DAMPAK PERCERAIAN KELUARGA TERHADAP
PROSES SOSIALISASI ANAK REMAJA
DI KOTA SEMARANG
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan
Oleh :
Hari Arbi Nugroho
0301513024
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM PASCASARJANA
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Draf tesis dengan judul “Dampak Perceraian Keluarga Terhadap Proses
Sosialisasi Anak Remaja di Kota Semarang” karya,
Nama : Hari Arbi Nugroho
NIM : 0301513024
Program Studi : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Seminar Proposal Tesis.
Semarang, ………
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Rusdarti, M.Si. Dr. Martitah, M.Hum.
PERSETUJUAN PENGUJI DRAF TESIS
Draf tesis dengan judul “Dampak Perceraian Keluarga Terhadap Proses
Sosialisasi Anak Remaja di Kota Semarang” karya,
Nama : Hari Arbi Nugroho
NIM : 0301513024
Program Studi : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
telah diuji pada tanggal ………... dan telah direvisi sesuai dengan
masukan tim penguji serta layak untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Tesis.
Semarang, …...
Ketua, Penguji I,
Prof. Dr. Suyahmo, M.Si. Dr. Eva Banowati, M.Si.
NIP. 195503281983031003 NIP. 196109291989012003
Penguji II, Penguji III,
Prof. Dr. Rusdarti, M.Si. Dr. Martitah, M.Hum.
NIP. 195904211984032001 NIP 196205171986012001
PENGESAHAN UJIAN TESIS
Tesis dengan judul “Dampak Perceraian Keluarga Terhadap Proses Sosialisasi
Anak Remaja di Kota Semarang” karya,
Nama : Hari Arbi Nugroho
NIM : 0301513024
Program Studi : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Semarang pada hari…..., tanggal ...
Semarang, …...
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd. Prof. Dr. Suyahmo, M.Si.
NIP. 195903011985111001 NIP. 195503281983031003
Penguji I, Penguji II,
Dr. Eva Banowati, M.Si. Dr. Martitah, M.Hum.
NIP. 196109291989012003 NIP 196205171986012001
Penguji III,
Prof. Dr. Rusdarti, M.Si.
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis ini benar-benar
karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini saya siap
menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini.
Semarang, 03 Desember 2015 Yang membuat peryataan,
Hari Arbi Nugroho NIM. 0301513024
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto
“Memayu hayuning sariro, memayu hayuning bangsa, memayu hayuning bawana”
Artinya
“Apapun yang diperbuat oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia
pada umumnya”
(Ki Hajar Dewantara)
Persembahan
1. Almamaterku PPs UNNES Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
2. Istriku dan calon anak kami di dalam kandungan, yang selalu memberi semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab. Serta keluarga besar, terutama bapak dan ibu yang telah membantu dalam bentuk apapun, menjadi motivasi dan kekuatan tersendiri bagiku untuk terus mengejar cita-cita. Terima kasih.
3. Segenap guru dan dosenku, semoga keikhlasanmu dalam mengajar membawa hikmah bagiku dikemudian hari, untuk menjadi seseorang yang berguna.
4. Teman-teman PPs UNNES program studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2013.
ABSTRAK
Nugroho, Hari Arbi. 2015. “Dampak Perceraian Keluarga Terhadap Proses Sosialisasi Anak Remaja di Kota Semarang”. Tesis. Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Program Pascasarjana. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Rusdarti, M.Si., Pembimbing II Dr. Martitah, M.Hum.
Kata Kunci: Perceraian Keluarga, Proses Sosialisasi, Anak Remaja.
Keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar beradaptasi dan mengenal nilai. Anak dikatakan berhasil adaptasi ketika dapat ber-sosialisasi dengan lingkungan. Dengan bersosialisasi individu dapat mengerti, memahami, dan mempelajari tingkah laku, kebiasaan, keterampilan, dan sebagainya. Hal ini akan menjadi masalah jika adanya perpisahan orangtua atau perceraian. Anak secara langsung tidak dapat menerima didikan secara maksimal dari kedua orang tua. Sehingga melampiaskan kekecewaan dengan tindakan negatif tidak sesuai dengan nilai dalam sekolah atau masyarakat. Sehingga perlu cara dalam pendampingan anak yang menjadi korban perceraian.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi anak remaja dalam perceraian keluarga, menganalisis kendala proses sosialisasi anak remaja dalam perceraian keluarga, dan menemukan faktor-faktor pendukung proses sosialisasi pada anak korban perceraian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Lokasi penelitian ini di Kota Semarang, Jawa Tengah. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan metode. Sementara teknik analisis data menggunakan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data atau kesimpulan.
