• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN PADA CV. PRATAMA MANDIRI – SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN PADA CV. PRATAMA MANDIRI – SURABAYA."

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh:

Russiana Yulandani

0613010173/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

ALAT PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN PADA

CV. PRATAMA MANDIRI – SURABAYA

yang diajukan

Russiana Yulandani 0613010173/FE/EA

telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh:

Pembimbing Utama

DRS.EC. TAMADOY THAMRIN, MM Tanggal: ... NIP. 030 194 434

Mengetahui Kaprogdi Akuntansi

(3)

ALAT PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN PADA

CV. PRATAMA MANDIRI – SURABAYA

yang diajukan

Russiana Yulandani 0613010173/FE/EA

Disetujui untuk ujian lisan oleh:

Pembimbing Utama

DRS.EC. TAMADOY THAMRIN, MM Tanggal: ... NIP. 030 194 434

Mengetahui

Pembantu Dekan 1 Fakultas Ekonomi

(4)

SKRIPSI

Diajukan oleh:

Russiana Yulandani

0613010173/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(5)

ALAT PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN PADA

CV. PRATAMA MANDIRI – SURABAYA

yang diajukan

Russiana Yulandani 0613010173/FE/EA

Disetujui untuk oleh:

Pembimbing Utama

(6)

hidupku dan sumber inspirasi kesempurnaan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan maksimal.

Skripsi ini disusun dengan maksud untuk melengkapi syarat-syarat yang

harus dipenuhi sebagai tugas akhir pada Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi

pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya, Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik

tanpa bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan penuh

kesungguhan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya, Jawa Timur.

2. Dr. Dhani Ichasanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya, Jawa Timur.

3. Dr. Sri Trisnaningsih, SE, Msi, selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya, Jawa Timur.

4. Drs. Ec. H. Tamadoy Thamrin, MM, selaku Dosen Pembimbing.

5. Dra. Ec. Tituk D.Widajantie, selaku Dosen wali.

6. Segenap karyawan dan karyawati CV. Pratama Mandiri yang telah

memberi data yang penulis butuhkan.

7. Bundaku Sri Yuhandini yang selalu memberikan semangat dan doanya

untuk penulis.

(7)

ii   

penulis sajikan dengan segala kemampuan yang dimiliki, namun skripsi ini masih

belum sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, Juni 2010

(8)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Penelitian Terdahulu ... 13

2.2. Landasan Teori ... 18

2.2.1. Kinerja ... 18

2.2.2. Sistem Pengukuran Kinerja ... 18

2.2.2.1. Pengertian Sistem Pengukuran Kinerja ... 19

2.2.2.2. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja ... 21

2.2.2.3. Manfaat Sistem Pengukuran Kinerja ... 21

(9)

2.2.3.3. Tujuan Balanced Scorecard ... 26

2.2.3.4. Manfaat Balanced Scorecard ... 27

2.2.3.5. Keunggulan Balanced Scorecard ... 27

2.2.4. Empat Perspektif Balanced Scorecard ... 31

2.2.4.1. Perspektif Keuangan ... 31

2.2.4.2. Perspektif Pelanggan ... 35

2.2.4.3. Perspektif Proses Bisnis Internal ... 39

2.2.4.4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ... 42

2.2.5. Balanced Scorecard Sebagai Sistem Manajemen Strategis ... 45

2.2.5.1. Memperjelas dan Menerjemahkan Visi dan Strategi ... 48

2.2.5.2. Mengkomunikasikan dan Menghubungkan Tujuan serta Ukuran Strategis ... 49

2.2.5.3. Merencanakan dan Menetapkan Sasaran ... 50

2.2.5.4. Meningkatkan Umpan Balik dan Pembelajaran Strategi ... 51

2.2.6. Balanced Scorecard sebagai Pengukuran Kinerja .... 52

2.2.7. Teori – teori yang Melandasi ... 53

2.2.7.1. Teori yang Melandasi Hubungan antara

(10)

Perspektif Pelanggan dengan Kinerja Perusahaan .... 55

2.2.7.3. Teori yang Melandasi Hubungan antara Perspektif Proses Bisnis Internal dengan Kinerja Perusahaan ... 56

2.2.7.4. Teori yang Melandasi Hubungan antara Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan dengan Kinerja Perusahaan ... 57

2.3. Kerangka Pikir ... 59

2.4. Hipotesis ... 61

BAB III METODE PENELITIAN ... 62

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 62

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 65

3.2.1. Obyek dan Populasi ... 65

3.2.2. Sampel ... 65

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 66

3.3.1. Jenis Data ... 66

3.3.2. Sumber Data ... 67

3.4. Uji Analisis dan Uji Hipotesis ... 68

3.4.1. Teknik Analisis ... 68

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 76

4.1.1. Sejarah Perusahaan ... 76

4.1.2. Struktur Organisasi ... 78

4.1.3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ... 80

4.1.3.1. Visi ... 80

4.1.3.2. Misi ... 80

4.1.3.3. Tujuan ... 81

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 82

4.2.1. Hasil Penelitian Tentang Perspektif Keuangan (X1)..82

4.2.2. Hasil Penelitian Tentang Perspektif Pelanggan (X2). 83 4.2.3. Hasil Penelitian Tentang Perspektif Proses Bisnis Internal (X3) ... 84

4.2.4. Hasil Penelitian Tentang Pembelajaran dan Pertumbuhan (X4) ... 86

4.2.5. Hasil Penelitian Tentang Kinerja Perusahaan (Y) .... 87

4.3. Uji Normalitas ... 89

4.4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 90

4.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 90

(12)

vii

4.5.2. Hipotesis Kedua ... 96

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian ... 98

4.6.1. Implikasi Penelitian ... 98

4.6.2. Perbedaan Hasil Penelitian Ini dengan Penelitian Terdahulu ... 100

4.6.3. Keterbatasan Penelitian ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

5.1. Kesimpulan ... 104

5.2. Saran ... 104

(13)

viii 

 

Tabel 1.1 Jumlah Perolehan Laba/Rugi CV. Pratama Mandiri

pada Periode 2004-2009 ... 5

Tabel 1.2 Jumlah Karyawan CV. Pratama Mandiri pada Periode 2004-2009 ... 6

Tabel 1.3 Jumlah Penjualan Produk CV. Pratama Mandiri pada Periode 2004-2009 ... 8

Tabel 1.4 Jumlah Pengaduan Pelanggan CV. Pratama Mandiri Pada Periode 2004-2009 ... 9

Tabel 4.1 Total Penjualan dan Nilai Overdue pada CV. Pratama Mandiri periode 2000-2009 ... 77

Tabel 4.2 Hasil Penelitian Tentang Perspektif Keuangan (X1) ... 82

Tabel 4.3 Hasil Penelitian Tentang Perspektif Pelanggan (X2) ... 83

Tabel 4.4 Hasil Penelitian Tentang Perspekif Proses Bisnis Internal (X3) ... 85

Tabel 4.5 Hasil Penelitian Tentang Perspekif Pembelajaran dan Pertumbuhan (X4) ... 86

Tabel 4.6 Hasil Penelitian Tentang Kinerja Perusahaan (Y) ... 88

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ... 89

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ... 91

(14)

ix 

 

Tabel 4.13 Rangkuman Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian

(15)

 

Halaman

Gambar 2.1 Rerangka Balanced Scorecard untuk Menerjemahkan

Strategi ke dalam Rerangka Operasi ... 23

Gambar 2.2 Perbedaan Sistem Manajemen Strategik pada Manajemen

Tradisional dengan Manajemen Kontemporer ... 29

Gambar 2.3 Perspektif Proses Bisnis Internal-Model Rantai Nilai

Generik ... 40

Gambar 2.4 Balanced Scorecard Sebagai Suatu Kerangka Kerja

Tindakan Strategis ... 47

Gambar 2.5 Diagram Kerangka Pikir ... 60

Gambar 3.1 Daerah Keputusan Autokorelasi (Kurva Durbin Watson) ... 70

Gambar 4.1 Struktur Organisasi CV. Pratama Mandiri-Surabaya ... 79

(16)

xi 

 

Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal, Perapektif

Pembelajaran dan Pertumbuhan, dan Kinerja Perusahaan.

Lampiran 2 Rekapitulasi Data Mengenai Perspektif Keuangan, Perspektif

Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal, Perapektif

Pembelajaran dan Pertumbuhan, dan Kinerja Perusahaan.

