• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN SELF EFFICACYDALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG ANGKATAN TAHUN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN SELF EFFICACYDALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG ANGKATAN TAHUN 2009"

Copied!
225
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL

DENGAN SELF EFFICACYDALAM

MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

ANGKATAN TAHUN 2009

SKRIPSI

disusun sebagai salah satu syarat penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Ainun Ni’mah

1301409049

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii NIM : 1301409049

Jurusan : Bimbingan dan Konseling Fakultas : Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul“Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Self Efficacy Dalam Menyusunn Skripsi Pada Mahasiswa Jurusan Bimbingan Dan Konseling Universitas negeri Semarang Angkatan Tahun 2009.”saya tulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan adalah bener-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau di rujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Desember 2013

Ainun Ni’mah

(3)

iii

Efficacy Dalam Menyusunn Skripsi Pada Mahasiswa Jurusan Bimbingan Dan Konseling Universitas negeri Semarang Angkatan Tahun 2009.”ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Semarang, Desember 2013

Pembimbing I Pembimbing II

(4)

iv

Dalam Menyusunn Skripsi Pada Mahasiswa Jurusan Bimbingan Dan Konseling Universitas negeri Semarang Angkatan 2009” ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :

hari : Rabu

tanggal :8 Januari 2014 Panitia:

Ketua Sekretaris

Drs. Budiyono, M.S Drs. EkoNusantoro, M.Pd. NIP 196312091987031002 NIP 196002051998021001

Penguji Utama

Dr. Awalya, M.Pd.,Kons. NIP. 19601101 198710 2 001

Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

(5)

v

Motto:

“Ketika banyak orang mengatakan sulit, maka sebenarnya itu adalah peluang besar bagi kita untuk berhasil”

Persembahan,

Saya persembahkan skripsi ini untuk:

1. Kedua orang tua, serta Kakak dan Adiku

2. Rekan-rekan jurusan Bimbingan dan Konseling angkatan 2009.

3. Pembaca yang budiman 4. Almamaterku

(6)

vi

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Self EfficacyDalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Jurusan Bimbingan Dan Konseling Universitas Negeri

Semarang Angkatan Tahun 2009”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dukungan sosial dengan self efficacy mahasiswa jurusan bimbingan dan kenseling Universitas Negeri Semarang yang sedang menyusun skripsi.

Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa antara dukungan sosial dengan

self efficacy mahasiswa dalam menyusun skripsi terdapat hubungan yang positif, ini bisa dilihat dari hasil yang diperoleh dari lapangan menunjukan adanya kontribusi dukungan sosial terhadap self efficacy mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Skripsi ini penulis susun untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Jurusan Bimbingan dan Konseling.

(7)

vii

Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang..

4. Dr. Awalya, M.Pd., Kons., Sebagai penguji utama, yang telah meluangkan waktunya untuk menguji dan memberikan bimbingan serta arahannya.

5. Dr. Imam Tadjri, M.Pd., Dosen pembimbing I yang telah memberikan masukan, motivasi dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Kusnarto Kurniawan, M.Pd.,Kons., Dosen pembimbing II yang telah

memberikan masukan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi. 7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling yang telah

memberikan bekal kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

8. Susilo Jati Purnomo, yang dengan sabar menemani dan memberikan motivasi. 9. Teman-teman BK angkatan 2009 pada umumnya serta sahabat-sahabatku

pada khususnya ( Eka, Dimas, Mb kd, Zia, Riza, Dian, Fitri, Mb Ida) 10.Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran yang membangun dari pembaca sekalian demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini bias bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Desember2013

(8)

viii

Konseling.Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. Imam Tadjri, M.Pd. danPembimbing II: Kusnarto Kurniawan, M.Pd.,Kons.

Kata kunci: dukungan sosial, self efficacy

Skripsi merupakan suatu tugas yang disusun mahasiswa sebagai bukti pembelajarannya selama menempuh pendidikan strata satu. Dalam proses penyusunan skripsi mahasiswa akan menghadapi kendala ataupun masalah yang berbeda-beda dan keyakinan yang bisa berbeda-beda untuk menghadapinya. Hal tersebut akan mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan skripsi. Saat menghadapi kendala tersebut terkadang mahasiswa menerima bantuan dari lingkungan disekelilingnya, sehingga dapat mempengaruhi keyakinan mahasiswa ketika menghadapi kendala dalam menyusun skripsi. Dari permasalahan tersebut, peneliti ingin menguji hubungan antara dukungan sosial dan self efficacypada mahasiswa Unnes jurusan bimbingan dan konseling yang sedang menyusun skripsi.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif korelasional. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah dukungan sosial dan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah self efficacy. Penelitian ini termasuk dalam penelitian populasi. Jenis data yang akan digali dalam penelitian iniadalah data yang bersifat bukan-faktual atau abstrak, sehingga instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat ukur skala psikologi yang disusun oleh penulis berdasarkan teori dukungan sosial dari sarafino (1994) dan

self efficacydari Bandura (1995). Teknik uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi Product Momentdan untuk menguji tingkat reliabilitas skala psikologi digunakan rumus Alfa Cronbach dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,942 untuk variabel dukungan sosial dan 0,962 untuk variabel Self Efficacy.

Hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa Unnes jurusan bimbingan dan konseling yang sedang menyusun skripsi cenderung menerima dukungan sosial yang terkategori dalam rata-rata tinggi dan memiliki self efficacy yang cenderung tinggi pula. Hasil perhitungan korelasi sebesar 0,513, hasil perhitungan tersebut menunjukan adanya korelasi yang positif antara dukungan sosial dengan

self efficacy pada mahasiwa Unnes jurusan bimbingan dan konseling yang sedang menyusun skripsi. Jadi semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi juga

(9)

ix

PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... . iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 RumusanMasalah ... 12

1.3 TujuanPenelitian ... 13

1.4 ManfaatPenelitian ... 13

1.5 SistematikaSkripsi ... 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 16

2.1 PenelitianTerdahulu ... 16

2.2 Self Efficacy ... 20

2.2.1 PengertianSelf Efficacy ... 20

2.2.3 Dimensi Self Efficacy ... 25

2.2.4 Sumber-Sumber Terbentuknya Self Efficacy ... 27

2.2.5 Proses Terjadinya Self Efficacy ... 29

2.2.6 Faktor – Faktor Yang MempengaruhiSelf Efficacy... 33

(10)

x

2.3 Dukungan Sosial ... 44

2.3.1 PengertianDukungan Sosial ... 44

2.3.2 Jenis-Jenis Dukungan Sosial ... 45

2.3.3 Sumber-Sumber Dukungan Sosial ... 47

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial ... 48

2.4 Skripsi ... 49

2.4.1 Pengertian Skripsi ... 49

2.4.2 Hambatan-hambatan dalam penyusunan skripsi ... 51

2.5 Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Self Efficacydalam Menyusun Skripsi pada Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling ... 53

2.6 Hipotesis ... 54

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 56

3.1 JenisPenelitian ... 57

3.2 VariabelPenelitian ... 58

3.2.1 IdentifikasiVariabel ... 58

3.2.2 HubunganAntarVariabel ... 58

3.2.3 DefinisiOperasionalVariabel ... 59

3.3 Populasi, Sampel, danTeknik Sampling ... 60

3.3.1 Populasi ... 60

3.3.2 Sampel ... 61

3.3.3 Teknik Sampling ... 62

3.3.4 Subjek uji coba ... 62

3.4 Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 63

3.4.1MetodePengumpulan Data ... 63

3.4.2AlatPengumpulan Data ... 65

(11)

xi

3.7.1 Analisis Deskriptif Presentase ... 74

3.7.2 Uji Analisis Statistik... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

4.1 Hasil Penelitian ... 78

4.1.1 Pelaksanaan penelitian ... 78

4.1.2 Hasil analisis deskriptif peneltian ... 79

4.1.2.1 Analisis deskriptif dukungan sosial ... 81

4.1.2.2 Analisisdeskriptif SelfEfficacy ... 93

4.1.3Analisis deskriptif prosentase total skala dukungan sosial dan skala SelfEfficacy ... 103

