• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3.1 Pengertian Dukungan Sosial

Sarafino (1994 : 102) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya, atau menghargainya. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Sarason (dalam Smet 1994:135) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah adanya interaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan pada individu lain, dimana bantuan itu umumnya diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian informasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial akrab yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai.

Gottlieb (dalam Smet, 1994 : 135) menyatakan dukunan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal maupun non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang didapat karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Pierce (dalam Kail & Cavanaugh, 2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber emosional, informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang-orang disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan.

Rook(dalamSmet, 1994:134) mendefinisikan dukungan sosial sebagai salah satu fungsi pertalian sosial yang menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari hubungan interpersonal yang akan melindungi individu dari konsekuensi stres. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, timbul rasa percaya diri dan kompeten. Tersedianya dukungan sosial

akan membuat individu merasa dicintai, dihargai dan menjadi bagian dari kelompok. Senada dengan pendapat diatasWills (dalam Sarafino, 1994: 103) menyatakan bahwa individu yang memperoleh dukungan sosial akan meyakini individu dicintai, dirawat, dihargai, berharga dan merupakan bagian dari lingkungan sosialnya. Menurut Schwarzer and Leppin (dalam Smet, 1994:135) dukungan sosial dapat dilihat sebagai fakta sosial atas dukungan yang sebenarnya terjadi atau diberikan oleh orang lain kepada individu (perceived support) dan sebagai kognisi individu yang mengacu pada persepsi terhadap dukungan yang diterima (received support).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang yang memiliki hubungan sosial akrab dengan individu yang menerima bantuan.Bentuk dukungan ini dapat berupa infomasi, tingkah laku tertentu, ataupun materi yang dapat menjadikan individu yang menerima bantuan merasa disayangi, diperhatikan dan bernilai.

2.3.2Jenis-Jenis Dukungan Sosial

Menurut Sarafino (1994: 103) ada lima jenis dukungan sosial : (1) Dukungan Emosi

Merupakan ekspresi empati, kepedulian, dan perhatian kepada seseorang. Hal ini membuat seseorang merasa nyaman, didukung dan dicintai pada saat individu tersebut dalam kondisi stress.

Dukungan ini terjadi melalui ekspresi orang mengenai hal yang positif tentang orang tersebut, membesarkan hati, setuju dengan ide-ide atau perasaan individu, perbandingan positif antara individu tersebut dengan individu lain, seperti pada orang lain yang memiliki kekurangan atau lebih buruk. Dukungan ini menyediakan terbangunnya perasaan harga diri, kompeten dan bernilai. Dukungan penghargaan bernilai khususnya selama penilaian terhadap stress seperti jika seseorang menilai bahwa tuntutan melebihi kemampuan atau sumber-sumber personalnya.

(3) Dukungan Instrumen

Dukungan ini meliputi bantuan langsung seperti jika seseorang diberi atau dipinjami uang atau dibantu dengan cara melaksanakan tugas atau pekerjaan pada saat individu tersebut berada dalam kondisi stress.

(4) Dukungan Informasi

Dukungan ini meliputi pemberian nasehat, saran atau umpan balik mengenai bagaimana orang tersebut berada dalam kondisi stress.

(5) Dukungan jaringan Sosial

Dukungan ini terjadi dengan memberikan perasaan bahwa individu adalah anggota dari kelompok tertentu dan memiliki minat yang sama. Rasa kebersamaan dengan anggota kelompok merupakan dukungan bagi individu.

Wills (dalam Sarafino 1994:103) mengatakan bahwa setiap fungsi sosial memiliki sumber-sumber dukungan yang berbeda. Misalnya, sumber dukungan bagi individu untuk mendapatkan saran atau pendapat adalah orang tua, teman, atau rekan kerja. Sedangkan sumber dukungan bagi individu untuk memperoleh kedekatan adalah pasangan hidup, sahabat, dan anggota keluarga.

Agar fungsi dukungan sosial dapat berjalan dengan baik, maka harus ada sumber bagi individu untuk mendapatkan dukungan sosial. Orang yang memberikan dukungan sosial disebut sumber dukungan sosial. Ketika seseorang menerima dukungan sosial akan bergantung pada komposisi dan struktur jaringan sosialnya dan itu berarti seberapa besar hubungan yang mereka miliki antara orang-orang dikeluarga dan lingkungan sekitarnya. Menurut Mitchell, dkk dalam Sarafino (1994:104) hubungan itu dapat bervariasi pada masing-masing individu, tergantung pada siapa yang memiliki hubungan terdekat, seperti :

(1) Frekuensi dari hubungan, seberapa sering individu bertemu dengan orang tersebut

(2) Komposisinya, apakah orang tersebut termasuk dalam keluarga, teman, dan sebagainya.

