• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN TANAMAN ENCENG GONDOK SEBAGAI PUPUK CAIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN TANAMAN ENCENG GONDOK SEBAGAI PUPUK CAIR."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN TANAMAN ENCENG GONDOK

SEBAGAI PUPUK CAIR

PENELITIAN

Oleh :

ALIFUDDIN ROZAQ ( 0631010081 )

GALIH NOVIANTO ( 0631010092 )

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

PEMANFAATAN TANAMAN ENCENG GONDOK

SEBAGAI PUPUK CAIR

PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Jurusan Teknik Kimia

Oleh :

ALIFUDDIN ROZAQ ( 0631010081 )

GALIH NOVIANTO ( 0631010092 )

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(3)

PENELITIAN

PEMANFAATAN TANAMAN ENCENG GONDOK

SEBAGAI PUPUK CAIR

Disusun oleh :

ALIFUDDIN ROZAQ : 0631010081

GALIH NOVIANTO : 0631010092

Telah dipertahankan dihadapan

dan diterima oleh Dosen Penguji

pada tanggal 15 November 2010

Tim Penguji, Pembimbing,

1. 1.

Ir. Novel Karaman, MT Prof. Dr. Ir. Srie Redjeki, MT

NIP. 19580801 198703 2 001 NIP. 19570314 198603 2 001

2.

Ir. C. Pudjiastuti, MT

NIP. 19630305 198303 2 001

Mengetahui :

Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

Ir. Sutiyono, MT

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

PENELITIAN

PEMANFAATAN TANAMAN ENCENG GONDOK

SEBAGAI PUPUK CAIR

Oleh :

ALIFUDDIN ROZAQ : 0631010081

GALIH NOVIANTO : 0631010092

Telah Disetujui untuk Seminar Hasil

Pada 15 November 2010

Mengetahui,

Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Srie Redjeki, MT

(5)

YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”JAWATIMUR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK KIMIA

Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar, Telp. (031) 8706369, Fax. (031) 8782257 Surabaya 60294

KETERANGAN REVISI

Yang bertanda tangan dibawah ini, menerangkan bahwa : Nama : Alifuddin Rozaq

NPM : 0631010081 Jurusan : Teknik Kimia

Telah mengerjakan revisi / tidak ada revisi / penelitian / PKL / Ujian Negara Lisan Gelombang I, II, III dengan judul :

” PEMANFAATAN TANAMAN ENCENG GONDOK SEBAGAI PUPUK

CAIR ”

Surabaya, 20 Desember 2010 Dosen penguji yang memerintahkan revisi : 1. Ir. Novel Karaman, MT (...)

2. Ir. C. Pujiastuti, MT (...) Mengetahui,

Dosen Pembimbing

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyeleasikan penelitian ini dengan judul

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk cair”.

Penelitian ini merupakan salah satu mata kuliah yang harus ditempuh sebagai persyaratan menyelesaikan Program Strata 1 (S-1) di jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Selain itu diharapkan pula penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh segenap civitas akademika khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Dengan tersusunnya laporan ini, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN

“Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Ir. Retno Dewati, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia UPN

“Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Prof. Dr. Ir. Srie Redjeki, MT, selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan dan koreksi pada penyusunan penelitian ini.

4. Bapak Ir. Novel Karaman, MT dan Ibu Ir. C. Pujiastuti, MT, selaku

Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritik pada penyusunan penelitian ini.

5. Ibu Ir. C. Pujiastuti, MT, selaku Kasie Laboratorium Riset Jurusan Teknik

Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur.

6. Kedua orang tua, dan adik kami, atas dukungannya baik moral maupun

materiil yang selama ini diberikan.

7. Semua rekan mahasiswa Paralel A dan B Angkatan 2006, yang telah

membantu serta memberikan motivasi dan dorongan selama melaksanakan penelitian ini.

(7)

Akhir kata, penyusun berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri dan semua pembaca serta dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya.

Surabaya, 2 Desember 2010

(8)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Tujuan Penelitian ... 4

I.3. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Enceng Gondok ... 5

II.1.1 Pemanfaatan Enceng gondok ... 5

II.2. Pupuk ... 8

II.2.1. Jenis – jenis Pupuk ... 9

II.2.1.1 Pupuk Anorganik (pupuk buatan) ... ... 9

II.2.1.2 Pupuk Organik ... 9

II.2.1.2.1 Pupuk Padat ... 10 Daun Kersen ... II-12

II.1.1. Grafik Pertumbuhan Mikroba ... II-12 II.1.2. Zat Makanan yang Diperlukan Bakteri ... II-13 II.1.3. Kondisi Fisik yang Dibutuhkan untuk

Pertumbuhan Mikroba ... II-14 II.2. LANDASAN TEORI ... II-15 II.2.1. Ekstraksi Padat-Cair (Leaching) ... II-15 II.2.2. Fermentasi ... II-17 II.2.3. Proses Dekomposisi ... II-18 II.2.4. Kualitas Pupuk Organik Padat ... II-18 II.2.5. Kualitas Pupuk Organik Cair ... II-20 II.3. HIPOTESA ... II-21

(9)

III.3. Peubah ... III-2 III.4. Metode Penelitian ... III-2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... IV-1

IV.1. Hasil Penelitian ... IV-1 IV.2. Hasil Perhitungan % Recovery ... IV-8 IV.3. Hasil Penelitian Berdasarkan Ratio Berat Daun dan

Buah Kersen / Pelarut H2O ... IV-14 IV.4. Hasil Pengukuran pH ... IV-21 IV.5. Penentuan Harga Pokok Produk Pupuk Cair ... IV-22 IV.6. Aplikasi Pupuk Cair dalam Tanaman Cabe ... IV-23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...V-1

V.1. Kesimpulan ... V-1 V.2. Saran ... V-2

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)
(12)

LEMBAR REVISI

NAMA/NPM

: 1. ALIFUDDIN ROZAQ /0631010081

2. GALIH NOVIANTO /0631010092

JUDUL

:

PEMANFAATAN TANAMAN ENCENG GONDOK SEBAGAI PUPUK

CAIR.

DOSEN PEMBIMBING : PROF.DR.IR.SRIE REDJEKI, MT

No

Halaman

Keterangan

Penguji I

(13)

LEMBAR REVISI

NAMA/NPM

: 1. ALIFUDDIN ROZAQ

/0631010081

2. GALIH NOVIANTO

/0631010092

JUDUL

:

PEMANFAATAN TANAMAN ENCENG GONDOK SEBAGAI PUPUK

CAIR.

DOSEN PEMBIMBING : PROF.DR.IR.SRIE REDJEKI, MT

No

Halaman

Keterangan

Penguji II

(14)

INTISARI

Penelitian ini mengkaji tentang Pembuatan Pupuk Cair dimana bahan baku yang digunakan adalah daun enceng gondok, serta pelarut NH4H2PO4.