4.2 Hasil analisis statistik ... 106

4.2.1 Uji normalitas ... 106

4.2.2 Analisis korelasi dukungan sosial dan SelfEfficacy ... 109

4.3 Pembahasan ... 111

4.1.1 Dukungan sosial ... 111

4.1.2 SelfEfficacy... 117

4.1.1 korelasi dukungan sosial dan SelfEfficacy ... 123

BAB V PENUTUP ... 126

5.1 Simpulan ... 126

5.2 Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 128

(12)

xii

2.1 Tabel Klasifikasi Self Efficacy ... 43

3.1 Populasi mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling ... 61

3.2 Kriteria dan nilai alternatif jawaban ... 67

3.3 KlasifikasiReliabilitas ... 73

3.4 Kriteria dukungan sosial dan Self Efficacy... 75

3.5 Interpretasi besarnya r product moment ... 77

4.1 Kriteria hubungan dukungan sosial dan Self Efficacy... 80

4.2 Analisis deskriptif prosentase tingkat dukungan sosial ... 81

4.3 Hasil analisis deskriptif prosentase indikator dukungan emosi ... 84

4.4 Hasil analisis deskriptif prosentase indikator dukungan penghargaan ... 86

4.5 Hasil analisis deskriptif prosentase indikator dukungan instrumental ... 88

4.6 Hasil analisis deskriptif prosentase indikator dukungan informasi... 90

4.7 Hasil analisis deskriptif prosentase indikator dukungan jaringan sosial .... 92

4.8 Aanalisis deskriptif prosentase Self Efficacy mahasiswa ... 95

4.9 Hasil analisis deskriptif prosentase indikator dimensi tingkat (level) ... 97

4.10 Hasil analisis deskriptif prosentase indikatr dimensi kekuatan(strenght) 100 4.11 Hasil analisis deskriptif prosentase indikator dimensi generalisasi ... 102

4.12 Deskriptif kriteria variabel dukungan sosial dan Self Efficacy ... 104

4.13 Hasil uji normalitas data dukungan sosial ... 108

4.14 Hasil uji normalitas data Self Efficacy ... 109

(13)

xiii

(14)

xiv

4.1 Analisis deskriptif prosentase tingkat dukungan sosial ... 82

4.2 Hasil analisis deskriptif prosentase indikator dukungan emosi ... 84

4.3 Hasil analisis deskriptif prosentase indikator dukungan penghargaan ... 86

4.4 Hasil analisis deskriptif prosentase indikator dukungan instrumental ... 89

4.5 Hasil analisis deskriptif prosentase indikator dukungan informasi... 91

4.6 Hasil analisis deskriptif prosentase indikator dukungan jaringan sosial .... 93

4.7 Aanalisis deskriptif prosentase Self Efficacy mahasiswa ... 95

4.8 Hasil analisis deskriptif prosentase indikato dimensi tingkat (level) ... 98

4.9 Hasil analisis deskriptif prosentase indikato dimensi kekuatan(strenght) . 100 4.10 Hasil analisis deskriptif prosentase indikator dimensi generalisasi ... 102

(15)

xv

1. Uji Coba Instrumen ... 133

a. Skala dukungan sosial 1) Kisi-kisi uji coba skala dukungan sosial ... 133

2) Kata pengantar pengisian skala dukungan sosial ... 135

3) Petunjuk pengisian skala dukungan sosial ... 136

4) Skala uji coba dukungan sosial ... 137

5) Lembar jawaban uji coba skala dukungan sosial ... 142

b. Skala Self Efficacy 1) Kisi-kisi uji coba skala Self Efficacy ...146

2) Kata pengantar pengisian skala Self Efficacy ... 149

3) Petunjuk pengisian skala Self Efficacy ...,.. 150

4) Skala uji coba Self Efficacy ... 151

5) Lembar jawaban uji coba skala Self Efficacy ... 156

2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 160

a. Skala dukungan sosial 1) Data hasil Uji coba skala dukungan sosial ... 160

2) Contoh pengujian validitas skala dukungan sosial ... 164

3) Pengujian reliabilitas skala dukungan sosial ... 165

4) Tabel hasil uji coba skala dukungan sosial ... 166

b. Skala Self Efficacy 1) Data hasil uji coba skala self efficacy ... 168

2) Contoh pengujian validitas skala self efficacy ... 172

3) Pengujian reliabilitas skala self efficacy ... 173

(16)

xvi

3) Petunjuk pengisian skala dukungan sosial... 179

4) Skala dukungan sosial ... 180

5) Lembar jawab skala dukungan sosial ... 184

b. Skala Self Efficacy 1) Kisi-kisi skala Self Efficacy ... 187

2) Kata pengantar pengisian skala Self Efficacy ... 189

3) Petunjuk pengisian skala Self Efficacy ... 190

4) Skala Self Efficacy ... 191

5) Lembar jawab skala Self Efficacy ... 195

4. Analisis Data ... 199

1) Uji normalitas ... 199

2) Analisis korelasi... 201

3) Analisis deskriptif ... 203

5. Surat Keterangan ... 209

a. Surat ijin penelitian ... 209

(17)

1

1.1

Latar Belakang

Di setiap perguruan tinggi di Indonesia, khususnya pada jenjang strata atau S1 setiap mahasiswa diwajibkan untuk menyusun tugas akhir/ skripsi. Skripsi merupakan sebuah karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagaimana bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya (KBBI,2008). Salah satu tujuan penulisan skripsi adalah agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang keilmuannya. Dengan menyusun skripsi mahasiswa akan mempelajari cara menuangkan buah pikirannya dalam bentuk tulisan ilmiah dari seorang mahasiswa orang lain bisa mengetahui dampak dari ilmu pengetahuan yang diperoleh mahasiswa selama kuliah (http://indonesia.youthsays.com). Hal ini menunjukan bahwa skripsi merupakan media bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang sudah diperoleh selama perkuliahan, sehingga hasilnya dapat dipahami dan bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca skripsi tersebut.

(18)

berfikir kreatif dalam menentukan topik penelitian, kemampuan merumuskan masalah, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data, sampai kemampuan mahasiswa untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukannya, kemudian menyampaikan hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan ilmiah juga dalam bentuk penyampaian lisan. Ketika menyusun skripsi mahasiswa mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya selama perkuliahan, sehingga menghasilkan pembahasan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dibidangnya masing – masing mahasiswa yang mampu menulis skripsi artinya mampu memadukan pengetahuan dan ketrampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. Hal ini menunjukan bahwa skripsi atau tugas akhir menjadi cerminan hasil pembelajaran mahasiswa selama menerima ilmu di perkuliahan dan hasil kemampuan berfikir mahasiswa, sehingga menjadi penting bagi mahasiswa untuk menyusun dan menyelesaikan skripsi.

(19)

“kalo kata aku sih skripsi itu susah. Karena ketika nyusun skripsi, aku

harus merangkai kata supaya setiap penjelasan dalam penelitian aku nyambung dan bisa dimengerti. Dan menerut aku, ngerangkai kalimat penjelasan sampe jadi satu buku itu susah banget. Lagian pas liat kakak-kakak senior yang angkatan atasku juga ada yang belum lulus,

kayaknya tuh skripsi susah banget dah jadinya...” (mahasiswa A, mei

2013)

“menurut saya nyusun skripsi itu bener-bener susah. Saya kesulitan menentukan topik penelitianku. Beberapa kali saya ganti judul, gara-gara milih fenomena yang pas buat saya. Pas nemu satu fenomena yang bisa dikaitin sama teori dan dijadiin topik, ternyata topiknya

udah banyak banget yang meniliti” (mahasiswa B, mei 2013)

“menurut aku skripsi itu gak susah-susah amat kok, asal udah dipersiapin dari jauh-jauh hari. Lagian juga skripsi aku ini datanya ga susah untuk dikumpulin. Sebelum aku ngambil mata kuliah skripsi aku udah ngejalin hubungan baik dulu sama orang-orang ditempat penelitianku nanti, biar mudah aku ntar ngambil datanya” (mahasiswa C, mei 2013)

“menurut aku skripsi itu biasa aja yah. Kan memang harus kita lewatin

kan kalo mau lulus. Ya. . yang penting aku mau usaha dan yang penting aku serius dalam menjalaninya. Kan udah sering juga pas kuliah bikin makalah kan . . jadi aku nganggepnya skripsi itu kaya bikin makalah yang spesial. Karena entarnya hasilnya pasti lebih

keren dari makalah yang pas kuliah dong. .” ( mahasiswa D, mei

2013)

(20)

lain yang mungkin saja ditemui mahasiswa ketika menyusun skripsi seperti kesulitan atau kendala dalam menemukan referensi, kesehatan, dana dan kendala lainnya.