(3) Kedekatan (keintiman) adalah hubungan seseorang dengan adanya keinginan untuk bersama dan untuk percaya anatara satu dengan yang lainnya.

Dukungan sosial dapat berasal dari orang penting yang dekatbagi individu yang membutuhkan. Tetapi orang yang memberikan dukungan tidak hanya berasal dari pihak keluarga saja namun sumber dukungan sosial dapat lebih luas lagi bahwa dukungan sosial dapat berasal dari keluarga, teman, psikolog, dan organisasi masyarakat.

Menurut Sarafino (1994:107) ada beberapa faktor yang berhubungan dengan penolakan dari sebuah dukungan faktor tersebut antara lain:

(1) Bantuan yang diberikan orang lain tidak disarankan sebagai kebutuhan. Hal ini dapat terjadi karena individu tidak menginginkan bantuan atau berlaku bingung untuk menyadari bantuan

(2) Kesesuaian antara dukungan sosial dengan kebutuhan menekankan pentingnya jenis dukungan sosial dengan kebutuhan individu. Efek positif dari dukungan sosial sangat jelas terlihat jika orang yang menyediakan dukungan sosial menyadari kebutuhan-kebutuhan khusus yang ditimbulkan oleh stressor. Dengan kata lain, penting bagi pemberi dukungan sosial untuk tidak hanya menentukan kebutuhan akan dukungan tetapi juga menentukan jenis dukungan yang dibutuhkan.

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

Menurut Sarafino (1994:104) tidak semua individu mendapatkan dukungan sosial yang mereka butuhkan, banyak faktor yang menentukan seseorang menerima dukungan. Berikut ini adalah faktor yang mempengaruhi dukungan sosial yaitu:

(1) Penerima Dukungan (Recipients). Seseorang tidak mungkin menerima dukungan sosial jika mereka tidak ramah, tidak pernah menolong orang lain, dan tidak membiarkan orang mengetahui bahwa dia membutuhkan bantuan. Beberapa orang tidak terlalu assertive untuk meminta bantuan pada orang lain atau adanya perasaan bahwa mereka harus mandiri tidak

membebani orang lain atau perasaan tidak nyaman menceritakan pada orang lain atau tidak tahu akan bertanya kepada siapa.

(2) Penyedia Dukungan (Providers). Seseorang yang harusnya menjadi penyedia dukungan mungkin saja tidak mempunyai sesuatu yang dibutuhkan orang lain atau mungkin mengalami stress sehingga tidak memikirkan orang lain atau bisa saja tidak sadar akan kebutuhan orang lain.

(3) Faktor komposisi dan Struktur Jaringan Sosial. Hubungan yang dimiliki individu dengan orang-orang dalam keluarga dan lingkungan. Hubungan ini dapat bervariasi dalam ukuran (jumlah orang yang berhubungan dengan individu). Frekuensi hubungan (seberapa sering individu bertemu dengan orang-orang tersebut, komposisi (apakah orang-orang tersebut keluarga, teman, rekan kerja) dan intimasi (kedekatan hubungan individu dan kepercayaan satu sama lain) .

2.4 Skripsi

2.4.1 Pengertian Skripsi

Menurut Hariwijaya (dalam Devina, 2011:6) skripsi adalah tulisan ilmiah yang dibuat sebagai syarat seorang mahasiswa menyelesaikan studi program sarjananya. Skripsi ini sebagai bukti kemampuan akademi seorang mahasiswa dalam penelitian. Skripsi disusun dan dipertahankan untuk mencapai gelar sarjana strata satu. Sedangkan menurut Setiadi (dalam Devina 2011:6) skripsi adalah karya ilimah yang ditulis melalui kegiatan perancanaan, pelaksanaan dan hasil penelitian ilmiah oleh mahasiswa jenjang program sarjana muda atau sarjana.

Menurut Hidayat(dalam Alafgani 2013:2) skripsi merupakan proses pembelajaran bagimahasiswa untuk mengasah kemampuan analisisnya dalam mengkaji, menganalisis, memecahkan, dan menyimpulkan masalah yang ditelitinya. Bagi mahasiswa, skripsi merupakan tugas akhir yang sangat membutuhkan motivasi belajar untuk menyelesaikannya.