Lampiran 3 Uji Normalitas

Lampiran 4 Hasil Uji Asumsi Klasik

Lampiran 5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda, Uji F, dan Uji t

(17)

Russiana Yulandani ABSTRAK

Balanced Scorecard adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor

hasil kinerja seseorang yang berimbang antara dua aspek yaitu aspek keuangan dan non keuangan, jangka panjang dan jangka pendek, intern dan

ekstern.Perusahaan menggunakan fokus pengukuran scorecard untuk

menghasilkan berbagai proses manajemen penting. Implementasi Balanced

Scorecard tergantung dari kebijakan organisasi. Pada saat ini CV. Pratama

Mandiri tengah mensimulasikan penggunaan Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan manfaat penerapan Balanced

Scorecard sebagai tolak ukur yang melengkapi alat ukur yang hanya berdimensi

profitabilitas dengan dimensi – dimensi yang baru sehingga memungkinkan perusahaan dapat bersaing.

Penelitian ini menggunakan data sekunder meliputi kinerja perusahaan (Y) yang diukur dengan prosentanse Return On Invesment (ROI), perspektif keuangan

(X1) yang diukur dengan Net Profit Margin, perspektif pelanggan (X2) yang

diukur dengan Number of Complaint, perspektif proses bisnis internal (X3) yang

diukur dengan Employee Productivity, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

(X4) yang diukur dengan prosentase Employee Training Cost. Data yang diambil

mulai periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 dengan teknik pursposive

sampling dan analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Melalui analisis uji regresi linier berganda dapat disimpulkan bahwa metode Balanced Scorecard dapat dipakai sebagai alat pengukuran kinerja bagi perusahaan, sehingga hipotesis pertama teruji kebenarannya. Namun hipotesis kedua tidak teruji kebenarannya karena hanya perspektif keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, sedangkan perspektif pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Keyword: Kinerja perusahaan, perspektif keuangan, perspektif pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, pengukuran kinerja perusahaan menjadi hal yang penting bagi

manajemen untuk melakukan evaluasi terhadap performa perusahaan dan

perencanaan tujuan di masa mendatang. Berbagai informasi informasi dihimpun

agar pekerjaan yang dilakukan dapat dikendalikan dan dipertanggungjawabkan.

Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pada seluruh proses

bisnis perusahaan. Dalam lingkungan bisnis yang semakin berkembang serta

cepatnya perubahan lingkungan perusahaan telah menjadikan informasi menjadi

harta yang berharga bagi perusahaan (Intangible Assets) serta berguna untuk

mengukur kinerja perusahaan. Informasi yang cepat dan akurat mengenai

lingkungan internal dan eksternal perusahaan akan mempengaruhi strategi dan

perencanaan perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan datang.

Gambaran mengenai kinerja perusahaan bisa didapatkan dari dua sumber,

yakni informasi keuangan (finansial) dan informasi non keuangan (nonfinansial).

Informasi keuangan didapatkan dari penyusunan anggaran untuk mengendalikan

biaya. Sedangkan, informasi non keuangan merupakan faktor kunci untuk

menetapkan strategi yang dipilih guna melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan

(19)

Walaupun pengukuran kinerja dari aspek keuangan (finansial) dapat

dikatakan penting, namun jika tidak disertai dengan proyeksi non keuangan

(nonfinansial) akan kurang akurat untuk kondisi saat ini. Oleh karena itu

penggunaan sistem pengukuran kinerja baru yang menghubungkan aspek

keuangan dan non keuangan bagi perusahaan akan memberikan informasi yang

lebih akurat, yang lebih bermanfaat bagi manajer untuk mengukur dan mengelola

semua kompetensi perusahaan yang dapat digunakan untuk memicu peningkatan

kinerja, sehingga dapat terjadi tujuan perusahaan secara lebih terencana.

Pemikiran untuk menyeimbangkan pengukuran kinerja aspek finansial dan

non finansial melahirkan suatu alat kinerja baru yang dinamakan Balanced

Scorecard yang diterapkan pada perusahaan bisnis yang bertujuan untuk mencari

laba.

Balanced Scorecard merupakan konsep manajemen yang diperkenalkan

Robert Kaplan tahun 1992, sebagai perkembangan dari konsep pengukuran

kinerja (performance measurement) yang mengukur perusahaan dalam

menerjemahkan visi dan misi serta strategi perusahaan. Robert Kaplan

mempertajam konsep pengukuran kinerja yang menetukan suatu pendekatan

efektif yang seimbang (balanced) dalam mengukur kinerja strategi perusahaan.

(Budiarti: 51).

Pendekatan tersebut berdasarkan empat perspektif yaitu Keuangan

(financial), Pelanggan (customer), Proses Bisnis Internal (internal bussines

process), serta Pembelajaran dan Pertumbuhan (learning and growth). Keempat

(20)

jangka panjang, hasil yang diinginkan (outcome) dan pemicu kerja (performance

drivers) dari hasil tersebut, dan tolok ukur yang keras dan lunak serta subjektif.

(Kaplan dan Norton, 2000:23).

Menurut Hardiyanto (2005: 2–3), perspektif finansial memberikan

petunjuk apakah strategi organisasi serta implementasinya meningkatkan

pendapatan keuangan organisasi. Untuk membangun Balanced Scorecard, unit –

unit bisnis dikaitkan dengan tujuan finansial yang berkaitan dengan strategi

perusahaan. Tujuan finansial berperan sebagai fokus bagi tujuan – tujuan strategi

dan ukuran - ukuran semua perspektif dalam Balanced Scorecard.

Perspektif pelanggan dalam Balanced Scorecard mengidentifikasikan

bagaimana kondisi pelanggan dan segmen pasar yang dipilih oleh perusahaan

untuk bersaing dengan kompetitornya. Segmen yang telah dipilih ini

mencerminkan keberadaan pelanggan tersebut sebagai sumber pendapatan.

Perspektif proses bisnis internal Balanced Scorecard, mengharuskan

manajer untuk mengidentifikasi proses – proses paling kritis unruk mencapai

peningkatan nilai bagi pelanggan (perspektif pelanggan) dan tujuan peningkatan

nilai bagi pemegang saham (perspektif finansial). Proses bisnis internal terdiri dari

tiga komponen utama, yaitu proses inovasi, proses operasional, dan proses

pelayanan.

Perspektif terakhir dalam Balanced Scorecard adalah perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan dengan mengembangkan tujuan dan ukuran yang

mengendalikan pembelajaran dan pertumbuhan organisasi. Tujuan – tujuan yang

(21)

bisnis internal mengidentifikasi keunggulan organisasi untuk mencapai terobosan

kinerja, sementara tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

memberikan infrastruktur yang memungkinkan tujuan – tujuan ambisius dalam

ketiga perspektif itu tercapai.

Perusahaan yang menggunakan Balanced Scorecard dapat menerima

umpan balik mengenai strategi yang telah diterapkan, memonitor dan

menyesuaikan implementasi dari perbaikan kinerja badan usaha secara

keseluruhan serta pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Sebagai alat pengukuran kinerja, Balanced Scorecard dapat memberikan

kerangka kerja yang komprehensif untuk menerjemahkan visi dan strategi

perusahaan ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang terpadu dari waktu ke

waktu.

CV. Pratama Mandiri juga harus meningkatkan kinerjanya dari tahun ke

tahun agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Laba yang dipeoleh oleh perusahaan

setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Saat ini perusahaan cenderung mengalami

kerugian yang besar hampir setiap tahunnya, karena penjualan yang mengalami

penurunan dan beban usaha yang dimiliki oleh perusahaan meningkat setiap

tahunnya. Hal ini dapat ditunjukkan oleh laporan laba rugi CV. Pratama Mandiri

(22)

Tabel 1.1: Jumlah Perolehan Laba/ Rugi Bersih CV. Pratama Mandiri pada Periode 2004 – 2009

Tahun Kwartal Laba/rugi bersih

(dalam rupiah)

Sumber: Data CV. Pratama Mandiri

Tabel diatas menunjukkan tahun 2004 triwulan 4, laba yang diperoleh

cukup besar sebesar Rp 1.736.152.583 karena perusahaan mengalami penjualan

yang cukup besar sehingga pendapatan yang diperoleh perusahaan dapat menutupi

beban usaha yang harus dikeluarkan. Pada tahun 2008 perusahaan mengalami

penurunan laba hingga pada triwulan 4 mulai mengalami kerugian sebesar Rp

(731.972.346) dikarenakan penjualan perusahaan mengalami penurunan sehingga

pendapatan yang diperoleh perusahaan tidak dapat menutupi biaya beban usaha

(23)

oleh menurunnya minat pembeli pada produk yang ditawarkan. Pada Tahun 2009

kerugian yang dialami perusahaan berfluktuasi dengan akhir kerugian sebesar

Rp(406.409.676). Ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dibandingkan

tahun sebelumnya meskipun perusahaan masih mengalami kerugian.