(21)

Adanya berbagai kendala-kendala yang dihadapi mahasiswa dalam menyusun skripsi, maka dibutuhkannya suatu keyakinan merubah kendala menjadi tantangan agar tidak begitu saja menyerah dan mampu menghadapi kendala-kendala dalam menyusun skripsi. Keyakinan yang dimiliki seseorang dalam melakukan sesuatu atau kemampuan menghadapi kendala biasanya disebut self efficacy.

Keyakinan akan kemampuan diri disebut juga dengan self efficacy. Menurut Bandura (1997: 195) self efficacy adalah beliefatau keyakinan seseorang bahwa ia dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil (outcome) yang positif (www.psychemate.com). Semakin kuat persepsi self efficacysemakin giat dan tekun usaha-usahanya. Ketika menghadapi kesulitan, individu mempunyai keraguan yang besar tentang kemampuannya akan mengurangi usaha – usahanya atau menyerah sama sekali. Sedangkan mereka yang mempunyai perasaan efficacy yang kuat menggunakan usaha yang lebih besar untuk mengatasi tantangan (Bandura 1997: 196)

(22)

memungkinkan dirinya memiliki motivasi untuk melakukan tindakan dan usaha dalam menyusun skripsi, sebaliknya semakin rendah self efficacy yang dimiliki mahasiswa maka ia kurang memiliki dorongan yang kuat dalam dirinya dalam menyusun skripsi dan mahasiswa tersebut tidak berusaha melakukan tindakan-tindakan dalam menyusun skripsi.

Semakin tinggi self efficacy mahasiswa, maka semakin rendah kecenderungan mahasiswa untuk menunda menyelesaikan skripsinya. Sebaliknya, semakin rendah self efficacy mahasiswa, maka semakin tinggi kecenderungan mahasiswa untuk menunda menyelesaikan skripsinya (Muhid 2009: 115). Dengan demikian mahasiswa yang memiliki self efficacyyang tinggi akan mengerahkan usaha yang tinggi ketika menghadapai kesulitan untuk menyelesaikan skripsinya dan memiliki kecenderungan menunda yang rendah, sehingga mahasiswa tersebut bisa menyelesaikan skripsinya dalam waktu yang cepat. Seperti yang dinyatakan oleh P seorang mahasiswa jurusan bimbingan konseling Universitas Negeri Semarang yang sudah menyusun skripsi dah hampir saja menyelesaikanya dalam waktu dekat, dalam penggalan wawancara berikut ini :

“selama ini sih selama aku menyusun skripsi,aku ngelakuin usaha apa pun supaya aku bisa lulus secepatnya. Aku yakin bisa nyelesein skripsi cepet kalau aku berusaha keras. Aku nanya-nanya sama temen, sama kakak senior yang udah lulus juga kalau ada yang aku nggak ngerti. untungnya temen-temenku tuh ngertiin kesulitanku. Aku sering bela-belain tidur jam 3 pagi, aku juga ga nunda-nunda nyelesein revisi karena kalau aku nunda-nunda ntar target aku nggak kekejar, aku juga selalu sugestiin diri aku sendiri kalau aku pasti bisa dan akhirnya sekarang aq sudah mulai menyusun instrumen dan sebentar lagi

(23)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat dilihat bahwa P yakin bahwa ia bisa menyelesaikan skripsi secepatnya bila ia mengerahkan berbagai usaha seperti bertanya kepada teman, bertanya kepada kakak senior, bertahan mengerjakan skripsi sampai jam 3 pagi, dan memotivasi diri untuk tidak menunda - nunda menyusun skripsi sampai akhirnya P hampir menyelesaikan skripsi dan yakin bisa menyelesaikan skripsinya dalam semester 8.

Namun pada kenyataannya tidak semua mahasiswa yang sedang menyusun dan hampir menyelesaikan skripsinya dalam waktu yang cepat atau dalam waktu satu semester, memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menyelesaikan skripsi dengan cepat. seperti yang dinyatakan oleh M, seorang mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling Universitas Negeri Semarang yang sedang dalam proses menyelesaikan skripsinya, dalam penggalan wawancara berikut ini :

“aku sih sebenarnya gak begitu yakin kalau bisa nyelesein skripsiku dalam waktu satu semester. Bayangan aku tuh. . aku bakal ga kekejar nyeleseiin skripsi di semester 8. aku sempet males nyelesein skripsiku, karena aku kesulitan mencari referensi buat skripsiku. Bingung banget waktu itu. Kalau aku lagi mumet biasanya skripsi aku tinggalin dulu. Ya . . aku jalan-jalan k mall dulu kek. .atau kemana dulu kek.. yang penting bisa ngelupain sejenak skripsiku. Aku sih waktu itu nyantai aja. Kalau ga lulus satu semester kan bisa di seleseiin di semester lain. Orang tuaku sih selalu nyemangatin aku dan selalu bilang kalo aku

bisa ngejalanin semuanya dan bisa lulus semester ini”.

(24)

dalam menyusun skripsinya. Namun ternyata M saat ini hampir dapat menyelesaikan skripsinya dengan cepat atau dalam waktu satu semester.

Selain mahasiswa yang yakin akan dapat menyelesaikan skripsi dalam waktu yang cepat, ada pula mahasiswa yang tidak yakin bisa lulus dengan cepat. mahasiswa yang memiliki self efficacy yang rendah akan mengerahkan usaha yang sedikit ketika menghadapi kesulitan untuk menyelesaikan skripsinya dan memiliki kecenderungan menunda yang tinggi. Mahasiswa tersebut akan terhambat dalam menyelesaikan skripsinya sehingga berakibat pada lambatnya proses penyusunan skripsi. Selain itu, keyakinan yang kurang akan kemampuan yang dimiliki, akan berakibat pada tidak optimalnya hasil (Puspitasari 2008:87). Seperti yang dinyatakan oleh F seorang mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling Universitas Negeri Semarang yang juga sedang menyusun skripsi, dalam penggalan wawancara berikut ini.

“sebenarnya aku belum ada gambaran tentang skripsi. aku dah punya

judul tapi aku bingung mau diapain ini penelitianku. Aku sih pernah nanya-nanya sama anak-anak yang lain, tapi merekanya juga lagi sibuk ngurusin skripsi masing – masing. Jadi ya gitu, udah beberapa minggu ini aku belum ngerjain skripsiku lagi. Aku sih agak-agak nggak yakin ya.. bakal lulus tahun ini.. tp kalau lulus ya bagus lah.. orang tua pernah sih nanyain tentang perkembangan skripsi aku. . tapi Cuma nanya yang gitu-gitu aja”.

(25)

skripsinya. F juga menyatakan bahwa ia masih bingung akan penelitiannya. Sehingga F tidak bisa menyelesaikan skripsinya denga cepat.

Namun pada faktanya tidak semua mahasiswa yang lambat atau memerlukan waktu yang lebih lama (lebih dari satu semester) untuk menyelesaikan skripsinya tidak memiliki keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya unuk menyelesaikan skripsi. seperti yang dinyatakan oleh T, seorang mahasiswa jurusan bimbingn dan konseling Universitas Negeri Semarang yang juga sedang menyusun skripsi, dalam penggalan wawancara berikut ini.

“meskipun saya terlambat dibandingkan beberapa teman saya yang

sudah mulai menyusun skripsi, mengajukan judul dari semester 7 dan awal semester 8, sedangkan saya baru mulai menyusun skripsi mendekati akhir semester 8 tapi saya yakin dengan usaha aku yang mulai akhir-akhir ini lumayan rajin ke perpus bareng temen-temen buat menyelesaikan skripsi, biar kalau ngerjainnya bareng temen-temen lebih semangat dan biar sekalian diskusi kalau ada yang kesulitan, yang aku ngga ngerti bisa aku tanyain sama teman-teman. Skripsi itu susah kalau menurut aku, tapi aku yakin aku bisa nyelesein skripsiku disemester depan, ya kalau bisa semester ini. .ya meskipun ngga semester ini yang penting semester depan masih bisa barengan lulus sama temen-temen yang lain yang tersisa”.

(26)

semua mahasiswa yang lambat dalam menyusun skripsi memiliki tidak memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk menyelesaikan skripsi.