Skripsi merupakan karya tulis ilmiah akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program pendidikan S1 sebagai bukti kemampuan akademik yang dimiliki mahasiswa dalam melakukan penelitian yang sesuai dengan bidang studinya dan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir atau program studinya. Skripsi ini adalah hasil suatu penelitian baik bersifat survei maupun bersifat penelitian kepustakaan untuk pemecahan masalah atau problem tertentu.

Skripsi adalah karya tulis ilmiah dengan sistematika tertentu sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana yang disusun oleh mahasiswa yang telah mencapai persyaratan, berdasarkan pada data yang diperoleh, dianalisis dan diinterpretasikan dengan metode yang benar untuk menjawab suatu permasalahan di bawah bimbingan dosen dalam bidang ilmunya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat diartikan bahwa skripsi adalah sebuah karangan atau tulisan yang memiliki sistematika dan sifat yang ilmiah yang disusun oleh mahasiswa sebagai salahsatu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1-nya.

2.4.2 Hambatan-hambatan Dalam Penyusunan Skripsi

Masalah klasik yang terutama dialami oleh mahasiswa pada akhir program studinya adalah ketika menghadapi kewajiban untuk memulai menyusun skripsi. Penyusunan skripsi digunakan oleh beberapa perguruan tinggi tertentu sebagai salah satu sistem dalam mengevaluasi hasil studi mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliah dengan program akademis. Menurut Gazda (dalam Alafgani 2013:2) menyusun skripsi berdasarkan suatu kegiatan penelitian adalah merupakan salah satu cara untuk membuktikan kematangan nalar mahasiswa. Mahasiswa dalam hal ini harus dapat menempuhnya sebagai persyaratan akademis untuk memperoleh derajat sarjana S-1.

Azwar (2005:1) menerangkan bahwa suatu kegiatan penelitian ilmiah menuntut persyaratan tertentu, antara lain tujuan yang jelas dan prosedur pelaksanaan yang sistematis. Skripsi sebagai salah satu karya ilmiah juga menghendaki prosedur yang sama, karena menyusun skripsi dengan menggunakan metodologi ilmiah berarti juga menguji kemampuan berpikir ilmiah mahasiswa dalam bidang ilmunya. Hal ini akan dipersepsikan sebagai beban bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam proses penyusunan skripsi, akhirnya

skripsi akan menjadi “kambing hitam” atau bahkan kendala utama mahasiswa untuk menyelesaikan studinya tepat waktu.

Skripsi merupakan syarat kelulusan yang harus ditempuh oleh mahasiswa, namun beberapa mahasiswa merasa kurang siap ketika tiba waktunya untuk

mengerjakan skripsi tersebut, bahkan menganggapnya sebagai hal yang menakutkan. Menurut Winarto(dalam Alafgani2013:4), kurang siapnya mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi dikarenakan banyak hal, misalnya seperti kesulitan dalam menentukan topik dan judul penelitian karena terlalu banyaknya judul yang akan dipakai, atau kurang adanya ide untuk menentukan topik dan judul penelitan, kurangnya literatur-literatur yang harus digunakan dalam menyusun skripsi, kesulitan menentukan narasumber, kesulitan melakukan analisa kerangka teori dan lain-lainnya. Hal itu senada yang diungkapkan oleh Kuntjoro (dalam Alafgani 2013:4) menyatakan bahwa dalam menyusun dkripsi mahasiswa mengalami beberapa kendala, antara lain : mahasiswa tidak jelas mengenai topik yang akan diteliti, mempunyai kekhawatiran terjadinya hambatan penelitian, tidak terbiasa dalam menulis, kurang paham tentang metodologi, keterbatasan penguasaan bahasa asing, biaya penelitian dan pembuatan skripsi yang mahal, terbatasnya jumlah literatur yang tersedia di perpustakaan dan merasa gerogi menghadapi dosen pembimbing.

Banyaknya mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan dalam tulis menulis,adanya kemampuan akademis yang kurang memadai, serta kurang adanya ketertarikan mahasiswa dalam penelitian. Kesulitan –kesulitan tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan stress rendah diri, frustasi, kehilangan keyakinan dan menunda penyusunan skripsi.

2.5 Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Self Efficacy dalam