Selain Laporan laba/ rugi CV.Pratama Mandiri, diperlukan juga laporan

mengenai anggaran pelatihan bagi karyawan yang menunjukkan besar kecil biaya

yang dianggarkan untuk pelatihan karyawan selama beberapa periode. Hal ini

dapat dilihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.2: Jumlah Anggaran Pelatihan Karyawan CV. Pratama Mandiri pada Periode 2004 - 2009

Sumber: Data CV. Pratama Mandiri

Tahun Kwartal Jumlah Anggaran Pelatihan

(24)

Tabel 1.2 menunjukkan perusahaan memberikan anggaran pelatihan

terbesar bagi karyawan pada triwulan 2 tahun 2004 sebesar Rp 14.880.000.

Pelatihan diadakan oleh perusahaan dimulai pada triwulan kedua tiap tahunnya.

Anggaran pelatihan terkecil yang diberikan perusahaan pada triwulan 4 tahun

2009 sebesar Rp 6.120.000, karena beberapa tahun terakhir penjualan perusahaan

sangat menurun namun pengeluaran perusahaan sangatlah tinggi. Untuk

meminimalkan kerugian dan pengeluaran yang berlebih maka perusahaan

memberikan anggaran untuk pelatihan karyawan lebih sedikit dibandingkan

dengan anggaran pada tahun-tahun sebelumnya.

Selain itu, diperlukan data mengenai banyaknya jumlah penjualan

perusahaan untuk melihat keadaan umum CV. Pratama Mandiri selama periode

(25)

Tabel 1.3: Jumlah Penjualan Produk CV. Pratama Mandiri pada Periode 2004 - 2009

Tahun Kwartal Total penjualan

(dalam unit)

Sumber: Data CV. Pratama Mandiri

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2004 total penjualan adalah

1581 unit sehingga laba yang diperoleh perusahaan cukup besar. Tahun 2006 total

penjualan adalah 367 unit. Hal ini menunjukkan ada penurunan penjualan.

Penurunan pada penjualan disebabkan oleh menurunnya minat pembeli pada

produk yang ditawarkan yang disebabkan oleh kurangnya promosi, harga jual

kembali menurun, tampilan produk yang kurang menarik dibandingkan produk

dari kompetitor. Perusahaan mengalami naik turunnya penjualan pada tahun 2007

dan akhirnya pada tahun 2009 perusahaan mengalami penurunan penjualan yang

(26)

perusahaan setiap tahunnya selalu berfluktuasi dengan begitu perusahaan harus

segera meningkatkan penjualannya agar dapat memperoleh laba yang besar.

Data keluhan pelanggan pada perusahaan juga perlu dilihat untuk

mengetahui keadaan CV. Pratama Mandiri secara keseluruhan seperti terlihat

pada tabel 1.4 dibawah ini.

Tabel 1.4: Jumlah Pengaduan Pelanggan CV. Pratama Mandiri pada Periode 2004 – 2009

Tahun Kwartal Jumlah Keluhan

(Person)

Sumber: Data CV. Pratama Mandiri

Tabel diatas menunjukkan jumlah keluhan pelanggan terbanyak pada

tahun 2005 sebanyak 303 pelanggan. Tahun 2008 jumlah keluhan pelanggan

sebanyak 115 pelanggan. Namun pada tahun 2009 keluhan pelanggan sebanyak

(27)

disebabkan karena pembuatan BPKB selalu membutuhkan waktu yang lama.

Perusahaan harus lebih meningkatkan kinerjanya untuk menghasilkan produk atau

jasa yang dapat memenuhi kepuasan para pelanggan. Jika kepuasan pelanggan

semakin terpenuhi maka tingkat pengaduan pelanggan terhadap produk atau jasa

semakin rendah.

CV. Pratama Mandiri perlu meninjau pengukuran tidak hanya dari

pengukuran finansial aja, tetapi juga dari pengukuran non finansial agar tujuan

perusahaan dapat tercapai. Cara yang tepat untuk mengukur adalah menggunakan

Balanced Scorecard.

Perusahaan yang menggunakan Balanced Scorecard tidak hanya melihat

dari aspek keuangan yang hanya dapat digunakan untuk jangka pendek saja

dengan melihat perkembangan penjualan selama periode tertentu sehingga bisa

dijadikan pedoman bagi perusahaan dalam membuat strategi guna meningkatkan

penjualan agar selalu stabil bahkan meningkat dimasa mendatang. Namun

perusahaaan juga dapat melihat dari aspek non keuangan untuk jangka panjang

dengan melihar berapa besar rasa loyalitas para karyawan terhadap perusahaan,

apakah kepuasan pelanggan atas produk perusahaan telah terpenuhi, dan apakah

Balanced Scorecard merupakan strategi yang tepat digunakan oleh perusahaan ini

dalam mengukur kinerja perusahaannya dari empat perspektif tersebut.

Atas dasar latar belakang tersebut, maka penulis ingin melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Perspektif Balanced Scorecard sebagai Alat

(28)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan, maka dapat dirumuskan

permasalahan yaitu:

1. Apakah metode Balanced Scorecard yang meliputi empat perspektif yaitu

perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta proses

pembelajaran dan pertumbuhan dapat dipakai sebagai alat pengukuran

kinerja bagi perusahaan?

2. Dari empat perspektif balanced scorecard yaitu perspektif finansial,

perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif manakah yang mempunyai

pengaruh signifikan terhadap pengukuran kinerja perusahaan?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu

untuk menguji apakah Balanced Scorecard yang meliputi empat perspektif yaitu

perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan

perspektif karyawan, dapat dipakai sebagai alat pengukuran kinerja bagi

perusahaan. Dan mengetahui diantara perspektif tersebut perspektif manakah yang

(29)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian

yang akan dilakukan, diantaranya:

1. Bagi Perusahaan

a. Diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan tempat

penelitian dalam hal melakukan pengukuran kinerja perusahaan.

b. Sebagai pengembangan bagi perusahaan dalam hal memperbaiki

strategi perusahaan untuk dapat bersaing dalam lingkungan bisnis

yang kompetitif.

2. Bagi Universitas

Sebagai tambahan informasi dan wawasan mengenai penerapan Balanced

Scorecard dalam pengukuran kinerja suatu perusahaan dan bahan

penelitian bagi mahasiswa di masa yang akan datang.

3. Bagi Penulis

a. Dapat memberikan bukti empirik mengenai kegunaan Balanced

Scorecard dalam mengukur kinerja strategis perusahaan.

b. Melatih penerapan teori yang ada dengan masalah – masalah yang

sedang terjadi di perusahaan.

c. Merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan

dalam memecahkan permasalahan yang ada dalam praktek dengan

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

1. Pujo Priantoro (2006) melakukan penelitian dengan judul “Upaya Penngukuran Kinerja dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard pada

Pabrik Gula Lestari Kertosono“.

a. Permasalahan

- Apakah penggunaan metode Balanced Scorecard yang meliputi

empat perspektif yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses

bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan, mempunyai

pengaruh terhadap kinerja perusahaan?

- Diantara empat perspektif Balanced Scorecard yaitu perspektif

keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan

pertumbuhan, perspektif manakah yang mempunyai pengaruh

(31)

b. Hipotesis

- Bahwa penggunaan Balanced Scorecard sebagai alat kinerja

perusahaan akan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap

kinerja perusahaan.

- Bahwa perspektif pelanggan dan proses bisnis internal berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan.

c. Kesimpulan

Perspektif Balanced Scorecard yang mempengaruhi kinerja

perusahaan adalah perspektif keuangan, perspektif pembelajaran

dan pertumbuhan. Sedangkan perspektif pelanggan dan perspektif

proses bisnis internal tidak berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan.

2. Lidia Lestari ( 2006 ) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Balanced Scorecard Terhadap Pengukuran Kinerja Perusahaan pada PT. Supra Sumber

Cipta di Surabaya”.

a. Permasalahan

- Diantara empat perspektif Balanced Scorecard yaitu perspektif

keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan

(32)

secara simultan dan parsial terhadap kinerja pada PT. Supra

Sumber Cipta di Surabaya.