Metode pembuatan pupuk ini secara umum adalah dengan proses Ekstraksi. Pada awal proses, daun enceng gondok dipotong kecil – kecil sebelum dikeringkan, kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass lalu ditambahkan pelarut NH4H2PO4 sesuai variabel (1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5). Lalu di aduk dengan

kecepatan pengadukan 200 rpm serta lama waktu pengadukan disesuaikan dengan variable waktu yang ada (1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam). Setelah dilakukan pengadukan dengan variabel waktu yang ada, dilakukan proses filtrasi terhadap campuran. Filtrat diambil dan residu berupa padatan dibuang. Produk yang dihasilkan berupa pupuk cair yang mengandung ion N, P, dan K.

Pada penelitian ini diperoleh perbandingan terbaik berat bahan / pelarut pada perbandingan 1:3. Sedangkan proses ekstraksi pupuk cair terbaik diperoleh pada waktu 5 jam.

(15)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Pendahuluan

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia terancam masalah kelangkaan pupuk urea bersubsidi pada 2010.

Selain karena minimnya anggaran pengadaan pupuk, sejumlah pabrik pupuk juga

belum memperoleh kontrak perpanjangan pasokan gas. Kelangkaan pupuk dasar

seperti SP 18 dan NPK sangat dirasakan sebagai penghambat bagi tumbuhnya

tanaman pertanian. Kenaikan HET pupuk yang tidak dilakukan secara bertahap

sangat memberatkan petani, utamanya mereka yang berlahan sempit. Pemerintah

memastikan akan ada kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pupuk pada tahun

2010 (Suara Merdeka, 13/11). Dokumen Rancangan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (RAPBN) 2010 menegaskan bahwa tujuan peningkatan HET

pupuk adalah untuk memperkecil penyimpangan dalam penyaluran pupuk

bersubsidi, mencegah kelangkaan pupuk saat petani membutuhkan, dan tetap

memperhatikan kepentingan petani. (Suara Karya, 2009)

Tumbuhan enceng gondok merupakan tumbuhan menahun yang tumbuh

mengapung bila air tumbuhnya cukup dalam dan berakar di dasar. Tumbuhan ini

dapat berakar di dasar perairan bila air tempat tumbuhnya dangkal dan enceng

gondok juga dapat tumbuh di tanah yang basah. Laju pertumbuhan enceng gondok

di perairan sangat cepat dan tidak terkendali, hal ini dapat menimbulkan banyak

sekali kerugian yakni mengurangi produktivitas badan air ( mengambil ruang,

(16)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Pendahuluan

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 2

berkembang lebih cepat terutama bila kondisi lingkungannya sangat mendukung,

seperti airnya mengandung limbah. Walaupun enceng gondok ternyata juga

mempunyai beberapa manfaat antara lain sebagai bahan untuk kerajinan, sebagai

adsorben logam yang berbahaya dan juga sebagai pakan ternak, namun sampai

sekarang enceng gondok tetap dianggap sebagai tanaman pengganggu. Oleh

karena itu banyak upaya dilakukan untuk memberantasnya walaupun amat sulit

karena pertumbuhannya yang amat cepat. ( Fadillah, 2006 )

Enceng gondok sebenarnya mengandung lignoselulosa, sedangkan

selulosa merupakan bahan untuk pembuatan kertas. Selain itu, dengan kandungan

selulosanya, enceng gondok bisa juga digunakan sebagai bahan pembuatan

bioetanol yang sekarang ini amat diperlukan untuk mengatasi berkurangnya

produksi minyak dunia. Pada proses pembuatan kertas maupun bio etanol dari

bahan berselulosa ada tahap yang harus dilakukan yaitu pemisahan senyawa lignin

yang terkandung di dalamnya sehingga diperoleh selulosanya (Enny Kriswiyanti

A, 2006).

Enceng gondok ternyata juga mempunyai beberapa manfaat diantaranya

merupakan sumber lignoselulosa yang dapat dikonversi menjadi produk yang

lebih berguna, seperti pakan ternak. Namun pemanfaatan enceng gondok sebagai

pakan mempunyai beberapa kelemahan, antara lain : kadar airnya tinggi,

teksturnya halus, banyak mengandung hemiselulosa dan proteinnya sulit dicerna.

Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu baik pengolahan fisik,

kimia, biologi maupun kombinasinya. Salah satu cara pengolahan secara biologi

(17)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Pendahuluan

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 3

Dari hasil analisa kimia enceng gondok diperoleh bahan organik 78,47 %,

C organik 21,23 %, N total 0,28 %, P total 0,0011 %, dan K total 0,016 %,

sehingga enceng gondok bisa di manfaatkan sebagai pupuk organik, karena di

dalam enceng gondok terpadat unsur – unsur yang sangat dibutuhkan oleh

tanaman.

Pupuk Organik adalah merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari

bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan atau limbah organik lainnya (Yovita Hety

Indriani, 2002).

Di dalam pupuk organik termasuk berbagai macam kotoran binatang, hasil

buangan dari binatang dan tanaman (kompos) dan endapan dari kotoran

pembersihan air serta pupuk hijau. Pupuk organik mengandung berbagai macam

zat makanan tanaman yang sebgaian terdapat di dalam persenyawaan kimia yang

sama seperti pada pupuk buatan. Komponen organik dari berbagai produk ini di

dalam tanah sebagian besar dimineralisasi. Berbagai unsur yang di dalam proses

ini terlepas bebas secara berangsur – angsur, terutama persenyawaan nitrogen dan

phospat, juga dimanfaatkan sebagai makanan tanaman. Sebagian lagi dari unsur

organic itu ditrasfermasi menjadi humus, karena humus sangat penting untuk

(18)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Pendahuluan

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 4

I.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan waktu pengadukan dan

volume pelarut yang terbaik terhadap proses ekstraksi pada pembuatan pupuk cair

dari daun enceng gondok.

I.3 Manfaat

1. Meningkatkan nilai ekonomis dari tanaman enceng gondok.

2. Memberi informasi terbaru tentang metode pengendalian enceng

gondok secara biologis.

3. Memberikan alternatif solusi terbaik bagi masalah yang ditimbulkan

(19)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Enceng Gondok

Enceng gondok merupakan tanaman air tawar yang mengapung,

kadang-kadang tumbuh dalam tanah. Tanaman enceng gondok menghasilkan tunas yang

merayap keluar dari ketiak daun dan dapat tumbuh lagi menjadi tumbuhan baru

dengan tinggi 0,4 – 0,8 meter. Setiap tangkai pada helai daun yang dewasa

memiliki ukuran pendek dan berkerut. Helai daun ( lamina ) berbentuk bulat telur

lebar dengan tulang daun yang melengkung rapat panjang 7 – 25 cm, gundul dan

warna daun hijau licin mengkilat (Moenandir, 1990).