Hasil penelitian ini ialah perceraian menjadikan anak sebagai korban. Anak remaja tidak dapat menerima didikan secara utuh. Peran keluarga yang hilang, akan memunculkan masalah dalam kehidupan sosial, krisis ekonomi keluarga, perlakuan orang tua yang otoriter, kurangnya kasih sayang, dan pelanggaran nilai moral dan agama di kehidupan keluarga maupun masyarakat. Teori strukturasi akan menunjukkan bahwa anak akan menerima nilai dari teman atau masyarakat dibanding keluarga. Orangtua yang bercerai tetap membekali dengan nilai budaya dan moral agama; komunikasi yang terbuka dan mau mendengarkan pendapat anak; penerapan disipilin aturan; memberikan dorongan dalam mengatasi masalah; orangtua tetap memperhatikan pendidikan anak; dan tetap memenuhi kebutuhan materi ekonomi anak.
Saran bagi orangtua yang bercerai hendaknya menyelesaikan masalah keluarga dengan berdamai. Menyiapkan pendidikan anak, melakukan pengawasan anak dalam bergaul itu lebih penting. Bagi anak remaja korban perceraian keluarga harus menerima keadaan dan mempersiapkan masa depan. Bagi masyarakat umum dan lembaga pemerintahan hendaknya selalu memperhatikan nilai-nilai moral dan agama, karena anak-anak remaja yang ada di lingkungannya melihat sebagai panutan dalam berperilaku, dan sikap aktif dalam mengarahkan anak remaja dalam perilaku sosial.
ABSTRACT
Nugroho, Hari Arbi. 2015. “Dampak Perceraian Keluarga Terhadap Proses Sosialisasi Anak Remaja di Kota Semarang”. Thesis. Study Program of Social Education. Graduate Program. Semarang State University. Supervisor I Prof. Dr. Rusdarti, M.Si., Supervisor II Dr. Martitah, M.Hum.
Keywords : Divorce Family, Socialization Process, Teenagers.
The family is the first place where children learn to adapt and get to know its value. When the child is successful adaptation can be air-socialization with the environment. By socializing people can understand, understand, and learn the behavior, habits, skills, and so on. This would be a problem if their parents' separation or divorce. Children directly can not receive education to the maximum of both parents. So as to vent frustration with the negative actions do not correspond with the values in the school or community. So we need a way in assisting children who are victims of divorce.
This research aimed to analyze the condition of adolescents in a family divorce, analyze constraints adolescent socialization process in the family divorce, and discover the factors supporting the process of socialization in children of divorce. This study is a qualitative research with phenomenological approach. The location of this research in Semarang, Central Java. Data collection technique used observation, interview and documentation. To test the validity of the data using a triangulation of sources and methods. While data analysis techniques using data collection, data reduction, data presentation, and verification of the data or conclusions.
The results of this study is to divorce the children in a victim. Teenage children can not receive education in their entirety. The role of the missing family, will raise issues in social life, family economic crisis, treatment authoritarian parents, lack of affection, and the violation of moral and religious values in family life and society. Structuration theory would indicate that the child will receive the value of friends or family than the public. Divorced parents still provide the cultural and moral values of religion; communication open and willing to listen to the views of the child; the application of disciplinary rules; give impetus to overcome the problem; parents will still pay attention to the education of children; and still meet the material needs of children economy.
PRAKATA
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. yang telah
melimpahkan rahmat-Nya. Berkat karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul “Dampak Perceraian Keluarga Terhadap Proses Sosialisasi Anak
Remaja di Kota Semarang”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan
meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan IPS, Program
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.
Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan pertama kali kepada para pembimbing:
Prof. Dr. Rusdarti, M.Si. (Pembimbing I) dan Dr. Martitah, M.Hum. (Pembimbing
II), yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran serta
masukan terhadap peneliti sehingga draf tesis ini bisa sampai diujikan.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang
telah membantu selama proses penyelesaian studi, di antaranya:
1. Direksi Program Pascasarjana Unnes, yang telah memberikan kesempatan serta
arahan selama pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis ini.
2. Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Pendidikan IPS Program
Pascasarjana Unnes yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam
penulisan tesis ini.
3. Bapak dan Ibu dosen Program Pascasarjana Unnes, yang telah banyak
memberikan bimbingan dan ilmu kepada peneliti selama menempuh
pendidikan .
4. Yayasan Terang Bagi Sejahtera Bangsa yang telah memberikan beasiswa
sehingga dapat menempuh di Pasca Sarjana Unnes.
5. Istriku dan calon anak kami di dalam kandungan, yang selalu memberi
semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab. Serta
Keluarga besar saya yang telah membantu dalam bentuk apapun.
Peneliti sadar bahwa dalam tesis ini mungkin masih terdapat kekurangan,
baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga hasil penelitian
ini bermanfaat dan merupakan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Semarang, 03 Desember 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
BAB II: LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka ... 10
2.2 Kerangka Teoritis... 19
2.2.1 Pengertian Sosialisasi ... 19
2.2.2 Proses Sosialisasi ... 20
2.2.3 Faktor yang Memengaruhi Sosialisasi... … 24
2.2.4 Kendala dan Pendukung Proses Sosialisasi ... 25
2.2.5 Remaja dan Permasalahannya ... 26
2.2.6 Keluarga ... 33
2.2.7 Proses Sosialisasi Anak ... 39
2.2.8 Perceraian Keluarga ... 42
2.2.9 Proses Sosialisasi Anak Remaja Dalam Perceraian Keluarga ... 44
2.2.10 Teori Stukturasi ... 46
2.3 Kerangka Berpikir ... 48
BAB III: METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 52
3.2 Desain Penelitian ... 52
3.3 Fokus Penelitian ... 53
3.4 Data dan Sumber Data Penelitian ... 54
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 55
3.6 Teknik Keabsahan Data ... 57
3.7 Teknik Analisis Data ... 57
BAB IV: GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Kota Semarang ... 60 4.2 Gambaran Umum Pengadilan Kota Semarang ... 70
BAB V: PROSES SOSIALISASI ANAK REMAJA KORBAN KELUARGA BERCERAI
5.1 Kehidupan Umum Remaja Kota Semarang ... 76 5.2 Latar Belakang Perceraian Keluarga... 78 5.3 Proses Sosialisasi Anak Remaja dalam Perceraian Keluarga ... 84
BAB VI: KENDALA DAN PENDUKUNG PROSES SOSIALISASI ANAK REMAJA DALAM PERCERAIAN KELUARGA
6.1 Kendala dan Permasalahan Anak Usia Remaja dalam
Perceraian Keluarga ... 94 6.2 Pendukung Proses Sosialisasi Anak Usia Remaja dalam
Perceraian Keluarga ... 104
BAB VII: PENUTUP
7.1 Kesimpulan ... 108 7.2 Implikasi Peneltian ... 110 7.3 Saran ... 110
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 10
Tabel 2.2 Sosialisasi dan Perkembangan Anak ... 41
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Semrang tahun 2014 ... 66
Tabel 4.2 Jumlah PendudukMenurut Pendidikan yang Ditamatkan di Kota Semarang Tahun 2014 ... 67
Tabel 4.3 Ruang Sidang di Pengadilan Negeri Kota Semarang ... 71
Tabel 5.1 Identitas Informan Pendukung ... 81
Tabel 5.2 Rekap Data Penelitian ... 84
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman Gambar 2.1: Kerangka berpikir ... 51 Gambar 3.1: Analisis data ... 59 Gambar 4.1: Peta Kota Semarang ... 60 Gambar 4.2: Gambar Grafik Penduduk
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1. Fokus dan Sub Fokus Instrumen Penelitian ... 114 2. Panduan Wawancara ... 115 3. Surat Penelitian ... 118
a. Surat Keterangan Pernah Meneliti dari
Pengadilan Negeri Semarang ... 119 b. Surat Penelitian dari Kampus PPs Unnes ... 120 4. Hasil Wawancara dan Deskripsi Hasil Penelitian ... 121
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia mempunyai kedudukan sebagai makhluk individu dan sosial.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain.
