) Alokasi biaya overhead departemen pembantu diatur urutannya sedemikian rupa sehingga arus alokasi biaya menuju ke satu arah. c) Pedoman umum di dalam mengatur urutan alokasi biaya overhead

departemen pembantu adalah sebagai berikut:

(1) Biaya overhead departemen pembantu yang jasanya paling banyak dipakai oleh departemen-departemen lain, dialokasikan pada urutan yang pertama.

(2) Alokasi biaya dapat juga didasarkan pada urutan besarnya biaya overhead dalam masing-masing departemen pembantu. (3) Departemen pembantu yang paling banyak menerima jasa dari

departemen pembantu lain diletakkan paling akhir.

d) Selama melakukan alokasi biaya overhead harus diperhatikan pedoman umum berikut ini:

(1) Tidak diadakannya alokasi biaya overhead ke dalam departemen yang biaya overhead-nya telah habis dialokasikan ke departemen lain. Dengan kata lain, tidak dimungkinkan timbulnya arus balik dalam proses alokasi biaya overhead.

(29)

(2) Departemen-departemen pembantu yang saling memberi jasa, bila jumlahnya tidak material dan saling mengkompensasi, tidak diadakan alokasi biaya overhead ke dalamnya.

c. Perhitungan Tarif Pembebanan Biaya Overhead Pabrik

Dalam perhitungan tarif pembebanan biaya overhead pabrik tiap departemen produksi, setelah anggaran biaya overhead pabrik selesai disusun, langkah berikutnya adalah mengalokasikan biaya overhead departemen pembantu ke departemen pembantu lain dan departemen produksi. Agar supaya alokasi tersebut adil, harus dicari dasar alokasi yang cocok dengan satuan jasa yang dihasilkan oleh masing-masing departemen pembantu.

Jenis Biaya T / V Jumlah A B X Y Z

Biaya overhead langsung dep.:

Biaya bahan penolong V 1.450 550 750 50 75 25

Biaya bahan baku V 1.000 - - - 1.000 -Upah tenaga kerja langsung T 1.500 500 550 200 150 100

V 500 225 275 - -

-Biaya kesejahteraan karyawan T 655 250 300 50 30 25

Biaya rep. & pemeliharaan mesin T 1.030 300 375 225 75 55

V 350 100 125 75 25 25

Jumlah BOP langsung dep. T 3.185 1.050 1.225 475 255 180

V 3.300 875 1.150 125 1.100 50

BOP tidak langsung dep.: Biaya depresiasi T 400 100 120 40 60 80

Biaya Asuransi T 600 150 180 60 90 120

Jumlah BOP tidak langsung dep. T 1.000 250 300 100 150 200

Jumlah biaya overhead pabrik T 4.185 1.300 1.525 575 405 380

V 3.300 875 1.150 125 1.100 50

Total biaya overhead pabrik 7.485 2.175 2.675 700 1.505 430 (dalam ribuan rupiah)

Dep. Produksi Dep. Pembantu Tabel 2.7

PT. XYZ

(30)

M2 % Kwh % Orang % Jam % Departemen 1 2 3 4 5 6 7 8 Departemen A 2.000 25 17.200 40 100 40 4.000 40 Departemen B 2.400 30 12.900 30 125 50 6.000 60 Departemen C 800 10 8.600 20 25 10 - -Departemen D 1.200 15 4.300 10 - - - -Departemen E 1.600 20 - - - -Jumlah 8.000 100 43.000 100 250 100 10.000 100

Jumlah Karyawan Jam Pemeliharaan Dasar Distribusi dan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Pemakaian Kwh Luas Lantai Tabel 2.8 Keterangan Dep. A Dep. B Dep. X Dept. Y Dept. Z Biaya overhead langsung dan tidak langsung dep. 2175 2675 700 1505 430 Alokasi BOP dep. Z atas dasar alokasi kwh dan tarif alokasi Rp10 per kwh (430.000 : 43.000) 172 129 86 43 (430)

Alokasi BOP dep. Y atas dasar alokasi jumlah karyawan tarif alokasi Rp6.192 per orang (1.548.000 : 250) 619,2 774,0 154,8 1548 Alokasi BOP dep. X dgn dasar alokasi jam pemeliharaan tarif alokasi Rp94,08 per jam (940.800 : 10.000) 376,32 564,48 96 Jumlah alokasi biaya overhead pabrik yang diterima dari

dep. Pembantu 1.167,52 1.467,48 Jumlah biaya overhead pabrik produksi setelah adanya

biaya overhead dari dep. Pembantu 3.342,52 4.142,48 Tabel 2.9

PT. XYZ

Alokasi Biaya Overhead Departemen Pembantu ke Departemen Produksi untuk Tahun Anggaran 2009

Dep. Produksi Dep. Pembantu (dalam ribuan rupiah)