Enceng gondok, secara botani mempunyai klasifikasi sebagai berikut :

Divisio : Embryphytasi Phnogoma

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Ferinosae

Family : Pontederianceae

Genus : Eichornia

Species : Eichornia crassipes (Mart-Solm)

II.1.1 Pemanfaatan Enceng Gondok

Enceng gondok mempunyai kemampuan yang besar untuk menyerap

unsur mineral dari air, sehingga enceng gondok merupakan bahan organik yang

(20)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 6

rawa, waduk, danau atau daerah perairan lain. Pertumbuhan enceng gondok yang

sangat cepat dan tidak terkendali dapat menyebabkan berbagai macam kerugian

bagi pemanfaatan sumber daya air (Kurniawan Dwi Aristanto, 2005)

Salah satu cara paling sederhana dalam memanfaatkan tumbuhan enceng

gondok ini adalah menggunakannya sebagai bahan baku kerajinan tangan. Batang

daunnya yang panjang dan sudah dikeringkan dapat dianyam ( Pieterse,1974 )

Enceng gondok mempunyai kemampuan yang besar untuk menyerap

unsur – unsur mineral dari air, sehingga enceng gondok merupakan bahan organik

yang baik untuk kompos. Tumbuhan ini dapat dibakar dan abunya dipergunakan

sebagai pupuk. Abu yang diperoleh hanya satu persen dari seluruh bagian

tumbuhan segar, sehingga dapat mengurangi beban angkutan akibat kadar air yang

tinggi. Namun, kerugian akibat pembakaran ini juga besar, karena nitrogen dan

bahan organik yang terkandung akan hilang selama pembakaran dan dapat

dipergunakan jika melalui proses pengomposan (www.google.com/eceng

gondok).

Pemanfaatan lain di bidang pertanian adalah untuk menjaga agar tanah

tetap lembab, karena dapat mengurangi penguapan air dari tanah. Hasilnya

ternyata cukup baik untuk tanaman coklat muda, kopi ataupun cengkeh yang

masih muda (Soewardin dan Thohari, 1976).

Hal ini yang menggemberikan adalah kemungkinan dipakainya enceng

gondok untuk mnegurangi pencemaran air. Woverton (1975) mengemukakan

bahwa enceng gondok juga mampu menyerap berbagai zat – zat berbahaya yang

(21)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 7

Menurut Little (1968), Lawrence, dan Moenandier (1990), selain

menimbulkan pencemaran, enceng gondok juga mempunyai manfaat, antara lain :

1. Mempunyai sifat biologis serta sebagai penyaring air tercemar oleh

berbagai bahan kimia buangan industri.

2. Sebagai bahan penutup tanah (mulch) dan kompos dalam kegiatan

pertanian dan kegiatan perkebunan.

3. Sebagai sumber gas yang antara lain berupa gas ammonium sulfat. Gas

hydrogen, nitrogen dan methan yang dapat diperoleh dengan cara

fermentasi.

4. Sebagai bahan industri kertas dan papan buatan.

(Kurniawan Dwi Aristanto, 2005).

Dari hasil uji laboratorium instrumentasi jurusan teknik kimia

fakultas teknologi industri UPN ”Veteran” Jawa Timur tercatat susunan

kandungan N, P, K dalam daun enceng gondok adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kandungan daun enceng gondok.

No. Parameter Hasil Uji Satuan

1 N 946,72 mg/L

2 P 57,37 mg/L

(22)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 8

II.2 PUPUK

Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah atau disemprotkan pada

tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang diperlukan tanaman.

Pengertian lain dari pupuk adalah zat hara yang ditambahkan pada tumbuhan agar

berkembang dengan baik sesuai genetis dan potensi produksinya. Pupuk dapat

dibuat dari bahan organik ataupun non-organik (sintetis).( Saifuddin sarief,1985)

Pupuk terdapat dalam berbagai klasifikasi (penggolongan), diantaranya

adalah yang penting :

1. Berdasarkan terjadinya, pupuk dibagi atas :

a) Pupuk buatan.

b) Pupuk alam.

2. Berdasarkan zat-zat makanan yang dikandungnya, pupuk dibagi atas :

a) Pupuk-pupuk yang mengandung zat N.

b) Pupuk-pupuk yang mengandung zat P.

c) Pupuk-pupuk yang mengandung zat K.

d) Pupuk-pupuk yang mengandung zat kapur dan magnesium.

e) Pupuk gabungan.

3. Berdasarkan susunan kimiawi dan perubahan-perubahannya didalam

tanah, pupuk dibagi atas :

a) pupuk anorganik.

b) pupuk organik.

(23)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 9

II.2 Jenis – jenis pupuk

Pupuk dibagi menjadi 2 macam :

II.2.1. Pupuk Anorganik (pupuk buatan)

Pupuk Anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik

dan atau biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk.

Contoh : Pupuk – NP, Pupuk PK, Pupuk NPK, Pupuk Phospat, Pupuk Kalium,

Pupuk Kalsium (www.google.com/pupuk anorganik)

II.2.2 Pupuk Organik

Pupuk Organik adalah merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari

bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan atau limbah organik lainnya (Yovita

Hety Indriani, 2002).

Di dalam pupuk organik termasuk berbagai macam kotoran binatang, hasil

buangan dari binatang dan tanaman (kompos) dan endapan dari kotoran

pembersihan air serta pupuk hijau. Pupuk organik mengandung berbagai macam

zat makanan tanaman yang sebgaian terdapat di dalam persenyawaan kimia yang

sama seperti pada pupuk buatan. Komponen organik dari berbagai produk ini di

dalam tanah sebagian besar dimineralisasi. Berbagai unsur yang di dalam proses

ini terlepas bebas secara berangsur – angsur, terutama persenyawaan nitrogen dan

phospat, juga dimanfaatkan sebagai makanan tanaman. Sebagian lagi dari unsur

organic itu ditrasfermasi menjadi humus, karena humus sangat penting untuk

(24)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 10

Pupuk organik dapat berupa pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair

biasanya berupa air saringan dari pupuk padat, dimaksudkan agar penggunaannya

lebih mudah tidak mengandung kotoran dan sekaligus untuk menjaga kelembaban

tanah. Pupuk padat dapat berupa pupuk hijau, pupuk seresah, kompos, maupun

pupuk kandang. Kesemuanya adalah berpengaruh positif terhadap tanah, jika

pemberiannya setelah pupuk itu.