- Diantara empat perspektif Balanced Scorecard yaitu perspektif

keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan

pertumbuhan, perspektif manakah yang mempunyai pengaruh

paling besar terhadap kinerja pada PT. Supra Sumber Cipta di

Surabaya.

b. Hipotesis

- Diduga terdapat pengaruh dari empat perspektif Balanced

Scorecard yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses internal,

serta pembelajaran dan pertumbuhan secara simultan dan parsial

terhadap kinerja pada PT. Supra Sumber Cipta di Surabaya.

- Diduga perspekti proses bisnis internal berpengaruh dominan

terhadap kinerja perusahaan.

c. Kesimpulan

- Terdapat pengaruh perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis

internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan secara simultan

terhadap kinerja.

- Terdapat pengaruh perspektif keuangan, proses bisnis internal,

(33)

perspektif pelanggan secara parsial tidak berpengaruh terhadap

kinerja.

- Perspektif proses bisnis internal adalah variabel yang paling

dominan mempengaruhi kinerja sehingga hipotesis ketiga teruji

kebenarannya.

3. Yudi Hardiyanto ( 2005 ) melakukan penelitian dengan judul “ Perancangan dan Pembuatan Sistem Informasi Pengukuran Kinerja Pemasaran Dengan

Metode Balanced Scorecard – Studi Kasus PT. Semen Gresik”.

a. Permasalahan

Apakah perancangan dan pembuatan sistem informasi berupa UML

( United Modelling Language ) dan Spreadsheet dengan metode

Balanced Scorecard dapat dipakai sebagai sarana pengukuran

kinerja pemasaran pada PT. Semen Gresik?

b. Hipotesis

Diduga aplikasi sistem informasi berupa UML dengan metode

Balanced Scorecard dapat dipakai dalam pengukuran kinerja

pemasaran pada PT. Semen Gresik, dan aplikasi Spreadsheet

(34)

c. Kesimpulan

- Desain sistem informasi berupa UML ( United Modelling Language

) digunakan untuk pengukuran kinerja pemasaran dengan fokus pada

Use Case Description, Use Case Diagram, Activity Diagram, dan

Sequence Diagram.

- Integritas proses penghitungan data untuk analisa kinerja pemasaran

mempunyai tingkar validitas yang tinggi, mengacu pada hasil uji

coba perbandingan antara proses perhitungan score sistem ini

dengan proses hitung manual menggunakan aplikasi spreadsheet.

Terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian terdahulu dengan

penelitian ini. Perbedaan tersebut terletak pada lokasi penelitiannya. Karena pada

penelitian terdahulu lokasi yang digunakan adalah Koperasi Jaya Bersama

Surabaya, PT. Supra Sumber Cipta di Surabaya, dan PT. Semen Gresik,

sedangkan lokasi pada penelitian ini adalah CV. Pratama Mandiri di Surabaya.

Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu bahwa alat

(35)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Kinerja

Secara etimologi dapat disamakan dengan kata performance yang berasal

dari bahasa inggris. Menurut Mulyadi (2001: 415–416), kinerja dapat diartikan

sebagai efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan

karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan.

Karena pada dasarnya organisasi dijalankan oleh manusia, maka kinerja

sesungguhnya merupakan penilaian manusia dalam melaksanakan peran yang

mereka mainkan di dalam organisasi.

Menurut Helfert (1996:67), kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak

keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen.

Menurut Wibowo (2007:4), kinerja merupakan implementasi dari rencana

yang telah disusun tersebut. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya

manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan.

Menurut Mulyadi (2001: 415), penilaian kinerja pada dasarnya merupakan

penilaian perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkan dalam

mencapai tujuan organisasi.

2.2.2. Sistem Pengukuran Kinerja

Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, namun untuk

mencapai tujuan secara efektif diperlukan manajemen yang baik dan benar.

(36)

pengembangan sisten pengukuran kinerja yang telah ada, dapat diperoleh

informasi terkait kinerja yang lebih bermakna, dapat dipergunakan, dan nilai

tambah yang benar. Untuk itu perlu diingat akronim SMART, yang dapat

bermakna specific, measureable, achievable, relevant, dan timeliness. (Wibowo,

2007: 321).

2.2.2.1. Pengertian Sistem Pengukuran Kinerja

Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah

selama pelaksanaan kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan,

atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan, atau

apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Pengukuran kinerja yang tepat dapat dilakukan dengan cara: (Wibowo,

2007:320).

1. Memastikan bahwa persyaratan yang diinginkan pelanggan telah

terpenuhi.

2. Mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan perbandingan.

3. Mengusahakan jarak bagi orang untuk memonitor tingkat kinerja.

4. Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menentukan apa yang perlu

prioritas perhatian.

5. Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas.

6. Mempertimbangkan penggunaan sumber daya.

(37)

Menurut Halim, dkk (2000: 207), sistem pengukuran kinerja merupakan

mekanisme perbaikan lingkungan organisasi agar berhasil dalam menerapkan

strategi perusahaan.

Pengertian efektif adalah kemampuan suatu unit – unit mencapai suatu

tujuan yang diinginkan. (Anthony, 1992:14).

Kunci untuk menciptakan ukuran kinerja yang efektif adalah sebagai

berikut: (Wibowo, 2007:331-332).

1. Ukuran mempunyai penggunaan yang spsesifik bagi individu atau

kelompok individu nyata.

2. Ukuran kinerja ditangkap dan disampaikan kepada pengguna yang

dimaksudkan dalam waktu yang ditentukan sebelumnya.

3. Ukuran kinerja dibagikan kepada orang yang tepat pada waktu yang tepat,

atau dengan mudah dapat diakses oleh orang yang tepat.

4. Ukuran kinerja berarti dapat diserap dan dimengerti dengan cepat dan

mudah.

(38)

2.2.2.2. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja

Tujuan dari sistem pengukuran kinerja: (Mulyadi, 1993:41)

1. Untuk menetukan kontribusi suatu bagian dalam perusahaan terhadap

organisasi secara keseluruhan.

2. Untuk memberikan dasar bagi penilaian suatu prestasi dalam

berorganisasi.

3. Untuk memberikan motivasi bagi manajer bagian dalam (internal)

menjalankan bagiannya dengan tujuan pokok perusahaan secara

keseluruhan.

2.2.2.3. Manfaat Sistem Pengukuran Kinerja

Manfaat dari sistem pengukuran kinerja: (Mulyadi, 2001)

1. Perusahaan dapat melakukan pengamatan terhadap trend perubahan

lingkungan makro dan lingkungan industri yang diperkirakan akan

berdampak terhadap perusahaan.

2. Perusahaan dapat merumuskan visi dan tujuan ke dalam sistem perumusan

strategi ke dalam sasaran – sasaran yang komprehensif dan koheren.

3. Dapat menyediakan sistem untuk mewujudkan rencana yabg bersifat

(39)

2.2.3. Balanced Scorecard

2.2.3.1. Pengertian Balanced Scorecard

Untuk menunjang kebutuhan perusahaan agar dapat mencapai

keberhasilan di masa mendatang dengan strategi bersaing, akuntansi manajemen

sebagai penyedia bagi pihak internal perusahaan mengembangkan suatu alat

analisa yang disebut dengan Balanced Scorecard. Tujuan dan pengukuran dalam

Balanced Scorecard dijabarkan visi dan strategi perusahaan, sehingga tujuan

penyempurnaan akuntansi manajemen agar terkait langsung dengan strategi

perusahaan dapat tercapai. (Hermawan, 1996:52).

Menurut Kaplan dan Norton (2000:7), Balanced Scorecard melengkapi

seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu dan ukuran pendorong (drivers)

kinerja masa depan. Tujuan dan ukuran Balanced Scorecard diturunkan dari visi

dan strategi perusahaan dengan memandang kinerja perusahaan dari empat

perspektif yaitu perspektif keuangan (finansial), perspektif pelanggan, perspektif

proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Empat perspektif ini

(40)

Gambar 2.1

Rerangka Balanced Scorecard untuk Menerjemahkan Strategi ke dalam Rerangka Operasi.

Sumber: Kaplan, Robert S dan Norton, David P (1996)

Keuangan

Untuk berhasil secara finansial, apa yang harus kita perlihatkan kepada para pemegang saham kita?