Kehidupan sosial dimulai sejak berada di dalam kandungan ibu. Manusia terlahir
di dunia langsung membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Manusia juga mulai berinteraksi dengan orang lain terutama dengan orangtua
khususnya ibu.
Interaksi sosial yang dilakukan adalah dengan komunikasi dan memiliki
hubungan yang erat dengan kehidupan sosial dalam proses sosialisasi, karena
tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan sosial. Interaksi sosial
menyangkut pemenuhan berbagai aspek kebutuhan sosial yang antara lain, segi
ekonomi (makanan, papan, pakaian), politik (wewenang dan kekuasaan), dan
hukum (norma-norma, undang- undang). Setiap aspek tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain.
Sosialisasi adalah belajar mengenal, dalam proses ini anak akan belajar
segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Manusia saling berkaitan satu sama lain,
saling mengisi dan menyempurnakan hidup ini. Mengingat hal tersebut, sosialisasi
pasti akan dialami semua orang, karena proses tersebut akan dimulai dari manusia
lahir. Manusia harus mampu beradaptasi dengan baik terhadap masyarakat sekitar,
karena jika tidak maka individu tersebut akan dikucilkan oleh masyarakat. secara
dididik untuk mengenal, memahami, mentaati dan menghargai norma-norma dan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Secara khusus sosialisasi mencakup
suatu proses dimana warga masyarakat mempelajari kebudayaannya, belajar
mengendalikan diri serta mempelajari peranan-peranan dalam masyarakat.
Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam kehidupan manusia.
Dalam lingkungan keluargalah manusia pertama kali belajar beradaptasi dan
berinteraksi dengan orang lain. Untuk itulah, dalam menciptakan individu yang
mampu melakukan proses sosialisasi dengan baik dibutuhkan lingkungan keluarga
yang baik. Dengan bersosialisasi individu dapat mengerti, memahami, dan
mempelajari tingkah laku, kebiasaan, keterampilan, dan sebagainya. Karena hal
tersebut, individu membutuhkan bimbingan, dorongan yang positif agar dapat
menjadi individu yang tangguh.
Keluarga memiliki peranan penting dalam proses sosialisasi anak, karena
sebagian besar waktu yang dimiliki anak dihabiskan dalam keluarga. Menurut
Ahmadi (1991:175), keluarga merupakan kelompok kecil yang anggota-
anggotanya berinteraksi face to face secara tetap. Perkembangan anak dapat
diikuti oleh orangtua dan hubungan sosial di dalamnya mudah terjadi. Salah satu
kewajiban penting orangtua adalah mendidik anak dalam keluarga. Dalam
keluarga anak mendapat berbagai materi pendidikan, agama, budi pekerti, sikap,
dan berbagai keterampilan yang berguna bagi kehidupannya mendatang.
Pranata keluarga merupakan sistem norma dan tata cara yang diterima anak
untuk menyesuaikan beberapa tugas penting. Keluarga berperan membina
lingkungan budaya di mana anak berada. Bila semua anggota sudah mampu untuk
beradaptasi dengan lingkungan di mana anak tinggal, maka kehidupan masyarakat
akan tercipta menjadi kehidupan yang tenang, aman dan tenteram.
Dengan demikian, keluarga berfungsi sebagai pusat sosialisasi pertama
dalam kehidupan setiap individu sebelum memasuki dunia masyarakat yang lebih
luas. Tentunya proses sosialisasi dalam keluarga adalah sesuatu yang sifatnya
sangat penting dalam mendukung proses-proses sosial yang akan terjadi pada
individu (anggota keluarga) tersebut.
Mengingat pentingnya peranan keluarga dalam proses sosialisasi anak,
maka orangtua hendaknya memiliki pengetahuan tentang pendidikan dalam
keluarga. Masalah yang dialami saat ini adalah adanya perpisahan orangtua atau
perceraian. Anak harus menjadi korban memilih mengikuti salah satu orang tua
bahkan ada yang ditelantarkan juga. Sehingga dalam proses pendewasaan mental
dan pendidikan tidak dapat dilakukan secara bersama keluarga utuh.