Adapun bahan-bahan organik yang dipergunakan untuk membuat pupuk

organik antara lain:

1. Mineral batuan: Roc Phosfat, Dilomit, Kalsit, Mika.

2. Kotoran ternak : Limbah padat dan cair.

3. Limbah biologi hewani dan tanaman.

4. Limbah karbon organik dan matrik.

5. Bakteri kolon ,asam organik.

( Internasional organitation of standarisatian (ISO) dan asociation of American

Plant food Control officials (AAPFCO))

II.2.2.1 Pupuk padat

Pupuk padat terbagi atas :

1. Pupuk kandang

2. Pupuk kompos

3. Pupuk hijau

Secara umum Peranan/Fungsi Pupuk Organik, adalah sebagai berikut :

(25)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 11

- Meningkatkan kemampuan tanah menyerap nutrisi

- Memperbaiki aerasi tanah

- Sumber unsur hara tanaman yang lengkap

- Sumber energi dan media hidup mokroorganisme tanah

- Memperbaiki warna tanah

II.2.2.2 Pupuk cair

Pupuk cair adalah jenis pupuk yang berbentuk cair tidak padat

yang mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting

guna kesuburan tanah.

Pupuk cair adalah pupuk yang dapat memberikan hara yang sesuai

dengan kebutuhan tanaman pada tanah, karena bentuknya yang cair, maka

jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk pada tanah maka dengan sendirinya

tanaman akan mudah mengatur penyerapan komposisi pupuk yang

dibutuhkan.

(http://www.portofhueneme.org/documents/Liquid_Fertilizer)

Pupuk cair lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena

unsur-unsur yang terkandung di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah

yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa.

Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk hijau,

kompos,maupun pupuk kandang, yaitu dengan perlakuan perendaman.

Setelah beberapa minggu melalui beberapa perlakukan,air perendaman

(26)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 12

Penggunaan pupuk cair dapat memudahkan dan menghemat

tenaga, karena Pengerjaan pemupukan dengan pupuk cair akan lebih cepat

dibanding dengan pupuk padat. Aplikasi pupuk cair dapat dicampur

dengan pestisida organik (pestisida nabati).

Jenis tanaman pupuk hijau yang sering digunakan untuk

pembuatan pupuk cair misalnya :

-Daun johar (Cassia sianeu)

-Gamal (Gliricidia septum)

-Lamtorogung (Leucaena leucocsphala).

Pupuk cair mempunyai kelebihan dapat secara tepat mengatasi

defisiensi hara, cepat meresap dalam tanah dan tidak bermasalah dalam

pencucian hara juga mampu menyediakan hara secara tepat. Pupuk cair

tidak merusak humus tanah walaupun seringkali digunakan.

Selain itu pupuk ini juga memiliki zat pengikat larutan sehingga

bisa langsung digunakan pada tanah tidak butuh interval waktu untuk

dapat menanam tanaman. Teknologi alternatif melalui pertanian organik

bertujuan melaksanakan usaha-usaha yang terbaik untuk menghasilkan

pangan tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah air

dan udara. Penerapan organik sebagai bagian pertanian akrap lingkungan

perlu segera dimasyarakatkan, sesegera mungkin, sebab banyak dampak

negatif terhadap lingkungan yang terjadi akibat dari penerapan tehnologi

intensifikasi yang mengandalkan bahan kimia pertanian. Untuk mengatasi

(27)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 13

dapat dipergunakan untuk bahan baku pupuk.

Penggunaan pupuk cair biasanya dilakukan dengan diseprotkan ke

daun dan disiramkan langsung ke perakaran tanaman. Beberapa jenis

pupuk cair dapat langsung disemprotkan ke daun tanpa penambahan air,

tetapi jenis lain harus dilarutkan dalam air terlebih dahulu dengan dosis

tertentu. Dalam pengenceran pupuk cair dapat pula ditambahkan bahan

perekat, hormon, insektisida atau bahan pembantu lain. Aplikasi pupuk

cair dengan cara disemprotkan ke daun sebaiknya tidak dilakukan pada

kondisi terik matahari atau kelembaban rendah karena larutan pupuk akan

cepat menguap. Pemupukan juga disarankan tidak dilakukan pada saat

hujan karena larutan pupuk dari daun akan hilang.

II.3 Unsur hara tanaman

Selama pertumbuhan dan perkembangannya dari mulai berkecambah

sampai kemudian menghasilkan buah atau bagian lainnya yang dipanen, tanaman

membutuhkan unsur – unsur hara atau zat makanan tanaman (Plant nutrients).

Yang dimaksud dengan unsur - unsur hara tanaman adalah unsur - unsur kimia

tertentu yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya yang normal, tidak

tersedianya unsur hara bagi tanaman akan menyebabkan pertumbuhannya

terganggu, tampaknya gejala - gejala kekurangan (defesiansi) dan menurunnya

(28)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 14

II.3.1 Jenis-jenis Unsur Hara Tanaman.

Setiap tanaman diketahui memerlukan paling sedikit 16 unsur hara penting

atau unsur hara esensial untuk pertumbuhannya yang normal dan sehat.

Unsur - unsur hara esensial digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :

a. Unsur hara makro atau unsur hara primer (mayor), yaitu unsur-unsur hara

yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang relatif besar, seperti :

N (Nitrogen),P (Pospor) dan K (Kalium).

b. Unsur hara sekunder, yaitu unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh

tanaman dalam jumlah yang relatif cuku besar,seperti : Ca (Kalsium). Mg

(Magnesium) dan S (Belerang);

c. Unsur hara mikro atau unsur hara tersier (Minor), yaitu unsur-unsur hara

yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang relatif sangat kecil

seperti ; Cl (Khlor),Fe (besi),Mn (Mangan),Cu (Tembaga),Zn (Seng)B

(Borium) dan Mo (molibdenium).

II.3.1.1 NITROGEN

Nitrogen adalah bahan organik sisa tumbuhan dan hewan, serta hasil

fiksasi nitrogen bebas dari udara oleh bakteri - bakteri rhizobium yang terdapat

dalam bintil akar tanaman kacang- kacangan (legu minosae). Nitrogen diambil

oleh tanaman dalam bentuk ion NH4+ atau NO3-. Peranan dan kegunaan Nitrogen.

a) Merangsang pertumbuhan vegetatif yaitu menambah tinggi tanaman dan

(29)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 15

b) Membuat tanaman menjadi lebih hijau karena banyak mengandung butir -

butir hijau daun yang penting dalam fotosintesa.

c) Merupakan bahan penyusun khlorofil daun, protein,dan lemak. Tetapi

bila diberikan nitrogen terlalu banyak ke dalam tanah dapat menghambat

pembungaan dan pembuahan.