Pelanggan

Untuk mewujudkan visi kita, apa yang harus kita perlihatkan kepada para bisnis apa yang harus kita kuasai? kita untuk berubah dan meningkatkan diri?

VISI

dan

(41)

Berikut ini adalah penjelasan mengenai gambar 2.1 yaitu Balanced

Scorecard menerjemahkan visi dan strategi badan usaha ke dalam serangkaian

sasaran dan pengukuran yang diorganisasikan dalam empat sudut pandang yaitu

perspektif keuangan (finansial), perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis

internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Masing – masing perspektif

tersebut mempunyai ukuran atau measure yang membuat visi dan strategi tersebut

dapat dijalankan. Balanced Scorecard berusaha menyediakan suatu kerangka yang

dapat mengkomunikasikan visi dan strategi perusahaan untuk mengambil insiatif

dan tindakan dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Mulyadi (2001:1), Balanced Scorecard merupakan contempory

management tool yang digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi

dalam melipatgandakan kinerja keuangan. Balanced Scorecard sebagai alat

manajemen kontemporer semakin dibuktikan oleh perusahaan karena beberapa

faktor, yaitu: (Mulyadi, 2001:24).

1. Lingkungan bisnis yang dimasuki oleh perusahaan sangat kompetitif dan

turbulen.

2. Sistem manajemen yang digunakan oleh perusahaan tidak pas dengan

(42)

Organisasi kini dapat mengukur bagaimana berbagai unit bisnis mereka

menciptakan nilai bagi para pelanggan (customer value) perusahaan untuk saat ini

dan masa yang akan datang serta bagaimana perusahaan harus meningkatkan

kemampuan bisnis internal sumber daya manusia. Sistem dan prosedur yang

dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja yang akan datang dengan menggunakan

Balanced Scorecard. (Mulyadi, 2001)

Nilai pelanggan (customer value) adalah selisih antara manfaat yang

diperoleh pelanggan (customer) dari produk atau jasa yang dikonsumsinya dengan

pengorbanan yang dilakukan oleh customer ditentukan oleh kualitas hubungan

yang dibangun antara perusahaan dengan para pemasok, antara perusahaan

dengan mitra bisnisnya, dan antara perusahaan dengan pelanggannya. (Mulyadi,

2001:230).

2.2.3.2. Konsep Balanced Scorecard

Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu: (1) kartu skor (scorecard)

dan (2) seimbang (balanced). Scorecard adalah kartu yang digunakan untuk

mencatat hasil skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan

untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan personel di masa depan

dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan ini

digunakan untuk mengevaluasi atas kinerja personel yang bersangkutan.

(43)

Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel

diukur secara berimbang dari dua aspek yaitu aspek keuangan dan aspek non

keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Oleh karena itu,

jika kartu skor personel digunakan untuk merencanakan skor yang hendak

diwujudkan di masa depan, personel tersebut harus memperhitungkan

keseimbangan antara pencapaian kinerja keuangan dan non keuangan, antara

kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang, serta antara kinerja yang

bersifat intern dan ektern. (Mulyadi, 2001:1-2).

Jadi, Balanced Scorecard melengkapi seperangkat ukuran finansial kinerja

masa lalu dengan ukuran pendorong (drivers) kinerja masa depan. (Kaplan dan

Norton, 2000:2).

2.2.3.3. Tujuan Balanced Scorecard

Menurut Mulyadi (2001: Kata Pengantar), tujuan dari Balanced Scorecard

(44)

2.2.3.4. Manfaat Balanced Scorecard

Manfaat dari Balanced Scorecard adalah (Mulyadi, 2001:15-17)

1. Mampu menafsirkan dampak trend perubahan lingkungan bisnis terhadap

misi, visi dan tujuan perusahaan.

2. Manajemen dapat secara komprehensif memperoleh gambaran kekuatan

dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan serta peluang dan ancaman

yang dihadapi oleh perusahaan di masa depan.

3. Dapat menerjemahkan strategi ke dalam sasaran – sasaran strategik yang

komprehensif, koheren, seimbang, dan terukur.

4. Dapat menghasilkan rencana jangka panjang yang komprehensif.

5. Dapat digunakan untuk menjabarkan program ke dalam anggaran.

6. Dapat memperluas kinerja eksekutif.

2.2.3.5. Keunggulan Balanced Scorecard

Balanced Scorecard menekankan bahwa senua ukuran finansial dan non

finansial harus menjadi bagian sistem informasi untuk para pekerja di semua

tingkat perusahaan. Tujuan Balanced Scorecard lebih dari sekedar sekumpulan

ukuran kinerja finansial dan non finansial, semua tujuan dan ukuran ini diturunkan

dari proses atas ke bawah (top – down) yang digerakkan oleh misi dan strategi

unit bisnis. (Kaplan dan Norton, 2000:9).

Balanced Scorecard menyatakan adanya keseimbangan antara berbagai

(45)

penting proses bisnis internal, inovasi, serta pembelajaran dan pertumbuhan.

Keseimbangan juga dinyatakan antara semua ukuran hasil yang akan dicapai oleh

perusahaan pada waktu yang lalu dengan semua ukuran faktor pendorong kinerja

masa depan perusahaan. Scorecard juga menyatakan keseimbangan antara semua

ukuran hasil yang objektif dan mudah dikuantifikasi dengan faktor penggerak

kinerja berbagai ukuran hasil yang subjektif dan berdasarkan pertimbangan

sendiri. (Budiarti: 55)

Balanced Scorecard sebagai inti sistem manajemen strategik memiliki

keunggulan – keunggulan sebagai berikut (Mulyadi, 2001: 19 – 24) :

1. Komprehensif

Balanced Scorecard memotivasi personel untuk mengarahkan usahanya

kepada sasaran strategik yang dapat meningkatkan kinerja keuangan

produk dan jasa yang dapat menghasilkan value terbaik baik pelanggan

dengan biaya rendah dan proses yang produktif merupakan respon yang

tepat dan memadai bagi perusahaan yang menghadapi iklim usaha yang

semakin kompleks dan tidak menentu, seperti yang dijelaskan pada

(46)

Gambar 2.2

Perbedaan Sistem Manajemen Strategik pada Manajemen Tradisional dengan Manajemen Kontemporer

Sistem Manajemen Strategik dalam Manajemen Tradisional 

Sistem Manajemen Strategik dalam Manajemen Kontemporer 

 Hanya berfokus ke perspektif

keuangan

 Tidak koheren

 Mencakup perspektif yang

komprehensif: perspektif

Sumber: Balanced Scorecard, Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatgandaan Kinerja Keuangan Perusahaan (Mulyadi, 2001:19).

2. Koheren

Balanced Scorecard membangun hubungan kausal (sebab – akibat) antara

perspektif non keuangan dan keuangan baik secara langsung maupun

tidak langsung meskipun semua perspektif non keuangan pada akhirnya

akan bermuara pada perspektif keuangan. Dengan demikian kekoherenan

perspektif non keuangan dan keuangan akan menghasilkan kinerja yang

(47)

3. Seimbang

Melalui empat perspektifnya, Balanced Scorecard akan menyeimbangkan

antara perspektif yang berfokus pada intern perusahaan (perspektif proses

bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan) dengan perspektif

yang berfokus ekstern (keuangan dan pelanggan), sehingga keempatnya

akan mendukung perencanaan strategik perusahaan.

4. Terukur

Perencanaan strategik yang didukung oleh perspektif keuangan dan non

keuangan akan dapat tercapai apabila ukuran – ukuran tersebut dapat

diukur, yang dilandasi oleh keyakinan (Mulyadi, 2001:23).

If we can measure, we can manage it

If we can manage, we can achieve it

Balanced Scorecard dapat mengukur perspektif non keuangan yang sulit

untuk diukur, sehingga dapat melengkapi perspektif keuangan.

Menurut Mulyadi (2001:291), posisi berdaya saing perusahaan dalam

lingkungan yang kompetitif dapat dipertahankan dalam jangka panjang jika

perusahaan memiliki kemampuan untuk:

1. Melayani customer dengan lebih baik dibandingkan pesaing.

2. Membedakan dirinya melalui keunggulan tertentu dibandingkan dengan

(48)

Customer dalam lingkungan bisnis memegang kendali bisnis, kemampuan

perusahaan untuk memberikan layanan lebih baik kepada customer dibandingkan

dengan persaingan akan menempatkan perusahaan pada posisi daya saing yang

kuat. Didalam lingkungan bisnis yang didalamnya kompetisi sangat intensif,

kemampuan perusahaan untuk berbeda dari pesaing akan membuat perusahaan

memiliki daya saing yang kuat pula. (Mulyadi, 2001)

2.2.4. Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard

Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi ke dalam berbagai

tujuan dan ukuran, yang tersusun ke dalam empat perspektif: perspektif keuangan,

perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta pembelajaran dan

pertumbuhan. (Kaplan dan Norton, 2000:7).