Dari beberapa penggalan wawancara yang dilakukan bersama mahasiswa P, M ,F ,T didapatlah bahwa ternyata ada aspek penting lain yang juga dibutuhkan mahasiswa ketika menyusun skripsi, yaitu keberadaan orang lain disekitar mahasiswa dalam menyusun skripsi yang dapat memberikan dukungan dan motivasi bagi mahasiswa tersebut atau bisa dikatakan dukungan sosial yang diterima mahasiswa. Menurut Sarafino (1994:102) dukungan sosial mengacu pada memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya, atau menghargainya. Hal ini dapat dilihat dari pernytaan mahasiswa P yang menyatakan bahwa “aku nanya sama temen-temen aku juga kakak senior, kalau aku lagi ngga ngerti, untungnya temen-temen aku

tuh ngertiin kesulitan aku”. Mahasiswa M menyatakan bahwa “ orang tua juga selalu nyemangatin aku dan bilang kalo aku pasti bisa ngejalin

semuanya”.Dan mahasiswa T menyatakan bahwa “aku sih ke perpus bareng temen-temen aku buat ngerjain skripsi barengan biar bisa sekalian diskusi.

Jadi, kalau ada yang kurang aku ngerti, aku bisa nanya-nanya sama

(27)

Menurut Bandura (1997: 198), salah satu faktor yang mempengaruhi

self efficacymahasiswa yaitu persuasi social (social persuasion), dorongan secara verbal dari orang lain atau pujian-pujian secara verbal dapat bersifat mendorong individu untuk lebih berusaha dan mencapai keberhasilan. Selain itu, menurut Bandura (1997: 198), dukungan sosial memiliki efek langsung dengan individu terhadap nilai self efficacy. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dan keberadaannya diperlukan dalam kehidupan pribadi seseorang. Keberadaan orang lain memang sangat penting, kita dapat berbagi kebahagiaan dengan orang-orang disekeliling kita tanpa ada rasa sungkan dan canggung. Begitu juga disaat kita sedang mengalami masalah dan disaat kita merasa stres dengan kehidupan yang kita jalani, ada orang lain yang mampu membantu kita dalam memecahkan masalah tersebut. Menurut Turner (dalam Sarafino 1994:103), dukungan sosial dapat menghilangkan atau mengurangi stres dari berbagai macam masalah.

(28)

kemampuannya, dan mengupayakan berbagai usaha untuk mencapai target atau goal.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti ingin mengetahui

dan tertarik untuk mengangkat judul skripsi “Hubungan Antara Dukungan

Sosial dengan Self Efficacy Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang Angkatan Tahun 2009.

1.2

Rumusan Masalah

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tersebut, peniliti menggunakan pertanyaan – pertanyaan penelitian dibawah ini, yaitu :

(1) Bagaimana gambaran tingkat dukungan sosial mahasiswa jurusan bimbingan dan kenseling Universitas Negeri Semarang yang sedang menyusun skripsi?

(2) Bagaimana gambaran tingkat self efficacymahasiswa jurusan bimbingan dan kenseling Universitas Negeri Semarang yang sedang menyusun skripsi?

(3) Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan self efficacy

(29)

1.3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Untuk mengetahui tingkat dukungan sosial mahasiswa jurusan bimbingan dan kenseling Universitas Negeri Semarang yang sedang menyusun skripsi.

(2) Untuk mengetahui tingkat self efficacymahasiswa jurusan bimbingan dan kenseling Universitas Negeri Semarang yang sedang menyusun skripsi. (3) Untuk memperoleh gambaran tentang ada tidaknya hubungan antara

dukungan sosial orang dengan self efficacy mahasiswa jurusan bimbingan dan kenseling Universitas Negeri Semarang yang sedang menyusun skripsi.

1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah alat ukur yang baru mengenai dukungan sosial dan self efficacy. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang ingin meneliti baik mengenai dukungan sosial maupun self efficacy.

1.4.2 Manfaat Praktis

(30)

menyusun skripsi dan pentingnya dukungan sosial yang diterima mahasiswa ketika menyusun skripsi, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa untuk meningkatkan self efficacy masing-masing dan saling mendukung dala pembuatatn skripsi.

1.5

Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir, untuk lebih jelasnya sebagai berikut:

1.5.1 Bagian Awal

Bagian awal skripsi terdiri atas halaman judul, pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.

1.5.2 Bagian Isi

Yang terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab 1 berisi pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika skripsi.

(31)

mempengaruhi dukungan sosial: (4) Skripsi : definisi skripsi dan hambatan Dalam penyusunan Skripsi; (5) Hubungan Antara dukungan sosial dengan self efficacy dalam menyusun skripsi pada mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang ; (6) Hipotesis.

Bab 3 berisi metode penelitian yang terdiri dari (1) jenis penelitian, (2) rancangan penelitan (3) populasi dan sampel penelitian, (4) variabel penelitian, (5) definisi operasional, (6) pengumpulan data, (7)keabsahan data, dan (8) analisis data.

Bab 4 berisi hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari hasilpenelitian, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.

Bab 5 berisi penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.

1.5.3 Bagian Akhir

(32)

16

Dalam bab ini akan dikemukakan beberapa penelitian terdahulu sebelum membahas lebih jauh tinjauan pustaka yang melandasi penelitian, yang meliputi: (1) Dukungan Sosial, (2) Self Efficacy, (3) Hubungan Dukungan Sosial dan Self Efficacy dalam bab ini juga disertakan kerangka berpikir dan hipotesis.

2.1Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah penelitian yang sudah dilakukan sebelum-sebelumnya oleh peneliti lain. Tujuan adalah sebagai bahan masukan bagi pemula dan untuk membandingkan antara penelitian yang satu dengan yang lain. Dalam penelitian terdahulu akan diuraikan pokok bahasan sebagai berikut :

Anam, Ariyanto Choirul. 2007. Peran Dukungan Sosial dan Self

Efficacy Terhadap Motivasi Berprestasi pada Atlit Pencak Silat Tingkat

(33)

signifikan, disimpulkan ada hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial dan self efficacy dengan motivasi berprestasi pada atlet pelajar tingkat SMA/K di kota Yogyakarta.

Purnamasari, Lilis Ratna. 2010. Kontribusi Self Efficacy Terhadap

penyesuaian Diri Pada Mahasiswa Unnes Berkewarganegaraan Turki tahun

2010. Skripsi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi self efficacy terhadap penyesuaian mahasiswa Unnes berkewarganegaraan Turki. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif korelasional. penelitian ini termasuk dalam penelitian populasi dan Analisis data non-parametrik yang digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antar variabel bebas dan terikat dalah Sperman Rank.

Dalam penelitian ini diperoleh data bahwa dalam hal penyesuaian diri dan

self efficacy, responden secara umum berada dalam kategori sedang /cukup tinggi. Hasil perhitungan korelasi sebesar 0,77, hasil perhitungan tersebut menunjukan adanya korelasi yang positifantara variabel X dan Y. Artinya bahwa semakin baikself efficacyyang dimiliki oleh seorang individu maka akan semakin baik pula kemampuan penyesuaian dirinya. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima dengan hasil kontribusi self efficacy terhadap penyesuaian diri adalah sebesar 58,6%.

Wulan, Devi Cahyaning. 2010. Hubungan Antara Dukungan Sosial

dengan Self Efficacy pada Pecandu Dalam Menjalani Pemulihan. Skripsi.

(34)

dukungan sosial dengan self efficacy pada pecandu narkoba dalam menjalani pemulihan. Dukungan sosial yang dimaksud adalah bantuan pertolongan dari orang lain yang mempunyai hubungan dekat atau orang-orang terdekat misalnya, keluarga, teman, atau rekan kerja kepada seseorang baik secara materi, informasii dan emosi yang berguna untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologis seseorang. Sedangkan self efficacy yang dimaksud persepsi keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan melakukan sesuatu tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak 32 orang, yang semuanya berjenis kelamin laki-laki. Alat pengumpul data berupa kuesioner dukungan sosial yang terdiri dari 28 butir pernyataan dan alat ukur self efficacy yang merupakan modifikasi dari alat ukur GSE (General Self efficacy) dari Ralf Schwarzer yang berjumlah 16 butir pernyataan. Dari hasil analisi data penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada korelasi atau hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan self efficacy pada pecandu narkoba dalam menjalani pemulihan

Adicondro, N., dan Purnamasari, A. 2011. Efikasi Diri, Dukungan

Sosial Keluarga, dan Self Regulated Learning pada siswa kelas VIII. Jurnal

(35)

hubungan positif yang sangat signifikan antara efikasi diri dan dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning ( r = 0,837, p = 0,000) (2) Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara efikasi diri dengan self regulated learning ( r = 0,836 p = 0,000). (3). Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning ( r = 0,418 p = 0,0002).