( www.chemistry.org/nitrogen/situs_kimia_indonesia.html)

II.3.1.2 FOSFOR

Fosfor (P) merupakan sumber nabati dalam tanah adalah bahan organik

dan mineral (batuan) fosfat, seperti apatit dan kalsium-fosfat (Ca3 (PO4)2) batuan

fosfat yang menjadi sumber posfat alam di Indonesia terdapat di pulau Jawa,dan

dibedakan sebagai fosfat gua,fosfat sinter dan fosfat pulau karang.Christmas

Island di Samudera Hindia adalah penghasil fosfat alam terbesar di dunia. Fosfor

diambil oleh tanaman dalam bentuk ion HPO42- atau H2PO4-. Peranan dan

kegunaan Fosfor/phosfat :

a) Memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang

baik dari benih dan tanaman muda

b) Mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah

c) Memperbesar persentase pembentukan bunga menjadi buah atau biji

d) Sebagai bahan penyusun inti sel lemak dan protein

(30)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 16

II.3.1.3 KALIUM

Kalium adalah salah satu dari beberapa unsur utama yang diperlukan

tanaman dan sangat mempengaruhi tingkat produksi tanaman. Kalium sangat

penting dalam proses setiap proses metabolisme tanaman, yaitu dalam sintesis dari

asam amino dan protein dari ion-ion amonium. Kalium berperan membantu

pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan bagian kayu dari

tanaman, meningkatkan resistensi terhadap penyakit dan kualitas buah-buahan.

Berdasarkan penelitian kalium terdapat mengumpul pada titik-titik tumbuh

Peranan dan kegunaan Kalium (K)

a) Memperlancar fotosintesa

b) Membantu pembentukan protein dan karbohidrat

c) Sebagai katalisator dalam transformasi tepung,gula dan lemak tanaman,

d) Mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman

e) Meninggikan kualitas hasil yang berupa bunga dan buah (rasa dan

warnanya)

f) Meningkatkan resistensi tanaman terhadap ganguan hama,penyakit dan

kekeringan

g) Pada tanaman unsur K terkumpul pada titik tumbuh dan berperan

mempersepat pertumbuhan jaringan meristimatik

(31)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 17

II.4 Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan kelarutan zat terlarut (solute) dalam

campuran dengan pelarutnya (solvent). Tujuan ekstraksi adalah untuk

mengeluarkan zat yang diinginkan dari suatu campuran dan memisahkan zat yang

tidak diinginkan dari campuran tersebut. Proses ekstraksi ada 2 macam yaitu

ekstraksi padat cair (leaching) dan ekstraksi liquid –liquid.

1. Ekstraksi padat-cair (leaching)

Ekstraksi padat-cair adalah proses pemisahan zat terlarut

(solute) dari campuran padatan dengan menggunakan pelarut (solvent)

yang hanya dapat melarutkan zat terlarut tersebut menjadi larutan

(solution) dan padatan (solid) sisa yang tidak terlarutkan (inert).

Mekanisme ekstraksi padat-cair adalah zat terlarut yang

akan dilarutkan tersebar merata pada campuran padatan. Zat terlarut

yang dipermukaan akan larut ke dalam pelarut lebih dahulu, akibatnya

sisa campuran padatan akan berpori - pori selanjutnya pelarut harus

menembus lapisan – lapisan larutan dipermukaan campuran padatan

untuk mencapai zat terlarut yang akan dibawahnya akibatnya

kecepatan ekstraksi menurun dengan tajam karena sulitnya lapisan

larutan tersebut ditembus.

Efisiensi proses ekstraksi terutama tergantung pada kontak

yang baik antara pelarut (solvent) dan campuran padatan yang dapat

larut (solute) dalam pelarut. Proses ekstraksi dapat ditingkatkan

(32)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 18

campuran padatan (solit) sehingga menaikkan intensitas dan

kesempatan kontak antara ke dua fase pelarut dan campuran padatan.

2. Ekstraksi liquid - liquid

Ekstraksi liquid-liquid adalah pemisahan zat terlarut

(solute) dari campuran cairan dengan menggunakan pelarut (solvent)

yang hanya dapat melarutkan konstituen yang dapat larut dalam

pelarut sehingga terbentuk dua fase laruran yang tidak saling

melarutkan (membentuk campuran heterogen).

Konstituen yang akan dipisahkan terdistribusi di campuran

cairan dan di cairan pelarut selagi masih terjadi kontak keduanya.

Pemisahan konstituen dalam campuran cairan berdasarkan perbedaan

daya larutnya (kelarutannya) dalam cairan pelarut, berarti sifat

keduanya harus diketahui terlebih dahulu. Proses ekstraksi liquid –

liquid biasanya digunakan untuk memisahkan suatu feed yang tediri

dari solute (A) yang dapat larut dan diluent (B) yang tidak dapat larut,

dengan melarutkannya ke dalam solvent (S atau C). larutan hasil

ekstraksi yang banyak mengandung solvent dan sedikit feed disebut

larutan ekstrak. Larutan hasil ekstraksi yang banyak mengandung feed

(33)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 19

II.5 Landasan Teori

Mekanisme pembuatan pupuk cair dari limbah tanaman enceng gondok:

Daun enceng gondok + H2O + NH4H2PO4 Larutan pupuk organik

Proses ekstraksinya adalah daun enceng gondok dilarutkan pada pelarut

NH4H2PO4. Kemudian pelarut menembus pori – pori dari padatan dengan bantuan

pengadukan untuk mengambil zat terlarut.

II.5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:

1. Ukuran partikel

Ukuran yang kecil akan memperbesar luas permukaan kontak

antara partikel padatan dengan cairan pelarut akibatnya akan memperbesar

rate transfer antara material dan memperkecil jarak difusi. Tetapi partikel

yang sangat halus akan membuat tidak efektif bila sirkulasi proses tidak

dijelaskan disamping itu juga akan mempersulit aliran solid residu. Jadi

harus ada range tertentu untuk ukuran partikel agar tiap partikel

mempunyai waktu ekstraksi yang sama dan juga tidak menggumpal dan

menyulitkan aliran/drainage.

2. Pengadukan

Pengadukan yang makin kuat maka difusi akan meningkat dan

tahanan perpindahan massa pada permukaan partikel selama proses

leaching berlangsung maka berkurang. Dengan pengadukan perpindahan

(34)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 20

Dengan pengadukan akan mencegah terjadinya pengendapan (McCabe

dkk, 1993).

3. Suhu pelarut

Umumnya kelarutan suatu solute (zat pelarut) yang diekstraksi

akan bertambah dengan bertambahnya tinggi suhu dan juga menambah

besar difusi jadi secara keseluruhan akan menambah kecepatan ekstraksi

namun demikian harus diperhatikan apakah dengan suhu tinggi tidak

merusak material yang diproses. Pelarut Volatile kurang baik pada suhu

tinggi karena volume pelarut berkurang selama proses ekstraksi, walaupun

dipasang pendingin tegak sebab kelarutan solute dalam solvent sudah

tertentu pada pherry hand book.