Perceraian merupakan lepasnya ikatan perkawinan antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami-isteri, yang dilakukan di depan sidang
Pengadilan, yaitu Pengadilan Negeri untuk non kristen dan Pengadilan Agama
bagi yang beragama Islam. Sedangkan pengertian perceraian menurut hukum
perdata adalah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim dan didaftar
dalam daftar catatan sipil. Sebagaimana yang diatur dalam pasal 39(2) UU No.1
tahun 1974 Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara
Keluarga yang sudah bercerai maka setiap pendidikan dan sosialisasi anak
remaja menjadi terganggu. Menurut Oqbum dalam Ahmadi (1991:108),
menyatakan bahwa fungsi keluarga meliputi fungsi kasih sayang, fungsi ekonomi,
fungsi pendidikan, fungsi perlindungan atau penjagaan, fungsi rekreasi, fungsi
status keluarga, dan fungsi agama. Keterpenuhan fungsi keluarga tersebut adalah
hal yang paling utama dalam proses mendewasakan anak. Sehingga jika keluarga
yang bercerai akan terjadi strukturasi yang berbeda dalam proses sosialisasi
remaja.
Kasus perceraian yang terjadi sampai saat ini disebabkan oleh banyak
alasan. Orang tua harusnya bisa menyelesaikan masalah tanpa adanya perceraian.
Dari tahun demi tahun gugatan perceraian di Semarang semakin bertambah.
Dalam laporan data perkara perceraian di Pengadilan Negeri Kota Semarang dari
tahun 2012 sampai 2014 tercatat 755 gugatan perceraian. Dalam tahun 2012
terjadi 220 perkara, pada tahun 2013 terjadi 259 perkara, dan pada tahun 2014
terjadi 274 perkara.
Hasil wawancara dengan Ester salah satu advokat di LBH Mawar Sharon
Semarang. Berdasarkan pengalaman dalam membantu usaha hukum perceraian
seseorang, beliau menjelaskan penyebab tingginya angka perceraian ini adalah
akibat faktor ketidak harmonisan, tidak ada tanggung jawab, dan masalah
ekonomi. Orang tua yang sudah bercerai menjadikan anak memilih ikut kepada
salah satu orang tua, namun tanggung jawab tetap berada dalam kedua orangtua.
Tingginya angka perceraian keluarga, menunjukkan juga banyaknya anak-anak
Hasil wawancara dengan Irene (Psikolog) yang sering menangani kenakalan
anak remaja. Beliau menyebutkan ada tangki cinta yang hilang dari seorang anak
korban perceraian orangtua. Seorang anak secara langsung sudah tidak dapat
menerima didikan dari kedua orang tua. Anak remaja lebih sering menutup diri
dari keluarga dan lingkungan masyarakat, dan tidak peduli dengan nilai-nilai yang
ada karena melihat contoh dari orangtua yang mengecewakan anak. Anak lebih
sering berkumpul dengan sesama teman yang mengalami broken home dan
melampiaskan kekecewaan mereka dengan tindakan negatif tidak sesuai dengan
nilai dalam sekolah atau masyarakat. Hal ini memicu kenakalan remaja karena
tidak ada pendampingan dan pengawasan yang benar pasca perceraian.
Peneliti melakukan pengamatan awal pada beberapa remaja di kota
Semarang. Berdasarkan pengamatan yang ada pada sebagian besar remaja yang
orang tuanya bercerai tampak perilaku-perilaku yang khas seperti, salah satu
remaja yang peneliti kenal kerap kali berprilaku tidak sopan dan emosional,
apabila ada hal yang membuat remaja jengkel; keinginan untuk malarikan diri dari
keluarga sering dilontarkan remaja pada peneliti. Ketika peneliti bertemu
dengannya seolah-olah remaja tersebut selalu dalam keadaan yang baik-baik saja
ketika peneliti menanyakan kabarnya; mencari perhatian kepada semua orang juga
kerap kali dilakukan remaja. Perilaku-perilaku khas ini jarang peneliti dapati pada
teman sebaya remaja baik yang orang tuanya tidak bercerai.
Berdasarkan data di atas menunjukkan masih banyak orang tua yang harus
bercerai dan yang menjadi korban adalah anak dalam keluarga. Proses
anak remaja yang terlibat perkelahian, seks bebas, sampai tindakan kriminalitas.