2.2.4.1. Perspektif Keuangan

Ukuran keuangan (finansial) sangat penting dalam memberikan ringkasan

konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah dianbil. Ukuran kinerja finansial

memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi, dan

pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba

(49)

Menurut Kaplan dan Norton (2000:41), dalam Balanced Scorecard tujuan

keuangan menjadi fokus tujuan dan ukuran di semua perspektif scorecard lainnya.

tujuan dan ukuran keuangan harus memainkan peran ganda, menentukan kinerja

keuangan yang diharapkan dari strategi, dan menjadi sasaran akhir tujuan dan

ukuran perspektif scorecard lainnya (perspektif pelanggan, perspektif proses

bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan).

Menurut Riyanto (1995:336), ukuran yang digunakan dalam perspektif

keuangan adalah net profit margin yaitu menunjukkan besarnya laba bersih setiap

rupiah dari penjualan bersih yang mana indikator pengukurannya adalah sebagai

berikut:

laba bersih

Net Profit Margin = x 100% Penjualan bersih

Tujuan finansial lainnya mungkin berupa pettumbuhan penjualan yang

cepat atau terciptanya arus kas. (Budiarti:53).

Jika tingkat profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio laba bersih

atas penjualan bersih, maka peningkatan profit dapat dicapai dengan melakukan

(50)

Tujuan finansial ini bisa sangat berbeda di tiap – tiap tahapan siklus hidup

bisnis. Menurut Kaplan dan Norton (2000: 42), mengidentifikasikan tiga tahapan

siklus bisnis yaitu:

1. Bertumbuh (Growth)

Tahap ini merupakan tahap awal dari siklus hidup usaha, dimana

perusahaan memiliki produk atau jasa yang potensial untuk berkembang.

Perusahaan harus memperoleh banyak sumber daya manusia (SDM) untuk

mengembangkan produk dan jasa tersebut, melakukan banyak investasi

dalam aktiva tetap, melakuka investasi dalam jaringan distribusi dan

hubungan dengan pelanggan, dan sebagainya. Oleh karena itu, pada tahap

ini perusahaan biasanya memiliki arus kas negatif dan tingkat

pengembalian atas investasi yang rendah. Tujuan finansial yang ditetapkan

biasanya adalah tingkat pertumbuhan penjualan, pangsa pasar, kelompok

pelanggan dan wilayahnya, dan sebagainya.

2. Bertahan (Sustain)

Perusahaan menghadapi situasi dimana unit bisnis masih memiliki daya

tarik bagi penanaman investasi dan investasi ulang, tetapi diharapkan

mampu mempertahankan pangsa pasar yang telah dimiliki perusahaan

pada saat ini dan secara bertahap tumbuh seiring dengan perjalanan

perusahaan. Proyek investasi lebih diarahkan untuk mengatasi kemacetan,

perluasan kapasitas dan penngkatan aktivitas perbaikan yang berkelanjutan

(51)

pertumbuhan jangka panjang seperti yang dilakukan pada tahap

pertumbuhan. Perusahaan pada tahap ini akan menetapkan tujuan

keuangan yang terkait dengan profitabilitas.

3.Menuai (Harvest)

Perusahaan yang telah mencapai tahap matang dalam siklus hidupnya akan

menuai hasil yang diperoleh dari nvestasi yang telah dilakukan dalam

kedua tahapan sebelumya. Dalam tahap in perusahaan tidak lagi

melakukan investasi yang signifikan dalam pengembangan atau

pembanguna fasilitas baru, melainkan hanya pemeliharaan dari fasilitas

yang telah dimiliki. Setiap investasi dalam proyek yang akan dilakukan

harus memiliki jangka waktu pengembalian yang pasti dan sangat pendek.

Tujuan utamanya adalah untuk memaksimumkan arus kas balik ke

perusahaan. Tujuan finansial keseluruhan dalam tahap ini adalah arus kas

operasi (sebelum penyusutan) dan pengurangan dalam kebutuhan modal

(52)

2.2.4.2. Perspektif Pelanggan

Manajemen perusahaan harus mengidentifikasi pelanggan dan segmen

pasar dimana unit bisnis tersebut akan bersaing dan berbagai ukuran kinerja unit

bisnis di dalam segmen sasaran pada perspektif pelanggan Balanced Scorecard,.

Perspektif ini biasanya terdiri dari beberapa ukuran utama atau ukuran generik

keberhasilan perusahaan dari strategi yang dirumuskan dan dilaksanakan dengan

baik. (Budiarti:54)

Menurut Mulyadi (2001:224), customer adalah siapa saja yang

menggunakan keluaran pekerjaan seseorang atau suatu tim.

Pengukuran yang umumnya digunakan adalah kepuasan pelanggan, jumlah

penambahan pelanggan baru, profitabilitas pelanggan dan pangsa pasar pada

target segmen tersebut. Selain itu, pengukuran juga didasarkan pada nilai – nilai

yang diinginkan oleh pelanggan agar perusahaan dapat mempertahankan loyalitas

pelanggan. Misalnya waktu proses produksi yang singkat, pengiriman yang tepat

waktu menunjang inovasi produk baru. (Hermawan, 1996:55).

Perspektif pelanggan memungkinkan para manajer unit bisnis untuk

mengartikulasikan strategi yang berorientasi kepada pelanggan dan pasar yang

akan memberikan keuntungan finansial di masa depan yang lebih besar.

Unit bisnis perusahaan dapat menetapkan tujuan dan ukuran untuk segmen

sasaran setelah diidentifikasi dan ditentukan sasaran. Segmen pasar ukuran

pelanggan pada umumnya sama untuk semua jenis perusahaan. Ada dua

(53)

adalah kelompok pengukuran pelanggan utama. Kelompok pengukuran ini terdiri

dari ukuran (Kaplan dan Norton, 2000:58-59) :

1. Pangsa Pasar

Mengukur proporsi bisnis yang dijual oleh sebuah unit bisnis di pasar

tertentu (dalam bentuk jumlah pelanggan, uang yang dibelanjakan, atau

volume satuan yang terjual).

2. Retensi Pelanggan

Mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar dalam segmen

pelanggan sasaran diawali dengan mempertahankan pelanggan yang baru.

3. Akuisisi Pelanggan

Mengukur dalam bentuk absolute dan relative, kekuatan unit bisnis

menarik dan memenangkan pelanggan atau bisnis baru.

4. Kepuasan pelanggan

Menilai tingkat kepuasan atas kriteria kinerja tertentu didalam proporsi

nilai.

5. Profitabilitas Pelanggan

Mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pelanggan atau segmen

tertentu setelah menghitung berbagai pengeluaran yang digunakan untuk

(54)

Kelompok yang kedua adalah mengukur proporsi nilai pelanggan dengan

menyatakan atribut yang diberikan perusahaan kepada produk dan jasanya untuk

menciptakan loyalitas dan kepuasan pelanggan. Atribut ini dapat dibagi dalam tiga

kategori, yaitu (Kaplan dan Norton, 2000: 64)

1. Product and Service

Product and Service Atributes mencakup fungsi service, produk, harga dan

kualitas. Disini harus ditemukan apa yang benar – benar diinginkan oleh

pelanggan sehingga dapat melakukan yang terbaik.

2. Customer Relationship

Dimensi ini mencakup pengiriman barang atau pelayanan kepada

pelanggan, termasuk waktu tanggap dan dimensi waktu pengiriman dan

bagaimana perasaan konsumen setelah membeli produk maupun jasa dari

perusahaan tersebut. Perusahaan ini harus dapat mengidentifikasi tujuan

dari customer relationship ini dengan baik.