4. Pelarut/ solvent

Pelarut harus dipilih yang cukup baik untuk pemisahan campuran

padatan yang hanya dapat melarutkan solute dengan baik dan

viskositasnya rendah agar lebih mudah tersikulasi didalam proses.

Umumnya pada awal ekstraksi pada keadaan murni tapi setelah beberapa

lama kosentrasi selalu didalam pelarut akan bertambah besar akibatnya

rate ekstraksinya akan menurun, yang pertama oleh karena gradient

kosentrasi berkurang dan yang kedua oleh karena larutan bertambah pekat

(35)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Tinjaun Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 21

II.6 Hipotesa

Enceng gondok mengandung Nitrogen, Phospor, dan Kalium yang

dibutuhkan oleh tanaman untuk berkembang sehingga enceng gondok dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan pupuk cair yang dipengaruhi

(36)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Metode Peneltian

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 20

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. BAHAN

III.1.1. BAHAN UNTUK PENELITIAN

Bahan dasar penelitian ini menggunakan tanaman enceng gondok yang

diambil bagian daunnya yang berasal dari sawah di daerah Juanda – Sidoarjo.

Proses ekstraksi digunakan untuk mengambil komponen N, P, dan K dengan

pelarut NH4H2PO4, larutan tersebut dibuat dari campuran NH3 dan H3PO4 yang

ada di laboratorium dan aquadest sebagai pengencernya.

III.2. ALAT-ALAT

1. Pengaduk

2. Saringan

3. Motor Pengaduk

4. Beaker Glass

5. Gelas ukur

6. Statif

III.3. GAMBAR SUSUNAN ALAT

III.3.1 Proses Ekstraksi

Daun enceng gondok Larutan NH4H2PO4

(37)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Metode Peneltian

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 21

III.4 VARIABEL YANG DIGUNAKAN

III.4.1. Proses ekstraksi

III.4.1.1 Variabel-variabel yang digunakan adalah :

• Kondisi yang ditetapkan :

Kecepatan pengadukan : 200 rpm

• Kondisi yang berubah :

Perbandingan bahan baku(gr) : pelarut (NH4H2PO4)(ml) :

1 : 1, 1 : 2, 1: 3, 1 : 4, 1 : 5

Waktu pengadukan : 60, 120, 180, 240, 300 menit

III.5 PROSEDUR PENELITIAN

1. Persiapan Alat

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini harus

dibersihkan terlebih dahulu baik dengan cara pemanasan atau

pencucian.

2. Persiapan Bahan Baku

Daun enceng gondok dipotong kecil-kecil terlebih dahulu sebelum

dikeringkan selama + 1 hari, kemudian dimasukkan ke dalam beaker

glass lalu ditambahkan pelarut NH4H2PO4 ( 0.1 N ) dengan volume

perbandingan pelarut dan bahan baku sesuai dengan variabel yang

dijalankan.

3. Proses Ekstraksi dan Filtrasi

Kemudian di aduk dengan kecepatan pengadukan 200 rpm serta

waktu pengadukan sesuai dengan variable yang dijalankan kemudian di

filtrasi, filtratnya diambil dan residu berupa padatan dibuang.

4. Analisa komponen N, P, dan K

Menganalisa filtrat untuk mengetahui berapa kadar komponen N, P

(38)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Metode Peneltian

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 22

Analisa Komponen Nitrogen

- Timbang teliti 500 mg contoh ke dalam beaker glass 150 ml,

tambahkan 10 ml HCl 4 ml ; panaskan sampai larut

- Saring dengan kertas whatman 41 dan pindahkan secara kuantitatif

ke dalam labu takar volume 250 ml

- Volume ditetapkan sampai tanda tera, kocok bolak balik sampai

homogen

- Pipet 5 ml ekstrak di atas ke dalam labu takar 250 ml volume

ditetapkan hingga tanda tera, kocok sampai homogen

(pengenceran 50 kali)

- Pipet 5 ml larutan contoh (yang telah diencerkan 50 kali)

masukkan ke dalam labu ukur volume 100 ml, tambahkan 8 ml

larutan asam campur (1:4) ke dalam masing – masing ekstrak dan

kocok sampai homogen, kemudian tambahkan 5 ml larutan BaCl2

– twen lalu tera dengan akuades dan kocok sampai homogeny

- Membuat larutan deret standart 0 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm,

30 ppm, 40 ppm dan 50 ppm belerang, kemudian lakukan

perlakuan yang sama dengan larutan contoh seperti di atas

- Larutan contoh dan standar diukur padaspektrometer

denganpanjang gelombang 432 nm

Analisa Komponen Fosfor

1. Reagent :

Spectroquant Phosphorus-Test (PMB), Cat. No. 1.14848.0001

Oxisolv decompotition reagent, Cat. No. 1. 12936.0030

Microwave Digestion Unit MW 500, Cat. No. 1. 14672.0001

Digestion basic Set, Cat. No. 1. 14613.0001

2. Persiapan Sample

Dalam tabung Digestion 10 ml sample dicampur (pH 5-9), yang

mana sample tersebut mempunyai nilai COD 1200 mg/l dengan 2

(39)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Metode Peneltian

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 23

Watt microwave selama 65 detik. Setelah 5 menit habis pendinginan

dilakukan pengocokan dalam tabung sampai larutan bersih dan tidak

berwarna.

Analisa Komponen Kalium

1. Reagent :

CAL- Larutan ekstraksi : Melarutkan 15,4 gr kalium laktat dan 7,9

kalsium acetate dan dicampurkan dengan 300 ml air dan

dimasukkan dalam Volumetrik flask dan tambahkan 17,9 ml asam

acetate 100% GR.

2. Persiapan Sample

Menimbang sample sebanyak 5 gr dan dibuat larutan sebesar 300

ml, kemudian ditambahkan 100 ml larutan ekstraksi. Kocok selama

90 menit. Filter ekstrak tersebut dengan filter suling dan ambil

filtrat sebanyak 10 ml serta menjaga pH filtrate 5-7 dengan 32%

larutan NaOH.