Syarifa, A., Mustami’ah, D., dan Sulistiani,. W. 2011. Hubungan

antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Komitmen terhadap Tugas

(Task Commitment) pada Siswa Akselerasi Tingkat SMA “. Jurnal INSAN 13,

(1), 1-11. Penelitian ini dilakukan pada siswa akselerasi, menggunakan teknik

population study. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Prodact Moment dengan bantuan SPS-2000 yang menunjukan skor koefisien korelasi r = 0,531 dengan (p) 0,000 jadi p <0,01 (signifikan). Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan komitmen terhadap tugas (task commitment) pada siswa akselerasi tingkat SMA.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial memberikan sumbangan terhadap self efficacy seseorang. Dengan dukungan sosial yang tinggi yang diterima mahasiswa kemungkinan besar self efficacy yang dimiliki seseorang juga tinggi. Seseorang yang kurang bersemangat atau kurang yakin terhadap dirinya bisa saja karena dukungan sosial yang diterimanya sehingga self efficacy yang dimiliki juga rendah.

(36)

efficacyindividu meliputi pencapaian kinerja, pengalaman orang lain, persuasi verbal, dorongan emosional, serta keadaan dan reaksi psikologis.

Dari salah satu faktor yang dapat mempengaruhi self efficacy adalah persuasi verbal, persuasi verbal dapat diperoleh melalui dukungan sosial. Persuasi verbal digunakan untuk memberi keyakinan kepada seseorang bahwa ia memiliki suatu kemampuan yang memadai untuk mencapai apa yang ia inginkan. Menurut bandura (1986) individu yang diarahkan dengan saran, nasihat dan bimbingan dapat meningkatkan kapasitasnya tentang kemampuan-kemampuan yang dimilikinya sehingga individu tersebut mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang yang berhasil diyakinkan secara verbal akan menunjukan usaha yang lebih keras jika dibandingkan dengan individu yang memiliki keraguan dan hanya memikirkan kekurangan diri ketika menghadapi kesulitan. Berdasarkan uraian diatas, peneliti berasumsi bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan self efficacy mahasiswa dalam menyusun skripsi. Oleh karena itu peneliti akan

meneliti tentang “ Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Self Efficacy

Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling

Universitas Negeri Semarang Tahun Angkatan 2009/2010”.

2.2

Self Efficacy

Self efficacy pertama kali dikenalkan oleh Albert Bandura. Self efficacy

(37)

efficacy ini bersumber dari teori belajar sosial, yaitu menekankan hubungan kausal timbal balik antara faktor lingkungan dengan faktor personal yang saling berkaitan.

Self efficacy merupakan salah satu faktor personal yang menjadi perantara atau mediator dalam interaksi antara faktor perilaku dan faktor lingkungan. “Self efficacy dapat menjadi penentu keberhasilan perfomansi dan pelaksanaan pekerjaan. Self efficacy juga sangat mempengaruhi pola pikir, reaksi emosional, dalam membuat keputusan. Meskipun demikian, self efficacy diyakini merupakan

aspek prediktor dari kecakapan untuk sukses pada berbagai bentuk prestasi”

(Bandura, 1997).

2.2.1 PengertianSelf Efficacy

Self efficacy adalah keyakinan yang dipegang seseorang tentang kemampuannya dan juga hasil yang akan ia peroleh dari kerja kerasnya mempengaruhi cara mereka berperilaku (Bandura, 1997: 193). Dalam teori social

(38)

mendefinisikan self efficacy sebagai ‘keyakinan seseorang akan kapabilitasnya

untuk mengorganisasikan dan melaksanakan rangkaian tindakan yang dibutuhkan

untuk menghasilkan pencapaian tertentu’.

Santrock (2007:523), menyatakan bahwa self efficacy merupakan

“keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil

positif.” Sedangkan menurut Stipex&Maddux (dalam Santrock, 2007:523), “self

efficacyadalah keyakinan bahwa aku bisa, ketidakberdayaan adalah keyakinan

bahwa aku tidak bisa”. Lebih lanjut didefinisikan oleh Pervin (dalam Smet,

1994:189) “self efficacy mengacu pada kemampuan yang dirasakan untuk membentuk perilaku yang relevan pada tugas atau situasi khusus.

Alwisol (2009:287) mendefinisikan self efficacy adalah penilaian, apakah dapat melakukan tindakan yang baik dan buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak mengerjakan sesuai dengan dipersyaratkan. Efficacy ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat dicapai, sedangkan efficacy menggambarkan penilaian kemampuan diri. Sedangkan Feist & Feist (2010:211) menyatakan bahwaself efficacysebagai

(39)

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa self efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi, sehingga mampu mengatasi rintangan dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Self efficacysebagai pertimbangan seseorang akan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan menampilkan tindakan yang diperlukan dalam mencapai kinerja yang diinginkan. Hal ini tidak tergantung pada jenis ketrampilan atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang, tetapi berhubungan dengan keyakinan tentang apa yang dapat dilakukang menyangkut seberapa besar usaha yang dikeluarkan seseorang dalam suatu tugas dan seberapa dan seberapa lama ia akan bertahan. Keyakinan yang kuat akan kemampuan diri menyebabkan seseorang terus berusaha sampai tujuannya tercapai. Namun, apabila keyakinan akan kemampuan diri tidak kuat, seseorang cenderung akan mengurangi usahanya bila menemui masalah. Tingkat self efficacyindividu juga berpengaruh terhadap stres serta depresi yang dapat menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian prestasinya.

(40)

atau kemantapan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan suatu tugas sehingga mampu mencapai tujuan yang diharapkan.

Maddux (dalam Santrock, 2007: 524) mengemukakan beberapa makna self efficacy, antara lain :

(1) Self efficacy merupakan ketrampilan yang berkenaan dengan apa yang diyakini atau keyakinan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan sesuatu dengan ketrampilan yang dimilikinya dalam situasi

atau kondisi tertentu. Biasanya terungkap dari pernyataannya “ Saya yakin

dapat mengerjakannya”.

(2) Self efficacy bukan menggambarkan tentang motif (motive), dorongan (drive), atau kebutuhan lain yang dikontrol. Hal ini dapat dijelaskan dengan

ungkapan, “ Saya mempunyai kebutuhan yang kuat untuk mengontrol

demain tertentu dan masih mampu memelihara keyakinan efficacy agar

tidak lemah”.

(3) Self efficacy ialah keyakinan seseorang tentang kemampuannya dalam mengkoordinir, mengerahkan ketrampilan dan kemampuan dalam mengubah serta menghadapi situasi yang penuh dengan tantangan.

(4) Self efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap apa yang mampu dilakukannya.

(5) Niat pada umumnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk self efficacy.

(41)

(7) Self efficacy secara sederhana menggambarkan keyakinan seseorang yang dapat melaksanakan atau menampilkan perilaku produktif.

(8) Self efficacy didefinisikan dan diukur bukan sebagai suatu ciri tetapi sebagai keyakinan tentang kemampuan untuk mengkoordinir berbagai ketrampilan dan kemampuan mencapai tujuan yang diharapkan, dalam domain dan kondisi atau keadaan khusus.

(9) Self efficacy berkembang sepanjang waktu dan diperoleh melalui suatu pengalaman. Perkembangannya dimulai pada masa bayi dan berlanjut sepanjang hayat.

(10) Self efficacy bukanlah semata-mata ramalan perilaku. Self efficacy tidak

berhubungan dengan “ saya percaya dengan apa yang akan saya lakukan “

tetapi berhubungan dengan “ saya percaya saya bisa melakukan”.