Latar belakang tersebut yang menjadi alasan penulis tertarik untuk meneliti dan
mengkaji lebih dalam tentang proses sosialisasi anak korban perceraian. Dalam
penelitian ini anak dibatasi pada usia remaja, karena merupakan proses
pembentukan kepribadian dengan keadaan keluarga yang tidak utuh. Oleh karena
itu, penulis menuangkan hasil penelitian itu dalam bentuk tulisan ilmiah tesis yang
berjudul “Dampak Perceraian Keluarga Terhadap Proses Sosialisasi Anak Remaja
Di Kota Semarang”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah adalah :
1. Fenomena perceraian yang dilakukan orang tua berdampak perpecahan keluarga
dalam mendampingi anak, sehingga anak harus memilih tinggal dengan salah
satu orangtua..
2. Perceraian keluarga membuat anak menjadi korban, berdampak anak terganggu
secara psikologis dengan emosi yang tidak terkendali.
3. Tanggungjawab orangtua yang bercerai banyak yang dilakukan secara fisik,
tetapi kebutuhan moral dan spiritual tidak dapat dilakukan dengan maksimal.
4. Anak korban perceraian keluarga akan cenderung melakukan pelanggaran nilai
moral dan agama.
5. Anak remaja dalam keluarga yang bercerai tidak mendapatkan fungsi sosialisasi
dari keluarga sehingga anak mencari penyesuaian dengan teman atau
6. Anak remaja tidak dapat menerima dengan baik (kecewa) ketika orangtua
menikah lagi.
7. Peran masyarakat dan sekolah dalam penanaman nilai moral dan agama
sehingga anak tidak salah dalam proses sosialisasi.
1.3. Cakupan Masalah
Masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah dampak perceraian
keluarga terhadap proses sosialiasasi anak remaja di Kota Semrang. Jumlah
perceraian keluarga saat ini memang meningkat. Membuat kondisi anak yang
menjadi koban dalam perceraian keluarga. Berdampak terganggunya proses
sosialisasi anak dalam keluarga yang bercerai, terutama anak usia remaja. Sehingga
perlu mencari solusi atau faktor yang dapat mendukung proses sosialisasi anak usia
remaja dalam perceraian keluarga.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahannya adalah :
1. Bagaimanakah latar belakang kondisi anak remaja dalam perceraian keluarga
di Kota Semarang?
2. Bagaimanakah kendala-kendala yang dihadapi dalam sosialisasi anak remaja
dalam perceraian keluarga di Kota Semarang?
3. Apa sajakah faktor-faktor yang dapat mendukung proses sosialisasi anak
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah :
1. Menganalisis latar belakang kondisi anak remaja dalam perceraian keluarga di
Kota Semarang.
2. Menganalisis permasalahan dan kendala proses sosialisasi anak usia remaja
dalam perceraian keluarga di Kota Semarang.
3. Menemukan faktor-faktor pendukung proses sosialisasi pada anak korban
perceraian.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan kontribusi yaitu pengembangan teori strukturasi sosial dari
Antony Gidden yang membentuk perilaku anak usia remaja dalam
perceraian keluarga di Semarang. Anak akan bersosialisasi dan belajar
setiap nilai yang ada disekitarnya. Ketika fungsi keluarga dalam sosialisasi
hilang, anak akan belajar dengan teman atau masyarakat. Sehingga akan
memberikan pengetahuan baru bagi dunia pendidikan, masyarakat dan
lembaga khususnya orang tua dan anak remaja.
b. Diharapkan menambah referensi penelitian kepada peneliti selanjutnya
dalam mengkaji proses sosialisasi anak usia remaja dalam perceraian
c. Memberikan gambaran tentang proses sosialisasi anak usia remaja dalam
perceraian keluarga di Semarang.
d. Memberikan konsep sosialisasi pada anak korban perceraian.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberikan gambaran bagi orang tua yang bercerai dalam mengatasi
permasalahan sosialisasi anak remaja dan beberapa alternatif
pemecahannya.
b. Dapat menjadi masukan bagi instansi, pemuka agama dan organisasi
masyarakat dalam memberikan pengarahan kepada masyarakat dalam
mengatasi permasalahan sosialisasi anak remaja dan beberapa alternatif
pemecahannya.
c. Memberikan wacana kepada pembaca tentang proses sosialisasi anak usia