5. Uji komponen N, P, dan K

(40)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Metode Peneltian

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 24

III.6. METODOLOGI PENELITIAN

Daun enceng gondok

Daun enceng gondok dipotong kecil – kecil dengan ukuran 0,5 cm

Ditambah pelarut

NH4H2PO4+H2O dengan perbandingan 1:1,

1:2,1:3,1:4,1:5

Diaduk dengan waktu pengadukan 1, 2, 3, 4, 5 jam Proses

ekstraksi

Filtrasi Padatan

Filtrat

Analisa N, P, dan K

Uji komponen terhadap tanaman Proses

(41)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Hasil dan Pembahasan

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Analisa Bahan Baku ( Daun Enceng Gondok )

Daun Enceng Gondok dianalisa terlebih dahulu kadar N, P dan K sebelum

dilakukan proses Ekstraksi. Hasil analisa kadar N, P dan K dalam Daun Enceng

Gondok adalah sebagai berikut :

IV.1.1 Tabel Hasil Analisa Kadar N, P dan K awal

(Lab. Instrumentasi UPN “Veteran” JAWA TIMUR)

IV.2 Proses Ekstraksi

Setelah persiapan bahan baku berupa Daun Enceng Gondok yang telah

dipotong kecil – kecil dan di keringkan serta peralatan yang sudah siap digunakan,

selanjutnya dilakukan proses Ekstraksi untuk mengambil komponen N, P dan K

yang terkandung dalam Daun Enceng Gondok. Hasil analisa yang didapat untuk

kadar N, P dan K setelah Ekstraksi adalah sebagai berikut :

IV.2.1 Tabel Hasil Analisa Kadar N, P dan K

IV.2.1.1 Tabel hasil penelitian kadar N ( % berat ) terhadap perbandingan

volume dengan waktu

Sampel Komponen Kadar (% berat)

Daun Enceng Gondok

N 0,946

P 0,0573

(42)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Hasil dan Pembahasan

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 26

Perbandingan

Volume

Waktu Pengadukan

1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 5 jam

1:1 19.05 21.71 24.04 27.78 31.18

1:2 20.75 23.91 26.88 30.66 34.25

1:3 32.25 34.00 35.75 37.50 39.25

1:4 29.95 32.86 36.50 37.26 38.75

1:5 19.00 19.54 20.00 20.79 21.50

IV.2.1.2 Tabel hasil penelitian kadar P ( % berat ) terhadap perbandingan

volume dengan waktu

Perbandingan Waktu Pengadukan

Volume 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 5 jam

1 : 1 12.5 14.12 16 16.90 18.05

1 : 2 24.04 27.00 29.45 34.01 38.05

1 : 3 36.00 38.44 40.09 44.94 49

1 : 4 16.6 18.17 19.3 22.22 24.70

1 : 5 13.5 14.42 15.46 16.07 16.8

IV.2.1.2 Tabel hasil penelitian kadar K ( % berat ) terhadap perbandingan

volume dengan waktu

Perbandingan Waktu

volume 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 5 jam 1 : 1 15.87 16.81 16.83 20.58 23.40 1 : 2 17.43 21.23 23.73 31.45 37.87 1 : 3 33.27 36.29 38.70 43.59 47.87 1 : 4 16.83 21.11 23.4 33.63 41.87 1 : 5 14.50 16.31 18.17 19.90 21.67

(43)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Hasil dan Pembahasan

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 27

[image:43.595.123.506.82.320.2]

Gambar 4.1

IV.2.2 Gambar pengaruh waktu dan perbandingan volume terhadap

kadar N

Pada gambar 4.1 diketahui kadar N pada berbagai kondisi variabel. Di

awal waktu pengadukan, perbandingan volume 1:3 memiliki kadar N tertinggi

daripada perbandingan volume yg lain yakni dengan kadar N 32,25 % berat.

Setelah awal waktu pengadukan, seluruh perbandingan volume menunjukkan

kenaikan kadar N yg signifikan kecuali pada perbandingan volume 1:5 yang

memiliki tahap kenaikan yang rendah.

Dari pengamatan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa kadar N

optimal terjadi pada perbandingan volume 1:3 dan dan waktu pengadukan 5 jam

sebesar 39,25 % berat. Hal ini terjadi karena komponen N terekstrak dengan baik

(44)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Hasil dan Pembahasan

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 28

[image:44.595.121.520.102.347.2]

Gambar 4.2

IV.2.3 Gambar pengaruh waktu dan perbandingan volume terhadap

kadar P

Pada gambar 4.2 diketahui bahwa kadar P pada berbagai kondisi variabel.

Pada awal waktu pengadukan, Kadar P terbaik diperoleh pada perbandingan 1:3

dengan kadar awal P 36 % berat. Seluruh perbandingan volume mengalami

peningkatan kadar P yang signifikan dari awal hingga akhir waktu pengadukan,

terutama untuk perbandingan volume 1:2 dan 1:3. Perbandingan volume 1:4 dan

1:5 memiliki kadar P yang hampir sama disetiap jamnya.

Dari pengamatan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa kadar P optimal

terjadi pada perbandingan volume 1:3 dan dan waktu pengadukan 5 jam sebesar

49 % berat. Hal ini terjadi karena komponen P terekstrak dengan baik pada

(45)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Hasil dan Pembahasan

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 29

[image:45.595.119.508.100.352.2]

Gambar 4.3

IV.2.4 Gambar pengaruh waktu dan perbandingan volume terhadap

kadar K

Pada gambar 4.3 diketahui bahwa kadar K pada berbagi kondisi variabel.

Di awal pengadukan, kadar K terbaik diperoleh pada perbandingan volume 1:3

dengan kadar K 33.27 % berat. Sedangkan perbandingan volume lainnya memiliki

kadar K awal berdekatan. Setelah awal waktu pengadukan, seluruh perbandingan

mengalami kenaikan kadar K, terutama setelah waktu pengadukan 3 jam. Akan

tetapi pada perbandingan volume 1:5 berbeda, kenaikan kadar K stabil dari awal

hingga akhir waktu pengadukan.

Dari pengamatan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa Kadar K

optimal terjadi pada perbandingan volume 1:3 dan dan waktu pengadukan 5 jam

sebesar 47,87 % berat. Hal ini terjadi karena komponen K terekstrak dengan baik

(46)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Hasil dan Pembahasan

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 30

IV.3 Pembahasan

Pada penelitian ini terdapat perbandingan kadar N, P, K yang sangat tinggi

antara kadar N, P, K pada analisa bahan baku awal dengan kadar N, P, K pada

analisa hasil ekstraksi. Hal tersebut dikarenakan pelarut yang digunakan pada

proses ekstraksi memiliki kandungan unsur N dan P, sedangkan unsur K tinggi

diperoleh dari ekstraksi daun enceng gondok itu sendiri dimana kandungan K

tinggi selalu terdapat pada bagian daun tanaman. Proses ekstraksi sendiri

dipengaruhi oleh beberapa hal yakni ukuran partikel, pengadukan, pelarut (

solvent ), dan suhu pelarut. Dalam penelitian ini, daun enceng gondok ( bahan

terlarut ) telah di perkecil ukurannya dan dikeringkan sehingga akan

memaksimalkan proses ekstraksinya. Pengadukan sangat berpengaruh dalam

pengontakan solvent kepada solute untuk proses ekstraksi, semakin lama

pengadukan maka akan semakin tinggi kadar zat yang terekstrak sampai pada

batas kadar optimum. Pelarut yang baik dengan konsentrasi dan viskositas rendah

telah dipilih dalam penelitian ini. Selain untuk pengekstrak, pelarut NH4H2PO4

juga berfungsi sebagai penambah kadar N dan P pada hasil ekstraksi. Pada

penelitian ini suhu yang digunakan adalah suhu kamar karena pada suhu tersebut

proses ekstraksi sudah berjalan dengan baik.