2.2.2 Dimensi Self Efficacy

Self efficacybersifat spesifik dalam tugas dan situasi yang dihadapi, artinya individu dapat memiliki kryakinan yang tinggi pada satu tugas atau situasi tertentu, namun pada tugas dan situasi lain tidak. Self efficacybersifat kontekstual, artinya bergantung pada konteks yang dihadapi. Pada umumnya, self efficacyakan memprediksi dengan baik suatu tampilan yang berkaitan erat dengan keyakinan tersebut.

(42)

(1) Dimensi tingkat (Level / Magnitude)

Dimensi ini mengacu pada derajat kesulitan tugas individu, yang mana individu merasa mampu untuk melakukannya. Penilaian self efficacy pada setiap individu akan berbeda-beda, baik pada saat menghadapi tugas yang mudah atau tugas yang sulit. Ada individu yang memiliki self efficacy tinggi hanya pada tugas yang bersifat mudah dan sederhana, namun adapula yang memiliki self efficacy tinggi pada tugas yang bersifat sulit dan rumit. Individu dapat merasa mampu melakukan suatu tugas mulai dari tugas yang sederhana, agak sulit, dan teramat sulit. Hal ini akan disesuaiakan dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan bagi masing-masing tingkat atau tingkat tuntutan tugas dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepandaian/kecerdikan, usaha, ketepatan, produktifitas, dan pengaturan diri (self regulation)

(2) Dimensi kekuatan(Strength)

(43)

dalam menyelesaikan suatu tugas. Semakin kuat self efficacy seseorang, maka semakin lama yang bersangkutan dapat bertahan dalam tugas tersebut.

(3) Dimensi Generalisasi (Generality)

Generalitymenjelaskan keyakinan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu dengantuntas dan baik. Disinisetiap individu memiliki keyakinan yang berbeda-beda sesuai dengan tugas-tugas yang berbeda pula. Ruang lingkup tugas-tugas yang diilakukan bisa berbeda dan tergantung dari persamaan derajat aktivitas, kemampuan yang diekspresikan dalam hal tingkah laku, pemikiran dan emosi, kualitas dari situasi yang ditampilkan dan sifat individu dalam tingkah laku secara langsung ketika menyelesaikan tugas.

Berdasarkan uraian diatas maka self efficacy pada setiap individu berbeda dalam beberapa dimensi, yaitu tingkat kesulitan tugas,kekuatan dari keyakinan seseorang untuk menyelesaikan suatu tugas dan kemampuan mengembangkan diri.

2.2.3Sumber-SumberTerbentuknya Self Efficacy

Berdasarkan teori self efficacy Bandura (1997: 80-115) menyebutkan keyakinan efficacy turut berkembang sepanjang hayat. Self efficacy pribadi itu didapatkan, dikembangkan atau diturunkan melalui salah satu atau dari kombinasi dari empat sumber berikut:

(1) Mastery experience

(44)

akan melemahkan, khususnya jika kegagalan terjadi sebelum keyakinan pada diri terbentuk.

(2) Vicarious experience

Cara kedua dalam menciptakan dan memperkuat self efficacy adalah melalui pengalaman tak terduga ( vicarious experiences) yang di berikan oleh model sosial. Self efficacy seseorang akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain yan memiliki kemampuan yang sama dengan dirinya. Begitu pula sebaliknya, self efficacy akan menurun ketika melihat kegagalan seseorang yang memiliki kemampuan yang sma dengan dirinya. Kesan yang ditimbulkan oleh modeling pada self efficacy dipengaruhi dengan kuat oleh kesamaan akan kemampuan yang dimiliki orang lain dan dirinya. Semakin besar kesamaan yang dimiliki seorang model maka akan semakin mempengaruhi pada self efficacy dari orang yang mengamati. Jika seorang melihat model sosial yang diamati sangat berbeda dengan dirinya maka self efficacy mereka tidak akan terpengaruh.

(3) Verbal persuasion

(45)

dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan individu untuk berusaha lebih gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan. Sumber yang dipercaya pengaruhnya dalam meningkatkan self efficacy, semakin dipercaya sumber persuasi verbal maka akan semakin berpengaruh pada self efficacy begitu pun sebaliknya.

(4) Somatic and emotional state

Faktor terakhir yang mempengaruhi self efficacy adalah kondisi fisik dan emosi (somatic and emotional state). Seseorang juga mengandalkan pada kondisi fisik dan emosi untuk menilai kemampuan mereka. Reaksi stres dan ketegangan akan dianggap sebagai tanda bahwa mereka akan memiliki perfoma yang buruk, sehingga akan menurunkan self efficacy mereka. Dalam aktivitas yang melibatkan kekuatan dan stamina, orang akan menilai kelelahan, dan rasa sakit mereka sebagai tanda dari kelemahan. Dalam hal ini bukan reaksi fisik dan emosi yang penting, tetapi bagaimana mereka mengetahui dan mengartikan kondisi fisik dan emosi mereka. Seseorang yang yakin akan kondisi emosi dan fisik mereka akan mempunyai self efficacy yang lebih besar, sedangkan mereka yang ragui dengan keadaan mereka maka akan melemahkan self efficacy mereka.

2.2.4 Proses Terjadinya Self Efficacy

(46)

(1) Proses Kognitif

Proses kognitif merupakan proses berpikir, didalamnya pemerolehan, pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Sebagian besar tingkah laku individu diatur oleh pemikiran mengenai tujuan yang igin dicapai. Tujuan tersebut dipengaruhi oleh penilaian diri mengenai kapabilitas atau kemampuan yang dimilikinya. Perolehan informasi mengenai dunia kerja dan karir secara umum tersebut diorganisasikan oleh proses kognitif. Keyakinan diri mempengaruhi bagaimana individu tersebut menafsirkan keadaan, membentuk skenario, dan memvisualisasikan masa depan yang direncanakan. Informasi dari hasil pengorganisasi tersebut menjadi pengatahuaan dasar yang akan digunakan sebagai alternatif pilihan karirnya. Selanjutnya individu mengevaluasi alternatif-alternatif dari informasi tersebut dan menetapkan pilihan karir berdasarkan alternatif-alternatif tersebut.

Fungsi kognitif adalah memungkinkan individu untuk memprediksikan suatu kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol hal-hal yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Untuk dapat memprediksi dan mengembangkan cara tersebt diperlukan pemprosesan informasi melalui kognitif.

(47)

dengan self efficacy seseorang dalam suatu aktivitas tertentu melalui mekanisme self regulatory (Bandura, 1997: 116-121).

(2) Proses Motivasi

Menurut Bandura (1997: 122), kebanyakan motivasi manusia dibangkitkan melalui kognitif atau pikiran. Individu memberi motivasi atau dorongan bagi diri mereka sendiri dan mengarahkan tindakan melalui tahap-tahap pemikiran sebelumnya. Mereka membentuk suatu keyakinan tentang apa yang dapat mereka lakukan. Mengantisipasi hasil dari suatu tindakan, membentuk tujuan bagi diri mereka sendiri dan merencanakan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam mencapai tujuan.

Menurut Bandura (1997:122), ada tiga teori motivator, teori pertama yaitu causal attributions (atribusi penyebab), teori ini mempengaruhi motivasi, usaha dan reaksi-reaksi individu. Individu yang memiliki self efficacy tinggi bila menghadapi kegagalan cenderung menganggap kegagalan tersebut diakibatkan usaha-usaha yang tidak cukup memadai. Sebaliknya individu yang memiliki self efficacy rendah, cenderung menganggap kegagalan diakibatkan kemampuan mereka terbatas. Teori kedua, outcomes experience (harapan akan hasil), motivasi dibentuk melalui harapan-harapan. Biasanya individu akan berperilaku sesuai dengan keyakinan mereka tentang apa yang dapat mereka lakukan. Teori ketiga,

(48)

(3) Proses Afeksi

Proses afektif merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi emosional. Menurut Bandura (1997: 137), keyakinan individu akan kemampuan coping mereka, turut mempengaruhi tingkatan stres dan depresi seseorang saat mereka menghadapi situasi yang sulit. Persepsi self efficacy tentang kemampuannya mengontrol sumber stress memiliki peranan akan kemampuannya untuk mengontrol situasi cenderung tidak memikirkan hal-hal yang negatif. Mereka cepat menyerah dalam menghadapi masalah dalam hidupnya dan merasa usahanya tidak efektif. Individu yang merasa tidak mampu mengontrol situasi cenderung mengalami tingkat kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka, memandang lingkungan sekitar penuh dengan ancaman, membesar-besarkan masalah kecil, dan terlalu cemas pada hal-hal kecil yang ebenarnya jarang terjadi. Individu dengan self efficacy yag sangat rendah tidak akan mencoba untuk mengatasi masalahnya, karena mereka percaya apa yang mereka lakukan tidak akan membawa perbedaan.