3. Image and Reputation

Menggambarkan faktor – faktor tidak berwujud yang membuat pelanggan

tertarik kepada perusahaan juga menggambarkan seberapa bagus kinerja

perusahaan dalam memberikan nilai bagi pelanggan (customer value) akan

menentukan image produk maupun jasa. Pelanggan yang memiliki image

(55)

Kaplan dan Norton (2004: 74), menyatakan terdapat berbagai ukuran

(measure) yang dapat digunakan perusahaan untuk melakukan pengukuran

(metrios) dalam perspektif pelanggan, yaitu:

1. Waktu (time)

Pentingnya tenggang waktu (lead time) bukan hanya untuk produk dan

jasa. Untuk segmen pasar seperti ini, tenggang waktu yang pendek dalam

memperkenalkan produk dan jasa baru dapat menjadi faktor penting

pendorong kinerja yang memuaskan pelanggan. Tujuan ini dapat diukur

sebagai waktu yang diperlukan dan ketika permintaan baru diidentifikasi

sampai saat produk atau jasa baru dikirimkan kepada pelanggan.

2. Mutu (quality)

Ukuran mutu untuk barang manufaktur dapai diukur dengan jumlah barang

yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pelanggan.

Ketika seluruh produk dari perusahaan manufaktur gagal berfungsi atau

tidak memuaskan pelanggan. Pelanggan tersebut biasanya akan

mengembalikan produk tersebut atau akan meminta perusahaan untuk

memperbaikinya. Sebaliknya, jika kegagalan mutu terjadi pada perusahaan

jasa tidak ada yang dapat dikembalikan oleh pelanggan dan biasanya tidak

seorangpun cukup responsif untuk mengajukan keluhan. Reaksi pelanggan

(56)

3. Harga (cost)

Apapun strategi yang diterapkan sebagai unit bisnis, biaya rendah atau

diferensiasi, pelanggan akan selalu menaruh perhatian terhadap harga yang

dibayar untuk produk atau jasa yang diterima. Dalam segmen pasar

dimana harga merupakan faktor utama untuk mempengaruhi keputusan

pembelian. Pelanggan sensitif terhadap harga, bagaimanapun juga akan

menyukaii para pemasok yang memberikan bukan harga yang murah tetapi

biaya yang rendah dalam menerima dan menggunakan produk atau jasa.

2.2.4.3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Perusahaan harus mengidentifikasikan proses internal yang penting

dimana perusahaan harus melakukannya dengan sebaik – baiknya karena proses

internal tersebut memiliki nilai – nilai yang diinginkan pelanggan dan akan dapat

memberikan pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham.

Menurut Kaplan dan Norton (2000: 83), dalam proses bisnis internal

(57)

Gambar 2.3: Perspektif Proses Bisnis Internal – Model Rantai Nilai Generik

Proses Inovasi Proses Operasi Proses Layanan Purna Jual

Sumber: Balanced Scorecard: Menerapkan strategi menjadi aksi (Kaplan dan Norton, 2000: 84).

Menurut Hermawan (1996:56), perbedaan inti antara pendekatan

tradisional dengan pendekatan Balanced Scorecard dalam pengukuran kinerja

adalah dalam proses bisnis internal yang mana saja yang harus dimonitori dan

diperbaiki. Pendekatan tradisional hanya berusaha melihat pada proses bisnis

internal yang ada pada saat itu, sedangkan Balanced Scorecard akan melihat pula

proses bisnis internal yang baru dimana perusahaan akan dapat memuaskan dan

tujuan keuangan. Selain itu, Balanced Scorecard memasukkan proses inovasi

dalam proses bisnis internal, yaitu perancangan produk dan pengembangan

produk.

Proses bisnis internal dengan menggunakan pendekatan tradisional,

dimulai dengan penerimaan pesanan dari pelanggan untuk produk atau jasa yang

ada, pengiriman dan pelayanan produk atau jasa dan pelanggan dengan biaya yang

lebih rendah dari harga jualnya. Dengan menambahkan proses inovasi ke dalam

proses bisnis internal, perusahaan akan didorong untuk memiliki kemampuan

bersaing jangka panjang karena siap untuk memuaskan pelanggan di masa

(58)

Menurut Kaplan dan Norton (2000: 84-92), ada tiga proses utama pada

perspektif proses bisnis internal:

1. Inovasi

Proses inovasi terdiri atas dua komponen. Dalam komponen pertama para

manajer melaksanakan penelitian pasar untuk mengenai ukuran pasar,

bentuk preferensi pelanggan, serta tindakan harga produk dan jasa sasaran.

Pada komponen selanjutnya adalah penerapan ulang dari informasi yang

didapat dari tingkat pertama.

2. Operasi

Kegiatan operasional berawal dari penerimaan pesanan dari pelanggan dan

berakhir dengan pengiriman produk atau jasa kepada pelanggan.Kegiatan

operasional lebih mudah diukur karena sifat kejadiannya yang rutin dan

berulang. Perusahaan menginginkan suatu proses operasional yang efisian,

konsisten dan dapat mengirimkan produk dan jasa tepat pada waktunya.

Secara tradisional, pengukuran ditekankan pada pengukuran finansial,

seperti biaya standar, anggaran dan varians. Dengan Balanced Scorecard,

pengukuran – pengukuran seperti waktu respons, jualitas dan biaya, dapat

dimasukkan ke dalam perspektif proses bisnis internal bagian operasi,

ditambah dengan pengukuran fleksibilitas dan karakteristik spesifik dari

produk dan jasa yang menciptakan nilai untuk pelanggan (misalnya

(59)

3. Layanan Purna Jual

Kegiatan layanan purna jual mencakup garansi dan aktivitas perbaikan,

penanganan atas barang rusak dan dikembalikan, serta pemrosesan

pembayaran dari pelanggan seperti administrasi kartu kredit. Perusahaan

berusaha memenuhi keinginan pelanggan dalam hal layanan purna jual

yang berkualitas tinggi.

2.2.4.4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mengidentifikasi infrastruktur

yang harus dibangun perusahaan dalam menciptakan pertumbuhan dan

peningkatan kinerja jangka panjang. Sumber utama pembelajaran dan

pertumbuhan perusahaan adalah manusia, sistem, dan prosedur perusahaan. untuk

mencapai tujuan perspektif finansial, pelanggan dan proses bisnis internal, maka

perusahaan harus melakukan investasi dengan memberikan pelatihan kepada

karyawannya, meningkatkan teknologi dan sistem informasi, serta menyelaraskan

berbagai prosedur dan kegiatan operasional perusahaan yang merupakan sumber

(60)

Menurut Kaplan dan Norton (2000: 110), terdapat tiga kategori utama

dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu:

1. Kapabilitas Pekerja

Peningkatan kinerja yang dicapai dengan melaksanakan prosedur standar

yang telah ditetapkan oleh para elit perusahaan atau Top Management

belum cukup. Gagasan untuk meningkatkan proses dan kinerka untuk

pelanggan harus datang dari pekerja lini depan yang paling dekat dengan

prose internal dan pelanggan perusahaan standar proses internal, dan

tanggapan pelanggan yang telah dilaksanakan pada pada masa lalu dapat

menjadi dasar peningkatan yang harus senantiasa dilakukan. Standar

tersebut tidak dapat menjadi standar untuk kinerja saat ini maupun masa

yang akan datang.

2. Kapabilitas Sistem Informasi

Motivasi dan keahlian para pekerja memang diperlukan untuk mencapai

sasaran yang luas dalam tujuan pelanggan dan proses internal, tetapi

dengan itu saja tidaklah cukup. Jika ingin para pekerja bekerja efektif

dalam lingkungan kompetitif dunia bisnis saat ini, perlu didapat banyak

informasi mengenai pelanggan, proses bisnis internal, dan konsekuensi

(61)

3. Motivasi, Pemberdayaan, dan Keselarasan

Meskipun pekerja yang tampil dilengkapi dengan akses kepada informasi

yang luas, tidak akan memberi kontribusi bagi keberhasilan perusahaan

jika mereka tidak termotivasi bertindak untuk kepentingan terbaik

perusahaan atau jika mereka tidak diberikan kebebasan membuat

keputusan dan mengambil tindakan. Oleh karena itu, fokus ketiga pada

perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalahh kepada iklim

perusahaan yang mendorong timbulnya motivasi dan inisiatif pekerja.