Hal lain yang menyebabkan tingginya selisih kadar N, P, K adalah

kemungkinan terjadinya proses fermentasi oleh bakteri acetobacter pada hasil

ekstraksi selama penyimpanan, terbukti pada saat tutup botol penyimpanan hasil

dibuka terdapat tekanan udara yang keluar dan berbau busuk.

Pada proses aplikasi pupuk cair hasil ekstraksi ini terdapat perbandingan

antara tanaman cabe yang menggunakan pupuk cair dari daun enceng gondok

dengan tanaman cabe yang tidak menggunakan pupuk. Tanaman cabe yang

menggunakan pupuk cair dari daun enceng gondok tumbuh lebih baik

dibandingkan dengan tanaman cabe yang tidak menggunakan pupuk.

Pada hasil analisa N, P, K penelitian kali ini terdapat ketidakwajaran

(47)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Hasil dan Pembahasan

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 31

mungkin disebabkan karena ketidaktelitian dan atau kesalahan pada proses uji

kadar N, P, K di laboraturium.

IV.3 Uji Komponen N, P dan K pada Tanaman

IV.3.1 Tabel Hasil Uji Komponen N, P dan K Terhadap Tanaman Cabe

Tanaman Cabe Tanpa Menggunakan Pupuk

Minggu Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Jumlah Buah

1 2.5 3 ₋

2 3.3 4 ₋

3 6 6 ₋

4 9 8 ₋

Tanaman Cabe Menggunakan Pupuk Daun Enceng Gondok

Minggu Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Jumlah Buah

1 2 3 ₋

2 5 5 ₋

3 10 7 ₋

(48)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Kesimpulan

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik 32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

1. Pada proses ekstraksi daun enceng gondok didapatkan kadar N, P, dan K

yang terbaik adalah 39,25 %, 49 %, dan 47,87 %. Pada variabel

perbandingan volume 1:3 dan waktu pengadukan 5 jam

2. Dari hasil penelitian yang kami lakukan bahwa volume pelarut dan waktu

pengadukan dapat mempengaruhi proses ekstraksi.

3. Hasil uji komponen N, P, dan K terhadap tanaman cabe didapatkan hasil

bahwa tanaman cabe yang menggunakan pupuk cair dari daun enceng

gondok tumbuh lebih baik dibandingkan dengan tanaman cabe yang tidak

menggunakan pupuk.

V.2 Saran

Untuk mendapatkan hasil yang optimal kami sarankan untuk

menambahkan komponen yang lain dalam pupuk daun enceng gondok

dengan mengkombinasikan dari bahan organik lain atau mencoba dengan

bahan yang lain.

Diharapkan ketelitian dalam proses pengujian bahan ataupun hasil

penelitian di laboratorium karena hal ini sangat berpengaruh pada hasil

(49)

Penelitian

UPN”VETERAN”JATIM Daftar Pustaka

Pemanfaatan tanaman enceng gondok sebagai pupuk organik

DAFTAR PUSTAKA

1.

Adi Candra B, 2008. Efektifitas Penggunaan EM 4 dan Limbah Rumah Potong Hewan dalam pengomposan Enceng gondok Tugas Akhir Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh November

Surabaya.

2. Enny Kriswiyanti A, 2006. Delignifikasi Enceng Gondok dengan Proses Organosolv Skripsi Penelitian Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang.

3. http://pupuk-mineral-organik.blogspot.com/2009/05/standar-pupuk 4. http://www.portofhueneme.org/documents/Liquid_Fertilizer

5. Internasional organitation of standarisatian (ISO) dan asociation of

American Plant food Control officials (AAPFCO), 2001

6. Laboratorium Instrumentasi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN”VETERAN” Jawa Timur

7. McCabe, W, L, Smith, J, C, and Harriot, P, 1993. Operasi Teknik Kimia

Jilid 2 Edisi IV. Erlangga : Jakarta.

8. Moenandir, 2002. Efek Zat Organik Air Limbah terhadap Tumbuhan Enceng Gondok Laporan Tugas Akhir Teknik Lingkungan FTSP

Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.

9. www.chemistry.org/nitrogen/situs_kimia_indonesia.html

10.www.google.com/pupuk anorganik

(50)

LAMPIRAN

(51)

2. Proses ekstraksi

(52)
(53)

APPENDIX

% zat terlarut =

0,99 =

5 + berat pelarut =

berat pelarut = 500 ml

• Dibutuhkan 500 ml aquadest untuk melarutkan

5 gr NH4H2PO4 99 %

• Standarisasi NH4H2PO4 dengan NaOH 0,5 N :

V. NH4H2PO4 = 10 ml

− V1 = 10 ml V2 = 2 ml

− V1 = 10 ml V2 = 2,5 ml

− V1 = 10 ml V2 = 2,1 ml

6,6 ml

Volume rata – rata = 2,2 ml

V1 . N1 = V2 . N2

10 . N1 = 2,2 . 0,5

Gambar

Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, penulis mendeskripsikan atau menjelaskan estetika yang terkandung dalam teks nyanyian anak-anak di Pulau Kundur Kabupaten Karimun yang

Työtehoseuran tutkimuksessa oli otettu vaihtelevasti mukaan myös asuinrakennusten, tuotantotilojen ja peltoviljelyn energiankulutus, josta johtuu jonkin verran suurempi

Menurut Mulyasa (2014: 144) model pembelajaran discovery learning merupakan model pembelajaran dimana peserta didik dapat menemukan sesuatu yang bermakna dalam

Berdasarkan hasil penelitian yang berbeda-beda, maka peneliti ingin menguji kembali faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio yaitu variabel

Oleh karena itu analisis mengenai pengaruh TQM terhadap kinerja organisasi merupakan suatu studi yang sangat bennanfaat bagi kelangsungan perusahaan. Penelitian

Sedangkan dalam hukum pidana Islam, sanksi terhadap pelaku tindak pidana usaha pertambangan dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu ditinjau berdasarkan macam-macam

Dasar-dasar pendidikan agama yang telah diletakkan orang tua, menjadi tugas guru agama di lembaga pendidikan formal, dan nonformal.Para guru pendidikan agama Islam

Dari hasil pengujian file polaTest5.txt, dapat dilihat bahwa hasil rasio yang dihasilkan tidak begitu jauh berbeda dengan pengujian file “polaTest2.txt”, hal tersebut