(4) Proses Seleksi

(49)

pilihan yang dibuat, individu kemudian meningkatkan kemampuan, minat dan hubungan sosial mereka yang lainnya (Bandura, 1997: 160).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapt empat proses psikologis yang mempengaruhi self efficacy seseorang, yaitu proses kognitif yang menggunakan pikiran, proses motivasi yang dapat menguatkan keyakinan individu, proses afeksi yang mempengaruhi tingkat stres dari suatu tugas dan proses seleksi yang mempenaruhi pemilihan individu terhadap situasi tertentu.

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy

Bandura (1997:82) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi self efficacy pada diri individu antara lain :

(1) Budaya

Budaya mempengaruhi self efficacy melalui nilai (values), kepercayaan (belief). Dan proses pengaturan diri ( self-regulatory process) yang berfungsi sebagai sumber penilaian self efficacy dan juga sebagai konsekuensi dari keyakinan akan self efficacy.

(2) Jenis kelamin

(50)

self efficacy wanita unggul dalam beberapa pekerjaan dibaningkan dengan pria. Pria biasanya memiliki self efficacy yang tinggi dengan pekerjaan yang menuntut keterampilan teknis matematis.

(3) Sifat dari tugas yang dihadapi

Derajat kompleksitas dari kesulitan tugas yang dihadapi oleh individu akan mempengaruhi penilaian individu tersebut terhadap kemampuan dirinya sendiri. Semakin kompleks suatu tugas yang dihadapi oleh individu maka akan semakin rendah individu tersebut menilai kemampuannya. Sebaliknya, jika individu dihadapkan pada tugas yang mudah dan sederhana maka akan semakin tinggi individu tersebut menilai kemampuannya.

(4) Insentif eksternal

Faktor lain yang dapat mempengaruhi self efficacy individu adalah insentif yang diperolehnya. Bandura menyatakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan self efficacy adalah competent contingens incentive,

yaitu insentif yang diberikan oleh orang lain yang mereflesikan keberhasilan seseorang.

(5) Status atau peran individu dalam lingkungan

(51)

(6) Informasi tentang kemampuan diri

Individu akan memiliki self efficacy tinggi, jika ia memperoleh informasi positif mengenai dirinya, sementara individu akan memiliki self efficacy yang rendah, jika ia memperoleh informasi negatif mengenai dirinya.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi self efficacy adalah budaya, jenis kelamin, sifat dari tugas yang dihadapinya, insentif eksternal, status dan peran individu dalam lingkungan, serta informasi tentang kemampuan dirinya.

2.2.6 Fungsi Self Efficacy

Menurut Bandura 1986 (dalam Hukubun, 2010) Self efficacy memiliki fungsi dan berbagai dampak dari penilaian self efficacy sebagai berikut:

(1) Pemilihan Aktivitas

(52)

kegiatan sehingga dapat mennghambat perkembangan potensi yang dimilikinya.

(2) Usaha dan Daya Tahan

Penilaian terhadap efficacy juga menentukan seberapa besar usaha yang dilakukan seseorang dan seberapa lama ia akan bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Semakin tinggi self efficacy seseorang maka semakin besar dan gigih pula usaha yang dilakukan. Ketika dihadapkan dengan kesulitan, individu yang memiliki self efficacy yang tinggi akan mengeluarkan usaha yang besar untuk mengatasi tantangan tersebut. Sedangkan orang yang meragukan kemampuannya akan mengurangi usahanya atau bahkan menyerah sama sekali.

(3) Pola Berpikir dan Reaksi Emosional

Penilaian mengenai kemampuan seseorang juga mempengaruhi pola berpikir dan reaksi emosialnya selama interaksi aktual dan terinspirasi dengan lingkungan. Individu yang menilai dirinya memiliki self efficacy

rendah merasa tidak mampu dalam mengatasi masalah atau tuntutan lingkungan, hanya akan terpaku pada kekurangannya sendiri dan berpikir kesulitan yang mungkin timbul lebih berat dari kenyataannya.

(53)

dilakukan. Sedangkan orang yang memiliki self efficacy rendah lebih menganggap kegagalan disebabkan kurangnya kemampuan yang ia miliki.

(4) Perwujudan Kemampuan

Banyak penelitian membuktikan bahwa self efficacy dapat meningkatkan kualitas dari fungsi psikososial seseorang. Seseorang yang memandang dirinya sebagai orang yang self efficacy-nya tinggi akan membentuk tantangan-tantangan terhadap dirinya sendiri yang menunjukan minat dan keterlibatan dalam suatu kegiatan. Mereka akan meningkatkan usaha jika kinerja yang dilakukan mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan, menjadikan kegagalan sebagai pendorong untuk mencapai keberhasilan, dan memiliki tingkat stres yang rendah bila menghadapi situasi yang menekan. Individu dengan self efficacy rendah biasanya akan menghindari tugas yang sulit, sedikit usaha yang dilakukan dan mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan, mengrangi perhatian terhadap tugas, tingkat aspirasi rendah, dan mudah mengalami stres dalam situasi yang menekan.

2.2 7ManfaatSelf Efficacy

Self efficacy akan mempengaruhi bagaimana individu merasakan, berpikir, memotivasi diri sendiri sendiri, dan bertingkah laku. Artinya self efficacy akan mempengaruhi setiap aktivitas yang dilakukan oleh individu.

(54)

Sekolah oleh Retno Wulansari (2001), ada beberapa manfaat dari self efficacy

yaitu:

(1) Pilihan perilaku

Dengan adanya self efficacy yang dimiliki, individu akan menetapkan tindakan apa yang akan ia lakukan dalam menghadapi suatu tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.

(2) Pilihan karir

Self efficacy merupakan mediator yang cukup berpengaruh terhadap pemilihan karir seseorang. Bila seseorang merasa mampu melaksanakan tugas-tugas dalam karir tertentu maka biasanya ia akan memilih karier tersebut.

(3) Kuantitas usaha dan keinginan untuk bertahan pada suatu tugas

Individu yang memiliki self efficacy yang tinggi biasanya akan berusaha keras untuk menghadapi kesulitan dan bertahan dalam mengerjakan suatu tugas bila mereka telah mempunyai keterampilan prasyarat. Sedangkan individu yang mempunyai self efficacy yang rendah akan terganggu oleh keraguan terhadap kemampuan diri dan mudah menyerah bila menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas.

(4) Kualitas usaha

(55)

Groot menemukan bahwa siswa yang memiliki self efficacy tinggi tidak akan mudah menyerah.

(5) Motivasi diri

Orang yang memiliki self efficacy yang tinggi akan memiliki kualitas dan kuantitas yang baik dalam melakukan segala usahanya, selain itu orang yang memiliki self efficacy tinggi tidak akan mudah menyerah.

(6) Pola pikir

Orang yang memiliki self efficacy memiliki pola pikir yang positif, jika ia menemui suatu masalah maka secara otomatis otaknya akan membuat rencana untuk menghadapi masalah tersebut. Self efficacy juga berpengaruh pada bagaimana seseorang menanggapi suatu kegagalan. Kegagalan yang terjadi dianggap sebagai keberhasilan yang tetunda, bukan merupakan hal yang terus- menerus dipikirkan.

2.2.8 Pengaruh Self Efficacy Pada Tingkah Laku

Menurut Bandura (dalam Susanti E., 2008: 25) ‘self efficacy akan mempengaruhi bagaimana individu merasakan, berpikir, memotivasi diri sendiri,

dan bertingkah laku’. Selfefficacy atau kapabilitas yang dimiliki individu akan mempengaruhi tingkah lakunya dalam beberapa hal, seperti:

(56)

(2) Usaha, self efficacy mencerminkan sebarapa besar upaya yang dikeluarkan individu untuk mencapai tujuannya. Individu dengan keyakinan terhadap kemampuan diri tinggi akan berusaha maksimal untuk mengetahui jenis-jenis pendidikan dan karir yang sesuai dengan minatnya dengan mengumpulkan informasi mengenai karir. Individu dengan kayakinannya terhadap kemampuan diri tinggi akan berusaha mencapai karir yang telah dipilihnya.