Ukuran untuk tiga kategori diatas pada umumnya adalah:

a. Employee Turnover

Tujuan dilakukannya pengukuran ini adalah untuk menentukan tingkat

kestabilan tenaga kerja. Turnover ini diukur dengan membandingkan

antara number of total separation dikurangi unvoidable separation

dengan average number of employee.

b. Absenteism

Adalah frekuensi kerugian waktu kerja akibat karyawan tidak bekerja.

c. Employee Training

Training sangat diperlukan untuk mengubah perilaku dan motivasi

karyawan perusahaan dalam mendukung proses improvement yang

diperlukan perusahaan. perusahaan itu perlu melakukan pelatihan, baik

(62)

d. Employee Involment

Untuk menghasilkan suatu lingkungan employee yang efektif harus

benar – benar ada pendelegasian tanggung jawab pengambilan

keputusan. Banyak program employee involment yang gagal karena

para pekerja yakin bahwa para supervisor tersebut hanya

mendelegasikan tanggung jawab pengambilan keputusan yang penting.

2.2.5. Balanced Scorecard Sebagai Sistem Manajemen Strategis

Kemampuan Balanced Scorecard dalam menghubungkan antara tujuan

strategi jangka panjang dan tindakan – tindakan yang bersifat jangka pendek

menjadikan Balanced Scorecard sangat baik untuk diterapkan pada perusahaan

yang telah memikirkan persaingan di masa yang akan datang, karena dalam

Balanced Scorecard memberikan kriteria tambahan yaitu customer, Internal

Business Process, Learning and Growth, selain kriteria financial.

Balanced Scorecard lebih dari sekedar sistem pengukuran taktis atau

operasional. Perusahaan yang inovatif menggunakan scorecard sebagai sebuah

sistem manajemen strategis, untuk mengelola strategi jangka panjang (gambar

(63)

Perusahaan menggunakan fokus pengukuran scorecard untuk

menghasilkan berbagai proses manajemen penting, yaitu: (Kaplan dan Norton,

2000:9).

1. Memperjelaskan dan menerjemahkan visi dan strategi.

2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran

strategis.

3. Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai

inisiatif strategis.

(64)

Gambar 2.4

Balanced Scorecard Sebagai Suatu Kerangka Kerja Tindakan Strategis

Sumber: Robert S. Kaplan dan David P. Norton “Using The Balanced Scorecard as a Strategic Management System, “ Harvard Bussiness Review (Januari – Februari 1996): 77. Dicetak Ulang.

Memperjelaskan dan ukuran kinerja - tonggak

Merencanakan dan

Umpan Balik dan Pembejaran Strategi

Mengartikulasikan visi bersama Memberikan umpan balik strategis

(65)

2.2.5.1. Memperjelas dan Menerjemahkan Visi dan Strategis

Proses scorecard dimulai dengan tim manajemen eksekutif senior yang

bersama – sama bekerja menerjemahkan strategi unit bisnis ke dalam berbagai

tujuan strategi yang spesifik. Untuk menetapkan berbagai tujuan finansial, tim

harus mempertimbangkan apakah akan menitikberatkan kepada pertumbuhan

pendapatan dan pasar, profitabilitas atau menghasilkan arus kas (cash flow).

Khusus untuk perspektif pelanggan, tim manajemen harus menyatakan dengan

jelas pelanggan dan segmen pasar yang diputuskan untuk dimasuki. (Kaplan dan

Norton, 2000:9).

Setelah tujuan finansial dan pelanggan ditetapkan, perusahaan kemudian

mengidentifikasi berbagai tujuan dan ukuran proses bisnis internal. Identifikasi

semacam ini merupakan salah satu inovasi dan manfaat utama dari pendekatan

scorecard. Sistem pengukuran tradisional, termasuk sistem yang menggunakan

banyak indikator non finansial, memberi perhatian kepada peningkatan efisiensi

biaya, peningkatan mutu, dan siklus proses bisnis yang ada. Balanced Scorecard

menekankan pada proses yang paling penting bagi tercapainya kinerja yang

terbaik bagi pelanggan dan pemegang saham.identifikasi semacam ini sering

menghasilkan proses internal baru yang harus dikuasai dengan baik oleh

perusahaan agar strategi berhasil. (Kaplan dan Norton, 2000:10).

Dilihat dari tujuan pembelajaran dan pertumbuhan, memberi alasan logis

terhadap adanya kebutuhan investasi yang besar untuk melatih ulang para pekerja,

(66)

prosedur organisasional. Semua investasi dalam sumber daya manusia, sistem dan

prosedur menghasilkan inovasi dan perbaikan yang nyata pada proses bisnis

internal, untuk kepentingan pelanggan, dan pada akhirnya untuk kepentingan para

pemegang saham. (Budiarti:57).

2.2.5.2. Mengkomunikasikan dan Menghubungkan Tujuan serta Ukuran Strategis

Tujuan dan ukuran strategis Balanced Scorecard dikomunikasikan ke

seluruh organisasi melalui berbagai media, seperti surat edaran, buletin, email,

dan sebagainya agar seluruh karyawan di organisasi memahami berbagai tujuan

penting organisasi berhasil.Scorecard memberi dasar untuk mengkomnikasikan

strategi unit bisnis untuk dapat mendapatkan komitmen para eksekutif korporasi

dan dewan direksi. (Kaplan dan Norton, 2000:11).

Di akhir proses pengkomunikasian dan pengaitan, setiap orang didalam

perusahaan seharusnya sudah memahami tujuan – tujuan jangka panjang unit

bisnis, dan juga strategi untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut. Secara individu

para pekerja telah merumuskan berbagai tindakan lokal yang akan memberi

kontribusi bagi tercapainya tujuan – tujuan unit bisnis. Dan semua usaha serta

inisiatif perusahaan akan disesuaikan dengan proses perubahan yang dibutuhkan.

(67)

2.2.5.3. Merencanakan dan Menetapkan Sasaran

Balanced Scorecard akan memberikan dampak terbesar pada saat

dimanfaatkan untuk medorong terjadinya perubahan perusahaan. untuk itu para

eksekutif senior perusahaan harus menentukan sasaran bagi berbagai ukuran

scorecard untuk tiga atau lima tahunan, yang jika berhasil dicapai akan mengubah

perusahaan. Sasaran – sasaran tersebut harus mencerminkan adanya perubahan

dalam kinerja unit bisnis. (Kaplan dan Norton, 2000:12).

Untuk mencapai tujuan finansial, para manajer harus mengidentifikasi

rentang sasaran pelanggan, proses bisnis internal, tujuan pembelajaran dan

pertumbuhan. Sasaran – sasaran ini dapat berasal dari berbagai sumber. Sasaran

ukuran pelanggan seharusnya berasal dari upaya untuk memenuhi atau melampaui

harapan pelanggan. Preferensi pelanggan yang ada maupun yang potensial

seharusnya diteliti untuk mengidentifikasi harapan dan kinerja yang istimewa.

Benchmarking dapat dipakai agar praktik terbaik yang ada dapat disertakan untuk

memeriksa apakah sasaran – sasaran yang diusulkan secara internal mampu

membuat unit bisnis memenuhi berbagai ukuran strategis yang telah ditetapkan.

(Kaplan dan Norton, 2000:12).

Bila sasaran untuk ukuran pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran

dan pertumbuhan sudah ditetapkan, manajer dapat memadukan inisiatif mutu

sasaran strategis, waktu tanggap dan rekayasa ulang mereka untuk mencapai

tujuan yang penuh dengan terobosan. Oleh karena itu, Balanced Scorecard

Gambar

Tabel 4.10
Tabel 1.1: Jumlah Perolehan Laba/ Rugi Bersih CV. Pratama Mandiri pada    Periode 2004 – 2009
Tabel 1.2: Jumlah Anggaran Pelatihan Karyawan  CV. Pratama Mandiri pada Periode 2004 - 2009
Tabel 1.3: Jumlah Penjualan Produk CV. Pratama Mandiri pada Periode 2004 - 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan balanced scorecard yang meliputi perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan

Penilaian kinerja dengan menggunakan balanced scorecard mencakup empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal

Analisis kinerja perusahaan dengan metode balanced scorecard lebih komprehensif dan koheren dalam empat perspektif, yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal,

Balanced Scorecard dalam perkembangannya menjadi empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan, serta digunakan untuk

Kinerja Puskesmas Maesan yang diukur menggunakan pendekatan Balanced Scorecard yang terdiri dari 4 (empat) perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal

Berdasarkan empat perspektif balanced scorecard yaitu, perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan,

Balance Scorecard mengukur kinerja dari empat perspektif, yaitu perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif proses bisnis internal, perspektif pelanggan, dan

Balance Scorecard mengukur kinerja dari empat perspektif, yaitu perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif proses bisnis internal, perspektif pelanggan, dan perspektif