Dep. A Dep. B Dep. A Dep. B Dep. A Dep. B

(Jam) (Jam) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

(3) : (1) (4) : (2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Jml jam tenaga kerja langsung 50.000 - 3.342.520 - 66,85 -Jml jam mesin - 25.000 - 4.142.480 - 165,70

Dasar Pembebanan Tabel. 2.10

Perhitungan Tarif Pembebanan Biaya Overhead Departemen Produksi

(31)

(1) x Rp10 (3) x Rp430.000 Dep. (1) (2) (3) (4) A 17.200 Rp 172.000 40 Rp 172.000 B 12.900 Rp 129.000 30 Rp 129.000 X 8.600 Rp 86.000 20 Rp 86.000 Y 4.300 Rp 43.000 10 Rp 43.000 43.000 Rp 430.000 100 Rp 430.000 Alokasi Biaya atas Dasar Tarif Alokasi

Sebesar Rp10 per Kwh

Alokasi Biaya atas Dasar Persentase Pemakaian Kwh

Biaya Dep. Z yang Dialoka sikan

Biaya Dep. Z yang Dialoka sikan Tabel 2.11

Daftar Alokasi Biaya Departemen Z

Persentase Pemakaian Kwh Taksiran Pemakaian Kwh (1) x Rp6.192 (3) x Rp1.548.000 Dep. (1) (2) (3) (4) A 100 Rp 619.200 40 Rp 619.200 B 125 Rp 774.000 50 Rp 774.000 X 25 Rp 154.800 10 Rp 154.800 250 Rp 1.548.000 100 Rp 1.548.000 Tabel 2.12

Daftar Alokasi Biaya Departemen Y Alokasi Biaya atas Dasar Tarif Alokasi

Sebesar Rp6.192 per orang

Alokasi Biaya atas Dasar Persentase Jumlah Karyawan

Jumlah Karyawan

Biaya Dep. Y yang

Dialoka sikan Persentase Jumlah Karyawan

Biaya Dep. Y yang Dialoka sikan (1) x Rp94,08 (3) x Rp940.800 Dep. (1) (2) (3) (4) A 4.000 Rp 376.320 40 Rp 376.320 B 6.000 Rp 564.480 60 Rp 564.480 10.000 Rp 940.800 100 Rp 940.800 Tabel 2.13

Daftar Alokasi Biaya Departemen X Alokasi Biaya atas Dasar Tarif Alokasi

Sebesar Rp194,08 per Jam

Alokasi Biaya atas Dasar Persentase Jam Pemeliharaan

Jam Pemeliharaan

Biaya Dep. X yang

Dialoka sikan Persentase Jam

Pemeliharaan

Biaya Dep. X yang Dialoka sikan

(32)

Departemen A Departemen B BOP langsung dan tidak langsung dep. - variabel 875.000 1.150.000 BOP yang berasal dari dep. P embantu, seluruhnya

dianggap variabel 1.167.520 1.467.480 Jumlah biaya overhead - variabel 2.042.520 2.617.480 BOP langsung dan tidak langsung dep. - tetap 1.300.000 1.525.000 J u m l a h 3.342.520 4.142.480 Tarif biaya overhead pabrik - variabel :

Rp1.936.000,- : Rp550.000,- 40,85 -Rp2.326.000,- : Rp750.000,- - 104,70 Tarif biaya overhead pabrik - tetap :

Rp475.000,- : Rp550.000,- 26,00 -Rp575.000,- : Rp750.000,- - 61,00 Tarif Biaya Overhead Total Rp 66,85 Rp 165,70

per satuan tenaga kerja langsung

per jam mesin Perhitungan Tarif Biaya Overhead Pabrik Variabel dan Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap

Referensi

Dokumen terkait

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Muhammad Abdan Aziz, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: PERBEDAAN MATCHING ANTARA PENDAPATAN DAN BEBAN SEBELUM DAN

(6) Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan atas nama Kepala Daerah menerbitkan Sertifikat Laik Tangkap Operasional (SLTO) bagi kapal ikan yang dinyatakan Laik

(teknologi informasi.. berkaitan dengan segala sesuatu yang berbasis komputer yang digunakan orang untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan informasi

….:”caranya diantaranya adalah termasuk dengan mengkaryakan anak – anak santri pondok, dalam upaya mengurangi beban operasional pondok, namun hal ini bukan semata

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasanganya dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah. 6) Dual Carrier, yaitu suami istri atau keduanya

Karena aspek tersebut menyangkut bagaimana cara kegiatan produksi akan dilaksanakan B?. Karena aspek tersebut menyangkut berapa banyak dukungan modal yang harus

Sistem penilaian di Perguruan Tinggi yang pada saat ini masih menggunakan cara manual, yaitu nilai mahasiswa yang telah dikoreksi oleh dosen diserahkan kepada

Koefisien budaya kerja discipline sebesar 0.087, artinya jika budaya kerja meningkat dengan cateris paribus dan independen lainnya (unity, respect, integrity, excellent, innovative)