(3) Daya tahan individu dalam menghadapi hambatan atau rintangan dan kegagalan, individu dengan self efficacy tinggi mempunyai daya tahan yang kuat dalam menghadapi rintangan atau kegagalan, serta dengan mudah mengembalikan rasa percaya diri setelah mengalami kegagalan. Individu juga beranggapan bahwa kegagalan dalam mencapai tujuan adalah akibat dari kurangnya pengetahuan, bukan karena kurangnya keahlian yang dimilikinya. Hal ini membuat individu berkomitmen terhadap tujuan yang ingin dicapainya. Apabila individu telah memiliki pilihan karir yang sesuai dengan minatnya, maka ia tidak akan mudah menyerah jika menemukan hambatan dalam proses pencapaian tujuannya. Individu akan menganggap kegagalan sebagai bagian dari proses, dan tidak menghentikan usahanya.

(57)

tujuan yang diminati, ia akan tetap berusaha bertahan dengan mengabaikan ketidaknyamanan tersebut dan berkonsetrasi penuh.

(5) Pola pikir, situasi tertentu akan mempengaruhi pola pikir individu dengan

self efficacy tinggi, pola pikirnya tidak mudah terpengaruh oleh situasi lingkungan dan tetap memiliki cara pandang yang luas dari beberapa sisi. Cara pandang individu yang luas memungkinkan individu memiliki alternatif pilihan karir yang banyak dari bidang yang diminati.

(6) Stres dan depresei, bagi individu yang memiliki self efficacy rendah, kecemasan yang dibangkitkan oleh stimulus tertentu akan membuatnya mudah merasa tertekan. Jika perasaan tertekan tersebut berkelanjutan, maka dapat mengakibatkan depresi. Dalam upaya memilih karir yang sesuai dengan minatnya, jika individu menganggap realitas sulitnya jalur yang harus ditempuh, prospek dunia kerja di masa depan dan sebagainya sebagai sumber kecemasan, dan individu meragukan kemampuannya, maka individu akan menjadi lebih mudah tertekan.

(7) Tingkat pencapaian yang akan terealisasikan, individu dengan self efficacy

tinggi dapat membuat tujuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta mampu menentukan bidang karir atau pendidikan sesuai dengan minat dan kemampuannya tersebut.

2.2.9 Klasifikasi Self Efficacy

Secara garis besar, self efficacy terbagi atas dua bentuk yaitu self efficacy

(58)

langsung, sementara individu yang memiliki self efficacy rendah cenderung menghindari tugas tersebut.

Individu yang memiliki self efficacy yang tinggi cenderung mengerjakan suatu tugas tertentu, sekalipun tugas-tugas tersebut merupakan tugas yang sulit. Mereka tidak memandang tugas sebagai suatu ancaman yang harus mereka hindari. Selain itu, mereka mengembangkan minat instrinsik dan ketertarikan yang mendalam terhadap suatu aktivitas, mengembangkan tujuan dan berkomitmen dalam mencapai tujuan tersebut. Mereka juga meningkatkan usaha mereka dalam mencegah kegagalan yang mungkin timbul. Mereka yang gagal dalam melaksanakan sesuatu, biasanya cepat mendapatkan kembali self efficacy mereka setelah mengalami kegagalan tersebut (Bandura. 1997).

(59)

ataupun mendapatkan kembali self efficacy mereka ketika menghadapi kegagalan (Bandura. 1997:162).

Klasifikasi self efficacy digambarkan oleh Bandura (1986) pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Klasifikasi Self Efficacy

No Self efficacytinggi Self efficacyrendah

1. Menetapkan tujuan cita-cita atau tujuan yang tinggi

Menetapkan cita-cita atau tujuan yang rendah

2. Lebih komitmen Kurang komitmen

3. Lebih ulet Menyerah pada sedikit tantangan

4. Membayangkan skenario keberhasilan

Membayangkan skenario kegagalan

5. Optimis Pesimis

6. Menerima tugas-tugas sulit Menghindari tugas-tugas sulit 7. Bersedia mencoba hal-hal baru Kurang berani mencoba hal-hal baru 8. Berusaha mengembangkan diri Cenderung membatasi diri

9. Memandang kemampuan sebagai keahlian yang dapat diandalkan

Memandang kemampuan sebagai kapasitas yang tidak dapat diubah 10. Mengatribusi kegagalan karena

kurangnya usaha atau ketrampilan

Mengatribusi kegagalan karena kurang kemampuan

11, Meningkatkan peningkatan diri dan penyelesaian

Menekankan perbedaan dengan orang lain

12. Tidak mundur dalam menghadapi tugas-tugas sulit

Gentar dalam menghadapi tugas-tugas sulit

13. Merasa mampu untuk dapat mengatasi persoalan lebih sukses dari orang lain

Merasa tidak dapat dan tidak mampu mengatasi persoalan sesukses orang lain

14. Bertahan dalam kegigihan Bertahan dalam defisiensi 15. Tidak mudah mengalami gangguan

emosional

Lebih mudah stress, cemas, dan depresi

16. Memiliki system syaraf otonom yang lebih sehat

(60)

2.3

Dukungan Sosial

2.3.1 Pengertian Dukungan Sosial

Sarafino (1994 : 102) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya, atau menghargainya. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Sarason (dalam Smet 1994:135) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah adanya interaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan pada individu lain, dimana bantuan itu umumnya diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian informasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial akrab yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai.

Gottlieb (dalam Smet, 1994 : 135) menyatakan dukunan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal maupun non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang didapat karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Pierce (dalam Kail & Cavanaugh, 2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber emosional, informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang-orang disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan.

(61)

akan membuat individu merasa dicintai, dihargai dan menjadi bagian dari kelompok. Senada dengan pendapat diatasWills (dalam Sarafino, 1994: 103) menyatakan bahwa individu yang memperoleh dukungan sosial akan meyakini individu dicintai, dirawat, dihargai, berharga dan merupakan bagian dari lingkungan sosialnya. Menurut Schwarzer and Leppin (dalam Smet, 1994:135) dukungan sosial dapat dilihat sebagai fakta sosial atas dukungan yang sebenarnya terjadi atau diberikan oleh orang lain kepada individu (perceived support) dan sebagai kognisi individu yang mengacu pada persepsi terhadap dukungan yang diterima (received support).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang yang memiliki hubungan sosial akrab dengan individu yang menerima bantuan.Bentuk dukungan ini dapat berupa infomasi, tingkah laku tertentu, ataupun materi yang dapat menjadikan individu yang menerima bantuan merasa disayangi, diperhatikan dan bernilai.

2.3.2Jenis-Jenis Dukungan Sosial

Menurut Sarafino (1994: 103) ada lima jenis dukungan sosial : (1) Dukungan Emosi

Merupakan ekspresi empati, kepedulian, dan perha

Gambar

Tabel 3.1 Populasi Mahasiswa S1 Bimbingan dan Konseling
Tabel 3.2
table. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel, maka data tersebut dikatakan valid.
Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

skripsi dengan judul “ Hubungan Antara Self efficacy dengan Kecemasan pada Mahasiswa BK Angkatan 2009 yang Sedang Mengerjakan Skripsi ”.. Skripsi ini dibuat untuk

Hubungan antara Self Efficacy dengan Prokrastinasi Penyelesaian Skripsi (Studi Korelasional pada Mahasiswa FIP UPI Angkatan 2006-2009). Latar belakang penelitian ini

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa self efficacy dan dukungan sosial berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat stres yang dirasakan mahasiswa yang sedang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dari pemberian dukungan sosial orang tua terhadap kepercayaan diri atau self efficacy mahasiswa di Fakultas

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk (1) mendeskripsikan tingkat self-efficacy mahasiswa dalam mengerjakan skripsi (2)

Hasil penelitian ini secara nyata telah berhasil mengetahui bahwa secara keseluruhan self- efficacy mahasiswa berada pada kategori tinggi, artinya mahasiswa mempunyai

Mengapa dalam kelas konsentrasi Anda hanya dekat dengan teman yang berasal dari kelas yang sama.. Jawab :

Anak dengan pengasuhan pola asuh otoriter, maka self – efficacy dari anak tersebut kurang bisa berkembang dengan optimal dan baik, hal ini dikarenakan orang tua tidak